• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Bagaimana latar belakang dan sejarah terbentuknya Setu Babakan menjadi Perkampungan Budaya Betawi ? Apakah masyarakat mempercayai tentang hikayat Setu Babakan ?Setu Babakan telah ada sejak kurang lebih 20.000tahun yang lalu. Namun, agar terciptanya pembinaan, Pengembangan dan Pelestarian Budaya khususnya Betawi secara berkesinambungan pada suatu lingkunngan yang tertata sesuai dengan karakteristik budayanya dalam rangka memperkokoh khasanah Budaya Bangsa Indonesia, dari lima lokasi yang telah disurvey untuk menetapkan suatu system tersebut antara lain Marunda di Jakarta Utara, Kemayoran di Jakarta Pusat, Condet di Jakarta Timur, Serengseng Sawah di Jakarta Selatan, Serengseng di Jakarta Barat. Maka Serengseng Sawah di Jakarta Selatan Kecamatan Jagakarsa, ditetapkan sebagai Perkampungan Budaya Betawikarena lingkungannya masih sesuai dan masih kental dengan karakter kehidupan masyarakat Betawi, keseharian adat Betawi dan tradisi Betawi. Pada tahun 2000 oleh Gubernur kemudian Surat Keputusan no 29 pada bulan Agustus dan pada bulan Oktober 2001 akhir setelah tiga bulan rampung dibuka tahap awal, sudah bisa datang dan beristirahat, lalu dikuatkan lagi peraturan daerah tanggal 10 Maret 162ha menjadi 289ha.

A. Pintu gerbang utama masuk Bang Pitung menuju Perkampungan Budaya Betawi.

B. Wisma Betawi yang berfungsi sebagai penginapan atau homestay dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.

C. Gallery yang berfungsi sebagai gedung untuk memamerkan hasil industri rumah tangga, prototife alat musik, pakaian adapt.

D. Masjid At-Taubah terletak di RW 08 sekitar kurang lebih 300M sebelah utara kantor pengelola atau pusat kegiatan.

E. Teater terbuka

F. Mushollah PBB sebagai fasilitas atau ibadah pengunjung di pusat kegiatan yaitu panggung terbuka sebagai wisata budaya dibangun bulan November-Desember 2005.

G. Plaza.

H. Gedung pengelola yang berfungsi sebagai kantor dan pusat informasi.

I. Sepeda air.

J. Masjid Baitul Ma’mur dengan luas kurang lebih 1900 M terletak di RW 07 Kelurahan Serengseng Sawah, kurang lebih 1 km sebelah Tenggara dari kantor pengelola. Masjid ini merupakan masjid termegah di Jakarta Selatan dengan arsitektur tradisional Betawi. K. Balai pertemuan.

3. Apakah ada sarana perpustakaan di dalam Setu Babakan ? sebenarnya masih banyak sekali sarana yang belum tersedia disini seperti perpustakaan ini semua karena kurangnya dana yang disediakan oleh Pemda meski demikian kami tetap berusaha untuk menambah sarana-sarana tersebut.

4. Peralatan dan perlengkapan hidup.

A. Berapa banyakkah rumah tradisional Betawi yang dimiliki oleh PBB Setu Babakan sebagai cagar Budaya ? kurang lebih 100 buah rumah adat Betawi yang didanai oleh Pemda dan selebihnya swadaya dari masyarakat.

B. Pada rumah adat Betawi memiliki tiga tipe Gudang, Bapang, Joglo, apakah tiga tipe itu ada dalam PBB Setu Babakan ? semua ada didalam Setu Babakan ini tetapi tergantung luas tanah yang dimiliki oleh masing-masing warga.

C. Terdiri dari beberapa kepala keluarga ? PBB Setu Babakan di Kelurahan Serengseng Sawah Jakarta Selatan memiliki jumlah penduduk kurang lebih 20.000 jiwa dan kepala keluarga sebanyak 5000 dari jumlah 10.000 kepala keluarga di Serengseng Sawah dan dengan jumlah penduduk kurang lebih 48.000 jiwa. Dalam Kelurahan Serengseng Sawah terdapat 19 RW dan 156 RT sedangkan dalam Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang menjadi bagian dari Serengseng Sawah terdiri dari 5 RW dan 50 RT. Di dalam PBB Setu Babakan bukan saja terdapat terdapat masyarakat Betawi asli saja

tetapi juga terdapat masyarakat dari suku Bangsa lain misalnya Jawa, Sunda, dan sebagainya. Kurang lebih 65% orang Betawi di sana. D. Apakah dalam kesetiaphariannya masyarakat menggunakan pakaian

khas Betawi ataukah hanya dalam upacara adapt saja ? dahulu pada masyarakat Setu Babakan masih memakai pakaian khas Betawi seperti pakaian bekerja pakaian jago dan sebagainya. Namun, seiring zaman dan kebutuhan dan situasi yang berbeda ini telah berubahsudah menjadi modern seperti pakaian saat bekerja disesuaikan dengan pekerjaannya, kevuali pakaian resmi, pernikahan, sunatan, dan pencak silat masih dipakai sampai sekarang.

E. Apakah dalam masyarakat Betawi di Setu Babakan mengkonsumsi makanan khas Betawi ataukah hanya dalam upacara-upacara adat saja makanan itu di makan ? dalam masyarakat Setu Babakan tidak semuanya suku Betawi maka makanannyapun beragamsesuai dengan suku mereka bahkan terkadang campuran. Namun, makanan khas Betawi masih ada dalam upacara-upacara Budaya Betawi seperti: dodol, pada saat lebaran dan sebagainya.

F. Apakah mata pencaharian hidup masyarakat Betawi di PBB Setu Babakan? Bagaimanakah system ekonomi PBB Setu Babakan ? dan apakah alat-alat produksinya ? sector-sektor yang dominant dalam perekonomian di PBB Setu Babakan adalah Bertani, bercocok tanam, berdagang, buruh, dan industri rumahan. Namun, seiring zaman ada juga bergerak dalam pemerintahan, jasa, dan pekerjaan-pekerjaan

professional seperti: Dokter, Doktor, Profesor, dan sebagainya. Dalam alat-alat produksi masyarakat mengembangkan usaha industri rumahan seperti souvenir (gantungan kunci, ondel-ondel), makanan (kue talam, dodol, kerak telor) dan minuman khas Betawi (bir pletok, jus belimbing) yang masih sedikit ada dalam masyarakat.

5. Bagaimanakah system kemasyarakatan di PBB Setu Babakan ? A. Baik darisegi organisasi politik ?

B. Pada system kepemimpinan tradisional Betawi apakah masih dipegang oleh Jago dan Ulama sebagaimana pada system masyarakat zaman colonial ?

C. Apakah system hukum adat masih dipakai pada masyarakat Betawi ? misalnya pada system hukum waris apakah anak perempuan hanya mendapatkan warisan berdasarkan kebijakan dari Ayahnya atau tidak ? jawaban A,B,C dalam kebudayaan Betawi erat kaitannya dengan Islam baik dalam segi kesenian, upacara adapt bahkan kehidupan sehari-hari maka Ulama, Dewan Guru sangat berperan selain pemerintah. Sedangkan Jago sudah tidak berperan lagi seperti pada zaman colonial menurut Bapak Indra Sutisna selaku penduduk asli PBB Setu Babakan dan selaku TIM Pengelolanya “masyarakat Betawi disini sudah tidak mengandalkan golok tetapi otak”. Warga Betawi menganggap disamping pendidikan formal, pendidikan agama juga penting. Mengenai hukum adat sudah tidak digunakan lagi karena diangap tidak

adil dan adanya unsur hukum Islam yang mengatur warisan, perempuan mendapat hak waris sesuai aturan hukum Islam.

D. Selain dipertunjukkan apakah system perkawinan adat Betawi masih dilakukan pada masyarakat di Setu Babakan ? dan apakah penetapan hari untuk perkawinan adat Betawi masih dipakai (pemilihan hari baik). Apakah Pemerintah daerah di PBB Setu Babakan ikut terlibat dalam acara Perkawinan Betawi masyarakat ? dalam system perkawinan adat Betawi masih menggunakan system pengetahuan seperti: penentuan hari baik misalnya pada bulan haji dan upacara tersebut dilakukan pada tempat tinggal masing-masing.

E. Apakah Bahasa Betawi dipakai baik dalam acaraformal, nonformal maupun dalam kehidupan masyarakat Betawi di PBB Setu Babakan ? pada masyarakat betawi di PBB Setu Babakan dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Betawi. Namun, dalam acara-acara formal agar masyarakat mengerti dan sebagai Bangsa Indonesia mereka menggunakan bahasa Indonesia.

6. Mengenai system pengetahuan apakah masyarakat masih mempercayai hal-hal yang berbau mistik ? contohnya dalam hal-hal ? tentang pengetahuan hal-hal-hal-hal mistik di Setu Babakan seperti: percayanya mereka tentang keberadaan legenda Setu Babakan dan tempat-tempat angker juga orang-orang pintar “dukun”.

7. Apakah semua masyarakat di PBB Setu Babakan beragama Islam ? jika tidak bagaimanakan hubungan antar agama apakah terjalin dengan baik ?contohnya

hubungan gotong-royong antar warga Betawi terlihat dalam pesta-pesta dan hajatan, bantam tetangga sangat ditunggu dan diharapkan, para tetangga secara suka rela membantu dengan moral dan materi bahkan, dengan masyarakat yang yang non-Islambaik Kristen, Hindu, dan sebagainya yang tinggal di dalam PBB tersebut mereka hidup rukun dan damai karena tidak semua masyarakat yang tinggal disana memeluk agama Islam.

Sebagai PBB Setu Babakan upaya apakah yang dilakukan dalam Melestarikan dan Mengembangkan budaya Betawi dari segi: social masyarakat, keagamaan, kesenian ? bidang keagamaan puasa di PBB yang diadakan pada bulan Ramadhan atau Oktober, seperti: buka puasa bersama, Pekan Lebaran di PBB pada bulan Syawal atau November, seperti: open house kepada para Ulama dan Tokoh Betawi, Atraksi seni budaya Betawi. Perayaan Hari Besar Islam, seperti: mauled isra mi’raj, puasa, lebaran, dan sebagainya, atraksi prosesi budaya, seperti: sunatan, akekah, hatam qur’an, nuju bulan, injek tanah, ngederes, yang diadakan setiap bulan Juli, banyak terdapatnya Najelis Ta’lim di hampeir setiap RT baik Bapak-Bapak, Ibu-Ibu dan Remaja yang dibuka pada masyarakat diluar PBB Setu Babakan. Adanya pengajian pada acara-acara arisan, pernikahan, sunatan, dan pada hamper setiap aktivitas masyarakat Betawi di PBB Setu Babakan dalam Melestarikan dan Mengembangkan budaya Betawi dengan cara mensosialisasikannya. Seluruh masyarakat PBB berniat menjaga pelestarian Budaya tersebut yang timbul dalam diri mereka sendiri dan juga masyarakat ikut membantu materi dalam bidang kesenian sangat menonjol sekali karena PBB Setu Babakan juga merupakan tempat wisata hal ini menjadi agenda rutin mulai tahun 2004-sekarang.