• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Implementasi Inventarisasi Aset Berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 2020 dalam Meningkatkan Pengelolaan Aset Daerah (Pada Pemerintah Kota Cimahi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Implementasi Inventarisasi Aset Berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 2020 dalam Meningkatkan Pengelolaan Aset Daerah (Pada Pemerintah Kota Cimahi)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Accounting Research Journal Vol. 1, No. 3, June 2021, pp. 415 – 421

©Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung

Analisis Implementasi Inventarisasi Aset Berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 2020 dalam Meningkatkan Pengelolaan Aset Daerah (Pada Pemerintah Kota Cimahi)

Analysis The Implementation’s of Assets’s Administration Based On PP Number 28 Of 2020 In Improving The Regional Assets’s Management.

Siti Nur Anisya

Politeknik Negeri Bandung E-mail: [email protected]

Jouzar Farouq Ishak Politeknik Negeri Bandung E-mail: [email protected]

Arwan Gunawan

Politeknik Negeri Bandung

E-mail: [email protected]

Abstract: Cimahi City Government has certified assets less than 50% with a total of 516 assets.

This research aims to find out more about asset’s administration of Cimahi City according to PP number 28 of 2020. The method used in this research is qualitative method, by using interview data collection technique, observation, and literature study. The result of this research proves that regional asset’s administration in Cimahi has used PP number 28 of 2020, but the socialization process is still not prevalent. There are obstacles faced by Cimahi City Government in regional asset’s administration for improving regional asset management is arduous to acquire data from each regional work unit. This research is expected to be capable of assisting in explaining how regional asset’s administration process in accordance to PP number 28 of 2020, and giving advantages for many parties.

Keywords: Asset Administration, Cimahi City, PP number 28 of 2020, improve regional assets’s management

1. Pendahuluan

Seluruh barang yang dibeli maupun didapat atas beban APBD atau bersumber dari perolehan lainnya yang sah disebut juga dengan istilah Aset Daerah/Barang Milik Daerah (BMD). Aset adalah sesuatu yang bernilai bagi daerah, oleh karenanya aset harus dijaga serta dikelola dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Adanya perubahan ketentuan serta kebijakan dalam penginventarisasian menyebabkan proses inventarisasi semakin kompleks. Berdasarkan penelitian Merianto, Toton., Musyarofah, Siti., & Haryadi Bambang. (2020). Penyusunan Model Pengamanan Aset tidak Bergerak di Kabupaten Sumenep. disebutkan bahwa masalah pada aset tetap yang paling sering terjadi pada Pemerintah Daerah salah satunya yaitu masih banyak aset tanah dan bangunan yang belum bersertifikat. Di Kota Cimahi sendiri terdapat kurang dari 50% aset yang sudah bersertifikat dengan total seluruh aset yaitu 516 aset. Meskipun demikian, hingga tahun 2020 proses pensertifikasian masih tetap berjalan meskipun tengah berada dimasa pandemi Covid-19.

(2)

Siti Nur Anisya, Jouzar Farouq Ishak, Arwan Gunawan

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 416

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian guna mendapatkan informasi serta gambaran mengenai proses inventarisasi aset yang didasarkan kepada PP Nomor 28 Tahun 2020 dalam meningkatkan pengelolaan aset daerah. Selain itu, BPKAD Kota Cimahi adalah instansi yang penulis amati dalam penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan literatur dibidang akuntansi sektor publik, menambah wawasan masyarakat serta sebagai tambahan informasi bagi Pemerintah Kota agar dapat meningkatkan kinerjanya.

2. Kajian Pustaka

Dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP aset adalah “sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masalalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset juga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai tukar dan/atau modal kekayaan, yang dapat dinilai baik dalam satuan uang maupun sumber daya non-keuangan yang dimiliki instansi. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 menguraikan secara terang yang disebut BMD adalah “semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah”. Aset daerah terdiri dari barang hasil hibah, kontrak/persetujuan yang bersanksi hukum, berdasarkan kepastian undang-undang, putusan pengadilan dan hasil investasi atas penyertaan modal pemerintah. Aset merupakan unsur penting dalam proses pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Adapun Pengelolaan BMD menurut Permendari Nomor 19 Tahun 2016 adalah “keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian”. Penatausahaan merupakan salah satu kegiatan dari pengelolaan aset daerah yang meliputi proses pembukuan, inventarisasi serta pelaporan yang sesuai dengan ketentuan undang-undang. Adapun inventarisasi aset yaitu dilakukan dengan cara mendata, mencatat serta melaporkan hasil pendataan. Hal-hal tersebut dilakukan guna mendapatkan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk menaikkan kualitas kerja dalam pengelolaan aset.

Adanya implementasi inventarisasi aset daerah diharapkan mampu meningkatkan pengelolaan aset daerah. Dalam penelitian Yuliansyah (2016) dikatakan bahwa inventarisasi aset dilaksanakan terhadap seluruh BMD milik Kota Bekasi dengan melakukan pendataan awal seluruh BMD kemudian mencocokan data administratif dengan kondisi fisik BMD. Hal tersebut dilaksanakan agar keberadaan, jumlah, serta keadaan dan penandaan BMD yang berada dibawah kuasa pengguna barang, serta kesesuaian dengan BMD yang dibukukan. Selain itu, penelitian Patimah (2017) menyebutkan bahwa dalam praktiknya Pemerintah Kota Tasikmalaya telah melakukan penatausahaan dengan baik, adapun kuesioner mengenai rangakaian penatausahaan aset tetap mendukung opini tersebut. Namun dalam penginventarisasian aset utamanya pensertifikatan aset atas nama Pemda masih terdapat kekurangan, masih banyak aset yang belum jelas asal mulanya serta masih banyak aset yang belum tercatat atas nama Pemda.

3. Metode Penelitian

Metode kualitatif merupakan suatu cara dalam mengumpulkan data penelitian seperti data berupa kata, skema, maupun gambar. Dalam penelitian ini, metode kualitatif digunakan penulis untuk menjabarkan bagaimana implementasi inventarisasi aset daerah berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 2020 di Pemerintah Kota Cimahi. Sumber data primer maupun sekunder penulis gunakan

(3)

Siti Nur Anisya, Jouzar Farouq Ishak, Arwan Gunawan

dalam penelitian ini. Data primer penulis peroleh dari hasil wawancara serta observasi sedangkan data sekunder penulis peroleh dari hasil studi kepustakaan/dokumentasi. Wawancara dilaksanakan terhadap beberapa informan yakni Kabid Pengelolaan BMD, Kasubbid Inventarisasi dan Pengamanan BMD, Staff BMD serta Staff Analis Klasifikasi Barang. Adapun observasi yang dilakukan oleh penulis bertempat di lingkungan kerja BPKAD. Kantor BPKAD Kota Cimahi merupakan lokasi dari penelitian ini, dan penelitian ini berlangsung sejak bulan November 2020 hingga bulan Agustus 2021. Dalam studi kepustakaan/dokumentasi penulis menghimpun informasi baik berupa laporan inventarisasi, peraturan/kebijakan, catatn harian maupun informasi tertulis lainnya. Implementasi inventarisasi aset daerah Kota Cimahi berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 2020 khususnya aset yang belum bersertifikat merupakan fokus utama dalam penelitian ini.

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dimana aktivitas untuk menganalisis penulis lakukan dengan cara mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data, dan juga menarik kesimpulan.

4. Hasil dan Pembahasan

Kota Cimahi merupakan kota administratif peretama di Jawa Barat dan ketiga di Indonesia.

Menurut UURI Nomor 9 tahun 2001, pada tanggal 21 Juni 2001 Kota Cimahi ditetapkan sebagai kota otonom. Kota Cimah memiliki sebagai kota otonom memiliki kewenangan di berbagai bidang, baik dalam pemerintahan, pendidikan dan kebudayaan, peradilan, agama serta kewenangan lainnya yang sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 2003 tentang kewenangan Kota Cimahi sebagai kota otonom. BPKAD merupakan badan yang memiliki tugas membantu Walikota dalam menjalankan fungsi penunjang urusan pemerintahan di bidang keuangan yang menjadi kekuasaan Pemerintah Kota Cimahi. Dalam menjalankan urusan pemerintahan, Pemerintah Kota Cimahi memiliki 28 SKPD yang terdiri dadri beberapa dinas, badan, kecamatan dan juga kesektretariaatan. Penelitian ini difokuskan kepada BPKAD yang merupakan salah satu badan yang memiliki fungsi penunjang urusan pemerintahan di bidang keuangan sesuai denga Perwalkot Cimahi Nomor 33 tahun 2016.

Berdasarkan hasil pengamatan/observasi yang dilakukan oleh penulis, proses administrasi pensertifikatan aset dimulai dari instruksi Kaban kepada staff agar segara melaksanakan sertifikasi tanah, selanjutnya staff akan memverifikasi data yang selanjutnya akan diberikan kepada Kasubid, setelah kasubid menerima data hasil verifikasi staff makan kasubbid akan melanjutkan kepada Kabid yang kemudian Kabid akan menyerahkan data kepada Kaban untuk di paraf sehingga proses sertifikasi dapat dilaksanakan. Agar lebih jelas, berikut merupakan SOP sertifikasi aset Pemerintah Kota Cimahi.

(4)

Siti Nur Anisya, Jouzar Farouq Ishak, Arwan Gunawan

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 418

Gambar I. SOP Pensertifikatan Tanah BPKAD Kota Cimahi Sumber: Buku SOP Pensertifikatan Tanah BPKAD Cimahi

(5)

Siti Nur Anisya, Jouzar Farouq Ishak, Arwan Gunawan

Gambar II. SOP Pensertifikatan Tanah BPKAD Kota Cimahi Sumber: Buku SOP Pensertifikatan Tanah BPKAD Kota Cimahi

Proses inventarisasi aset di Kota Cimahi merupakan hasil implementasi dari PP Nomor 28 Tahun 2020 dan didukung oleh Permendagri Nomor 19 tahun 2016, Perda Kota Cimahi Nomor 8 tahun 2013 serta kebijakan dan ketentuan lain yang berlaku yang mendukung berjalannya proses inventarisasi aset daerah di Kota Cimahi. PP Nomor 28 Tahun 2020 sendiri baru ditetapkan pada 8 Juni 2020 serta baru diundangkan dan berlaku tanggal 9 Juni 2020. Meskipun demikian, proses sosialisasi mengenai PP Nomor 28 Tahun 2020 telah dilaksanakan oleh Kemendagri pada bulan November 2020 melalui live youtube dan zoom meeting kepada para pengelola barang, pengguna barang

(6)

Siti Nur Anisya, Jouzar Farouq Ishak, Arwan Gunawan

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 420

serta kuasa pengguna barang. Menurut Kabid BMD dan Kasubbid Inventarisasi dan Pengamanan BMD, proses sosialisasi di BPKAD Kota Cimahi berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan, selain itu sosialisasi mengenai peraturan ini sudah merata. Hal ini berbeda dengan pernyataan para Staff yang menyatakan bahwa sosialisasi mengenai peraturan ini belum ada/belum dilaksanakan.

Dalam proses implementasi PP Nomor 28 Tahun 2020 ini, Pemerintah Kota Cimahi sedang berupaya untuk beradaptasi. Tidak banyaknya ketentuan yang berubah menyebabkan Pemerintah Kota Cimahi dapat langsung menerapkan PP Nomor 28 Tahun 2020. Pemerintah Kota Cimahi sedikit melakukan penyelarasakan antara PP Nomor 27 Tahun 2014 dengan PP Nomor 28 Tahun 2020. Namun dalam praktiknya, para Staff menyatakan bahwa proses implementasi inventarisasi aset daerah berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 2020 belum dilaksanakan. Hal ini dikarenakan Permendagri yang berisi mengenai pedoman pengelolaan BMD belum terbit. Tentu hal ini bertolak belakang dengan pernyataan dari Kabid BMD dan Kasubbid Inventarisasi dan Pengamanan BMD.

Staff juga menambahkan, Pemerintah Kota Cimahi masih menggunakan aturan lama karena belum terbitnya pedoman mengenai pengelolaan BMD dari Kemendagri. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa proses sosialisasi belum tersampaikan secara merata dan baru diketahui oleh beberapa pihak saja. Tak hanya itu, muncul asumsi dari penulis bahwa sebenarnya PP Nomor 28 Tahun 2020 telah diterapkan oleh Pemerintah Kota Cimahi namun para Staff tidak mengetahui secara detail ataupun tidak menyadari adanya perubahan. Hal itu terjadi karena sosialisasi mengenai PP Nomor 28 Tahun 2020 belum mereka dapatkan dan juga karena tidak banyak perubahan/perbedaan antara PP Nomor 27 Tahun 2014 dengan PP Nomor 28 Tahun 2020.

Pemerintah Kota Cimahi melakukan pendataan BMD dengan cara manual oleh pengurus barang setelah bukti transaksi selesai/BAST. Semua BMD didata yang nantinya akan dicatat dalam Kartu Inventarisasi Barang yang terdiri dari: KIB-A (Tanah) hingga KIB-F (Kontruksi dalam Pengerjaan). Suatu aset tidak dapat langsung dicatat tanpa melalui proses pendataan terlebih dahulu, data aset yang diterima oleh BPKAD Kota Cimahi adalah aset yang telah jelas statusnya. Pada pelaksanaannya, pihak BPKAD tidak dapat langsung mencatat suatu aset jika aset tersebut belum pasti. Aset yang sudah didata oleh BPKAD sendiri terkadang bisa mengalami perubahan, sehingga pihak BPKAD sendiri harus bisa memastikan data mana saja dapat langsung dicatat. Selain itu proses pencatatan BMD di Pemerintah Kota Cimahi oleh para pengurus barang dan pengurus barang pembantu dilaksanakan menggunakan SIPKD Aset dan dilaksanakan pada saat faktur/BAST selesai. Adapun kesulitan yang dihadapi yaitu mendapatkan dokumen transaksi dari masing-masing SKPD. Menurut Kabid Pengelolaan BMD Pemerintah Kota Cimahi, proses pencatatan BMD sedikit lebih sulit karena data yang diperlukan harus lengkap. Hal ini yang menyebabkan aset Pemerintah Kota Cimahi belum sepenuhnya memiliki sertifikat. Baru sekitar 50% aset milik Pemerintah Kota Cimahi yang sudah bersertifikat. Sulitnya pengumpulan data mengenai inventarisasi aset dari setiap SKPD, Kelurahan, maupun Kecamatan menyebabkan sukarnya sertifikasi aset tanah. Hal ini tentunya berdampak pada jumlah sertifikat aset yang akan terbit.

Agar dapat melihat potensi kekayaan daerah pada saat proses inventarisasi, baik aset bergerak maupun aset tidak bergerak, maka dibuatlah buku induk inventarisasi yang meliputi kode barang, nomor register, spesifikasi barang (jenis/nama barang, merek/tipe, no sertifikat, no pabrik, no charsis, no mesin), bahan cara perolehan barang, tahun perolehan ukuran barang, satuan, keadaan barang, jumlah barang, jumlah harga dan juga keterangan. Pelaporan BMD dilaksanakan dengan cara mencetak laporan dari SIPKD aset. Pelaporan ini dilaksanakan setiap triwulan oleh pengurus barang dan pengurus barang pembantu. Hasil pelaporan ini harus dipertanggungjawabkan oleh para pengguna barang, agar semua pemberitahuan mengenai BMD dapat disajikan dengan akurat kepada pihak yang memiliki kepentingan. Selain itu, pelaksanaan pengambilan putusan dalam rangka pengelolaan BMD dan pembuatan neraca Pemda didasarkan pada hasil dari pelaporan BMD yang

(7)

Siti Nur Anisya, Jouzar Farouq Ishak, Arwan Gunawan

dipublikasikan untuk umum.

5. Kesimpulan

Bersumber pada hasil penelitian dan pembahasan penulis mengenai inventarisasi aset yang belum bersertifikat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 di Pemerintah Kota Cimahi (BPKAD Kota Cimahi) dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan masalah pada bab I yaitu belum meratanya proses sosialisasi PP Nomor 28 Tahun 2020. Meskipun demikian, Pemerintah Kota Cimahi sudah mulai menerapkan PP Nomor 28 Tahun 2020 karena hanya terdapat sedikit perbedaan antara PP Nomor 28 Tahun 2020 dengan PP Nomor 27 tahun 2014. Proses inventarisasi yang dimulai dari pendataan, pencatatan dan juga pelaporan dapat langsung diterapkan karena Pemerintah Kota Cimahi tinggal melanjutkan apa yang sudah ada sebelumnya. Adapun peraturan pendukung yakni Peraturan Daerah masih sedang dirumuskan oleh DPRD Kota Cimahi. Meningkatnya pengelolaan aset daerah merupakan suatu bukti dipatuhinya peraturan-peraturan yang berlaku, adapun hal yang masih menjadi kendala dalam proses inventarisasi ini adalah sulitnya mendapatkan data aset dari masing-masing SKPD, Kelurahan dan juga Kecamatan yang menyebabkan proses sertifikasi aset terhambat.

Daftar Pustaka

Merianto, T. (2020). Penyusunan Model Pengamanan Aset Tidak Bergerak di Kabupaten Sumenep.

Jurnal Ilmu Akuntansi, 77-96.

Miles, B. M., & Hubermen, M. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Patimah, T. (2017). Pengaruh Penatausahaan Aset Tetap terhadap Kewajaran Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Tasikmalaya). Politeknik Negeri Bandung.

Yuliansyah, R. (2016). Analisis Sistem Inventarisasi dan Penilaian Barang Milik Daerah Terhadap Kualitas Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bekasi. STIE Ekonomi, 159-183.

Gambar

Gambar I. SOP Pensertifikatan Tanah BPKAD Kota Cimahi  Sumber: Buku SOP Pensertifikatan Tanah BPKAD Cimahi
Gambar II. SOP Pensertifikatan Tanah BPKAD Kota Cimahi  Sumber: Buku SOP Pensertifikatan Tanah BPKAD Kota Cimahi

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah untuk kedepannya dalam melakukan penelitian yang serupa dapat menambahkan waktu dalam memberikan perlakuan kepada

Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah apabila nilai B/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan untung dan layak untuk dijalankan, karena besarnya

(Sumber: Departemen Pemukiman & Prasarana Wilayah, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen, 2003)... 99 Lampiran 2 Nomogram Analisa fatik dan beban ijin berdasarkan rasio

Kegunaan Teoritis dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengelolan perpustakaan sehingga dapat meningkatkan minat

Puji dan syukur ke hadirat Allah swt, karena dengan petunjuk dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja

Sedangkan tujuan utama peneliti untuk mencari tahu besarnya pengaruh rasio tingkat pengembalian ekuitas, laba per lembar saham, ukuran perusahaan dan

Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa justifikasi untuk menerapkan kebijakan Congestion Pricing meliputi beberapa alasan, antara lain jalan adalah barang langka

Menghasilkan lulusan S3 yang mampu melakukan penelitian berkualitas dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan publikasi di jurnal ataupun seminar internasional yang