• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM, 02 MEI 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM, 02 MEI 2015"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR

DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM, 02 MEI 2015

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS I KEDIRI-MATARAM

MEI 2015

(2)

ANALISIS KEJADIAN BANJIR TANGGAL 02 MEI 2015 DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM

Oleh : Tim Stasiun Klimatologi Kediri- NTB

I. PENDAHULUAN

Sabtu tanggal 2 Mei 2015, banjir bandang menerjang sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. Hujan dengan intensitas lebat yang terjadi pada pukul 12.30 WITA hingga pukul 15.00 WITA, yang diikuti dengan meluapnya beberapa aliran sungai dan drainase yang menyebabkan ratusan rumah terendam banjir. Sebagaimana yang dilansir oleh beberapa media cetak online (antaranews.com, kompas.com dan tempo.com) disebutkan bahwa penyebab banjir bandang adalah jebolnya Sungai Nyiurlembang yang berdampak pada beberapa desa disekitarnya yaitu Desa Kediri, Desa Ombe dan Desa Nyiurlembang . Banjir juga merendam dusun Timur Raya, Timur Raya Utara, Batu Tumpeng Satu, Batu Tumpeng Dua, dusun Karang Anyar, desa Jagaraga Indah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. Luapan air dari sungai Nyiurlembang yang datang secara mendadak menyebabkan masyarakat di beberapa desa tersebut tidak memiliki waktu untuk menyelamatkan harta-benda mereka. Lima dusun terendam dengan tinggi muka air 1,5 meter, 5 unit rumah roboh di Dusun Batu Tumpeng, 3 unit rumah roboh di Batu Tumpeng Raya dan 100 hektar bibit padi hanyut.

(3)

Gambar 1.1 Wilayah terdampak banjir

II. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER A. Analisa Citra RADAR

Berdasarkan pantauan Citra RADAR Stasiun Meteorologi Selaparang-BIL pada tanggal 2 Mei 2015 mulai pukul 12.10 WITA sampai dengan pukul 14.30 WITA, menunjukkan pertumbuhan awan-awan konvektif di beberapa wilayah NTB khususnya di wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. Sebaran awan-awan konvektif ini mulai terlihat sejak pukul 12.10 WITA, dan kemudian mengalami pertumbuhan dengan ketebalan yang cukup signifikan secara cepat pada jam-jam berikutnya, seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

(4)

Gambar 2.1 Citra RADAR jam 04.10 UTC (12.10 WITA) Gambar 2.2. Citra RADAR jam 04.30 UTC (12.30 WITA)

Gambar 2.3 Citra RADAR jam 05.00 UTC (13.00 WITA) Gambar 2.4. Citra RADAR jam 05.30 UTC (13.30 WITA)

Gambar 2.5 Citra RADAR jam 06.00 UTC (14.00 WITA) Gambar 2.6. Citra RADAR jam 06.30 UTC (14.30 WITA) Sumber : Stasiun Meteorologi Selaparang-BIL

(5)

Berdasarkan pantauan citra radar terlihat bahwa nilai dbZ menunjukkan terbentuknya awan cumuliform yang sangat tinggi/kuat.

B. Analisa Angin (Streamline)

Pola angin pada tanggal 2 Mei 2015 menunjukkan angin yang melintasi wilayah NTB berasal dari arah Tenggara dan mengalami pembelokkan ke arah utara karena adanya sirkulasi Eddy di wilayah sekitar Maluku dan Papua. Belokan angina ini menyebabkan penumpukan massa udara di atas wilayah NTB. Penumpukan massa udara ini merupakan salah satu menyuplai utama pembentukan awan-awan konvektif di atas wilayah NTB khususnya wilayah Lombok Barat dan Kota Mataram.

Gambar 2.7 Peta Analisis Angin Tanggal 2 Mei 2015 jam (Sumber : http://www.bom.gov.au/australia/charts/archive/index.shtml)

C. Analisa Citra Satelit Awan

Berdasarkan pantauan citra satelit awan menunjukkan pertumbuhan awan terjadi merata di sebagian besar wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali hinga Nusa Tenggara. Awan konvektif yang terbentuk di atas wilayah NTB berpotensi mengakibatkan curah hujan tinggi.

(6)

Gambar 2.9 Citra RADAR jam 04.00 UTC (12.00 WITA) Gambar 2.10. Citra RADAR jam 05.00 UTC (13.00 WITA)

Gambar 2.11 Citra RADAR jam 06.00 UTC (14.00 WITA) Gambar 2.12. Citra RADAR jam 07.00 UTC (15.00 WITA) (Sumber : http://weather.is.kochi-u.ac.jp/sat/gms.sea/2015/05/02/)

D. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Nilai anomali OLR sampai dengan akhir April 2015 di wilayah Nusa Tenggara Barat pada umumnya menunjukkan nilai berkisar 0 s/d -30 W/m², yang artinya dengan negatifnya nilai OLR ini menunjukkan bahwa adanya daerah pertumbuhan awan-awan konvektif yang cukup dominan diwilayah Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Barat. Dapat dilihat bahwa warna biru (negatif) masih dominan di wilayah Indonesia Bagian selatan pada akhir April 2015.

(7)

Gambar 2.8 Peta Anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR)

(Sumber : http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/olra_last30days-3plots.gif)

E. Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperature)

Nilai anomali suhu permukaan air laut akhir pada bulan April 2015 di wilayah Nusa Tenggara Barat pada umumnya menunjukkan nilai berkisar 0.25 s/d 1 °C yang artinya Suhu muka laut di sekitar wilayah NTB relative lebih hangat dibandingkan dengan nilai rata-ratanya, kondisi ini memicu bertambahnya penguapan di wilayah tersebut dan memicu pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi untuk menjadi hujan lebat.

(8)

Gambar 2.9 Anomali SST Indonesia(Sumber : JRA/JDAS)

F. Intensitas Curah Hujan

Berdasarkan data curah hujan dari, Stasiun Klimatologi Kediri serta pos hujan kerjasama BMKG di wilayah NTB tercatat bahwa curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi terjadi pada tanggal 2 Mei 2015. Stasiun Klimatologi Kediri mencatat nilai curah hujan yang cukup tinggi yaitu 156.7 mm (termasuk curah hujan ekstrim >100 mm/hari) yang terjadi dalam waktu 1.5 jam hal ini terlihat jelas dari data pias penakar hujan Hellman pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.10 Pias Curah Hujan Penakar Hellman Tanggal 2 Mei 2015 (Sumber : Stasiun Klimatologi Kediri)

Di kecamatan Labu Api 79 mm dan Kecamatan Lingsar 84 mm. untuk Kota Mataram di kecamatan Selaparang 61 mm, kecamatan Majeluk 87 mm dan kecamatan Cakranegara 66

(9)

mm (kriteria curah hujan lebat >50 mm/hari). Distribusi curah hujan di beberapa titik wilayah terdampak, tanggal 2 Mei 2015 dapat dilihat pada peta berikut.

Gambar 2.11 Distribusi Curah Hujan Tanggal 2 Mei 2015

(10)

III. ANALISIS CURAH HUJAN

A. ANALISIS CURAH HUJAN HARIAN (H-3 SAMPAI H-0)

a. Kota Mataram

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3.1 Grafik CH di Kota Mataram dari H-3 sampai hari kejadian, (a) Ampenan, (b) Selaparang, (c) Cakranegara, (d) Majeluk

Dari analisa curah hujan pada periode kejadian banjir tanggal 2 Mei 2015, ketika ditarik series data mundur selama tiga hari yaitu dari tanggal 29-30 April hingga tanggal 1-2 Mei 2015, di Kota Mataram terjadi hujan lebat di atas 50 mm terjadi pada tanggal 2 Mei 2015 yaitu pada pos hujan Majeluk, Cakranegara dan Selaparang. Nilai curah hujan pada tanggal kejadian banjir berada di atas batas ambang (threshold) pada Persentil 95%. Jika di pantau dari series data masing-masing pos di dapatkan peringkat curah hujan maksimum untuk setiap bulan dan

(11)

khusus pada bulan Mei saja seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 5 Besar Series Data Curah Hujan Maksimum Masing-Masing Pos Hujan

POS HUJAN AMPENAN POS HUJAN AMPENAN

Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm) Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm)

1 2009 1 10 180 1 2003 5 9 73

2 2010 10 23 161 2 1996 5 15 54

3 1999 1 25 136 3 2010 5 6 52

4 2002 11 6 125 4 2008 5 22 50

5 2010 4 7 116 5 2010 5 5 47

POS HUJAN SELAPARANG POS HUJAN SELAPARANG

Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm) Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm)

1 1999 1 23 206 1 1991 5 3 110

2 1987 11 12 202 2 1983 5 9 88

1988 11 11 202 3 2012 5 12 83

3 1992 10 8 149

4 1987 5 11 80

4 2010 9 9 143 1988 5 10 80

5 1978 3 29 142 5 2007 5 15 77

POS HUJAN CAKRANEGARA POS HUJAN CAKRANEGARA

Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm) Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm)

1 1999 4 15 265 1 2010 5 10 132

2 2009 1 10 200 2 1996 5 20 67

3 2010 10 23 156 3 2015 5 2 66

4 1995 3 29 133 4 1997 5 25 57

5 2010 5 10 132 5 1998 5 25 57

POS HUJAN MAJELUK POS HUJAN MAJELUK

Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm) Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm)

1 1999 1 25 206 1 2010 5 10 125

2 2009 1 10 175 2 2015 5 2 87

3 2010 10 23 158

3 2003 5 7 82

4 1995 10 13 133 2003 5 9 82

5 2013 1 30 131 4 2008 5 22 67

5 2011 5 1 61

(12)

Dari series data di atas dapat dilihat bahwa curah hujan lebat tanggal 2 Mei 2015 yang terjadi di Kota Mataram tidak masuk kedalam peringkat 5 besar hujan ekstrim dan lebat.

Namun demikian data pada bulan Mei, curah hujan yang terjadi khususnya di pos hujan Majeluk masuk dalam peringkat 2 dengan nilai curah hujan 87 mm lebih tinggi daripada curah hujan pada tahun 2003 bulan Mei tanggal 7 dan 9 sebesar 82 mm. Begitu pula pada pos hujan Cakranegara masuk dalam peringkat 3 dengan nilai curah hujan 66 mm.

b. Kabupaten Lombok Barat

(a)

(13)

(b)

(c)

Gambar 3.2 Grafik CH di Lombok Barat dari H-3 sampai hari kejadian, (a) Staklim Kediri, (b) Narmada, (c) Gerung

Dari grafik curah hujan di wilayah Lombok Barat yang diwakili oleh Stasiun Klimaotlogi Kediri, Narmada dan Gerung dapat dilihat bahwa curah hujan pada tanggal 2 Mei 2015 masuk

(14)

dalam kategori lebat untu wilayah Gerung dan kategori ekstrim untuk wilayah Kediri. Jika dibandingkan dengan batas ambang (threshold) di nilai Persentil 95% ternyata jauh berada di atas nilai batas ambang. Kemudian, jika di lihat dari series data masing-masing pos hujan di dapatkan peringkat curah hujan maksimum untuk setiap bulan dan hanya pada bulan Mei saja seperti pada table di bawah ini.

Tabel 3.2 Series Data Curah Hujan Maksimum Masing-Masing Pos Hujan (Dalam 5 Besar di Kabupaten Lombok Barat)

POS HUJAN KEDIRI POS HUJAN KEDIRI

Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm) Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm)

1 2009 1 10 185 1 2015 5 2 157

2 1998 9 30 163 2 2002 5 12 86

3 2015 5 2 157 3 2003 5 9 65

4 2011 12 19 147 4 2010 5 24 55

5 2002 11 27 137 5 2009 5 26 54

POS HUJAN NARMADA POS HUJAN NARMADA

Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm) Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm)

1 2009 1 10 189 1 2004 5 21 90

2 2013 12 5 150 2 1997 5 26 86

3 2008 11 4 120 3 2007 5 26 80

4 2004 5 30 74

4 2013 1 31 120 5 2007 5 27 65

5 1998 9 29 114

POS HUJAN GERUNG POS HUJAN GERUNG

Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm) Rangking Tahun Bulan Tanggal CH (mm)

1 1995 12 12 200

1 2001 5 18 65

2 2009 1 10 171 2009 5 25 65

3 2002 11 21 148 2 2006 5 28 58

4 1998 11 8 141 3 2002 5 11 52

5 2002 11 27 138 4 1998 5 23 48

5 1995 5 7 47

(15)

Dari series data di atas dapat dilihat bahwa curah hujan lebat tanggal 2 Mei 2015 yang terjadi di Lombok Barat khususnya pos Hujan Kediri masuk kedalam peringkat 5 besar hujan ekstrim dan lebat, dimana nilai curah hujan 156.7 menjadi peringkat 3 mengalahkan curah hujan yang terjadi pada tahun 2011 di tanggal 19 Desember. Ketika dilihat series data pada bulan Mei, curah hujan yang terjadi pada tanggal 2 Mei merupakan curah hujan paling ekstrim selama series data yang ada pada bulan Mei. Untuk pos hujan Narmada dan Gerung walau melebihi batas ambang pada persentil 95% di bulan Mei, tetapi tidak tercatat sebagai 5 besar curah hujan ekstrim dan lebat.

B. ANALISA PENTAD (PER 5 HARI) a. Kota Mataram

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3.3 Grafik CH Pentad di Kota Mataram, (a) Pos Hujan Ampenan, (b) Pos Hujan Selaparang, (c) Pos Hujan Cakranegara, (d) Pos Hujan Majeluk

(16)

Selain berdasarkan analisis curah hujan harian, analisis secara klimatologi juga dilakukan untuk curah hujan 5 harian (pentad), fokus analisis pada pentad ke-25 (sekitar tgl 31 April hingga 4 Mei 2015) di beberapa wilayah Kota Mataram terdistribusi curah hujan berkisar 50 – 100 mm dengan curah hujan tertinggi dalam pentad 25 ada di Pos Hujan Majeluk. Kemudian analisis curah hujan dari segi anomali atau penyimpanganya, berdasarkan hasil analisis anomali curah hujan pada Gambar 3.3 terlihat bahwa terjadi penyimpangan curah hujan pada pentad ke-25 di beberapa wilayah di sekitar Kota Mataram, anomali CH secara umum 30-58 mm terhadap rata-rata pentadnya. Kemudian analisis Curah hujan Pentad terhadap treshold (batas atas ekstrim) menunjukkan bahwa dari rata-rata pentad selama bulan Mei tercatat bahwa nilai pentad ( Ch

= 5 harian) pada pentad ke -25 (awal Mei) 2015 di beberapa wilayah di Kota Mataram melampaui nilai treshold ekstrim bulan Mei, hal ini disajikan pada Grafik 3.3 (a), (b) dan (c).

b. Kabupaten Lombok Barat

(a)

(17)

(b) (c)

Gambar 3.4 Grafik CH Pentad di Kota Mataram,, (a) Pos Hujan Kediri, (b) Pos Hujan Narmada, (c) Pos Hujan Gerung

Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai curah hujan pada pentad ke-25 di dua pos hujan di Kabupaten Lombok Barat, yaitu Kediri dan Gerung sudah melebihi threshold persentil 95 % walaupun hanya dari hujan 1 hari saja. Sedangkan di Pos Hujan Narmada hampir melewati threshold persentil 95 %. Anomali curah hujan pentad tertinggi terlihat sangat jelas di Kediri yang mencapai hampir 100 mm melewati threshold nya.

C. ANALISA DASARIAN (PER 10 HARI) a. Kota Mataram

(a) (b)

(18)

(c) (d)

Gambar 3.3 Grafik CH Pentad di Kota Mataram, (a) Pos Hujan Ampenan, (b) Pos Hujan Selaparang, (c) Pos Hujan Cakranegara, (d) Pos Hujan Majeluk

Dari analisis curah hujan dasarian untuk wilayah kota mataram terlihat belum melewati threshold persentil 95%. Namun jika dilihat dari nilai rata-rataa pada dasarian I Mei dibeberapa pos yaitu Majeluk dan Selaparang sudah melebihi dari rata-ratanya walaupun hanya terjadi hujan lebat dalam satu hari.

c. Kabupaten Lombok Barat

(a)

(19)

(b) (c)

Gambar 3.4 Grafik CH Pentad di Kota Mataram,, (a) Pos Hujan Kediri, (b) Pos Hujan Narmada, (c) Pos Hujan Gerung

Dari gambar 3.4 di atas terlihat untuk pos hujan Narmada dan Gerung belum melewati threshold persentil 95%, namun demikian pada Pos Hujan Kediri terlihat hujan pada dasarian I Mei sudah melewati threshold persentil 95% walaupun hujan yg terjadi hanya dalam waktu satu hari.

(20)

III. KESIMPULAN

Berdassarkan hasil analisis Meteorologi dan Klimatologi pada kejadian banjir tgl 2 Mei 2015 2015 di wilayah Kota Mataram dan Lombok Barat beberapa kesimpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Dari pantauan streamline, citra satelit dan ra dar terlihat adanya konvergensi di atas Pulau Lombok khususnya Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat yang memicu terjadinya hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat.

2. Hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat pada tanggal 2 Mei 2015 dibeberapa wilayah di sekitar Mataram dan Lombok Barat diduga menjadi salah satu faktor pe micu terjadinya banjir di wilayah tersebut.

3. Secara klimatologis analisis curah hujan pentad (5 harian) curah hujan cukup tinggi 500- 200 mm/ pentad dan terjadi anomali curah hujan sekitar 30-60 mm pada pentad ke-25 di bulan Mei 2015. Namun curah hujan yang tinggi ini hanya terjadi dalam satu hari, sebelum terjadinya banjir, curah hujan yang tercatat dalam beberapa hari. Sebelumnya sangat rendah bahkan di beberapa pos tidak terjadi hujan, sehingga faktor Meteorologis sangat berpengaruh dalam kejadian banjir tanggal 2 Mei 2015.

(21)

 Ucapan Terimakasih kami sampaikan pada : Tim Stamet Selaparang BIL,

Tim BPBD Provinsi NTB

BPBD Kab/Kota Mataram dan Lombok Barat.

(22)

LAMPIRAN :

Tabel Distribusi Curah Hujan Pada Kota Mataram dan Lombok Barat

FOTO KEJADIAN BANJIR TGL 2 MEI 2015.

No Kab/Kota Kecamatan Pos Hujan Curah Hujan (mm)

1 Mataram Ampenan Ampenan 17

2 Mataram Selaparang Selaparang 61

3 Mataram Selaparang Majeluk 87

4 Mataram Cakranegara Cakranegara 66

5 Lombok Barat Kediri Kediri 156.7

6 Lombok Barat Kediri Rumak 84

7 Lombok Barat Gerung Gerung 37.5

8 Lombok Barat Gerung Banter 43

9 Lombok Barat Batu Layar Batu Layar 4

10 Lombok Barat Gunung Sari Gunung Sari 20

11 Lombok Barat Labu Api Labu Api 79

12 Lombok Barat Lembar Lembar 51

13 Lombok Barat Lingsar Sigerongan 84

14 Lombok Barat Narmada Narmada 25

15 Lombok Barat Sekotong Sekotong 17.6

(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2020 dari stasiun-stasiun BMKG dan pos-pos hujan kerjasama terpilih pada 15 Zona Musim (ZOM) di Bali dapat disajikan dalam

Kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, dengan indikator antara lain: (1) Mampu merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran, seperti mampu menelaah dan

Usaha suatu perusahaan agar dapat terus survive di pasar, harus dapat memelihara dan meningkatkan kepuasan kepada seluruh stakeholdernya. Salah satu stakeholder terpenting yang

Sedangkan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan

919/MenKes/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep, antara lain : tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun

Selama tidak ada kerusakan, obat yang telah dibuka kemasannya dapat digunakan berpatokan pada masa pakai obat atau Beyond Use Date (BUD), yaitu batas waktu penggunaan produk

Dengan mengamati gambar, siswa dapat mengidentifikasi gerak nonlokomotor yang ada pada permainan menirukan gerak hewan dengan benar.. Dengan mengamati contoh, siswa

Jadi dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa tidak berbeda secara signifikan atau selama event period peristiwa