• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya dalam menciptakan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya dalam menciptakan dan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya dalam menciptakan dan menumbuhkan kapasitas masyarakat menjadi lebih baik, baik secara individu ataupun dalam kelompok, untuk memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan.

Pemberdayaan masyarakat membutuhkan partisipasi yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah dan pihak yang lain untuk memberikan peluang dan memastikan keberlanjutan beberapa hasil yang ingin dicapai.1

Terdapat beberapa jenis permasalahan pemberdayaan yang terdapat di masyarakat, salah satu di antaranya yaitu masalah pemberdayaan di bidang kesehatan. Permasalahan kesejahteraan dalam bidang kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu masalah kematian ibu dan bayi. Di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), berdasarkan data profil kesehatan pada tahun 2018 dari Dinas Kesehatan provinsi Nusa Tenggara Barat, di kabupaten Lombok Timur menjadi terdapat angka bayi yang tergolong tinggi yakni dengan angka 12 kasus (tertinggi nomor 2 setelah Kabupaten Lombok Tengah).2 Tingkat kematian bayi sendiri menjadi satu dari sekian banyak indikator dalam menilai derajat kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan angka kematian bayi (AKB) menunjukkan kemampuan dan kualitas suatu pelayanan kesehatan.

1https://www.kemsos.go.id/content/pemberdayaan-masyarakat diakses pada 30 September 2019

2Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018 – Depkes.go.id

(2)

2 Tingginya angka kematian bayi merupakan suatu permasalahan yang masih sering ditemukan di desa berkembang. Hal ini dikarenakan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang langkah-langkah untuk meminimalisir resiko kematian bayi, serta fasilitas yang kurang memadai dari pemerintah. Selanjutnya Helmizar (2014)3 menjelaskan bahwa angka kematian ibu dan bayi menjadi instrumen pengukuran yang banyak digunakan oleh negara-negara di dunia dalam pembentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Humen Development Index (HDI).

Dalam rangka meningkatkan layanan kesehatan masyarakat dibutuhkan suatu lembaga, organisasi atau kelompok yang mempelopori peningkatan pelayanan kesehatan tersebut. Lembaga kesehatan adalah suatu elemen penting pada suatu kelompok masyarakat yang bertugas memberi layanan kesehatan dasar kepada masyarakat di masing-masih wilayah kerja mereka. Contoh-contoh institusi / organisasi atau kelompok ini, seperti Lembaga Kesehatan Komunitas Indonesia (LAKSMI), Asosiasi Dokter Indonesia (IDI), dll.

Di tingkat desa atau kelurahan Posyandu merupakan contoh dari institusi kesehatan yang bekerja untuk membantu Puskesmas (lembaga kesehatan kecamatan) untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) adalah bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan dilakukan, dari, oleh dan dengan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk memberdyakan masyarakat dan memberikan

3Helmizar. 2014. Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indoneisa. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 1 No 1. Hal 1

(3)

3 kenyamanan yang lebih besar kepada masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan dasar.4

Guna mempercepat proses peningkatan pelayanan kesehatan yang ada, melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), disebutkan bahwa Kelompok kerja operasional Posyandu yang kemudian dikenal dengan Pokjanal Posyandu merupakan suatu program dari pemerintah yang dibentuk guna memperbaiki masalah-masalah di dalam tubuh posyandu itu sendiri, termasuk di dalamnya mengenai kurangnya kualitas pelayanan Posyandu.

Pembangunan di bidang kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang meiliki tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kapasitas hidup sehat sehingga setiap orang agar menyadari tingkat kesehatan masyarakat semaksimal mungkin. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan diuraikan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan proses peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun keluarga, diharapkan masyarakat dapat memainkan peran aktif dalam upaya kesehatan yang difasilitasi dalam proses penyelesaian masalah melalui pendekatan pendidikan dan partisipatif dan memperhatikan potensi, serta budaya local setempat.

Salah satu daerah yang memiliki permasalahan dalam hal pemberdayaan kesehatan yang cukup besar yakni Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok

4 Depkes RI, 2006

(4)

4 Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya yang tidak diiringi dengan penambahan kuantitas dan kualitas pelayanan Posyandu menjadi penyebab kurang optimalnya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

Berdasar atas data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, dari 67 Posyandu yang tersebar di 10 desa, hanya 11 Posyandu yang berfungsi dengan optimal.5 Hal ini dikarenakan oleh minimnya jumlah kader posyandu yang tersedia, pengetahuan kader yang kurang, serta partisipasi warga yang rendah untuk mengikuti kegiatan posyandu.Dengan jumlah masyarakat sebesar 43.354 jiwa kondisi ini dapat berakibat buruk terhadap pelayanan kesehatan termasuk dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan6. Apabila tidak dikelola dengan baik, keadaan ini dapat mengancam kemandirian masyarakat di bidang kesehatan di Kecamatan Sakra Timur.

Pemberdayaan masyarakat sendiri harus diawali dengan masalah dan potensi spesifik wilayah tersebut, oleh karena itu, delegasi otoritas yang diperlukan lebih besar daripada pusat wilayah untuk merawat daerah tersebut. Persiapan regional dalam penerimaan dan pelaksanaan otoritasnya sangat dipengaruhi oleh tingkat kapasitas regional yang mencakup perangkat organisasi dan sumber daya manusia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat di tahun 2018 Kabupaten Lombok Timur menjadi kabupaten dengan tingkat

5Bidang Promosi Kesehatan dan Pengelolaan SDM Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017

6SakraTimurdalamAngka, 2018

(5)

5 pembanguan masyarakat terendah nomor 2 di bawah Kabupaten Lombok Utara.7 Salah satu penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lombok Timur adalah tingkat kesehatan masyarakat yang rendah, hal ini ditunjukkan dari tingginya angka kematian ibu sejumlah 40 dan angka kematian bayi sejumlah 12.8

Pemberdayaan kesehatan ditujukan guna meningkatkan kemauan, kesadaran diri dan kapasitas masyarakat dalam realisasi kehidupan yang sehat untuk semua sehingga tingkat kesehatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Tingginya tingkat kematian ibu, tingkat kematian bayi dan kurangnya prevalensi gizi pada anak kecil adalah masalah dalam upaya untuk membentuk area yang memiliki tingkat kesehatan yang baik.

Usaha untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia dengan memaksimalkan potensi lingkungan yang ada dilaksanakan merata melalui sistem pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yaitu melalui Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu.9 Posyandu merupakan contoh pembangunan masyarakat di bidang kesehatan masyarakat, hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. Diharapkan melalui kegiatan Posyandu ini masyarakat dapat mengatasi problem kesehatan secara mandiri dengan suatu pembinaan yang terintegrasi dengan layanan kesehatan.

7https://ipm.bps.go.id/data/provinsi/metode/baru/5200, diaksespadatanggal 14 Juni 2020

8 Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018

9 Buku Pegangan Kader Posyandu: Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2012

(6)

6 Untuk mendorong percepatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu hadir sebagai lembaga pembina dari pemerintah untuk membahas kemajuan dan kendala yang ditemui dalam penyelenggaraan Posyandu, serta mewujudkan peningkatkan kesadaran, kemauan untuk hidup sehat serta mewujudkan tingkat kesehatan masyarakat yang optimal, memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam semua bentuk upaya kesehatan..10

Dengan prinsip yang dimilik Posyandu yakni dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, Posyandu tidak sendiri dalam menjalankan tugasnya melainakan melalui dukungan bantuan dari pemerintah. Bantuan dari pemerintah berupa fasilitasi, bimbingan teknis, pemenuhan sarana/prasarana dasar, seperti: bantuan obat-obatan , vaksin, sarung timbangan, dacin, dll. Dari penjelasan di atas, maka fungsi pembinaan oleh pemerintah kepada Posyandu tetap ada melalui Pokjanal Posyandu.

Salah satu kecamatan yang menjadi tempat diimplementasikannya program Pokjanal Posyandu di Lombok Timur adalah Sakra Timur. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2009 melalui SK Bupati No. 188.45/231/PMD/2009.

Kecamatan Sakra Timur dengan jumlah 67 Posyandu yang tersebar di 10 desa memiliki beberapa masalah seperti; di beberapa desa ditemukan bahwasanya secara kualitas dan kuantitas, kualitas pelayanan posyandu masih perlu untuk ditingkatkan

10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

(7)

7 baik dari kader maupun sarana dan pra-sarana yang ada.11 Walaupun pada akhirnya terjadi perkembangan jumlah Posyandu menjadi 74 Posyandu pada Tahun 2019.

Kondisi yang menyebabkan program Pokjanal Posyandu dianggap perlu dilakukan di Kecamatan Sakra Timur adalah tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu dan prevalensi gizi kurang pada balita yang belum bisa ditangani oleh Posyandu-posyandu yang ada di Sakra Timur. Memiliki jumlah penduduk yakni 43.771 jiwa, jumlah posyandu dengan pelayanan optimal masih sedikit, yakni berjumlah 11.12 Diharapkan dengan program Pokjanal Posyandu ini dapat memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan dengan memperbaiki kualitas pelayanan Posyandu yang nantinya dapat menuju kemandirian dan keswadayaan masyarakat.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui implementasi program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu di Kecamatan Sakra Timur yang dibentuk untuk mengoptimalkan peran dan fungsi Posyandu untuk pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Adapun subjek penelitian ini yaitu posyandu yang terdapat di Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur.

Oleh karena itu peneliti memutuskan judul penelitian “Implementasi Program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu dalam Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan”

11Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018

12 “Kecamatan Sakra Timur dalam Angka 2018” dalam BPS Kabupaten Lombok Timur . Nomor 1102001.5203022 (Katalog)

(8)

8 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana implementasi program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu dalam memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan di Kecamatan Sakra Timur?

2. Apa saja permasalahan program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu dalam memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan di Kecamatan Sakra Timur?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah yang sudah dijabarkan, maka peneilitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu dalam memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan di Kecamatan Sakra Timur.

2. Untuk mengetahui permasalahan program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu dalam memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan di Kecamatan Sakra Timur

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat baik dalam segi teori maupun praktis sebagai berikut:

(9)

9 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis memiliki manfaat satu di antaranya diharapkan mampu memberi manfaat ilmu pengetahuan maupun referensi kepada pembaca ataupun penelitian selanjutnya mengenai Implementasi Program nasional Kelompok Kerja Nasional (Pokjanal) Posyandu dalam memberdayakan masayarakat di bidang kesehatan. Penelitian ini berkaitan dengan mata kuliah Kebijakan Publik serta Organisasi dan Manajemen Pemerintahan, kemudian juga dapat dijadikan referensi bagi peneliti lainnya.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat yang diharapkan secara praktis dari penelitian ini adalah:

a) Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kebermanfaatan sebagai referensi mata kuliah mengenai kebijakan publik serta organisasi dan manajemen pemerintahan, yang di mana melalui salah satu program pemerintah mampu memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan.

b) Program Studi Ilmu Pemerintah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang

Menambah kajian dan referensi pemikiran sebagai upaya pengembangan di bidang ilmu politik dan pemerintahan. Selain itu juga sebagai tambahan materi untuk penelitian skripsi dan tugas mata kuliah lainnya.

c) Pemerintah Daerah

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya Kecamatan Sakra Timurdan OPD terkait dalam memberdayakan masyarakat melalui

(10)

10 program yang sudah ada yakni Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu.

d) Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan informasi tentang bagaimana pentingnya mengikuti program pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu.

E. Definisi Konseptual dan Operasional 1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri yang sama.Dalam penelitian ini konsep yang digunakan bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa hasil penelitian.

Maka konsep-konsep yang dijabarkan dalam definisi konsep adalah:

a) Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksanaan kebijakan dilakukan melalui aktivitas-aktivitas atau kegiatan dengan tujuan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan sasaran kegiatan itu sendiri. Keberhasilan suatu Implementasi Program dapat dilihat atau diukur dari proses pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidak tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Daniel A.

Mazmanian dan Paul A. Sabatier menjelaskan makna implementasi sebagai

“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk

(11)

11 undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk mengaturproses implementasinya”.13

Oleh karena itu, pemerintah daerah dalam mengimplementasikan suatu kebijakan harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang mengatur kebijakan tersebut, agar sasaran dan tujuan yang ingin dicapau sesuai dengan rancangan yang telah disusun.

b) Kelompok Kerja Operasional Posyandu

Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu. Pokjanal Posyandusendiri berkedudukan di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.14Dalam melakukan pembinaan terhadap Posyandu di bidang kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan penyuluhan kesehatan, Pokjanal bermitra dengan Dinas Kesehatan yang kemudian bersinergi untuk mengidentifikasi permasalahan terkait bidang kesehatan yang ada di suatu daerah dan kemudian mencari solusi dari permasalahan tersebut. Untuk pemberdayaan bidang kesehatan, Pokjanal Posyandu memiliki 3 (tiga) pelayanan seperti:

1) Pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; 2) Pengendalian penyakit

13 Haedar Akib, “IMPLEMENTASI PROGRAM: Apa, Mengapa, dan Bagaimana”. Jurnal Administrasi Publik. Vol. 1 No. 1, Tahun2010, Hlm. 6

14 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013

(12)

12 dan penyehatan lingkungan; dan 3) Perilaku hidup bersih dan sehat. Setiap pelayanan tersebut akan dilaksanakan di setiap daerah tempat Pokja dibentuk, karena Posyandu merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan dasarberbasis masyarakat. Maka dapat diartikan, bahwa Pokjanal Posyandu dalam menjalankan tugasnya untuk memberdayakan masyarakat akan menganalisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan yang ada.

c) Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).

Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasan.15 . Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat bersangkutan. Masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat serta inovatif, tentu memiliki keberdayaan tinggi . Keberdayaan masyarakat adalah unsur–unsur yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan (survive) dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan.

Pemberdayaan di bidang kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

15Edi Suharto, “MembangunMasyarakatMemberdayakan Rakyat KajianStrategis Pembangunan KesejahteraanSosialdanPekerjaanSosial”, 2014, Hlm: 57

(13)

13 orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.16 Peningkatan kesadaran dan kemampuan hidup sehat adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi. Bentuk dari pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan ini adalah dengan memberikan pendampingan, mengedukasi dan memfasilitasi masyarakat yang dianggap kurang mampu dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di lingkungannya.

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, dibutuhkan suatu operasional untuk memberi kemudahan bagi peneliti guna menjelaskan indikator-indikator yang ditetapkan.

Adapun variabel-variabel yang akan didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi Pogram Pokjanal Posyandu dalam Memberdayakan Masyarakat di Bidang Kesehatan di Kecamatan Sakra Timur

a. Program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu

b. Sumber daya dalam implementasi program Pokjanal Posyandu di Kecamatan Sakra Timur yang meliputi sumber daya manusia, sarana atau fasilitas, dan anggaran.

c. Koordinasi antar pelaksana program Pokjanal Posyandu di Kecamatan Sakra Timur.

16 Ibid

(14)

14 d. Target atau capaian dari program Pokjanal Posyandu di Kecamatan Sakra

Timur.

e. Manfaat dari adanya program Pokjanal Posyandu di Kecamatan Sakra Timur di bidang kesehatan.

2. Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi Pogram Pokjanal Posyandu dalam Memberdayakan Masyarakat di Bidang Kesehatan di Kecamatan Sakra Timur

a. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap program Pokjanal Posyandu di bidang kesehatan

b. Rendahnya kualitas kader Posyandu dalam mengimplementasikan program Pokjanal Posyandu di bidang kesehatan

c. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung program Pokjanal Posyandu di bidang kesehatan.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.17

Dengan menggunakan metode kualitatif penelitian ini diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan pola-pola nilai yang dihadapi dan situasi yang dapat berubah-ubah selama penelitian berlangsung.

17 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2016) Hlm. 3

(15)

15 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif yang mana hasil dari penelitian ini nantinya dapat menghasilkan data-data deskriptif.

Adapun data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, dan keadaan tertentu yang diamati. Kedepannya, peneliti akan mendiskripsikan bagaimana implementasi program Pokjanal Posyandu dalam memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan.

Hasil dari penelitian ini nantinya berupa deskripsi fenomena di lapangan terkait dengan rumusan masalah. Melalui penelitian deskriptif kualitatif akan digambarkan mengenai bagaimana implementasi program nasional Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu dalam memberdayakan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang didapat secara langsung dari subjek peneltian guna kepentingan penelitian. Selanjutnya yang dimaksud dengan data sekunder adalah data pendukung yang didapat melalui penelitian-penelitian terdahulu dan juga dikumpulkan melalui data-data yang diterbitkan oleh media massa ataupun instansi lain. Adapun perincian sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui observasi di lapangan, wawancara dan dokumentasi. Adapun data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek

(16)

16 penelitian seperti Kader Posyandu dan Kelompok Kerja Operasional Posyandu Kecamatan Sakra Timur di Kecamatan Sakra Timur.

Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai implementasi program Kelompok Kerja Operasional Posyandu di Kecamatan Sakra Timur, dan data pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

b) Data sekunder dalam penelitian ini berupa buku, jurnal, media massa, penelitian terdahulu, peraturan perundang-undangan dan atau informasi lainnya mengenai implementasi program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitin, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian ini tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.18

Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian.

1. Observasi

Observasi yang peneliti lakukan adalah dengan ikut serta dalam kegiatan Pokjanal Posyandu di Kecamatan Sakra Timur.

18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2016) Hlm. 62

(17)

17 Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan Pokjanal Posyandu di Kecamatan Sakra Timur terkait pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak yang terlibat dalam program Pokjanal Posyandu seperi kader Posyandu di setiap desa, pengurus Puskesmas Kecamatan Sakra Timur, dan pihak-pihak terkait lainnya.

Adapun hal-hal yang perlu diwawancarai adalah mengenai bagaimana implementasi program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu dalam pemberdayaan masyarakat terkait dengan peningkatan unsur pemberdayaan masyarakat pada aspek kesehatan.

3. Dokumentasi

Dalam metode kualitatif dokumentasi dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada, baik berupa transkrip, buku, surat kabar dan lain sebagainya.

Adapun dokumen yang peneliti cari adalah data pengembangan Posyandu terkait dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di Kecamatan Sakra Timur.

4. Subjek Penelitian

Informasi mengenai fakta atau pendapat yang sesuai dengan penelitian ini nantinya akan diberikan oleh mereka yang menjadi subjek penelitian, Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

(18)

18 1. Sekretaris Pokja Kecamatan Sakra Timur

2. Kader Posyandu di Kecamatan Sakra Timur

3. Masyarakat penerima program dari Pokja Posyandu Kecamatan Sakra Timur

5. Lokasi Penelitian

Tempat untuk mencari kemudian mengumpulkan informasi mengenai data penelitian dan berinteraksi dengan subjek penelitian disebut lokasi penelitian.

Penelitian ini akan dilakukan bertempat di:

1. Kantor Camat Sakra Timur

2. Puskesmas Lepak, Kecamatan Sakra Timur 3. Posyandu di Kecamatan Sakra Timur:

6. Analisis Data

Dalam Miles dan Huberman (1992), terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data pada penelitian ini akan dilakukan melalui proses mencari dan menyusun secara sistematis data mengenai program Pokjanal Posyandu yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi di lapangan.

1. Reduksi Data

Adapun data-data yang akan direduksi adalah perkembangan kesehatan masyarakat setelah dilaksanakannya program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu di Kecamatan Sakra Timur.

Reduksi data dalam penelitian ini merupakan kegiatan merangkum dan meringkas data-data yang sudah didapatkan mengenai masalah

(19)

19 Implementasi Program dari program Pokjanal Posyandu di tempat penelitian.

2. Pemaparan/Penyajian Data

Adapun data-data yang akan dipaparkan dalam penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat terkait dengan aspek kesehatan yang menjadi program Pokjanal Posyandudi Kecamatan Sakra Timur.

Dengan penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi di lapangan terutama dalam hal implementasi program Pokjanal Posyandu dalam melakukan pemberdayaan masayarakat.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian ini kesimpulan akan diambil secara bolak-balik di antara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian.

Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, apakah dari program Pokjanal yang telah diimplementasikan mempengaruhi kemandirian masyarakat.

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data, juga merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

(20)

20 1. Kerangka Berpikir

Kelompok Kerja Opearasional (Pokjanal) Posyandu Karakteristik Masalah

Karakteristik Kebijakan

Variabel Lingkungan Mengarahkan

kebijakan

Merubah adat masyarakat

Masyarakat Implementasi

Pokjanal Posyandu Permenkes No.

8 Tahun 2019

Formulasi SIP Pemberdayaan

Masyarakat Bidang Kesehatan

(21)

21 Kerangka berpikir di atas merupakan gambaran dari alur dari pemikiran untuk dapat menganalisis permasalahan yang telah ditentukan oleh peneliti secara komprehensif. Peneliti mencoba untuk mengkonstruksikan pembahasan dari masalah secara sistematis terkatit dengan implementasi program kelompok kerja oparsional (pokjanal) Posyandu dalam memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan. Landasan teori yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam membahas implementasi program Pokjanal Posyandu di Kecamatan Sakra Timur didasarkan pada teori Implementasi Kebijakan Publik yang dikemukakan oleh Daniel A.

Mazmainan dan Paul Sabatier. Terdapat tiga indikator untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan publik, seperti karakteristik masalah, karakteristik kebijakan dan variabel lingkungan. Selanjutnya peneliti akan mengelaborasikan indicator keberhasilan kebijakan public tersebut sesuai denagn temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian.

Indikator pertama yakni berkaitan dengan karkteristik masalah, dalam pelaksanaan program Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu ini pemerintah selaku pemangku kebijakan masyarakat pasti memiliki beberapa tantangan di dalam mengimplementasikan kebijakan yang sudah dirancang.

Terdapat masalah yang secara teknis mudah untuk dipecahkan, seperti mengarahkan kebijakan kepala desa. Sedangkan untuk permasalahan yang sulit dipecahkan yakni dalam mempengaruhi atau merubah habbit masyarakat.

Indikator kedua berkaitan dengan karakteristik kebijakan, program pemberdayan yang diselenggarakan oleh tim Pokjanal Posyandu Kecamatan Sakra Timur sudah barang tentu harus dapat dipahami oleh para implementor (kader Posyandu). Karena apabila kebijakan yang ada tidak memiliki kejelasan dan sulit

(22)

22 dipahami makan akan memungkinkan lahirnya suatu distorsi dan penafsiran ganda dalam implementasi program tersebut.

Indikator terakhir adalah variable lingkungan, kondisi lingkungan masyarakat serta tingkat kemajuan teknologi memiliki andil besar dalam mempengaruhi keberhasilan suatu program kebijakan untuk diimplementasikan.

Masyarakat yang sudah terbuka relatif lebih mudah untuk menerima program- progran pembaharuan dari pemerintah dibandingkan dengan mereka yang masih tertutup. Selanjutnya keberhasilan suatu program tidak bisa terlepas dari kemajuan teknologi, karena program-program tersebut dapat lebih mudah untuk disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi kekinian.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh luas wilayah yang ada, banyaknya PUS yang menikah terhadap tingkat kepadatan penduduk, maka data yang diperoleh penulis

besar maupun perusahaan kecil dapat melakukan transaksi antar pihak berelasi. Hal tersebut dikarenakan dalam perkembangannya, praktek transfer pricing dimanfaatkan

Sebagai suatu pedoman, maka dapat dirumuskan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

Teknik analisis bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini adalah deduksi, sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode

Beberapa mahasiswa mulai mengangkat tema anatomi dengan melihat serta membandingkan an- tara jenis satu dengan yang lain sebagai data pen- dukung untuk

a) Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui observasi di lapangan, wawancara dan dokumentasi. Adapun data primer dalam penelitian ini

Dokumen RIP-UNDIP ini memuat enam bab yaitu: (i) Bab I, Pendahuluan, yang menjelaskan peran dan fungsi rencana induk penelitian, (ii) Bab II, Landasan