• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGABDIAN TERPADU DAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA SELUMBUNG KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGABDIAN TERPADU DAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA SELUMBUNG KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGABDIAN TERPADU DAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT

DESA SELUMBUNG KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA 2018

(3)

PENYUSUN:

I Nyoman Suarsana I Made Sudana

I Ketut Mangku Budiasa Ni Luh Gde Sumardani I Nyoman Suartha I Putu Sudiarta Agus Muriawan Putra I Ketut Gede Sugita

Gede Rai Maya Temaja Ni Ketut Arismayanti Luh Made Sudimartini Kadek Karang Agustina B. R. T. Putri

Ida Ayu Astarini Made Sudarmaja Kadek Swastika I Nyoman Sutarja

EDITOR:

I Gede Rai Maya Temaja

LAY OUT ISI:

Chonti

DESAIN SAMPUL:

Gde Ngurah Aryawan

PENERBIT:

Swasta Nulus

Jl. Dewi Supraba 17 Denpasar swastanulus@yahoo.com

CETAKAN:

Pertama: 2018. 68 hlm, 14.8x21 cm Font: Times New Roman 11

ISBN:

978-602-5742-52-1

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widi Wasa, atas limpahan rahmatnya sehingga pelaksanaan pengabdian terpadu dan pendampingan masyarakat Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem dapat dilaksanakan dengan baik, lancar, dan tepat waktu. Pengabdian ini mengambil tema pengabdian terpadu bidang pariwisata, kesehatan masyarakat, klinik pertanian dan pipanisasi air minum.

Pengabdian ini merupakan pengabdian institusi yang telah diagendakan oleh lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, Universitas Udayana pada tahun 2018.

Pelaksanaanya selama 2 hari dari tanggal 30 Nopember - 1 Desember 2018 dengan melibatkan Fakultas Pariwisata, Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan, Fakultas Teknik, Fakultas MIPA, FISIP, mahasiswa, dan staf LPPM Unud.

Lokasi kegiatan di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Bentuk kegiatan meliputi pendampingan kelompok sadar wisata terkait dengan pengembangan Desa Selumbung sebagai destinasi wisata, pelayan kesehatan umum pada warga, pelayanan kesehatan ternak dan penyuluhan manajemen pemeliharaan ternak sapi bali, pembuatan bibit pisang, pemasangan pipa air dari sumber air ke lokasi desa, serta penanaman pohon kelapa.

Selama pelaksanaan pengabdian terpadu mendapat sambutan yang sangat antusias dari warga dan bapak kepala desa. Kegiatan ini juga merupakan kelanjutan program KKN PPM yang telah dilaksanakan di desa ini pada periode sebelumnya. Unud melalui LPPM sebagai lembaga yang sangat konsen terhadap pemberdayaan dan pendampingan masyarakat melaksanakan kegiatan ini bertujuan untuk

(5)

meningkatkan kapasitas warga dan lbeih memberdayakan masyarakat dengan harapan ada peningkatan nilai ekonomi.

Pada kesempatan yang baik ini, kami ingin menyampaikan terimakasih banyak kepada Bapak Rektor dan Ketua LPPM Unud yang telah memfasilitasi kegiatan pengabdian ini, Dosen di lingkungan Unud, mahasiswa, bapak kepala desa dan masyarakat desa Selumbung sehingga pelaksanaan pengabdian ini berjalan dengan baik. Kami juga ingin menyampaikan permohonan maaf apabila selama pelaksanaan pengabdian ini ada hal-hal yang kurang berkenaan.

Sekian dan terimakasih

Bukit Jimbaran, Desember 2018 Tim Penyusun,

(6)

PRAKATA

Dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama bidang Pengabdian Kepada Masyarakat, kegiatan pemberdayaan, pendampingan untuk meningkatkan kemandiriaan masyarakat merupakan program rutin yang dilaksanakan oleh LPPM Unud. Kegiatan pengabdian terpadu di desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem sangat sejalan dengan program rektorat terkait Pengabdian masyarakat. Sebagai dharma perguruan tinggi yang ketiga menjadi ciri khas sistem pendidikan tinggi di Unud.

Dengan pengadian ini segenap elemen di Unud harus ada sikap peduli terhadap kondisi dan realitas masyarakat.

Keberhasilan kampus tidak hanya dilihat dari ilmu dan teknologi yang berkembang dengan pesatnya di dalam kampus. Akan tetapi juga dilihat sejauh apa teknologi dan sains itu bisa diaplikasikan ke masyarakat. Masyarakat merasakan manfaatnya sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat itu sendiri.

Kegiatan pengabdian terpadu Unud di Desa Selumbung, ini sebagai jawaban kepedulian dan rasa tanggung jawab Unud terhadap penerapan teknologi yang sangat dibutuhkan untuk mendorong pembagunan di desa sehingga dapat dirasakan manfaatnya.

Kami berharap program-program serupa dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan, menyasar masyarakat desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berkaitan dengan pengabdian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Udayana akan terus berkontribusi

(7)

dalam memberi pendampingan dan pemberdayaan kepada masyarakat di lokasi desa untuk dapat meningkatkan daya dan potensi masyarakat perdesaan sehingga mampu memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan.

Kami menyambut dengan baik dan senang hati atas telah terbitnya buku ini dan ini menunjukkan Lembaga Penelitian dan pengabdian Kepada Masyarakat telah ikut berperan aktif di dalam membangun masyarakat dari pinggiran, memberdayakan masyarakat sehingga apa yang telah dilakukan Universitas Udayana dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Semoga buku tentang pengabdian terpadu di desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem ini dapat dimanfaatkan sebesar-besar dan seluas-seluasnya untuk kepentingan desa, institusi, dan pemerintah daerah.

Sekian dan Terimakasih

Bukit Jimbaran, Desember 2018 Ketua LPPM Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, MP

(8)

DFTAR ISI

Katan Pengantar ...

Prakata ...

Daftar Isi ...

BAB 1. Pendahuluan ...

BAB 2. Pengembangan Desa Wisata Dan Implementasi Sapta Pesona Di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Bali ……..

BAB 3. Pengkemasan Paket Wisata Desa Wisata Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem ...

BAB 4. Pelayanan Kesehatan Hewan Pada Sapi Bali Dalam Usaha Peningkatan Swasembada Daging ……….

BAB 5. Pembibitan Pisang Bebas Penyakit Dalam Usaha Pengembangan

Agribisnis Tanamn Pisang …………

BAB 6. Pelayanan Kesehatan Hewan Pada Ternak Babi Di Desa Selumbung Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali Daftar Pustaka ...

Lampiran Foto Kegiatan ...

Halaman 3 5 7 8

12

26

43

50

59 63 65

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Desa Selumbung merupakan salah satu dari beberapa desa yang ada di wilayah Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Desa Selumbung terletak pada ketinggian 500 meter dari permukaan laut dengan luas wilayah keseluruhan 665,225 hektar atau 6,65 km2, yang terdiri dari : 39,0 hektar lahan perumahan dan pemukiman;

116,175 hektar berupa tanah sawah; 474,430 hektar berupa tegalan / kebun; serta 35,62 lahan lainnya.

Secara administratif Desa Selumbung terbagi atas menjadi 6 (enam) wilayah Banjar Dinas yaitu : Banjar Dinas Bukit Catu, Banjar Dinas Kaleran, Banjar Dinas Kelodan, Banjar Dinas Tengah, Banjar Dinas Kanginan dan Banjar Dinas Anyar dengan batas – batas wilayah: - Sebelah Utara : Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem. - Sebelah Timur : Desa Ngis, Kecamatan Manggis. - Sebelah Selatan : Desa Manggis, Kecamatan Manggis. - Sebelah Barat : Desa Manggis, Kecamatan Manggis.

(10)

Sebagian besar masyarakat Desa Selumbung merupakan keluarga pertanian, dengan sumber penghasilan utama penduduknya adalah kelapa atau hasil perkebunan.

Secara umum fasilitas perumahan dan pemukiman masyarakat Desa Selumbung cukup layak huni. Hal ini dapat dilihat dari cukup banyaknya keluarga yang berpenerangan listrik dan kondisi rumah yang memungkinkan untuk dihuni.

1.2. Tujuan Pengabdian

Adapun tujuan pengabdian terpadu di desa Selumbung adalah:

1. Pengembangan dan Pengkemasan desa wisata di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Bali.

2. Meningkatkan kesehatan masyarakat desa Selumbung.

3. Memberikan informasi tentang kesehatan dan manajemen pemeliharaan ternak serta pelayanan kesehatan ternak sapi bali.

4. Penyediaan dan pembuatan bibit Pisang Bebas Penyakit Dalam Usaha Pengembangan Agribisnis Tanaman Pisang

(11)

5. Penyediaan sarana air untuk masyarakat dengan pemasangan pipa air pada sumber air.

6. Penanaman pohon kelapa daksina.

1.3. Metode pemecahan masalah

1. Bidang pariwisata. Melaksanakan pendampingan pada kelompok masyarakat sadar wisata. Memberikan penyuluhan tentang bahasa inggris pada kelompok masyarakat sadar wisata, pengembangan desa wisata, pengkemasan wisatan dan sapta pesona wisata.

2. Bidang kesehatan masyarakat. Memberi pelayanan kesehatan secara umum pada warga yang mengalami keluhan sakit serta diberi intervensi obat dan vitamin sesuai keluhan.

3. Bidang Pertanian. Diberi penyuluhan dan praktik pembuatan bibit pisang bebas penyakit pada masyarakat petani khususnya petani budidaya pisang.

4. Bidang Kesehatan Hewan

Pemecahan permasalahan kesehatan sapi bali yang ada di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten

(12)

Karangasem dilakukan dengan berbagai pendekatan metode, yaitu 1) Diskusi, yang ditekankan pada cara pemeliharaan, pencegahan dan pengobatan penyakit yang menyerang ternak sapi. 2) Pelayanan pengobatan, dengan memberikan pengobatan kepada ternak yang ditemui sakit. Seperti pemberian vetadril dan ivermectin pada ternak yang terlihat gatal-gatal, serta pemberian vitamin, obat cacing dan antibiotik. Pemberian antibiotik diberikan secara terbatas hanya pada sapi yang mengalami luka. 3) Pelayanan spraying diberikan pada seluruh ternak sapi untuk menghindari ternak sapi dari gangguan lalat atau parasit eksternal lainnya.

5. Bidang Infrastruktur Pipanisasi. Pada bidang ini dilakukan pemasangan pipa dari sumber ke ka lokasi yang mendekat pada masyarakat.

(13)

BAB 2

PENGEMBANGAN DESA WISATA DAN IMPLEMENTASI SAPTA PESONA DI DESA

SELUMBUNG, KECAMATAN MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM BALI

Bali merupakan daerah tujuan wisata dan barometer perkembangan pariwisata di Indonesia. Pariwisata yang dikembangkan di Bali adalah pariwisata budaya Bali yaitu kepariwisataan Bali yang berlandaskan kepada Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana sebagai potensi utama dengan menggunakan kepariwisataan sebagai wahana aktualisasinya, sehingga terwujud hubungan timbal balik yang dinamis antara kepariwisataan dan kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis, harmonis dan berkelanjutan untuk dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, kelestarian budaya dan lingkungan. Bali terdiri atas 8 kabupaten dan 1 kota yang terdiri dari Kabupaten Badung, Gianyar, Jembrana, Tabanan, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi Bali. Potensi pariwisata pada masing-

(14)

masing kabupaten dan kota di Bali sangat bervariasi, baik wisata alam, budaya maupun buatan.

Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten di Bali yang sangat kaya dengan potensi budayanya. Desa Tenganan yang merupakan Desa Bali Aga terletak di kabupaten ini. Selain itu, Pura Besakih merupakan pura terbesar di Bali serta Gunung Agung merupakan gunung terbesar di Bali juga terletak di kabupaten ini. Kabupaten Karangasem memiliki 3 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) mengacu pada Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) Nomor 50 Tahun 2011 tentang KSPN yang terdiri dari: KSPN Amuk dan sekitarnya, KSPN Amed-Tulamben dan sekitarnya, serta KSPN Besakih-Gunung Agung dan sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali 2009 – 2029 ditetapkan 3 kawasan wisata di Kabupaten Karangasem, yaitu Candidasa, Ujung dan Tulamben. Selain itu, mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 17 Tahun 2012 Tentang RTRW Kabupaten Karangasem 2012 – 2032 ditetapkan kawasan pariwisata cepat tumbuh, yaitu Putung, Ban, Telaga Waja, Sibetan dan Sidemen. Daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten

(15)

Karangasem mengacu pada Keputusan Bupati Karangasem nomor 395 Tahun 1999, ditetapkan 15 daya tarik wisata, yaitu Yeh Malet, Padangbai, Candidasa, Desa Tenganan, Taman Soekasada Ujung, Puri Agung Karangasem, Taman Tirtagangga, Jemeluk-Amed, Tulamben, Sibetan, Putung, Iseh, Telaga Waja, Pura Agung Besakih, dan Bukit Jambul.

Tingginya komitmen pemerintah provinsi dan Kabupaten dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Karangasem tidak terlepas dari visi pariwisata kabupaten ini dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem, yaitu: “Terwujudnya Kabupaten Karangasem sebagai Daerah tujuan Wisata Budaya” dengan misinya, antara lain: 1) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan pariwisata budaya secara terarah, terencana dan terpadu; 2) Meningkatkan pembangunan di bidang kepariwisataan yang berwawasan budaya dan lingkungan dengan falsafah Tri Hita Karana; dan 3) Menggali semua potensi pariwisata dan budaya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Selain tingginya pemerintah daerah, komitmen yang tinggi juga ditunjukkan pemerintah pusat dengan menerbitkan sejumlah arah kebijakan dan strategi pembangunan di desa, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Tujuan arah kebijakan pemerintah tersebut untuk

(16)

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa dengan mendorong pembangunan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Pada Tahun 2014 Kabupaten Karangasem menetapkan 20 desa wisata berdasarkan Sk Bupati Nomor 658/HK/2014, antara lain: 1) Pakraman Jasri di Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem; 2) Desa Budakeling di Kecamatan Bebandem; 3) Desa Timbrah di Perbekelan Pertima, Kecamatan Karangasem; 4) Desa Tumbu di Perbekelan Tumbu, Kecamatan Karangasem; 5) Desa Tenganan di Perbekelan Tenganan, Kecamatan Manggis; 6) Desa Antiga di Perbekelan Antiga, Kecamatan Manggis; 7) Desa Sibetan di Perbekelan Sibetan, Kecamatan Bebandem;

8) Desa Bugbug, di Perbekelan Bugbug, Kecamatan Karangasem; 9) Desa Besakih di Perbekelan Besakih, Kecamatan Rendang; 10) Desa Padang Bai di Perbekelan Padang Bai, Kecamatan Manggis; 11) Desa Nongan di Perbekelan Nongan, Rendang; 12) Desa Tanah Ampo di Perbekelan Ulakan, Kecamatan Manggis; 13) Desa Kastala di Perbekelan Kastala, Kecamatan Bebandem; 14) Desa Duda di perbekelan Duda, Kecamatan Selat; 15) Desa Pringsari di Perbekelan Pringsari, Kecamatan Selat; 16) Desa

(17)

Jungutan di Perbekelan Jungutan, Kecamatan Bebandem; 17) Desa Munti Gunung di Perbekelan Munti Gunung, Kecamatan Kubu; 18) Desa Sebudi di Perbekelan Sebudi, Kecamatan Selat; 19) Desa Selumbung di Perbekelan Selumbung, Kecamatan Manggis; dan 20) Desa Gegelang di Perbekelan Gegelang, Kecamatan Manggis. Namun demikian, penetapan desa wisata yang cukup banyak pada satu kabupaten, maka perlu dilakukan pemetaan potensi unggulan desa wisata tersebut, agar berkembangnya semua desa wisata yang ada bukan sebagai pesaing, namun mampu menunjang satu dengan lainnya.

Desa Selumbung merupakan salah satu desa wisata yang terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Desa ini memiliki potensi wisata yang tidak kalah menariknya dengan desa wisata yang lain di Bali.

Namun sebagai desa wisata yang relatif baru berkembang dan permasalahan klasik yang dimiliki oleh desa wisata di Bali adalah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), aksesibilitas, sarana pariwisata, serta pemasaran.

Keterbatasan SDM dalam hal manajemen desa wisata, pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan pelaku pariwisata lokal di desa maupun kesadaran masyarakat lokal sebagai tuan rumah (host) tentang pariwisata dan sadra wisata.

(18)

Keterbatasan aksesibilitas hampir dijumpai pada desa wisata di Bali. Daya tarik wisata yang luar biasa terdapat di desa, namun jika tidak didukung oleh akses yang memudahkan wisatawan menuju daya tarik wisata, tentu akan sulit berkembang. Aksesibilitas juga harus memperhatikan keselamatan wisatawan maupun pengunjung. Sarana pariwisata yang dikembangkan di desa hendaknya berbasis potensi lokal, menggunakan bahan baku lokal, kepemilikan oleh masyarakat lokal dan sesuai dengan budaya yang ada di masyarakat. Antisipasi keterbatasan dalam pemasaran dan pemanfaatan digital marketing juga perlu diatasi guna memberikan informasi dan menarik kunjungan wisatawan ke desa wisata.

Penetapan desa wisata tentu mengacu pada tujuan pemerintah pusat berupaya mengembangkan pariwisata berbasis pada potensi dan kemampuan masyarakat dalam mengelola kegiatan pariwisata; agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat; dan menghambat perpindahan penduduk desa ke kota. Desa wisata sendiri merupakan suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, dilihat dari segi kehidupan sosial dan budayanya, adat-istiadat kesehariannya, arsitektur bangunan

(19)

dan struktur tata ruang desa, serta mempunyai potensi untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, makanan minuman, cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya. Pada prinsipnya dalam pengembangan desa wisata yang dilakukan, hendaknya memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

1) Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa. Pengembangan fasilitas skala kecil dari segi permodalan lebih dapat dijangkau oleh masyarakat lokal, demikian juga pelayanan tersedia langsung disediakan di desa tersebut.

2) Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa dengan bekerjasama atau dimiliki oleh individu masyarakat desa.

3) Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi atraksi tersebut.

Penetapan desa wisata membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) dengan kepengurusan dan fungsi pada

(20)

umumnya sebagai berikut, yaitu sebagai penggerak kegiatan desa wisata dan kesadaran masyarakat desa yang memelukan dukungan, pedoman, kesepakatan, perencanaan, dan mempunyai rencana strategis berdasarkan visi misi kelompok tersebut. Pokdarwis juga dituntut memiliki pengetahuan yang mumpuni di bidang pariwisata yang mampu melihat peluang usaha untuk pemberdayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Selain itu, pokdarwis juga sebagai motivator dan penggerak, serta komunikator mampu menjembatani berbagai kepentingan yang ada di desa. Karena tugas awal yang berat dan sosial tersebut, maka penting bagi pokdarwis tetap menjaga semangat pantang mundur untuk membangun desanya.

Terlebih merubah pola pikir dan rasa memiliki yang tinggi, serta kesadaran dan kepedulian masyarakat lokal dengan pengembangan desa wisata di daerahnya.

Peningkatan dan pengembangan kesadaran masyarakat Desa Selumbung pada kegiatan pengabdian masyarakat, selain diberikan sosialisasi pengetahuan pariwisata dan diskusi terkait pengembangan desa wisata, juga dipaparkan mengenai sadar wisata. Harapannya tentu pokdarwis sebagai garda depan di desa, mampu menjadi motor penggerak dan memotivasi masyarakat lokal untuk

(21)

semakin meningkat kesadaran dan kepeduliannya terhadap lingkungan dan pariwisata. Sadar wisata adalah sebuah konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat / wilayah. Masyarakat sebagai host (tuan rumah), yaitu peran dan partisipasi masyarakat dalam menciptakan iklim yang kondusif (Sapta Pesona) yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat/ wilayah. Masyarakat sebagai guest (wisatawan), yaitu: peran masyarakat sebagai pelaku atau wisatawan untuk mengenali potensi kepariwisataan di daerahnya, sekaligus menggerakkan mata rantai kepariwisataan di suatu tempat / wilayah.

Pentingnya sadar wisata dalam mendukung pengembangan pariwisata pencapaian tujuan pembangunan pariwisata, memerlukan dukungan penciptaan iklim dan suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan, serta dukungan peran, partisipasi masyarakat, dan stakeholders’ terkait pengembangan pariwisata dengan cara mewujudkan SAPTA PESONA sebagai kearifan budaya masyarakat, disamping kearifan lokal lainnya di Bali, seperti Tri Hita Karana, Tat Twam Asi,

(22)

Tri Kaya Parisudha, dan lainnya. Tujuan peningkatan dan pembinaan sadar wisata dalam pengembangan pariwisata adalah untuk meningkatkan peran serta dan menggalang skap dan perilaku masyarakat untuk: 1) Menjadi tuan rumah yang baik dan wisatawan menjadi nyaman dalam berkunjung karena mereka merasa diterima; 2) Meningkatkan citra desa wisata, kualitas produk dan pelayanan kepada wisatawan;

dan 3) Menerapkan dan menjadikan budaya Sapta Pesona dalam kehidupan sehari-hari yang sebenarnya sudah dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat desa.

Unsur-unsur Sapta Pesona adalah aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. Adapun tujuan dan bentuk implementasinya adalah sebagai berikut:

1) Aman

Tujuannya menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan pariwisata.

Bentuk implementasinya adalah menciptakan suasana nyaman penuh kekeluargaan, sehingga wisatawan merasa seperti dirumahnya sendiri, membantu memberikan informasi yang benar, menjaga keamanan lingkungan sekitar, menjaga lingkungan bebas penyakit menular, meminimalkan resiko

(23)

kecelakaan menggunakan fasilitas umum, dan mematuhi peraturan yang berlaku.

2) Tertib

Tujuannya untuk menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan pariwisata dan mampu memberikan layanan yang teratur dan efektif bagi wisatawan. Bentuk implementasinya adalah mewujudkan budaya antri, mentaati peraturan yang berlaku, disiplin dan tepat waktu dalam memberikan layanan produk pariwisata, teratur, dan rapi.

3) Bersih

Tujuan bersih adalah menciptakan lingkungan yang bersih pada tempat berlangsungnya kegiatan pariwisata, mampu memberikan dan menyajikan produk pariwisata higienis dan sanitasi yang baik.

Bentuk implementasinya adalah memberikan tauladan tidak membuang sampah/limbah sembarangan, menyediakan tempat sampah yang cukup dan terpilah, tidak membakar sampah, mengolah dan mendaur ulang sampah/limbah, menjaga dan menempatkan tanda turut menjaga kebersihan lingkungan, meminimalkan sampah plastik sekali pakai, menggunakan bahan alam dan

(24)

potensi lokal setempat, menjaga kebersihan badan dan pakaian pelaku pariwisata di desa.

4) Sejuk

Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan pariwisata, mampu menghadirkan suasana nyaman bagi wisatawan, sehingga meningkatkan lama kunjungan dan tinggal. Bentuk implementasinya adalah melakukan penanaman pohon dan bermanfaat bagi aktifitas sosial budaya masyarakat (contohnya penanaman pohon kelapa daksina, selain dapat dimanfaatkan masyarakat lokal untuk membuat banten upacara, juga dapat disajikan dalam bentuk welcome drink bagi wisatawan; penanaman buah dan bunga potensi lokal, penanaman pohon yang berpotensi untuk anyaman maupun souvenir lokal), menata dan melakukan penanaman pohon disekitar jalur trekking, menjaga kondisi sejuk dalam area umum.

5) Indah

Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan pariwisata yang mampu menciptakan kesan yang mendalam bagi

(25)

wisatawan dan mendorong wisatawan mengabadikan dalam bentuk foto, gambar, video, tulisan, dan imaginasi lainnya yang dapat dibagikan pada berbagai media sosial dan media digital lainnya. Hal tersebut juga dapat membantu promosi produk wisata secara efektif dan efisien.

6) Ramah

Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan pariwisata yang mampu menyajikan suasana yang akrab dan bersahabat, sehingga wisatawan merasa diterima, penuh kekeluargaan, dan merasa dirumah sendiri. Hal ini dapat menciptakan kesan yang mendalam bagi wisatawan dan mendorong wisatawan melakukan kunjungan ulang. Bentuk implementasinya adalah menjadi tuan rumah yang baik, memberikan informasi dan bantuan dengan tulus, memberikan pelayanan, keramah-tamahan dan senyum yang tulus, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang terpuji.

7) Kenangan

Bertujuan untuk menciptakan kenangan yang baik dan berkesan bagi wisatawan selama melakukan kunjungan dan perjalanan wisata. Kenangan ini

(26)

merupakan akumulasi dari semua pelayanan dan produk yang dinikmati oleh wisatawan terkait siklus perjalanan wisata yang dilakukannya. Kenangan dapat berbentuk tidak berwujud (memori) maupun berwujud (souvenir, aksesoris) yang keduanya saling melengkapi. Kenangan dan ingatan yang baik terhadap suatu destinasi maupun produk pariwisata yang ada pada suatu destinasi mampu meningkatkan positioning serta membangun dan memperkuat brand suatu destinasi / daya tarik wisata. Bentuk implementasinya adalah menggali potensi wisata lokal yang unik sarat akan kearifan lokal masyarakatnya, tidak meniru produk lain, menyajikan dan menata kuliner khas masyarakat lokal, menyediakan cinderamata khas dan unik daerah setempat serta memiliki nilai fungsi dalam keseharian wisatawan.

(27)

BAB 3

PENGKEMASAN PAKET WISATA DESA WISATA SELUMBUNG, KECAMATAN MANGGIS,

KABUPATEN KARANGASEM

Desa Wisata menawarkan akomodasi (rumah penduduk dijadikan fasilitas sejenis “home stay”), meningkatkan fasilitas hygiene dan sanitasi. Mengenai makan dan minum dilayani oleh penduduk sendiri, baik secara unit keluarga maupun secara kolektif dengan aksentasi makanan setempat.

Di samping itu, atraksi yang ditawarkan berupa perjalanan melihat suasana keseharian, pengolahan sawah/ladang/

pekerjaan kesenian rakyat di desa serta pembuatan cinderamata (kerajinan penduduk setempat yang unik dengan mengunakan bahan-bahan setempat). Sedangkan, untuk segmen pasar desa wisata ini adalah wisatawan dan kalangan terpelajar yang menghargai budaya dan segala suasananya.

Potensi besar tanpa didukung oleh pengelolaan yang baik dengan SDM yang kurang memadai, apalagi menekankan pengembangan desa wisata yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan, maka akan menjadi sangat penting sebuah badan yang jelas yang dibentuk dari masyarakat untuk mengelola desa wisata.

(28)

Di balik potensi yang besar tentunya memerlukan sebuah penanganan dan pengkemasan yang khusus untuk dapat dipromosikan dan dijual kepada wisatawan, sehingga akan berdampak positif terhadap masyarakat. Pengkemasan dan pengelolaan potensi Desa Wisata Selumbung masih dijumpai beberapa kendala/permasalahan, seperti: (1) perlunya dimantapkan peran dan fungsi Badan Pengelola Desa Wisata dan Pokdarwis untuk menggali, mengkemas, mengelola, serta memasarkan potensi Desa Wisata Selumbung; (2) perlu dilatih dan ditingkatkan kemampuan SDM masyarakat untuk menjadi pelaku utama dalam pengkemasan dan pengelolaan Desa Wisata Selumbung; (3) perlu digali potensi-potensi wisata yang asli dan unik Desa Selumbung untuk dapat disuguhkan kepada wisatawan sebagai daya tarik wisata lokal, seperti: potensi alam, potensi budaya, potensi kuliner, dan potensi spiritual; dan (4) partisipasi masyarakat Desa Selumbung dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup demi terwujudnya pariwisata yang berkelanjutan, tidak hanya meliputi partisipasi para individu, akan tetapi meliputi pula partisipasi kelompok dan organisasi dalam masyarakat.

(29)

II. Syarat Potensi Wisata Desa Wisata

Untuk dapat mengembangkan desa wisata secara optimal, maka diperlukan beberapa syarat yang harus dikedepankan dalam memunculkan daya tarik dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kesan dan keinginan wisatawan untuk mengunjungi sebuah desa wisata, tidak terkecuali dengan Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Sejak tahun 2014 Desa Selumbung sudah ditetapkan sebagai desa wisata di Kabupaten Karangasem, akan tetapi perkembangannya belum secara optimal.

Ada beberapa syarat sebuah desa untuk dapat mengembangkan potensi wisatanya melalui desa wisata, yaitu:

2.1. Keaslian

Desa Selumbung merupakan desa yang masih alami dan masih hijau, di mana masyarakatnya masih mempertahankan pertanian dan perkebunan, dengan tetap menjalankan kehidupan sosial-budaya secara damai dan mengalir. Untuk dapat mengembangkan Desa Wisata Selumbung diperlukan keaslian dari kehidupan sosial-budaya dan seluruh potensi Desa Selumbung yang merupakan aktivitas keseharian masyarakat yang dilaksanakan secara rutin yang dapat dikemas menjadi daya tarik wisata Desa Wisata Selumbung.

(30)

2.2. Keunikan

Selain keaslian yang diperlukan dalam meningkatkan Daya Tarik Wisata Desa Selumbung juga diperlukan keunikan yang dimiliki oleh Desa Selumbung sebagai daya tarik utama. Dari hasil pengabdian kepada masyarakat di Desa Selumbung ditemukan ada keunikan yang dapat dijadikan daya tarik wisata utama di Desa Selumbung, yaitu:

keberadaan Air Terjun Yeh Labuh, di mana air terjun tersebut bertingkat dan masih dikelilingi oleh rerimbunan pohon- pohon yang masih terjaga kealamiannya. Air Terjun Yeh Labuh dipadukan dengan Daya Tarik Spiritual, yaitu:

dipadukan dengan adanya tempat untuk “Melukat” di alur aliran air dari Air Terjun Yeh Labuh tentunya akan dapat menjadi daya tarik yang kuat. Di samping sebagai daya tarik wisata, keberadaan Air Terjun Yeh Labuh juga dapat menjadi sumber kebutuhan air untuk masyarakat Desa Selumbung dan tetap dapat menjaga sakralitas dan aura spiritual di Desa Selumbung.

2.3. Kemudahan

Kemudahan untuk dapat menjangkau Desa Selumbung sudah sangat baik karena sudah dihubungkan dengan jalan beraspal yang bisa dilalui oleh kendaraan roda empat bahkan bus. Bahkan kalau kita search di internet juga sudah banyak

(31)

slot-slot yang menjelaskan tentang potensi wisata Desa Selumbung, khususnya berkaitan dengan desa wisatanya. Hal ini, dapat menjadi point positif untuk pengembangan Desa Wisata Selumbung ke depannya.

2.4. Fasilitas

Dilihat secara umum, fasilitas untuk mendukung pengembangan Desa Wisata Selumbung belum begitu optimal, sebagai contoh petunjuk arah yang pasti untuk menuju Desa Selumbung tidak ditemukan dan juga tanda yang menunjukkan bahwa Desa Selumbung merupakan desa wisata juga tidak ada. Di samping itu, dari segi pengkemasan paket/produk wisata dan pengelolaan juga belum begitu optimal, sehingga ikutannya adalah belum memadainya fasilitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan Desa Wisata Selumbung. Kedepannya masih perlu banyak pendampingan terhadap masyarakat berkaitan dengan hal tersebut, sehingga ada program-program yang jelas yang dapat disertai dengan penyediaan fasilitas yang mendukung program-program tersebut.

2.5. Keramahan

Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Desa Selumbung, secara langsung kami berinteraksi dengan masyarakat Desa Selumbung. Kesan

(32)

yang kami dapatkan adalah bahwa masyarakat Desa Selumbung di dalam berinteraksi dengan orang luar masih sangat ramah dan hal ini tentunya menjadi modal dan kesan positif yang sudah melekat dengan Orang Bali pada umumnya, tentunya hal ini harus dipertahankan karena faktor keramahan ini menjadi faktor yang penting dalam industri pariwisata apalagi keramahan ini merupakan hal yang wajib di dalam pengembangan desa wisata, yaitu: terlihat dari Sapta Pesona yang merupakan salah satu syarat dari desa wisata.

2.6. Keamanan

Sama halnya dengan keramahan, keamanan juga menjadi modal dan kesan positif yang harus tetap dipertahankan dan dijaga untuk mengembangkan desa wisata di Desa Selumbung. Secara umum, dapat dilihat bahwa di Desa Selumbung faktor keamanan masih sangat baik, sehingga semua komponen masyarakat harus tetap menjaga hal ini karena keamanan bukan hanya untuk kepentingan wisatawan saja, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat Desa Selumbung secara umum. Keamanan juga merupakan salah satu bagian dari Sapta Pesona.

(33)

III. Kompetensi Sumber Daya Manusia Dalam Pengelolaan Desa Wisata

Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam pengembangan dan pengelolaan desa wisata.

Kemampuan Sumber Daya Manusia yang baik dan loyal terhadap pengembangan desa wisata tentunya akan memudahkan dalam mengembangkan desa wisata yang mengedepankan potensi Sumber Daya Manusia lokal, yang tentunya adalah masyarakat Desa Selumbung sendiri yang sangat paham dengan seluk-beluk potensi yang dimilikinya, sehingga secara psikologis akan lebih mudah untuk mengembangkan Desa Wisata Selumbung, khususnya dalam pengkemasan paket wisata sebagai daya tarik wisata Desa Wisata Selumbung.

Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki masyarakat sebagai Sumber Daya Manusia lokal Desa Wisata Selumbung, yaitu:

3.1. Knowledge

Untuk mengkemas dan mengembangkan Desa Wisata Selumbung diperlukan kualitas Sumber Daya Manusia yang baik karena mengembangkan kepariwisataan desa diperlukan juga program-program yang baik dan terukur, sehingga setidaknya diperlukan pengetahuan yang memadai dari

(34)

masyarakat Desa Selumbung. Karena dalam diskusi dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) juga disampaikan bahwa kelemahan dari pengkemasan dan pengembangan Desa Wisata Selumbung adalah kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia di Desa Selumbung, khususnya di Bidang Pariwisata. Untuk itu, pengetahuan menjadi point yang harus mendapat perhatian yang lebih dan serius.

3.2. Skill

Dari pengetahuan pariwisata yang harus dikuasai oleh masyarakat juga diperlukan keterampilan yang baik untuk dapat mengkemas dan mengembangkan Daya Tarik Wisata Desa Selumbung, hal ini dikarenakan masyarakat wajib untuk melakukan aktivitas service kepada wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Selumbung, di mana keterampilan di dalam melakukan pelayanan sangat membantu untuk mengembangkan Desa Wisata Selumbung.

Seperti misalnya: keterampilan dalam memandu wisatawan yang melakukan aktivitas treking di Desa Wisata Selumbung, keterampilan untuk menyiapkan menu lokal Desa Wisata Selumbung, dan keterampilan untuk menyiapkan penginapan lokal (homestay) untuk wisatawan yang menginap.

(35)

3.3. Attitude

Selain pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat Desa Selumbung, yang perlu dikedepankan lagi dan merupakan jati diri dari masyarakat di desa adalah sikap yang baik dan sikap menerima orang lain atau yang dikenal di Bali dikenal istilah “menyama braya”. Hal ini, sangat diperlukan dalam pengembangan Desa Wisata Desa Selumbung agar menjadi identitas yang baik dan positif yang tidak dilupakan oleh wisatawan yang berkunjung. Dengan demikian, budaya-budaya lokal, kebiasaan-kebiasaan lokal dari masyarakat yang positif yang sudah diajarkan secara turun-temurun oleh tetua-tetua kita agar tetap dipertahankan dan dipraktekkan agar dapat tetap menjadi ciri khas dan identitas yang positif dari masyarakat Desa Selumbung pada khususnya dan Orang Bali pada umumnya.

IV. Tujuan Pengembangan Desa Wisata 4.1. Berkualitas

Perkembangan pariwisata yang diharapkan adalah perkembangan pariwisata yang berkualitas, sehingga wisatawan yang datang adalah wisatawan yang berkualitas, Sumber Daya Manusia di desa wisata harus berkualitas, paket/produk wisata yang ditawarkan juga harus berkualitas,

(36)

dan tentunya yang paling penting adalah kualitas lingkungan, sosial-budaya masyarakat tetap berkualitas, serta pendapatan dari perkembangan pariwisata tentunya berkualitas pula. Hal inilah, yang menjadi tantangan kita bersama karena biasanya perkembangan pariwisata dilaksanakan secara asala-asalan tanpa memperhatikan dampak-dampak yang akan ditimbulkan dan tidak menakar kira-kira seberapa perbandingan antara dampak positif dengan dampak negatifnya. Hal inilah, yang kemudian menjadi konsen kami dari Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana untuk menekankan aspek-aspek bekualitas dalam pengkemasan dan pengelolaan Desa Wisata Selumbung yang tujuannya adalah untuk mendukung pariwisata kerakyatan berkelanjutan.

4.2. Berkelanjutan

Setelah kita bisa mengedepankan perkembangan Desa Wisata Selumbung yang berkualitas, target selanjutnya pasti akan menuju perkembangan desa wisata yang berkelanjutan, di mana pengkemasan dan pengelolaan Desa Wisata Selumbung yang sekarang bukan hanya untuk sekarang saja tentunya akan ada untuk generasi-generasi selanjutnya.

Perkembangan yang sekarang adalah sebagai modal dasar

(37)

untuk perkembangan selanjutnya, di mana di dalamnya tetap ada monitoring dan evaluasi secara menyeluruh, sehingga sepatutnya seluruh masyarakat di Desa Selumbung agar terlibat dan menjadi tokoh sentral dalam menjaga keberlanjutan perkembangan kepariwisataan di Desa Wisata Selumbung.

4.3. Berkeseimbangan

Di Bali kita menganut Konsep Tri Hita Karana, di mana konsep ini adalah menjadi landasan dasar kehidupan masyarakat Bali karena konsep ini adalah konsep keseimbangan yang hakiki yang sudah dari turun-temurun dilaksanakan untuk menjaga eksistensi dan keajegan dari Pulau Bali yang kita cintai. Dalam pengembangan Desa Wisata Selumbung juga perlu dan harus diperhatikan berkaitan dengan keseimbangan ini, sehingga perkembangannya akan dilandasi oleh spirit untuk tetap menjaga dan tetap melindungi serta tetap menjadikan Desa Selumbung tempat hidup dan kehidupan yang nyaman untuk seluruh masyarakat Desa Selumbung. Masyarakat Desa Selumbung dalam menjaga keberlanjutan desanya, tentunya akan melaksanakan aktivitas keseharian secara alamiah sesuai dengan Konsep Tri Hita Karana tersebut, seperti: tetap

(38)

melakukan aktivitas spiritual, tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban secara sosial-budaya, dan tetap menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan di Desa Selumbung. Dengan demikian, masyarakat Desa Selumbung dengan menjadi desa wisata akan dapat mendapatkan banyak manfaat positif.

V. Tahapan-Tahapan Pengkemasan Desa Wisata 5.1. Identifikasi dan Inventarisasi Potensi

Untuk dapat mengkemas Daya Tarik Wisata Desa Wisata Selumbung secara baik, maka sebelumnya diperlukan identifikasi dan inventarisasi potensi wisata Desa Selumbung, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui secara umum potensi-potensi yang dimiliki Desa Selumbung.

Dari sini, kemudian baru dibuat produk atau paket wisata yang dapat disajikan dan dijual kepada wisatawan, dengan melibatkan seluruh masyarakat yang ada di 6 banjar dinas di Desa Selumbung, di mana potensi-potensi wisata yang ada tentunya tersebar di seluruh banjar yang ada. Hal ini, juga dimaksudkan untuk dapat memberikan pemerataan kesempatan kepada semua banjar untuk menggali potensi wisatanya dan memberikan kesempatan kepada masyarakat

(39)

yang menjadi pengelola langsung daya tarik yang ada di Desa Selumbung.

5.2. Pelatihan dan Pendampingan

Dalam proses pembuatan atau pengkemasan paket/produk wisata Desa Wisata Selumbung diperlukan kerjasama dengan beberapa stakeholders, diantaranya adalah dengan Perguruan Tinggi, sehingga masyarakat di Desa Selumbung akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari hasil kerjasama tersebut karena proses yang dilakukan khususnya dari Perguruan Tinggi adalah sistem pendampingan, sehingga masyarakat yang sama sekali tidak paham dan tidak mengetahui bagaimana mengkemas dan mengembangkan daya tarik wisata secara langsung melalui proses pendampingan akan secara perlahan dan bertahap dapat memahami secara utuh proses pengkemasan yang diharapkan dan sekaligus secara langsung merencanakan dan membuat paket wisata serta selanjutnya mengelolaa paket wisata yang sudah dibuat. Hal inilah, yang menjadi tujuan dari pengabdian kepada masyarakat tersebut.

(40)

5.3. Pelaksanaan Kegiatan (Pelibatan Masyarakat dan Kelompok Masyarakat)

Dalam praktek pembuatan dan pengkemasan paket wisata Desa Wisata Selumbung, masyarakat harus dilibatkan karena masyarakat yang sangat paham dan sangat mengetahui potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Wisata Selumbung. Dengan dilibatkannya masyarakat dan kelompok masyarakat tentunya akan dapat mengangkat kualitas Sumber Daya Manusia masyarakat dan akan mengangkat nama Desa Selumbung sendiri karena seluruh masyarakat mempunyai peran dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepariwisataan di Desa Selumbung. Hal ini, juga diharapkan agar dampak-dampak yang ditimbulkan, khususnya dampak negatif dapat diminimalisir bahkan kalau perlu ditiadakan dampak negatifnya. Tentu hal ini, tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat dan dapat memberikan manfaat positif kepada masyarakat sebesar- besarnya.

5.4. Diadakan Pengimbasan Berkaitan Kegiatan Pembuatan Produk/Paket Wisata

Pembuatan paket wisata dan pengkemasan paket wisata Desa Wisata Selumbung dibedakan menjadi paket wisata

(41)

unggulan dan paket wisata pendukung, sehingga banyak pilihan yang dapat dipasarkan untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Selumbung. Diharapkan nanti setelah diadakan pengkemasan paket wisata akan lebih membuka kreativitas dan ide-ide cerdas dari masyarakat untuk dapat menciptakan dan mengkemas paket atau produk wisata baru yang tentunya akan menambah variasi dan alternatif pilihan kepada wisatawan yang bekunjung. Di samping itu, tentunya akan ada interaksi dengan seluruh masyarakat di Desa Selumbung sekaligus untuk mengadakan pengimbasan-pengimbasan dari daya tarik yang dikemas, sehingga ikutan atau dampak dari perkembangan Desa Wisata Selumbung dapat mengkemas ke seluruh masyarakat.

5.5. Pemasaran Produk Desa Wisata

Seluruh potensi Desa Wisata Selumbung yang dijadikan daya tarik desa wisata pada akhirnya harus dilakukan kegiatan pemasaran produk untuk dapat dikenal dan mendatangkan wisatawan ke Desa Wisata Selumbung, di mana proses ini merupakan proses untuk mendekatkan produk wisata Desa Selumbung kepada wisatawan. Hasil yang didapatkan dari kegiatan pemasaran ini tergantung dari strategi yang diterapkan untuk memasarkannya. Tujuannya

(42)

sudah tentu adalah untuk dapat mendatangkan wisatawan, tetapi kenyataannya tidak seperti itu karena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasaran produk, yaitu: 1) pasar yang akan dituju atau yang akan disasar; 2) kemitraan dengan stakeholders terkait; 3) branding atau image yang melekat pada Desa Wisata Selumbung; dan 4) promosi yang dilakukan dan media yang digunakan serta efektivitasnya.

Untuk kegiatan pemasaran Desa Wisata Selumbung melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana diberikan masukan, yaitu: dengan mengefektifkan media promosi secara online karena jangkauan dari promosi online ini lebih luas dan bisa dibuat dalam bentuk kreasi yang sangat menarik dan berbagai inovasi-inovasii untuk dapat mempengaruhi wisatawan agar penasaran untuk mencba dan datang secara langsung ke Desa Wisata Selumbung.

5.6. Keberlanjutan, Monitoring, dan Evaluasi

Pengembangan Desa Wisata Selumbung diarahkan untuk tetap berkelanjutan dan berkesinambungan karena aktivitas keseharian masyarakat juga pasti tetap berjalan, sehingga Daya Tarik Wisata Desa Selumbung tentunya akan tetap ada seiring berjalannya keseharian masyarakat Desa Selumbung sendiri. Dengan pengelolaan yang profesional,

(43)

Desa Wisata Selumbung akan tetap eksis dan ke depannya akan diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya bahwa perkembangan Desa Wisata Selumbung memberikan dampak yang positif, baik secara ekonomi, secara sosial- budaya, secara konservasi alam, dan secara spiritual. Hal inilah, point penting dan utama dalam pengembangan Desa Wisata Selumbung. Monitoring dan evaluasi juga akan secara langsung dapat dilakukan oleh masyarakat Desa Selumbung karana perkembangan dan pengelolaan Desa Wisata Selumbung dilaksanakan oleh masyarakat, untuk kepentingan masyarakat, dan diawasi langsung oleh masyarakat. Tentunya masyarakat Desa Selumbung menginginkan bahwa desanya tetap lestari dan tetap menjadi tempat yang nyaman untuk hidup dalam kehidupan ini dengan berbagai macam aktivitas keseharian di dalamnya.

(44)

BAB 4

PELAYANAN KESEHATAN HEWAN PADA SAPI BALI DALAM USAHA PENINGKATAN

SWASEMBADA DAGING

Pendahuluan

Sapi bali adalah jenis sapi yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemampuan tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi bali. Populasi sapi bali yang meningkat akan membantu mensukseskan program pemerintah untuk swasembada daging tahun 2014 (Ni’am et al., 2012).

Sapi bali mempunyai sifat-sifat subur, cepat beranak (cicih), mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dapat hidup di lahan kritis, dan mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan. Selain unggul sapi bali mempunyai harga yang stabil dan bahkan setiap tahunnya harganya cenderung meningkat (Batan, 2002). Sebagai ternak penghasil daging, sapi bali mampu hidup dalam situasi pakan yang kualitasnya rendah, tahan terhadap cuaca panas dan memiliki sifat produksi dan reproduksi yang cukup baik. Gejala birahi mudah diketahui, memiliki tingkat kesuburan yang tinggi pada pemeliharaan dalam jumlah sedikit seperti yang terjadi di Bali, persentase karkasnya dan pada pemeliharaan intensif

(45)

di feedlot responnya cukup baik. Bila dibandingkan dengan sapi lokal Indonesia yang lain, sapi bali memiliki karkas yang kompak dan persentasenya lebih tinggi. Menurut pusat kajian sapi bali universitas udayana (2012) yang dikutip dari Barker (1975) menunjukkan sapi bali memiliki persentase karkas rata-rata 56,9% yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan sapi Madura dengan persentase karkas 47,9% dan sapi Ongole hanya 44,9%.

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi bali, seperti faktor genetik, faktor lingkungan dan pakan.

Faktor lingkungan bersifat tidak baku dan tidak dapat diwariskan kepada keturunannya. Faktor lingkungan tergantung pada kapan dan dimana individu itu berada.

Faktor genetik bersifat baku dan genetik sudah ada sejak terjadinya pembuahan. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sapi bali karena jika lingkungannya sehat sapi bali tersebut akan tahan terhadap penyakit dan pertumbuhannya tidak terganggu. Faktor genetik juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sapi bali, untuk mendapatkan bibit sapi bali yang baik tentu saja harus berasal dari induk yang baik dan unggul. Faktor yang juga sangat mempengaruhi pertumbuhan sapi bali yaitu faktor pakan, terutama kualitas dan kuantitas pakan tersebut

(46)

harus diperhatikan. Namun, perlu disadari bahwa pemberian pakan yang cukup dan memenuhi syarat ini tidak akan dapat mengubah sifat genetik sapi (Batan, 2002). Sapi Bali sudah dipelihara secara turun menurun oleh masyarakat petani Bali sejak zaman dahulu. Petani memeliharanya untuk membajak sawah dan tegalan, untuk menghasilkan pupuk kandang yang berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian.

Sapi Bali juga dapat dijadikan sumber pendapatan dengan mengembangbiakan ternak sapinya.

Namun, Peternak sapi bali di desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem baik itu kelompok ternak maupun peternak individu masih banyak mengalami kendala dalam mengembangkan ternak sapi bali.

Kendala yang dihadapi antara lain dari aspek penyakit disamping karena managemen yang masih kurang memadai.

Masyarakat belum begitu menguasai masalah kesehatan dan pengetahuan tentang beternak sapi yang baik sehingga terjadi penurunan produksi yang tentunya dapat mengakibatkan terjadinya kerugian ekonomi yang cukup besar. Usaha-usaha untuk menjaga kesehatan hewan ternak sangat diperlukan dan bahkan merupakan suatu keharusan karena dapat meningkatkan perekonomian rakyat. Usaha menjaga kesehatan hewan ternak secara terpadu dapat dilakukan

(47)

dengan menerapkan manajemen kesehatan kelompok ternak (Subronto, 2007).

Tujuan

Memberikan informasi tentang kesehatan hewan ternak terutama sapi bali, manajemen pemeliharaan ternak serta penanggulangan penyakit pada hewan ternak sehingga dapat meningkatkan dan menekan angka kerugian ekonomi peternak sapi Bali di desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

Manfaat

Dengan dilakukan pelayanan kesehatan hewan berupa pengobatan pada ternak sapi yang sakit dan sosialisasi tentang manajemen pemeliharaan ternak diharapkan terjadinya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan cara pemeliharaan ternak serta terjadinya peningkatan produksi dan kualitas sapi secara optimal sehingga dapat meningkatkan penghasilan/ pendapatan peternak.

(48)

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh peternak di Desa Selumbung, Karangasem yaitu masalah kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan manajemen sapi bali sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi, maka dilakukan pelayanan kesehatan hewan sekaligus diskusi tentang manajemen kesehatan kelompok ternak sapi bali di Desa Selumbung, kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Kegiatan pengabdian dilakukan pada Hari jumat tanggal 30 Nopember 2018. Jumlah hewan sapi yang dilayani pada pelaksanaan ini sebanyak 28 ekor sapi. Pelayanan kesehatan hewan ternak berupa pemberian vitamin (28 ekor), obat cacing (8 ekor), spraying butox (28 ekor), antibiotika (1 ekor) bagi hewan yang mengalami luka serta pemberian injeksi vetadril dan ivermectin (1 ekor) bagi hewan yang mengalami gatal-gatal pada kulit.

(49)

Diskusi antara peternak dan dokter hewan

Pemberian injeksi vitamin B kompleks pada salah satu ternak

Pemberian vitamin pada hewan ternak sangat penting mengingat kesehatan dan kelangsungan hidup ternak bahkan pada kebanyakan mahluk hidup tidak lepas dari keberadaan vitamin di dalam tubuh. Beberapa fungsi vitamin pada ternak antara lain vitamin berperan untuk mempertahankan serta meningkatkan kekuatan tubuh serta berperan untuk meningkatkan kesehatan ternak terutama saat berproduksi.

Vitamin yang diberikan pada pelayanan kesehatan ini yaitu vitamin B Kompleks. Selain pemberian vitamin, hewan juga diberikan obat cacing pipedon. Pipedone merupakan jenis obat yang setiap tabletnya mengandung piperazine citrate.

Penggunaannya adalah dengan cara dilarutkan pada air minum atau pada ransum yang akan diberikan dan dosisnya

(50)

disesuaikan dengan berat badan sapi. Tujuan dari pemberian obat cacing ini adalah untuk membasmi infestasi cacing ascaris, oesophagustomum yang terdapat dalam saluran cerna. Pemberian spraying butox dilakukan untuk membasmi ektoparasit seperti kutu atau lalat yang menghinggapi tubuh sapi. Butox merupakan insektisida dengan kandungan zat aktifnya adalah Deltametrin. Konsentrasi yang digunakan adalah 1 permil, diperoleh dengan mengencerkan 1 ml butox ke dalam 1 liter air kemudian disemprotkan ke seluruh tubuh sapi. Seperti yang kita ketahui bahwa gigitan kutu yang terdapat pada tubuh sapi dapat menyebabkan terjadinya gatal-gatal dan luka. Lalat yang menghinggapi tubuh sapi akan memperparah luka yg disebabkan oleh kutu tersebut dan dapat menyebabkan terjadinya miasis atau adanya belatung pada daerah luka. Miasis adalah infeksi larva lalat ke dalam suatu jaringan hidup hewan berdarah panas (Wardhana, 2006).

(51)

BAB 5

PEMBIBITAN PISANG BEBAS PENYAKIT DALAM USAHA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMN

PISANG

Pendahuluan

Pisang sebagai salah satu komuditi hortikultura mempunyai ikatan yang sangat kuat dengan sejarah kehidupan manusia. Ahli sejarah dan botani menyatakan bahwa tanaman pisang berasal dari Asia Tenggara dan Indonesia termasuk salah satu negara asal tanaman pisang.

Saat ini, tanaman pisang telah menyebar di seluruh dunia yang meliputi daerah tropik dan sub-tropik (Sugito. 1997)

Di Bali saat ini pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi sebab selain untuk dikonsumsi sebagai pangan juga besar peranannya dalam acara upacara keagaman atau adat Bali.

Permintaan pisang di Bali saat ini terus meningkat terutama saat hari-hari upacara keagamaan. Perlu diusahakan untuk meningkatkan minat para petani di pedesaan untuk lebih intensif membudidayakan tanaman pisang, baik sebagai tanaman sela maupun secara monokultur (Sudana et al, 2000). Pada saat upacara keagamaan di Bali, kebutuhan

(52)

pisang sangat tinggi terutama untuk pisang, raja, kayu, pisang sari dan pisang mas. Budidaya pisang lokal Bali perlu mendapat perhatian secara serius dalam bentuk Agribisnis untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, mulai dari pemilihan bibit, penyiapan lahan (lubang tanam), pemupukan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit sampai pada panen dan penanganan pasca panen.. Kenyatan sampai saat ini menunjukkan bahwa pisang ditanam begitu saja tanpa perawatan yang memadai, kadang-kadang dipetik sewaktu masih muda karena takut kecurian atau kebutuhan pasar meningkat, hal ini menyebabkan pisang peka terhadap penyakit dan produksinya sangat rendah (Sudana, et al, 1999)

Mengembangkan Usaha Budidaya Pisang Kayu, Pisang Raja, Pisang Sari Dalam Bentuk Agribisnis

Dalam kegiatan budidaya tanaman pisang Kayu ada 4 hal penting yang harus dilakukan yaitu;

1. Pembibitan,

2. Pengolahan lahan hingga siap tanam, 3. Penanaman bibit,

4. Pemupukan,

5. Pengendalian hama dan penyakit, 6. Panen dan pasca panen.

(53)

1. Pembibitan Pisang

Tanaman pisang dapat diperbanyak dengan tiga cara yaitu :

a. Perbanyakan dengan penyapihan anakan b. Perbanyakan dengan mata tunas yang diambil dari

bonggol Pisang.

c. Perbanyakan dengan kultur jaringan a. Bibit didapatkan dengan Penyapihan anakan

Untuk usaha budidaya tanaman pisang dalam areal luas, bibit yang diperoleh dari penyapihan anakan kurang baik karena (Suhardiman, . 1997):

1. Sulit mendapat bibit dalam jumlah banyak 2. Bibit terbaik biasanya anakan setinggi 1-1,5 m dengan 3-4 daun sudah terbuka ,

ini sulit didapat

3. Pada saat dipisahkan dari induk dan ditanam di lapangan bibit perlu beradaptasi

dalam waktu cukup lama sehingga masa berbuahnya lama

(54)

Bibit dari anakan yang baik Bibit dari anakan yang jelek

b. Perbanyakan bibit dengan mata tunas yang diambil dari bonggol Pisang

Ada beberapa keuntungan pembibitan pisang dari bonggol dibandingkan dengan perbanyakan dengan anakan yaitu :

1. Dapat diperoleh bibit yang relatif seragam dalam jumlah banyak

2. Bibit dari bonggol tinggi dan umurnya sama dan memiliki daya produksi yang lebih tinggi dan masa berbuahnya lebih pendek dibandingkan dari yang berasal dari penyapihan anakan.pisang

Untuk pelaksanaan kegiatan budidaya tanaman pisang lokal Bali seharusnya memakai bibit yang berasal dari tunas bongkol pisang, karena dengan pimisahan anakan, tidak akan

(55)

mendapatkan bibit yang seragam umurnya dalam jumlah banyak, sedangkan jika memakai bibibit kulturjaringan, petani harrus mempunyai Laboratorium kultur jaringan.

Kriteria untuk mendapatkan bibit yang baik dari bonggol pisang adalah sebagai berikut :

a. Bonggol dipilih dari rumpun tanaman yang sehat.

b. Bonggol dipilih dari tanaman pisang yang sudah berumur 6-8 bulan dan belum

berbunga.

c. Bonggol tersebut tidak sakit, kalau dibelah bonggolnya akan berwarna putih.

Jangan mengambil bibit pisang dari rumpun yang mempunyai gejala penyakit seperti diatas ini (Hanafi, M.

2011; Ihsan I, 2018)

(56)

Bibit dari Bongkol Pisang Sehat

Bongkol batang pisang yang berumur 6-8 bulan dari rumpun sehat di cabut, kemudian bongkol dibelah sesuai dengan jumlah mata tunas yang ada, kalau mata tunas tidak tampak dapat di belah saja menjadi ( 6-8 belahan).

Jika pada bekas belahan tampak daging bongkol berwarna putih berarti bongkol tersebut sehat. Belahan itu direndam dalam larutan pestisida Ridomil (2.5 g/l air) mengandung ZPT Atonik 1.5 g/l air) selama 1 jam dan ditiriskan.

Selanjutnya potongan bongkol tersebut di tanam dalam polybag ukuran 3 kg yang berisi media tanah 2 kg, kompos 1 kg yang telah diaduk rata. Selanjutnya bibit diletakan ditempat teduh hingga bertunas,.

Setelah bertunas bibit diberikan pupuk NPK sebanyak 1 sendok makan di sekitar bonkol dan bibit diletakan kembali ditempat yang cukup sinar hingga umur 2 bulan (berdaun 2-3) dan siap untuk ditanam di lapangan.

(57)

Bibit Pisang Umur 3 Bulan

(58)

Penanaman Bibit di Lapangan

Lahan yang akan ditanami pisang dibersihkan dari rerumputan atau gulma lainnya. Jika lahan sering tergenang saat hujan, hendaknya dibuatkan guludan – guludan yang cukup tinggi sehingga jika musim hujan akar tidak terendam air. Persiapan lubang tanam dilakukan satu minggu sebelum tanam. Jarak tanam bervariasi : 2 x 2 m, 2,5 x 2,5 m, 3 x 3 m, 2,5 x 3,5m.

Ukuran lubang : 40 x 40 x 40 cm sampai 60 x 60 x 60 cm.. Jumlah tanaman per hektar : 1300-2000 pohon..

Lubang tanam : diisi 5-10 kg pupuk kandang atau kompos, dicampur dengan tanah lapisan atas dan 200 gram

(59)

biopestisida Trichoderma Adakalanya ditambah dengan 2-3 sendok makan pupuk NPK. Kemudian campuran di aduk , tiga hari kemudian siap ditanami bibit pisang yang telah berumur 2-3 bulan yang berasal dari bongkol batang

Pemeliharaan Tanaman Pisang

1. Membatasai anakan : Dibiarkan anakan antara 2-3 batang anakan per rumpun.

2. Pemangkasan : Daun pisang yang tidak produktif dan jantung pisang.

3. Pemupukan : umur 1 bulan dengan 50 g NPK/pohon : dibenamkan pada jarak 20 cm dari batang.

Pemupukan selanjutnya pada bulan ke 6 : dengan NPK dengan dosis 300 gram per rumpun yang dicampur 10 kg pupuk kandang lalu dibumbun.

Kemudian pupuk NPK dapat diberikan setiap 4 bulan 4. Sanitasi : Gulma dan daun yang kering

Waktu panen dari saat tanam bervariasi menurut jenis pisang mulai Dari 11 – 16 bulan. Penyuluhan Pengendalian hama dan penyakit, serta Panen dan pasca panen, akan dilanjutkan jika petani sudah berhasil membuat bibiut pisang dan berhasil menanamnya

(60)

BAB 6

PELAYANAN KESEHATAN HEWAN PADA TERNAK BABI

DI DESA SELUMBUNG KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI

PENDAHULUAN

Babi merupakan ternak yang telah dikembangkan sejak dahulu untuk tujuan memenuhi kebutuhan akan daging bagi umat manusia, dan merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain: laju petumbuhan yang cepat, jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tinggi, efisien ransum yang baik (70-80%), dan persentase karkas yang tinggi (65-80%) (Ardana dan Putra, 2008). Selain itu, babi mampu memanfaatkan sisa-sisa makanan atau limbah pertanian menjadi daging yang bermutu tinggi (Budaarsa et al., 2016). Karakteristik reproduksinya unik bila dibandingkan dengan ternak sapi, domba dan kuda, karena babi merupakan hewan yang memiliki sifat prolifik yaitu jumlah perkelahiran yang tinggi (10-14 ekor/kelahiran), serta jarak antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya pendek (Sihombing, 2006; Sudiastra dan Budaarsa, 2015).

Populasi ternak babi di Kabupaten Karangasem berdasarkan data populasi ternak Provinsi Bali (DPKH, 2017) tercatat 78.088 ekor yang terdiri dari ternak babi Landrace persilangan (30.196 ekor), babi bali (34.855 ekor), serta babi Saddle back (13.037 ekor) yang tersebar di beberapa kecamatan di wilayah Karangasem, termasuk di Desa Selumbung. Laju perkembangan dan pertumbuhan populasi ternak babi dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan faktor lingkungan (70%). Faktor genetik merupakan

(61)

faktor yang dapat diwariskan kepada keturunannya, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat tergantung dari manajemen peternakan yang dilaksanakan, meliputi manajemen pakan, kandang, reproduksi, dan kesehatan ternak.

Petani/peternak di Desa Selumbung baik itu kelompok maupun individu, masih banyak mengalami kendala dalam mengembangkan ternak babi ras Landrace, khususnya dalam permasalahan kesehatan ternak. Usaha menjaga kesehatan hewan ternak secara terpadu dapat dilakukan dengan menerapkan manajemen kesehatan kelompok ternak. Selain itu, dari segi sistem manajemen terpadu, peternak di Desa Selumbung belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi pengolahan pakan ternak dan teknologi pengolahan limbah ternak, sehingga disaat musim hujan, limbah kotoran ternak baik padat maupun cair, memenuhi areal disekitar perkandangan yang bisa saja hal tersebut sebagai salah satu faktor penyebab gangguang kesehatan pada ternak babi.

TUJUAN

Memberikan informasi dan pelayanan kesehatan ternak babi, manajemen pemeliharaan ternak serta penanggulangan penyakit pada ternak babi sehingga dapat meningkatkan populasi ternak babi di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

MANFAAT

Peningkatan pengetahuan petani/peternak babi dalam manajemen pemeliharaan ternak babi, yang meliputi pakan, perkandangan, reproduksi, dan kesehatan ternak, sehingga diharapkan populasi ternak babi yang dipelihara semakin meningkat.

(62)

METODE PEMECAHAN MASALAH

Pemecahan masalah kesehatan ternak babi di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem dilakukan dengan dua metode, yaitu: 1) Diskusi, yang ditekankan pada cara pemeliharaan, pencegahan dan pengobatan penyakit yang dapat menyerang ternak babi; 2) Pelayanan kesehatan ternak, dengan memberikan pengobatan kepada ternak babi berupa pemberian vitamin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian dilakukan pada Hari Jumat, tanggal 30 Nopember 2018. Pelayanan kesehatan hewan ternak berupa pemberian vitamin (12 ekor). Pemberian vitamin pada ternak sangat penting karena vitamin berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan tubuh, serta berperan untuk meningkatkan kesehatan ternak terutama saat berproduksi. Vitamin yang diberikan pada pelayanan kesehatan ini berupa vitamin B Kompleks.

Gambar 1. Pemberian vitamin B kompleks pada salah satu induk ternak babi

(63)

Pemberian vitamin B kompleks pada ternak sangatlah banyak karena jenis vitamin ini merupakan sebuah kombinasi dari vitamin B1, B2, B6, B12, Nikotamid, D, Pantenol, Kolin, Klorid, dan Biotin. Masing-masing vitamin ini memeiliki kandungan yang bersinergi satu sama lain dan mendukung aktivitas ternak. Adapun manfaat dari vitamin B kompleks antara lain: mencegah stres pada ternak akibat pengangkutan maupun perubahan cuaca, memperbaiki kemampuan konversi pakan yang dimiliki oleh ternak, mencegah defisiensi vitamin yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ternak, serta konsumsi vitamin B kompleks secara teratur juga membantu ternak untuk mengoptimalkan fungsi fisiologisnya, sehingga ternak menjadi aktif, lincah, dan sehat.

Disamping pelayanan kesehatan ternak, diskusi dengan peternak juga membahas tentang upaya peningkatan produktivitas ternak babi melalui terobosan teknologi yang berwawasan lingkungan. Upaya-upaya peningkatan produktivitas telah banyak dilakukan antara lain dengan perbaikan mutu pakan berupa pemanfaatan teknologi fermentasi untuk pakan ternak. Begitu pula halnya dengan pengolahan limbah kotoran ternak, yang hanya mengolah kotoran ternak (padat) menjadi pupuk kompos tanpa disertai dengan teknologi fermentasi, sehingga proses dan waktu yang diperlukan sangat lama. Berbeda halnya dengan pengolahan limbah kotoran ternak (padat dan cair), dengan sentuhan teknologi fermentasi akan dapat meningkatkan nilai kualitas dari pupuk yang dihasilkan, yaitu berupa biourine dan pupuk kompos terfermentasi, serta dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dalam pengolahan limbah tersebut.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I.B dan D.K.H. Putra. 2008. Ternak Babi Manajemen Reproduksi, Produksi dan Penyakit.

Udayana University Press. Denpasar.

Batan, IW. 2002. Buku Ajar Sapi Bali dan Penyakitnya.

Denpasar : Universitas Udayana

Budaarsa, K., A.W. Puger, I.M. Suasta. 2016. Ekplorasi Komposisi Pakan Tradisional Babi Bali. MIP Vol 19 (1): 6-11.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Data Populasi Ternak di Provinsi Bali.

Hanafi, M. 2011. Hama Utama Tanaman Pisang.

http://www.agrilands.net/read/full/

http://www.researchgate.net/publication/281560 865. agriwacana/hama-penyakit/2011/01/26/

hama-utama-tanaman-pisang-2.html. Di akses pada tanggal 6 April 2011 di Samarinda.

Ihsan ihsan. 2018. Penyakit Tanaman Pisang dan Pengendalianya.

https://www.petanihebat.com/penyakit-tanaman- pisang-dapengendalianya 3 March 27, 2018 Kusnaedi, I. 2000. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida.

Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Ni’am, H.U.M., Purnomoadi, A. dan Dartosukarno, S. 2012.

Hubungan Antara Ukuran-ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina Pada Berbagai

Gambar

Gambar 1. Pemberian vitamin B kompleks pada salah satu  induk ternak babi

Referensi

Dokumen terkait

”, dan terdakwa semakin emosi sambil berkata kasar kepada saksi korban dengan berkata “Kalau enggak senang lapor saja ke kelurahan atau ke polisi”, sehingga

Vol. 2, Desember 2017 109 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencoba menggali lebih dalam tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh

Pengaruh pengunaan media pembelajaran dalam penelitian ini diukur dengan melihat perbedaan peningkatan hasil belajar ( pre-test dan post-test ) peserta didik kompetensi

Pada Gambar 3.4 merupakan tampilan halaman registrasi pada aplikasi MaiProyek yang bertujuan untuk mendaftarkan akun user baru, dimana user juga akan memilih status dosen

Membuat aplikasi TOEFL yang dapat melakukan update aplikasi yang akan digunakan pada perangkat mobile phone Android6. Operating System yang digunakan yaitu Android

Atribut-atribut yang memberikan kontribusi terbesar pada setiap dimensi adalah atribut yang perlu ditangani dengan baik untuk keberhasilan pengelolaan terum- bu

Salah satu warisan budaya terbesar dan terbaik di Indonesia adalah batik. Salah satu cara untuk melestarikan batik adalah dengan mengekplorasi pola baru untuk dijadikan

melaksanakan tugas sesuai dengan perintah yang diberikan, lebih banyak bercerita dan mengobrol dengan rekan kerja saat jam kerja dan menggunakan internet diluar