• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam masa cosmopolitan ini masyarakat semakin banyak beraneka ragam bersuku-suku agar suku Betawi yang telah lama mendiami Jakarta tidak tersingkirkan diperlukan pelestarian salah satunya adalah berkomunikasi melalui bahasa. Masyarakat Betawi melestarikan bahasa dengan cara memakai atau menggunakan bahasa Betawi dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam keluarga sendiri dan kepada masyarakat luas pada umumnya.

Dalam tradisi lisan, Betawi mengenal bentuk ngerancang, ngerahul dan sohibul hikayat. Tradisi ini dimulai akhir abad ke-19. misi utamanya adalah menghibur rakyat dan sarana transpormasi nilai-nilai bagi masyarakat, setidaknya nilai sejarah. Cerita-cerita seperti Si Pitung, Si Ayub dari Teluk Naga, atau Angkri dari Kampung Angke dilestarikan peranannya dalam masyarakat lewatadisi lisan ini. Topografi atau hal-hal yang berkaitan dengan alam. Terdapat istilah-istilah dalam topografi Betawi. Seperti bulak (areal tanah yang berlumpur), pulo (areal tanah yang agak tinggidan digenangi air), serengseng (areal tanah sisa areal sawah, situ (danau

22

Siti Nur Azijah, PerubahanPelaksanaan Khataman dalam Adat Perkawinan Betawi, (Universitas Negri Jakarta: 2004).

kecil), bojong (tanah pojok), ceger (tanah tandus), angke (tempat yang airnya sangat dalam) dan sebagainya.

Berdasarkan daftar kosakata Swadeshi seorang peneliti Amerika yang bersuamikan orang Indonesia, Kay I Kranegara menyimpulkan hasil perhitungannya bahwa 93% kosakata dasar bahasa Betawi sama dengan kosakata bahasa Indonesia jadi secara linguistic bahasa Betawi adalah bahasa Melayu. Dengan cirri khasnya seperti:

1. Ciri Tata Ucap.

a) Banyak mengucapkan kata-kata dengan vocal akhir e, seperti : ape, ane, selain itu bahasa Betawi tidak mengenal kata rangkap atau diftong ai, au, seperti: pantai = pante, cerai = cere.

b) Dalam bahasa Betawi konsonan (h) diucapkan tanpa (h). contoh: darah = dare, merah = mere, dan sebagainya asal bahasa Arab sering hamper tidak kita kenal karena mengenakan kaidah tersebut : Dule = Abdullah, Fatimah = Time 2. Ciri Morfologis (Pembentukan Kata).

a) Awalan ber- berciri khas. Hamper dalam semua bentuk dasar tidak boleh muncul utuh ber-, melainkan selalu hanya berbentuk be-seperti: berbisik menjadi bisik-bisik, berjalan menjadi jalan saja tidak memakai ber-.

b) Akhiran-in : dalam bahasa Betawi hanya terdapat satu akhiran saja yaitu-in seperti: ngambilin, umpetin.

c) Akhiran-an: bisa menyatakan “ lebih” bila dihubungkan dengan bentuk dasar adjektiva, seperti: cepetan dan akhiran-an juga sering hadir pada kata-kata

yang dalam bahasa Indonesia tanpa akhiran seperti: nggak bakalan = tidak akan.

d) Bentuk kata ulang : contoh: gegares = makan, bebenah = memberes-bereskan. e) Awalan maen dan keje: seperti terdapat dalam maen pukul, yang berarti

melakukan pekerjaan secara semaunya sendiri. Juga terdapat dalam awalan keje atau kerja (pinggiran) seperti terdapat dalam keje ketawa = membuat ketawa.

3. Ciri Sintaksis.

a) Ciri yang bersifat kalimat seperti: partikel kalimat: si (h), dong, deh, kek, dan sebagainya. Contoh: “lu ude nggak kenal langgar sih (kau tidak lagi mengenal musholla).

b) Frase milik yang dinyatakan dengan kata punya di antara dua kata benda yang memiliki dan yang dimiliki, Seperti: Amat punya rumah = rumah Amat. c) Urutan kata benda dengan kata ini dan itu yang berurutan terbalik dengan

bahasa Indonesia seperti: ini rumah itu anak, masing-masing untuk anak itu dan rumah itu.

4. Kosakata.

a) Ciri bahasa Betawi modern ditandai oleh berkembangnya, atau tidak konsistennya pemakaian vocal akhir e. sementara bahasa Betawi konvensional masih tetap mempertahankan ucapan e hampir pada setiap kata yang dalam bahasa Indonesia berakhir dengan a. perbedaan Betawi konvensional dan modern menurut Wallance 1979 yaitu: Tanya (Bahasa Indonesia), Tanye’ (Konvensional), Tanya’ (modern).

b) Ciri Variasi Geografis (Wilayah): Bahasa Betawi dapat di bagi lagi menurut perbedan dialek. Pada garis besarnya perbedaannya di bagi menjadi dua kelompok besar. Bahasa Betawi tengahan dan pinggiran, sejajar dengan sejarah kedudukannya, perbedaan geografis, perbedaan antara bahasa Betawi tengahan dan pinggiran memiliki cirri yang menonjol, khususnya cirri tata ucap seperti:

a. Ciri bahasa Betawi dialek tengahan. Diucapkan dengan a atau ah. Jadi (s) aye di ucapkan sayah, gue menjadi guah.

b. Konsonan h yang terdapat dalam akhir kata, di dialeg pinggiran tetap sama seperti dalam bahasa Indonesia: seperti: payah. Maka kata-kata itu dalam dialeg pinggiran diucapkan sama seperti bahasa Indonesia. c. Ucapan konsonan bersuara: b d dan g. dalam dialeg tengahan kata-kata

semacam itu diucapkan menjadi tidak bersuara. Contoh: Betawi pinggiran = Bedug, urug, mulud, dan Betawi tengahan = beduk, uruk, (bulan) mulut.

d. Ciri kosakata yang paling menonjol adalah munculnya kata yang berarti ora = tidak (pinggiran), sedangkan di tengahan tidak dipakai. Juga bocah, lanang, kulan (pinggiran).23

Dalam pelestarian bahasa Betawi, menurut survey Litbang Media Group pada hari kamis 18 Februari 2008 menyatakan:

A. Masyarakat yang menggunakan bahasa daerah dalam percakapan dikeluarganya sebanyak 58 %.

23

B. Yang hanya menggunakan bahasa daerah sebanyak 13 %.

C. Tang menggunakan bahasa daerahnya dengan bahasa Indonesia 46%.

D. Yang hanya menggunakan bahasa Indonesia sebanyak 41%. E. Percakapan antara orang tua dengan anaknya dalam satu keluarga

sebanyak 62%.

Jadi masalahnya, rasa tanggung jawab mempertahankan ke-Betawi-an dalam berbahasa dan berbudaya orang Betawi kurang sekali. Jika ciri khas adat istiadat budaya sendiri ditinggalkan, bagaimana mungkin untuk melestarikannya. Keberadaan kebudayaan Betawi yang bermacam-macam menjadi asset wisata bangsa banyak kesenian Indonesia yang diwakili Betawi pentas keliling dunia dan mendapat sambutan yang luar biasa di mancanegara. Sementara di Tanah Airnya sendiri seolah kurang mendapat tempat. Dan mengalami kendala selain besarnya pengaruh globalisasi, generasi muda Betawi juga sangat sedikit yang mau mempelajari sekaligus meneruskan kesenian tradisi mereka ini menjadi tanggung jawab bersama.

Menggunakan satu bahasa apapun adalah hak pribadi seseorang. Tetapi, bahasa menunjukkan bangsa, bahasa dan budaya menunjukkan jati diri kita. Melestarikan adat dan budaya juga salah satu bentuk kecintaan terhadap Negara atau daerah kita sendiri. Kepunahan bahasa adalah juga kepunahan sejarah peradaban. Jika satu kaum berhenti menggunakan suatu bahasa maka kaum tersebut kehilangan beberapa kemempuan natural dan bahasa mereka. Jika bahasa Betawi lenyap, maka satu babak sejarah Betawi juga akan hilang untuk melestarikan bahasa Betawi tersebut dengan cara :

1. Bangga menjadi orang Betawi dan tidak segan bertutur dalam bahasa betawi. 2. Dalam keluarga masyarakat Betawi orang tua tidak segan menggunakan

bahasa Betawi kepada anak-anaknya dalam percakapan sehari-hari dan juga memperkenalkan budaya betawi.

3. Adanya pertunjukkan kesenian Betawi seperti lenong yang menggambarkan kehidupan serta bahasa orang Betawi dalam acara-acara seperti khitanan dan pernikahan.

4. Adanya tuntutan agar Pemda DKI membuat semacam peraturan daerah agar gedung-gedung di Jakarta (atau minimal pintu gerbangnya) dibangun dengan arsitektur Betawi untuk melestarikan kebudayan Betawi atau setidak-tidaknya menunjukkan cirri khas Betawi contohnya: Sumatra Barat, dimanapun orang minang kita lpasti dengan mudah menemukan warung masakan Padang dengan rumah bagonjongnya.

5. Adanya tokoh-tokoh Betawi seperti: Mandra, Po Nori, Omas, Mastur dan sebagainya yang menggunakan bahasa Betawi orang akan melihat mereka di televisi.

6. Sekarang sudah ada program berita televise seperti “kicir-kicir” di JAK TV yang menggunakan bahasa Betawi sebagai bahasa pengantarnya.

2.4c Kesenian.

A. Kesenian Musik.

1. ganbang Kromong adalah perpaduan musik Cina dan local. Unsur pribumi terdiri dari alat-alat perkusi: gambang, kromong, gendang, kecrek, dan gong. Unsure Cina terdiri dari alat-alat perkusi: ningnong

dan alat musik gesek seperti konghyan, tehyan, dan sukong dipakai dalam pesta perkawinan. Lagunya seperti: balo-balo, kramat kerem. 2. Tanjidor, ini dipengaruhi Portugal. Orang Betawi memakai Tanjidor

berkembang sejak abad ke-19 di pinggir Batavia. Alat-alatnya adalah alat tiup seperti piston, trombone, dan clarinet, bass, dan dilengkapi dengan alat-alat seperti tambur atau gendering, dan musik ini dipakai untuk mengiringi pawai atau mengarak pengantin, dan sunatan. Membawakan lagu-lagu mars dan walsa, dan kemudian juga membawakan “lagu-lagu dalem” (Betawi Lama). Lagu pop Melayu juga masuk ke dalam tanjidor. Kadang-kadang instrument seperti tehyang atau rebab, kendang dan gong ditambah.

3. Keroncong Tugu ini dipengaruhi Portugis. Sekarang mungkin tinggal lagu “Maresco” saja yang benar-benar Portugis. Keroncong ini terdapat di kampong Tugu, kecamatan Cilincing. Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan dibawakan secara turun temurun oleh keturunan Portugis, alatnya adalah biole, gitar, ukulele, benyo, tringle, dan juga rebana. Dahulu ini dimainkan sambil duduk-duduk di sungai Ciliwung, dan berpindah dari rumah ke rumah pada hari natal dan hari besar lainnya.

4. Musik Samrah: samrah berarti berkumpul santai dalam bahasa Arab. Musik ini dimainkan dalam upacara Maulud Nabi Muhammad SAW. Hamper 100 thun yang lalu muncul di Batavia, dan dimainkan dalam upacara “maulud” di “malam angkt” dalam rangkaian upacara

perkawinan adat Betawi. Musik ini juga dinamakan Tonil Samrah. Dalam samrah dibawakan lagu-lagu seperti “lenggang-lenggang kangkung”. Kostum yang dipakai oleh para pemain adalah: peci, jas, dan kain plekat, baju sadaria, dan celana batik lagu-lagu Melayu lama yang dibawakan adalah: Dodoi si dodoi, Hitam Manis dan lain-lain. Lagu Melayu baru adalah: Bimbang dan Ragu, Keagungan Tuhan, dan sebagainya. Peralatan yang digunakan adalah: harmonium, biola, gitar, ketipung, dan rebana. Beberpa macam tari yang dibawakan dalam seni musik samrah adalah: joget modern, tari lenggang, tari kaparinjo, tari mak inang, dan tari serampang, tariini diiringi oleh “gambus”, untuk perkenalan antara muda-mudi, dan kini hamper telah hilang.

5. Orkes Melayu adalah sejenis musik dan nyanyian yang berasal dari dunia Melayu, baik irama dan lagunya di Jakarta dikenal sebagai orkes Melayu Jakarta, irama dan gaya lagu yang dipngaruhi India, dimusik dangdut.

6. Rebana adalah musik yang mendapat pengaruh dari Arab. Kesenian ini biasanya diadakan dalam upacara perkawinan dan mauludan. Ada beberapa kesenian ewbana di wilayah Betawi tersebar secara merata. Kata “rebana” berasal dari kata “Robanna” berarti “Tuhan Kami” rebana Betawi terdiri dari beberapa jenis seperti: rebana ketimpring biasanya terdiri dari tigabuah rebana adatiga pasang kerincing yang sama. Ada yang disebut rebana tiga, empat dan lima,rebana lima ditaruh di tengah yang berfungsi sebagai pembawa atau melodinya),

ngarak (rebana ketimpring yang dipakai untuk mengarak-arak pengantin pria menuju ke rumah mempelai wanita), biang (besar atau salun adalah musik Islam Betawi yang instrumennya terdiri dari tiga atau lima buah rebana yang dinamakan: biang (90)cm, gedung (60)cm, ketug I dan II (20)cm. lagu-lagu berirama cepat disebut “Lagu Melayu” tidak mungkin untuk mengiringi tari. Lagu yang lebih lambat disebut “Lagu Arab”, biasanya dipakai untuk mengiringi tarian blenggo, maulud (jenis rebana ini terdapat di daerah Pejaten, Pasar Minggu, instrumennya terdiri dari 2,4,8, atau 16 rebana dengan ukuran garis tengah kira-kira 40 cm. pukulan rebana ini diiringi dengan syair-syair yang dipetik dari karya-karya Abdullah Alhadad. Rebana ini dipakai untuk acara-acara kelahiran, perkawinan, khitanan, syair-syairnya biasa disebut berjanzi, diambil dari kitab Syaraful Anam karya Syeikh Al Barzanji, berasal dari Hadramaut), hadroh (ukurannya lebih besar dari rebana ketimpring: disebut rebana gedug. Garis tengahnya adalah 30 cm, dan terdiri dari 3 atau 4 buah rebana. Syair-syairnya dari kitab Diwan Hadroh), Qasidah (syair-syair qasidah didasari pada shalawat kepada Nabi SAW serta ayat-ayat Al-qur’an, kebanyakan wanita, terdiri dari 9 orang 3rebana kecil dan 3 rebana besar, 2markis dan 1 solis), Salun ( Terdiri dari alat-alat gendang rebana bertingkat-tingkat ukuran dan bunyinya berbeda pula, sedangkan bentuknya hampir sama dengan rebana maulud), Dor ( pada bagian pegangan jari terdapat lobang-lobang kecil, untuk mengiringi

lagu-lagu yalil, berasal dari Timur Tengah, seperti Shikah dan resdu. Rebana ini juga disebut rebana lagu ), Burdah ( garis tengah rebana ini adalah 50 cm. penamaannya dari nama groupnya, yaitu Burdah Fiqah Ba’mar. dipimpin oleh Sayid Abdullah Ba’mar).

7. Marawis Alatnya perkusi rebana atau kendang ukuran kecil yang garis tengahnya 10 cm, tinggi 17 cm, dan kedua kendangnya tertutup, inilah yang disebut marawis, paling sedikit dipakai 4 buah. Kedua, perkusi besar tingginya 50 cm, garis tengah 10 cm yang disebut hajir dengan kedua kendangnya tertutup. Ketiga, adalah papan tepok atau tumbuk yang terdiri dari 2 buah. Kadang kala perkusi dilengkapi dengan tamburin atau simbal. Lagu-lagu yang dibawakan biasanya berirama gambus atau padang pasir. Lagu yang dinyanyikan diiringi oleh jenis pukulan tertentu. Yaitu : zapin,sarah, dan zahefah untuk mengiringi lagu gembira dan sedih pada saat di panggungdan untuk lagu berbalas pantun.

B. Tarian Betawi.

1. Tarian samrah juga disebut musik samrah. Dilakukan oleh laki-laki. Pakaiannya adalah jas tutup putih, kain dan selendang tari ini diiringi oleh “gambus”. Ini untuk perkenalan antara muda-mudi, dan kini hampir telah hilang.

2. tarian cokek: yang dimaksud “ cokek” adalah penari wanita yang berpakaian khusus seperti wanita Cina, pakai celana panjang dari sutra, baju model cina, dan selendang. Penari wanita dan jenis tarian

tersebut dinamakan “cokek” karena diambil dari nama celana panjang yang dipakainya. Penari wanita menari di atas panggung sambil menyanyi, kemudian diikuti oleh para penonton pria yang ingin turut menari dan biasanya setelah selesai menari mereka membayar. Tarian ini langka. Sampai sekarang masih sangat digemari oleh masyarakat Betawi keturunan Cina. Cokek adalah tarian pergaulan dalam upacara-upacara yang diiringi orkes gambang dengan penari-penari, dan tarian ini juga disebut wayang cokek. Para penari memakai baju kuning dan celana panjang dari sutra berwarna, dan kebaya.

3. Tari Blenggo: hanya untuk laki-laki dengan pakaian hitam (seperti dalam pencak silat). Musik yang dipakai adalah rebana biang. Tarian ini hanya dilakukan pada lagu-lagu rebana biang yang agak perlahan, misalnya lagu-lagu: Shallu alla madinil iman, tari blenggo tidak boleh dilakukan di masjid. Tarian ini terdapat di daerah Ciganjur pada saat ini. Gerak ini diambil darigerak pencak silat. Kini ada dua macam tari blenggo, satu blenggo yang diiringi oleh orkes rebana biang disebut blenggo rebana, dan blenggo ajeng yang memakai gamelan ajeng. Lagu-lagu yang dimainkan oleh rebana blenggo adalah: Kangaji, Anak Ayam, Sanggreh, biasanya dalam bahasa Sunda, dari daerah pegunungan. Blenggo ajeng dilantunkan setelah nyapun. Yaitu menaburi kedua mempelai dengan beras kuning, uang dan vungga-bunga, diiringi lagu khusus semacam kidung. Siapa yang berminat, dengan mendahulukan kaulan, dipersilahkan menari.

4. Tari doger adalah sejenis tarian yang berasal dari Jawa Barat dengan musik pengiring bunyi-bunyian gendang, rebana dan kenong. Dalam tarian ini laki-laki dan perempuan bercampur.

5. Tarian uncul adalah sebagian dari pertunjukkan Betawi ujungan, atau gitikan atau sabetan, berupa keterampilan pukul-memukul dan tangkis-menangkis dengan rotan. Ditambah dengan musik dan tarian yang khas di dalamnya, yaitu tarian uncul (perlawanan kepada lawan di arena ujungan yang diselenggarakan pada pesta panen). Musik yang dipakai dinamakan sampyong, semacam gambang terbuat dari bamboo atau kayu, biasanya 4 bilah, ditambah kentongan bamboo atau tanduk kerbau, suaranya monoton dan menimbulkan semangat bertanding yang menggelora. Pemain berpakaian celana dan kaos oblong hitam.

6. Tarian pencak silat: Di kalangan Betawi berkembang banyak tari bersifat gerak-gerak pencak silat, seperti tari blenggo, tari uncul dan sebagainya namun, yang khusus adalah tari pencak silat. Orkes pengiring di masing-masingwilayah Betawi tidak sama. Ada yang memakai gambang kromong, orkes samrah, rebana biang, dan ada pula yang memakai pengiring gendang pencak silat Betawi.

7. Tari zapin: diiringi dengan orkes gambus yang ditambah dengan 3 marwas semacam gendang kecil bertutup 2. tari ini dibawakan oleh pria berpasangan pada pesta khitanan dan pernikahan yang dimeriahkan dengan orkes gambus.

C. Kesenian Teater Betawi.

1. Topeng Betawi: terdiri dari 3 bagian yaitu merupakan teater rakyat Betawi yang terdiri atas: musik, tari, lawak, dan lakon. Musik lakon terdiri dari gendang besar, kulanter, rebana, kromong berpencon tiga, kecrek kempu dan gong. Lakon yang sangat dikenal adalah Anemer kodok, dan Dulsalem. Topeng biasanya dipertunjukkan pada acara khitanan, perkawinan, kaulan, dan ditutup dengan lakon keluarga jantuk. Alat-alat yang dipergunakan adalah rebab, kromong tiga, gendang, kecrek, dan gong. Topeng adalah mirip dengan gambang kromong.

2. Lenong Betawi merupakan teater Betawi yang membawanya cerita-cerita kepahlawanan dan criminal. Dalam cerita-cerita selalu muncul seorang pembela rakyat kecil. Jumlah pemain lenong tidak terbatas, dan pakaiannya pun biasa saja. Musik yang dipakai adalah “gambang kromong”. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu Cina Betawi adalah surilang, jail-jali, dan sebagainya. Untuk Betawi pinggiran lagu-lagu bahasa Betawi ora dipakai. Bentuk panggung disebut “Pentas Tapal Kuda”. Lenong dipakai pada upacara perkawinan dan sunatan. Lenong terdapat di seluruh wilayah kebudayaan Betawi dalam lenong jugadi pakai cerita seribu satu malam, sejarah kepahlawanan serta dongeng-dongeng rakyat disebut lenong dines sedangkan lenong yang lebih memakai cerita-cerita tentang

kehidupan sehari-hari dan pahlawan-pahlawan local adalah lenong preman.

3. Der Muluk: terdapat di Batavia sekitar tahun 1930-an dan kini hamper talah sirna. Pertunjukkan ini adalah semacam komedi bangsawan, dengan unsur-unsur nyanyian, tarian, cerita dan lakon. Musik yang dipakai adalah orkes harmonium, gitar, samyan, biola, gendang, dan tambur. Cerita-cerita tersebut hikayat, seperti Ahmad Mahmud, dan Indra Bangsawan.

4. Ubrung (telah punah): lakonnya pendek dan disebut banyolan, yang mengutamakan tawa penonton. Kesenian ini untuk acara khitanan, perkawinan, serta dalam pertunjukkan keliling. Biasanya diadakan di tempat-tempat perekotaan, pasar, dan halaman stasiun kereta api, alat yang dipakai adalah sebuah gendang, kulantor, rebana biang, dan trompet.

5. Buleng: bentuk cerita yang dibacakan secara kiasan dalam bentuk prosa atau terkadang bentuk lirik. Cerita dongeng seperti Ciung Wanara, adalah dongeng bersumber Sunda. Biasanya cerita dari bahasa Melayu tinggi campur Sunda.

6. Sarkawi adalah jenis drama atau sandiwara dari dunia arab. Ceritanya bernafaskan Islam dan diiringi dengan musik gambang, rebab, kenong dan gendang dengan nyanyian syair-syair Arab.

1. Wayang Senggol kini telah hilang, merupakan pementasan perkelahian diatas panggung seperti perang. Terkadang disajikan cerita-cerita komedi seperti: Saiful mulk dan lainnya dipentaskan diatas tanah.

2. Wayang Kulit Betawi: diiringi gamelan logam dan bamboo. Menggunakan kelir atau kere, instrumennya: gendang, terompet, dua buah saron, keromong, kedemung, kecrek, kempol, dan gong. Di arena, dengan pantas sejajar dengan penontondi atas tanah di bawah tarub, kisahnya: Mahabarata dan sebagainya.

3. Wayang golek Betawi serupa dengan Sunda, tetapi dengan dialek Betawi. Ceritanya seperti: bandung naga sewu, terdapat di daerah Jakarta Timur.

4. Belantek merupakan pertunjukkan yang dimainkan oleh para pemudayang masih belajar topeng atau lenong. Peralatan pun tidak menentu, ada yang memakai rebana biang, dan ada yang memakai gamelan sederhana.

5. Rancak adalah lisan yang dibawakan dalam bentuk pantun oleh 2 orang yang bersahutan, dengan iringan musik gambang kromong, yang disubut gambang rancak. Cerita-ceritanya dari daratan Cina, cerita dongeng, bangsawan, dan roman. Menurut permintaan si pengundang. Dalam satu kali pertunjukkan bisa dibawa beberapa cerita.

6. Gemblokan adalah pertunjukkan yang menggunakan boneka yang dibuat mulai dari batas pinggul ke atas dengan ukuran sebesar orang. Dari kain dan diisi dengan kapuk, ijuk atau serabut kelapa. Bagian muka dibuat dari kayu atau karton tebal membentuk mimic muka yang lucu. Boneka itu diikat dengan kain ikat di perut pemainnya. Badan boneka didoyongkan ke depan, tangannya diletakkan di pinggang pemain dan dibikin serupa bahwa boneka mengendong pemain. Kadang-kadang disertai dengan monyet-monyetan yang dimainkan oleh anak-anak berumur 7-8 tahun. Anak yang berperan monyet, dia memakai pakaian seperti monyet lengkap dengan ekor. Permainan ini disertai dengan rombongan musik dengan gendang kecil, terompet, bede atau tanduk kerbau. Gemblokan dipakai dalam arak-arakan pada perayaan HUT RI.

7. Sahibul Hikayat adalah sastra lisan yang dibawakan oleh tukang cerita. Kesenian ini dipentaskan di kampong-kampung semalam suntuk, dan kini diradio-radio secara bersambung ceritanya berasal dari Persia seperti seribu satu malam dan Nurlaila.

8. Ondel-ondel menggambarkan pengaruh Hindu (dari Cina yaitu barong). Ada kepercayaan ia berkekuatan magis untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan penyakit. Karena itulah diberikan sesaji. Ia menampilkan leluhur atau nenek moyang menjaga anak cucu dan penduduk suatu desa, dan menjadi dayang sebuah desa, menyelamatkan desa itu dari roh-roh halus dan jahat. Tingginya

ondel-ondel rata-rata adalah 2,5 m dengan tengah 80 cm.dibuat dari anyaman bambu yang mudah dipikul dari dalamnya. Bagian muka berupa topeng dengan rambut terbuat dari ijuk. Bagian muka laki-laki