• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengenai asal usul Betawi ada dua pendapat mengenainya pertama pendapat yang menyatakan bahwa masyarakat Betawi adalah berasal dari budak dan pendapat lain yang menyatakan bahwa masyarakat Betawi sudahlama ada, sebelum kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran. Pendapat bahwa masyarakat Betawi berasal dari budak biasa disebut dengan dengan mazhab kali besar, karena studi tentang masyarakat Betawi tempo dulu dari segi geografis diidentikkan dengan kawasan kali besar.

Bertitik tolak dari runtuhnya kraton Jayakarta yang diserbu oleh pasukan Jan Piterszoon Coen3 pada tahun 1619 pertikaian memuncak menjadi peperangan dan pasukan Jayakarta yang dibantu oleh Inggris mengalami kekalahan. Sebelum pasukan Belanda menyerang, pangeran Jayakarta telah dipangil ke Banten sebagai tahanan karena kebijaksanaannya yang dianggap merugikan Banten. Dengan demikian terjadi kekosongan kepemimpinan dan dengan mudah kota itu direbut oleh Coen pada tanggal 30 Mei 1619. kraton Jayakarta yang yang didirikan di tepi Kali Besar itu dibumihanguskan, para pengikut Pangeran Jayakarta melarikan diri ke Banten atau mengungsi kedaerah pedalaman. Mereka itu diperkirakan terpencar antara lain di daerah Jatinegara Kaum.

Coen membangun kota baru di atas reruntuhan itu dan diberi nama Batavia. Untuk itu Coen mendatangkan budak dari berbagai penjuru Nusantara, juga dari luar, seperti Arakan (Burma), Andaman, dan Malabar (India). Selain itu kedatangan orang-orang mendapat sambutan yang baik oleh VOC. Orang Cina ini tidak hanya berfungsi sebagai pedagang tetapi juga sebagai petani penggarap tanah di wilayah onmelanden (daerah pedalaman sekitar Batavia).4

Pendatang lain yang diperbolehkan menetap di Batavia adalah orang-orang Moor (India Selatan), orang Melayu dan orang Bali. Mereka ini menjadi bagian penduduk Batavia yang merdeka atau bukan budak. Sedangkan para budak yang statusnya telah dimerdekakan dinamakan mardjikers. Cirri khas kelompok mardjikers adalah bahasa yang dipergunakan. Mereka ini menggunakan bahasa Portugis

3

Riwan Saidi, Profil Orang Betawi, Kebudayaan dan AdatIstiadatnya, (Jakarta: PT. Gunara Kata, 1997). Cet ke-1,h3

4

berdialek Asia dan beragama Kristen. Setelah Malaka jatuh ketangan VOC pada tahun 1641 banyak orang yang mengaku keturunan Portugis berdatangan ke Batavia. Mulanya mereka diberi tempat di dalam kota dan disediakan gereja. Tidak lama kemudian mereka pindah ke daerah Cilincing, jauh di luar tembok kota. Dan sejak tahun 1673, didirikan perkampungan khusus bagi keturunan Portugis serta dibangun gereja yang kini dikenal dengan nama Gereja Tugu.5 Pendapat lain yang tidak setuju dengan pendapat bahwa penduduk Betawi dari budak. Hal ini disebabkan karena di daerah Condet, Jakarta Timur, pernah ditemukan kapak genggam dari zaman neolitikum. Ini petunjuk bahwa kawasan Condet merupakan daerah hunian purba di Jakarta.

Seorang geoarkeologis, Dr Tony Djubiantono, dari Balai Arkeologi Bandung mengatakan pada zaman es, Sumatera, Kalimantan dan Jawa yang menyatu pecah menjadi tiga. Arus imigrasi manusia di zaman ini bergerak dari barat ke timur. Maka berdasarkan temuan Rr. Tony ini dapat disimpulkan bahwa manusia protoBetawi adalah imigran yang datang dari darat, ngerancah dan sekitarnya pada zaman purba jadi sebelum masa paleolitikum seelah geografi zaman es baik manusia Pithecantropus Erectus yang di Ngerancah maupun sebagian Sangiran adalah manusia Nusa Jawa, termasuk Nusa Kalapa.

Pada tahun 130 berdirilah Kerajaan pertama di Jawa, Kerajaan yang didirikan oleh Aki Tirem, seorang Kepala Kampung di daerah Kali Tirem di Tanjung Priok ini bernama Salakanagara atau kerajaan Holotan, raja dari Kerajaan ini adalah menantu

5

Muhadjir, Bahasa Betawi Sejarah dan Perkembangannya. ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000) edisi pertama,h.45.

Aki Tirem yang berasal dari India, yaitu Dewawarman, Salaka dalam bahasa berarti perak.

Keberadaan kerajaan ini disebut oleh sumber Tiongkok, bahwa pada tahun 132 raja Ye Tian bernama Tiou Pien adalah Dewawarman. Sebelum berdirinya kerajaan Tarumanegara pada abad ke-4, kerajaan Holotan telah beberapa kali mengirim utusan ke Cina. Holotan disini bisa diartikan dari kata olot, yaitu tua.6 Letak Kerajaan Salakanagara terdapat di daerah Condet sekarang, Condet memenuhi persyaratan sebagai pusat kerajaan, karena letaknya jauh dari pantai, berada di tepi sungai dan di Condet terdapat nama-nama tempat yang mempunyai makna sejarah, seperti Bale Kambang dan Batu Ampar. Bale Kambang adalah tempat persinggahan raja-raja, dan Batu Ampar adalah batu besar yang paling tidak berukuran 3x4 meter yang permukaannya datar dan merupakan tempat untuk meletakkan sesaji.

Juga terdapat makam kuno yang dikeramatkan penduduk, yaitu makam keramat Gerowak dan makam Ki Balung Tunggal. Makam Gerowak diperkirakan adalah seorang resi dan Ki Balung Tunggal adalah seorang pemimpin pasukan kerajaan. Menurut tinjauan arkeologis, tidaklah diragukan lagi bahwa Condet telah dihuni orang sejak 3500 tahun yang lalu. Hal ini terbukti dari penggalian yang dilakukanpada tahun 1970. yang berhasil menemukan gigi geledek atau kapak batu yang berasal dari zaman neolitikum, kurang lebih 3000-4000 tahun yang lalu.7

Ditemukan prasasti tugu yang berasal dari abad ke-5 di daerah Simpang Tiga Kramat Tunggak, Tanjung Priok dari zaman Tarumanegara itu disebut tugu oleh

6

Ridwan Saidi, Babad Tanah Betawi, (Jakarta: PT. Gria Media Prima, 2002), Cet ke-1.h.4. 7

orang-orang berbahasa Creol (bahasa orang-orang Portugis pada abad ke-16.C.D Grijn menemukan unsure bahasa creol dalam bahasa Melayu yang digunakan abad ke-17). Sedangkan orang Betawi menyebutnya tunggak. Karena sebagian masyarakat menganggapnya keramat maka kampong itu di beri nama Kramat Tungak. Tugu ini berisi perintah raja Purnawarman untuk menggali sungai Gomati. Penggalian itu dilaksanakan oleh penduduk secara besar-besaran. Hal ini membuktikan bahwa kerajaan Tarumanegara mempunyai rakyat dalam jumlah besar, tetapi tidak diketahui berapa populasinya. Namun dari prasasti Tugu dapat disimpulkan bahwa kerajaan ini berpenduduk, dan mereka yang berdiam di Kalapa adalah merupakan bagian dari populasi Tarumanagara.

Pusat Kerajaan Tarumanagara oleh sebagian pakar diperkirakan terdapat di wilayah pedalaman Bogor, tetapi ada pula yang menganggap pusat KerajaanTarumanagara terdapat di tepi Kali Citarum. Terlepas dari kontroversi ini maka dengan ditemukannya prasasti tugu, dapat disimpulkan bahwa control politik Tarumanagara juga meliputi daerah aliran sungai Citarum, Marunda, Ancol, Angke, dan Kalimati. Keseluruhan daerah ini disebut Kalapa. Kalapa adalah nama paling purba dari kawasan yang kemudian disebut Jakarta.8

Runtuhnya Kerajaan Tarumanagara terjadi pada abad ke-7 pada saat itu Kerajaan Sunda Pajajaran belum berkuasa, karena kerajaan ini berkuasa pada abad 10 ke 12 M. menurut Prof. Slamet Mulyana. Maka tenggang abad 7 sampai abad ke-12 terjadi kekosongan kekuasaan politik di kalapa. Dalam masa vacuum inilah muncul kekuasaan Budha Sriwijaya sebagai periode interregnum di kalapa. Pada abad

8

ke-12 kerajaan Sunda Pajajaran mendirikan kantor untuk mengutip cukai dipelabuhan daerah Cimanuk, Tangerang, dan Kalapa. Pelabuhan itu sendiri secara tradisional telah berfungsi. Kemudian pelabuhan yang paling ramai dikunjungi dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan lain di bawah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran.

Dari berbagai keterangan di atas, muncul pertanyaan, siapakah orang Kalapa itu? Yaitu orang yang berasal dari tanah Jawa. Berbahasa sansekerta, dan pada masa kekuasaan Kerajaan Pajajaran mereka berbahasa Sunda Kuno. Bercampur baur, saling menikah dan membentuk komunitas baru dengan imigran yang dating dari Kalimantan pada periode masa peralihan pemerintahan.9

Dari kedua pendapat tentang asal usul masyarakat Betawi tersebut, pendapat yang lebih kuat adalah bahwa masyarakat Betawi bukan keturunan budak, melainkan suku bangsa ini telah mendiami daerah Nusa Kalapa paling sedikit sejak masa Neolitikum atau 3500 tahun yang lalu. Selain itu terdapat sumber-sumber local seperti peta Cielayang yang dibuat oleh pangeran Panembang pada masa Prabu Siliwangi (1482-1521) dari peta itu terungkap bahwa daerah yang kemudian dinamakan Jakarta itu sesungguhnya oleh leluhur Betawi dulu dinamakan Nusa Kalapa.10sedangkan pendapat bahwa penduduk Betawi keturunan budak hanya mengendalikan sumber-sumber colonial yang dimulai tahun 1619, pada saat VOC menaklukkan Kraton Jayakarta.

Mengenai awal masuknya Islam di Nusa Kalapa di mulai dengan berdirinya Pesantren Quro di Tanjung Pura, Karawang. Pesantren ini didirikan pada tahun 1491,

9

Ridwan Saidi, Profil Orang betawi.h.8. 10

oleh Syeikh Hasanuddin. Kemudian Islam menyebar dengan cepat di Nusa Kalapa, hal ini disebabkan oleh beberapa factor , antara lain:

1. keterlibatan putra Prabu Siliwangi dalam penyebaran Islam. 2. Adanya resi yang bersikap akomodatif terhadap Islam.

3. akulturasi antara ritual agama leluhur dengan ibadah Islam. Contohnya, upacara bebersih sebelum memasuki tempat suci, yang diidentikkan dengan berwudhu. Puwasa, yang berlangsung selama 40 hari. Hari ke-40 dinamakan lebaran atau penutupan puasa.

4. penyebaran Islam di Nusa Kalapa menggunakan jalan damai.11

Masuk dan berkembangnya Islam di Jakarta terlepas dari kondisi dan situasi politik, social budaya, social ekonomi daerah pesisir utara Jawa pada khususnya dan Indonesia pada umumnya pada abad ke-15 sampai abad ke-16. sedangkan tokoh utama yang menyebarkan Islam di Jakarta ada dua pendapat. Pendapat pertama atau teori lama adalah Prof. R.A. Hosein Djajadinigrat yang sejak tahun 1913 menggemukakan bahwa tokoh sejarah yang memasukkan dan mengembangkan Islam pertama adalah Falatehan berdasarkan sumber Portugis yang diidentikkan dengan tokoh Syarif Hidayatullah. Sedangkan menurut Purwaka Caruban Nagari yang ditemukan tahun 1970 di daerah Cirebon oleh Pangeran Soelaiman Soryaningrat, Fatahillah atau Falatehan adalah seorang tokoh yang diperintahkan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah untuk menyerang Kalapa.

Penamaan Sunda Kalapa diberikan oleh orang-orang Eropa, sebab Selat Sunda merupakan patokan penting bagi pelaut-pelaut Eropa untuk masuk ke Java

11

Mayor (Jawa). Sedangkan naskah kuno Sunda menyebutkan pelabuhan ini Kalapa saja.

Mengenai proses Islamisasi tersebut pelabuhan Sunda Kalapa tertutup bagi orang Islam karena penguasa setempat khawatir akan pengaruh mereka yang ketika itu sudah kuat terutama di Cirebon. Kehadiran masjid selama sekitar satu abad sampai Jakarta di bumi hanguskan oleh JP. Coen, diduga telah memberi andil bagi proses Islamisasi Jayakarta, seperti umumnya fungsi masjid kota-kota pelabuhan Jawa.

Ketika Coen menaklukan Jayakarta, orang-orang Islam diperkirakan mundur ke pedalaman. Mereka mendirikan masjid-masjid seperti: Masjid Assalafiyah pada tahun 1620, bersamaan waktunya dengan usaha pertama Mataram Islam semasa Sultan Agung untuk merebut Batavia antara tahun 1627-1629 sementara Mataram melakukan serangan dari dua jurusan, yaitu dari darat dan laut, yang keduanya gagal. Orang-orang Islam sangat berperan khususnya orang Moor.

Dalam konteks pembentukan etnis Betawi. Tampaknya Islamlah yang pertama kali tumbuh sebagai pelekat cultural mereka untuk kemudian di susul dengan penggunaan bahasa Melayu. Mereka menyebutnya orang “Selam”.

Istilah orang Betawi sebagai identitas baru popular ketika Husni Thamrin mendirikan organisasi pada 1 Januari 1923 dengan nama “Perkoempulan Kaoem Betawi”. Sekarang lebih merata digunakan oleh penduduk asli yang beragama Islam sedangkan penduduk asli yang beragama Kristen secara turun-temurun, biasanya disebut dengan daerah asalnya, seperti orang Tugu atau orang Depok.

Salah satu identitas orang Betawi adalah beragama Islam, bahkan ada perkataan “Bukan orang Betawi kalau tidak Islam”. Ini menunjukkan bahwa Islam

sangat melekat pada masyarakat Betawi. Sebagian tata cara adat istiadatnyapun berlandaskan agama Islam. Upacara adat istiadat pada masyarakat Betawi sudah ada sejak dahulu dan upacara adat itu sudah mendarah daging sehingga terasa ganjil jika orang Betawi tidak melaksanakan upacara itu dalam hidupnya. Pada upacara itu terkandung ajaran agar manusia harus senantiasa bersyukur, berbuat saling menolong. Manusia yang tidak bersyukur berarti manusia sombong dan sifat seperti itu dibenci Tuhan. Upacara-upacara itu antara lain akekah, sunatan, khatam qur’an dan sebagainya agar lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu.

Akekah (qiqah) dalam bahasa Betawi disebut akeke, yaitu upacara selametan untuk anak yang baru dilahirkan dengan memotong kambing. Dilaksanakan paling cepat seminggu setelah kelahiran bayi, dalam upacara ini ada kegiatan memotong rambut, yaitu memotong atau mencukur rambut si bayi dan sebagai tanda peresmian nama kepada si bayi, nama inipun harus diputuskan setelah mendapat nasihat dari Kiyai atau orang tua yang dihormati. Para tetanga yang mengetahui acara ini biasanya dating menjenguk dan mereka akan nyempal, yaitu menyelipkan uang di bawah pundak si bayi, ini maksudnya untuk membantu meringankan biaya pengurusan si bayi. Akekah ini dilaksanakan sesudah shalat Dzuhur, tapi umumnya sesudah shalat Isya agar tetangga hadir semua. Upacara di mulai dangan tahlilan di lanjutkan dengan pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW dari kitab syarafal anam, adau addibai. Ketika pembacaan maulid sampai sarakal (asyrakal), bayi dibawa keruang mauled intuk di cukur. Tradisi Betawi, menyatakan bahwa rambut yang dicukur dikumpulkan dan di timbang, penimbangan dihitung dengan ukuran gram. Jumlah timbangan

misalnya 5 gram, maka ayah si bayi akan membeli emas sebanyak 5 gram atau uang seharga 5 gram emas itu disumbangkan kepada yatim piatu dan orang miskin12.

Khitan disebut juga sunat. Secara harfiah artinya sama dengan sunnah dalam bahasa Arab. Sunnat bagi orang Betawi adalah upacara memotong ujung kulit penis anak lelaki. Anak-anak biasanya disunat usia 9 sampai 12 tahun. Menurut ajaran Islam, bila anak lelaki memasuki aqil balig ia harus disunnat. Jika anak lelaki sudah aqil balig belum disunat, maka shalatnya tidak sah. Jaman dulu jika seorang anak lelaki disunat, nyak atau babenya memusyawarahkan pelaksanaan upacara sunat, yang dibicarakannya antara lain:

1) Menentukan hari dan tanggal pelaksanaan sunat. Pada umumnya orang Betawi melaksanakan sunat pada bulan mauled atau bulan Syawal (sesudah lebaran).zaman sekarang biasanya dilaksanakan pada waktu libur sekolah.

2) Dukun sunat disebut bengkong. Setiap bengkong punya kekhasan sendiri-sendiri. Kalau tangan bengkong memang jodoh, anak yang disunat akan cepat sembuhnya. Kalau tangannya tidak cocok akan lama sembuhnya. Biasanya bengkong yang berpengalaman akan lebih diutamakan.

Kalau kedua hal diatas sudah diputuskan, paling lambat 15 hari segera dilaksanakan sunat. Untuk menghadapi sunat si anak dilarang melompat-lompat atau berlari-lari. Kalau aktivitas itu dilaksanakan, saat disunat banyak mengeluarkan

12

Ridwan Saidi et al., Ragam Budaya Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta, 2002)h.75-77

darah. Dulu pada hari pelaksanaan sunatan, yang harus dilakukan si penganten sunat adalah sebagai berikut:

a. Pukul 05:30 sampai 06:00 WIB berendam atau mandi di kali. Ini tujuannya sebagai pengganti bius dan membuat kebal alat kelamin si anak. Darahpun tidak akan terlalu banyak keluar. b. Pukul 06:00WIB bengkong datang.

c. Selasai khitan diadakan selamatan atau tahlilan. Hidangan utama khitanan biasanya nasi kuning.

Khatam qur’an disebut juga tamat qur’an. Anak yang sudah khatam qur’an biasanya akan memberitahukan orang tuanya. Kemudian orang tuanya mengundang tetangga dan yatim piatu. Tempat diadakannya di masjid atau mushollah tempat si anak mengaji dan tempat ini pula diadakan upacara pelepasan. Pelepasan ini dengan:

a. Sambutan pelepasan yang disampaikan oleh guru mengaji. b. Pembacan shalawat dustur.

c. Pelapasan menuju rumahnya dari pengajian diiringi rebana ketimpring. Sampai dirumah disambut dengan:

a. Pemasangan petasan. b. Seluruh pengiring masuk

c. Si anak duduk di tempat yang sudah disediakan

d. Pembawa acara membuka acara, pembacaan surah Al-Fatihah lalu pembawa acara menjelaskan maksud acara ini.

e. Lalu pembacaan 13 surah terakhir dari juz ke-30. Selesai pembacaan 13 surah dilanjutkan dengan do’a khatam qur’an. Diteruskan dengan tahlilan

atau merowahan dan dengan pembacaan maulid Nabi Al-Barzanji. Kemudian orang tua si anak menyampaikan ucapan tasyakur dengan memberikan santunan kepada anak yatim piatu.13

Agama Islam dengan sefala system keyakinan, nilai-nilai dan kaidah-kaidahnya telah memberi pengaruh yang amat kuat pada budaya Betawi. Orang Betawi termasuk orang yang taat beribadah. Dengan kata lain agama merupakan salah satu unsur penting yang mengikat dan memberinya cirri tersendiri sebagai suku bangsa. Sehingga dalam bertindak dan melaksanakan upacara adapt, orang Betawi senantiasas mangacu pada nilai dan norma budaya (Islam), meski pada beberapa segmen masih campur aduk dangan unsur animisme maupun hindu/budha. Memang pada dasawarsa terakhir ini terdapat kecendrungan sangat kuat menghapus segala macam unsur budaya non-Islam pada pelaksanaan upacara adat.