• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI WAJAH SUKU BETAWI DI BEKASI SULFI APRIANA RIZQI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI WAJAH SUKU BETAWI DI BEKASI SULFI APRIANA RIZQI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI WAJAH SUKU BETAWI DI BEKASI

SULFI APRIANA RIZQI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

▸ Baca selengkapnya: pertanyaan untuk suku betawi

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Variasi Wajah Suku Betawi di Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016 Sulfi Apriana Rizqi NIM G34120031

(4)

ABSTRAK

SULFI APRIANA RIZQI. Variasi Wajah Suku Betawi di Bekasi. Dibimbing oleh PUJI RIANTI dan BERRY JULIANDI.

Wajah manusia menyimpan banyak informasi yaitu: untuk menentukan usia, jenis kelamin, mengetahui ekspresi, emosi, dan komunikasi nonverbal. Masyarakat suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antara suku dan bangsa di masa lalu. Keragaman asal suku Betawi menyebabkan terjadinya variasi wajah suku Betawi. Penelitian variasi wajah suku Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan mendapatkan dua tipe wajah pria dan wanita. Namun penelitian variasi wajah suku Betawi di Bekasi belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi variasi wajah suku Betawi di Bekasi. Subjek yang digunakan 69 pria dan 134 wanita suku Betawi. Keragaman morfologi wajah berdasarkan 26 titik anatomis wajah depan dan 16 titik anatomis wajah samping. Analisis dan deskripsi variasi wajah dengan formula Thin Plate Spline (TPS) pada metode morfometrik geometris. Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga tipe wajah depan pria, dua tipe wajah samping pria, dua tipe wajah depan wanita, dan dua tipe wajah samping wanita. Variasi wajah terdapat pada bentuk wajah, dahi, dagu, hidung, dan rahang. Sebagian besar pola penyebaran tipe wajah terjadi secara acak. Berdasarkan kedekatan lokasi, beberapa wajah mengelompok pada suatu tipe, walaupun pengaruh lokasi relatif kecil. Pembauran dalam pola perkawinan tidak mempengaruhi pembentukan variasi wajah.

Kata kunci: morfometrik, thin plate spline, titik anatomis

ABSTRACT

SULFI APRIANA RIZQI. Variation Betawi Face in Bekasi. Supervised by PUJI RIANTI and BERRY JULIANDI.

The human faces store a lot of information i.e: to determine age, sex, expressions, emotions, and nonverbal communication. Betawi ethnic comes from the marriage between tribes and nations in the past. The diversity of the Betawi origin causes the face variations in the ethnic group. Research in face variations of Betawi ethnic group had been reported in Setu Babakan, South Jakarta, resulted in two face types of both male and female. However, research in face variations of Betawi ethnic group in Bekasi has never been done. The aim of this research was to identify face variations of Betawi ethnic group in Bekasi. The subjects were 69 men and 134 women of Betawi ethnic group. The diversity of the face morphology was determined by using 26 and 16 anatomical points of frontal and side view of faces. Their face variations were analyzed and described by Thin Plate Spline (TPS) formula in morphometric geometris method. Result showed that there were three types of front face for males, two types of side face for males, two types of front face for female, and two types of side face for female. Face variations occurred on the shape of the face, forehead, chin, nose, and jaw. Most of the pattern distribution of type face occured randomly. Based on the proximity of location, some of them were distributed clusterly, although the proximity effect is relatively small. Assimilation in marriage patterns did not affect the formation of facial variations. Keyword: morphometric, thin plate spline, anatomical point

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

VARIASI WAJAH SUKU BETAWI DI BEKASI

NAMA PENULIS

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Variasi Wajah Suku Betawi di Bekasi” merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, institute Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Puji Rianti, MSi selaku pembimbing utama dan Bapak Dr Berry Juliandi, MSi selaku pembimbing kedua atas bimbingan, saran, waktu yang diberikan selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ir Hadisunarso, MSi sebagai penguji ujian skripsi atas saran dan masukan yang diberikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengajar dan staf di Departemen Biologi yang telah mendukung proses studi penulis. Terima kasih untuk kedua orang tua, Bapak H. Imam Hanafi dan Ibu Hj. Hamsaroh atas segala doa, kesabaran, dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Departemen Biologi angkatan 49 yang telah memberi motivasi dan saran selama penelitian, serta kepada keluarga dan masyarakat Betawi di Bekasi yang telah membantu dalam penelitian ini.

Ungkapan terima kasih penulis ucapan kepada Febri Rahayu, Eka Fitriani, Putri Ayu Oktavia sebagai teman-teman seperjuangan. Terimakasih kepada Dede Januriah, Wilda Yuliana Syarip, Ratu Weridyaningrum, Fauziah Tri Aprilianti, Mulyani, Rusmiyati, Dita Firgiawati, Kurnia Dianty, Mutiara Istiqomah, Nur Komariah, Suryani Umayah, Kak Wilda Eka Putri, Kak Rosa Kanda Triana dan Kak Muhammad Iqbal atas motivasi, bantuan, saran, doa serta persahabatan yang telah terjalin selama ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Agustus 2016 Sulfi Apriana Rizqi

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Metode 2

Penentuan Responden 2

Teknik Penarikan Ukuran Responden 2

Teknik Pengambilan Data 3

Penentuan Citra Wajah dengan Teknik Landmark Morfometrik 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah depan 4 2 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah samping 5

DAFTAR GAMBAR

1 Letak titik anatomi wajah pria depan (A) dan samping (B) 4 2 Titik anatomi wajah suku Betawi di Bekasi. (A) wajah depan pria, (B) wajah

depan wanita, (C) wajah samping pria, dan (D) wajah samping wanita 6 3 Bentuk rata-rata wajah depan pria dan wanita pada RW 1 (sumbu x) dan

RW 2 (sumbu y). (A) dagu pendek, (B) wajah lebar, (C) dagu panjang, (D)

wajah tidak lebar 7

4 Bentuk rata-rata wajah samping pria dan wanita pada RW 3 (sumbu x) dan RW 4 (sumbu y). (A) wajah tinggi, (B) rahang besar, (C) wajah pendek,

(D) rahang kecil 8

5 Pengelompokkan wajah suku Betawi dengan metode Neighbour Joining. (A) wajah depan pria tipe I, tipe II, dan tipe III, (B) wajah depan wanita tipe I dan II, (C) wajah samping pria tipe I dan II, (D) wajah samping

wanita tipe I dan II 9

6 Tipe I, II, dan III wajah depan pria dengan grid deformasinya 10 7 Tipe I dan II wajah samping pria dengan grid deformasinya 11 8 Tipe I dan II wajah depan wanita dengan grid deformasinya 11 9 Tipe I dan II wajah samping wanita dengan grid deformasinya 12 10 Persebaran tipe wajah depan pria (A) dan samping wanita (B) berdasarkan

lokasi dengan metode Neighbour Joining 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner data subjek 20

2 Peta Bekasi berdasarkan lokasi subjek penelitian 22

3 Data jumlah responden berdasarkan lokasi 23

4 Data konsensus koordinat kartesius wajah pria dan wanita 24 5 Data Relative Warp (RW) dan persentase wajah depan pria dan wanita 25 6 Data Relative Warp (RW) dan persentase wajah samping pria dan wanita 26

7 Data koordinat kartesius tipe wajah pria 27

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai macam suku salah satunya yaitu suku Betawi (Dewi dan Ermansyah 2007). Masyarakat Betawi di Indonesia tersebar di wilayah Jakarta, Tanggerang, Bekasi, dan Depok (Azana dan Maharani 2014). Masyarakat suku Betawi secara biologis berasal dari hasil perkawinan antara suku dan bangsa di masa lalu seperti Sunda, Jawa, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu, Tionghoa, Eropa, Cina, Mardijkers, Arab, Moors serta kelompok-kelompok suku pribumi lainnya (Castles 1967). Keragaman asal suku Betawi tersebut menyebabkan terjadinya variasi lokal dalam kebudayaan Betawi yang berkaitan dengan dialek bahasa, kesenian, agama, dan berbagai ungkapan simbolik dalam kehidupan sehari-hari (Saidi 1997).

Masyarakat Betawi seperti manusia pada umumnya mempunyai bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda. Salah satu bagian tubuh tersebut adalah wajah. Wajah manusia menyimpan banyak informasi. Menurut Darwin (1871), wajah sering digunakan oleh manusia untuk menentukan usia dan jenis kelamin. Wajah berguna untuk membedakan manusia yang satu dengan yang lain, mengetahui ekspresi, emosi seseorang, serta sebagai komunikasi nonverbal (Hager 2003). Variasi wajah manusia disebabkan oleh perbedaan informasi genetik dan pengaruh lingkungan. Keragaman morfologi wajah dapat diukur dengan menggunakan koordinat dari bagian-bagian yang ada di dalam satu bentuk dengan metode morfometrik geometris (Marcus et al. 1996).

Morfometrik adalah suatu metode pengukuran dalam satuan panjang dengan perbandingan ukuran bagian-bagian luar tubuh organisme (Afrianto et al. 1996). Morfometrik terbagi menjadi dua yaitu morfometrik tradisional dan geometris. Morfometrik tradisional menggambarkan secara kuantitatif suatu organisme dengan pengukuran jarak, rasio, sudut, dan area yang homolog tanpa mempertimbangkan bentuk (Adams et al. 2004). Morfometrik geometris atau landmark morphometrics menggunakan koordinat landmark pada struktur anatomis. Metode ini dapat menganalisis data yang bergeser dari pengukuran skalar menjadi koordinat kartesius dari titik anatomis bentuk biologis (Rohlf dan Leslie 1993). Metode morfometrik geometris akan menghasilkan kuantifikasi bentuk dan ukuran yang lebih akurat dan spesifik dibandingkan dengan morfometrik tradisional (Zelditch et al. 2004).

Salah satu contoh morfometrik geometris adalah Thin Plate Spline (TPS) yang mampu memetakan deformasi suatu bentuk objek ke bentuk lain dengan pergerakan titik-titik anatomis. Proses ini menggambarkan perubahan bentuk grid pemetaan titik-titik anatomi dari dua bentuk yang ada (Adams et al. 2004). Perangkat TPS menjelaskan perubahan bentuk menjadi komponen yang seragam (affine) dan tidak seragam (non-affine). Kedua komponen tersebut akan menunjukkan bentuk grid deformasinya (Bookstein 1991). Metode morfometrik geometris dengan menggunakan software Thin Plate Spline (TPS) telah dilakukan oleh peneliti variasi wajah sebelumnya yaitu Juliandi (2000) di Bogor mendapatkan empat tipe bentuk wajah wanita dan penelitian di Kampung Naga mendapatkan tiga tipe bentuk wajah pria (Abad 2002) serta tiga tipe bentuk wajah wanita (Widyarini

(12)

2

2009). Penelitian variasi wajah Suku Batak mendapatkan tiga tipe bentuk wajah pria dan empat bentuk wajah wanita (Siregar 2009). Penelitian variasi wajah suku Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan mendapatkan dua tipe wajah pria dan wanita (Lestari 2010). Penelitian variasi wajah Papua mendapatkan tiga tipe wajah pria dan dua tipe wajah wanita (Triana 2015). Penelitian variasi wajah Minangkabau mendapatkan tiga tipe wajah pria dan wanita (Putri 2016). Namun penelitian variasi wajah suku Betawi di Bekasi belum pernah dilakukan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi variasi wajah pria dan wanita suku Betawi di Bekasi berdasarkan titik anatomis dengan menggunakan metode morfometrika geometris.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2015 hingga Juni 2016. Pengambilan data responden dilakukan di Kabupaten dan Kota Bekasi. Analisis data dilakukan di bagian Fungsi dan Perilaku Hewan (FPH) serta bagian Biosistematika Ekologi Hewan (BEH), Departemen Biologi FMIPA, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian yaitu kamera DSLR (Digital

Single Lens Reflex) Canon EOS 600D, lensa tele 18-200 mm, latar belakang foto

berwarna putih, stiker bulat berwarna putih, laptop, informed consent, dan kuisioner.

Metode

Penentuan Responden. Responden yang diteliti adalah masyarakat suku

Betawi di Kabupaten dan Kota Bekasi.

Teknik Penarikan Ukuran Responden. Penarikan ukuran responden

dilakukan dengan pendekatan statistika secara purposive sampling. Teknik ini dipilih agar data responden dapat memenuhi kriteria yang diinginkan peneliti. Jumlah minimal responden yang harus diteliti dihitung menggunakan rumus Slovin (Setiawan 2007; Pertiwi 2014) seperti berikut:

n = N 1 + N (e2) = 2.826.105 1 + 2.826.105 (0.12) = 100 responden Keterangan: n = ukuran contoh N = ukuran populasi

e = galat (penyimpangan kesalahan contoh terhadap populasi sebesar 10%)

(13)

3 Proporsi responden berdasarkan jenis kelamin dihitung menurut jumlah populasi dan subpopulasi sesuai dengan jumlah contoh minimal yang telah diperoleh. Penentuan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dihitung menggunakan rumus (Pertiwi 2014):

Keterangan:

ni = besar contoh untuk setiap populasi Ni = total subpopulasi

n = jumlah contoh minimal N = total populasi

Jumlah minimal responden yang harus dipenuhi pada masyarakat suku Betawi berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin yaitu 100 responden. Jumlah minimal responden berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 49 responden wanita dan 51 orang responden pria. Responden yang berhasil didapatkan sebanyak 203 responden, yaitu terdiri dari 134 responden wanita dan 69 responden pria.

Teknik Pengambilan Data. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan

November 2015 sampai dengan Januari 2016 di Kabupaten dan Kota Bekasi. Subjek ialah 69 pria dan 134 wanita Betawi yang telah bersedia untuk diambil citra wajahnya dan diwawancarai untuk mengetahui latar belakang biologi dan asal suku hingga dua generasi sebelumnya. Data yang dikumpulkan dari responden merupakan data primer yang diperoleh dari responden yang bersedia mengikuti prosedur penelitian dan telah menandatangani lembar persetujuan terkait kesediaan menjadi responden (informed consent) (Lampiran 1).

Penentuan Citra Wajah dengan Teknik Landmark Morfometrik.

Perekaman citra wajah dilakukan dengan latar belakang berwarna putih dan jarak wajah ke lensa sekitar satu meter. Citra wajah direkam menggunakan kamera DSLR Canon EOS 600D berlensa tele dengan focus 100 mm. Lensa tele digunakan untuk mengurangi kesalahan perspektif. Morfologi yang diamati ialah wajah depan (Gambar 1A) dan wajah samping (Gambar 1B). Morfologi wajah depan dan samping berdasarkan 69 pria dan 134 wanita. Pemberian tanda berupa dua titik anatomi pada tulang pipi (zygomatic) dengan stiker bulat berwarna putih dilakukan untuk mengatasi kekeliruan dalam digitasi. Perangkat lunak tpsDig digunakan untuk mencatat koordinat element picture (Pixel) tempat titik-titik anatomi berada yang dilakukan sebanyak lima kali (Rohlf 2013). Penggunaan 26 titik anatomi untuk wajah depan (Tabel 1) dan 16 titik anatomi untuk wajah samping (Tabel 2) pada proses digitasi dilakukan untuk mendeskripsikan wajah (Juliandi 2000). Koordinat rata-rata dan sebaran kesalahan pengukuran dihitung dengan perangkat lunak tpsRelw (Rohlf 2014). Rata-rata koordinat kartesius dari lima digitasi ini menjadi titik anatomi yang digunakan pada analisis selanjutnya.

ni = Ni N x n ni = 1. 391.555 2.826.105 x 100 = 49 responden wanita ni = Ni N x n ni = 1.434.550 2.826.105 x 100 = 51 responden pria

(14)

4

Gambar 1 Letak titik anatomi wajah pria depan (A) dan samping (B) Tabel 1 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah depan (Juliandi 2000)

Nomor Deskripsi

1 Akhir alis mata 1 2 Akhir alis mata 2 3 Akhir alis mata 3

4 Titik maksimum kurva area terdepresi tulang frontal (glabella) 5 Akhir alis mata 4

6 Pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah (exocanthion 1) 7 Pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah (exocanthion 2) 8 Titik minimum kurva jembatan hidung (nasion)

9 Pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah (exocanthion 3) 10 Pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah (exocanthion 4) 11 Tulang pipi 1 (zygomatic 1)

12 Titik maksimum kurva lateral cuping hidung 1 13 Titik maksimum kurva hidung (pronasale) 14 Titik maksimum kurva lateral cuping hidung 2 15 Tulang pipi 2 (zygomatic 2)

16 Pertemuan antara columella dan philtrum (subnasale) 17 Pertemuan lateral antara bibir atas dan bawah (cheilon 1) 18 Perbatasan bibir bagian atas (vermelion atas)

19 Pertemuan lateral antara bibir atas dan bawah (cheilon 2) 20 Perbatasan bibir bagian bawah (vermelion bawah) 21 Titik minimum antara vermelion bawah dengan gnathion 22 Titik maksimum kurva dagu (gnathion)

23 Titik maksimum kurva sudut mandibula (gonion 1) 24 Titik maksimum kurva sudut mandibula (gonion 2) 25 Titik minimum kurva bawah daun telinga 1 26 Titik minimum kurva bawah daun telinga 2

(A)

(15)

5 Tabel 2 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah samping (Juliandi 2000)

Nomor Deskripsi

1 Titik maksimum kurva area terdepresi tulang frontal (glabella) 2 Titik minimum kurva jembatan hidung (nasion)

3 Titik maksimum kurva hidung (pronasale)

4 Pertemuan antara columella dan philtrum (subnasale) 5 Perbatasan bibir bagian atas (vermelion atas)

6 Pertemuan lateral antara bibir atas dan bawah (cheilon) 7 Perbatasan bibir bagian bawah (vermelion bawah) 8 Titik minimum antara vermelion bawah dengan gnathion 9 Titik maksimum kurva dagu (gnathion)

10 Titik maksimum kurva lateral cuping hidung 11 Tulang pipi (zygomatic)

12 Pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah (exocanthion) 13 Akhir alis mata

14 Titik maksimum kurva atas lubang telinga 15 Titik minimum kurva bawah lubang telinga 16 Titik maksimum kurva sudut mandibula (gonion)

Analisis Data. Hasil rata-rata lima digitasi dari setiap responden

dikelompokkan sesuai jenis kelamin dan bagian wajah yang didigitasi yaitu wajah pria depan, wajah pria samping, wajah wanita depan, dan wajah wanita samping. Kemudian dirata-ratakan kembali dengan perangkat lunak tpsRelw untuk mendapatkan rata-rata koodinat kartesius dari seluruh responden, nilai Relative Warps (RW) dan data score yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya (Rohlf 2014). Analisis selanjutnya menggunakan program-R untuk mendapatkan matriks jarak dengan menggunakan nilai RW, dan data score yang telah didapatkan (R Development Core Team 2010). RW membentuk sebuah ruang yang ditempati oleh setiap subjek berdasarkan perubahan deformasinya. Komponen RW pertama menjelaskan informasi ukuran sementara komponen RW lainnya menjelaskan informasi bentuk (Sundenberg 1989). Matriks jarak didapatkan dengan menghitung jarak Euclidean setiap subjek dengan yang lain. Matriks ini digunakan sebagai informasi data untuk pengelompokkan subjek-subjek dengan menggunakan metode Neighbor Joining (NJ) (Saitou dan Nei 1987) dalam paket Analysis Phylogenics and Evolutions (APE) (Paradis 2006). Kelompok-kelompok yang terbentuk dianggap berisikan subjek-subjek yang mempunyai tipologi yang sama. Perubahan bentuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan seragam (affine) dan tidak seragam (non-affine). Perangkat lunak tpssplin digunakan untuk menganalisis perubahan bentuk yang tidak seragam (Rohlf 2004). Perangkat lunak ini dapat menampilkan variasi deformasi terhadap referensi yang telah ditentukan. Perubahan yang tidak seragam dihitung dan dipetakan dengan perangkat lunak tpsRelw (Rohlf 2014). Penggunaan perangkat lunak tpsSuper menghasilkan citra wajah consensus untuk setiap tipe (Rohlf 2013).

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengambilan responden dilakukan di lima kecamatan yang berada di Kota dan Kabupaten Bekasi yaitu Medan Satria, Bekasi Barat, Bekasi Utara, Rawa Lumbu, dan Tarumajaya (Lampiran 2). Jumlah total responden suku Betawi yang digunakan yaitu 203 orang. Jumlah responden berdasarkan lokasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin yaitu 69 pria dan 134 wanita. Analisis wajah pria suku Betawi menggunakan 69 responden untuk wajah depan dan samping, sedangkan analisis wajah wanita suku Betawi menggunakan 134 responden untuk wajah depan dan samping (Lampiran 3).

Gambar 2 Titik anatomi wajah suku Betawi di Bekasi. (A) wajah depan pria, (B) wajah depan wanita, (C) wajah samping pria, dan (D) wajah samping wanita.

A B a A C C C a A D

(17)

7 Proses digitasi menggunakan software tpsDig dilakukan sebanyak lima kali untuk menandai titik anatomi setiap responden. Titik anatomi yang digunakan sebanyak 26 titik anatomi untuk wajah depan dan 16 titik anatomi untuk wajah samping. Rata-rata lima kali digitasi setiap responden digunakan untuk mendapatkan rata-rata digitasi wajah depan dan samping semua responden pria dan wanita (Gambar 2). Rata-rata titik anatomi tersebut berupa koordinat kartesius dengan sumbu x dan y (Lampiran 4).

Gambar 3 Bentuk rata-rata wajah depan pria dan wanita pada RW 1 (sumbu x) dan RW 2 (sumbu y). (A) dagu pendek, (B) wajah lebar, (C) dagu panjang, (D) wajah tidak lebar.

Hasil rata-rata digitasi seluruh responden diolah kembali dengan menggunakan tpsRelw sehingga didapatkan nilai Relative Warps (RW) dan data score. Nilai RW dihitung berdasarkan bentuk rata-rata setiap individu. Nilai RW pria dan wanita suku Betawi di Bekasi yang didapatkan yaitu 48 RW untuk wajah depan (Lampiran 5). Persentase variabilitas yang terlihat oleh setiap komponen RW menurun secara bertahap dari komponen pertama sampai dengan komponen terakhir (Lampiran 5). Bentuk wajah depan pria dan wanita pada RW 1 (sumbu x) (Gambar 3) dengan persentase sebesar 28.57% (pria) dan 35.16% (wanita) (Lampiran 5) menunjukkan perubahan bentuk wajah yang memiliki dagu pendek seperti yang terlihat pada grid deformasinya yang berada di sebelah kiri sumbu x dan dagu panjang dengan grid deformasinya yang berada di sebelah kanan sumbu x. Bentuk wajah depan pria dan wanita pada RW 2 (sumbu y) (Gambar 3) dengan

B

C A

(18)

8

persentase sebesar 14.69% (pria) dan 16.72% (wanita) (Lampiran 5) menunjukkan perubahan bentuk wajah yang lebar seperti yang terlihat pada grid deformasinya yang berada di atas sumbu y dan bentuk wajah yang tidak lebar dengan grid deformasinya di bawah sumbu y.

Gambar 4 Bentuk rata-rata wajah samping pria dan wanita pada RW 3 (sumbu x) dan RW 4 (sumbu y). (A) wajah tinggi, (B) rahang besar, (C) wajah pendek, (D) rahang kecil.

Nilai Relative Warps (RW) pria dan wanita suku Betawi di Bekasi yang didapatkan yaitu 28 RW untuk wajah samping (Lampiran 6). Persentase variabilitas yang terlihat oleh setiap komponen RW menurun secara bertahap dari komponen pertama sampai dengan komponen terakhir (Lampiran 6). Bentuk wajah samping pria dan wanita pada RW 3 (sumbu x) (Gambar 4) dengan persentase sebesar 13.39% (pria) dan 10.74% (wanita) (Lampiran 6) menunjukkan perubahan bentuk wajah yang memiliki wajah tinggi seperti yang terlihat pada grid deformasinya yang berada di sebelah kiri sumbu x dan wajah pendek dengan grid deformasinya yang berada di sebelah kanan sumbu x. Bentuk wajah samping pria dan wanita pada RW 4 (sumbu y) (Gambar 4) dengan persentase sebesar 10.23% (pria) dan 6.67% (wanita) (Lampiran 6) menunjukkan perubahan bentuk wajah yang memiliki rahang besar seperti yang terlihat pada grid deformasinya yang berada di atas sumbu y dan rahang kecil dengan grid deformasinya di bawah sumbu y.

D A

B

(19)

9

Gambar 5 Pengelompokan wajah suku Betawi dengan metode Neighbour Joining. (A) wajah depan pria tipe I, tipe II, dan tipe III, (B) wajah depan wanita tipe I dan II, (C) wajah samping pria tipe I dan II, (D) wajah samping wanita tipe I dan II.

Nilai relative warps (RW) dan data score digunakan untuk proses analisis selanjutnya menggunakan metode Neighbour Joining dalam perangkat lunak Program-R sehingga didapatkan matrik jarak yang digunakan sebagai informasi untuk pengelompokan tipe wajah depan dan samping pria maupun wanita. Pengelompokan wajah depan pria mendapatkan tiga tipe wajah (Gambar 5A). Tipe I terdiri atas 4 responden, tipe II 21 responden dan tipe III 44 responden. Pengelompokan wajah depan wanita mendapatkan dua tipe wajah (Gambar 5B). Tipe I terdiri atas 83 responden dan tipe II 51 responden. Pengelompokan wajah samping pria mendapatkan dua tipe wajah (Gambar 5C). Tipe I terdiri atas 42 responden dan tipe II 27 responden. Pengelompokan wajah samping wanita mendapatkan dua tipe wajah (Gambar 5D). Tipe I terdiri atas 59 responden dan tipe II 75 responden. Setiap tipe wajah pria (Lampiran 7) dan wajah wanita (Lampiran

II III I A I II B II I C II I D

(20)

10

8) memiliki data koordinat kartesius yang dapat mewakili perubahan grid deformasinya.

Gambar 6 Tipe I, II, dan III wajah depan pria dengan grid deformasinya Setelah analisis Neighbour Joining (NJ), semua responden pada setiap tipe dikelompokkan dan dianalisis dengan menggunakan tpsSplin sehingga dihasilkan grid deformasi untuk setiap tipe wajah. Kemudian untuk medapatkan rata-rata wajah setiap tipe (wajah artifisial) dianalisis dengan menggunakan tpsSuper. Wajah depan pria (Gambar 6) tipe I memiliki bentuk wajah lebar, dagu pendek, dahi sempit, rahang besar dan hidung mancung. Tipe II memiliki bentuk wajah yang lebih lebar dibandingkan tipe I, dagu yang lebih pendek dibandingkan tipe I, dahi lebar, rahang yang lebih besar dibandingkan tipe I, dan hidung mancung. Tipe III memiliki bentuk wajah yang tidak lebar, dahi sempit, dagu panjang, hidung pesek, dan rahang kecil.

II

(21)

11

Gambar 7 Tipe I dan II wajah samping pria dengan grid deformasinya

Wajah samping pria (Gambar 7) tipe I memiliki dahi lebar, dagu pendek, hidung mancung dan rahang besar. Tipe II memiliki dahi sempit, dagu panjang, hidung yang lebih mancung dibandingkan tipe I, dan rahang kecil.

Gambar 8 Tipe I dan II wajah depan wanita dengan grid deformasinya

I I I I I I I II I II

(22)

12

Wajah depan wanita (Gambar 8) tipe I memiliki memiliki wajah yang lebar, dahi lebar, rahang besar, dagu datar, dan hidung mancung. Tipe II memiliki wajah yang tidak lebar, dahi sempit, dagu panjang, rahang kecil dan hidung pesek.

Gambar 9 Tipe I dan II wajah samping wanita dengan grid deformasinya Wajah samping wanita (Gambar 9) tipe I memiliki memiliki dahi lebar, dagu pendek, rahang besar dan hidung mancung. Tipe II memiliki dahi sempit, dagu datar, rahang kecil, dan hidung yang pesek.

(23)

13

Gambar 10 Persebaran tipe wajah depan pria (A) dan samping wanita (B) berdasarkan lokasi dengan metode Neighbour Joining

Tipe I : Medan Satria (MS)

Tipe II : Medan Satria (MS) Bekasi Barat (BB) Rawa Lumbu(RL) Tarumajaya (TJ) Tipe III : Medan Satria (MS) Bekasi Barat (BB) Bekasi Utara (BU) Rawa Lumbu (RL) Tarumajaya (TJ)

Tipe I :

Medan Satria (MS) Bekasi Barat (BB) Bekasi Utara (BU) Rawa Lumbu(RL) Tarumajaya (TJ)

Tipe II :

Medan Satria (MS) Bekasi Barat (BB) Bekasi Utara (BU) Rawa Lumbu(RL) Tarumajaya (TJ)

A

(24)

14

Hasil analisis pengelompokan wajah suku Betawi di Bekasi menunjukkan adanya variasi wajah, pola penyebaran secara acak di setiap tipe, dan beberapa wajah mengelompok dalam satu tipe. Pengelompokan wajah suku Betawi di Bekasi terjadi secara acak disetiap tipe berdasarkan lokasi yaitu pada wajah depan pria (Gambar 10A) tipe II tersebar di wilayah Medan Satria, Rawa Lumbu dan Tarumajaya. Tipe III tersebar di seluruh wilayah pegambilan responden yaitu Medan Satria, Bekasi Barat, Bekasi Utara, Rawa Lumbu, dan Traumajaya. Tipe I hanya tersebar di wilayah Medan Satria. Begitu pula pada wajah samping wanita (Gambar 10B) tipe I dan tipe II tersebar diseluruh lokasi pengambilan responden yaitu Medan Satria, Bekasi Barat, Bekasi Utara, Rawa Lumbu dan Tarumajaya. Berdasarkan persebaran tipe di setiap lokasi tersebut, lokasi pengambilan sampel memiliki pengaruh yang relatif kecil karena pengelompokan responden di setiap tipe tersebar pada setiap lokasi yang memiliki jarak dekat maupun jauh. Lokasi Medan Satria, Bekasi Barat dan Bekasi Utara memiliki jarak yang dekat. Namun lokasi Medan Satria dengan Rawa lumbu dan Tarumajaya memiliki jarak yang jauh.

Pembahasan

Variasi wajah suku Betawi di Bekasi dikelompokkan atas tiga tipe wajah depan pria, dua tipe wajah samping pria, dua tipe wajah depan wanita, dan dua tipe wajah samping wanita. Hasil yang didapatkan untuk wajah depan pria berbeda dengan penelitian variasi wajah suku Betawi di Jakarta Selatan (Lestari 2010) yang menghasilkan dua tipe wajah depan pria. Hal ini dapat dipengaruhi oleh individu responden dan lokasi pengambilan responden. Hasil analisis wajah depan dan samping berbeda karena pengunaan titik anatomi yang berbeda untuk wajah depan dan samping, sehingga akan menghasilkan tipologi wajah yang berbeda. Pengelompokan tipe ini berdasarkan pada matrik jarak Euklideus setiap subjek dengan subjek lainnya dihitung dari seluruh Relative Warps (RW). Variasi wajah terdapat pada bentuk wajah, dahi, dagu, hidung, dan rahang.

Wajah depan pria tipe I berdasarkan titik anatomi (Juliandi 2000) memiliki bentuk wajah yang lebar karena titik anatomi 23 (gonion 1) bergerak kearah inferior dan titik anatomi 24 (gonion 2) ke arah superior sehingga menyebabkan rahang besar. Dagu yang pendek karena titik anatomi 22 (gnathion) mengalami sedikit pergerakan ke arah superior. Tipe II memiliki bentuk wajah yang lebih lebar dibandingkan dengan tipe lainnya karena titik anatomi 23 (gonion 1) dan 24 (gonion 2) bergerak ke arah inferior menjauhi titik minimum daun telinga sehingga menyebabkan rahang lebih besar. Dagu yang lebih pendek dan dahi yang lebar terjadi karena pergerakan titik anatomi 22 (gnathion) dan titik anatomi 4 (glabella) ke arah superior. Hidung yang mancung pada tipe I dan II terjadi karena titik anatomi 13 (pronasale) bergerak ke arah superior. Tipe III memiliki bentuk wajah yang tidak lebar karena pergerakan titik anatomi 23 (gonion 1) ke arah superior mendekati titik minimum daun telinga sehingga menyebabkan rahang kecil. Dagu yang panjang dan hidung yang pesek karena titik anatomi 22 (gnathion) dan 13 (pronasale) bergerak ke arah inferior. Dahi yang sempit pada tipe I dan III karena titik anatomi 4 (glabella) bergerak ke arah inferior. Kriteria wajah tipe I dan II yang didapatkan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010). Namun

(25)

15 tipe III merupakan tipe wajah baru yang ditemukan untuk masyarakat suku Betawi. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lokasi pengambilan responden. Karena masyarakat suku Betawi pada penelitian Lestari (2010) hanya terisolasi pada daerah Setu Babakan yang berada di Jakarta Selatan, sedangkan masyarakat suku Betawi pada penelitian ini tersebar di lima Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten dan Kota Bekasi. Menurut Glinka (2008), migrasi dapat meningkatkan variasi.

Wajah samping pria tipe I berdasarkan titik anatomi (Juliandi 2000) memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung karena titik anatomi 1 (glabella) dan 3 (pronasale) bergerak ke arah posterior. Dagu yang pendek dan rahang yang besar karena pergerakan titik anatomi 9 (gnathion) dan 16 (gonion) ke arah anterior. Tipe II wajah samping pria memiliki dahi yang sempit dan dagu yang panjang karena pergerakan titik anatomi 1 (glabella) dan 9 (gnathion) ke arah inferior. Hidung yang lebih macung pada tipe II dibandingkan tipe I karena titik anatomi 3 (pronasale) bergerak lebih jauh ke arah posterior. Rahang yang kecil karena titik anatomi 16 (gonion) bergerak ke arah superior mendekati kedua titik kurva lubang telinga. Tinggi wajah pada kedua tipe wajah samping pria sama karena pada tipe I memiliki dahi yang lebar dengan dagu yang pendek, sedangkan pada tipe II memiliki dahi yang sempit dengan dagu yang panjang.

Wajah depan wanita tipe I berdasarkan titik anatomi (Juliandi 2000) memiliki wajah yang lebar karena pergerakan titik anatomi 23 (gonion 1) dan 24 (gonion 2) bergerak ke arah inferior menjauhi titik minimum daun telinga sehingga menyebabkan rahang besar. Dahi yang lebar dan hidung yang mancung karena pergerakan titik anatomi 4 (glabella) dan 13 (pronasale) ke arah superior. Dagu yang datar karena titik anatomi 22 (gnathion) sedikit bergerak ke arah inferior. Tipe II memiliki wajah yang tidak lebar karena titik anatomi 24 (gonion 2) bergerak ke arah superior mendekati titik minimum daun telinga sehingga rahang kecil. Dahi yang sempit dan dagu yang panjang panjang karena pergerakan titik anatomi 4 (glabella) dan 22 (gnathion) ke arah inferior. Hidung yang pesek karena titik anatomi 13 (pronasale) bergerak ke arah inferior.

Wajah samping wanita tipe I berdasarkan titik anatomi (Juliandi 2000) memiliki dahi yang lebar, dagu yang pendek, dan hidung yang mancung karena pergerakan titik anatomi 1 (glabella), 9 (gnathion) dan 3 (pronasale) ke arah superior. Rahang yang besar karena titik anatomi 16 (gonion) bergerak ke arah inferior menjauhi kedua titik kurva lubang telinga. Tipe II memiliki dahi yang sempit dan hidung yang pesek karena pergerakan titik anatomi 1 (glabella) dan 3 (pronasale) ke arah anterior. Dagu yang datar karena titik anatomi 9 (gnathion) sedikit bergerak ke arah inferior. Rahang yang kecil karena pergerakan titik anatomi 16 (gonion) ke arah posterior. Beberapa kriteria untuk wajah samping pria, wajah depan wanita dan wajah samping wanita sama dengan hasil penelitian variasi wajah suku Betawi sebelumnya (Lestari 2010). Hal ini menunjukkan bahwa kriteria wajah tersebut merupakan kriteria umum untuk wajah masyarakat suku Betawi.

Jumlah tipe yang didapatkan pada wajah depan pria sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abad (2002), Siregar (2009), Triana (2015), dan Putri (2016). Namun berbeda dengan Lestari (2010) yang mendapatkan dua tipe untuk wajah depan pria, sedangkan tipe wajah samping pria dan tipe wajah wanita baik bagian depan maupun samping yang didapatkan sesuai dengan penelitian Lestari (2010) yang menghasilkan dua tipe. Perbedaan tipe yang didapatkan dipengaruhi oleh usia responden, jumlah responden, dan lokasi pengambilan

(26)

16

responden. Menurut Glinka (2008), faktor geografis akan mempengaruhi pola-pola perkawinan yang akan mempengaruhi keanekaragaman yang ditimbulkan. Penduduk yang tinggal di wilayah terpencil menyebabkan daerah tempat tinggalnya terisolasi. Proses isolasi terjadi karena keterbataskan geografis, tidak adanya hubungan komunikasi maupun transportasi dengan daerah lain, sehingga akan menyebabkan terbatasnya pemilihan jodoh dan cenderung untuk memilih jodoh dari kelompoknya sendiri yang akan mengakibatkan terjadinya perkawinan endogami (tidak membaur) (Koesbardiati 1991).

Suku Betawi memiliki pola perkawinan eksogami (membaur) karena berada pada daerah urban (kota) serta berasal dari berbagai suku dan kelompok yang ada di dunia. Suku Batak (Siregar 2009) dengan suku Sunda di Kampung Naga (Abad 2002) memiliki pola perkawinan endogami (tidak membaur) karena berada pada daerah rural (pedesaan). Menurut Lestari (2010), pola perkawinan endogami akan menyebabkan keanekaragaman hayati yang kecil.

Hasil variasi wajah di daerah rural (pedesaaan) yaitu Kampung Naga mendapatkan tiga tipe wajah pria (Abad 2002) dan tiga tipe wajah wanita (Widyarini 2009), sedangkan pada suku Batak terdapat tiga tipe wajah pria dan empat tipe wajah wanita (Siregar 2009). Hasil variasi wajah yang terdapat di daerah rural (pedesaan) yaitu Kampung Naga dan suku Batak menunjukkan adanya variasi yang lebih besar dibandingkan dengan Suku Betawi yang termasuk kedalam daerah urban (kota), sehingga dapat dikatakan bahwa pola-pola perkawinan endogami maupun eksogami tidak mempengaruhi pembentukan variasi wajah. Hal ini sesuai dengan penelitian variasi wajah suku Betawi di Jakarta Selatan yang dilakukan oleh Lestari (2010), bahwa pembauran dalam pola perkawinan tidak menghalangi pembentukan variasi wajah. Selain itu, faktor jarak lokasi pengambilan responden yang dekat ataupun jauh juga tidak mempengaruhi karena pola-pola perkawinan dipengaruhi oleh faktor geografis (Glinka 2008). Menurut Darwin (1859), setiap individu memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dengan individu lainnya walaupun berasal dari tetua yang sama.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Wajah suku Betawi di Bekasi secara umum dikelompokkan menjadi tiga tipe wajah depan pria, dua tipe wajah samping pria, dan dua tipe wajah depan dan samping wanita. Tipologi wajah depan berbeda dengan tipologi wajah samping karena penggunaan titik anatomis yang berbeda akan menghasilkan tipologi wajah yang berbeda. Hasil analisis menunjukkan adanya variasi wajah. Variasi wajah terdapat pada bentuk wajah, dahi, dagu, hidung, dan rahang. Pola penyebaran tipe terjadi secara acak, dan terdapat beberapa wajah yang mengelompok pada suatu tipe berdasarkan kedekatan lokasi walaupun pengaruh lokasi relatif kecil. Selain itu, pola perkawinan yang membaur (eksogami) tidak mempengaruhi pembentukan variasi wajah.

(27)

17

Saran

Saran untuk penelitian ini ialah sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap suku Betawi di wilayah lainnya serta dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungan antara wajah depan dan wajah samping dalam variasi wajah.

DAFTAR PUSTAKA

Abad B. 2002. Variasi wajah pria Kampung Naga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Adams DC, Rolhf J, Slice DE. 2004. Geometric morphometrics ten years of progress following the revolution. J Zool. I71:5-16.

Azana FAP, Maharani Y. 2014. Betawi culture and nature conservation through ecoturism education. J. Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa dan Desain. 1:1-6. Afrianto E, Rifai SA, Liviawaty E, Hamdhaini H. 1996. Kamus Istilah Perikanan.

Yogyakarta (ID): Kanisius.

Bookstein FL. 1991. Morphometric Tools for Landmark Data: Geometry and Biology. New York (US): Cambridge University Pr.

Castles L. 1967. The ethnic profile in Jakarta. Indonesia. 3:153-204.

Darwin CR. 1859. The Origin of Species. Albermale Street London (GB): John Murray.

Darwin CR. 1871. The Descent of Man and Selection in Relation to Sex Volume II. Albermale Street London (GB): John Murray.

Dewi IR, Ermansyah. 2007. Studi deskriptif tentang fungsi organisasi sosial suku bangsa Minangkabau di kota Medan. J.Harmoni Sosial. 1(2): 96-108.

Hager JC. 2003. Introduction to the dataface site: facial expressions, emotion, non-verbal communication, physiognomy. [internet]. [diunduh 29 September 2015]. Tersedia pada : http: face-andemotion.com/data face/general/homepage.jsp Glinka J. 2008. Manusia Makhluk Sosial Biologis. Surabaya (ID): Airlangga

University Pr.

Juliandi B. 2000. Variasi wajah wanita [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Koesbardiati T. 1991. Pemilihan jodoh dan lingkaran perkawinan [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Lestari D. 2010. Variasi wajah pria dan wanita Betawi di perkampungan budaya Betawi Setu Babakan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Marcus LF, Corti M, Loy A, Naylor GJP, Slice DE. 1996. Advances in Morphometrics. New York (US): Plenum Pr.

Paradis E. 2006. Analysis of Phylogenetics and Evolution with R. New York (US): Springer.

(28)

18

Pertiwi R. 2014. Ukuran lahir, keragaan status gizi, dan komposisi tubuh mahasiswa tingkat persiapan bersama Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Putri WE. 2016. Morfometrik wajah orang Minangkabau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

R Development M Core team. 2010. R : A Language and Environtment for Statistical Computing. Vienna (AT): R Foundation for Statistical Computing. Rohlf FJ, Leslie FM. 1993. A revolution in morphometrics. Tree. 8(4): 129-132. Rohlf FJ. 2004. TpsSplin Version 1.20. New York (US): Stony Brook.

Rohlf FJ. 2013. TpsDig Version 2.17. New York (US): Stony Brook. Rohlf FJ. 2013. TpsSuper Version 2.00. New York (US): Stony Brook. Rohlf FJ. 2014. TpsRelw Version 1.54. New York (US): Stony Brook.

Saidi R. 1997. Profil orang betawi: asal muasal, kebudayaan, dan adat istiadat. Jakarta (ID): Gunara Kata.

Saitou N, Nei M. 1987. The neighbour joining method: a new method for reconstrusing phylogenetics trees. J Mol Biol Evol. 4(4): 406-425.

Siregar MA. 2009. Variasi wajah Suku Batak [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiawan N. 2007. Penentuan ukuran sampel memakai rumus Slovin dan tabel Krejcie-Morgan: Telaah konsep dan aplikasinya. Diskusi Ilmiah; 2007 N0v 22; Bandung, Indonesia. Bandung (ID): Universitas Padjajaran. Hlm 1-16.

Sundberg P. 1989. Shape and size constrained principal component analysis. Syst Zool. 36(2): 166-168.

Triana RK. 2015. Morfometrik wajah pria dan wanita Papua [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Widyarini A. 2009. Variasi wajah penderita hipertensi pada wanita di Kampung Naga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Zelditch LM, Swiderski DL, Sheet HD, Fink WL. 2004. Geometric Morphometrics for Biologist: A primer. Elsevier Academic Press (US): Elsevier.

(29)

19

(30)

20

Lampiran 1 Kuisioner data subjek

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI

Gedung Fapet Lt.2 Wing 5 Jl. Agatis Bogor 16680 Telp/ Fax (0251) 622833

Hal : Permohonan Izin Lampiran : 2 Lembar

Kepada

Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Di Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan akan diadakannya penelitian untuk penyusunan skripsi oleh: Nama : Sulfi Apriana Rizqi

NRP : G34120031

Institusi : Departemen Biologi, FMIPA IPB Judul : Variasi Wajah Suku Betawi di Bekasi

Maka saya memohon izin untuk menjadikan Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai probandus (orang yang diteliti). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui variasi wajah pria dan wanita suku Betawi di Bekasi. Aplikasi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap variasi wajah suku Betawi di Bekasi.

Prosedur penelitian ini meliputi pengambilan data pribadi, data orang tua, dan perekaman citra wajah depan dan samping. Data hasil penelitian dijamin

kerahasiaannya, tidak seorangpun mengetahui kecuali peneliti dan tidak akan

digunakan atau disebarluaskan selain untuk pendidikan dan ilmu pengetahuan. Selain itu, keseluruhan data akan disatukan untuk dianalisis sehingga data secara individu tidak jelas. Terima kasih atas kerjasamanya.

Pernyataan persetujuan :

Setelah membaca penjelasan surat penelitian diatas, maka kami Bapak/Ibu/Sdr/i dengan sadar dan sukarela tidak keberatan jika kami dijadikan probandus penelitian selama pelaksanaan tidak menyimpang dari maksud dan tujuan yang telah disampaikan.

Bekasi, ………..2015

Menyetujui,

Bapak/Ibu/Sdr/i

(31)

21

LEMBAR INFORMASI DATA Data Subjek No kuesioner * : ………... Tanggal Wawancara* : ……….. Waktu Wawancara* : ……….. Lokasi Wawancara* : ……….. Data Pribadi Nama : ……….. No Identitas : ……….. Jenis Kelamin : ……….. Umur : ………..

Tempat, Tanggal lahir : ………..

Anak ke- : ……….. Pekerjaan : ………... Penghasilan : ……….. Alamat : ……….. Golongan Darah : ……….. Berat Badan : ……….. Tinggi Badan : ……….. Penyakit : ……….. Data Ayah Nama Ayah : ………..

Tempat, Tanggal lahir : ………..

Asal Ayah : ………..

Suku Ayah : ………...

Bahasa Ayah : ………..

Pekerjaan Ayah : ………...

Asal Kakek dari Ayah : ………... Suku Kakek dari Ayah : ………... Asal Nenek dari Ayah : ……….. Suku Nenek dari Ayah : ………...

Data Ibu

Nama : ………...

Tempat, Tanggal lahir : ………..

Asal Ibu : ………..

Suku Ibu : ………..

Bahasa Ibu : ………..

Pekerjaan Ibu : ………..

Asal Kakek dari Ibu : ………..

Suku Kakek dari Ibu : ………..

Asal Nenek dari Ibu : ………..

Suku Nenek dari Ibu : ……….. Keterangan :

(32)

22

(33)

23 Lampiran 3 Data jumlah responden berdasarkan lokasi

Nomor Lokasi Pria (Wajah Depan dan samping) Jumlah

1 Medan Satria 46 2 Bekasi Barat 3 3 Bekasi Utara 2 4 Rawa Lumbu 3 5 Tarumajaya 15 Total 69

Nomor Lokasi Wanita (Wajah Depan dan samping) Jumlah

1 Medan Satria 67 2 Bekasi Barat 3 3 Bekasi Utara 10 4 Rawa Lumbu 7 5 Tarumajaya 47 Total 134

(34)

24

Lampiran 4 Data konsensus koordinat kartesius wajah pria dan wanita

Titik Wajah Depan Pria Titik Wajah Depan Wanita Anatomis X dan Y Anatomis X dan Y

1 -0.20719 0.17036 1 -0.20629 0.17572 2 0.20670 0.17318 2 0.21742 0.16143 3 -0.05610 0.18146 3 -0.04798 0.18236 4 0.00176 0.19238 4 0.01126 0.19481 5 0.05299 0.18385 5 0.06033 0.17729 6 -0.16579 0.12599 6 -0.15973 0.13284 7 0.06447 0.11657 7 -0.06196 0.11745 8 0.00089 0.12852 8 0.00801 0.12346 9 0.06396 0.11826 9 0.07227 0.11349 10 0.16467 0.12687 10 0.16866 0.12021 11 -0.19420 0.04053 11 -0.19430 0.05278 12 -0.07975 -0.01922 12 -0.07990 -0.01479 13 -0.00033 -0.00047 13 0.00084 -0.00195 14 0.07814 -0.01968 14 0.07539 -0.02256 15 0.18765 0.04351 15 0.19096 0.03736 16 0.00017 -0.04228 16 -0.00040 -0.04372 17 -0.08783 -0.13225 17 -0.09591 -0.12747 18 0.00075 -0.09966 18 -0.00313 -0.09702 19 0.08790 -0.13150 19 0.08498 -0.13445 20 0.00101 -0.16719 20 -0.00497 -0.16764 21 0.00145 -0.19364 21 -0.00573 -0.19716 22 0.00290 -0.30408 22 -0.00828 -0.29633 23 -0.21796 -0.17779 23 -0.23222 -0.15723 24 0.22086 -0.17148 24 0.21574 -0.17826 25 -0.25377 -0.07380 25 -0.25821 -0.06605 26 0.25560 -0.06848 26 0.25315 -0.08456 Titik Wajah Samping Pria Titik Wajah Samping Wanita Anatomis X dan Y Anatomis X dan Y

1 0.10659 0.28112 1 0.11867 0.26910 2 0.08742 0.19403 2 0.10068 0.18682 3 0.18265 0.02691 3 0.17973 0.02159 4 0.12963 -0.02143 4 0.12640 -0.02765 5 0.14767 -0.09038 5 0.14432 -0.09283 6 0.06282 -0.13291 6 0.05172 -0.13790 7 0.13621 -0.17524 7 0.13370 -0.18344 8 0.10841 -0.21700 8 0.10388 -0.21992 9 0.05948 -0.33923 9 0.04996 -0.33483 10 0.07221 0.00409 10 0.07716 0.00579 11 -0.00295 0.08945 11 0.01019 0.09147 12 -0.00598 0.19451 12 0.00585 0.18799 13 -0.02895 0.24966 13 -0.02027 0.24639 14 -0.38832 0.09617 14 -0.38851 0.10749 15 -0.36736 0.02720 15 -0.36942 0.04095 16 -0.29951 -0.18695 16 -0.32405 -0.16104

(35)

25 Lampiran 5 Data Relative Warp (RW) dan persentase wajah depan pria dan wanita

Wajah Depan Pria Wajah depan Wanita No % Cum % No % Cum % 1 28.57% 28.57% 1 35.16% 35.16% 2 14.69% 43.27% 2 16.72% 51.88% 3 9.12% 52.39% 3 8.11% 59.98% 4 8.56% 60.95% 4 7.04% 67.02% 5 7.49% 68.44% 5 4.49% 71.52% 6 5.86% 74.30% 6 4.21% 75.73% 7 4.43% 78.73% 7 3.46% 79.18% 8 2.72% 81.44% 8 3.20% 82.38% 9 2.51% 83.95% 9 2.35% 84.73% 10 2.24% 86.19% 10 2.09% 86.82% 11 1.75% 87.94% 11 1.60% 88.42% 12 1.65% 89.59% 12 1.44% 89.86% 13 1.35% 90.94% 13 1.16% 91.02% 14 1.26% 92.21% 14 0.96% 91.97% 15 1.07% 93.28% 15 0.89% 92.86% 16 0.93% 94.20% 16 0.76% 93.62% 17 0.76% 94.96% 17 0.71% 94.33% 18 0.59% 95.55% 18 0.65% 94.99% 19 0.56% 96.11% 19 0.64% 95.62% 20 0.50% 96.61% 20 0.49% 96.11% 21 0.43% 97.04% 21 0.46% 96.57% 22 0.39% 97.43% 22 0.40% 96.97% 23 0.32% 97.75% 23 0.38% 97.35% 24 0.30% 98.05% 24 0.32% 97.67% 25 0.27% 98.32% 25 0.29% 97.96% 26 0.22% 98.54% 26 0.25% 98.21% 27 0.20% 98.73% 27 0.23% 98.44% 28 0.19% 98.93% 28 0.21% 98.65% 29 0.17% 99.09% 29 0.19% 98.83% 30 0.14% 99.24% 30 0.18% 99.01% 31 0.13% 99.37% 31 0.17% 99.17% 32 0.12% 99.49% 32 0.12% 99.29% 33 0.09% 99.58% 33 0.12% 99.41% 34 0.08% 99.67% 34 0.09% 99.50% 35 0.06% 99.73% 35 0.09% 99.59% 36 0.05% 99.78% 36 0.08% 99.68% 37 0.04% 99.82% 37 0.07% 99.74% 38 0.04% 99.86% 38 0.06% 99.80% 39 0.03% 99.89% 39 0.04% 99.84% 40 0.03% 99.92% 40 0.04% 99.88% 41 0.02% 99.94% 41 0.03% 99.91% 42 0.02% 99.96% 42 0.03% 99.94% 43 0.01% 99.97% 43 0.02% 99.95% 44 0.01% 99.98% 44 0.02% 99.97% 45 0.01% 99.99% 45 0.01% 99.98% 46 0.01% 100.00% 46 0.01% 99.99% 47 0.00% 100.00% 47 0.00% 100.00% 48 0.00% 100.00% 48 0.00% 100.00%

(36)

26

Lampiran 6 Data Relative Warp (RW) dan persentase wajah samping pria dan wanita

Wajah Samping Pria Wajah Samping Wanita No % Cum% No % Cum% 1 22.08% 22.08% 1 32.18% 32.18% 2 18.11% 40.18% 2 12.01% 44.19% 3 13.39% 53.57% 3 10.74% 54.93% 4 10.23% 63.80% 4 6.67% 61.60% 5 7.27% 71.07% 5 5.58% 67.18% 6 4.90% 75.97% 6 4.89% 72.07% 7 4.25% 80.22% 7 3.83% 75.90% 8 3.96% 84.17% 8 3.68% 79.58% 9 2.62% 86.79% 9 3.46% 83.03% 10 2.56% 89.34% 10 3.19% 86.22% 11 1.78% 91.13% 11 2.12% 88.34% 12 1.49% 92.61% 12 2.03% 90.38% 13 1.28% 93.90% 13 1.61% 91.98% 14 1.12% 95.01% 14 1.45% 93.43% 15 0.95% 95.96% 15 1.16% 94.59% 16 0.79% 96.75% 16 0.96% 95.56% 17 0.56% 97.31% 17 0.71% 96.26% 18 0.47% 97.77% 18 0.61% 96.88% 19 0.37% 98.14% 19 0.52% 97.40% 20 0.36% 98.50% 20 0.45% 97.85% 21 0.33% 98.83% 21 0.44% 98.29% 22 0.26% 99.09% 22 0.37% 98.65% 23 0.24% 99.33% 23 0.36% 99.01% 24 0.18% 99.51% 24 0.24% 99.25% 25 0.17% 99.68% 25 0.23% 99.48% 26 0.16% 99.84% 26 0.23% 99.71% 27 0.09% 99.93% 27 0.16% 99.87% 28 0.07% 100.00% 28 0.13% 100.00%

(37)

27 Lampiran 7 Data koordinat kartesius tipe wajah pria

Wajah Depan Pria

Titik Anatomis Tipe 1 X dan Y Tipe II X dan Y Tipe III X dan Y 1 -0.20953 0.17925 -0.19831 0.17205 -0.20540 0.17510 2 0.21303 0.17313 0.20222 0.16887 0.21330 0.16779 3 -0.06117 0.17514 -0.05407 0.18863 -0.05135 0.17997 4 0.00318 0.18791 0.00501 0.20198 0.00643 0.18824 5 0.05426 0.17468 0.05435 0.19033 0.05733 0.17910 6 -0.17566 0.11905 -0.16019 0.12512 -0.16360 0.13222 7 -0.07125 0.11229 -0.06031 0.11838 -0.06232 0.11828 8 -0.00011 0.12189 0.00391 0.13172 0.00422 0.12663 9 0.06675 0.11301 0.06163 0.11949 0.06838 0.11581 10 0.17435 0.11999 0.16222 0.12338 0.16957 0.12341 11 -0.19094 0.03870 -0.18652 0.04318 -0.19634 0.04584 12 -0.08738 -0.00626 -0.07845 -0.00965 -0.08068 -0.02155 13 -0.00311 0.01203 0.00171 0.00759 -0.00041 -0.00534 14 0.07984 -0.00789 0.07798 -0.01131 0.07751 -0.02706 15 0.18645 0.04175 0.17830 0.04250 0.19306 0.03805 16 -0.00506 -0.03095 0.00191 -0.03473 -0.00136 -0.04750 17 -0.09205 -0.12622 -0.08673 -0.13030 -0.09222 -0.13068 18 -0.00255 -0.08702 0.00088 -0.09438 -0.00256 -0.10307 19 0.09291 -0.12619 0.08723 -0.13120 0.08380 -0.13474 20 -0.00416 -0.16427 -0.00013 -0.15865 -0.00353 -0.17122 21 -0.00332 -0.19268 -0.00016 -0.18803 -0.00370 -0.19754 22 0.00279 -0.30719 -0.00116 -0.30407 -0.00496 -0.30369 23 -0.21131 -0.18535 -0.22048 -0.19062 -0.22275 -0.16214 24 0.23234 -0.16231 0.21269 -0.19056 0.21822 -0.16961 25 -0.24593 -0.08878 -0.25427 -0.09455 -0.25617 -0.05392 26 0.25761 -0.08369 0.25072 -0.09516 0.25554 -0.06238

Wajah Samping Pria

Titik Anatomis Tipe I X dan Y Tipe II X dan Y 1 0.11352 0.28580 0.10942 0.27049 2 0.09010 0.19572 0.09135 0.18724 3 0.18153 0.02439 0.18487 0.02394 4 0.12652 -0.02442 0.13390 -0.02391 5 0.14211 -0.09437 0.15198 -0.09046 6 0.05930 -0.13574 0.06260 -0.13189 7 0.12649 -0.17673 0.14343 -0.17748 8 0.09680 -0.21835 0.11630 -0.21960 9 0.04874 -0.33832 0.06198 -0.34212 10 0.07324 0.00171 0.07014 0.00422 11 0.00536 0.08829 -0.01251 0.09009 12 0.00438 0.19383 -0.01369 0.19374 13 -0.01130 0.24753 -0.04497 0.25370 14 -0.38445 0.10575 -0.38911 0.09790 15 -0.36541 0.03597 -0.36901 0.03000 16 -0.30694 -0.19105 -0.29668 -0.16586

(38)

28

Lampiran 8 Data koordinat kartesius tipe wajah wanita

Wajah Depan Wanita

Wajah Samping Wanita

Titik Anatomis Tipe I X dan Y Tipe II X dan Y 1 -0.19985 0.17633 -0.21966 0.16838 2 0.21188 0.16271 0.21964 0.16681 3 -0.05074 0.18879 -0.05130 0.17163 4 0.01101 0.19753 0.00495 0.18958 5 0.06302 0.18344 0.05060 0.16950 6 -0.15761 0.13304 -0.16817 0.12606 7 -0.06192 0.11891 -0.06540 0.11252 8 0.00753 0.12508 0.00445 0.11947 9 0.07156 0.11470 0.06849 0.11347 10 0.16627 0.12087 0.17007 0.12380 11 -0.18760 0.05260 -0.20575 0.04647 12 -0.08068 -0.01282 -0.07859 -0.02058 13 0.00025 0.00015 0.00172 -0.00492 14 0.07624 -0.02065 0.07471 -0.02304 15 0.18556 0.03833 0.19830 0.04386 16 -0.00065 -0.04294 0.00152 -0.04490 17 -0.09610 -0.12854 -0.09117 -0.12894 18 -0.00339 -0.09673 0.00032 -0.09777 19 0.08502 -0.13570 0.09000 -0.12966 20 -0.00552 -0.16712 0.00120 -0.16888 21 -0.00625 -0.19756 0.00153 -0.19727 22 -0.00927 -0.29718 0.00265 -0.29559 23 -0.23051 -0.16180 -0.22939 -0.15771 24 0.21547 -0.18190 0.22166 -0.16401 25 -0.25455 -0.07644 -0.26149 -0.05721 26 0.25084 -0.09310 0.25910 -0.06110 Titik Anatomis Tipe I X dan Y Tipe II X dan Y 1 0.11129 0.27438 0.11370 0.27021 2 0.09645 0.19217 0.09525 0.18660 3 0.18240 0.03323 0.17622 0.02077 4 0.13131 -0.01803 0.12370 -0.02993 5 0.15017 -0.08383 0.14333 -0.09367 6 0.05720 -0.13366 0.05256 -0.13897 7 0.14338 -0.17073 0.13319 -0.18689 8 0.11725 -0.20828 0.10249 -0.22473 9 0.06669 -0.32593 0.05022 -0.34039 10 0.07689 0.01035 0.07671 0.00687 11 0.00497 0.08437 0.01104 0.09553 12 -0.00490 0.18396 0.00605 0.19092 13 -0.03659 0.23519 -0.01735 0.25453 14 -0.39695 0.08451 -0.38585 0.10943 15 -0.37617 0.01869 -0.36482 0.04222 16 -0.32337 -0.17641 -0.31642 -0.16252

(39)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 April 1994 di Bekasi dari ibu Hj. Hamsaroh dan ayah H. Imam Hanafi. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Tahun 2006 penulis lulus dari SDN Medan Satria VI Bekasi, tahun 2009 penulis lulus dari SMPN 13 Bekasi. Pada tahun 2012 penulis lulus dari MAN 8 Jakarta. Setelah lulus MAN, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan dengan pilihan jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan minor komunikasi, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten beberapa mata kuliah yaitu Biologi Dasar pada tahun ajaran 2015/2016, Botani Umum pada tahun ajaran 2015/2016, dan Sistematika Tumbuhan Berpembuluh pada tahun ajaran 2015/2016, serta menjadi staff pengajar di Lembaga Privat Adi Indonesia pada tahun 2016. Penulis juga aktif pada kegiatan kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) sebagai sekertaris divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM). Selain itu penulis terlibat dalam beberapa kegiatan yaitu Lomba Cepat Tepat Biologi (LCTB) sebagai anggota divisi Logstran tahun 2013, IPB Dedication for Education (IDEA) tahun 2014 sebagai anggota divisi Logstran, Leadership and Enterpreneurship School tahun 2014 sebagai anggota divisi Logstran, dan Morfologi 51 sebagai ketua divisi Acara. Penulis pernah melakukan kunjungan industri ke PT Yakult Indonesia Persada Sukabumi pada tahun 2016. Tahun 2015 melakukan studi lapang ke Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan topik Keanekaragaman Struktur Reproduksi Pteridophyta. Pada tahun 2015 melakukan praktik lapangan di PT Bridgestone Tire Indonesia Indonesia Bekasi Plant dengan topik Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) di PT Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant.

Gambar

Gambar 1 Letak titik anatomi wajah pria depan (A) dan samping (B)  Tabel 1 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah depan (Juliandi 2000)
Gambar 2 Titik anatomi wajah suku Betawi di Bekasi. (A) wajah depan pria, (B)     wajah depan wanita, (C) wajah samping pria, dan (D) wajah samping wanita
Gambar 3 Bentuk rata-rata wajah depan pria dan wanita pada RW 1 (sumbu x) dan  RW 2 (sumbu y)
Gambar 4 Bentuk rata-rata wajah samping pria dan wanita pada RW 3 (sumbu x)  dan  RW  4  (sumbu  y)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan tersebut didasari bahwa asumsi besarnya proporsi dana untuk semua saham dalam portofolio adalah sama. Portofolio saham risiko tidak sistematis akan semakin

Validasi model dengan melakukan uji perbandingan variasi amplitudo antara standar deviasi nilai hasil simulasi Waktu Tempuh Pengiriman dengan data histori adalah sebagai

As we know, every nation has different custom and traditions, so each nation needs to recognize and understand custom, tradition, and cultures of other nations in order that

Surge Arrester merupakan peralatan tegangan tinggi yang berfungsi membatasi high transient voltage ( tegangan tinggi transient) yang muncul ketika sistem mengalami gangguan

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin

Proses pelaksanaan pembinaan praktikum keagamaan di SMA Negeri 4 Bandung.... Hasil Pembinaan Parktikum Keagamaan di SMAN 4

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) bagaimanakah profil alumni jurusan Pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang tahun 2006-2008?, 2) bagaimanakah informasi

Fish debris phosphorus species presents phosphorus in biogenic apatite originated mainly from fish bones and tooth [20], and increased content is directly in- fluenced by fish