ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PERKREDITAN
TERHADAP TINGKAT PERMINTAAN KREDIT
PADA BANK BUMN DI SUMATERA UTARA
(STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) Tbk SENTRA KREDIT KECIL MEDAN)
TESIS
Oleh
ABDUL RAHIM SIMANGUNSONG
067019038/IM
SE
K O L A H
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PERKREDITAN
TERHADAP TINGKAT PERMINTAAN KREDIT
PADA BANK BUMN DI SUMATERA UTARA
(STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) Tbk SENTRA KREDIT KECIL MEDAN)
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ABDUL RAHIM SIMANGUNSONG
067019038/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PERKREDITAN TERHADAP TINGKAT PERMINTAAN KREDIT PADA BANK BUMN DI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK SENTRA KREDIT KECIL MEDAN)
Nama Mahasiswa : Abdul Rahim Simangunsong
Nomor Pokok : 067019038
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Dr. Rismayani, SE. MS) Ketua
(Drs. Syahyunan, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Rismayani, SE. MS)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Telah Diuji Pada
Tanggal 30 Oktober 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Rismayani, SE. MS
Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si
2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS
3. Drs. H.B. Tarmizi, SU
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PERKREDITAN TERHADAP
TINGKAT PERMINTAAN KREDIT PADA BANK BUMN DI SUMATERA
UTARA (STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) TBK SENTRA KREDIT KECIL MEDAN)”
adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 30 Oktober 2008 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Sumber utama pembiayaan investasi di negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan. Penyaluran kredit tersebut dipengaruhi oleh permintaan kredit dari dunia usaha. Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan kredit oleh dunia usaha, khususnya UMKM, diantaranya adalah kebijakan perkreditan pada suatu bank. Kebijakan perkreditan tersebut meliputi kebijakan kredit, persepsi terhadap standar operasional prosedur kredit dan pelayanan kredit bank. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kebijakan perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan (SOP), dan pelayanan kredit bank terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan (SOP), dan pelayanan kredit terhadap tingkat permintaan kredit dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi jumlah permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: kebijakan Perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan, dan pelayanan kredit bank berpengaruh terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
Teori yang digunakan adalah manajemen perkreditan yang berkaitan dengan unsur-unsur kredit, prinsip-prinsip pemberian kredit, teori permintaan uang dan teori fungsi permintaan uang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang didukung survei. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yang bersifat deskriptif explanatori.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dari populasi sebanyak 350 orang debitur, diambil sebanyak 187 orang sebagai sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 187 orang. Pendekatan penelitian ini adalah survei yang menggunakan sampel, dengan jenis penelitian
deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitian adalah descriptive explanatory reseach. Variabel diukur dengan skala Likert. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
signifikan terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Variabel pelayanan kredit bank lebih dominan pengaruhnya terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, kebijakan perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, standar operasional perkreditan, dan pelayanan kredit bank memiliki pengaruh yang highly significant terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
ABSTRACT
The main source of invesment loan in developing countries like Indonesia generally still be dominated by banking credit. Amount of credit influenced by demand of credit from corporate sectors. A lot of factor influencing demand of credit by corporate sectors, specially UMKM, among other is policy of credit by bank. The policy of credit is consist of the policy about credit, perception on standard operational of credit prosedure and credit services by bank. The formulation of the case in this research is how influence of credit policy consisted of the: policy of credit, perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services on demand of credit, and what variable more dominant to influence of demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. The goal of this research is to know the influence of credit policy consisted of the: policy of credit, perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services on demand of credit and to know the most dominant variable to influence of demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Hypothesis in this research is credit policy consisted of the: policy of credit, perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services influence to demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
Using credit management theory related to credit elements, principal of credit, demand thepry of money and demand function theory of money. This research using survey approach. The kind of the reseach are quantitative descriptive and explanatory descriptive.
Sampling method was used purposive sampling. From population as 350 debitor, taken 187 people as sampel. The technique of collecting data is done with questionnaire and documentary study. The sampel in this research is 187 people. The approaching of this research is sampling survey, with the type of descriptive survey, and the caracter of the research is descriptive explanatory reseach. The variable is measured with Likert scale. The test of hypotesis uses double linear regression analysis trough F and t test intended to know the effect of independent variable on dependent variable in the acceptance level of 95 % (α 0.05).
The conclusion of research indicate that credit policy consisted of the: policy of credit, perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services have highly significant influence to demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam masa proses menuntut
ilmu dan menyelesaikan tugas akhir penyusunan tesis ini.
Tesis ini merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelas Magister
Sains (M.Si) pada Program Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah Kebijakan Perkreditan dengan
judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan terhadap Tingkat Permintaan
Kredit pada Bank BUMN di Sumatera Utara (Studi Kasus pada PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan)”.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. (AK), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada
Sekolah Pascasarjana USU Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Rismayani, SE., MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan banyak
masukan dari awal hingga akhir penelitian ini.
4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberikan dorongan dan bimbingan selama masa perkuliahan serta saran-saran
selama penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU dan Ibu
Dr. Khaira Amalia, MBA, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama melaksanakan perkuliahan dan menyelesaikan pendidikan.
7. Orang tua penulis Ayahanda Syamsuddin Simangunsong (Alm) dan Ibunda
Hj. Sauli Sitorus serta mertua penulis Bapak Sulur dan Ibu Samini yang telah
memberikan perhatian, motivasi, saran, serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dan penyusunan tesis ini.
8. Isteriku tercinta Siti Aminah, Amk, my lovely sons Muhammad Rakha Aditya
Simangunsong and Muhammad Rafa Andhika Simangunsong and also my little
pretty girl Nadhirah Talitha Revaluna Simangunsong, atas cintanya, kesabaran,
motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan
9. Kakak-kakak dan Abang penulis atas bantuan, perhatian dan motivasi yang
diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan pendidikan
dan penyusunan tesis ini.
10.Rekan-rekan mahasiswa atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat
melaksanakan dan menyelesaikan pendidikan dan penulisan tesis ini dengan baik.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada pembaca. Semoga Allah
SWT memberi hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, 30 Oktober 2008
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Abdul Rahim Simangunsong, lahir pada tanggal 24 Agustus 1971 di Balige,
anak ke sembilan dari sembilan bersaudara dari Ayahanda Syamsuddin
Simangunsong (Alm) dan Ibunda Hj. Sauli Sitorus, pemeluk agama Islam, tinggal
di Jl. Pelajar Timur Gang Pribadi No. 142 C Medan, Kelurahan Binjai, Kecamatan
Medan Denai, Kota Medan. Menikah dengan Siti Aminah, Amk dan telah dikaruniai
2 (dua) orang putra yang diberi nama Muhammad Rakha Aditya Simangunsong
(putra pertama) dan Muhammad Rafa Andhika Simangunsong (putra kedua) serta 1
(satu) orang putri yang bernama Nadhirah Talitha Revaluna Simangunsong.
Pada tahun 1977 – 1983 sekolah di SD Negeri No. 173521 Balige, pada tahun
1983 – 1986 sekolah di SMP Negeri 2 Balige, pada tahun 1986 – 1989 sekolah
di SMA Negeri 1 Balige, tahun 1990 – 1993 sekolah di Politeknik Universitas
Sumatera Utara Medan Jurusan Akuntansi dan Perbankan, tahun 1997 – 2001
melanjutkan studi pada Program Sarjana di Universitas Terbuka Jakarta Jurusan Ilmu
Manajemen dan tahun 2006 melanjutkan studi di Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Saat ini bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... v
RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 4
I.3. Tujuan Penelitian ... 5
I.4. Manfaat Penelitian ... 5
I.5. Kerangka Berpikir ... 6
I.6. Hipotesis Penelitian ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
II.1. Penelitian Terdahulu ... 10
II.2. Teori tentang Kredit ... 12
II.2.1. Pengertian Kredit ... 13
II.2.2. Unsur-unsur Kredit ... 14
II.2.3. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 16
II.3. Kebijakan Perkreditan ... 18
II.3.1. Faktor Penting dalam Kebijakan Kredit ... 18
II.3.2. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan ... 20
II.4. Teori tentang Suku Bunga Kredit ... 22
II.4.1. Teori Suku Bunga Kredit Secara Makro ... 22
II.4.2. Teori Suku Bunga Kredit Secara Mikro ... 23
II.5.1. Pengertian dan Fungsi Permintaan Uang ... 25
II.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang dalam Masyarakat ... 28
II.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit ... 29
II.6. Kebijakan Pemerintah ... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 34
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
III.2. Metode Penelitian ... 34
III.3. Populasi dan Sampel ... 35
III.4. Metode Pengumpulan Data ... 36
III.5. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 37
III.6. Identifikasi Variabel ... 37
III.7. Definisi Operasional Variabel ... 38
III.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Daftar Pertanyaan ... 40
III.9. Metode Analisis Data ... 42
III.10. Uji Asumsi Klasik ... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
IV.1. Hasil Penelitian ... 47
IV.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 47 IV.1.2. Visi, Misi dan Budaya Kerja PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ... 49
IV.1.3. Karakteristik Responden ... 50
IV.1.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Kebijakan Kredit ... 52
IV.1.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Persepsi Standar Operasional Perkreditan Bank ... 55
IV.1.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Pelayanan Kredit Bank ... 59
IV.1.7. Permintaan Kredit ... 60
IV.1.8. Uji Asumsi Klasik ... 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
V.1. Kesimpulan ... 71
V.2. Saran ... 72
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
III.1. Definisi Operasional Variabel... 39
III.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Daftar Pertanyaan ... 41
IV.1. 6 (Enam) Perilaku Utama Insan BNI... 50
IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Badan Usaha ... 51
IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 51
IV.4. Penjelasan Responden Atas Kebijakan Kredit ... 53
IV.5. Persepsi Standar Operasional Perkreditan Bank ... 55
IV.6. Penjelasan Responden Atas Pelayanan Kredit Bank ... 59
IV.7. Permintaan Kredit ... 61
IV.8. Uji Normalitas ... 62
IV.9. Uji Multikolinieritas ... 62
IV.10. Hasil Uji Serempak ... 66
IV.11. Hasil Uji Parsial ... 67
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
I.1. Kerangka Berpikir ... 8
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner ... 77
2. Uji Realibilitas………81
3. Uji Asumsi Klasik………82
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sumber utama pembiayaan investasi di negara berkembang termasuk
di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan sehingga
wajar bila banyak pihak menuding lambatnya penyaluran kredit perbankan
di Indonesia setelah krisis 1997 merupakan salah satu penyebab lambatnya pemulihan
ekonomi Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang terkena krisis.
Membaiknya kondisi makro ekonomi dalam beberapa tahun terakhir yang tercermin
dari terkendalinya laju inflasi, stabilnya nilai tukar, dan turunnya suku bunga, namun
kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi mesin pendorong
pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada level sebelum krisis. Hal ini berarti bahwa
fungsi intermediasi perbankan di Indonesia masih belum pulih sebagaimana
mestinya.
Fungsi intermediasi perbankan terutama dalam menyalurkan kredit untuk
menggerakkan sektor riil/sektor usaha, secara bertahap mulai menunjukkan
perkembangan positif selama tahun 2007. Berbekal pertumbuhan penyaluran kredit
selama tahun 2007, maka cukup beralasan jika periode tahun 2008 kinerja perbankan
diproyeksikan semakin membaik sekaligus juga bisa memberikan harapan yang lebih
ekonomi. Meski begitu, pencapaian kinerja perbankan selama tahun 2008 ini bukan
berarti tidak ada hambatan. Apalagi kondisi sektor riil yang belum pulih benar.
Ibaratnya, segiat apa pun perbankan menawarkan kredit pada sektor riil, kalau iklim
dunia usaha belum juga kondusif, penyaluran kredit tidak akan optimal karena
permintaan kredit dari sektor usaha terbatas.
Berdasarkan hasil survei terhadap permintaan kredit triwulan I 2008 yang
dilaksanakan secara triwulanan terhadap bank-bank umum yang berkantor pusat
di Jakarta yang mewakili sekitar 80% total kredit nasional, Bank Indonesia (BI)
mencatat pada triwulan I 2008 permintaan kredit baru hanya 70,4%. Permintaan ini
menurun dibandingkan triwulan IV 2007 yang sebesar 86,8%. Hasil survei juga
menyatakan bahwa pemberian kredit baru pada triwulan II-2008 diperkirakan akan
meningkat, ditunjukkan dengan angka neto tertimbang 92,9%, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (86,2%).
Prioritas utama penyaluran kredit pada triwulan II-2008 diperkirakan masih
pada kredit modal kerja, sementara secara sektoral diperkirakan dominan pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran sta sektor industri pengolahan. Secara nominal,
rata-rata target pertumbuhan kredit baru pada triwulan II-2008 diperkirakan sebesar 11,9%
(quarter to quarter) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (7,4%). Secara
keseluruhan selama tahun 2008, target pertumbuhan kredit baru diperkirakan sebesar
29,8% (year on year).
pinjaman ritel se-wilayah 01 sampai dengan triwulan I 2008 sebesar Rp. 1.996.814
juta atau baru mencapai 74,69% dari target tahun 2008. Jika dibandingkan dengan
realisasi Desember 2007 menurun sebesar Rp. 232.186 juta atau 8,69%. Realisasi
kredit pada triwulan I-2008 belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap beberapa debitur/
calon debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan
menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit ke bank. Namun
pada penelitian ini peneliti juga ingin mengetahui apakah faktor kebijakan
perkreditan yang berlaku di Bank tersebut yang dituangkan dalam Standar
Operasional Perkreditan (SOP) dan pelayanan kredit oleh pejabat Bank turut
mempengaruhi debitur/calon debitur dalam mengajukan permohonan fasilitas kredit
ke Bank.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau disingkat BNI adalah salah
satu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan merupakan salah satu bank
terbesar di Indonesia, memiliki 978 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan 5
cabang di luar negeri (Singapore, Hongkong, Tokyo, New York dan London), serta
kantor perwakilan di beberapa negara, seperti Timur Tengah. Sebagaimana bank
lainnya, BNI telah memiliki kebijakan perkreditan yang berfungsi sebagai Standar
Operasional Perkreditan (SOP) yang dituangkan dalam Buku Pedoman Perkreditan
(BPP). Namun demikian, dalam menetapkan kebijakan perkreditannya masih
pesaing lainnya, maka diperlukan inovasi-inovasi dan strategi-strategi baru dalam
menetapkan kebijakan perkreditannya.
Dalam melakukan penyaluran kredit dalam rangka ekspansi kredit, BNI
selama ini berpedoman kepada Buku Pedoman Perkreditan (BPP) yang berfungsi
sebagai Standar Operasional Perkreditan (SOP). Salah satu strategi kebijakan
di bidang perkreditan yang dilaksanakan oleh BNI adalah dengan melakukan
pembentukan unit-unit kerja baru yaitu Sentra-sentra Kredit yang bertugas untuk
menyalurkan kredit dan mengelola portofolio (portfolio management) dan
pengawasan intern dalam urusan perkreditan. Sebagai jaringan untuk penyaluran
kredit BNI mempunyai 51 Sentra Kredit Kecil (SKC), 112 Unit Kredit Kecil (UKC),
63 Cabang Stand Alone, 20 Sentra Kredit Menengah (SKM), serta 54 Cabang Syariah
(BNI Press Release, 2008).
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dalam usahanya untuk
mempertahankan keberadannya sebagai market leader, berusaha terus menerus
meningkatkan citra perusahaan dan penguasaan pasar, dan senantiasa menyediakan
produk perkreditan yang inovatif dan berkualitas prima serta memberikan pelayanan
maksimal terhadap debitur dan calon debiturnya
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra
Kredit Kecil Medan?
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kebijakan kredit, persepsi Standar
Operasional Perkreditan (SOP), dan pelayanan kredit bank terhadap tingkat
permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit
Kecil Medan.
2. Untuk mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi tingkat permintaan
kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk dalam upaya peningkatan penyaluran kreditnya.
2. Sebagai tambahan khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Magister
Ilmu Manajemen.
3. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang ilmu
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti dan mengkaji
masalah yang sama di masa yang akan datang.
I.5. Kerangka Berpikir
Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi, berperan dalam mendorong
tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan
sejumlah dana pembangunan dan dunia usaha. Khusus untuk dunia usaha, dana yang
diberikan oleh bank adalah dalam bentuk kredit. Jumlah permintaan kredit pada suatu
bank dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi debitur maupun dari sisi kreditur
(perbankan) itu sendiri. Permintaan kredit dari sisi debitur (dunia usaha) dipengaruhi
oleh adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas usaha, baik dalam bentuk investasi
maupun modal kerja. Sedangkan dari sisi perbankan, permintaan kredit dipengaruhi
oleh kebijakan perkreditan yang terdiri dari beberapa faktor seperti tingkat suku
bunga kredit, standar operasional perkreditan yang antara lain meliputi: batas
maksimum pemberian kredit, persyaratan kredit, pelayanan bank itu sendiri kepada
debitur/calon debiturnya dan kebijakan perkreditan bank lainnya, dan selanjutnya
kebijakan-kebijakan pemerintah seperti penetapan tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
Dalam menetapkan kebijakan kreditnya, bank mempunyai
pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut besarnya kredit, penyediaan dana, penyaluran kredit,
Menurut Solopos (2003) bahwa: sebagai lembaga keuangan, bank berfungsi sebagai perantara keuangan atau financial intermediary dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Bank menerima simpanan uang masyarakat (dana pihak ketiga). Kemudian uang tersebut dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan pengenaan suku bunga tertentu. Penyaluran kredit merupakan fungsi utama dari bank dan merupakan sumber pendapatan yang utama pada umumnya. Pendapatan ini diperoleh dari spread suku bunga simpanan dan kredit yang dikenakan oleh bank. Penentuan spread ini tergantung dari pihak bank dan target marketnya. Dalam praktik perbankan di Indonesia eksekutif bank menetapkan spread
sebesar 2% sampai dengan 3% p.a. yang merupakan harga yang layak atau cukup sebagai komponen lending rate. Secara teori suku bunga pinjaman merupakan gabungan dari cost of fund ditambah biaya intermediasi dan biaya risiko macet.
Sekalipun tidak terlalu mutlak, faktor bunga kredit turut pula mempengaruhi
kemulusan perkreditan yang diselenggarakan oleh bank. Suku bunga kredit yang
rendah, besar kemungkinannya akan meringankan usaha nasabah dan dapat memacu
pertumbuhan usaha nasabahnya. Dengan beban biaya modal pinjaman yang rendah
maka mengakibatkan arus pengembalian menjadi lancar. Menurut Martowijoyo
(1999) bahwa: ”suku bunga pinjaman sangat berpengaruh terhadap jumlah
peminjam”.
Arus pengembalian kredit yang melambat mengakibatkan pengembalian
kredit menjadi lebih kecil dari estimasi dan juga mengakibatkan melambatnya
pemasukan bunga. Situasi ini akan mengakibatkan kredit yang disalurkan oleh bank
menjadi semakin kecil, dengan demikian maka penetapan suku bunga kredit perlu
mendapatkan pertimbangan yang matang.
Setiap Bank pasti mempunyai Standar Operasional Perkreditan sebagai
mendapat pengawasan ketat, tentu saja harus mempunyai kebijakan yang terstruktur,
dan komprehensip. Aktivitas operasional perbankan yang dilakukan oleh kalangan
perbankan pada umumnya adalah people based service. Hal ini berarti bahwa untuk
meningkatkan kualitas diperlukan pemberdayaan karyawan. Kualitas pelayanan dapat
diukur berdasarkan persepsi nasabah terhadap dimensi fisik dan non fisik pelayanan.
Dalam memberikan pelayanan kredit kepada calon debitur, pihak bank
melakukan berbagai bentuk pelayanan untuk memudahkan debitur memenuhi
kebutuhannya. Pelayanan kredit tersebut mulai dari pengajuan permohonan kredit,
hingga mengangsur kredit serta pelunasan kredit. Pelayanan dalam hal ini termasuk
waktu pemrosesan kredit dan keramahan pelayanan petugas terhadap debitur selama
proses tersebut. Menurut Siregar (2006) bahwa: ”pelayanan perbankan merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah
di Sumatera Utara”.
Dari uraian di atas, kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Kebijakan Kredit
Gambar I.1. Kerangka Berpikir
Persepsi SOP Permintaan Kredit
I.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah: Kebijakan Perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, persepsi Standar
Operasional Perkreditan, dan pelayanan kredit bank berpengaruh terhadap tingkat
permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1. Penelitian Terdahulu
Martowijoyo (1999) melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Lembaga
Keuangan Mikro dan Perilaku Masyarakat Pedesaaan” dan hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa lamanya waktu pemrosesan kredit berpengaruh menurunkan
jumlah peminjam cukup signifikan. Selanjutnya suku bunga pinjaman berpengaruh
sangat signifikan terhadap jumlah peminjam dan berpengaruh cukup signifikan
terhadap jumlah penunggak kredit.
Julaihah dan Insukindro (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Variabel Makro Ekonomi di Indonesia
Tahun 1983.1-2003.2”. Penelitian ini akan menggunakan time series data sekunder.
Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti Laporan Tahunan Bank
Indonesia, Laporan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
(SEKI), situs Bank Indonesia, situs Biro Pusat statistik (BPS), dan CD-room
International Financial Statistics (IFS). Metode penelitian yang digunakan adalah
metode VAR/VECM.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan meneter melalui
harga relatif dari mata uang domestik dan luar negeri, sehingga nilai tukar sangat
tergantung pada kondisi moneter dalam dan luar negeri. Dampak dari SBI terhadap
nilai tukar adalah tidak pasti, karena ini tergantung pada ekspektasi dari dalam negeri
dan luar negeri tentang suku bunga dan inflasi yang terjadi di masa mendatang.
Kenaikan SBI yang tidak terduga akan mendorong nilai tukar terapresiasi, demikian
sebaliknya. Kenaikan SBI yang tidak terduga juga akan menurunkan permintaan
kredit perbankan. Kenaikan SBI hanya bisa diduga jika adanya independensi bank
sentral dalam kebijakan pemerintah.
Siregar (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Permintaan Kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara”.
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data
primer bersumber dari populasi sebanyak 319 debitur dengan plafon kredit Rp. 1 – 40
milyar. Dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak 64 responden (20% dari
populasi). Data sekunder berupa permintaan kredit pada bank Pemerintah di Sumatera
Utara per triwulan selama kurun waktu Tahun 2000- 2004. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode survey. Metode analisis dilakukan dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor makro ekonomi, yaitu
tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah berpengaruh
terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat
signifikan (α = 1 %). Tingkat Suku Bunga (TSB) berpengaruh negatif terhadap
ekonomi berpengaruh positif terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah
di Sumatera Utara. Faktor-faktor pelayanan perbankan berpengaruh terhadap
permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara dan pelayanan perbankan
yang ditinjau dari waktu pemrosesan kredit (WPK) dan keramahan pelayanan petugas
bank berpengaruh positif terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah
di Sumatera Utara.
II.2. Teori tentang Kredit
Tugas pokok suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat/pengusaha yang
memerlukannya. Dengan demikian, peranan kredit dalam operasi bank sangat besar/
penting, di samping sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan
utamanya dari operasi perkreditan sehingga untuk mendapatkan margin yang baik
diperlukan pengelolaan perkreditan secara efektif dan efesien. Bank adalah business.
Business yang berdagang dalam kredit dan uang. Jadi bisnis utama dari suatu bank
adalah kepercayaan sehingga dikatakan pula bahwa bank merupakan lembaga
kepercayaan. Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam
memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal dari
penyaluran kredit.
Secara ekonomi, kredit dapat diartikan sebagai pemindahan daya beli dari satu
1. Pemindahan daya beli
Adanya kredit (source of fund) pada umumnya terkumpul dari sekian banyak
tabungan/simpanan dari sekian banyak masyarakat yang bersedia menyisihkan
penghasilannya tidak untuk dikonsumsi melainkan untuk ditabung ke dalam bank.
Pada umumnya penabung kurang mengetahui untuk apa daya beli/uang tabungan
mereka akan dipergunakan. Oleh karena itu, mereka mempercayakan uang
mereka pada bank, yang nantinya akan memerlukannya. Bank yang akan
bertanggung jawab atas keamanan uang tabungan tersebut. Dalam hal inilah
kredit diartikan sebagai pemindahan daya beli.
2. Penciptaan daya beli
Dari sisi kreditor merupakan penciptaan daya beli, di mana dengan fasilitas kredit
yang diterimanya, para peminjam/pengusaha telah mempunyai rencana untuk apa
kredit tersebut akan dipergunakan, untuk investasi ataukah untuk modal kerja.
II.2.1. Pengertian Kredit
Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran
dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa.
Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan
Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan usaha, di mana
dalam menjalankan usahanya pihak manajeman berusaha untuk memperoleh
tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya melalui kredit.
Menurut Tohar (2008) bahwa: “kredit adalah penundaan pembayaran dari
prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa
keuntungan atau bunga yang diperoleh dari pemberi kredit untuk memelihara
kelangsungan usaha dan memperluas usahanya”.
II.2.2. Unsur-unsur Kredit
Menurut Suyatno, dkk (1997), bahwa ada empat unsur-unsur kredit, yaitu
unsur kepercayaan, waktu, degree of risk dan prestasi. Unsur kredit yang utama
adalah kepercayaan dan waktu. Kepercayaan dalam hal ini adalah bahwa pemberi
kredit berkeyakinan bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikannya
kepada debitur akan benar-benar diterimanya kembali di masa yang akan datang.
Unsur waktu adalah bahwa antara pemberian kredit dan pengembaliannya dibatasi
oleh waktu tertentu.
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah
pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar
diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan
syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal di atas, unsur-unsur dalam
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah).
Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama
yang saling menguntungkan.
2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas
credit rating penerima kredit.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang
berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar
tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrumen
(credit instrument).
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima
kredit.
5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial
kredit. Kredit dapat ada karena ada waktu, baik dilihat dari pemberi kredit
maupun dilihat dari penerima kredit.
6. Adanya unsure resiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun
di pihak penerima kredit. Resiko di pihak pemberi kredit adalah resiko gagal
bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau
ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan
membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara
lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit
7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi
pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal
(cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan sebagainya. Jika
credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan safety
discount.
II.2.3. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Walaupun pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, tetapi penilaian atas
kepercayaan tadi harus tetap melalui suatu analisis kredit yakni kajian yang dilakukan
untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis
kreditnya, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan marketable
(hasil usaha dapat dipasarkan), dan profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi
tepat waktu.
Sebelum suatu kredit dikucurkan, terlebih dahulu bank akan melakukan
penilaian melalui suatu prosedur terhadap nasabah yang memohon kredit untuk
memperoleh keyakinan bahwa kredit yang disalurkan pasti akan kembali. Penilaian
tersebut mencakup kriteria-kriteria tertentu dan mempunyai ukuran-ukuran yang
menjadi standar setiap bank. Penilaian oleh bank adalah untuk mendapatkan nasabah
yang benar-benar layak dilakukan melalui analisis 5 C. Prinsip dasar dalam
menganalisis kredit harus memenuhi kriteria Five C’s (5 C’s) yaitu Character,
sehingga siapapun yang membaca dasar penilaian pemberian kredit mempunyai
persepsi yang sama.
Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut:
a. Character
Character merupakan sifat atau watak calon debitur (nasabah) yang dilihat dari
latar belakang pekerjaan ataupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup,
keadaan keluarga, hobby dan jiwa sosial nasabah. Berdasarkan sifat dan watak
tersebut diambil suatu kesimpulan tentang kemampuan nasabah untuk membayar
kredit.
b. Capacity
Capacity merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah untuk
membayar kredit. Kemampuan ini dilihat dari kemauan nasabah dalam mengelola
bisnis yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam
mengelola usahanya.
c. Capital
Untuk mengetahui apakah penggunaan modal usaha oleh nasabah sudah efektif
atau tidak. Hal ini dilihat dari laporan keuangan nasabah, serta melihat
sumber-sumber modal nasabah berapa persen modal sendiri dan modal pinjaman.
Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur, baik yang bersifat fisik maupun
non fisik. Biasanya nilai jaminan lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga perlu diteliti keabsahannya sehingga bila terjadi masalah, suatu
jaminan tersebut dapat dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition of economic
Suatu penilaian untuk memprediksi kondisi ekonomi, sosial, politik untuk masa
yang akan datang, juga menilai prospek bidang usaha yang akan dibiayai apakah
benar-benar baik sehingga kemungkinan kredit untuk macet relatif kecil.
II.3. Kebijakan Perkreditan
Secara garis besar, kebijakan umum perkreditan didasarkan atas:
1. Undang-undang Perbankan: dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan Bank
yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking)
2. Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) adalah kebijakan perkreditan sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen, mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasannya.
3. Pedoman Pelaksanaan Perkreditan (PPK), atau ada juga yang menyebut dengan
Standar Operasional Perkreditan (SOP), merupakan pelaksanaan perkreditan yang
II.3.1. Faktor Penting dalam Kebijakan Kredit
a. Kredit yang diberikan bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya
bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.
b. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan agar perkreditan bank telah didasarkan
pada prinsip yang sehat, yaitu melalui kebijakan perkreditan yang jelas.
c. Kebijakan perkreditan bank berperan sebagai panduan dalam pelaksanaan semua
kegiatan perkreditan.
d. Untuk memastikan bahwa semua bank telah memiliki kebijakan perkreditan yang
disusun dan diterapkan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, maka perlu
pedoman pada ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
e. Ketentuan kebijakan perkreditan perlu ditetapkan agar setiap bank memiliki dan
menerapkan kebijakan kredit yang baik, yang:
1) Mampu mengawasi portofolio kredit secara keseluruhan dan menetapkan
standart dalam proses pemberian kredit secara individual.
2) Memiliki standar/ukuran yang mengandung pengawasan intern pada semua
tahapan proses perkreditan.
f. Bagi bank yang belum memiliki kebijakan perkreditan, wajib menyusun dan
menerapkan kebijakan kredit yang minimal mengandung semua aspek yang
tertuang pada pedoman kebijakan perkreditan.
g. Bagi bank yang telah memiliki kebijakan perkreditan, wajib meneliti kembali
kebijakan perkreditan dan melakukan penyesuaian apabila belum mencakup
seluruh aspek yang tertuang dalam pedoman kebijakan perkreditan.
h. Kebijakan perkreditan perbankan dikatakan baik bila minimal dalam kebijakan
tersebut mencakup:
1) Prinsip kehati-hatian perkreditan.
2) Organisasi dan manajemen perkreditan.
3) Kebijakan persetujuan perkreditan.
4) Dokumentasi dan administrasi.
5) Pengawasan kredit.
6) Penyelesaian kredit bermasalah.
i. Kebijakan perkreditan bank yang baik minimal sebagai pedoman dalam
penyusunan kebijakan perkreditan. Dalam penyusunan kebijakan perkreditan
bank dapat menambah dan memperluas aspek-aspek yang tertuang dalam
pedoman kebijakan perkreditan.
j. Kebijakan kredit selanjutnya harus menjadi acuan dan harus tercermin dalam
pedoman pelaksanaan kredit yang dipergunakan oleh setiap bank.
k. Bank wajib menyampaikan kebijakan kredit dan wajib mendapat persetujuan
dewan komisaris.
l. Bank wajib melaksanakan kebijakan tersebut secara konsisten.
m. Bank Indonesia memantau, mengawasi, dan menilai pelaksanaan kebijakan kredit
n. Pengertian kredit dalam kebijakan kredit meliputi semua jenis fasilitas keuangan
yang disediakan kepada nasabah.
II.3.2. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan
a. Kebijakan pokok perkreditan yang akan diambil bank mencakup:
1) Prosedur perkreditan yang sehat.
2) Kredit yang mendapat perhatian khusus.
3) Perlakuan kredit yang di-plafondering.
4) Prosedur penyelesaian kredit bermasalah, penghapusan, dan pelaporan kredit
macet.
5) Tata cara penyelesaian barang jaminan kredit.
b. Kebijakan bank dalam pemberian kredit kepada pihak terkait/nasabah besar, yaitu
dalam bentuk pernyataan mengenai:
1) Batasan jumlah maksimum kredit yang akan diberikan.
2) Tata cara penyedian kredit.
3) Persyaratan kredit.
4) Kebijakan pemenuhan ketentuan perkreditan.
c. Pencantuman sektor ekonomi, pasar dan nasabah yang dinilai bank mengandung
resiko yang tinggi.
d. Pencantuman kredit yang perlu dihindari bank seperti:
1) Kredit untuk spekulasi.
3) Kredit dengan keahlian khusus.
4) Kredit bermasalah pada bank lain.
e. Penjabaran mengenai tata cara penilaian kualitas kredit harus berdasarkan pada
tata cara yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penilaian kolektibilitas
kredit yang dilakukan bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
f. Pencantuman pernyataan bahwa pejabat kredit harus:
1) Profesional, jujur, objektif, dan cermat.
2) Memahami dengan baik makna yang terkandung dalam Undang-Undang
tentang perbankan.
II.4. Teori tentang Suku Bunga Kredit
Solopos (2003) menyatakan bahwa: ”secara teori tingkat suku bunga pinjaman
merupakan gabungan dari jumlah cost of fund ditambah biaya intermediasi dan biaya
resiko macet”.
II.4.1 Teori Suku Bunga Kredit Secara Makro
Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga yaitu harga dari penggunaan
uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan
karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga kredit. Tingkat suku
bunga berkaitan dengan peranan waktu di dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Tingkat
Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari loanable funds (dana
investasi) dengan demikian bunga adalah harga yang terjadi di pasar dan investasi.
Menurut teori Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya
tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan
di pasar uang).
II.4.2 Teori Suku Bunga Kredit Secara Mikro
Dalam industri berbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga
kredit menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Bank-bank yang mampu
mengendalikan pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) akan
mampu menentukan bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank
lainnya.
II.4.2.1 Cost of Loanable Funds
a. Menetapkan tingkat bunga yang akan dibayarkan kepada deposan.
b. Menghitung komposisi sumber dana.
c. Memperhatikan ketentuan tentang reserve requirement (RR).
d. Menghitung biaya dengan dana efektif dengan rumus:
x Tingkat Bunga RR
100% 100%
−
Komposisi Dana x Biaya Dana Efektif
f Menjumlah seluruh kontribusi biaya dana untuk memperoleh tingkat cost of
II.4.2.2 Overhead cost
a. Dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan kegiatannya.
b. Biaya-biaya yang termasuk dalam overhead cost ditanggung oleh seluruh jumlah
aktiva yang menghasilkan pendapatan atau total aktiva produktif (total earning
assets).
Dengan demikian perhitungan persentase overhead cost dapat dinyatakan
sebagai berikut: x100% dana) biaya luar (di Biaya Total Assets Earning Total Cost Overhead =
Dihadapkan pada berbagai kondisi persaingan yang ada, dalam praktek
perbankan sehari-hari pada eksekutif menempatkan kebijakan untuk memasang tarif
dalam perhitungan overhead cost antara 2% sampai dengan 4%.
II.4.2.3. Risk factor
Risk factor adalah komponen dalam menentukan lending rate yang sangat
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kredit bermasalah termasuk kredit
macet. Risk factor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
x100% Diberikan yang Kredit Total Kredit n Penghapusa Cadangan Penyisihan Biaya = Factor Risk
Dalam praktek perbankan sehari-hari, besarnya risk factor berkisar 1 hingga
terjadinya risiko kredit, volume kredit yang diberikan, serta kondisi persaingan yang
ada.
II.4.2.4 Spread
Spread atau biasa juga disebut dengan net margin adalah pendapatan bank
yang utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih (net income) bank.
Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung bagaimana pihak bank serta target
marketnya. Untuk mengelompokkan jenis industri serta peringkat usaha bank
merupakan salah satu pertimbangan untuk menetapkan tinggi rendahnya spread.
Dalam praktek perbankan di Indonesia, eksekutif bank menetapkan spread (net
margin) sebesar 2% hingga 3% p.a. yang merupakan harga yang layak (cukup)
sebagai komponen dari lending rate.
II.4.2.5. Pajak
Pembebanan pajak sebagai komponen dari penentuan tingkat bunga kredit
(lending rate) dapat dibebankan penuh atau sebagian, tergantung pada kebijakan bank
yang bersangkutan dalam menghadapi persaingan.
II.5. Teori tentang Permintaan Uang
II.5.1. Pengertian dan Fungsi Permintaan Uang
Menurut Dornbusch, Fischer dan Startz (2001) bahwa: “permintaan uang
adalah permintaan uang saldo riil (real balances)”. Dengan kata lain, orang
uang itu. Mereka tidak memperhatikan jumlah nominal yang mereka punya, yaitu
jumlah uang fisik yang mereka punya. Dua implikasi hal tersebut:
1. Permintaan uang riil tidak berubah ketika tingkat harga naik, dan semua
variabel riil seperti suku bunga, pendapatan riil, dan kekayaan riil, tetap tak
berubah.
2. Ekuivalen dengan itu, permintaan uang nominal naik secara proporsional
terhadap kenaikan tingkat harga, dengan variabel riil seperti di atas tetap.
Dengan kata lain, kita memperhatikan pada fungsi permintaan uang yang
menggambarkan permintaan keseimbangan riil, M/P, bukan keseimbangan nominal,
M. Ada istilah khusus untuk perilaku yang digambarkan dalam hal ini, yaitu
seseorang bebas dari ilusi uang (money illusion) jika perubahan tingkat harga dengan
semua variabel konstan, tak mempengaruhi perilaku riil seseorang, termasuk
permintaan uang riil.
Menurut Dornbusch, Fischer dan Startz (2001) bahwa: teori permintaan uang dibangun berdasarkan tradeoff antara keuntungan memegang uang lebih banyak dengan beban bunga yang diakibatkannya. Uang (M1, yaitu uang kartal dan checkable deposits) umumnya tidak mendapat bunga atau dengan bunga yang lebih kecil dari aset lain. Semakin besar bunga yang hilang dari memegang uang, diperkirakan semakin kecil kemungkinan seseorang memegang uang. Dalam prakteknya, dapat dihitung bunga biaya memegang uang sebagai selisih antara bunga pada uang (mungkin nol) dengan bunga yang didapat dari aset lain, seperti tabungan atau bagi perusahaan, sertifikat deposit atau surat berharga. Bunga pada uang mengacu pada tingkat bunga sendiri (own rate of interest), dan opportunity cost dari memegang uang sama dengan selisih antara pendapatan dari aset lain dengan tingkat bunga sendiri.
Menurut Mankiw (2003) bahwa: “fungsi permintaan uang (money
kuantitas keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang”. Fungsi permintaan uang
secara sederhana adalah:
(M/P)d = kY
di mana k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin ditahan
orang untuk setiap nilai pendapatan. Persamaan ini menyatakan bahwa kuantitas
keseimbangan uang riil yang diinginkan adalah proporsional terhadap pendapatan riil.
Menurut Mankiw (2003), bahwa: “Fungsi permintaan uang mirip dengan
fungsi permintaan barang tertentu”. Di sini “barang” adalah kenyamanan
mempertahankan keseimbangan uang riil. Sama seperti memiliki mobil akan
mempermudah seseorang bepergian, memegang uang mempermudah orang untuk
melakukan transaksi. Karena itu, pendapatan yang lebih tinggi mendorong
permintaan yang lebih besar terhadap keseimbangan uang riil.
Fungsi permintaan uang ini menawarkan cara lain untuk memadang
persamaan kuantitas. Untuk melihat hal ini, tambahkan kondisi yang menyebabkan
keseimbangan uang riil (M/P)d harus sama dengan jumlah beredarnya M/P ke dalam
fungsi permintaan uang. Karena itu,
M/P = kY
Kemudian persamaan diubah menjadi:
M(1/k) = PY
Selanjutnya ditulis menjadi:
Matematika sederhana ini menunjukkan kaitan antara permintaan terhadap uang dan
perputaran uang. Ketika orang ingin menahan banyak uang untuk setiap nilai
pendapatan (k adalah besar), uang tidak sering berpindah tangan (V adalah kecil).
Sebaliknya, ketika orang ingin memegang hanya sedikit uang (k adalah kecil), uang
sering berpindah tangan (V adalah besar). Dengan kata lain, parameter permintaan
uang k dan perputaran uang V adalah dua sisi yang berlawanan dari mata uang yang
sama.
II.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang dalam Masyarakat
Menurut J.M. Keynes ada tiga alasan mengapa orang menyukai memegang
uang, yaitu:
a. Motif Transaksi (Transaction Motive)
Permintaan uang untuk bertransaksi mengacu kepada penggunaan uang untuk
transaksi sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah dan pembayaran listrik.
b. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Permintaan uang untuk ditujukan pada pemenuhan kebutuhan darurat yang tidak
dapat diperhitungkan sebelumnya, penambahan uang untuk membayar kenaikan
harga yang mendadak.
c. Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Permintaan uang untuk ditujukan memperoleh keuntungan secara cepat karena
II.5.3. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), alasan permintaan kredit adalah:
permintaan transaksi, yaitu kebutuhan alat tukar yang diterima oleh umum untuk
membeli barang dan membayar tagihan, dan sebagai tambahan, yaitu sebagai aset
atau penyimpan nilai. Permintaan kredit tersebut dipengaruhi suku bunga (biaya
untuk memegang uang), di mana semakin tinggi biaya (suku bunga kredit) maka
permintaan kredit (uang) menurun.
Permintaan uang untuk tujuan kredit, menurut Keynes (dalam Nusantara dan
Azis, 2002) ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah
keinginan masyarakat akan kredit. Alasannya, apabila tingkat bunga naik, berarti
ongkos memegang uang (opportunity cost) makin kecil. Sebaliknya semakin rendah
tingkat suku bunga maka semakin besar keinginan masyarakat untuk meminjam
kredit.
Menurut Nusantara dan Azis (2002) bahwa: pada tingkat bunga yang rendah permintaan akan uang menjadi elastis sempurna (liquidity trap). Liquidity trap
akan lebih besar dari kerugian modal (capital losses) sebagai akibat kenaikan tingkat bunga di masa datang.
Pada umumnya alasan orang meminjam kredit adalah untuk investasi, modal
kerja, maupun untuk konsumsi. Namun dari sisi perbankan, kredit yang lebih banyak
diberikan adalah kredit investasi dan modal kerja. Aktivitas perekonomian,
khususnya sektor usaha dapat bergerak dengan adanya kredit dari bank. Para pelaku
usaha lebih mengandalkan bantuan kredit untuk invetasi maupun untuk modal kerja
dibandingkan dengan modal sendiri. Oleh karena itu peranan kredit bank dalam dunia
usaha sangat penting, karena sebagian besar kegiatan usaha didanai oleh kredit bank.
Walaupun kegiatan usaha membutuhkan kredit, namun tinggi rendahnya permintaan
kredit oleh dunia usaha tersebut terutama dipengaruhi oleh suku bunga kredit.
II.6. Kebijakan Pemerintah
Mekanisme transmisi kebijakan pemerintah melalui saluran uang secara
implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari
masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1, M2) dipergunakan untuk pendanaan
aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan. Menurut Warjiyo (2004)
bahwa dalam kenyataannya, anggapan tersebut tidak selamanya benar. Selain dana
yang tersedia, perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi
bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti
permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPL), dan loan to deposit ratio (LDR).
khususnya karena kondisi keuangan debitur yang dinilai oleh bank tidak feasibel
karena tingginya rasio utang terhadap modal (leverage), risiko kredit macet, moral
hazard, dan sebagainya. Adanya informasi yang tidak simetris (assymetric
information) antara bank dengan debitur seperti itu dapat menyebabkan pasar kredit
tidak selalu berada dalam keseimbangan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, mekanisme transmisi kebijakan pemerintah
melalui saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan
masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1, M2) oleh perbankan selalu disalurkan
sebagai kredit kepada dunia usaha. Dengan kata lain, fungsi intermediasi perbankan
tidak selalu berjalan normal, dalam arti bahwa kenaikan simpanan masyarakat tidak
selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional pada kredit yang disalurkan oleh
perbankan. Oleh karena itu, yang lebih berpengaruh terhadap ekonomi riil adalah
kredit perbankan dan bukanlah simpanan masyarakat yang tercermin dalam jumlah
uang beredar.
Dalam konteks interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam tahapan proses perputaran uang dalam ekonomi, mekanisme
transmisi moneter melalui saluran kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada tahap pertama, interaksi antara bank sentral dengan perbankan terjadi di pasar uang rupiah. Interaksi ini terjadi karena di satu sisi bank sentral melakukan operasi moneter untuk pencapaian sasaran operasionalnya, baik berupa uang primer ataupun suku bunga jangka pendek, sementara di sisi lain bank-bank melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini akan mempengaruhi tidak saja perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar uang, tetapi juga besarnya dana yang akan dialokasikan bank-bank dalam bentuk instrumen likuiditas maupun untuk penyaluran kreditnya.
Rigiditas suku bunga pinjaman yang terkait dengan suku bunga pasar
pemerintah dan pergerakan sektor riil yang diharapkan dapat mempercepat pemulihan
ekonomi. Walaupun sejak bulan Januari 2003 sampai dengan bulan Juni 2003, Bank
Indonesia secara bertahap telah menurunkan suku bunga SBI hingga sebesar 280
basis poin. Namun demikian, suku bunga kredit dalam periode yang sama hanya
turun 64 basis poin. Menurut Hadad, dkk (2003) kondisi ini menunjukkan bahwa
penurunan suku bunga SBI dan tingkat suku bunga dana (cost of fund) tidak diikuti
dengan suku bunga kredit sehingga proses intermediasi tidak dapat berjalan dengan
lancar.
Selain itu survei perkembangan suku bunga (Hadad, dkk, 2003) menunjukkan
bahwa rigiditas dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal bank. Penyebab
dari faktor internal bank antara lain adalah struktur aktiva produktif bank yang
sebagian return-nya sangat terpengaruh oleh penurunan suku bunga SBI, sehingga
bank perlu menahan penurunan suku bunga kreditnya untuk mempertahankan profit
margin-nya, dana bank masih menyimpan dana lama yang cost of fund-nya tinggi.
Sementara, bank juga diperkirakan belum sepenuhnya dapat menerapkan risk
management yang optimal sehingga bank kurang mampu menetapkan pricing yang
akurat untuk masing-masing debiturnya.
Sedangkan faktor yang cukup berpengaruh dari sisi eksternal adalah
banyaknya nasabah yang masih menunggu penurunan suku bunga lebih lanjut
sebelum memutuskan mengajukan pinjaman kepada bank, dan masih banyaknya
Kegiatan bank diasumsikan bersifat tradisional (tidak memperhitungkan utang
bank lainnya, transaksi off balance sheet dan fee-earning business), atau dapat
disimpulkan bahwa bank hanya mengambil deposito dan menempatkan dana dalam
bentuk kredit. Dengan berasumsi bahwa peningkatan deposito akan digunakan untuk
meningkatkan kredit, giro wajib minimum dan aktiva lainnya yang tidak memberikan
bunga maka dalam format matematis, tambahan aktiva dapat dinyatakan sebagai
berikut (Cole 1991 dan Santoso, 2000):
t0-t1 = d0-d1 =(r0-r1) + (l0-l1) +(p0-p1), di mana
t = total aktiva l = kredit
d = deposito/simpanan p = aktiva yang tidak menghasilkan bunga
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra
Kredit Kecil Medan yang beralamat di Jl. Jendral Ahmad Yani No. 72 Medan.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2008 sampai dengan Oktober 2008.
III.2. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang
didukung survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa: studi kasus adalah
pengumpulan informasi pada suatu kasus atau keadaan tertentu. Selanjutnya
pengertian survei menurut Singarimbun dan Effendi (1985) adalah pengumpulan
informasi dengan melakukan penelitian secara langsung kepada sampel yang
mewakili populasi.
Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Nazir (2005) bahwa:
metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang.
sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain jelas dengan langkah- langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat mewakili serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori (menguraikan atau
menjelaskan). Menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa penelitian penjelasan
menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang
telah dirumuskan sebelumnya.
III.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh debitur PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan yang berjumlah 350 orang. Untuk
menentukan jumlah sampel dari populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin
sebagai berikut: (Sevilla dkk, 1993)
2 (e) N 1
N n
+ =
di mana : N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
e = Tingkat Kesalahan
Populasi (N) sebanyak 350 orang debitur PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan dengan asumsi taraf kesalahan (e) sebesar
(
0,05)
186,66 187350 1
350
n 2 = ≈
+
= orang
Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 187
orang debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
Teknik yang digunakan dalam menentukan pengambilan sebanyak 187 orang sampel
dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling karena populasi sampel
sudah tertentu yaitu debitur-debitur yang klasifikasinya dari segmen kecil (ritel).
Sampel dalam penelitian ini adalah badan usaha, yaitu bentuk Perseroan Terbatas
(PT), Perseroan Komanditer (CV), Usaha Dagang (UD) dan usaha pribadi.
Responden untuk sampel Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV)
adalah direktur perusahaan sebagai penanggung jawab operasional, sedangkan untuk
sampel Usaha Dagang (UD) dan pribadi, sampel adalah pemilik usaha.
III.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara (Interview) yang dilakukan kepada Pemimpin Sentra Kredit Kecil
dan debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
b. Daftar Pertanyaan (Questionaire) yang diberikan kepada responden/sampel yang
dalam hal ini adalah debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra
Kredit Kecil Medan.
c. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
III.5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara (interview) dan daftar
pertanyaan (Questionaire).
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi pada
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
III.6. Identifikasi Variabel
Sugiono (2001) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu
hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Pada
dasarnya variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang menjadi fokus penelitian
untuk diamati.
Berdasarkan perumusan masalah, kerangka pemikiran dan hipotesis yang
diajukan maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel bebas (independent variabel), yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan kredit (kebijakan kredit (X1), perpsepsi Standar Operasional
Perkreditan (X2) dan pelayanan kredit bank (X3)) pada PT. Bank Negara Indonesia
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
III.7. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu jumlah permintaan
kredit dan tiga variabel independen yaitu kebijakan kredit, persepsi Standar
Operasional Perkreditan dan pelayanan kredit bank.
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala Likert. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) bahwa: skala
Likert merupakan metode pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau
ketidaksetujuannya terhadap suatu subjek, objek atau kejadian tertentu.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang digunakan
pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan definisi operasional variabel sebagai
berikut:
1. Kebijakan kredit (X1), yaitu kebijakan bank terhadap kredit yang akan
diberikan kepada calon debitur. Indikator kebijakan kredit adalah suku bunga
kredit, plafond kredit, ketentuan jaminan, lama waktu kredit dan kebijakan
perkreditan. Semua indikator variabel ini diukur menggunakan skala Likert.
2. Persepsi SOP (X2), yaitu persepsi terhadap Standar Operasional Perkreditan
yang diterapkan bank yang berkaitan dengan kebijakan yang terstruktur dan
komprehensif. Indikator persepsi SOP adalah fasilitas kredit, kecepatan
proses, penilaian, kesesuaian jaminan dengan kredit, biaya provisi dan
ini diukur menggunakan skala Likert.
3. Pelayanan kredit bank (X3), yaitu pelayanan yang diberikan oleh bank
terhadap debitur dalam hal pemberian kredit. Indikator pelayanan kredit bank
adalah pelayanan mulai dari pengajuan hingga pelunasan dan kepuasan
debitur. Indikator variabel ini diukur menggunakan skala Likert.
4. Permintaan kredit (Y), yaitu tingkat permintaan kredit yang diperoleh nasabah
dari Bank BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Indikator variabel
permintaan kredit adalah besarnya realisasi kredit yang diperoleh debitur
[image:59.612.110.535.256.684.2](dalam rupiah) yang kemudian dikonversi dalam skala Likert.
Tabel III.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran
Kebijakan kredit (X1)
Kebijakan bank terhadap kredit yang akan diberikan kepada calon debitur
- Suku bunga kredit - Plafond kredit - Ketentuan jaminan - Lama waktu kredit - Kebijakan perkreditan
Skala Likert
Persepsi SOP (X2) Persepsi terhadap Standar
Operasional Perkreditan yang diterapkan Bank yang berkaitan dengan kebijakan yang terstruktur dan komprehensif
- Fasilitas kredit - Kecepatan proses - Penilaian
- Kesesuain jaminan dengan kredit
- Biaya provisi dan administrasi - Pengawasan - Pelaksanaan sanksi
Skala Likert
Pelayanan kredit bank (X3)
Pelayanan yang diberikan oleh bank terhadap debitur dalam hal pemberian kredit
- Pelayanan mulai dari pengajuan hingga pelunasan - Kepuasan debitur
Skala Likert
Permintaan kredit (Y)
Tingkat permintaan kredit yang diperoleh nasabah dari Bank BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan
Besarnya realisasi kredit yang diperoleh debitur
III.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Daftar Pertanyaan
III.8.1. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Kuncoro (2003) menyatakan bahwa:
“Uji Validitas itu dibedakan atas 3 jenis, yaitu: 1) Validitas isi yaitu untuk memastikan bahwa ukuran sejumlah item yang representatif dalam menyusun sebuah konsep, 2) Validitas yang berkaitan dengan kriteria yaitu Validitas yang berkaitan dengan kriteria terjadi ketika sebuah ukuran membedakan individual pada kriteria yang akan diperkirakan, 3) Validitas konstruk yaitu validi