ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KALIMAT
“ADJECTIVE CLAUSE “ MAHASISWA SEMESTER V
PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS STBA JIA BEKASI
Oleh: Elsan Arvian
Sekolah Tinggi Bahasa Asing JIA, Bekasi E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Indonesian students often face difficulties when they have to write in English. Especially, they are asked to form standard and acceptable sentence structures. This study aims to describe the types of syntactic errors contained in the fifth semester student clause of the English study program, find the most dominant type of error and describe the factors that might be the cause of the error. Data was collected from the writing of semester V students of the English study program 2018-2019. This research uses descriptive analysis method. Data were analyzed by classifying errors using linguistic categories Language error category (West, 2008). The researcher used Corder ’s theory (1982) for searching the causes of syntactic errors made by the students. These theories ultimately strengthen the researcher's hypothesis that the cause of syntactic errors made by students is the interlingual factor namely the first language interference in the target language. Based on the findings, the most numerous and dominant errors are verbs (verb) not in accordance with the subject.
Key words: error analysis, interference, adjective clause, writing .
Artikel diterima: Revisi Terakhir: Tersedia Online:
A. PENDAHULUAN
Kalimat merupakan unit kebahasaan tertinggi berupa rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Dengan terciptanya sebuah kalimat, penyampaian gagasan, ide, dan pikiran
dapat tertuangkan melalui kata-kata yang terangkai secara sistematis dan menyambung menjadi sebuah kalimat. Kalimat seperti dikutip dari Longman Dictionary (1987, 1289) merupakan sekelompok kata yang biasanya terdiri atas satu subyek dan predikat,
mengungkapkan suatu gagasan yang lengkap atau mengajukan pertanyaan dan ketika kalimat tersebut ditulis dalam Bahasa Inggris dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
Kalimat merupakan
konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Ini berarti bahwa kalimat merupakan satuan terbesar untuk pemerian sintaksis dan kata yang terkecil. Walaupun kalimat dapat diuraikan menjadi untaian kata, penguraian itu tidak langsung dari kalimat ke kata. Di antara kalimat dan kata biasanya ada satuan-satuan yang berupa kelompok kata. Baik kalimat maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat dipandang sebagai suatu konstruksi. Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut..
Dalam Bahasa Inggris, konstituen merupakan bagian-bagian di mana sebuah kalimat itu terbagi (Aarts and Aarts, 1982:10), contoh:
All students should have read this article by Monday.
No Konstituen Fungsi Kategori 1 all students subject (Su) NP 2 should have read predicator (P) VP 3 this article direct object (DO) NP
4 by Monday adverbial (A) Prep. P.
Berdasarkan tabel di atas kita dapat memaparkan bahwa konstituen langsung (Immediate Constituents) adalah konstituen-konstituen yang membentuk konstituen di atasnya atau lebih tinggi darinya. Selanjutnya, yang dimaksud dengan konstituen langsung yaitu all students, should have read, this article, dan by Monday.
Sistem gramatika bahasa Inggris sangat jauh berbeda dengan sistem gramatika bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris konkordansi antara verba dengan jumlah nominanya, juga berkaitan dengan kala dan aspek yang digunakan dalam kalimat. Sebaliknya dalam bahasa Indonesia, kala hanya dijelaskan dengan menggunakan makna leksikal dan keterangan waktu, misalnya: “hari ini, kemarin, minggu depan” dan sebagainya. Perbedaan di atas hanya
merupakan sebagian dari
kaidah-kaidah yang berkaitan dengan penggunaan verba dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, namun perbedaan tersebut akan menimbulkan kerumitan yang menyebabkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Inggris (B2) karena pembelajar harus menguasai kaidah yang tidak dimiliki oleh bahasa
Indonesia, sehingga ketika memproduksi kalimat bahasa Inggris, pembelajar sering membuat kesalahan. Kesalahan yang sering terjadi yang dibuat oleh pembelajar B2 penting untuk diketahui oleh pengajar atau peneliti bahasa. Dengan mengetahui jenis kesalahan yang sering dilakukan pembelajar, para pengajar akan dapat membantu mengatasi kesalahan yang timbul dan sekaligus memberi penguatan (reinforcement) terhadap hal-hal yang benar yang dibuat oleh pembelajar.
Ada banyak hal yang bisa menimbulkan kesalahan berbahasa. Sebab-sebab ini bersumber pada tiga hal di antaranya adalah pengaruh bahasa pertama, proses pembelajaran bahasa kedua/asing tidak bisa terlepas dari pengaruh bahasa pertama yang telah lebih dahulu dikuasai pembelajar atau yang lebih dikenal dengan istilah transfer. Transfer bisa bersifat positif sehingga menjadi faktor pendukung dalam proses penguasaan bahasa target, dan bisa pula bersifat negatif atau yang lebih dikenal dengan istilah interferensi sehingga menjadi faktor penghambat dalam proses ini.
B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat gambaran yang secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dari fenomena yang diselidiki. Data dalam penelitian ini berasal dari kesalahan sintaksis pada kalimat “adjective clause “ mahasiswa semester V program studi Bahasa Inggris STBA JIA Bekasi.
2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampus STBA JIA Bekasi yang dinyatakan berkualitas dengan memenuhi standar kualitas perguruan tinggi, semua program studi di kampus ini telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), yang beralamat di Jalan Cut Muthia No.35 Kota Bekasi. Penelitian ini untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap dengan maksud agar hasil penelitian benar-benar dapat mantap. Penelitian ini dilakukan selama semester enam tahun ajaran 2018/ 2019 yaitu pada bulan Maret sampai dengan Juli 2019.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tertulis, yaitu kalimat “adjective Clause” mahasiswa semester V program studi Bahasa Inggris STBA JIA Bekasi yang diduga mengandung kesalahan berbahasa pada tataran klausa. Sumber data dalam penelitian ini adalah kalimat berupa “adjective Clause” mahasiswa semester V program studi Bahasa Inggris STBA JIA Bekasi.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data pada penelitian ini telah disesuaikan dengan fokus dan subfokus penelitian. Dalam pengumpulan data, peneliti sebagai instrumen utama. Instrumen lainnya adalah tabel kesalahan sintaksis pada kalimat “adjective clause “ mahasiswa semester V program studi Bahasa Inggris STBA JIA Bekasi.
Creswell memaparkan bahwa penelitian kualitatif memiliki 5 langkah dalam proses pengumpulan data, yaitu:
A. Mengidentifikasi sumber data
B. Memiliki akses dalam
mengidentifikasi data
C. Mengklasifikasi data yang sudah dikumpulkan
D. Mengembangkan data yang sudah dikumpulkan
E. Menjalankan proses penelitian berdasarkan etika penelitian yang berlaku
5. Tehnik Analisis Data:
Tehnik Analisis data Penelitian ini sifatnya lebih fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan latar yang ada. Konsep-konsep, alat-alat pengumpul data, dan metode pengumpulan data dapat
disesuaikan dengan perkembangan penelitian. Penelitian ini bersifat sifatnya induktif. Penelitian ini tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan, yakni fakta empiris.
Langkah analisis kualitatif terdiri atas suatu pemilahan kategori suatu bagian dari teks terkontrol secara metodologis. Langkah-langkah itu, yaitu:
1. Mengidentifikasi bentuk kesalahan sintaksis pada kalimat “adjective clause “
2. menganalisis kesalahan sintaksis pada kalimat “adjective clause “ dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Indonesia;
Mengidentifikasi interferensi yang terjadi pada kesalahan
sintaksis pada kalimat “adjective clause “ mahasiswa;
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus di validasi seberapa jauh peneliti siap untuk melakukan penelitian yang selanjutnya akan terjun secara langsung ke lapangan. Adapun validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Validasi tersebut dilakukan oleh peneliti sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2016: 222).
Peneliti pada penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2016: 222). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan dokumentasi.
C. HASIL PENELITIAN
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa analisis kesalahan berupa kesalahan adjective clause berdasarkan jenisnya, terbagi dalam dua jenis; yakni restrictive (necessary) dan non-restrictive (unnecessary). Adjective clause restrictive berfungsi untuk mengidentifikasi noun yang ingin dijelaskan dalam kalimat inti. Sedangkan adjective clause non-restrictive hanya berfungsi sebagai pemberi informasi tambahan tentang noun yang ingin dijelaskan.
Adjective clause restrictive biasanya tidak dipisahkan dengan tanda koma “,” dari inti kalimatnya. Sedangkan adjective clause non-restrictive sebaliknya; dan apabila klausa non-restrictive ini dihilangkan maka tidak akan begitu mempengaruhi makna dari kalimat kompleksnya.
Berikutnya adalah pemaparan tentang analisis kesalahan sintaksi. Analisis kesalahan sebagaimana yang
telah dijelaskan, digunakan untuk memecahkan masalah kesalahan berbahasa pada klausa adjektiva
Berdasarkan hasil analisis ditemukan beberapa kesalahan gramatikal, interferensi dan kesalahan jenis klausa adjektiva yang dibuat oleh mahasiswa, prosedur tersebut meliputi kata kerja (Verb) tidak bersesuaian dengan subyek, split infinitives, dangling participles, kalimat yang tidak paralel (unbalanced sentences ), ‘I’ or ‘me’, Who’ or ‘whom’
Peneliti menemukan 30 klausa adjektiva yang diklasifikasikan ke dalam kategori (1) Kata kerja (Verb) tidak bersesuaian dengan subyek, (2) Split infinitives ini berarti terpisahnya to dengan verb murninya, (3) Dangling Participles, dan (4) Kalimat yang tidak paralel (Unbalanced Sentences), (5) ‘I’ or ‘me’ , (6) ‘Who’ or ‘whom’. Berikut adalah pembahasan masing-masing kategori secara terperinci:
Kesalahan sintaksis bahasa Inggris yang terdapat pada kalimat mahasiswa meliputi kesalahan pada pembentukan frasa nomina, frasa verba, frasa depan, penggunaan dan pola struktur kata ganti, dan penggunaan kata ganti penghubung dalam kalimat kompleks.
Kesalahan pada frasa nomina terjadi karena mahasiswa tidak melakukan penyesuaian antara unsur pusat dan unsur tambahan pada frasa tersebut. Contoh kesalahan tersebut dapat dilihat pada data berikut ini.
Data 1: Husna arrived in jogja was my sister
Kalimat 1: Husna arrived in jogja Kalimat 2: Husna was my sister
Klausa adjektiva: Husna arrived in jogja was my sister
Frasa preposisi pada data (1a) sudah benar dan pada kalimat (1b) seharusnya was sebagai kata kerja bantu pada data itu adalah is karena kalimat tersebut menunjukkan kala sekarang (present tense) dan pada kalimat (1c) ketika kalimat (1a) dan (1b) digabungkan menjadi sebuah klausa adjektiva seharusnya mendapat tambahan penghubung (connector) who antara subyek Husna dan verba arrived karena unsur tambahan penghubung (connector) who yang merupakan unsur pengganti salah satu subyeknya dalam klausa adjektiva. Dari uraian di atas, bentuk yang benar dari data-data tersebut adalah sebagai berikut.
Husna is my sister
Berdasarkan penjelasan di atas klausa adjektiva yang benar adalah:
Husna who arrived in jogja is my
sister.
Data 2: Fatih who eaten in restaurant in the night is my partner business
Kalimat 1: Fatih eaten in restaurant in the night
Kalimat 2: Fatih was my partner business
Klausa adjektiva: Fatih who eaten in restaurant in the night is my partner business
Past participle (V3) pada data (2a) seharusnya menggunakan kala lampau (simple past (V2)) Karena pada kalimat itu verba eaten seharusnya diganti dengan verba ate. sedangkan pada data (2b) frasa partner business seharusnya menjadi frasa business partner. Bahasa Inggris memiliki pola (M-D) berbeda dengan pola bahasa Indonesia yaitu (D-M), sehingga terjadi kerancuan yang dipengaruhi bahasa ibu (mother tongue). Selanjutnya, pada data (2c) seharusnya verba eaten setelah penghubung (connector) adalah verba ate karena pada kalimat ini bukan sebuah kalimat yang menggunakan past participle tetapi klausa adjektiva. Sehingga terjemahan kalimat di atas adalah:
“Fatih yang dimakan di restauran malam itu adalah bisnis teman saya”.
Dari uraian di atas, bentuk yang benar dari data-data tersebut adalah sebagai berikut.
Kalimat 1: Fatih ate in restaurant in the night
Kalimat 2: Fatih was my business
partner.
Klausa adjektiva: Fatih who ate in restaurant in the night is my business partner
Data 3: Katon who taught in the senior high school is beautiful teacher Kalimat 1: Katon taught in senior high school
Kalimat 2: Katon was taught in senior high school.
Klausa adjektiva: Katon who taught in the senior high school is beautiful teacher
Pada data (3a) kalimat ini benar menggunakan kala simple past sedangkan pada data (3b) terjadi kerancuan pada kata kerja bantu was bertemu dengan past participle (V3) yang didahului dengan subyek living thing atau person sehingga bermakna kalimat pasif. Seharusnya kalimat ini menggunakan simple past (V2) dan tidak membutuhkan kata kerja bantu was. Selanjutnya pada data (3c) pembentukan klausa adjektiva sudah benar tetapi terjadi kesalahan pada
frasa nomina beautiful teacher, seharusnya di depan frasa ini diletakkan sebuah artikel baik indefinite artikel ‘a’ maupun definite artikel ‘the’
Dari uraian di atas, bentuk yang berterima dari data-data tersebut adalah sebagai berikut.
Katon taught in senior high school. Berdasarkan penjelasan di atas klausa adjektiva yang berterima adalah:
Katon who taught in the senior high school is a beautiful teacher.
Data 4: They were in their home where they done the puzzle yesterday Kalimat 1: They done the puzzle. Kalimat 2: They were in their home. Klausa adjektiva: They were in their home where they done the puzzle yesterday
Pada kalimat 1 verba done seharusnya diganti dengan verba did, karena pada kalimat ini hanya diperlukan V2 dan kalimat ini memiliki kala absolut, dalam bahasa Inggris V3 (past participle) digunakan setelah kata kerja bantu has/ have atau had dan digunakan pada kalimat pasif yang didahului oleh verba be (copulative). Sedangkan pada kalimat 2 sudah benar tetapi pada klausa adjektiva terjadi
banyak kesalahan dan kerancuan di antaranya kalimat ini memiliki subyek yang ganda, seharusnya subyek they pada salah satu klausanya dihilangkan dan kata penghubung (connector) where seharusnya digantikan dengan kata penghubung (connector) when dan selanjutnya pada verba done seharusnya menggunakan verba did.
Dari uraian di atas, bentuk yang berterima dari data-data tersebut adalah sebagai berikut.
They did the puzzle yesterday when were in their home
D. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
1. SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai analisis kesalahan sintaksis
pada kalimat “adjective clause “ mahasiswa semester V program studi Bahasa Inggris STBA JIA Bekasi diperoleh simpulan sebagai berikut:
1)Kesalahan pada penggunaan kala lampau simple past dan kala lampau perfect (past participle), terjadi karena mahasiswa tidak memperhatikan konsep konjugasi verba yang sesuai dengan kelompoknya dan maksud penutur
serta makna yang terkandung dalam kedua kala tersebut.
2)Kesalahan pada frasa nominal terjadi pada urutan antara nominanya sebagai unsur pusat dan atribut yang menyertainya, misalnya untuk bentuk frasa nominal mahasiswa tidak mengetahui yang mana rema yang mana tema.
3)Kesalahan umum yang terjadi adalah lupa menambahkan “-s” ke setiap verb untuk pronomina dan orang ketiga tunggal (he, she, it). 4)Kesalahan pada frasa nominal terjadi karena mahasiswa tidak menggunakan artikel yang seharusnya yang berada sebelum frasa nominal tersebut.
5)Interferensi yang terjadi tidak selalu dalam seluruh komponen kebahasaan. Dalam penelitian ini hanya terdapat interferensi sintaksis saja. Bentuk-bentuk interferensi yaang terjadi di antaranya, penggunaan frasa nomina, nimina diikuti nomina, nomina diikuti adjektiva, penggunaan kata ganti milik, penggunaan kata keterangan waktu, tempat, penggunaan hubungan makna cara, penggunaan hubungan makna penerang, penggunaan kalimat meliputi; penggunaan subjek, pemilihan diksi,
penggunaan paralell strucuture, pembalikan frasa, dan lain-lain. 2. IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis, antara lain: a. Kesalahan penggunaan kata
ganti milik dalam kalimat bahasa Inggris terjadi pada penggunaan kata ganti yang tidak sesuai dengan benda yang digantikannya, mahasiswa memakai kata ganti dalam bentuk nominatif atau kata ganti yang mempunyai fungsi subjek dalam kalimat, selain itu
mahasiswa tidak
memperhatikan jenis dan
jumlah benda yang
menyertainya, serta susunan atau letak kata ganti tersebut dalam kalimat.
b. Dengan adanya penelitian kesalahan berbahasa dan interferensi bahasa Indonesia ke dalam Pemakaian bahasa Inggris dalam kalimat “adjective Clause”, mahasiswa dapat menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang ada, sehingga tidak terpengaruh oleh pola-pola bahasa
Indonesia. Siswa hendaknya membiasakan diri untuk lebih banyak belajar menulis kalimat berbahasa Inggris.
3. REKOMENDASI
Dengan melihat
kesimpulan-kesimpulan di atas, dapat diberikan saran- saran sebagai berikut. 1). Para pembelajar dalam mempelajari
kaidah-kaidah bahasa Inggris yang memiliki perbedaan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia, sebaiknya memperhatikan perbedaan tersebut dan akan lebih baik jika bisa menghafalkannya yang akhirnya dapat menguasai dengan baik sehingga menjadi kebiasaan dalam berbahasa, dan pada saat menuangkan ide-idenya dalam bahasa Inggris hal tersebut tidak menimbulkan masalah, terutama pada hasil karangan. 2). Para pembelajar sebaiknya lebih
memperhatikan konsep-konsep yang paling sering salah dalam penggunaannya, dan untuk itu dibutuhkan latihan yang berulang-ulang, baik dalam kelompok tertentu maupun dalam kelompok yang lebih luas dalam lingkungan kampus.
3). Pengajar diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas kepada mahasiswa tentang perbedaan antara kaidah bahasa
Inggris dan kaidah bahasa Indonesia. Selain itu perlu diperhatikan konsep-konsep yang rawan terhadap kesalahan, selanjutnya memberikan latihan yang banyak dan bekerja sama dengan mahasiswa agar penggunaan kaidah bahasa Inggris menjadi kebiasaan bagi mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Jakarta: Balai pustaka, 2003
Azar, Betty Scrampfer, Basic English Grammar (Prentice Hall Regents, Englewoodd Cliffs, New Jersey).
Bell, Roger T. Translation and Translating: Theory and Practice New York: LongmanInc, 1991
Brown, H. D. 2004. Principles of Lcmguage Learning and Teaching. New York: Longman
Brown, H. Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching 4th . Edition. New York: The Free Press Corder. 1971. Idosyncreatic Error
Analysis. IRAL. Reprinted in Richard. 1974.
Cristal David. 1992. The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
Catford, J.C. A linguisticsTheory of Translation: An Essay in Applied
Linguistics. New York: Oxford University Press, 1975.
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Citra,
1995.
Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal (edisi Revisi). Jakarta: Rinneka Cipta.
Creswell, John W, Education Research: planning, conducting, and evaluating quantitative research 4th ed, Lincoln: Pearson, 2012
Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005
Ellis, R. (2008). The study of Second language acquisition (second ed). Oxford: Oxford UniversityPress
Ellis, R. & G. Barkhuizen. (2005). Analysing Learner Language. Oxford: Oxford University Press.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press,
2010
Frank, Marcella, 1972, Modern English, a Practical Reference Guide (New Jersey: Prentice Hall, Inc:)
Hornby, A.S, Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: University Press, 2010
James, C. (2013). Errors in language learning and use: Exploring Error Analysis. London: Longman.
Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik Edisi ke-3 Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001
………... 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Larson, Mildred, Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antar Bahasa, Jakarta: Arcan, 1989.
Lyons, John, Semantics, Cambridge: Press Syndicate, 1977
Moeliono. Anton.1988. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Norish, John. 1983. Language Leaners and Their Errors. London: The Macmillan Press.
Nurgiantoro, Burhan. 1984. “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam
Pengajaran Berbahasa”.
Yogyakarta: Jurnal Kependidikan No. I Vol. 14
Ohoiwutun, Paul, Sosiolinguistik Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Ksaint Blanc, 2002
Oshima, Alice and Ann Hogue, Writing Academic English, Longman: Pearson, 2006, 4thEd.
Phillips, Deborah, Longman Preparation Course for the TOEFL TEST, Second Edition (Longman)
Pyle, Michael A. et al, Cliffs Toefl Preparation Guide (John and Sons) Ramlan, M, 2005, Ilmu bahasa Indonesia
SINTAKSIS, Yogyakarta, CV. Karyono
Robins, R.H. 1980. General Linguistics and Introductory Survey. New York:
Sudaryanto. 1999. Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Tarigan, Henry Guntur. 1997. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.
West, Christ. 2008. Perfect Written English.London: Random House Books