• Tidak ada hasil yang ditemukan

System kemasyarakatan meliputi organisasi politik, system hukum, dan system perkawinan. Sebelum kedatangan orang Melayu pada abad ke-10, Jakarta masih berbentuk kerajaan, yang dipimpin oleh seorang raja. Raja disini berkuasa penuh dan berada pada puncak piramida dalam struktur kenegaraan, dan di bawahnya terdapat pangeran-pangeran. Di dalam masyarakat terdapat resi-resi yang mempunyai otoritas kenegaraan. Struktur bawah ditempati oleh san hulun atau kawula atau rakyat. Diantara struktur elit dan bawah tidak terdapat lembaga intermedier (penengah). Maka elit langsung berhubungan dengan rakyat. Sifat kekuasaan pada masa ini bukanlah kekuasaan yang bersifat teokratis, tetapi legalitas keagamaan sering sulit di pisahkan dengan kekuasaan. Terdapat juga kepemimpinan Jago adalah seorang yang pandai berkelahi dan bersifat mengayomi masyarakat.

Setelah kedatangan orang Melayu, khususnya setelah Islam masuk dan berkembang di Jakarta, kepemimpinan Islam mulai berpengaruh. Hal ini disebabkan banyaknya orang Betawi yang pergi menunaikan ibadah haji. Salah satu yang terkenal adalah Syeikh Junaid Al-Batawi. Kepemimpinan Islam ini sangat mendominasi di daerah Jakarta terutama pada saat kekuasaan Pajajaran mulai memudar dan kekuasaan kraton Jayakarta tidak mengakar dalam masyarakat.

Sedangkan aiatem hukum lebih ditekankan pada hukum dalam hal warisan. Pada awalnya dan secara adat anak laki-laki mendapat prioritas pertama warisan.atas tanah, dan anak perempuan hanya berdasarkan kebijaksanaan dari ayahnya. Serta tidak mendapatkan hak warisan secara mutlak. Tetapi hal sekarang hal tersebut sudah tidak dilakukan lagi karena dianggap tidak adil dan adanya unsur hukum Islam yang mengatur tentang warisan. Orang Betawi banyak yang mewarisi hukum tidak tertulis, seperti hukum adat. Setelah kedatangan VOC, kekuasaan politik dan hukum berada dan dikendalikan oleh VOC dengan system yang mereka bawa dari Negara asalnya Belanda, serta mengikuti aturan hukum yang berlaku pada waktu itu.

Dalam masyarakat Betawi sejak abad ke-18 pemerintah colonial Belanda membangun struktur kepemimpinan formal yaitu adanya seorang kumendan dibantu dua belah ajidan, dan ajidan membawahi bek yang memimpin kampong. Bek jauh lebih di kenal oleh masyarakat dari pada ajidan, apalagi kumendan. Hal ini disebabkan fungsi bek yang langsung berhubungan dengan masyarakat Betawi.

Masyarakat keturunan Arab dan Cina di Jakarta masing-masing mempunyai pemimpin formalnya sendiri yaitu Mayor yang di Bantu oleh Kapten. Para pemimpin formal ini, Baik untuk orang Betawi mupun untuk keturunan Arab dan Cina, diangkat secara resmi oleh pemerintah colonial dengan besluit.

Bek pada umumnya disegani, karena orang yang diangkat sebagai bek memiliki kemampuan yang handal dalam ilmu bela diri, dalam bahasa Betawi disebut maen pukulan. Banyak bek yang dapat dihormati di lingkungannya, bahkan di luar lingkungannya, karena tingginya ilmu bela diri yang dimiliki dan reputasinya sebagai jagoan, misalnya bek Mat Ali dari kampong Duku dari era pasca kemerdekaan.

Demang tidak kenal dalam skruktur formal administrasi komunikasi Betawi yang dibentuk pemerintah jajahan. Demang dikenal dalam struktur social sebagian masyarakat Betawi di Mester. Kumendan berada di dalam kerucut tertinggi piramida struktur formal kepemimpinan dalam komunitas Betawi, sebagaimana ajidan, kumendan tidak mendapatkan social acceptability sebagai pemimpin orang Betawi. Yang disegani dan ditakuti kepemimpinannya adalah guru dan mualim. Sedangkan pemimpin Betawi yang disegani (saja) adalah jagoan.

Hubungan mualim dan jagoan tidak konfrontatif, bahkan ada hubungan fungsional antara keduanya. Jagoan membaca do’a-do’a tertentu dalam rangka peningkatan kemampuannya maen pukulan. Senjata-senjata jagoan seperti golok: baik itu golok ujung turunan atau golok betok, atau piso raut biasanya diberi wifik pada bilah logam senjata tersebut. Yang mengajarkan wifik adalah mualim. Karena itu banyak jagoan yang mengerjakan rukun Islam yang ke lima pergi haji ke Mekkah. Jagoan-jagoan Betawi baik yang alim maupun yang Bengal bahkan seringkali untuk mengenangnya dijadikan nama jalan seperti jalan Haji Kontong di Cawang, jalan Haji Harun di Petukangan dan sebagainya. Mempunyai sikap yang jelas yaitu anti dan menentang penjajahan Belanda atau asing. Dalam hal ini mereka berjuang bahu membahu dengan para mualim terutama pada masa revolusi phisik, 1045-1049, golongan mualim dan jagoan bekerja sama dengan baik menentang Belanda di front klender-Bekasi terkenal duet K.H. Nur Ali dengan Haji Darip.

Para mualim memberikan do’a-do’a serta mengijazah jagoan yang pergi menuju front tempur. Seperti apapun bengalnya jagoan, niscaya mereka menghormati mualim. Mualim dan jagoan merupakan tombak kembar kepemimpinan non formal

masyarakat Betawi, terutama pada masa revolusi phisik, namun dengan makin kompleksnya struktur masyarakat Jakarta, figure jagoan tidak lagi menonjol, tapi figur mualim masih tetap diakui masyarakat.

Karena itu tidaklah keliru anggapan orang bahwa masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang Islam. Kenyataan bahwa dalam masyarakat Betawi ada komunitas enclek yang beragama lain tidak mengiringi citra keislaman masyarakat Betawi.21

Mengenai system perkawinan orang Betawi sebisa mungkin menikah dengan orang Betawi pula yaitu anggota keluarga jauh, tata cara perkawinan adat Betawi banyak mendapat pengaruh budaya Arab, Cina, Eropa dan budaya tradisional Betawi itu sendiri. Adapun yang dilakukan berhubungan dengan pernikahan adalah : Ngedelengin (yaitu masa pendekatan dan penelaahan terhadap seorang gadis), Ngelamar, Bawe Tande Putus, sebelum terjadinya akad nikah dilakukan dahulu : Masa piare, Acare mandiin calon pengantin, Acare tangas atau Acare kum, Acare ngerik, dan Acare malam pacar, Malam ngerondeng di rumah calon pengantin laki-laki. Dalam pelaksanaan akad nikah terdiri dari : seruhan yang di bawa oleh pihak pengantin laki-laki seperti : sirih nanas lamaran dan hiasan, mahar, miniature masjid, yang didalamnya berisi uang belanja, sepasang roti buaya, sie yaitu, kotak kayu persegi empat dengan ukuran bergaya Cina yang diisi sayur=mayor mentah dan beberapa butir telur asin yang sudah matang, jung atau perahu Cina yang isinya berbagai jenis buah-buahan hadiah pelengkap dapat berupa seperangkat bahan pakaian wanita, selop, alat kecantikan, kue pengantin, kekudang yaitu sesuatu barang

21

atau makanan atau apa saja yang sangat disayangi oleh calon pengantin perempuan sejak kecil sampai dewasa. Lalu Acare buka p[alang pintu, Adu jago atau silat dan balas pantun, maulidan dan khataman. Kemudian baru Acara akad nikah. Dan setelah itu acara: malam mangkat, malam penghabisan atau malam tanggapan atau malam ramai, selanjutnya acara: Malam negor, pulang tige ari, dan pesta di rumah pengantin laki-laki. Setelah selesai barulah ada acara sungkeman dan minta mantu.22