TESIS
PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN PADA SISWA KELAS X
DI SMA NEGERI 1 LEMBANG
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister
DISUSUN OLEH ALIEN WARIATUNNISA
1104050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI SEKOLAH PASCASARJANA
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI DAN KREASI TERHADAP TARI DAERAH SETEMPAT
PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 LEMBANG
OLEH
ALIEN WARIATUNNISA 1104050
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M. Hum. NIP. 195212051986112001
Pembimbing II
Dr. Triyanti Nugraheni, M. Si. NIP. 197303161997022001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Seni
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Pembelajaran Tari Sasapian Untuk Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Tari Daerah Setempat Pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 1 Lembang” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung
resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran
atas etika keilmuan dengan karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2014
Yang membuat pernyataan
Alien Wariatunnisa
DAFTAR ISI
BAB II LANDASAN TEORETIS ……… 8
A. Penelitian Terdahulu ……….. 8
1. Pembelajaran Tari………. 8
2. Kesenian Sasapian………. 9
B. Teori yang digunakan ……… 10
1. Teori Belajar dan Pembelajaran……… 10
2. Teori Metode Pembelajaran……….. 13
BAB III METODE PENELITIAN ………... 18
A. Metode dan Pendekatan Penelitian ……… 18
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 22
E. Teknik Analisis Data……….. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 29
A. Observasi Awal ……….. 29
B. Desain Pembelajaran Tari Sasapian ……… 31
C. Proses Pembelajaran Tari Sasapian ………. 40
D. Hasil Pembelajaran Tari Sasapian ……….. 60
E. Pembahasan ……… 69
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 77
A. Kesimpulan ………. 77
B. Rekomendasi ……….. 80
DAFTAR PUSTAKA……… 81
DAFTAR UNDUHAN……….. 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Proses Perubahan Tingkah Laku………. 13
Gambar 2 Pembelajaran Kreatif-Produktif………. 17
Gambar 3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kurikulum 2013………. 20
Gambar 4 Bagan Tahapan Pembelajaran Tari Sasapian………. 21
Gambar 5 Bagan Tahapan Pembelajaran Tari Sasapian………. 31
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Pertemuan 1 Pembelajaran Tari Sasapian………. 32
Bagan 2 Pertemuan 2 Pembelajaran Tari Sasapian………. 34
Bagan 3 Pertemuan 3 Pembelajaran Tari Sasapian………. 36
Bagan 4 Pertemuan 4 Pembelajaran Tari Sasapian………. 38
DAFTAR FOTO
Foto 1 SMA Negeri 1 Lembang………. 22
Foto 2 Peresmian Kantin Kejujuran di SMA Negeri 1 Lembang……….…. 23
Foto 3 Sesepuh Beserta Para Penari Bebedilan Pada Pertunjukan
Sasapian………. 42
Foto 4 Penari Sasapian dan Kuda Lumping Pada Pertunjukan Sasapian.…. 43
Foto 5 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 1 Pertemuan 3….…. 49
Foto 6 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 2 Pertemuan 3….…. 50
Foto 7 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 5 Pertemuan 4….…. 52
Foto 8 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 1 Pertemuan 4.……. 53
Foto 9 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 2 Pertemuan 5….…. 58
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Nilai Diskusi…………...………. 61
Tabel 2 Daftar Nilai Makalah Kelompok 1………. 62
Tabel 3 Daftar Nilai Makalah Kelompok 2………. 63
Tabel 4 Daftar Nilai Makalah Kelompok 3………. 64
Tabel 5 Daftar Nilai Makalah Kelompok 4………. 65
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menambah referensi mengenai konsep pembelajaran Seni Tari berdasarkan kurikulum 2013 yang saat ini baru disahkan oleh pemerintah pusat untuk diterapkan di seluruh sekolah yang ada di Indonesia agar siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis. Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu: Bagaimana desain pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang? Bagaimana proses pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang? Bagaimana hasil pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu action research dengan metode pembelajaran Kreatif-Produktif melalui pendekatan saintifik sesuai dengan yang dianjurkan oleh kurikulum 2013. Pembelajaran ini terdiri dari 5 pertemuan melalui 5 tahapan yang harus dilalui oleh siswa yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Adapun hasil dari peneltian ini yaitu :
Pada pertemuan pertama siswa mengamati peran dan karakter yang terdapat pada tari Sasapian melalui video tari Sasapian. Hasilnya siswa menjadi lebih paham terhadap peran dan karakter yang terdapat pada tari Sasapian. Pada pertemuan kedua, pembelajaran dilakukan secara langsung di sanggar tari Sasapian dengan tokoh tari Sasapian sebagai nara sumber. Disini siswa melakukan apresiasi secara langsung, diskusi dan tanya jawab mengenai teks dan kontekstual tari Sasapian lalu belajar gerak tari Sasapian langsung dengan tokoh tari Sasapian.
Pada pertemuan ketiga dilakukan tahap mengeksplorasi. Siswa ditugaskan oleh guru untuk membuat konsep dan mengeksplorasi gerak tari kreasi Sasapian. Pada pertemuan keempat yaitu proses mengasosiasi melalui pemilihan dan memadukan gerak, serta memantapkan gerak yang sudah terpilih dengan tehnik yang benar. Pada pertemuan kelima siswa melakukan tahapan terakhir yaitu mengomunikasikan karya tari kreasi Sasapian secara perkelompok, lalu membuat kritik tari sebanyak minimal 50 kata untuk menanggapi dan memberikan penilaian terhadap karya kelompok lain.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang dunia pendidikan selalu berhubungan dengan
kurikulum yang mengatur sistem pendidikan. Kurikulum adalah sejumlah rencana
isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan
petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan
kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah
bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi
belajar. Hal ini perlu dilakukan untuk menjadi tolok ukur hasil pembelajaran kelas
di suatu daerah/ negara.
Di dalam kurikulum 2013, sebuah pembelajaran harus melalui proses
mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Begitu
pula dalam pelajaran Seni Budaya (Seni Tari), proses mengamati dan menanya
dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap sebuah pertunjukan tari, proses
mengeksplorasi dan mengasosiasi dapat dilakukan dengan membuat sebuah karya
tari kreasi, sedangkan mengomunikasi dapat dilakukan melalui sebuah
pertunjukan kelas.
Untuk mewujudkan semua proses di atas, maka dibutuhkan seorang guru
yang kreatif agar menghasilkan sebuah pembelajaran dan siswa yang kreatif pula.
Sesuai dengan norma yang ada di masyarakat bahwa guru merupakan akronim
dari digugu dan ditiru. Maka semua kepribadian dan tingkah laku guru merupakan
figur bagi siswanya. Untuk itu, kita sebagai guru harus memiliki kemampuan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Tati Narawati (2012: 3) dalam Imma Fretisari (2012: 2) menjelaskan
1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan kelas;
2. Kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan wibawa, menjadi teladan
peserta didik;
3. Sosial, yaitu kemampuan sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan berinteraksi;
4. Profesional, yaitu kemampuan dalam penguasaan pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi atau seni budaya yang diampunya.
Begitu baiknya kompetensi yang harus dimiliki seorang guru agar
terciptanya sebuah pembelajaran yang menarik, menyenangkan, inovatif, dan
kreatif, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran, yaitu
materi yang dapat membuat siswa kreatif. Kesenian yang dapat dijadikan sebagai
materi kreasi tari daerah setempat di SMA Negeri 1 Lembang diantaranya yaitu
kesenian Sasapian. Kesenian Sasapian merupakan kesenian khas daerah Lembang,
khususnya di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.
Proses pertunjukannya yaitu dengan cara mengarak kerangka/ boneka sapi
mengitari jalan yang telah ditentukan dengan iringan instrumen.
Adapun hakekat seni Sasapian bagi masyarakat Desa Cihideung hanya
semata-mata sebagai sarana hubungan antara manusia dengan sang pencipta,
karena binatang sapi ini hanya dapat bertahan hidup daerah dengan cuaca yang
dingin, maka ini merupakan salah satu berkah bagi masyarakat Cihideung.
Melalui sapi, mereka mendapatkan penghidupan bagi perekonomian mereka.
Apalagi saat ini, usaha susu sapi sudah terkelola dengan baik terlihat dari adanya
koperasi susu di setiap daerah yang ada di lembang, yang kemudian dipusatkan di
sudah mulai memproduksi bahan makanan yang berbahan susu, seperti: tahu susu,
kerupuk susu, youghurt, dan lain-lain, sehingga dapat menambah penghasilan bagi
mereka.
Pertunjukan Sasapian ini diawali dengan pemanggilan roh oleh sesepuh
dari kesenian Sasapian ini agar masuk ke dalam kerangka Sasapian. Hal ini
dilakukan supaya si penari Sasapian kuat memikul kerangka yang beratnya antara
10 hingga 15 kg dalam waktu yang cukup lama. Setelah pemanggilan roh selesai,
barulah si penari boleh memasuki kerangka sapi dan pertunjukan pun dimulai.
Apabila si penari sudah cukup lama menarikan kerangka sapi itu, maka si penari
mulai kerasukan roh dan gerak yang dilakukannya pun bersifat improvisasi. Jika
si penari sudah terlalu lama menarikan kerangka sapi itu serta terlihat lelah,
sesepuh kesenian seolah – olah menyembelih kerangka sapi itu oleh golok yang
terbuat dari kayu sebagaimana dilakukan oleh jagal apabila sapi sudah sekarat.
Pertunjukan ini dilakukan dengan cara arak – arakan berkeliling
kampung kemudian kembali ke tempat semula. Dengan demikian, kesenian Sasapian tergolong ke dalam seni helaran. “Seni helaran yaitu kesenian yang digelarkan dalam bentuk pesta arak – arakan, menelusuri jalan secara beramai –
ramai.” (Atik Soepandi, dkk., 1993 : 105).
Masyarakat Lembang secara tidak langsung telah saling mempengaruhi.
Mereka hidup bersama dan bergotong royong untuk mendapatkan hasil yang terbaik, karena bagaimana pun “Manusia itu adalah Zoon Politikon yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau setidak – tidaknya lebih suka mencari teman untuk hidup bersama daripada hidup sendiri” (Aristoteles dalam Cholil Mansyur, 2005 : 63).
Kesenian merupakan salah satu hal yang terpenting dalam tatanan
kehidupan masyarakat di suatu tempat, sebab masyarakat dan segala
perubahannya dapat menentukan perkembangan dan pelestarian kesenian
selalu berusaha untuk bergerak, memelihara kesenian yang telah ada, mewariskan,
dan mengembangkannya.
Kesenian daerah bersumber dari perasaan manusia berupa hasil karya,
cipta, dan karsa yang memiliki pengaruh besar terhadap sosial budaya daerah
setempat. Dengan demikian, kesenian daerah dapat digolongkan ke dalam seni pertunjukan, karena “seni pertunjukan adalah produk masyarakat” (Arnold Hauser dalam Soedarsono, 2002 : 2).
Adapun di kalangan rakyat biasa, berkembang seni pertunjukan rakyat.
Kesenian Sasapian merupakan salah satu contoh seni pertunjukan rakyat yang
hidup dan berkembang di masyarakat Lembang. Dari dulu hingga saat ini
Kesenian Sasapian selalu dipertunjukan dalam sebuah upacara ritual irung –
irung. Upacara ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian mata air yang
membawa kesuburan pada lahan pertanian yang dialiri oleh air yang berasal dari
mata air irung – irung. Disebut irung – irung, karena mata air tersebut keluar dari
sebuah batu yang menyerupai irung (Dalam bahasa Sunda, irung berarti hidung)
dimana pancaran airnya memiliki dua lubang seperti hidung.
Masyarakat Lembang selain sebagai pencipta seni, juga sebagai penikmat
seni. Hal ini terbukti dalam setiap pertunjukan kesenian daerah apapun selalu
interest, terutama pertunjukan kesenian Sasapian. Di setiap pertunjukannya,
tempat pertunjukan selalu dipenuhi oleh masyarakat Lembang. Oleh karena itu,
para pelaku dan tokoh seni Sasapian memiliki gagasan untuk menampilkan
kesenian ini dalam setiap event karnaval di daerah Lembang dan sekitarnya.
Sebagai contoh, setelah melaksanakan upacara ritual irung – irung,
masyarakat di Kecamatan Parongpong – Lembang mengadakan karnaval tanaman
hias. Dimana dalam kegiatan ini disajikan berbagai macam tanaman dan bunga
hias, parade patung dari barang bekas, serta kesenian daerah setempat. Segenap
warga pun tertumpah ruah ke jalanan menonton karnaval, bahkan ikut
berkarnaval. Karnaval ini disebut karnaval irung – irung karena diselenggarakan
Adapun hubungan kesenian Sasapian dengan upacara irung-irung yaitu,
karena kesenian Sasapian dan sumber mata air irung-irung merupakan sumber
penghidupan bagi masyarakat Cihideung, sehingga upacara irung-irung
merupakan salah satu wujud pemuliaan sumber kehidupan.
Sama halnya dengan karnaval irung – irung, dalam karnaval peringatan
Hari Ulang Tahun Republik Indonesia pun tidak kalah menariknya. Semua warga
masyarakat menyambut gembira kegiatan ini. Seluruh kebutuhan karnaval pun
dipersiapkan dengan baik. Mulai dari patung berbahan barang bekas, mobil hias,
senjata yang terbuat dari bambu, dan kesenian daerah setempat. Kesenian yang
biasa ditampilkan yaitu : Sisingaan, Kuda Renggong, Babagongan, Barongsai,
Sasapian, dan sebagainya. Ketika Sasapian tampil, segenap warga berkumpul
untuk menyaksikannya. Namun sesekali mereka berhamburan, karena ketakutan
oleh penari Sasapian yang sudah mulai kerasukan.
Selain itu, Kesenian Sasapian juga sering dijadikan sebagai acara hiburan
dalam pesta pernikahan dan khitanan. Sebagai wujud kegembiraannya, tidak
sedikit warga masyarakat Lembang yang menjadikan kesenian Sasapian untuk
acara hiburan.
Semua hal di atas menunjukan bahwa kesenian Sasapian telah mengalami
perkembangan fungsi. Pada awalnya kesenian Sasapian hanya berfungsi sebagai
upacara ritual. Namun seiring berjalannya waktu dan tatanan hidup masyarakat
Lembang, kini kesenian Sasapian bertambah fungsi sebagai hiburan yang biasa
diselenggarakan dalam berbagai event.
Kesenian Sasapian muncul pada tahun 1930-an oleh masyarakat Desa
Cihideung serta senantiasa menjaga, melestarikan, serta mewariskannya dengan
cara mengajarkan semua aspek tekstual dan kontekstual yang dalam kesenian
Sasapian kepada keturunannya. Hingga saat ini, sudah mencapai turunan ke – 7
yang dipimpin oleh Pak H. Maman dan Pak Endi.
kesenian Sasapian telah memperkuat identitas masyarakat Lembang serta
memberi ciri khas yang bisa dibanggakan.
Selain itu, kesenian Sasapian pun dapat memberikan penghasilan
tambahan bagi masyarakat setempat. Sebagai wujud rasa bangganya, tidak sedikit
warga yang menggelar kesenian Sasapian dalam berbagai acara, sehingga sedikit
banyaknya para pelaku kesenian Sasapian mendapatkan keuntungan, karena
warga yang menggelar kesenian Sasapian tidak membiarkan mereka bermain
dengan gratis.
Apabila kesenian Sasapian ini dijadikan sebagai sebuah pembelajaran
dalam mata pelajaran Seni Budaya, maka peserta didik akan lebih mengenal
kesenian daerah setempat, baik dari tekstual maupun kontekstualnya. Dampaknya
terhadap kesenian Sasapian tentu akan lebih dikenal, sehingga kesenian Sasapian
akan tetap terjaga dan lestari. Materi ini dapat disampaikan pada siswa SMA kelas
X di SMA Negeri 1 Lembang.
Berdasarkan pemaparan di atas,, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tari Sasapian Untuk Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Tari Daerah Setempat Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang”.
B. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya cakupan penelitian dan disebabkan keterbatasan dana
dan waktu, maka penelitian ini akan membatasi pada rumusan masalah: “Bagaimana Tari Sasapian Dapat Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Seni Daerah Setempat di SMA Negeri 1 Lembang?”
Agar lebih operasional, masalah penelitian diturunkan dalam bentuk tiga
pertanyaan penelitian, yakni:
a. Bagaimana pola/ desain pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X
b. Bagaimana proses pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di
SMA Negeri 1 Lembang?
c. Bagaimana hasil pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di
SMA Negeri 1 Lembang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dasar dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan apresiasi dan
kreasi siswa terhadap kesenian daerah setempat, dalam hal ini tari Sasapian. Maka
dari itu, peneliti merumuskan tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah
yang dipaparkan di atas. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut,
a. Menggambarkan pola/ desain pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa
Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang?
b. Menjelaskan proses pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di
SMA Negeri 1 Lembang?
c. Menjelaskan hasil pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di
SMA Negeri 1 Lembang?
D. Manfaat penelitian
1. Bagi objek yang diteliti, kesenian Sasapian menjadi lebih dikenal oleh
masyarakat Parongpong-Lembang khususnya generasi muda, sehingga
kesenian tersebut dapat lebih terjaga kelestariannya.
2. Bagi mata pelajaran Seni Budaya, dapat menambah referensi bahan
pembelajaran di sekolah dalam materi tari kreasi daerah setempat.
Mendapatkan strategi pembelajaran yang baru agar tercapainya tujuan
pembelajaran.
3. Bagi siswa, dapat meningkatkan kreativitas siswa.
4. Bagi sekolah SMA Negeri 1 Lembang, hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan untuk peningkatan motivasi pembelajaran, pengadaan sarana
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatifyang akan mendeskripsikan
penelitian mulai dari perencanaan hingga hasil yang didapat. Untuk mendapatkan
hasil penelitian yang lebih baik, maka peneliti menggunakan metode penelitian action
research. Menurut Masyhuri (2008: 42) dalam Fretisari (2012: 37) penelitian action
research merupakan penelitian untuk mengembangkan keterampilan – keterampilan
baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini peneliti
mencoba menerapkan sebuah bahan ajar untuk memecahkan masalah yang terjadi di
lapangan.
Peneliti menemukan masalah mengenai generasi muda sekarang yang
kurang mengenal kebudayaan dan kesenian daerahnya sendiri. Mereka lebih tertarik
pada kesenian luar negeri yang dianggap lebih modern yang bisa mengantarkan
mereka terhadap tren masa kini. Padahal kesenian dan budaya daerah memiliki
banyak nilai dan makna yang dapat membentuk moral mereka menjadi lebih baik.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba menyesuaikan dengan kurikulum
2013 yang saat ini telah ditetapkan oleh pemerintah untuk digunakan di setiap
sekolah. Ada beberapa pendekatan yang disarankan oleh kurikulum 2013 agar siswa
kritis, aktif, kreatif, dan inovatif. Dalam hal ini peneliti mencoba mengunakan metode
pembelajaran kreatif-produktif agar siswa dapat lebih kreatif dan menghasilkan
sebuah karya tari kreasi Sasapian.
Dalam bab 2 telah dibahas mengenai pengertian pembelajaran
dikembangkan dengan mengacu dengan berbagai pendekatan pembelajaran yang
diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.” (Made Wena,
2012 : 139)
Adapun pendekatan yang peneliti terapkan yaitu pendekatan scientific
dengan kriteria sebagai berikut (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan : 2013),
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
Berdasarkan keterangan di atas, pendekatan scientific sesuai dengan tujuan
kurikulum 2013 yang menuntut dan mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, kritis,
dapat mempertanggungjawabkan apa yang diucapkannya sesuai dengan konsep, teori,
dan fakta empiris. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam
Gambar 3
Sumber :
(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan : 2013)
Berikut ini adalah bagan proses pembelajaran tari Sasapian.
Gambar 4
Bagan tahapan pembelajaran tari Sasapian
Pertemuan 1
•Mengamati tari Sasapian melalui tayangan video tari
Sasapian.
Pertemuan 2
•Menanyakan informasi mengenai teks dan kontekstual
tari Sasapian pada senimannya secara langsung melalui penyadapan di sanggar tari Sasapian yang dilaksanakan di luar jam pelajaran.
Pertemuan 3
•Mengeksplorasi gerak tari Sasapian menjadi tari kreasi
Sasapian
Pertemuan 4
•Mengasosiasi gerak tari kreasi Sasapian melalui
pemilihan dan penggabungan gerak tari Sasapian
Pertemuan 5
•Mengomunikasikan tari kreasi Sasapian melalui
(Konsep: Alien, 2013)
B. Lokasi Penelitian
1. SMA Negeri 1 Lembang
Foto 1
(Sumber : SMA Negeri 1 Lembang, 2010)
SMA Negeri 1 Lembang merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri
satu-satunya di Kecamatan Lembang yang beralamatkan di Jalan Maribaya no. 68
Lembang 40391. Sekolah ini memiliki lokasi yang sangat strategis dengan iklim
yang sejuk, jauh dari keramaian kendaraan, dan udara yang segar, sehingga
memungkinkan siswa untuk belajar lebih tenang dan kondusif.
SMA Negeri 1 Lembang berada di tengah-tengah lingkungan militer,
sebelah barat ada Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal (PUSDIK AJEN), sebelah
timur Sekolah Pimpinan Polisi Republik Indonesia (SESPIM POLRI), sebelah
selatan ada Sekolah Staf Komando Angkatan Udara (SESKO AU). Selain itu,
SMA Negeri 1 Lembang pun dikelilingi oleh objek pariwisata di Lembang seperti
Melihat kondisi lingkungan yang seperti ini, anak-anak generasi muda di
daerah Lembang dapat terpengaruh oleh kebudayaan luar yang dibawa oleh
parawisatawan mancanegara, sehingga pada tahun 2010 SMA Negeri 1 Lembang
dijadikan sebagai Sekolah Pancasila oleh Ketua Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI) pusat. Sekolah Pancasila ini diwujudkan melalui adanya sistem
kantin kejujuran serta pengamalan pancasila yang dilakukan oleh siswa-siswi
SMA Negeri 1 Lembang dalam kehidupan sehari-hari.
Foto 2
(Sumber : SMA Negeri 1 Lembang, 2010)
Berdasarkan keterangan yang didapat dari salah satu Wakil Kepala
Sekolah bidang kurikulum DRS. Marsudi, sekolah ini berdiri pada tahun 1983.
Saat ini SMA Negeri 1 Lembang dipimpin oleh Ibu Dra. Hj. Etty Sutiarsih, beliau
menjabat sebagai kepala SMA Negeri 1 Lembang sejak tahun 2005 sampai saat
ini. Selama dalam kepemimpinan beliau, SMA Negeri 1 Lembang memiliki
perkembangan yang bisa dibilang sangat pesat dari segi fisik bangunan sekolah,
kedisiplinan, prestasi, dan sebagainya.
Kepala SMA Negeri 1 Lembang dibantu oleh beberapa Pembantu Kepala
Sekolah beserta staf. Saat ini Wakasek Humas dijabat oleh Ibu Nina Hernawati,
Kesiswaan oleh Bapak Samsul Arifin, serta Wakasek Sarana dan Prasana oleh
Bapak Memet Sudrajat.
Mengenai kurikulum yang dipakai, sekolah ini selalu mengikuti
perkembangan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Mulai dari kurikulum
1976, kurikulum1984, kurikulum1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, hingga saat ini kurikulum 2013.
Berdasarkan keterangan yang didapat dari Wakasek Kurikulum Drs.
Marsudi, mulai tahun 2004 SMA Negeri Lembang menerima siswa dengan
jumlah rombongan belajar sebanyak 9 kelas. Pada tahun ini penjurusan IPA, IPS
dan Bahasa mulai diberlakukan di jenjang kelas XI/ kelas 2. Penjurusan ini dilihat
dari minat dan bakat siswa melalui psikotes dan ketercapai nilai akademis. Namun
pada tahun 2012 jurusan bahasa mulai kehilangan peminat, sehingga kepala
sekolah beserta para Pembantu Kepala Sekolah berserta staf memutuskan untuk
menutup jurusan bahasa.
SMA Negeri 1 Lembang seringkali mengikuti lomba dalam bidang
akademis, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga
pendidikan dan perguruan tinggi. Prestasi pun seringkali diraih oleh siswa-siswi
SMA Negeri 1 Lembang di bidang akademik ini.
SMA Negeri 1 Lembang saat ini memiliki 22 ekstrakurikuler untuk
mewadahi minat, bakat, serta prestasi siswa dalam bidang non akademik. 22
ekstrakurikuler tersebut diantaranya adalah Paskibra, Pramuka, Ikrisma, PMR,
Seni Tari, Seni Rupa, Paduan Suara, Karawitan, Sanggar Sastra, Angklung,
Jurnalistik, KIR, Karate, Taekwondo, Boxer, Bulutangkis, Voli, Sepak Bola,
Futsal, Basket, Bola Tangan, dan Silat.
Prestasi yang dicapai tersebut tentunya tidak lepas dari fasilitas yang
yaitu: 22 unit proyektor, 22 projektion screen, 5 buah speaker, 25 buah terminal
kabel. Adapun untuk pembelajaran kesenian fasilitas yang ada yaitu: seperangkat
gamelan degung, 4 set angklung beserta gambang bambu dan kontra bas,
keyboard, drum, dan gitar.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Guru Bimbingan dan Konseling
Bapak Purnama Sidik, karakteristik siswa kelas X secara row input dilihat dari
psikotest yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling, banyak siswa yang
potensinya baik dari segi IQ ataupun bakat di atas rata-rata. Dari segi minat,
kebanyakan siswa kleas X ini cenderung berminat pada bidang seni budaya dan
olah raga. Hanya sedikit atau tidak terlalu banyak yang bernar-benar berminat
pada bidang akademis. Hal ini berpengaruh pada perkembangan ekstrakurikuler
yang ada di SMA Negeri 1 Lembang, dimana lebih berkembang ekstrakurikuler
yang berhubungan dengan seni dan olah raga dibandingkan dengan
ekstrakurikuler yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
2. Subjek Penelitian
Setelah menentukan lokasi penelitian, dalam sebuah penelitian
diperlukan pula subjek penelitian. Adapun yang akan menjadi subjek dalam
penelitian ini yaitu siswa kelas X. Pemilihan siswa kelas X yang dijadikan sebagai
subjek penelitian ini, karena disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang digunakan
oleh SMA Negeri 1 Lembang, dimana kurikulum 2013 ini baru diresmikan oleh
pemerintah pusat untuk diterapkan pada siswa kelas X. Selain itu, juga karena
kesenian Sasapian yang menjadi identitas masyarakat Parongpong-Lembang yang
dijadikan sebagai bahan pembelajaran dengan harapan kesenian ini dapat lebih
dikenal dan terjaga kelestariannya oleh masyarakat Lembang sendiri. Hal ini yang
menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian di kelas X SMA Negeri 1
A. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
serangkaian pertanyaan yang membutuhkan respon balik untuk mendapatkan data
yang diinginkan. Dengan berbagai pertanyaan tersebut diharapkan peneliti dapat
mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran tari Sasapian dalam
bereksplorasi, berkreasi, dan berapresiasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat
dalam bentuk pedoman wawancara untuk tokoh tari Sasapian, guru, Wakil Kepala
Sekolah, dan siswa berupa angket, serta pedoman observasi.
B. Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang ini
merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa
teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data. Namun teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Observasi
Obervasi terhadap objek penelitian secara langsung dilakukan di SMA
Negeri 1 Lembang Pada bulan September 2013. Dalam hal ini peneliti bertindak
langsung sebagai partisipan agar peneliti bisa mendapatkan data secara lengkap
mengenai berbagai hal yang ada di SMA Negeri 1 Lembang. Data tersebut
didapatkan dari beberapa narasumber di SMA Negeri 1 Lembang, Bahkan segala
sesuatu yang dapat dirasakan, didengar, dan dilihat menjadi sebuah penguatan
setelah peneliti mendapatkan informasi dari narasumber.
Observasi tidak hanya dilakukan di awal saja, tetapi juga dalam setiap
pertemuan, peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Dalam hal ini peneliti pun bertindak langsung sebagai pengajar/ guru dalam
oleh peneliti, sehingga peneliti dapat meraih data mengenai segala aktivitas siswa
yang terjadi dalam pembelajaran baik dari segi apresiasi, kreasi, pemahaman,
ataupun yang lainnya.
Selain di SMA Negeri 1 Lembang, peneliti pun melakukan observasi di
sanggar Kalangkamuning, yaitu salah satu sanggar yang melestarikan tari
Sasapian. Di sanggar ini peneliti melakukan observasi mengenai berbagai hal
tentang tari Sasapian. Mulai dari penyajian, iringan musik, dan lain sebagainya
berkenaan dengan tari Sasapian dalam upacara Irung-irung.
Observasi merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian ini,
karena dalam langkah-langkah penelitian terdapat observasi diantaranya. Hasil
dari observasi yang dilakukan dari awal hingga akhir menjadi sumber data yang
sangat penting dalam penelitian ini.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam pengumpulan data untuk mencatat dan
mengetahui semua peristiwa yang terjadi dilapangan secara lebih mendalam
terhadap responden. Menurut Arikunto (2002) dalam Suanda (2010: 57) dikemukakan bahwa “interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawacara”. Adapun tujuan dari wawancara
disebutkan oleh Sugiyono (2006) dalam Suanda (2010: 57) yaitu: “Untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Dalam teknik ini peneliti melakukan wawancara terhadap responden
yaitu, wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana untuk mengetahui
fasilitas yang mendukung pembelajaran seni tari, lalu pada wakasek bidang
kesiswaan untuk mengetahui prestasi yang telah dicapai oleh siswa pada bidang
seni. Setelah itu pada wakasek bidang kurikulum untuk mengetahui kurikulum
yang dipakai di sekolah ini. Semua wawancara ini dilakukan pada bulan
seni tari untuk mengetahui manfaat dari pola/ desain pembelajaran yang telah
dikonsep oleh peneliti terhadap proses pembelajaran sesuai dengan pendapat dan
sudut pandang guru mata pelajaran baik kekurangan ataupun kelebihannya.
Wawancara ini dilaksanakan setelah penelitian selesai dilakukan.
Selain itu, wawancara pun dilakukan terhadap siswa-siswi SMA Negeri 1
Lembang, untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan ketertarikan mereka
terhadap tari Sasapian, karena tari Sasapian ini sering mereka saksikan terutama
dalam acara karnaval Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, hanya terkadang
mereka tidak tahu nama kesenian yang mereka saksikan itu. Wawancara pada
siswa ini dilakukan terhadap 5 orang siswa, diantaranya yaitu : Siti Rahma, Zaeni,
Rika, Rizky Mutiarani, dan Bayu. Adapun alasan memilih kelima orang ini adalah
sebagai berikut : (1) Siti Rahma sebagai warga Desa Cihideung. (2) Zaeni dan
Bayu jika dilihat dari keseharian mereka dalam pembelajaran, mereka dianggap
lebih tertarik terhadap seni tradisional. (3) Rika dan Rizky jika dilihat dalam
kesehariannya dalam pembelajaran dan nilai yang didapat, mereka tergolong
siswa yang berprestasi di kelas X MS 4. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan
Oktober 2013.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2004) dalam Suanda (2010: 57) “Wawancara tidak terstruktur yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya”. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa pertanyaan secara garis besarnya saja.
3. Studi Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto yang dideskripsikan
dalam proses pengumpulan data. Adapun foto yang dideskripsikan yaitu foto pada
saat observasi kesenian Sasapian pada saat kegiatan Cihideung Festival serta foto
pembelajaran untuk melengkapi data dan informasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian.
C. Tehnik Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui
instrumen yang digunakan. Data yang didapat dari hasil observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi berupa data kualitatif akan dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif analisis. Dari data yang didapat, peneliti akan menganalisis data
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pembelajaran tari Sasapian dalam
mata pelajaran Seni Budaya di kelas X MS 4 yang telah menjawab rumusan
masalah, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari Sasapian telah
dilaksanakan melalui bahan ajar tari daerah setempat dengan melakukan
penelitian di SMA Negeri 1 Lembang. Tahap persiapan peneliti melakukan kajian
terhadap kurikulum 2013 yang saat ini baru ditetapkan oleh pemerintah serta
observasi awal terhadap tari Sasapian dalam upacara irung-irung di Desa
Cihideung Kecamatan Parongpong untuk dijadikan bahan ajar dalam materi tari
daerah setempat.
Pembelajaran tari Sasapian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Proses
mengamati dilakukan pada pertemuan pertama melalui media audio visual, yang
selanjutnya guru menugaskan siswa untuk melakukan observasi dan belajar tari
Sasapian secara langsung di sanggar tari Sasapian. Hasil observasi dilaporkan
secara tertulis dalam bentuk makalah, sedangkan hasil belajarnya diterapkan
dalam pembelajaran tari Sasapian di kelas dengan konsep yang berbeda sesuai
dengan kesepakatan kelompok masing-masing. Selanjutnya siswa berkreasi
membuat tari kreasi Sasapian yang dilakukan melalui beberapa tahapan,
diantaranya yaitu menanya, mengekslorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi.
Proses kreasi ini dilakukan selama empat pertemuan yaitu pertemuan 2, 3, 4, dan
5. Pada pertemuan kedua siswa berkunjumg secara langsung ke sanggar tari
Sasapian untuk berapreasiasi, kreasi, dan mendapatkan informasi secara lengkap
mengenai tari Sasapian. Pada pertemuan ketiga siswa membuat konsep garapan
Kelompok 1 memiliki konsep garap dengan bentuk penyajian 3 orang
menjadi penari Sasapian, 4 orang penari Kuda Lumping, dan 1 orang pemegang
tongkat. Kelompok 2 akan menampilkan tari Sasapian dengan formasi lengkap
yang di dalamnya terdapat bermacam-macam pemain dan bermacam-macam pula
karakternya. Adapun bentuk penyajiannya yaitu 2 penari Sasapian, 1 orang
pemegang tongkat, 1 orang penari Kuda Lumping, 2 orang penari Bebedilan, dan
2 orang bertindak sebagai pengiring lagu. Kelompok 3 dan 4 memiliki konsep
garap yang sama yaitu 2 penari Sasapian, 2 orang pemegang tongkat, dan 4 penari
Kuda Lumping. Sedangkan kelompok 5 akan tampil dengan konsep garap 2
penari Sasapian, 4 penari Kuda Lumping, dan 2 penari Bebedilan.
Setelah membuat konsep, siswa melakukan kreasi dan eksplorasi gerak
tari Sasapian yang kemudian didemonstrasikan di akhir pertemuan untuk
dievaluasi dan diberi masukan oleh guru (peneliti). Pada pertemuan ini gerak yang
ditemukan siswa masih monoton, masih hampir sama dengan pertunjukan tari
Sasapian yang sebenarnya dan belum terlihat adanya kreasi gerak yang signifikan.
Guru pun memberikan masukan untuk diperbaiki pada pertemuan selanjutnya agar
karya mereka lebih lagi.
Pada pertemuan keempat melalui bimbingan guru, siswa melakukan
improvisasi dengan cara memilih gerak yang lebih bervariatif dibanding pada
pertemuan sebelumnya. Setelah itu siswa melakukan evaluasi dengan cara
pembetulan gerak. Proses evaluasi ini dilakukan dengan metode pembelajaran
teman sebaya. Anggota kelompok yang sudah bisa melakukan gerak tari kreasi
Sasapian yang telah terpilh, membantu temannya untuk melakukan gerak dengan
tehnik yang benar. Sesudah melakukan pembengkelan gerak, lalu siswa
melakukan pemantapan gerak dengan berlatih secara intensif dan terus menerus
hingga waktu yang telah ditentukan oleh guru. Di akhir pertemuan guru
menyampaikan agar siswa mempersiapkan diri dan segala sesuatunya mengenai
garapan tari Sasapian yang akan ditampilkan pada pertunjukan kelas di pertemuan
Pada pertemuan kelima saatnya siswa mengomunikan karyanya melalui
sebuah pertnjukan kelas. Semua siswa sibuk mempersiapkan pertunjukan dengan
teman kelompoknya masing-masing. Pertunjukan yang mereka tampilkan cukup
menarik, gerak tari Sasapian yang dikolaborasikan dengan gerak hasil karya
mereka sendiri dan beberapa gerak tari modern yang sedang booming menambah
daya tarik penampilan mereka.
Selanjutnya siswa ditugaskan untuk melakukan kritik tari pada hasil
karya kelompok lain. Hal ini diharapkan agar siswa tidak hanya dapat
mengomunikasikan karyanya melalui pertunjukan saja, tetapi juga melalui sebuah
tulisan. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat menanggapi dan menilai hasil
karya orang lain.
Alhasil, tujuan pembelajaran tari Sasapian dapat tercapai dengan baik.
Siswa tidak hanya dapat melakukan eksplorasi gerak dan membuat sebuah karya
tari, tetapi juga siswa dapat berpikir kritis menanggapi hasil karya orang lain.
Apalagi dengan tugas siswa melakukan observasi secara langsung di lapangan
merupakan sebuah pengalaman baru untuk siswa dan menambah semangat siswa
untuk belajar tentang tari Sasapian dalam materi tari daerah setempat, laporan
observasi yang mereka buat pun cukup baik dan komunikatif. Nilai akhir yang
mereka dapatkan pun mayoritas memuaskan. Selain itu, pada akhirnya siswa lebih
tertarik dan peduli pada kesenian tradisional.
Di akhir pembelajaran ini ada timbal balik yang kami dapatkan. Pada saat
itu kebetulan salah satu sanggar yang dikunjungi oleh siswa menyelenggarakan
acara helaran seni budaya tingkat propinsi Jawa Barat. Pihak sanggar meminta
bantuan kepada pihak sekolah untuk menyertakan siswa dalam acara ini untuk
turut berpartisipasi secara langsung sebagai panitia penyelenggara. Pihak sekolah
mengijinkan dan siswa pun terlihat bersemangat untuk mengikuti acara ini.
Namun kendalanya, ada beberapa siswa yang tidak diijinkan oleh orang tuanya
malam pada H-1 dan lokasi sanggar yang jauh dengan lokasi tempat tinggalnya
membuat orang tua khawatir untuk mengijinkan anaknya ikut dalam acara ini.
Penelitian ini juga memberikan hasil yang positif bagi afektif siswa, yaitu
siswa lebih menunjukan sikap pro-aktif selama pembelajaran berlangsung. Siswa
juga terlihat lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
oleh guru, lebih kreatif dalam berkarya, serta kritis dalam menanggapi hasil karya
orang lain.
Adapun hasil dari pembelajaran yang telah disampaikan ini adalah
sebagai berikut,
1) Siswa dapat memperoleh informasi lengkap mengenai tekstual dan
kontekstual tari Sasapian.
2) Siswa dapat mengkreasikan tari Sasapian.
3) Siswa lebih peduli terhadap kesenian trasidional.
4) Siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis.
5) Siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab.
B. Rekomendasi 1. Bagi Sekolah
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti memiliki catatan bagi
pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Dari segi kurikulum, SMA
Negeri 1 Lembang telah memakai kurikulum 2013 sesuai dengan ketetapan
pemerintah. Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Lembang
sudah berusaha untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dari segi waktu, meskipun dirasa kurang cukup untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran seni budaya agar siswa lebih kreatif, namun itu sudah menjadi
ketentuan dalam kurikulum 2013. Dari segi sarana dan prasarana, alangkah
baiknya jika sekolah memiliki sebuah ruangan khusus untuk pembelajaran seni
budaya agar guru dan siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan
2. Bagi Guru
Sesuai dengan hasil penelitian ini ternyata siswa lebih aktif, kreatif, dan
kritis dalam pelajaran seni budaya serta mendapatkan nilai yang begitu
memuaskan di akhir pembelajaran. Untuk itu, metode dan model pembelajaran
yang bervariatif dan sesuai dengan materi yang akan guru sampaikan merupakan
salah satu faktor penting dalam pembelajaran seni tari, karena dengan pengalaman
yang baru dan berbeda dapat meningkatkan minat dan kreatifitas siswa dalam
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan salah satu alternatif dari
sekian banyak metode dan model pembelajaran untuk meningkatkan sikap aktif,
kreatif, dan kritis pada mata pelajaran Seni Budaya (Seni Tari). Oleh karena itu,
para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melihat dan menggali lebih dalam
mengenai alternative, agar pembelajaran Seni Budaya (Seni Tari) dapat terlaksana
baik dengan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fretisari Imma, (2012). Peningkatan Apresiasi Siswa Terhadap Nilai-Nilai Seni
Budaya Lokal Melalui Pembelajaran Tari Nimang Padi Pada Siswa SMP
Negeri 2 Pontianak. Bandung : Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana
UPI.
Aurumajeda Tiphanny, (2013). Kesenian Sasapian Di Desa Cihideung
Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Bandung : Sekolah
Tinggi Seni Indonesia.
Seopandi Atik, dkk., (1994). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukan Daerah
Jawa Barat. Bandung : CV. Sampurna.
Soedarsono, (1999). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Sanjaya Wina, (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Predana
Media Grup.
Ibrahim dan Syaodih Nana, (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka
Cipta.
Wena Made, (2012). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hand Out In House Training SMA Negeri 1 Lembang, (2013). Kurikulum 2013.
Bandung : Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Suanda Dedi, (2010). Pembelajaran Kimia Di SMP Negeri 1 Lembang. Bandung :
DAFTAR UNDUHAN
http://www.scribd.com/doc/29412890/pembelajaran
http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan-pembelajaran/