• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Pengawasan Lembaga Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peran Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Pengawasan Lembaga Keuangan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Pengawasan Lembaga Keuangan

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Manajemen Lembaga Keuangan

Kelas : MB

Dosen Pengampu : A. Khoirul Anam, S.E., M.Si.

Penyusun:

Nama : Eliyanti Nur Fauziyah NIM : 131110000880

Abstrak

Peran Bank Indonesia pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebetulnya tidak jauh berbeda dengan peran Bank Indonesia sebelum OJK terbentuk. Peran BI yaitu mengawasi bank dalam rangka kebijakan moneter, kemudahan dalam lalu lintas sistem pembayaran, pengawasan dalam lingkup macroprudential serta stabilitas sistem keuangan. Melihat tugas berat yang dibebankan kepada BI tersebut maka dengan terbentuknya OJK diharapkan mampu membantu dalam pengawasan bank dan lembaga keuangan lainnya. Selain itu, walupun fungsi pengawasan bank dan lembaga keuangan lainnya beralih kepada OJK, namun Bank Indonesia masih tetap memiliki peran yang sangat strategis dalam otoritas moneter. BI melaksanakan fungsi serta tugas dan wewenangnya sangat membutuhkan informasi melalui kegiatan dalam pemeriksaan bank.

Bank Indonesia juga dapat melakukan pemeriksaan bank secara langsung terhadap bank tertentu yang masuk systemically important bank atau bank lainnya sesuai dengan kewenangan BI di bidang macroprudential.

Kata kunci : Peran Bank Indonesia, Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Peran Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Peran BI dan OJK dalam Pengawasan Perbankan.

I. Pendahuluan

Bank Indonesia merupakan bank sentral yang mempunyai tujuan tunggal yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Dari tujuan tunggal tersebut, Bank Indonesia memiliki tiga tugas yaitu menetapkan kebijakan moterer, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank dan lembaga keuangan lainnya. Namun, pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maka tugas BI dalam mengatur dan mengawasi bank dan lembaga keuangan lainnya diambil alih oleh OJK.

Bank dan Lembaga Keuangan lainnya sangat perlu diawasi untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat dan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang baik sehingga tidak ada masalah ekonomi yang akan timbul dikemudian hari.

Dalam tulisan ini, penyusun akan mencoba membahas peran BI dan OJK dalam mengawasi perbankan serta kendala yang mungkin timbul dalam pelaksanaan tugas yang diberikan kepada BI dan OJK.

II. Pembahasan

Bank merupakan sebuah Badan Usaha yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak yg surplus dan pihak defisit dana. Bank termasuk lembaga keuangan yang memiliki fungsinya tersendiri yaitu lembaga keuangan depositori yang menjalankan kegiatan

(2)

penghimpunan dana baik berupa tabungan atau simpanan berjangka dan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan juga lembaga non depositori yang tidak melakukan penarikan dana secara langsung tetapi memberikan jasa-jasa seperti pegadaian, privasi penabung, fasilitas asuransi dan lain sebagainya.

A. Sejarah terbentuknya Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) A.1 Bank Indonesia

Bank Indonesia sebetulnya berasal dari De Javasche Bank N.V yaitu salah satu bank milik pemerintah Belanda. De Javasche Bank N.V didirikan pada zaman penjajahan Belanda yaitu pada tanggal 10 Oktober 1827. Berikutnya De Javasche Bank N.V dikenalkan pemerintah Republik Indonesia tanggal 6 Desember 1951 berdasarkan UU No. 24 tahun 1951 menjadikan bank tersebut milik pemerintah RI. Selanjutnya menurut Penetapan Presiden No. 17 Tahun 1965 menyatakan bahwa Bank Indonesia bersama perbankan lainnya diringkas ke dalam bank tunggal yaitu dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI). Bank Negara Indonesia ini terdiri atas BNI Unit 1, BNI Unit 2, BNI Unit 3, BNI Unit 4 dan BNI Unit 5. Bank Negara Indonesia Unit 1 berfungsi sebagai bank kombinasi yaitu Bank Sentral dan Bank Umum menjadi Bank Sentral di Indonesia berdasarkan UU No. 13 tahun 1968 yang dikukuhkan lagi dalam UU RI No. 23 tahun 1999. Di Indonesia bank sentral berkantor pusat di Jakarta dan mempunyai kantor cabang di seluruh wilayah Indonesia.

Tugas-tugas Bank Indonesia sebagai bank to bank adalah tugas untuk mengatur dan mengkoordinir, mengawasi dan memberikan tindakan kepada dunia perbankan. Bank Indonesia juga bertugas untuk mengurus dana yang dihimpun dari masyarakat agar disalurkan kembali ke masyarakat benar-benar efektif penggunaannya yang sesuai dengan tujuan pembangunan. Peran Bank Indonesia yang lain adalah untuk menyalurkan uang terutama uang kartal dimana Bank Indonesia mempunyai hak tunggal yaitu untuk menyalurkan uang kartal. Disamping itu ada hubungan antara Bank Indonesia dengan Pemerintah yaitu sebagai pemegang kas pemerintah.

Begitu juga antara hubungan keuangan dengan dunia Internasional juga ditangani oleh Bank Inonesia seperti menerima pinjaman dari luar negeri.

A.2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga negara yang dibentuk pada tahun 2011 berdasarkan UU nomor 21 tahun 2011. OJK mulai beroperasi pada Januari 2013 yang fokus mengawasi pasar modal dan LKNB. Lalu pada awal tahun 2014 juga berfokus pada pengawasan perbankan.

Aturan diatas telah menjelaskan fungsi OJK dalam menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

OJK didirikan untuk menggantikan peran Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Dengan adanya OJK lahir maka secara otomatis pengaturan dan pengawasan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) beralih ke OJK.

Salah satu alasan yang mendasari atas terbentuknya OJK adalah terkait fungsi Bank Indonesia. Awalnya Bank Indonesia diberikan tugas untuk mengawasi dan mengatur sektor perbankan dianggap belum mampu menjalankan tugasnya dengan maksimal. Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai tugas yang sangat berat sehingga membutuhkan lembaga pembantu untuk ikut andil dalam tugas-tugas tersebut. Di samping itu, hingga sekarang, Bank Indonesia masih rentan dengan intervensi dari berbagai pihak terutama pemerintah dan pengusaha. Kondisi tersebut menjadikan suatu dorongan untuk membentuk lembaga pengawas yang lebih independen.

Sebenarnya, Lembaga pengawas perbankan harus bebas dari intervensi dan campur tangan pihak manapun sehingga mampu bekerja secara profesional.

Untuk itu dibentuklah OJK yang diharapkan mampu melakukan pembagian tugas dengan Bank Indonesia. Bank Indonesia yang awalnya bertugas mengawasi perbankan, dengan terbentuknya OJK maka dengan secara otomatis tugas tersebut akan berpindah kepada OJK. OJK

(3)

diberi tugas dalam hal mikro (micro-prudential supervision) yaitu mengawasi bank-bank yang ada di Indonesia. Sedangkan Bank Indonesia memiliki tanggung jawab yang lebih dalam menangani masalah yang lebih makro ( macro-prudential supervision) contohnya seperti kebijakan moneter dan penanganan di saat krisis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sebetulnya peran OJK sebagai lembaga pengawas keuangan ini tidak benar-benar baru. Di dalamnya masih terdapat penyatuan wewenang dan kekuasaan beberapa institusi yang sudah ada.

B. Tujuan serta Tugas Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) B.1 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

Tujuan Bank Indonesia berdasarkan dalam UU RI No. 23 tahun 1999 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah.

Maksud dari kestabilan rupiah yaitu:

a. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang atau jasa yang dapat diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi.

b. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang lain. Hal tersebut dapat diukur dengan ataupun tercermin dari perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain.

Adapun cara agar kestabilan nilai rupiah tercapai dan terpelihara, maka Bank Indonesia memiliki tugas yaitu menetapkan serta melaksanakan kebijakan moneter, mengatur serta menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur serta mengawasi bank.

Tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan tugas tersebut semua pihak tidak diperkenankan melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.

Tugas-tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 tahun 1999, yaitu:

1) Menetapkan serta melaksanakan kebijakan moneter.

a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkannya.

b. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dengan jangka waktu 90 hari kepada bank agar mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan.

c. Mengelola cadangan devisa.

d. Menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang dapat bersifat makro dan mikro.

e. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan.

f. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara – cara yang termaksuk, tetapi tidak terbatas pada : Operasi pasar terbuka pada pasar uang, baik untuk mata uang Rupiah maupun Valas, penetapan pada tingkat diskonto, penetapan pada cadangan wajib minimum, serta Pengaturan pada kredit atau pembiayaan.

2) Mengatur serta Menjaga Kelancaran pada Sistem Pembayaran

a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan ijin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran.

b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya.

c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

d. Mengatur sistem kliring antar bank baik dalam mata uang rupiah maupun asing.

e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank.

f. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan diedarkan serta bahan yang digunakan dan tanggal saat mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.

(4)

g. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta akan mencabut, menarik dan menghilangkan uang dari publik, termasuk juga memberikan penggantian uang dengan nilai yang sama.

3) Mengatur dan Mengawasi Bank

a. Menetapkan ketentuan – ketentuan perbankan yang memuat prinsip – prinsip kehati – hatian.

b. Memberikan dan mencabut izin usaha bank.

c. Memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank.

d. Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank.

e. Memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu.

f. Mewajibkan bank untuk menyampaikan hasil laporan, keterangan serta penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan Bank Indonesia.

g. Melakukan pemeriksaan terhadap bank. Dalam hal ini, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan.

h. Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan.

i. Mengatur dan mengembangkan informasi antar bank.

j. Mengambil tindakan terhadap suatu bank sebagaimana diatur dalam undang – undang tentang perbankan yang berlaku apabila menurut penilaian Bank Indonesia dapat membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan atau membahayakan perekonomian nasional.

k. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang – undang.

B.2 Otoritas Jasa Keuangan 1) Tujuan OJK

Berikut adalah tujuan dari OJK, yaitu:

a. Mendorong kegiatan sektor jasa keuangan agar terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel.

b. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.

c. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

2) Tugas Pokok OJK

OJK memiliki tugas pokok dalam melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap:

kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;

a. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal;

b. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

C. Pelaksanaan dalam Pengawasan Perbankan

Perbankan perlu diawasi dalam rangka untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat.

Ciri-ciri dari sistem perbankan yang sehat yaitu:

1) Sanggup menjaga kepentingan masyarakat.

Dalam hal ini sangat penting karena mengingat besarnya dana masyarakat yang terakumulasi pada perbankan, sehingga jika perbankan gagal maka akan berdampak terhadap kepentingan masyarakat luas.

2) Perbankan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengendalian moneter.

(5)

Perbankan yang notabene merupakan lembaga intermediasi, maka perbankan dituntut untuk mampu mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini perbankan berperan menyalurkan dana masyarakat dari pihak yang mempunyai dana lebih kepada pihak yang membutuhkan dana yang bertujuan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat. Selanjutnya laju inflasi dan daya beli masyarakat juga perlu dikendalikan, sehingga masyarakat tidak merasa terbebani

3) Perbankan mampu mengembangkan usahanya sendiri secara efisien dan wajar.

Disini berhubungan dengan tingginya tingkat persaingan yang dapat menyebabkan inovasi yang tidak wajar sehingga akan memunculkan kegiatan perbankan yang berpotensi merugikan masyarakat. Oleh karena itu perbankan sangat perlu di atur dan diawasi agar dapat tercapai praktik perbankan yang baik.

D. Kewenangan Bank Indonesia dan OJK dalam mengawasi perbankan D.1 Bank Indonesia

Berikut adalah kewenangan-kewenangan Bank Indonesia:

 Dalam mengatur serta mengawasi perbankan

 Bank Indonesia menetapkan peraturan yaitu memberikan serta mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank, dan menjatuhkan sanksi yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku jika ada kesenjangan suatu bank dalam pelaksanaannya.

 Dalam pelaksanaan tugas diatas, Bank Indonesia berwenang menetapkan berbagai ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian.

 Berkaitan dengan kewenangan perizinan, selain memberikan serta mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga berwewenang dalam memberikan izin pembukaan, penutupan serta pemindahan kantor bank. Selain itu Bank Indonesia juga memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan atas bank, dan selanjtnya memberikan izin kepada bank tersebut untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu yang telah disepakati.

 Di bidang pengawasan, Bank Indonesia akan melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung. Dalam pengawasan langsung dilakukan dalam bentuk pemeriksaan secara berkala atau waktu-waktu tertentu bila diperlukan. Sedangkan dalam pengawasan tidak langsung dilakukan melalui suatu penelitian, analisis serta evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank kepada Bank Indonesia

D.2 Otoritas Jasa Keuangan

Berikut adalah kewenangan-kewenangan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu:

a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank:

 perizinan untuk mendirikan bank, peresmian kantor bank, anggaran awal, rencana kerja, kepemilikan serta kepengurusan dan sumber daya manusia, konsolidasi serta akuisisi bank, dan pencabutan izin atas usaha bank

 kegiatan usaha bank, seperti: sumber dana, penyediaan dana serta aktivitas di bidang jasa b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yaitu:

 likuiditas, rentabilitas, rasio kecukupan modal minimum serta batas maksimum pemberian kredit, solvabilitas, kualitas aset, pencadangan bank dan rasio pinjaman terhadap simpanan

 laporan bank terkait dengan kesehatan dan kinerja bank

 sistem informasi debitur

 pengujian kredit (credit testing)

 standar akuntansi bank

(6)

E. Sistem Pengawasan Perbankan

Untuk menjalankan tugas pengawasan bank, BI melaksanakan sistem pengawasan perbankan dengan menggunakan 2 pendekatan yaitu pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk based supervision atau RBS). Dengan adanya pendekatan tersebut, bukan berarti akan mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun itu merupakan upaya untuk menyempurnakan sistem pengawasan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan dalam perbankan. Dengan secara bertahap, pendekatan pengawasan telah diterapkan oleh BI akan beralih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.

1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan

Pengawasan tersebut ada dasarnya adalah menekankan pemantauan kepatuhan bank dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank.

Pendekatan ini akan mengacu pada kondisi bank pada masa lalu dengan tujuan untuk memastikan bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian.

2. Pengawasan Berdasarkan Risiko

Merupakan pendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan (forward looking). Dengan memakai pendekatan ini, pengawasan/pemeriksaan suatu bank akan difokuskan pada risiko- risiko yang telah melekat (inherent risk) pada aktivitas fungsional bank tersebut serta sistem pengendalian risiko (risk control system). Melalui pendekatan ini juga akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang kemungkinan timbul di bank.

Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya permasalahan terhadap sistem keuangan negara maka perlu diatur suatu mekanisme yang memungkinkan untuk dilakukan kerja sama antara OJK, BI, Lembaga Penjamin Simpanan dan Depkeu.

Kerja sama tersebut sangat diperlukan dalam kondisi perekonomian Indonesia yang mulai kondusif seperti saat ini.

Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi untuk penanganan secara lebih terorganisasi dengan pola kebijakan yang lebih terstruktur dan konsisten jika sewaktu-waktu terjadi kegagalan pada satu atau sekelompok industri jasa keuangan yang akan berpotensi menyebabkan guncangan atau gangguan pada sistem jasa keuangan secara keseluruhan.

Mekanisme dalam penyelamatan sektor jasa keuangan melalui forum koordinasi di antara empat pilar penting sektor jasa keuangan tersebut merupakan salah satu upaya implementasi dari konsep Jaring Pengaman Keuangan (finansial safety net ).

Secara garis besar, hubungan antara OJK dan lembaga-lembaga lain dalam financial safety net tercermin sebagai berikut:

a. OJK melakukan fungsi sebagai pengatur dan pengawas perbankan BI melakukan fungsi sebagai kebijakan moneter serta fungsi sistem pembayaran, yang juga termasuk dalam melakukan fungsi lender of the last resort.

b. LPS melakukan fungsi penjaminan simpanan nasabah bank c. Depkeu melakukan fungsi sebagai otoritas fiskal

Secara umum, dalam mekanisme kerja tersebut OJK akan selalu memberikan informasi yang reliable dan tepat waktu ke Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan. Jika masih dianggap di sektor jasa keuangan ada indikasi yang membahayakan maka OJK harus segera melaporkan kepada Menkeu.

Berdasar informasi dari OJK tersebut maka menkeu harus mengundang BI, LPS dan OJK untuk membahas langkah-langkah penyelesaian yang diperlukan dalam rangka meminimalisasi bahaya tersebut.

(7)

Berdasarkan beberapa dokumen dari Depkeu, financial safety net diketahui merupakan organ dinamik yang sangat penting di dalam financial system stability yang pada hakekatnya di mulai dari level makroekonomi yaitu pada cakupan kebijakan makro ( menkeu dan BI) sampai dengan tahap yang lebih operasional yaitu pada tataran mikroekonomi pada kegiatan industri keuangan dan mekanisme pasar (OJK dan LPS).

Maka bila konsep dari financial safety net ini memang sudah menjadi keyakinan setiap pihak bagi terciptanya sebuah industri jasa keuangan yang stabil di Indonesia maka pembentukan OJK maupun LPS hendaknya segera direalisasi.

F. Debuti dan Dewan Komisioner F.1 Dewan Gubernur Bank Indonesia

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dewan Gubernur tersebut terdiri dari satu Gubernur, satu Deputi Gubernur Senior dan setidaknya 4 orang atau 7 orang Deputi Gubernur. Kedudukan Gubernur serta Deputi Gubernur Senior akan diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk masa jabatan selama 5 tahun. Setelah itu masa jabatan yang sama dapat diperpanjang hanya 1 kali untuk masa jabatan yang akan datang.

F.2 Dewan Komisioner OJK

Dewan Komisioner merupakan pimpinan tertinggi OJK yang bersifat kolektif dan kolegial, dewan Komisisoner tersebur beranggotakan 9 orang. Kesembilan orang tersebut terdiri atas 7 orang yang dipilih langsung oleh Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan calon anggota yang telah diusulkan oleh Presiden, 1 ex-officio dari Bank Indonesia serta 1 ex-officio dari Kementerian Keuangan. Keberadaan Ex-officio tersebut dimaksudkan dalam rangka koordinas serta kerja sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal serta moneter, dan sektor jasa keuangan.

Tugas dari anggota Dewan Komisioner ini meliputi bidang tugas yang terkait kode etik, pengawasan internal melalui mekanisme dewan audit serta edukasi dan perlindungan konsumen, serta fungsi, tugas, dan wewenang pengawasan untuk sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

G. Hubungan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Lembaga Lain G.1 Hubungan Bank Indonesia, OJK dan Lembaga Penjamin Simpanan

Dalam pelaksanaan tugas, OJK selalu berkoordinasi dengan Bank Indonesia untuk membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan yaitu seperti: kewajiban untuk pemenuhan modal minimum bank, sistem informasi perbanka, kebijakan untuk penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana dari valuta asing, dan pinjaman komersial dari luar negeri, produk perbankan, kegiatan usaha bank lainnya, penentuan institusi bank yang termasuk dari kategori systemically important bank dan data lainnya yang dikecualikan dari ketentuan atas kerahasiaan informasi.

Dalam hal ini Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi serta tugas, dan wewenangnya memerlukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu. Bank Indonesia juga dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada OJK, namun tidak dapat memberikan penilaian tentang kesehatan bank serta laporan hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada OJK dalam jangka waktu 1 bulan terhitung sejak diterbitkannya hasil pemeriksaan.

Jika OJK mengindikasikan suatu bank tertentu mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi kesehatan semakin memburuk, maka OJK segera menginformasikan kepada Bank Indonesia untuk melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia

(8)

OJK juga menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan tentang bank bermasalah yang sedang bermaslaah tersebut sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan.

Lembaga Penjamin Simpanan berperan melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi serta tugas dan wewenangnya, serta berkoordinasi terlebih dahulu dengan OJK.

Bank Indonesia, OJK dan Lembaga Penjamin Simpanan wajib membangun dan memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi.

G.2 Hubungan Bank Indonesia dan OJK dengan Lembaga Negara 1. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah yaitu seperti berikut:

a. Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas Pemerintah.

b. Untuk dan atas nama Pemerintah Bank Indonesia dapat menerima pinjaman dari luar negeri kemudian menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak luar negeri.

c. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia dan atau mengundang Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah dalam ekonomi serta perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau kewenangan Bank Indonesia.

d. Bank Indonesia dapat membantu penertiban surat-surat hutang negara yang diterbitkan Pemerintah.

e. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah.

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain yang yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.

g. Dalam hal Pemerintah menertibkan surat – surat hutang negara maka Pemerintah harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia dan Pemerintah juga wajib terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

G.3 Hubungan OJK dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Komisioner harus menyusun serta menetapkan rencana kerja dan anggaran yang akan dipakai OJK yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau pungutan dari pihak-pihak yang telah melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan. Penetapan anggaran OJK tersebut terlebih dahulu meminta persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.

OJK juga wajib menyampaikan hasil laporan kegiatan triwulanan dan tahunan kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Dalam hal persetujuan perjanjian internasional pada sektor jasa keuangan yang menyangkut masalah hukum dan akan berdampak pada sistem keuangan nasional, OJK wajib mendapatkan konfirmasi dari Dewan Perwakilan Rakyat.

H. Upaya Restrukturisasi Perbankan

Upaya untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap suatu sistem keuangan dan perekonomian Indonesia, Bank Indonesia telah melakukan langkah restrukturisasi perbankan yang komprehensif. Langkah tersebut mutlak diperlukan untuk memfungsikan kembali perbankan sebagai lembaga perantara yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter.

Restrukturisasi perbankan ini dilakukan melalui upaya untuk membangun lagi kepercayaan masyarakat, program rekapitalisasi, program restrukturisasi kredit, penyempurnaan ketentuan perbankan, dan peningkatan fungsi pengawasan bank.

(9)

Bab III Penutup

Kesimpulan

Dalam mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia menetapkan sebuah peraturan untuk memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha dari bank serta melaksanakan pengawasan atas bank dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Namun saat ini, pengawasan pada sektor perbankan, pasar modal serta industri non bank telah dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal tersebut diharapkan mampu untuk mempermudah mendeteksi jika terjadi masalah dalam sektor industri lembaga keuangan.

Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kemungkinan terjadi maka peran koordinasi antara Bank Indonesia, OJK, LPS serta kementrian keuangan sangat penting, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan tersebut secara efektif dan efisien

Daftar Pustaka

http://harianrakyatbengkulu.com/wacanakan-bentuk-forum-webs-sosialisasi-peran-bi-pasca-ojk/

https://www.academia.edu/5046400/Hubungan_bi_ojk http://nuarti.blogspot.com/2011/01/bank-indonesia.html

http://weirnaworlds.blogspot.com/2011/05/resume-bank-dan-lembaga-keuangan.html http://cwts.ugm.ac.id/2013/04/implikasi-pembentukan-otoritas-jasa-keuangan-terhadap- pengaturan-dan-pengawasan-perbankan-indonesia/

http://bisdan-sigalingging.blogspot.com/2013/03/tugas-dan-kewenangan-otoritas-jasa_28.html http://merancangundangundang.blogspot.com/2014/02/hubungan-kelembagaan-antar-

pengawas.html

http://faqihnabhan.blogspot.com/2012/12/peran-bi-pasca-ojk.html

http://thedanans.blogspot.com/2011/02/ringkasan-tentang-bibank-indonesia.html

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan-permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah nilai pelanggan berpengaruh positif

Dari penelitian yang telah dilakukan dengan analisis SWOT terkait dengan evaluasi pengembangan e-tourism di Pulau Lombok diketahui bahwa strategi yang harus

cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis introduksi Trichoderma spp. Meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman tomat pada perlakuan introduksi Trichoderma

Judul : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015..

Spence tahun 1977 dałam Anthony dań Ramesh (1992) menunjukkan bahwa perusahaan dapat mencegah masuknya pesaing dengan menciptakan kapasitas dan mengeluarkan banyak

Svarbu ir tai, kad teismo nustatomą terminuoto laisvės atėmimo bausmės laikotarpį, taip pat ir patį sprendi- mą laisvės atėmimą iki gyvos galvos bausmę pakeisti

Faktor pertama ini dicirikan oleh enam subfaktor yaitu dosen memberikan isi kuliah sesuai dengan slide yang ditampilkan, dosen memberikan pengalaman berwirausaha

Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan dan benci atau marah dengan melakukan yang membahayakan secara fisik kepada diri sendiri dan orang lain.. Suatu perilaku