Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIK SISWA SMA KELAS X
(KUASI EKSPERIMEN DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh:
Kamal Lutfi Rohidin 0807555
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN
TINGKAT KECEMASAN MATEMATIK SISWA KELAS X SMA
(KUASI EKSPERIMEN DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI)
Disusun oleh:
KAMAL LUTFI 0807555
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I,
Dr. H. Dadang Juandi, M. Si. NIP. 196401171992021001
Pembimbing II,
Lukman, S. Si., M. Si. NIP. 196009011987032001
Mengetahui,
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Drs. Turmudi, M. Ed., M. Sc., Ph. D.
NIP 196101121987031003
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIK SISWA SMA KELAS X
(KUASI EKSPERIMEN DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI)
Oleh
Kamal Lutfi Rohidin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika
© Kamal Lutfi Rohidin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Kamal Lutfi Rohidin, Dadang Juandi, Lukman, 2014. Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik dan Menurunkan Tingkat Kecemasan Matematik Siswa SMA Kelas X. (Kuasi Eksperimen di SMA Laboratorium Percontohan UPI).
Penelitian pembelajaran berbasis masalah (PBM) terstruktur di kelas X SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik dan mengurangi tingkat kecemasan matematik siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian berbentuk nonequivalent control group design, dengan banyak sampel kelompok eksperimen 24 siswa dan kelompok kontrol 21 siswa yang dipilih tidak secara acak. Hasil analisis pretest-posttest dan proses pembelajaran menyimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan model PBM terstruktur lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. PBM terstruktur dapat menurunkan tingkat kecemasan matematik siswa. Hasil analisis terhadap jurnal harian, sebesar 86% siswa menunjukkan sikap positif terhadap PBM terstruktur. Untuk pengembangan, hendaknya PBM terstruktur diterapkan pada materi yang konstektual dan menggunakan waktu panjang. PBM terstruktur hendaknya diterapkan dengan memperhatikan tingkat kecemasan siswa. Kata kunci : PBM terstruktur, kemampuan koneksi matematik, kecemasan matematik.
ABSTRACT
The research probem based intruction (PBI) in the first grade at Senior High School LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI, the aims to increase mathematic connection ability and to decrease mathematic anxiety level. This research use methode kuasi experimen with nonequivalent control group design, there are 24 students in experimen class and 21 students in control class. The result from pretest-posttest and learning proces is the increase mathematic connection ability in experimen class better than in increase mathematic connection ability in control class. PBI not influence to the decrease of mathematic anxiety level. The result from observation sets have as a conclusion 86% student have positive attitude to PBI. To research and development, PBI aplicate to contextual learning and use more time. PBI aplicate with pay attention mathematic anciety level.
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
DARI PENULIS ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
3.1 Latar Belakang... 1
3.2 1.2 Rumusan Masalah ... 7
3.3 1.3 Tujuan Penelitian ... 7
3.4 1.4 Manfaat Penelitian ... 7
3.5 1.5 Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
3.6 Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur ... 9
3.7 Landasan Teori ... 12
3.8 Kemampuan Koneksi Matematik ... 14
3.9 Pembelajaran Konvensional ... 15
3.10 Kecemasan Matematik ... 16
3.11 Penelitian yang Relevan ... 17
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3.13 Metode dan Desain Penelitian ... 19
3.14 3.15 Populasi dan Sampel... 18
3.16 Instrumen Penelitian ... 19
3.17 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23
3.18 Teknik Pengolahan Data... 24
3.19 Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
3.20 Hasil Penelitian ... 37
3.21 Pembahasan Hasil Penelitian ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
3.22 Kesimpulan ... 50
3.23 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A ... 63 3.24 Lampiran A.1 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Lampiran A.2 Format Soal Pretest dan Posttest
3.25 Lampiran A.3 Format Angket Siswa Lampiran A.4 Format Observasi
Lampiran A.5 Format Jurnal
Lampiran B... 70 3.26 Lampiran B.1 RPP Kelas Eksperimen
3.27 Lampiran B.2 LKS Kelas Eksperimen
Lampiran C... 115 3.28 Lampiran C.1 RPP Kelas Kontrol
3.29 Lampiran D ... 140 3.30 Lampiran D.1 Data Hasil Uji Instrumen
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran E ... 146 3.32 Lampiran E.1 Skor Kemampuan Koneksi Matematik Kelas
Eksperimen
Lampiran E.2 Skor Kemampuan Koneksi Matematik Kelas Kontrol
Lampiran E.3 Foto Kegiatan
3.33 Lampiran E.2 Data skor tes kemampuan komunikasi matematis kelas kontrol
3.34 Lampiran E.3 Foto Kegiatan
Lampiran F ... 150 3.35 Lampiran F.1 Uji statistik
Lampiran G ... 172 3.36 Lampiran G.1 LKS kelas eksperimen, kinerja, dan hasil
angket siswa
Lampiran G.2 Angket Pretes dan Jawaban Pretes Kelas Kontrol
Lampiran G.3 Angket Postes dan Jawaban Postes Kelas Kontrol
Lampiran G.4 Angket Pretes dan Jawaban Pretes Kelas Eksperimen
Lampiran G.5 Angket Postes dan Jawaban Postes Kelas Eksperimen
Lampiran G.6 Hasil Observasi
Lampiran H ... 248 3.37 Lampiran H.1 Surat perizinan uji instrumen dan Penelitian 3.38 Lampiran H.2 Surat keterangan uji instrumen dan
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan harapan suatu bangsa untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Education is important aspect to create development of nation Handayani dan Sapir (2009: 38). Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang memperhatikan pendidikan. Hal ini sangat jelas dalam tujuan pendidikan nasional kita yang memiliki tujuan mulia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Berbicara masalah pendidikan, maka tidak terlepas dari pembelajaran. Pembelajaran merupakan ujung tombak pendidikan yang telah dikaji oleh para ahli pendidikan. Misalnya menurut Sumarmo (2007: 68) pembelajaran adalah sebagai berikut:
2
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
motivator) siswa secara keseluruhan menggambarkan peran guru sebagai manajer belajar.
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang unik, begitu juga dengan matematika yang diajarkan dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Sehingga dalam mengajarkan matematika diperlukan pemahaman yang utuh terhadap karakteristik matematika agar pembelajaran matematika lebih komprehensif. Sedangkan menurut Ruseffendi (2007: 595) tentang matematika adalah sebagai berikut:
“Matematika adalah studi deduktif, selain itu matematika disebut juga “bahasa”, “pelayan”, ”ratunya ilmu”, dan “kegiatan manusia”. Matematika disebut bahasa karena untuk bisa menyelesaikan sesuatu soal misalnya, seseorang paling tidak harus mengerti simbol-simbolnya. Selain bahasa simbol, matematika juga bahasa Internasional yang padat, hemat, cermat, dan singkat. Kemudian matematika disebut “ratu” dan “pelayan ilmu” karena pada dasarnya begitu. Matematika seperti seorang ratu yang tidak memerlukan siapa-siapa, barang siapa yang perlu matematika harus datang sendiri seperti menghadap ratu tetapi di lain pihak, bidang studi apa pun bila memerlukan matematika harus dilayani. Karena itu matematika disebut pelayan ilmu. Terakhir, matematika disebut “kegiatan manusia” karena matematika terlibat dalam kegiatan masyarakat, baik masyarakat bawah, menengah, maupun masyarakat di tingkat tinggi.”
3
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun Menurut Zakaria, dkk (2012: 1828) pembelajaran matematika mempunyai tujuan “to produce a competent person who is able to apply knowledge of mathematics in everyday life effectively and responsibly in solving
problems and making decisions”. Melihat semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, posisi kemampuan-kemampuan yang kreatif untuk mengaitkan konsep-konsep yang telah ada sangat diperlukan. Sehingga, dalam hal ini kemampuan koneksi matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjawab kebutuhan akan kemampuan yang kreatif. Sementara itu dalam penelitian Ruspiani seperti yang dikutip Permana dan Sumarmo (2007: 116) menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa selama ini masih belum menggembirakan khususnya dalam aspek koneksi matematik.
Penelitan yang dilakukan Programme For International Student Assesment seperti dikutip Rokhaeni (2011: 4) menemukan bahwa Indonesia
4
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari studi pendahuluan terhadap kelas XA di SMA Laboratorium Percontohan UPI diperoleh data sebagai berikut: 16,67% siswa mendapat nilai 28 dari nilai maksimum sebesar 100 dan 83,33% siswa mendapat nilai kurang dair 28 dari nilai maksimum sebesar 100. Sedangkan menurut tingkat kecemasan adalah sebagai berikut: 4,17% siswa merasa cemas, 79,17% siswa merasa agak cemas, dan 16,67 merasa cemas ketika belajar matematika. Salah satunya menurut Baskoro seperti dikutip Nurhayati dan Absorin (2009: 114) menyatakan sebagai berikut:
5
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berkaitan dengan perasaan para siswa terhadap matematika, ada sejumlah ahli yang berpendapat, misalnya penelitian tentang kecemasan matematik dilakukan oleh Nurhayati dan Absorin pada tahun ajaran 2008/2009. Dari penelitian dihasilkan bahwa siswa yang terkategori cemas sebesar 28%, siswa terkategori sedang sebesar 47% , dan siswa terkategori tidak cemas sebesar 25%. Adapun konsekuensi kecemasan matematik menurut Arem seperti dikutip oleh Zakaria, dkk (2012 :1829) “students with high mathematics anxiety levels engage in negative thinking about their self-ability”. Begitu juga penelitian dari Zakaria seperti dikutip Zakaria, dkk (2012 :1829) ditemukan bahwa “students with high performance levels in mathematics have a positive attitude toward mathematics”. Juga penelitian Zakaria, dkk (2012: 1830) ditemukan bahwa “there are significant differences in mathematics achievement between high and moderate anxiety, between high and low anxiety and between moderate and low anxiety”. Leonard dan Supardi (2010: 349) dalam penelitiannya ditemukan bahwa “semakin tinggi kecemasan siswa, maka semakin rendah hasil belajar matematika siswa”
Pada penelitian (Salwani dan Salleh, Woodard, Yuksel-Şahin, Karimi dan Venkatesan, Khatoon dan Mahmood) seperti dikutip Zakaria, dkk (2012: 1829) ditemukan bahwa “females have higher mathematics anxiety than males”. Tetapi dalam penelitian (Marsh dan Tapia, Elenchothy, Mohamed dan Tarmizi) seperti dikutip Zakaria, dkk (2012: 1829) ditemukan bahwa “there is no significant difference in mathematics anxiety between males and females”. Walaupun demikian, menurut Pramono (2010: 17) kecemasan dapat terjadi pada siapapun dan dimanapun, begitu juga pada siswa di sekolah.
6
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rendahnya kemampuan koneksi adalah akibat dari pembelajaran konvensional. Dapat diduga bahwa kecemasan matematik siswa dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal sehingga sangat memungkinkan unuk merekayasa lingkungan pembelajaran.
Kedua masalah di atas perlu segera dicarikan solusi yang komprehensif. Melihat dari penelitian sebelumnya memang sudah ada yang berusaha untuk mencarikan solusi. Adapun penelitian yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa, telah dilakukan misalnya oleh Permana dan Sumarmo (2007: 122), dari penelitianya diperoleh kesimpulan: kemampuan koneksi matematik siswa melalui pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan koneksi matematik siswa melalui pembelajaran biasa. Secara rinci, kemampuan koneksi matematika siswa melalui pembelajaran berbasis masalah tergolong kualifikasi cukup. Sedangkan kemampuan koneksi matematik siswa melalui pembelajaran biasa tergolong kualifikasi kurang.
Tujuan pembelajaranmatematika di sekolah menurut Depdiknas seperti yang dikutip Herman (2007: 47) adalah: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan. Selain itu juga dijelaskan secara eksplisit kurikulum 2004 seperti yang dikutip Herman (2007: 48).
7
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kontekstual, siswa secara bertahap, dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika.
Dari pemaparan di atas pemilihan pembelajaran berbasis masalah terstruktur sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika menemukan relevansinya. Pembelajaran berbasis masalah berlandaskan bahwa ilmu pengetahuan itu dikontruksi seperti yang dikatakan oleh Barrows dan Gijselaers seperti dikutip White (2001: 1). PBL begins with the assumption that learning is an active, integrated, and constructive process influenced by social and
contextual factors. Proses pengkonstruksian pengetahuan seperti yang
dikemukakan Vygotsky seperti dikutip Herman (2007: 53).
Pembelajaran ini memang diindikasikan bisa berpengaruh positif terhadap kemampuan koneksi matematik siswa tetapi pembelajaran berbasis masalah juga perlu diteliti lagi terkait dengan aspek-aspek lain. Salah satu aspek itu adalah tingkat kecemasan siswa ketika dilakukan pembelajaran berbasis masalah. Dugaan penulis adalah karena dalam pembelajaran berbasis masalah ada presentasi di depan kelas kelas yang mungkin membuat siswa cemas. Bagi siswa yang bisa menyelesaikan masalah dengan baik mungkin tidak merasa cemas, tapi bagi siswa yang masih belum bisa menyelesaikan masalah dengan benar akan mengalami kecemasan. Dari pemaparan di atas maka diajukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik dan Menurunkan Tingkat Kecemasan Matematik Siswa Kelas X SMA”.
1.2Rumusan Masalah
8
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa kelas X SMA yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah terstruktur lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
2. Apakah penurunan tingkat kecemasan matematik siswa kelas X SMA yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah terstruktur lebih besar daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa kelas X SMA yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah terstruktur lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional 2. Untuk mengetahui apakah penurunan tingkat kecemasan matematik siswa kelas
X SMA yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah terstruktur lebih besar daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional
1.4 Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk melihat fenomena pembelajaran matematika dilihat dari sudut pandang ilmiah. Hal ini semakin memperkaya pembelajaran matematika agar lebih bisa dipertanggungjawabkan.
2. Bagi Guru
9
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Bagi Peneliti Lainnya
Penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya agar penelitian selanjutnya bisa lebih komprehensif. Bisa juga digunakan sebagai referensi untuk menggali lebih dalam bagaimana kaitan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan matematik lainnya.
1.5 Definisi Operasional
1. Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur
Pembelajaran berdasarkan masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik (lebih dekat kepada dunia
siswa). Secara operasional pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan: (1) pembukaan; (2) pemberian masalah autentik; (3) berdiskusi kelompok; (4) presentasi hasil diskusi; (5) evaluasi dari guru.
2. Kemampuan Koneksi Matematik
Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan mengaitkan konsep matematika dengan konsep matematika lainnya. Indikator kemampuan koneksi matematik yang menjadi perhatian utama adalah kemampuan siswa mengkoneksikan satu topik matematika dengan topik matematika yang lain.
3. Kecemasan Matematik
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental (kuasi eksperimen) karena sesuai dengan kondisi di lapangan,
bahwa pemilihan kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak dipilih secara murni diacak. Menurut Sugiyono (2012:87) kuasi eksperimen dikembangkang untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Pada desain ini digunakan dua kelas, yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran berbasis masalah terstruktur, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran secara konvensional. Desain yang dapat digunakan untuk menggambarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:
X
Keterangan:
: Pretes, Postes
X : Pembelajaran berbasis masalah terstruktur
Desain ini dipilih karena melibatkan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan eksperimen tanpa harus memilih secara acak, sehingga sesuai dengan tujuan yaitu melihat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terstruktur terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematik dan penurunan kecemasan matematik siswa SMA kelas X.
19
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Laboratorim Percontohan UPI. Sekolah ini beralamat di jalan DR. Setiabudi nomor 225 Bandung. Tepatnya di tengah kampus UPI. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013, tepatnya dari bulan Mei-Juni 2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil dua kelas di mana satu kelas akan dipilih sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel tidak diputuskan secara acak melainkan berkonsultasi dengan guru matematika di sekolah. Meskipun demikian, alasan pemilihan kelas sampel ini adalah untuk menjaga agar pembelajaran di sekolah tidak terganggu.
3.3. Instrumen Penelitian
Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, angket, dan lembar observasi.
3.3.1.Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini adalah seperangkat instrumen yang dimanfaatkan untuk kegiatan belajar-mengajar selama penelitian. Instrumen pembelajaranya terdiri dari:
3.3.1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
20
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
satuan pendidikan (KTSP) 2006 diselipi dengan beberapa karakter yang mungkin dimunculkan.
3.3.1.2. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa (LKS) adalah petunjuk praktis bagi siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yang merujuk pada simpulan di setiap kompetensi dasar. LKS yang ada dibuat untuk diisi bersama kelompok, sehingga memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam satu tim. LKS itu juga bisa untuk melihat bagaimana pemahaman konsep siswa. Juga bisa menjawab pertanyaan, apakah ada konsep prasyarat yang belum dipahami oleh siswa.
3.3.1.3. Alat Peraga
Dalam pembelajaran berbasis masalah terstruktur diperlukan sebuah masalah yang dekat dengan siswa sehingga siswa belajar dari masalah yang ada. Materi yang diajukan adalah materi trigonometri untuk kelas X, maka alat peraga yang dibuat yaitu berupa lingkaran dari kertas karton dan siswa menggunakan itu untuk mencapai formula atau konsep sinus, cosinus, dan tangent. Selain itu juga dibuat segitiga dari karton, digunakan siswa untuk mencapai konsep aturan sinus.
3.3.2. Instrumen tes
3.3.2.1. Soal Essay
Soal essay dibuat dengan tujuan mendapatkan data pretes dan data postes. Untuk mengukur kemampuan koneksi matematik dibuatlah terlebih dahulu indikator kemampuan koneksi matematik. Indikator kemampuan koneksi matematik menurut Sumarmo (2007: 683-684) adalah sebagai berikut:
21
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari.
d) Memahami representasi ekuivalen suatu konsep.
e) Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalensi.
f) Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika.
Tabel 3.1. Soal Essay
No Target Sumber
Data
Teknik/
Cara Instrumen yang Digunakan
1. Kemampuan
Koneksi Matematik Siswa Tertulis Tes
Adapun karena soal dibuat dalam bentuk soal essay sehingga akan ada banyak sekali jenis jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Agar pemberian skor bisa seobjektif mungkin maka dibuat standar pemberian skor tiap soal. Standar untuk soal nomor 1 dan nomor 5 dengan skor maksimal 15 dituangkan pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Skor Soal 1& 5
Standar untuk soal nomor 2 dengan skor maksimal 20 dituangkan pada tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Skor Soal 2
Skor Spesifikasi
15 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sangat efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematik, konsep, dan prosesnya
10 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sebagiannya efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya
5 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang cukup efektif, akurat, dan tidak lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematik, konsep, dan prosesnya
2 Jawaban yang salah namun ada upaya untuk mengerjakan jawaban tersebut 0 Keluar dari permasalahan, out off topic, tidak terbaca, kosong, dan jawaban yang
22
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor Spesifikasi
20 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sangat efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematik, konsep, dan prosesnya
18 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sebagiannya efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya
10 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang cukup efektif, akurat, dan tidak lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematik, konsep, dan prosesnya
5 Jawaban yang salah namun ada upaya untuk mengerjakan jawaban tersebut 0 Keluar dari permasalahan, out off topic, tidak terbaca, kosong, dan jawaban yang
sangat tidak sesuai
Standar untuk soal nomor 3 dan nomor 4 dengan skor maksimal 25 dituangkan pada tabel 3.4 di halaman 22.
Tabel 3.4 Skor Soal 3 & 4
Skor Spesifikasi
25 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sangat efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematik, konsep, dan prosesnya
20 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sebagiannya efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya
15 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang cukup efektif, akurat, dan tidak lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematik, konsep, dan prosesnya
7 Jawaban yang salah namun ada upaya untuk mengerjakan jawaban tersebut 0 Keluar dari permasalahan, out off topic, tidak terbaca, kosong, dan jawaban yang
sangat tidak sesuai
Tes tertulis ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematik siswa, yang meliputi tes awal dan tes akhir. Tes awal (pretes) digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta untuk mengetahui kesetaraan (homogenitas) di antara kedua kelas tersebut. Tes akhir (postes) digunakan untuk mengetahui perbandingan kemampuan koneksi matematik siswa kedua kelas tersebut.
23
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden). Tujuan pemberian angket ini adalah untuk mengetahui kecemasan siswa sebelum dan sesudah belajar matematika. Pramono (2010:16-17) mengutip Rizky menyatakan bahwa Freud berpendapat indikator dari kecemasan ada 3 yaitu: Pertama realistis, takut akan bahaya di dunia luar. Kedua neturotis, jika instink tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum. Ketiga moral, kecemasan kata hati. Akan merasa dosa apabila melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang sangat bertentangan dengan norma-norma moral. Adapun penskoran terhadap angket menggunakan skala likert sebagai berikut pada halaman 23.
Tabel 3.5 Angket
No Target Sumber Data Teknik/ Cara Instrumen yang Digunakan
1. Kecemasan
Matematik Siswa Tertulis anket
3.3.2.3. Jurnal Harian
Jurnal harian diberikan untuk bisa menampung aspirasi yang dipikirkan oleh siswa. Aspirasi itu bisa berupa kesulitan pada konsep matematik ataupun pendapat siswa pada pembelajaran berbasis masalah terstruktur.
Tabel 3.6 Jurnal
No Target Sumber
Data Teknik/Cara
24
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.
Respon terharhadap
pembelajaran matematik,
kendala siswa dalam
belajar matematik
Siswa Tertulis Jurnal
3.3.2.4.Lembar Observasi
Lembar observasi dibuat untuk melihat proses pembelajaran baik siswa atau guru. Lembar observasi ini diisi oleh orang yang hadir di dalam pembelajaran tetapi tidak ikut dalam proses belajar mengajar. Kedudukan lembar observasi menjadi penting karena berisi hal-hal yang objektif dan kadang tidak disadari oleh guru. Pada lembar observasi ini terdapat pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendeskripsikan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
Tabel 3.7 Lembar Observasi
No Target Sumber
Data Teknik/Cara
Instrumen yang Digunakan
1. Deskripsi kegiatan siswa dan guru
selama pembelajaran Siswa Tertulis Observasi
Lembar observasi berisi acuan penilaian yang harus diisi oleh pengamat (observer) mengenai aktifitas guru dan siswa. Observasi dilakukan selama pembelajaran untuk melihat bagaimana keadaan pada saat pembelajaran berlangsung. Lembar observasi dalam penelitian ini berisi pedoman untuk mengamati aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran.
3.3.2.5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
25
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diagram 3.1 Prosedur Penelitian
3.4.Teknik Pengolahan Data.
Analisis kualitas instrumen tes yang dilakukan terdiri dari:
3.4.1. Uji Validitas
Menurut Nasution (2009: 74) suatu alat pengukur disebut valid jika alat tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas ada tiga macam yaitu validitas isi, validitas prediktif, dan validitas kontruksi. Yang dimaksud dengan validitas isi adalah bahwa isi atau bahan yang diuji atau dites
Tahap Persiapan 1. Penyusunan proposal penelitian
2. Seminar proposal penelitian
3. Perbaikan proposal (jika diperlukan) 4. Pembuatan instrumen penelitian 5. Perizinan uji coba instrumen tes 6. Uji coba instrumen tes
7. Analisis kualitas instrumen tes 8. Perbaikan instrumen (jika diperlukan) 9. Penentuan sampel
10.Konsultasi dengan pihak sekolah untuk melakukan penelitian
Tahap Pelaksanaan 1. Pelaksanaan pretes kedua kelas
2. Melaksanakan pembelajaran dan pengisian lembar observasi 3. Pelaksanaan postes kedua kelas
4. Pengisian angket
Tahap Analisis Data 1. Pengumpulan hasil data kuantitatif dan kualitatif
2. Pengolahan dan menganalisis hasil data kuantitatif dan kualitatif
Tahap Simpulan dan Saran 1. Membuat simpulan dari data kuantitatif dan data kualitatif
26
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman,atau latar belakang orang yang diuji. Kalau misalnya kita uji bahan diluar apa yang dipelajari, maka tes itu tidak mempunyai balidtas isi. Yang dimaksud dengan validitas prediktif adalah adanya kesesuaian antara ramalan (prediksi) tentang kelakuan seseorang degan kelakuannya yang nyata. Yang dimaksud dengan validitas konstruk adalah tes yang digunakan untuk mengukur aspek-aspek yang diperlukan sebagai pertimbangan akhir akan apa yang seharusnya diukur. Secara matematis, validitas isi bisa dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
rxy : Koefisien Korelasi
N : Banyaknya siswa
X : Nilai Rata-rata Harian
Y : Nilai Tes
Adapun hasil matematis dari validitas bisa diinterpretasikan pada tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.8 Kriteria Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 rxy 1,00 Sangat Tinggi
0,70 rxy < 0,90 Tinggi
0,40 rxy < 0,70 Sedang
0,20 rxy < 0,40 Rendah
0,00 rxy < 0,20 Sangat Rendah
rxy < 0,00 Tidak Valid
27
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
[image:30.595.126.508.105.644.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9 Validitas Instrumen
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi
1 1 0.466
2 2 0.396
3 3 0.491
4 4 0.758
5 5 0.533
3.4.2. Uji Reliabilitas
Menurut Nasution (2009: 15), reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi adalah jika alat itu dipakai untuk mengukur pada waktu yang berlainan senantiasa enunjukan hasil yang sama. Karena itu reliabilitas suatu alat ukur adalah syarat mutlak untuk menentukan pengaruh variabel yang satu terhadap variabel yang satu lagi. Instrumen yang reliabel merupakan alat untuk mengetahui adanya perubahan antara skor sebelum dan sesudah percobaan. Secara matematis cara mencari reliabilitas suatu alat evaluasi adalah sebagai berikut:
Keterangan:
n : banyak butir soal (item)
: jumlah varians skor tiap soal : varians skor total
Dan rumus varians adalah:
Keterangan:
S²(n) : varians tiap butir soal
: jumlah skor tiap item
28
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu : jumlah siswa
[image:31.595.123.514.175.697.2]Adapun interpretasi dari hasil perhitungan reliabilitas terlihat pada tabel 3.10 sebagai berikut pada halaman 27.
Tabel 3.10 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,90 r11 1,00 Sangat Tinggi
0,70 r11 < 0,90 Tinggi
0,40 r11 < 0,70 Sedang
0,20 r11 < 0,40 Rendah
r11< 0,20 Sangat Rendah
Dari perhitungan terhadap dengan anates didapatkan nilai reliabilitas 0,47 sehingga terkategori sedang.
3.4.3. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal adalah kualitas soal untuk dapat membedakan siswa yang pintar, siswa yang sedang, dan siswa yang kurang pintar. Secara matematis daya pembeda dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
DP : daya pembeda A
X : rata-rata skor siswa kelompok atas B
X : rata-rata skor siswa kelompok bawah SMI : skor maksimal ideal
Adapun interpretasi dari hasil daya pembeda ada pada tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11
Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
29
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Dari pengolahan dengan anates didapatkan data pada tabel 3.12 sebagai berikut pada halaman 28.
Tabel 3.12 Daya Pembeda
No Nomor butir Daya pembeda
1 1 0,2667
2 2 0,1563
3 3 0,1150
4 4 0,1500
5 5 0,2167
3.4.4. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran menyatakan tingkat kesukaran sebuah soal. Hal ini sangat penting agar soal yang diujikan tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Secara matematis Indeks kesukaran dituliskan pada halaman 28.
Keterangan:
IK : indeks kesukaran
X : rata-rata skor tiap soal
SMI : skor maksimal ideal
Adapun hasil dari Indeks kesukaran diinterpretasikan ada pada tabel 3.13 sebagai berikut:
Tabel 3.13 Kriteria Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
30
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.14 Indeks Kesukaran
No. Nomor butir Indeks kesukaran
1 1 0,4833
2 2 0,5781
3 3 0,6625
4 4 0,6600
5 5 0,5583
3.4.5. Analisis Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan memberikan ujian baik itu pretes maupun postes, pengisian angket, jurnal
harian, dan observasi. Data yang didapatkan kemudian digolongkan ke dalam jenis
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil ujian (pretes
dan postes) siswa. Data kualitatif terdiri dari data hasil pengisian angket, jurnal harian,
dan lembar observasi.
3.5. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.5.1. Analisis Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pengolahan data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas, apakah kedua kelas itu mempunyai kemampuan yang relatif sama atau tidak. Software yang digunakan untuk memudahkan perhitungan adalah software SPPS (Statistical Product and Service Solution) versi 16 for windows dengan
menggunakan langkah – langkah sebagai berikut:
3.5.1.1. Uji Normalitas
31
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
homogenitas. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik. Uji normalitas yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnovdengan rumusan hipotesisnya:
Ho : populasi berasal dari data yang berdistribusi normal
H1 : populasi berasal dari data yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:
1. jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 005, maka Ho diterima
2. jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka Ho ditolak 3.5.1.2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini dilakukan jika data kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal, jika tidak berdistribusi normal maka langsung dilakukan uji kesamaan kesamaan dua rata-rata dengan uji non–parametrik Mann-Whitney. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji apakah setiap
kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji f dengan
hipotesis sebagai berikut:
Keterangan:
: variansi data pretes kelas eksperimen : variansi data pretes kelas kontrol
Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:
1. jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, maka Ho diterima
32
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji kesamaan dua rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen sedangkan data yang
memenuhi asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya
menggunakan pengujian t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Sedangkan data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji
non-parametrik. Perumusan hipotesis untuk uji t atau uji t’ sebagai berikut:
Keterangan:
: rata-rata skor pretes kelas eksperimen : rata-rata skor pretes kelas kontrol
Kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1. jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, maka Ho diterima
2. jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka Ho ditolak
Perumusan hipotesis apabila yang digunakan adalah uji Mann-Whitney adalah sebagai berikut:
Keterangan:
: median skor pretes kelas eksperimen : median skor pretes kelas kontrol
3.5.1.4. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik
33
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan kemampuan yang sama maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah data postes, akan tetapi jika hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan kemampuan yang berbeda maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah data Indeks gain. Analisis data peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa
diperoleh dengan menggunakan rumus (N-Gain) sebagai berikut:
maks pre pre pos S S S S g Keterangan: g : gain Spre : skor pretes
Spos : skor postes
Smaks : skor maksimal
Adapun kriteria tingkat gain menurut seperti yang terlihat pada tabel 3.15 di halaman 32.
Tabel 3.15 Kriteria Indeks Gain
Dari penelitian didapatkan data gain pada tabel 3.16 sebagai berikut:
3.6.Analisis Data Kualitatif
G Keterangan
7 , 0 g Tinggi 7 , 0 3 ,
0 g Sedang
3 , 0
34
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data dari penelitian yang diperoleh dianalisis untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data kualitatif yang diperoleh adalah sebagai berikut:
3.6.1.Angket
Langkah yang pertama adalah dengan mengumpulkan data, setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian. Data disajikan dalam tabel dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi setiap alternatif jawaban serta untuk mempermudah dalam membaca data. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel kategorik dan dikumulatifkan untuk memudahkan perhitungan chi kuadrat ditampilkan pada halaman 33.
Tabel 3.16
Kategori Jawaban Angket
SS S N TS STS
5 4 3 2 1
Selanjutnya dilakukan dilakukan adalah menganalisis dengan menggunakan uji chi kuadrat. Formula dari chi kuadrat menurut Riduwan dan Sunarto (2012: 68) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
fo : frekuensi yang diobservasi fe : frekuensi yang diharapkan
: jumlah frekuensi pada kolom
: jumlah frekuensi pada baris
[image:37.595.122.519.220.597.2]35
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
[image:38.595.127.512.212.579.2]Menurut Arikunto seperti dikutip Agisti: (2009: 56-57) pengelompokan terhadap siswa menggunakan aturan sebagai berikut. Kelompok siswa yang cemas adalah semua siswa yang mempunyai skor rata-rata ditambah dengan satu kali simpangan baku skor semua. Kelompok siswa yang agak cemas adalah siswa yang mempunyai skor antara skor rata-rata ditambah dengan satu kali simpangan baku skor semua dan skor rata-rata dikurang dengan satu kali simpangan baku skor semua. Kelompok siswa tidak cemas adalah siswa yang mempunyai nilai kurang dari skor rata-rata ditambah dengan satu kali simpangan baku. Skor data angket kemudian diklasifikasikan tingkat kecemasanya berdasar pada aturan di atas, sehingga didapat hasil klasifikasi tingkat kecemasan matematika kelas eksperimen pada tabel 3.17 sebagai berikut pada halaman 34.
Tabel 3.17
Klasifikasi Kecemasan Siswa Kelas Eksperimen Tidak Cemas Agak Cemas Cemas
Pre 3 19 2
Pos 2 20 2
Sedangkan hasil klasifikasi tingkat kecemasan matematika kelas kontrol pada tabel 3.18 sebagai berikut.
Tabel 3.18
Klasifikasi Kecemasan Siswa Kelas Kontrol Tidak Cemas Agak Cemas Cemas
Pre 3 14 5
Pos 2 17 3
3.6.2.Jurnal Harian
36
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
termasuk jurnal yang bersifat positif dan mana yang bersifat negatif, sehingga dapat diketahui pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan terstruktur.
Pembelajaran berbasis masalah terstruktur diaplikasikan kepada kelas eksperimen. Jurnal ini berisi pertanyaan terbuka dengan tujuan agar siswa bisa memberikan pendapat sesuai apa yang dipikirkan. Dari 24 siswa yang diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah terstruktur 22 siswa memberikan pendapat dan 2 siswa tidak memberikan pendapat. Dari 22 siswa yang berpendapat 19 siswa memberikan apresiasi baik pada pembelajaran berbasis masalah terstruktur dan 3 siswa memberikan apresiasi kurang baik terhadap pembelajaran berbasis masalah terstruktur. Dari tiga siswa itu satu siswa
menjawab “agak susah”, satu siswa menjawab “lumayan susah”, dan satu
siswa mengkritik karena adanya salah ketik dalam penulisan LKS (Lembar Kerja Siswa).
Pertanyaan selanjutnya dari jurnal dibuat untuk mengukur seberapa besar siswa dalam menangkap materi yang disampaikan dengan metode pembelajaran berbasis masalah terstruktur. Dari 24 siswa ada 2 siswa tidak berpendapat, ada 7 siswa yang mengeluhkan adanya materi yang yang belum dipahami, dan ada 13 siswa yang berpendapat bisa memahami materi yang diberikan. Dari 7 siswa yang mengeluhkan kesulitan terhadap materi, 2 siswa mengeluhkan materi trigonometri, 4 siswa kesulitan semua materi matematik, dan 1 siswa menyatakan kesulitan materi logaritma.
3.6.3.Lembar Observasi
37
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lembar observasi berisi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dan dianalisis dengan mencari presentasenya. Ketika proses belajar mengajar berjalan, ada observer yang yang tidak terlibat dalam pembelajaran tetapi ada dan mengamati proses pembelajaran berbasis masalah terstruktur. Observer mengamati proses pembelajaran, guru, dan siswa.
Dari 10 rencana aktifitas yang akan guru laksanakan di dalam kelas, ada 2 hal yang tidak tercapai. Kedua hal tersebut adalah karena guru terlalu memberi bantuan dan guru tidak memberi pekerjaan rumah kepada siswa. Alasan mengapa guru banyak memberi bantuan karena siswa masih belum terkondisikan dalam suasana pembelajaran berbasis masalah terstruktur. Alasan mengapa guru tidak memberi pekerjaan rumah adalah karena guru melihat hal itu tidak mendesak. Walaupun begitu, guru mengingatkan untuk menyiapkan materi yang akan datang.
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berbasis masalah terstruktur yang telah dilaksanakan, didapat simpulan sebagai berikut:
5.1.1. Peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah terstruktur lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional/tradisional. 5.1.2. Pembelajaran berbasis masalah terstruktur tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan matematik siswa.
5.2.Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya disarankan kepada guru, peneliti selanjutnya atau yang mempunyai minat dalam pembelajaran berbasis masalah terstruktur disarankan agar:
5.2.1. Pembelajaran berbasis masalah terstruktur diterapkan pada materi yang konstektual dan menggunakan waktu panjang. Masalah konstektual diperlukan karena hal inilah yang menjadi salah satu ciri khas PBM terstruktur. Waktu yang panjang diperlukan karena harus menunggu proses berpikir siswa.
51
Kamal Lutfi Rohidin, 2014
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSIMATEMATIK DAN MENURUNKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu