• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara-bangsa ( nation-state) yang sangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara-bangsa ( nation-state) yang sangat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negara-bangsa ( nation-state) yang sangat majemuk dilihat dari berbagai dimensi. Salah satu dimensi menonjol dari kemajemukan itu adalah keragaman etnik atau suku bangsa, (Bahar 1997), dengan mengacu pada data di direktorat kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, mencatat bahwa di Indonesia saat ini terdapat 524 kelompok etnik, dalam sejarahnya, kelompok etnis tertentu biasanya mendiami atau tinggal di sebuah pulau, sehingga sebuah pulau di wilayah Nusantara seringkali indentik dengan etnik tertentu, pulau kalimantan, misalnya, indentik dengan etnik dayak ( walau di dalamnya terdapat sekian banyak subetnik, dan karena itu konsep dayak sesungguhnya hanyalah semacam sebutan umum untuk penduduk asli Kalimantan) meskipun begitu, hubungan antara etnis yang satu dengan etnis yang lain telah berlangsung cukup lama seiring dengan terjadinya mobilitas penduduk antar pulau tertentu yang letak wilayahnya strategis untuk urusan perniagaan.1

Provinsi Kalimantan Barat memliki luas wilayah 146.807 km persegi dengan topografi geografis berciri dataran rendah mempunyai ratusan sungai yang aman untuk dilayari, sehingga ia dijuluki Provinsi “Seribu Sungai”. Beberapa sungai besar hingga kini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah

1 Ruslikan, Konflik Dayak-Madura Di Kalimntan Tengah Melacak AkAR Masalah Dan Tawaran Solusi.(Dosen Bidang Ilmu Sosial FKIP Universitas Palangkaraya, Lulusan Unair (s-3)), hlm 1-2

(2)

pedalaman, walaupun prasarana jalan darat sudah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan2.

Povinsi Kalimantan Barat adalah daerah yang memiliki masyarakat, budaya, orang-orang heterogen. Selain itu, Kalimantan Barat kaya akan sumber daya alam yang berguna untuk kesejahteraan masyarakatnya. Seiring perubahan jaman, apalagi di masa globalisasi ini mobilitas masyarakat semakin cepat untuk mendapatkan informasi dari luar sehingga memberikan pengaruh yang luar biasa dalam rangka pembentukan karakter, pemikiran dan wawasan seseorang. Ketika melihat ke belakang, Kalimantan Barat salah satu daerah Indonesia yang sering terjadi peristiwa kerusuhan antar orang-orang. Konflik ini terjadi tidak samata-mata hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, Sosial saja melainkan ada hal lain yang mungkin merupakan sesuatu yang sensitif, misalnya penguasaan tanah, pasar, penggantian peran kelompok lokal oleh kelompok pendatang ataupun tidak mematuhi aturan adat yang berlaku di daerah tersebut.3

Konflik sosial di Kalimantan Barat adalah peristiwa yang sering terjadi, menurut sejarah telah terjadi benturan besar antara komunitas Etnis Tionghoa dan Etnis Melayu yang disebut konflik antara kerajaan Sambas dengan kongsi cina.

Konflik berikutnya terjadi antar komunitas entis Tionghoa dan etnis Dayak pada tahun 1967. Faktor utama penyebab terjadinya konflik ini adalah terbunuhnya

2 Cahyono Heru, dkk.,. Konflik Kalbal dan Kalteng Jalan Panjang Meretas Perdamaian.(Yogyakarta:

Daftar Pustaka. 2008), hlm.38

3 Jaya Eka,2014. Konflik Etnis Sambas Tahun 1999 Arah Disintegrasi Bangsa. (Pontianak: Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI. 2014), hlm.1

(3)

beberapa orang dayak yang di duga pelakunya adalah orang cina komunis sehingga berdampak evakuasi besar-besaran warga Tionghoa dari wilayah pedalaman4

Konflik lain terjadi tahun 1997 hampir seluruh bagian Kalimantan Barat menggalamin konflik salah satunya yang terkenal adalah konflik sampit yang di sebabkan oleh karena orang-orang Dayak cemburu kepada orang Madura yang sukses dalam usaha ekonomi.5 Sementara dipihak lain, suku Melayu yang selama ini tidak pernah terlibat dalam konflik ternyata harus angkat senjata berkaitan dengan orang- orang suku merupakan konflik atas kepentingan Agama. Konflik yang terjadi terakhir ini adalah di Sambas yakni antara orang-orang Melayu dengan orang-orang Madura pada tahun 1999.6

Konflik antar orang-orang di Kabupaten Sambas sebuah peristiwa di luar dan tidak terduga bahwa baru kali ini orang-orang Melayu terlibat secara langsung dalam sebuah konflik terutama dengan orang-orang Madura. Selama ini yang terjadi konflik antar orang-orang di kalimantan Barat, yang sering bertikai adalah orang-orang Dayak. Dari berbagai macam faktor dan alasan penyebab konflik ini terjadi dapat dianalisa melalui prespektif struktural. Konflik Sambas terjadi karena kekerasan orang Melayu Sambas terhadap orang-orang Madura Sambas berupa pembunuhan dan penghancuran rumah serta segala harta benda yang dipicuh oleh kejadian pencurian di lakukan oleh orang madura di lingkungan orang Melayu. Peristiwa ini menyebabkan suku madura harus meninggalkan Kabupaten Sambas. Berdasarkan

4 Superman, Peristiwa Mangkok Merah Di Kalimantan Barat Tahun1967.(Pontianak: Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP-PGRI, 2017), hlm 1

5 Patji Rachman Abdul, Tragedi Sampit Dan Imbasnya Ke Palangkaraya Dari Konflik ke Renkontruksi.(Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 5 No.2 2003), hlm 16

6 Jaya Eka, Konflik Etnis Sambas Tahun 1999 Arah Disintegrasi Bangsa.(Pontianak: Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP-PGRI,2014). Hml.1-2

(4)

latar belakang diatas peneliti tertarik unutk mengkaji Peristiwa Sambas Kalimantan Barat 1999 bagaimana latar belakang sebab-sebab konflik melayu dengan madura di kabupaten sambas dan bagaimana solusi untuk mengatasi konflik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi geografis, demografis, sosiologis daerah Sambas?

2. Bagaiman faktor terjadinya konflik etnik Melayu dengan etnik Madura di daerah Sambas?

3. Bagaimana solusi mengatasi konflik etnis Madura dan Melayu di daerah Sambas?

1.3 Fokus Penelitian

Agar tidak terjadi pemyimpangan dalam penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi baik secara temporal dan spesial

1.3.1 Lingkup Temporal

Lingkup Temporal dalam penelitian ini mencakup tahun 1999 dengan alasan pada awal bulan januari 1999 pecahnya konflik antara suku Melayu demngan Madura dan di batasin pada tahun yang sama karna akhir dari peristiwa tersebut.

1.3.2 Lingkup Spesial

Lingkup Spesial dalam penelitian ini mencangkup Wilayah Kalimantan barata khususnya Kabupaten sambas tempat terjadinya peristiwa tersebut.

(5)

1.3.3 Lingkup Keilmuan

Ruang lingup penelitian ini adalah ilmu sejarah khususnta sejarah sosial dengan mengunakan pendekatan sosial budaya, kajian ini berupaya memberikan penjelasan sejarah mengenai Peristiwa Sambas 1999.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di ataas, maka tujuan yang hendak dicapai penelitian adalah:

1. Mengetahui kondisi geografis, demografis, sosiologis daerah Sambas.

2. Mengetahui faktor penyebab konflik etnik Melayu dengan etnik Madura di daerah Sambas

3. Mengetahui solusi mengatasi konflik etnis Madura dan Melayu di daerah Sambas

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat Untuk Keilmuan

Hasil penelitian ini diharpkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya terkhusus bagi program studi Pendidikan Sejarah.

1.5.1 Manfaat Untuk Penulis

Untuk mengasah kemampuan penelitian dalam merespon suatu masalah, pengumpulan data dan informasi kemudian menganalisa secara ilmiah.

(6)

1.5.2 Manfaat Untuk Masyarakat

Setelah membaca proposal ini diharapkan pembaca akan mengetahui sejarah tentang peristiwa sambas yang terjadi di kalimantan barat khususnya di kabupaten sambas. Konflik antar suku Melayu dengan Madura.

1.6 Tinjauan Pustaka

Beberapa karya yang dapat sebagai tujuan yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, di sertai Potret Retak Nusantara Studi Kasus Konflik di Indonesia.(2004). Dengan editor Lambang Trijono, M. Najib Azca, Tri Susdinarjanti,

Moch. Faried Cahyono dan Zuly Qodir. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari berbagai tokoh. Buku ini merupakan bagian dari upaya memetakan beraneka konflik yang terjadi di Indonesia. Mulai dari konflik yang separatis seperti Aceh dan Papua, hingga yang menyangkut aspek kebijakan publik, peranan masyarakat warga (civil society), serta fenomena pengungsi sebagai korban konflik. Fenomena fundamentalisme agama juga didiskusikan sebagai bagian dari kepingan konflik yang merupakan buah dari proses panjang. Dalam buku ini yang dibahas adalah pola pertikaian di Kalimantan dan budya faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi mereka. Buku ini menyingung secara global konflik Kalimatan Barat. Metode yang dipakai adalah observasi, literatur, meneliti keseluruh buku ini, secara substansial tidak ada yang membahas secara spesifik apalagi komprehensif tentang konflik etnis Melayu dan etnis Madura di kalimantan Barat tahun 1999

Kedua, dari Kerusuhan sosial di Indonesia (2001), dengan editor Riza Sihbudi dan Moch. Nurhasim. Buku ini terdiri dari 4 bagian, pertama: kerusuhan Mataram/

(7)

NTB, ketiga: kerusuhan sambas/ kalimantan Barat, keempat: kesimpulan dan rekomendasi. Buku ini mengkaji secara deskriptif analisis apa yang sesungguhnya melatar belakangi terjadinya berbagai kerusuhan etnik di Kalimantan Barat. Buku ini menceritakan apa penyebab terjadinya kerusuh yang ada di kalimantan Barat. Metode yang dipakai adalah kualitatif, dengan mengunakan literatur. Belum semua data dan peristiwa diungkap dan belum memasuki substansi personal.

Ketiga, dari Konflik etnis di sambas. (2001), dengan penulisan Edi Petebang dan Eri Sutrisno. Buku ini terdiri dari 6 bagian, pertama : Ketika Melayu Sambas bangkit, kedua: stereotip etnis dan ketertutupan isu Sara, kelima: Orang Madura menghargai nyawa hanya seegol, dan yang keenam: Sejarah kesukuan di Kalimantan Barat. Buku ini mengkaji secara deskritif histories konflik etnis Sambas Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 1999. Metode yang dipakai adalah kualitatif, dengan mengungkapkan kejadian-kejadian dan fakta-fakta. Buku ini lebih banyak mengungkapkan peristiwa-pristiwa saat terjadinya konflik etnis di Kabupaten Sambas.

Keempat, dari Heru Cahyono, Mardyanto Wahyu Tryatmoko Asvi Warman Adam, Septi Satriani. Konflik Kalbar dan Kalteng Jalan Panjang Meretas Perdamaian. buku ini mengkaji tentang Hubungan Sosial dalam Konflik dan

menjelaskan suku apa saja yang tinggal di Kalimantan Barat yaitu suku Melayu, suku Dayak, Suku Cina, Suku Madura. Membahas tentang konflik sambas dan sampit yaitu tentang Ekskalasi dan Analisis Sumber Konflik, Struktur Konflik. problematika Resolusi Konflik Sambas, jalan perdamaian untuk mendamaikan anatar entis yang

(8)

mengalamin konflik. Pernana dari pemerintah, tokoh masyarakat, ualama dan lain lain

1.7 Kerangka Konseptual

Multikultural secara umum, merupakan sebuah kata atau istilah yang dipakai dalam menggambarkan pandangan atau anggapan seseorang mengenai berbagai kehidupan yang ada di bumi, atau kebijakan yang menekankan penerimaan keragaman budaya, serta beragam budaya, beragam nilai (multikultural) masyarakat, sistem, budaya, adat istiadat, dan juga politik yang mereka anut.

Multikultural yang berhubungan dengan budaya, memiliki kemungkinan untuk dibatasi oleh konsep nilai sarat atau mempunyai kepentingan tertenu. Masyarakat multikultural sendiri adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai jenis suku bangsa dan juga budaya rentan terjadinya konflik.

Konflik menurut Dahrendorf muncul melalui relasi sosial dalam sistem.

Setiap individu atau kelompok yang tidak terhubung dalam sistem tidak akan mungkin terlibat dalam konflik.7 Konflik menurut Lewis A.Coser mempunyai beberpa fungsi sebagai beikut.pertama, konflik dapat mengeratkan ikatan kelompok yang berstruktur secara longar. Masyarakat yang mengalami diintegrasi dapat memperbaiki keadaan. Kedua, konflik dapat membantu menciptakan aliansi dengan kelompok lain. Ketiga, konflik dapat membantu mengaktifkan peran individu yang semulanya terisolasi. Keempat, konflik dapat membantu fungsi komunikasi8.

7 Susan Novri, Pengantar Sosiologi Konflik. (jakarta: Kencana, 2009), hlm.41

8Tueleka, Teori Konflik Sosiologi dan Moderen. Dosen Prodi Studi Agama-agama Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya,hlm 37

(9)

Konflik di Indonesia sendiri terjadi karena keberagaman suku yang ada di negara ini salah satu konflik yang terklenal itu adalah konflik sambas. Dalam setiap konflik membeutukan menejemen penyelesaian.

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Konseptual 1.8 Metode Penelitian

Penelitian tentang Peristiwa Sambas Kalimantan Barat 1999 adalah penelitian Kualitatf dengan mengunakan metode penelitian Sejarah, sedangkan teknik

Peristiwa Sambas Kalimantan Barat 1999

Pemicu Terjadinya Konflik Antar Etnis Melayu dengan

Etnis Madura kondisi Geografis,

Demografis, Sosiologis Daerah Sambas

Peyerangan yang dilakukan Etnis Madura kepada Etnis Melayu Perkelahian Antar

Sopir Angkutan Umum Dengan

Penumpang Adanya Pencurian yang

dilakukan Oleh Etnis Madura di Pemukiman

Etnis Melayu

Solusi Konflik

Peran Negara Peran Kelompok-

Kelompok Penolakdi Sambas Peran Masyarakat

(10)

pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah strategi dan langkah-langkah riset kepustakaan pada penelitian ini adalah, Pertama persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab dari riset lapangan. Kedua, Karena objek penelitian ini termasuk kedalam (1) fakta sejarah, dan perbedaanya dengan peristiwa, masa lampau, dan bukti-bukti, (2) konsep waktu dalam sejarah.

1.8.1 Heuristik

Merupakan Proses menemukan dan mencari data atau mengklarifikasi data sebanyak-banyakanya,baik itu sumber primer aataupun sumber skunder. Sumber primer merupakan sumber yuang di sampaikan oleh saksi mata. Hal ini berupa bentuk dokumen misalnya catatan rapat, daftar anggota organisasi dan arsip-arsip laporan pemerintahan atau organisasi. Sumber Skunder yang dimiliki penelitian yaitu buku Konflik Kabar dan Kalteng Jalan Panjang Meretas Perdamaian. buku Konflik Etnis Di Sambas, Jurnal yang berjudul Konflik Etnis Sambas Tahun 1999 Arah Disintegrasi Bangsa, Jurnal yang berjudul Menelusuri Akar Konflik Antaretnik di Kalimantan Barat.

Peneliti Mengumpulkan data (Heuristik) dengan melakukan kunjungan pada Perpustakaan-perpustakaan yang ada di Jambi Seperti Pustaka Daerah, Pustaka Universitas Jambi. Setelah berbagai Literatur terkumpul dan cukup Relevan sebagai acuan penulisan mulai mempelajari. Mengkaji dan mengidentifikasikan serta memilih sumber yang relevan dan dapt dipergunakan dalam penulisan.

1.8.2 Kritik Sumber

(11)

Setelah sumber dikumpulkan, tahap selanjutnya adalah kritik sumber untuk menentukan keotentikan dan kredibilitas sumber sejarah verifikasi ini dibagi menjadi yaitu:

1. Kritik Ekstern

Untuk menetapkan keaslian atau ontentisitas data, dilakukan kritik eksternal. Ini digunakan untuk membuktikan keaslian sumber dan membutuhkan pembuktian mendeatail sampai dinyatakan bahwa sumber tersebut asli. Naik sumber primer atau sumber skunder yang dipakai oleh peneliti merupaka sumber yang dapat dikatakan asli karena bersumber dari pelaku dan peristiwa itu sendiri.

2. Kritik Intern

Kritik Intern, ini merupakan tahap yang kedua dalam kritik sumber, ini merupakan tahap kedua dan jika semua sumber dinyatakan positif tidak ada cara lain selain mengunakan bahwa dokumen tersebut credible.

1.8.3 Interprestasi

Interprestasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-fakta atau bukti-bukti sejarah. Interprestasi merupakan proses penggabungan atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah yang berkaitan dngan tema penelitian dan dengan sebuah keranga berfikir kemudian disusun fakta tersebut ke dalam suatu interprestasi yang menyeluruh. Tanpa adanya penafsiran sejarawan, data yang dikumpulkan tidak memberikan pembuktian sepenuhnya, sejarawan yang jujur akan mencantumkan keterangan secara mendetail tentang asal-usul data yang diperoleh.

(12)

1.8.4 Historiografi

Historiografi merupakan tahap terakhir yang dilakukan dimana berbagai pernyataan mengenai masa lalu yang telah melalui tahap sistensis kemudian dituangkan ke dalam bentuk kisah sejarah atau penlusisan sejarah. Penulisan sejarah ini dari segala-galanya dalam metode penelitian sejarah. Dalam hal ini historiografi dilakaukan tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan element seperti what, who, when ataupun how, melainkan eksplanasi secara kritis dan mendalam mengenai bagaimana dan mengapa atau sebab musabab terjadinya suatu peristiwa.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari bagian muka, bagian isi dan bagian akhir. Bagian muka terdiri dari halaman judul, halaman perserujuan, pebimbing, halam pengesahan, halaman pernyataan, halaman abstrak, halaman kata pengantar, halaman daftar isi dan lampiran. Sedangkan bagian isi terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:

BAB I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, fokus penelitian, tujua penelitian, manfaat penelitian, tinjau pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : Mengetahui kondisi geografis, demografis, sosiologis daerah Sambas

BAB III : Mengetahui faktor penyebab konflik etnik Melayu dengan etnik Madura di daerah Sambas

(13)

BAB IV : Mengetahui solusi mengatasi konflik etnis Madura dan etnis Melayu di daerah Sambas

BAB V : Penutupan yang merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisikan kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan nilai pasar wajar yang mewakili nilai dari kedua metode penilaian yang digunakan, dilakukan rekonsiliasi dengan terlebih dahulu melakukan

Hasil Uji Mann- Whitney antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Metode pembelajaran Problem Posing mempunyai pengaruh lebih baik daripada metode Mind Mapping terhadap prestasi

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (4) huruf i yaitu pemanfaatan kawasan peruntukan lain

Memperhatikan indikator kinerja dari setiap jenis model yang dihasilkan dengan masukan set data testing, tampak nyata bahwa model tangki susunan gabungan berbasis AG cenderung

Menurut Keller (1993) dalam Li (2011:9), kesadaran merek dengan asosiasi merek yang kuat merefleksikan kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi merek melalui

Dari pernyataan informan diatas dalam hal ini penulis menyimpilkan bahwa kendala yang menjadi penghambat pengadaan bahan pustaka di perpustakaan Madarasah Aliyah

Frasa preposisi pada data (1a) sudah benar dan pada kalimat (1b) seharusnya was sebagai kata kerja bantu pada data itu adalah is karena kalimat tersebut