41
19. Beban Bunga
2012 2011
Rp '000.000 Rp '000.000
Deposito berjangka 75,507 54,091
Tabungan 4,765 3,327
Giro 4,266 3,328
Premi Penjaminan Pemerintah - 1,876
Simpanan dari bank lain 594 2,868
Lainnya - 198
Jumlah 85,131 65,688
20. Beban Gaji dan Tunjangan
2012 2011
Rp '000.000 Rp '000.000
Gaji dan upah 17,601 16,692 Honorarium 243 285 Lainnya 9,351 3,530 Jumlah 27,195 20,507
Rincian gaji dan bonus atas kelompok direksi, dewan komisaris dan komite audit adalah sebagai berikut :
31 Maret 2012 Jumlah Pegawai Gaji Tunjangan Bonus Jumlah
Dewan Komisaris 3 206,250,000 37,139,814 ‐ 243,389,814 Direksi 4 663,168,000 1,007,106,708 ‐ 1,670,274,708 Komite Audit 2 30,000,000 ‐ ‐ 30,000,000 Pejabat Eksekutif 40 3,015,570,043 635,869,480 ‐ 3,651,439,523 Jumlah 49 3,914,988,043 1,680,116,002 ‐ 5,595,104,045
31 Maret 2011 Jumlah Pegawai Gaji Tunjangan Bonus Jumlah
Dewan Komisaris 4 243,750,000 40,933,523 ‐ 284,683,523 Direksi 5 750,000,000 1,819,847,282 ‐ 2,569,847,282 Komite Audit 2 30,000,000 ‐ ‐ 30,000,000 Pejabat Eksekutif 38 2,641,382,959 481,125,532 ‐ 3,122,508,491 Jumlah 49 3,665,132,959 2,341,906,337 ‐ 6,007,039,296
42
21. Beban Umum dan Administrasi
2012 2011
Rp '000.000 Rp '000.000
Penyusutan dan amortisasi 4,398 3,681
Prasarana - -
Publikasi - 1,075
Imbalan pasti pasca kerja 5,000 - Perbaikan dan pemeliharaan 1,285 1,135
Sewa kantor 1,867 1,365
Barang dan jasa 6,101 3,672
Asuransi 3,561 -
Latihan dan pendidikan 1,022 1,123
Lain-lain 4,832 4,146
Total 28,067 16,197
22. Pendapatan Lainya
2012 2011
Rp '000.000 Rp '000.000 Keuntungan atas penjualan agunan yang
diambil alih - bersih 667 149 Keuntungan atas penjualan aset tetap - bersih 2 194 Lain-lain 13 464 Jumlah 682 807
23. Beban Lainya
Terdiri dari beban‐beban yang dikeluarkan sehubungan dengan denda, pemeliharaan agunan yang diambil alih dan lain‐lain.
24. Pajak Penghasilan
2012 2011
Rp '000.000 Rp '000.000
Pajak kini 8,886 0
Pajak tangguhan (520)
Jumlah 8,886 (520)
43
25. Laba per Saham Dasar
2012 2011
Rp '000.000 Rp '000.000
Laba bersih
Laba bersih untuk perhitungan laba
per saham dasar 26,659 3,874
Jumlah saham
Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa untuk perhitungan laba
per saham 3,756,875,883 3,756,875,883
Laba per saham dasar 7.10 1.03
26. Sifat dan Transaksi Pihak Berelasi
Sifat Pihak Berelasi
Pihak‐pihak berelasi adalah karyawan kunci, individu (perorangan) dan perusahaan yang mempunyai keterkaitan kepemilikan atau kepengurusan secara langsung maupun tidak langsung dengan Perusahaan. Adapun pihak‐pihak berelasi adalah sebagai berikut:
a. Hubungan pemegang saham
Johnny Wiraatmaja, PT Blue Cross Indonesia, Sjerra Salim, Syamsuar Halim, dan PT Mitra Wadah Kencana.
b. Hubungan kepemilikan/pemegang saham yang sama
Standard Commerce Serv., PT Danpac Resource, PT Pilarmas Investindo, PT Millenium Pharmacon InternationalTbk, PT Danpac Investindo, PT Blue Cross Indonesia, PT Danpac Pharma, PT Panwin Bullion, PT Duta Indah Propertindo, PT Gerbangraya Alam Permai dan PT Bumiputera Alam Lestari.
c. Hubungan kepengurusan
Dana Pensiun Bank Windu (dahulu Dana Pensiun Multicor)
d. Hubungan keluarga dengan pemegang saham dan pengurus
PT Anugrah Prima Perdana, PT Pancar Pelangi Sakti, PT OTP (Sawmill), PT Hutan Bersama, PT Nusa Kencana Abadi, PT Bina Plaspac Indonesia, PT Putera Kusuma Perkasa, PT Jabalu Media Internusa, dan PT Asuransi Purwanjasa, PT Danpac Resource Kalbar, PT Steril Medical Indonesia dan PT Asuransi Central Asia.
e. Hubungan manajemen dan karyawan kunci Perusahaan.
Transaksi‐transaksi Pihak – pihak Berelasi
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perusahaan juga melakukan transaksi‐transaksi tertentu dengan pihak‐pihak berelasi. Transaksi‐transaksi tersebut telah dilaksanakan dengan persyaratan yang sama dengan yang berlaku bagi pihak ketiga, kecuali pinjaman yang diberikan kepada karyawan.
Tidak terdapat transaksi dengan pihak berelasi baik yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kegiatan usaha utama Perusahaan, yang didefinisikan sebagai
44
transaksi benturan kepentingan berdasarkan peraturan BAPEPAM‐ LK No. IX.E.1 “Benturan Kepentingan“.
a. Transaksi aktiva dengan pihak‐pihak berelasi adalah sebagai berikut:
Persentase Persentase
Jumlah Terhadap Jumlah Jumlah Terhadap Jumlah
Aset Aset
Rp '000.000 % Rp '000.000 %
Aset Kredit
PT Anugrah Prima Perdana 8,135 0.13 6,674 0.15 PT Jabalu Media Internusa 4,209 0.07 6,575 0.14
Teddy Salim 3,519 0.06 5,223 0.11
PT Pancar Pelangi Sakti 1,649 0.03 - - PT Verena Multifinance - - - Brian Salim - - - Lain-lain (dibawah Rp 1.000 juta) 11,646 0.18 9,443 0.21
29,159
0.46 27,915 0.61
2012 2011
b. Transaksi liabilitas dengan pihak – pihak berelasi adalah sebagai berikut:
Persentase Persentase
Jumlah Terhadap Jumlah Jumlah Terhadap Jumlah
Kewajiban Kewajiban
Rp '000.000 % Rp '000.000 %
Kewajiban
Simpanan 282,590 0.05 85,617 0.02
Kewajiban lain-lain
Jumlah 282,590 0.05 85,617 0.02
2012 2011
27. Komitmen dan Kontinjensi
Perusahaan memiliki tagihan dan liabilitas komitmen dan kontinjensi dengan rincian sebagai berikut:
2012 2011
Rp '000.000 Rp '000.000
KOMITMEN Kewajiban Komitmen
Fasilitas kredit kepada nasabah
yang belum digunakan 1,052,698 616,854
Kewajiban membeli kembali aktiva bank yang dijual - -
Irrevocable L/C 100,216 22,448
Akseptasi Wesel Impor atas dasar L/C berjangka - -
Jumlah Kewajiban Komitmen 1,152,914 639,302
KONTINJENSI Tagihan Kontinjensi
Pendapatan bunga dalam penyelesaian 7,504 5,841
Kewajiban Kontinjensi
Bank garansi yang diberikan 58,414 50,784
Kewajiban Kontinjensi - Bersih 50,910 44,943
45
28. Aset dan Kewajiban dalam Mata Uang Asing
a. Posisi Devisa Neto (PDN)
Berikut adalah posisi devisa neto perusahaan :
Ma ta Ua ng Akti va Li a bi l i ta s Ni l a i Be rs i h
Dol a r Ame ri ka Se ri ka t 409,821 404,213 5,608
Dol a r Si nga pura 24,595 23,294 1,301
Dol a r Hongkong 41 ‐ 41
Dol a r Aus tra l i a 364 ‐ 364
Euro 3,206 2,941 265
Ye n Je pa ng 122 116 6
438,149 430,564 7,585 2011 Ne ra ca da n Re ke ni ng Admi ni s tra ti f 29. Manajemen Risiko Kegiatan usaha Perusahaan sebagai bank senantiasa dihadapkan pada risiko‐risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Oleh karena itu, kegiatan operasional Perusahaan dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian bagi Perusahaan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003, Perusahaan tidak memiliki kompleksitas yang tinggi atas penerapan manajemen risiko. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003, bank umum konvensional diwajibkan untuk menerapkan delapan (8) jenis resiko dan lima (5) peringkat penetapan penilaian peringkat risiko yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2010. a. Pengelolaan Risiko Kredit Penyaluran kredit oleh Perusahaan berlandaskan pada prinsip kehati‐hatian, peraturan Bank Ma ta Ua ng Akti va Li a bi l i ta s Ni l a i Be rs i h Dol a r Ame ri ka Se ri ka t 418,204 402,837 15,367 Dol a r Si nga pura 26,056 22,444 3,612 Dol a r Hongkong 32 ‐ 32
Dol a r Aus tra l i a 381 ‐ 381
Euro 5,940 5,750 190
Ye n Je pa ng 114 111 3 450,727
431,142 19,585
2012
Ne ra ca da n Re ke ni ng Admi ni s tra ti f
46
Indonesia, dan kebijakan perkreditan yang disusun oleh manajemen. Komite Kredit merupakan komite tertinggi yang membantu Direksi dalam pengawasan pengelolaan risiko melalui keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkannya. Secara periodik, Komite Kredit melakukan rapat antara lain untuk memantau BMPK dan kualitas kredit, serta kecukupan penyisihan penghapusan aktiva. Perusahaan selalu memonitor penyebaran risiko yang timbul sejalan dengan pertumbuhan sektor ekonomi dimana Perusahaan melakukan kegiatan bisnisnya. Batasan ditetapkan secara spesifik berdasarkan nasabah dan sektor industri untuk menghindari konsentrasi risiko kredit yang berlebihan. Batasan tersebut juga diterapkan bagi nasabah individu atau korporasi
b. Pengelolaan Risiko Pasar
Risiko ini disebabkan oleh pergerakan variabel pasar yang dapat merugikan portofolio yang dimiliki Perusahaan yaitu suku bunga dan nilai tukar. Ruang lingkup manajemen risiko pasar antara lain meliputi aktivitas fungsional kegiatan treasuri, dan investasi dalam bentuk surat berharga, penyediaan dana dan kegiatan pendanaan. Asset and Liability Committee (ALCO) merupakan komite yang membantu Direksi dalam mengawasi dan mengelola risiko pasar.
Perusahaan juga menetapkan kebijakan limit terhadap aktivitas treasuri untuk menghindari terjadinya konsentrasi portofolio pada suatu instrumen ataupun counterparty tertentu, sehingga terjadi diversifikasi pengelolaan aktiva dan liabilitas.
c. Pengelolaan Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas merupakan risiko yang timbul dari kemungkinan kerugian yang disebabkan ketidakmampuan Perusahan memenuhi liabilitas yang telah jatuh waktu. Pengelolaan risiko likuiditas dilakukan melalui suatu strategi likuiditas antara lain mencakup penetapan pricing dan gapping terhadap sumber dana dan kredit, analisis kecukupan modal serta investasi Perusahaan dalam portofolio dan surat berharga. Perusahaan senantiasa memelihara kemampuannya untuk melakukan akses pasar uang dengan memelihara hubungan dengan bank‐bank koresponden.
d. Pengelolaan Risiko Operasional
Perusahaan berupaya mengantisipasi serta mengendalikan seluruh factor yang berpotensi menimbulkan risiko operasional, antara lain dengan memastikan bahwa setiap personil memiliki kualifikasi dan terlatih untuk fungsi yang dilakukan dan memastikan bahwa seluruh aktivitas operasional dilakukan berdasarkan hukum dan prosedur yang telah ditentukan.
e. Pengelolaan Risiko Hukum
Perusahaan selalu memastikan bahwa seluruh kegiatan dan hubungan kerja dengan pihak ketiga telah didasarkan pada aturan maupun prasyarat yang dapat melindungi kepentingan Perusahaan dari segi hukum termasuk tuntutan dari pihak eksternal.
f. Pengelolaan Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan dapat berdampak pada pengenaan denda dan sanksi ataupun kehilangan reputasi Perusahaan. Untuk itu, Perusahaan melakukan pemantauan terhadap keselarasan atas seluruh aktivitas di lingkungan Perusahaan terhadap peraturan dan ketentuan eksternal maupun kebijakan dan prosedur internal.
47
Peran Satuan Kerja Kepatuhan dan Good Corporate Governance merupakan hal penting, khususnya dalam memastikan dipatuhinya ketentuan‐ketentuan eksternal dan internal terhadap keputusan‐keputusan bisnis yang diambil.
g. Pengelolaan Risiko Reputasi
Risiko reputasi dapat berdampak langsung pada berkurangnya kepercayaan nasabah sehingga jumlah nasabah ataupun pendapatan Perusahaan menurun. Dalam mengelola risiko reputasi, Perusahaan berupaya untuk menjaga reputasi dengan memberikan pelayanan terbaik dengan menangani keluhan dan memberikan kepuasan kepada nasabah untuk menghindari munculnya keluhan tersebut di media massa.
h. Pengelolaan Risiko Strategik
Resiko strategik timbul antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang tepat responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Dalam mengelola strategik, Perusahaan melakukan identifikasi pada fungsional tertentu seperti perkreditan, treasuri dan investasi serta operasional dan jasa. Perusahaan melakukan pencatatan perubahan kinerja akibat tidak terealisasinya pelaksanaan strategi, melakukan pengendalian keuangan untuk melakukan pemantauan realisasi dengan target yang tercapai.
Penilaian risiko Perusahaan yang disampaikan kepada Bank Indonesia dilakukan melalui proses self‐assessment untuk menghasilkan profil risiko yang terdiri dari inherent risk yaitu risiko yang melekat pada aktivitas bank dan risk control system yaitu pengendalian terhadap risiko inheren. Sesuai dengan kriteria ukuran dan kompleksitas usaha Perusahaan berdasarkan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, maka penilaian risiko dilakukan hanya terhadap lima jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hokum, risiko reputasi, dan risiko straregik.
30. Informasi Segmen
Segmen Usaha
Informasi segmen Perusahaan disajikan berdasarkan jenis kegiatan usahanya, yakni pemasaran, kredit, treasuri, dan ekspor‐impor. Kegiatan usaha tersebut menjadi dasar pelaporan informasi segmen primer Perusahaan, sebagai berikut:
Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor-impor Jumlah
Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Aset
Aset Segmen 501,902 4,635,575 913,234 5,916 6,056,627 Aset yang Tidak
Dapat Dialokasikan 279,003
Jumlah Aset 6,335,630
Kewajiban
Kewajiban Segmen 5,629,201 - 49,295 9,011 5,687,507 Kewajiban yang Tidak
Dapat Dialokasikan 63,829
Jumlah Kewajiban 5,751,336
31 Maret 2012
48
Kredit Treasuri Ekspor‐impor Jumlah Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Aset
Aset Segmen 470,829 4,571,031 1,143,616 1,456 6,186,932 Aset yang Tidak
Dapat Dialokasikan 248,295
Jumlah Aset 6,435,227
Kewajiban
Kewajiban Segmen 5,831,327 ‐ 26,342 4,335 5,862,004 Kewajiban yang Tidak
Dapat Dialokasikan 33,156
Jumlah Kewajiban 5,895,160
31 Desember 2011
Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor‐Import Jumlah
Pendapatan
Pendapatan Bunga 791 135,772 10,976 ‐ 147,539 Pendapatan Operasional Lainnya 2,942 441 3,191 1,427 8,001 Jumlah Pendapatan 3,733 136,213 14,167 1,427 155,540
Beban
Beban Bunga 87,318 ‐ 594 ‐ 87,912 Beban Operasional Lainnya ‐ (20,860) ‐ ‐ (20,860) Jumlah Beban 87,318 (20,860) 594 ‐ 67,052
Hasil Segmen Bersih (83,585) 157,073 13,573 1,427.00 88,488
Pendapatan yang Tidak Dapat Dialokasikan 1,337
Beban yang Tidak Dapat Dialokasikan 51,606
Laba Sebelum Pajak 35,545
Beban Pajak 8,886
Laba Bersih 26,659
31 Maret 2012
Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor‐Import Jumlah
Pendapatan
Pendapatan Bunga 2,458 432,654 55,200 ‐ 490,312 Pendapatan Operasional Lainnya 12,106 2,036 7,424 2,581 24,147 Jumlah Pendapatan 14,564 434,690 62,624 2,581 514,459
Beban
Beban Bunga 293,830 ‐ 5,060 ‐ 298,890 Beban Operasional Lainnya 8,863 ‐ (532) 8,331 Jumlah Beban 293,830 8,863 5,060 (532) 307,221
Hasil Segmen Bersih (279,266) 425,827 57,564 3,113.00 207,238
Pendapatan yang Tidak Dapat dialokasikan 16,370
Beban Yang Tidak Dapat Dialokasikan 175,233
Laba Sebelum Pajak 48,375
Beban Pajak (12,161)
Laba Bersih 36,214
31 Desember 2011
49
31. Informasi Lainnya
a. Posisi rasio kecukupan modal pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 masing‐masing sebesar 11,46% dan 16,12%. Rasio kecukupan modal per 31 Desember 2012 dan 2011 dihitung sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
31 Des 2012 31 Des 2011
Rp 000.000 Rp 000.000
Jumlah Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
untuk risiko kredit 4,730,340 2,380,510
Modal inti 536,362 494,413
Modal pelengkap 61,519 32,675
Jumlah modal inti dan pelengkap 597,881 527,088
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) yang tersedia untuk risiko kredit 12.64% 22.14%
Jumlah ATMR untuk risiko pasar 169,326 110,155
Modal inti yang dialokasikan untuk
mengantisipasi risiko pasar 0
Jumlah modal 597,881 527,088
ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam trading book yang
telah diperhitungkan risiko spesifik 0 0
Total ATMR risiko kredit dan risiko pasar 4,899,666 2,490,665
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang tersedia setelah memperhitungkan
risiko kredit dan risiko pasar 12.20% 21.16%
b. Rasio aset produktif yang bermasalah dan aset non produktif bermasalah terhadap total aset produktif dan aset non produktif pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 masing‐
masing adalah sebesar 2,19% dan 2,21%.
c. Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 masing‐masing adalah 2,62% dan 1,93%.
d. Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuntungan terhadap aset produktif pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 masing‐masing adalah 1,04% dan 1,71%.
e. Rasio Non‐Performing Loan (NPL) Perusahaan (secara bruto) pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 adalah masing‐masing sebesar 2,88% dan 2,24%, sedangkan secara neto masing‐masing adalah sebesar 1,75% dan 1,21%.
32. Jaminan Pemerintah Terhadap Liabilitas Pembayaran bank Umum
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.179/KMK.017/2000 tanggal 26 Mei 2000, sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 84/KMK.06/2004 tanggal 27
50
Pebruari 2004 dan No. 189/KMK.06/2004 tanggal 8 April 2004, Pemerintah menjamin liabilitas tertentu dari bank berdasarkan program penjaminan yang berlaku bagi bank umum. Jaminan Pemerintah berlaku hingga 21 September 2005 berdasarkan Undang‐undang No.24 tanggal 22 September 2004, efektif sejak tanggal 22 September 2005. Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dibentuk untuk menjamin liabilitas tertentu bank‐bank umum berdasarkan program penjaminan yang berlaku.
33. Penerbitan Standar Akuntansi Keuangan Baru
Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntanasi Keuangan (ISAK). Standar‐standar akuntansi keuangan tersebut akan berlaku efektif sebagai berikut:
Periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011
PSAK
1. PSAK 1 (Revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAK 2 (Revisi 2009), Laporan Arus Kas
3. PSAK 3 (Revisi 2010), Laporan Keuangan Interm
4. PSAK 4 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri 5. PSAK 5 (Revisi 2009), Segmen Operasi.
6. PSAK 7 (Revisi 2010), Pengungkapan Pihak‐Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa 7. PSAK 8 (Revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
8. PSAK 12 (Revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama 9. PSAK 15 (Revisi 2009), Investasi Pada Entitas Asosiasi
10. PSAK 19 (Revisi 2010), Aset Tidak Berwujud 11. PSAK 22 (Revisi 2010), Kombinasi Bisnis 12. PSAK 23 (Revisi 2010), Pendapatan
13. PSAK 25 (Revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Entitas Akuntansi, dan Kesalahan 14. PSAK 48 (Revisi 2009), Penurunan Nilai Aset
15. PSAK 57 (Revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
16. PSAK 58 (Revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
34. Perkembangan Terakhir Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Lainnya
Periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012
PSAK
1. PSAK 10 (Revisi 2010), Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
2. PSAK 18 (Revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya
3. PSAK 24 (Revisi 2010), Imbalan Kerja
51
4. PSAK 46 (Revisi 2010), Akuntansi Pajak Penghasilan
Perusahaan masih mengevaluasi dampak penerapan PSAK dan ISAK, di atas dan dampaknya terhadap laporan keuangan.