• Tidak ada hasil yang ditemukan

ruang terbuka hijau tugas kampus (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ruang terbuka hijau tugas kampus (3)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka (Open Space) merupakan ruang terbuka yang selalu terletak di luar massa bangunan yang dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang serta memberikan kesempatan untuk melakukan bermacam-macam kegiatan. Yang dimaksud dengan ruang terbuka antara lain jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olahraga, taman kota dan taman rekreasi (Hakim, 2003 : 50).

Dilihat dari sifatnya ruang terbuka bisa dibedakan menjadi ruang terbuka “privat” (memiliki batas waktu tertentu untuk mengaksesnya dan kepemilikannya bersifat pribadi, contoh halaman rumah tinggal), ruang terbuka “semi privat” (ruang publik yang kepemilikannya pribadi namun bisa diakses langsung oleh masyarakat, contoh Senayan, Ancol) dan ruang terbuka “umum” (kepemilikannya oleh pemerintah dan bisa diakses langsung oleh masyarakat tanpa batas waktu tertentu, contoh alun-alun, trotoar).

Ruang terbuka tidak selalu harus memiliki bentuk fisik (baca: lahan dan lokasi) definitif. Dalam bahasa arsitektur, ruang terbuka yang telah berwujud fisik ini sering juga disebut sebagai ruang publik, sebutan yang sekali lagi menekankan aspek aksesibilitasnya. Ruang terbuka atau ruang publik ditinjau dari bentuk fisiknya dapat rupa Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Binaan atau Publik dan Privat. (Hakim, 2003).

1.1.Pengertian Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces)

Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota.

Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.

(2)

ringan dan lainnya. Demikian pentingnya ruang terbuka hijau ini, maka hendaknya semua pihak yang terkait harus mempertahankan keberadaannya dari keinginan untuk merobahnya. Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTH Binaan) dan Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL).

Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi oleh perkerasan buatan dan sebagian kecil tanaman.Kawasan/ruang hijau terbuka binaan sebagai upaya menciptakan keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota, peresapan air, pencegahan polusi udara dan perlindungan terhadap flora

Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, di dominasi oleh tanaman yang tumbuh secara alami atau tanaman budi daya. Kawasan hijau lindung terdiri dari cagar alam di daratan dan kepulauan, hutan lindung, hutan wisata, daerah pertanian, persawahan, hutan bakau, dsbnya.

1.2.Ruang Terbuka Binaan (Built Openspaces)

Ruang Terbuka Binaan atau Built Openspaces, terdiri dari Ruang Terbuka Binaan Publik (RTBPU) Dan Ruang Terbuka Binaan Privat (RTBPV).

Ruang Terbuka Binaan Publik (RTBP) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi keseluruhan oleh perkerasan. Ruang Terbuka Binaan Publik makro antara lain: ruang jalan, kawasan bandar udara, kawasan pelabuhan laut, daerah rekreasi, dan Ruang Terbuka Binaan Publik mikro seperti mall di lingkungan terbatas, halaman mesjid, halaman gereja, plaza di antara gedung perkantoran dan kantin.

Ruang Terbuka Binaan Privat (RTBPV) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbatas/ pribadi. Ruang Terbuka Binaan Privat antara lain: halaman rumah tinggal dengan berbagai luasan persil

1.3.Fungsi Ruang Terbuka Hijau

(3)

menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat. RTH memiliki fungsi sebagai berikut:

Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

 memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota);

 pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar;

 sebagai peneduh;  produsen oksigen;  penyerap air hujan;  penyedia habitat satwa;

 penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta;  penahan angin.

Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu: 1. Fungsi sosial dan budaya:

 menggambarkan ekspresi budaya lokal;  merupakan media komunikasi warga kota;

 tempat rekreasi; wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

2. Fungsi ekonomi:

 sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur;

 bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.

3. Fungsi estetika:

 meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan;

 menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;  pembentuk faktor keindahan arsitektural;

 menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

1.4.Manfaat Ruang Terbuka Hijau

(4)

1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);

2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).

2. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

2.1.Rangkuman undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan RUANG BAB I Definisi (Ketentuan Umum)

 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

 Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

 Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

 Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

 Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

 Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

 Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.

 Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.

 Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

(5)

Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:

a. keterpaduan;

b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; c. keberlanjutan;

d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e. keterbukaan;

f. kebersamaan dan kemitraan; g. pelindungan kepentingan umum; h. kepastian hokum

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

 Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan  Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber

daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

 Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

BAB III Klasifikasi Penataan Ruang

Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

 Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

 Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasanbudi daya.

 Penataan ruang berdasarkan wilayah administratifterdiri atas penataan ruang

(6)

a. Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah.

c. Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tetapmenghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan

Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

a. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

 pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;  pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

 pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan  kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.

b. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi:

 perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota  pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

 pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

c. Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota  penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

 perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;  pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

 pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

BAB V Pengaturan dan Pembinaan Penataan Ruang

Pengaturan penataan ruang dilakukan melalui penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang termasuk pedoman bidang penataan ruang

BAB VI Pelaksanaan Penataan Ruang

Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan. rencana rinci tata ruang.dengan hierarki:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. rencana tata ruang wilayah provinsi; dan

(7)

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota & Kabupaten:

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi; b. pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan

c. rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan: a. perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan

ruang kabupaten;

b. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten; c. keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten

d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; e. rencana pembangunan jangka panjang daerah;

f. rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan g. rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten

Rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat:

a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan system jaringan prasarana wilayah kabupaten;

c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten;

d. penetapan kawasan strategis kabupaten;

e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan

f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

g. rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk:  penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;  penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

 pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;

 mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;  penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

 penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

h. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau:

 rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan

(8)

bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.

Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun. Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun .Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkandengan peraturan daerah kabupaten.

Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain. provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan:

a. perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis;

b. perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang wilayah dan kawasan strategis; dan

c. pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis

Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Penataan Ruang Kawasan Perkotaan

(9)

berciri perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi.

Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten adalah rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten. Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yang bersifat lintas wilayah.

Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

a. Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten merupakan bagian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

b. Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi dilaksanakan melalui penyusunan program pembangunan beserta pembiayaannya secara terkoordinasi antarwilayah kabupaten/kota terkait.

Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

a. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten merupakan bagian pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

b. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi dilaksanakan oleh setiap kabupaten/kota.

c. Untuk kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota yang mempunyai lembaga pengelolaan tersendiri, pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembaga dimaksud.

Kerja Sama Penataan Ruang Kawasan Perkotaan

a. Penataan ruang kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota dilaksanakan melalui kerja sama antardaerah.

(10)

BAB VII Pengawasan Penataan Ruang

Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang.

BAB VIII Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:

a. mengetahui rencana tata ruang;

b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;

e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan

f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan

d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

3. Kondisi Perkembangan Ruang Terbuka Diperkotaan

(11)

35% pada awal tahun 1970-an menjadi 10% pada saat ini. Ruang terbuka hijau yang ada sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan dan kawasan permukiman baru.

Sejumlah areal di perkotaan, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, ruang publik, telah tersingkir akibat pembangunan gedung-gedung yang cenderung berpola “kontainer”(container development) yakni bangunan yang secara sekaligus dapat menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi, seperti Mall, Perkantoran, Hotel, dan lain lain yang berpeluang menciptakan kesenjangan antar lapisan masyarakat. Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ruang Terbuka

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi perkembangan ruang terbuka di perkotaan yaitu:

Faktor Urbanisasi

Faktor Peningkatan Jumlah PendudukFaktor Sosial Ekonomi

Faktor Sosial Budaya

Faktor Alokasi Ruang Terbuka Hijau Dalam RTRWFaktor Fasilitas Kesehatan

Faktor Jumlah PendatangFaktor Kepadatan PendudukFaktor Fasilitas Pendidikan

5. Aktivitas yang Ditimbulkan Dalam Ruang TerbukaFaktor Urbanisasi

(12)

permintaan akan ruang khususnya untuk permukiman dan lahan terbangun berdampak kepada semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana Tata Ruang yang telah dibuat tidak mampu mencegah alih fungsi lahan di perkotaan sehingga keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin terancam dan kota semakin tidak nyaman untuk beraktivitas.

Faktor Peningkatan Jumlah Penduduk

Adanya peningkatan jumlah penduduk ditiap tahunnya di suatu wilayah perkotaan namun tidak diiringi dengan pertambahan lahan menyebabkan lahan untuk RTH dialihfungsikan untuk pembangunan hunian dan kebutuhan prasarana kota. Selain itu, cepatnya peningkatan harga lahan di kawasan perkotaan menyebabkan lahan menjadi suatu komoditas yang menguntungkan sehingga banyak orang berlomba-lomba untuk membangun lahan tersebut menjadi perumahan atau kawasan perdagangan yang dapat memberikan keuntungan daripada membangun taman. Akibatnya luasan RTH semakin berkurang dari waktu ke waktu.

Faktor sosial ekonomi

Perkembangan suatu wilayah tidak terlepas dari berkembangnya saranaprasarana dan kegiatan usaha masyarakat di wilayah tersebut. Sarana-prasarana tersebut dikelompokkan menjadi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas perekonomian.

Faktor sosial budaya

Adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.

Faktor Alokasi Ruang Terbuka Hijau dalam RTRW

Bila alokasi Ruang Terbuka Hijau dalam RTRW berkurang, maka terjadi 2 perubahan yaitu perubahan luas Ruang Terbuka Hijau yang terjadi besar atau luas Ruang Terbuka Hijau berkurang.

Faktor Fasilitas Kesehatan

(13)

Faktor Jumlah Pendatang

Semakin tinggi pertumbuhan jumlah pendatang maka perubahan luas Ruang Terbuka Hijau semakin besar. Pertumbuhan jumlah pendatang yang semakin banyak akan meningkatkan kebutuhan akan ruang, namun luas lahan di suatu wilayah perkotaan tidak bertambah maka terjadi alih fungsi lahan Ruang Terbuka Hijau untuk memenuhi kebutuhan ruang tersebut, sehingga luas Ruang Terbuka Hijau akan semakin kecil.

Faktor Kepadatan Penduduk

Hasil analisis menunjukkan variabel pertumbuhan kepadatan penduduk berpengaruh secara positif terhadap perubahan luas Ruang Terbuka Hijau. Interpretasi atas hal ini adalah semakin meningkatnya kepadatan penduduk, cenderung akan berdampak pada meningkatnya perubahan luas Ruang Terbuka Hijau. Tingkat pertumbuhan kepadatan penduduk yang tinggi tentu akan meningkatkan kebutuhan penduduk akan ruang terbangun seperti pemukiman dan berbagai fasilitas. Populasi manusia akan terus bertambah, sedangkan luasan laha/ketersediaan ruang tidak pernah bertambah, sehingga permintaan akan kebutuhan untuk ketersediaan ruang semakin bertambah. Alih fungsi lahan merupakan cara yang paling banyak ditempuh dalam memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga banyak Ruang Terbuka Hijau yang berkurang luasannya akibat diubah menjadi ruang terbangun.

Faktor Fasilitas Pendidikan

Pertumbuhan fasilitas pendidikan berperan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan jumlah fasilitas pendidikan yang dibangun maka perubahan luas Ruang Terbuka Hijau rendah. Hal tersebut bisa terjadi karena kemungkinan pertumbuhan fasilitas pendidikan seperti lembaga-lembaga kursus dibangun di area yang memang bukan lahan Ruang Terbuka Hijau atau dengan kata lain fasilitas tersebut dibangun di area lahan terbangun, misalnya di kawasan pertokoan.

6. Usaha Penanggulangan Masalah

Beberapa usaha penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain :

 Membuat peraturan tentang standar penataan ruang berkaitan dengan penyediaan ruang terbuka hijau.

(14)

 Untuk menutupi kekurangan tempat menyimpan cadangan air tanah, setiap keluarga bisa melengkapi rumahnya, yang masih memiliki sedikit halaman, dengan sumur resapan.

Beberapa upaya yang harus dilakukan oleh Pemerintah antara lain adalah:

 Melakukan revisi UU 26/2007 tentang penataan ruang untuk dapat lebih mengakomodasikan kebutuhan pengembangan RTH.

 Menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan (NSPM) untuk peyelenggaraan dan pengelolaan RTH.

 Menetapkan kebutuhan luas minimum RTH sesuai dengan karakteristik kota, dan indikator keberhasilan pengembangan RTH suatu kota.

 Meningkatkan kampanye dan sosialisasi tentangnya pentingnya RTH melalui gerakan kota hijau (green cities).

 Mengembangkan mekanisme insentif dan disinsentif yang dapat lebih meningkatkan peran swasta dan masyarakat melalui bentuk-bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

 Mengembangkan proyek-proyek percontohan RTH untuk berbagai jenis dan bentuk yang ada di beberapa wilayah kota.

7. Peran Arsitektur Pertamanan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan penerapan intervensi manajemen halusinasi terhadap tingkat agitasi pada

dekatan aljabar max-plus dalam sistem even diskrit dinamik adalah karena plus dapat menangani dengan mudah proses sinkronisasi (Braker, 1990). Pendekatan dengan aljabar

There are some standard features that are disabled in the scalar control mode: Motor Identification Run (group 99 START-UP DATA ), Speed Limits (group 20 LIMITS ), Torque

Barat negara adalah pelindung dari apa yang disebut Thomas Hobbes “hutan rimba dimana yang kuat akan menindas yang lemah.” Konsep filosofi inilah yang membedakan Barat dan Timur,

Setiap pendidik pada suatu pendidikan berkewajiban untuk menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

dilihat dari data hasil matering selama 1 tahun di tahun 2015, dimana data yang dihasilkan dari data 1 bulan dari januari sampai desember 2015, untuk nilai temperatur

Narasumber lainnya terkait pemberitaan Kemenristek antara lain Kepala Pemberitaan Kemenristek Munawir Razak terkait isu Kerjasama Iptek RI dan Belarusia dan Staf Ahli Menteri

Saat bentang 40 m ini dibebani dengan beban lalu lintas yang semakin meningkat akan mengakibatkan terjadinya lendutan yang cukup besar pada jembatan sehingga