• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja atau sering disingkat dengan K3 adalah variabel yang dapat memberikan ketenangan dalam melaksanakan pekerjaannya.

Apalagi jika pekerjaan yang dilakukan seseorang itu berisiko. Dibutuhkan ketentuan yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja sehingga pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan tenang. Untuk itu, setiap oragnisasi perlu memperhatikan kedua aspek tersebut.

Menurut Suma’mur dalam Widodo (2015:235) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya perlindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

Menurut Leon C. Megginson dalam Mangkunegara (2013:161) menyatakan bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Resiko keselamatan merupakan aspek- aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Sedangkan resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres, emosi atau gangguan fisik.

Menurut Ridley, Jhon dalam Sinambela (2017:365) menyatakan bahwa, “K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut”.

(2)

Menurut Hanggraeni (2012:176) menyatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disingkat K3 jika diartikan secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan, K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Mangkunegara (2013:162) tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, seefektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Menurut Satria dalam Widodo (2015:237), Tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.

2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat secara aman dan efisien.

3. Menjamin proses produksi berjalan lancar.

(3)

Menurut Yani (2012:164) Tujuan dari Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja lepas.

2. Sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan dan memberantas penyakit penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.

3. Pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

4. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia.

5. Pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatan ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.

6. Selain itu juga dapat memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya limbah bahan-bahan proses industrialisasi yang bersangkutan.

7. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk industri.

2.3. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Hanggraeni (2012:171) manfaat dari Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja merupakan suatu sistem yang bertujuan melakukan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan yang diakibatkan oleh aktivitas kerja dan juga pencegahan akan timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh hubungan kerja didalam lingkungan para karyawan.

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak bisa diabaikan lagi oleh perusahaan. Apabila perusahaan menerapkan

(4)

manajemen K3 yang baik, maka ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan oleh perusahaan diantaranya:

1. Menurunkan tingkat trunover pekerja 2. Menciptakan kondisi kerja yang baik 3. Mengurangi tingkat absensi

4. Meningkatkan produktivitas

Sedangkan, apabila perusahaan mengabaikan manajemen K3 maka beberapa dampak buruk yang akan ditimbulkan diantaranya:

1. Meningkatnya angka kecelakaan dan kematian pekerja 2. Terganggunya proses operasional perusahaan

3. Mengurangi output produksi

4. Terciptanya hubungan industrial yang buruk

Selain itu, perusahaan juga mungkin akan meghadapi tuntutan hukum dari pekerja atau keluarga pekerja yang megalami kecelakaan dan juga tuntutan hukum dari pihak yang berwenang. Bahkan apabila dianggap sudah melebihi batas kewajaran, mungkin saja pemerintah melakukan penutupan paksa terhadap perusahaan.

Menurut Yani (2012:163) manfaat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan Karyawan

2. Memperlihatkan Kepatuhan Pada Peraturan dan Undang-Undang 3. Mengurangi Biaya

(5)

4. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif

5. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan

2.4. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:162) Beberapa penyebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai:

1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya.

b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

2. Pengaturan Udara

a. Pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).

b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3. Pengaturan Penerapan

a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4. Pemakaian Peralatan Kerja

a. Pengaman peralatan kerja yang sudah using atau rusak.

b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil

(6)

b. Emosi pegawai yang tidak stabil., kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya.

Menurut Yani (2012:159) Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya:

1. Faktor Fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dll.

2. Faktor kimia, yaitu berupa gas uap, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda-benda padat.

3. Faktor Biologi, yaitu baik dari golongan hewan, maupun dari tumbuh- tumbuhan.

4. Faktor fisiologis, seperti kontruksi mesin, sikap dan cara kerja.

5. Faktor Material-Psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dan sebagainya.

Menurut Dessler dalam Hanggraeni (2012:173) secara umum ada dua penyebab atau sumber terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:

1. Faktor kondisi kerja yang tidak aman. Faktor ini berasal dari perusahaan.

Kondisi kerja yang tidak aman dianggap sebagai salah satu sumber terjadinya kecelakaan kerja. Ketidakamanan bisa saja berasal dari peralatan yang tidak memenuhi standar, kerusakan mesin, tidak adanya prosedur operasional, yang jelas, proses penyimpanan (storage) yang tidak aman seperti kelebihan

(7)

muatan dll, pencahayaan di tempat kerja yang tidak pas seperti terlalu terang atau terlalu redup, dan juga ventilasi udara yang tidak sehat.

2. Faktor perilaku kerja yang tidak aman. Faktor ini berasal dari sisi pekerja.

Bila saja perusahaan telah menerapkan kondisi kerja yang aman, telah memenuhi semua standar keamanan yang ada, dan menerapkan sistem manajemen K3. Akan tetapi, kecelakaan masih terjadi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan dari perilaku kerja para pekerja yang tidak mengikuti kaidah dan standar K3. Misalkan, standar operasional telah dibuat dengan jelas dan rinci, tetapi kemudian pekerja tidak mematuhi sehingga terjadilah kecelakaan.

Atau bisa jadi pekerja tidak menyadari pentingnya mematuhi standar-standar keselamatan yang telah diterapkan sehingga kemudian pekerja menjadi lalai dalam mematuhi standar-standar tersebut selama bekerja.

2.5. Usaha-usaha dalam Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:162) Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.

2. Memberikan peralatan dan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada ligkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.

3. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan.

4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

(8)

5. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.

Menurut Widodo (2015:250) ada beberapa upaya untuk memelihara keselamatan dan kesehatan pada tempat kerja, antara lain:

1. Yakinkan para pekerja mendapat udara bersih yang cukup.

2. Hindari materi bangunan dan perlengkapannya yang tidak memenuhi syarat.

3. Uji kemungkinan adanya zat beracun terhadap bangunan yang baru sebelum ditempati.

4. Sediakan daerah yang bebas rokok.

5. Jaga agar saluran udara bersih dan kering.

6. Perhatikan keluhan-keluhan dari pekerja.

2.6. Cara Mencegah Kecelakaan Kerja

Menurut Hanggraeni (2012:174) Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

Pencegahan ini dilakukan untuk menghindari perusahaan dari permasalahan yang akan timbul apabila kecelakaan kerja sampai benar-benar terjadi. Beberapa cara pencegahan kecelakaan kerja diantaranya:

1. Mengurangi kondisi yang tidak aman. Hal ini dilakukan dengan cara memastikan bahwa kondisi dan lingkungan kerja telah memenuhi standar- standar keamanan.

2. Mengurangi perilaku yang tidak aman. Hai ini bisa dilakukan dengan cara memberikan kesadaran bagi para pekerja bahwa mematuhi standar-standar keamanan kerja adalah hal yang sangat penting.

(9)

3. Memilih pekerja yang memiliki sikap kerja yang baik. Proses seleksi juga berperan dalam hal manajemen. Perusahaan harus bisa memastikan bahwa pekerja yang dipilih memiliki sikap kerja yang baik. Artinya, pekerja tidak ceroboh, tidak lalai, bertanggung jawab, dan tidak memiliki intensi untuk tidak mematuhi peraturan.

4. Melakukan pelatihan K3. Pelatihan mengenai K3 penting untuk diadakan guna meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja akan sumber-sumber bahaya dan cara penanganannya sehingga bisa meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kerja.

5. Melakukan inspeksi dan motivasi secara terus-menerus, inspeksi harus selalu dilakukan untuk memastikan bahwa pekerja mematuhi dan melaksanakan standar keamanan yang ada. Apabila ditemukan pelanggaran, maka perusahaan bisa langsung melakukan koreksi dan hukuman kepada pekerja tersebut. Selain itu, motivasi untuk terus patuh terhadap standar keamanan juga harus selalu dilakukan, caranya bisa dengan menempelkan spanduk, poster, atau ajakan untuk selalu berperilaku kerja yang mengikuti standar keamanan.

6. Melakukan audit K3. Audit dilakukan untuk memastikan bahwa sistem dan manajemen K3 sudah direncanakan dan diimplementasikan dengan benar.

Audit ini berguna untuk menemukan apakah ada ketidaksesuaian antara standar yang telah ditetapkan dengan implementasi nyata dilapangan.

(10)

Menurut Kasmir (2016:286) cara-cara untuk mengurangi kecelakaan dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buat aturan tentang keselamatan

Artinya perusahaan harus membuat suatu peraturan tentang keselamatan kerja. Biasanya dalam bentuk buku uang diberi judul pedoman keselamatan kerja, baik untuk kondisi di darat, air, maupun di udara. Pedoman ini disosialisasikan dan dibagikan kepada seluruh karyawan untuk dilaksanakan.

2. Buatkan rambu-rambu yang mudah dibaca

Artinya setelah adanya pedoman keselamatan kerja, pihak perusahaan juga harus memasang rambu-rambu di setiap sudut yang dianggap penting.

Tujuannya agar karyawan dapat mengetahui, sekaligus mengingatkan mereka akan keselamatan kerja. Letak rambu-rambu tersebut selain strategis juga harus mencolok, sehingga mudah dilihat dan dibaca.

3. Sediakan alat pengaman kerja

Artinya dalam bekerja sudah disediakan berbagai alat pengaman tergantung dimana lokasi bekerja. Misalnya penutup kepala berupa helm, atau masker untuk penutup mulut, penutup telinga atau kacamata, sepatu khusus kerja atau baju kerja. Peralatan keselamatan kerja ini harus digunakan pada tempat dimana karyawan bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.

4. Selalu melakukan pemeliharaan alat secara terus menerus

Artinya peralatan kecelakaan kerja harus suatu waktu secara terus-menerus dijaga dan dipelihara. Tujuan agar fungsi dari peralatan tersebut tetap terjaga kualitasnya. Apabila fungsi alat-alat peralatan kecelakaan kerja sudah

(11)

dianggap tidak layak, maka sebaiknya jangan digunakan lagi dan digantikan dengan peralatan yang baru.

5. Melakukan pengawasan secara ketat

Artinya karyawan yang menggunakan peralatan keselamatan kerja harus diawasi secara ketat. Mengapa demikian? Karena kebanyakan karyawan lupa atau lalai tidak menggunakan peralatan kerja atau tidak menggunakan secara benar. Bahkan terkadang ada unsur kesengajaan untuk tidak menggunakan dengan berbagai alasan, misalnya karena alasan merepotkan.

6. Memberikan sanksi bagi yang melanggar

Artinya ada semacam sanksi atau tindakan bagi mereka yang tidak menggunakan peralatan bekerja selama bekerja. Sanksi ini bertujuan agar yang bersangkutan selalu ingat untuk menggunakan peralatan kerja. Lebih dari itu sanksi juga dapat memberikan efek pelajaran bagi karyawan bila melakukan hal yang sama.

2.7. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Menurut Ramli (2014:18) Kerugian akibat kecelakaan dikategorikan atas kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).

Kerugian langsung misalnya cedera pada tenaga kerja dan kerusakan pada sarana produksi.

Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga sering disebut juga sebagai kerugian tersembunyi (hidden cost) misalnya kerugian akibat terhentinya proses produksi, penurunan produksi, klaim atau ganti rugi, dampak sosial, citra dan kepercayaan konsumen.

(12)

2.7.1 Kerugian Langsung

Menurut Ramli (2014:18) Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi sebagai berikut:

1. Biaya Pengobatan dan Kompensasi

Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera berat, ringan, cacad atau menimbulkan kematian. Cedera ini akan mengakibatkan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas.

Jika terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Kerusakan Sarana Produksi

Kerugian langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan dan kerusakan. Perusahan harus mengeluarkan biaya untuk perbaikan kerusakan. Banyak pengusaha yang terlena dengan adanya jaminan asuransi terhadap aset organisasinya. Namun kenyataannya, asuransi tidak akan membayar seluruh kerugian yang terjadi, karena ada hal-hal yang tidak termasuk dalam lingkup asuransi, seperti kerugian terhentinya produksi, hilangnya kesempatan pasar atau pelanggan.

Karena itu, sekalipun suatu aset telah diasuransikan, tidak berarti bahwa usaha pengamanannya tidak lagi diperlukan. Justru dengan tingkat pengaman yang baik akan menurunkan tingkat risiko yang pada gilirannya dapat menurunkan premi asuransi.

(13)

2.7.2 Kerugian Tidak Langsung

Menurut Ramli (2014:19) Disamping kerugian langsung (direct cost), kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain:

1. Kerugian Jam Kerja

Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk membantukorban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas.

2. Kerugian Produksi

Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan.

3. Kerugian Sosial

Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial baik terhadap keluarga korban yang terkait maupun lingkungan sosial sekitarnya. Apabila seorang pekerja mendapat kecelakaan, keluarganya akan turut menderita. Bila korban tidak mampu bekerja atau meninggal, maka keluarga akan kehilangan sumber kehidupan, keluarga telantar yang dapat menimbulkan kesengsaraan.

Referensi

Dokumen terkait

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan MNC memberikan kontribusi yang besar bagi kerusakan lingkungan, seperti limbah industri serta sampah plastik yang

Pengubahan bentuk: Langkah ini dilakukan terhadap beberapa nilai atribut yang perlu diubah seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya dan juga penyesuaian bentuk

Dalam hal ini fungsi pretest adalah untuk melihat sampai mana keefektifan pengajaran menggunakan lagu berbahasa Jepang dalam pemahaman perubahan kata kerja bentuk

 Guru menjelaskan tema dan sub tema yaitu tema Aku dan kebutuhanku dengan sub-sub tema adalah kebersihan, kesehatan dan keamanan (mencegah dari virus corona)..  Guru

[r]

Kadang-kadang saluran empedu tidak terlihat jelas pada pemeriksaan USG untuk menentukan letak obstruksi, karena bagian distal saluran empedu sukar terlihat pada

Kepada Bapak Maryono yang membantu proses penerimaan kerja praktek penulis, Bapak Rizza Ghozali dari Candal produksi IIB yang telah membimbing kami dan meberikan

Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan bagian dari suatu sistem suatu sistem program manajemen yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya