• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan pustaka, dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan pustaka, dengan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan pustaka, dengan penekanan pembahasan pada tinjauan teori tentang mobilisasi dini, luka, sectio caesaria, kerangka teori, keranga konsep, variabel penelitian, dan hipotesa.

A. Mobilisasi dini 1. Pengertian

a). Mobilisasi

Mobilisasi adalah Suatu kegiatan untuk melatih hampir semua alat tubuh dan meningkatkan fleksibilitas sendi ( Taylor & Lemone, 1997 )

b). Mobilisasi dini

Mobilisasi dini segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien, yang dimulai dengan miring kiri dan kanan dapat dilakukan 6 – 10 jam setelah penderita sadar ( Mochtar M, 1998 ).

c). Jenis bantuan untuk mobilisasi

Jenis bantuan untuk melakukan mobilisasi bisa dengan satu perawat, dua

orang perawat, atau bantuan dengan alat yang berupa : walker, cone (

tongkat ), crutch, brace.

(2)

2. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini

Menurut E. Oswari ( 1993 ) keadaan umum klien harus diperhatikan untuk melakukan mobilisasi dini, dan harus dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan klien, timbulnya luka setelah pembedahan menimbulkan nyeri yang menyebabkan kecemasan dan rasa takut untuk melakukan mobilisasi, dukungan keluarga dan perawat diruangan sangat membantu dalam jalannya mobilisasi yang optimal, dan dilakukan secara bertahap, sosial budaya di lingkungan tempat tinggal juga ikut berperan dalam melakukan mobilisasi dini yang dilakukan pada pasien post partum dengan sectio caesaria.

3. Manfaat mobilisasi dini

Menurut Kozier dan Glenora, (1997) mobilisasi dini dapat membantu

meningkatkan pompa jantung untuk mempertahankan sirkulasi darah,

menstimulasi pernafasan, mengurangi statis gas atau udara, dan mempunyai

peranan penting dalam mengurangi komplikasi akibat immobilisasi

(Smeltzer, 2002). Mobilisasi dini pada pasca bedah, dapat dilakukan 6 – 10

jam setelah sadar dengan gerakan miring kanan dan kiri dengan bantuan

perawat atau keluarga dan kepala memakai bantal, pada hari pertama setelah

24 jam pembedahan, pasien dengan bantuan perawat dapat bangun dari

tempat tidur sebentar – sebentar sekurang – kurangnya 2 kali. Mobilisasi

dapat ditentukan waktunya sedemikian rupa sehingga preparat analgesik

yang baru diberikan akan mengurangi rasa nyeri. (William, 1995).

(3)

Hampir pada semua jenis operasi setelah 24-48 jam pasien dianjurkan meninggalkan tempat tidur, dengan tujuan untuk mobilisasi duduk dan berjalan sehingga dapat mengurangi nyeri dan komplikasi yang ditimbulkan akibat immobilisasi, perasaan sakit pertama melakukan mobilisasi memang sangat dirasakan.

B. Luka

1. Pengertian luka

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh, yang dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan serangga ( Sjamsuhidajat, 1997 ), menurut kozier ( 1995 ) luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.

2. Klasifikasi luka

Secara umum dibagi dua yaitu luka tertutup dan luka terbuka .

Luka tertutup yaitu luka dimana tidak terjadi hubungan dengan dunia luar.

Contohnya : luka memar, vulnus traumaticum.

Luka terbuka yaitu luka dimana terjadi hubungan antara luka dengan dunia

luar. Contohnya : luka lecet, luak sayatan, luka robek, luka tusuk, luka

potong, luka memar, dan luka tembak (Sumiardi, 1997)

(4)

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukan derajat luka (Taylor, 1997);

a). Luka bersih

Luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, tidak melibatkan saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran perkemihan.

b). Luka bersih terkontaminasi

Luka bedah yang melibatkan saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan saluran perkemihan. Luka tidak menunjukan terkontaminasi.

c). Luka terkontaminasi

Luka terbuka, segar, luka kecelakaan, luka bedah yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Luka menunjukan tanda infeksi.

d). Luka kotor

Luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan.

3. Penyembuhan luka

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan

memulihkan dirinya, peningkatan aliran darah kedaerah yang rusak,

membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian

dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa

bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk

mendukung proses penyembuhan luka. Sebagai contoh mobilisasi dini dapat

(5)

membantu memperlancar kerja pompa jantung untuk mensuplai aliran darah dari dan kearea luka dapat tercapai (Taylor, 1997) penyembuhan luka didefinisikan oleh Wound healing society (WHS) sebagai suatu proses yang kompleks dan dinamis sebagai akibat dari pengembalian kontinuitas dan fungsi anatomi.

4. Komponen penyembuhan luka

Menurut Black JM & Jakobs (1997) menuliskan : a) Kolagen

Kolagen secara normal ditemukan menghubungkan jaringan, melintasi luka dengan bermacam sel mediatot. Kolagen adalah sel yang paling penting pada penyembuhan fase inflamasi dan fase proliferasi karena sintesisnya, kolagen sisa, elastin dan proteoglikan. Substansi ini membangun kembali pertumbuhan jaringan.

b) Angiogenesis

Perkembangan dari pembuluh darah baru pada luka kotor dapat

didefinisikan selama pengkajian klinik. Awal tepi luka berwarna merah

terang dan mudah berdarah, selanjutnya selama beberapa hari berubah

jadi merah terang menjadi merah gelap, dan secara microkospis

angiogenesis dimulai beberapa jam setelah perlukaan.

(6)

c) Granulasi jaringan

Sebuah matrik kolagen, kapilarisasi, dan sel mulai mengisi daerah luka dengan kolagen baru membentuk sebuah scar, jaringan ini tumbuh dari tepi luka ke dasar luka. Granulasi jaringan diisi dengan kapilarisasi baru yang berwarna merah, tidak rata atau berbenjol halus,dan dikelilingi oleh fibroblas dan makrofag. Makrofag melanjutkan untuk merawat luka dan merangsang fibroblas dan proses angiogenesis, sebuah granulasi jaringan mulai dibentuk dan proses epitelisasi terbentuk.mulai dengan :

1) Kontraksi luka

Kontraksi luka adalah mekanisme dimana tepi luka menyatu sebagai akbat ekkuatan dalam luka, kontraksi dihasilkan dari kerja miofibroblast. Jembatan miofibroblast melintasi luka dan menarik tepi luka untuk menutup luka.

2) Epitelisasi

Epitelisasi adalah migrasi dari epitelisasi sel dari sekeliling kulit,

epitelisasi juga melintasi folikel rambut di dermis dari luka yang

sembuh dengan secondary intention. Besarnya luka atau kedalaman

luka memerluka skin graft, karena epidermal migrasi secara normal

dibatasi kira-kira 3 cm. epitelisasi dapat dilihat pada granulasi luka

bersih, dan epitelisasi sel terbagi selanjutnya migrasi epitelisasi

bertemu dengan sel yang sama dari tepi luka yang lain dan migrasi

berhenti.

(7)

5. Fase penyembuhan luka a). Fase inflamatori

Terjadi segera setelah luka 24 jam dan berakhir 3 – 4 hari, dimana terjadi proses hemostasis ( penghentian perdarahan ), akibat fase kontriksi pembuluh darah besar didaerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin dan platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel dan akan menghubungkan jaringan.

b). Fase proliferasi

Fase ini berlangsung dari hari ke- 3 atau 4 sampai hari ke- 21 setelah

pembedahan. Fibroblast ( menghubungkan sel – sel jaringan ) yang

berpindah kedaerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan,

diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut

proteoglikan kira – kira 7 hari setelah terjadi luka. Kolagen dan substansi

protein yang menambah tegangan permukaan dari luka, sehingga jumlah

kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga

kecil kemungkinan luka terbuka, selama waktu itu sebuah lapisan

penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Meningkatnya aliran

darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi

kesembuhan luka. Fibroblas berpindah dari pembuluh darah keluka

membawa fibrin, seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan

berwarna merah dan disebut sebagai granulasi jaringan lunak, tertutupnya

permukaan luka, epitelisasi atau tepi luka terkelupas. Menurut Schwarz

(8)

(2000) menuliskan tentang tahap penyembuhan luka pada fase proliferasi dan fibroplasia adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis kolagen dimana sintesi kolagen dimulai dalam 24 jam setelah cidera, namun tidak akan mencapai puncaknya hingga 5 hari kemudian. Setelah 7 hari sintesis kolagen akan berkurang secara perlahan-lahan.

Remodelling luka mengacu pada keseimbangan antara sintesis kolagen

dan degradasi kolagen, dimana pada saat serabut-serabut kolagen tua diuraikan oleh kologenase jaringan, serabut-serabut baru dibentuk dengan kepadatan pengerutan yang makin bertambah sehingga proses ini akan meningkatkan kekuatan potensial jaringan.

c). Fase maturasi

Fase ini dimulai hari ke- 21 dan berakhir 1 – 2 tahun setelah pembedahan.

Fibroblast terus mensintesis kologen, dan kologen menjalin dirinya menyatukan dalam struktur yang lebih kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

6. Faktor yang mempengaruhi proses kesembuhan luka

Karakata, S ( 1997 ), menuliskan faktor penyembuhan luka yaitu : a). Faktor lokal

Besar kecilnya luka, lokalisasi luka, kebersihan luka, bentuk luka, dan

infeksi akan mempengaruhi kesembuhan, lokalisasi luka

(9)

b). Faktor umum

Usia pasien, keadaan gizi, penyakit penderita dapat menghambat kesembuhan luka .

Menurut Stevens ( 1999 ) proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh :

a). Pengaliran darah lokal, ini harus seoptimal mungkin dalam proses penyembuhan yang baik

b). Ada atau tidak adanya edema, dengan adanya edema dapat menghalangi penyembuhan luka karena dengan demikian pengaliran darah akan terganggu

c). Zat – zat pembakar dan pembangun, zat – zat ini harus ada dalam kadar yang cukup dalam makanan yang dikonsumsi

d). Kebersihan luka, luka yang bersih akan lebih cepat sembuh daripada luka yang banyak terdapat nekrosis

e). Besarnya luka, luka yang besar akan lebih lama sembuhnya daripada luka yang kecil

f). kering atau tidaknya luka, luka yang kering akan lebih cepat sembuh

daripada luka yang basah, karena luka kering akan lebih cepat tumbuh

lapisan granulasi dibawah keropeng luka.

(10)

7. faktor yang mempersulit kesembuhan luka a). Timbulnya perdarahan

Sebagai akibat dari suatu kerusaka, dapat timbul ditempat – tempat berlemak yang kurang aliran darah. Pembuluh darah itu dapat rusak pada tempat yang berlemak tadi, akibat dari tegangan pada luka atau gerakan yang dipaksakan. Perdarahan itu dapat terjadi di luar maupun di dalam tubuh.

b). Adanya infeksi

Luka menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan microorganisme, oleh karena itu cara perawatan luka harus tertuju pada usaha untuk menghindari terjadinya pencemaran luka atau sedapat mungkin membatasinya. Meskipun demikian higiene luka merupakan satu – satunya faktor pada perawatan luka yang menyebabkan timbulnya infeksi karena kondisi umum pasien dan tempat terajdinya luka sangat menentukan dalam hal ini.

c). Usia pasien

Pada anak – anak dan orang muda luka sembuh lebih cepat dibandingkan pada orang tua.

d). Keadaan gizi / nutrisi

Pada penderita dengan gangguan gizi ( misalnya malnutrisi, defisiensi

dan avitaminosis vitamin tertentu, anemia ), luka sembuh lebih lambat (

Sumiardi, 1996 )

(11)

Menurut sjamsuhidayat ( 1997 ) menuliskan penyebab luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri ( endogen ) yaitu gangguan koagulasi dan gangguan sistem imun, karena semua pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka, sistem imun juga dipengaruhi oleh kebutuhan nutrisi. Sedangkan penyebab luar ( eksogen ) meliputi penyinaran sinar ionisasi yang akan menganggu mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut.

C. Sectio Caesaria 1. Pengertian

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina ( Mochtar. M, 1998 ). Menurut William ( 1995 ) mendefinisikan sectio caesaria sebagai melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen ( laparatomi ).

2. Indikasi sectio caesaria

a). Plasenta previa totalis dan lateralis ( posterior ) b). Panggul sempit

c). Disproporsi sefalo – pelvik yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan panggul

d). Rupture uteri mengancam

e). Partus lama ( prolonged labor )

f). Partus tak maju ( obstructed labor )

(12)

g). Distosia serviks

h). Pre – eklamsi dan hipertensi 3. Jenis – jenis sectio caesaria

a). Sectio caesaria transperitonealis

Ada dua macam cara sectio sesaria pada jenis ini yaitu

Sectio sesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm, sedangkan sesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim kira – kira 10 - 12 cm

b). Sectio caesaria ekstraperitonealis

Yaitu dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. Pada teknik ini ada tiga sayatan dilakukan kearah rahim yaitu sebagai berikut longitudinal atau memanjang menurut Kronig, sayatan melintang atau tranfersal menurut Kerr, dan sayatan hurut T atau T – incision.

4. Komplikasi sectio caesaria

a). Infeksi puerpera ( nifas ), dapat ditangani dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik

b). Perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri,dan perdarahan pada plasental bed

c). Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi

d). Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan berikutnya.

(13)

D. Kerangka Teori

Sumber Sjamsuhidayat (1997), & Sumiardi (1997)

E. Kerangka Konsep Mobilisasi dini

Faktor yang mempengaruhi proses kesembuhan

Faktor endogen:

™ Gangguan koagulasi sistem imun

™ Usia

™ Kebutuhan nutrisi Faktor eksogen:

™ Perawatan luka

™ Infeksi

™ Derajat luka Keadaan

umum klien

Faktor penyulit:

™ Kecemasan waktu kesembuhan luka fase proliferasi

™ Ketakutan

™ Support system

™ Sosial budaya

Fase

penyudahan Fase

inflamasi

Fase proliferasi

Waktu kesembuhan

luka fase proliferasi

Mobilisasi dini

(14)

F. Variabel penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mobilisasi dini sedangkan variabel terikatnya adalah waktu kesembuhan luka fase proliferasi post operasi sectio caesaria

G. Hipotesis

Ada perbedaan antara pasien yang melakukan mobilisasi dini dengan yang tidak

melakukan mobilisasi dini.

Referensi

Dokumen terkait

^ W vǵ ‰ v _ walaupun terjadi penyerahan sejumlah uang atau benda berharga dari korban pemerasan kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang melakukan

[r]

Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk emiten BEI, rasio lancar dan profit margin berpengaruh signifikan, sedangkan perputaran total aktiva, total hutang terhadap

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Pada tipologi inovasi produk (keluaran), berdasarkan dimensi total, ekspansi, dan evolusi, pelayanan Kartu Identitas Anak (KIA) melalui “aplikasi dukapil dalam

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Bentuk wajah depan pria dan wanita pada RW 1 (sumbu x) (Gambar 3) dengan persentase sebesar 28.57% (pria) dan 35.16% (wanita) (Lampiran 5) menunjukkan perubahan bentuk

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan