• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 LEMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 LEMBANG."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN PADA SISWA KELAS X

DI SMA NEGERI 1 LEMBANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister

DISUSUN OLEH ALIEN WARIATUNNISA

1104050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI DAN KREASI TERHADAP TARI DAERAH SETEMPAT

PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 LEMBANG

OLEH

ALIEN WARIATUNNISA 1104050

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M. Hum. NIP. 195212051986112001

Pembimbing II

Dr. Triyanti Nugraheni, M. Si. NIP. 197303161997022001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Pembelajaran Tari Sasapian Untuk Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Tari Daerah Setempat Pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 1 Lembang” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan

atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung

resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran

atas etika keilmuan dengan karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2014

Yang membuat pernyataan

Alien Wariatunnisa

(4)

DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORETIS ……… 8

A. Penelitian Terdahulu ……….. 8

1. Pembelajaran Tari………. 8

2. Kesenian Sasapian………. 9

B. Teori yang digunakan ……… 10

1. Teori Belajar dan Pembelajaran……… 10

2. Teori Metode Pembelajaran……….. 13

BAB III METODE PENELITIAN ………... 18

A. Metode dan Pendekatan Penelitian ……… 18

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 22

(5)

E. Teknik Analisis Data……….. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 29

A. Observasi Awal ……….. 29

B. Desain Pembelajaran Tari Sasapian ……… 31

C. Proses Pembelajaran Tari Sasapian ………. 40

D. Hasil Pembelajaran Tari Sasapian ……….. 60

E. Pembahasan ……… 69

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 77

A. Kesimpulan ………. 77

B. Rekomendasi ……….. 80

DAFTAR PUSTAKA……… 81

DAFTAR UNDUHAN……….. 82

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Perubahan Tingkah Laku………. 13

Gambar 2 Pembelajaran Kreatif-Produktif………. 17

Gambar 3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kurikulum 2013………. 20

Gambar 4 Bagan Tahapan Pembelajaran Tari Sasapian………. 21

Gambar 5 Bagan Tahapan Pembelajaran Tari Sasapian………. 31

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Pertemuan 1 Pembelajaran Tari Sasapian………. 32

Bagan 2 Pertemuan 2 Pembelajaran Tari Sasapian………. 34

Bagan 3 Pertemuan 3 Pembelajaran Tari Sasapian………. 36

Bagan 4 Pertemuan 4 Pembelajaran Tari Sasapian………. 38

(8)

DAFTAR FOTO

Foto 1 SMA Negeri 1 Lembang………. 22

Foto 2 Peresmian Kantin Kejujuran di SMA Negeri 1 Lembang……….…. 23

Foto 3 Sesepuh Beserta Para Penari Bebedilan Pada Pertunjukan

Sasapian………. 42

Foto 4 Penari Sasapian dan Kuda Lumping Pada Pertunjukan Sasapian.…. 43

Foto 5 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 1 Pertemuan 3….…. 49

Foto 6 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 2 Pertemuan 3….…. 50

Foto 7 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 5 Pertemuan 4….…. 52

Foto 8 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 1 Pertemuan 4.……. 53

Foto 9 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 2 Pertemuan 5….…. 58

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Nilai Diskusi…………...………. 61

Tabel 2 Daftar Nilai Makalah Kelompok 1………. 62

Tabel 3 Daftar Nilai Makalah Kelompok 2………. 63

Tabel 4 Daftar Nilai Makalah Kelompok 3………. 64

Tabel 5 Daftar Nilai Makalah Kelompok 4………. 65

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menambah referensi mengenai konsep pembelajaran Seni Tari berdasarkan kurikulum 2013 yang saat ini baru disahkan oleh pemerintah pusat untuk diterapkan di seluruh sekolah yang ada di Indonesia agar siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis. Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu: Bagaimana desain pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang? Bagaimana proses pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang? Bagaimana hasil pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu action research dengan metode pembelajaran Kreatif-Produktif melalui pendekatan saintifik sesuai dengan yang dianjurkan oleh kurikulum 2013. Pembelajaran ini terdiri dari 5 pertemuan melalui 5 tahapan yang harus dilalui oleh siswa yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Adapun hasil dari peneltian ini yaitu :

Pada pertemuan pertama siswa mengamati peran dan karakter yang terdapat pada tari Sasapian melalui video tari Sasapian. Hasilnya siswa menjadi lebih paham terhadap peran dan karakter yang terdapat pada tari Sasapian. Pada pertemuan kedua, pembelajaran dilakukan secara langsung di sanggar tari Sasapian dengan tokoh tari Sasapian sebagai nara sumber. Disini siswa melakukan apresiasi secara langsung, diskusi dan tanya jawab mengenai teks dan kontekstual tari Sasapian lalu belajar gerak tari Sasapian langsung dengan tokoh tari Sasapian.

Pada pertemuan ketiga dilakukan tahap mengeksplorasi. Siswa ditugaskan oleh guru untuk membuat konsep dan mengeksplorasi gerak tari kreasi Sasapian. Pada pertemuan keempat yaitu proses mengasosiasi melalui pemilihan dan memadukan gerak, serta memantapkan gerak yang sudah terpilih dengan tehnik yang benar. Pada pertemuan kelima siswa melakukan tahapan terakhir yaitu mengomunikasikan karya tari kreasi Sasapian secara perkelompok, lalu membuat kritik tari sebanyak minimal 50 kata untuk menanggapi dan memberikan penilaian terhadap karya kelompok lain.

(11)
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang dunia pendidikan selalu berhubungan dengan

kurikulum yang mengatur sistem pendidikan. Kurikulum adalah sejumlah rencana

isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan

petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan

kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah

bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi

belajar. Hal ini perlu dilakukan untuk menjadi tolok ukur hasil pembelajaran kelas

di suatu daerah/ negara.

Di dalam kurikulum 2013, sebuah pembelajaran harus melalui proses

mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Begitu

pula dalam pelajaran Seni Budaya (Seni Tari), proses mengamati dan menanya

dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap sebuah pertunjukan tari, proses

mengeksplorasi dan mengasosiasi dapat dilakukan dengan membuat sebuah karya

tari kreasi, sedangkan mengomunikasi dapat dilakukan melalui sebuah

pertunjukan kelas.

Untuk mewujudkan semua proses di atas, maka dibutuhkan seorang guru

yang kreatif agar menghasilkan sebuah pembelajaran dan siswa yang kreatif pula.

Sesuai dengan norma yang ada di masyarakat bahwa guru merupakan akronim

dari digugu dan ditiru. Maka semua kepribadian dan tingkah laku guru merupakan

figur bagi siswanya. Untuk itu, kita sebagai guru harus memiliki kemampuan

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Tati Narawati (2012: 3) dalam Imma Fretisari (2012: 2) menjelaskan

(13)

1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan kelas;

2. Kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan wibawa, menjadi teladan

peserta didik;

3. Sosial, yaitu kemampuan sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan berinteraksi;

4. Profesional, yaitu kemampuan dalam penguasaan pengetahuan bidang ilmu

pengetahuan, teknologi atau seni budaya yang diampunya.

Begitu baiknya kompetensi yang harus dimiliki seorang guru agar

terciptanya sebuah pembelajaran yang menarik, menyenangkan, inovatif, dan

kreatif, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran, yaitu

materi yang dapat membuat siswa kreatif. Kesenian yang dapat dijadikan sebagai

materi kreasi tari daerah setempat di SMA Negeri 1 Lembang diantaranya yaitu

kesenian Sasapian. Kesenian Sasapian merupakan kesenian khas daerah Lembang,

khususnya di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

Proses pertunjukannya yaitu dengan cara mengarak kerangka/ boneka sapi

mengitari jalan yang telah ditentukan dengan iringan instrumen.

Adapun hakekat seni Sasapian bagi masyarakat Desa Cihideung hanya

semata-mata sebagai sarana hubungan antara manusia dengan sang pencipta,

karena binatang sapi ini hanya dapat bertahan hidup daerah dengan cuaca yang

dingin, maka ini merupakan salah satu berkah bagi masyarakat Cihideung.

Melalui sapi, mereka mendapatkan penghidupan bagi perekonomian mereka.

Apalagi saat ini, usaha susu sapi sudah terkelola dengan baik terlihat dari adanya

koperasi susu di setiap daerah yang ada di lembang, yang kemudian dipusatkan di

(14)

sudah mulai memproduksi bahan makanan yang berbahan susu, seperti: tahu susu,

kerupuk susu, youghurt, dan lain-lain, sehingga dapat menambah penghasilan bagi

mereka.

Pertunjukan Sasapian ini diawali dengan pemanggilan roh oleh sesepuh

dari kesenian Sasapian ini agar masuk ke dalam kerangka Sasapian. Hal ini

dilakukan supaya si penari Sasapian kuat memikul kerangka yang beratnya antara

10 hingga 15 kg dalam waktu yang cukup lama. Setelah pemanggilan roh selesai,

barulah si penari boleh memasuki kerangka sapi dan pertunjukan pun dimulai.

Apabila si penari sudah cukup lama menarikan kerangka sapi itu, maka si penari

mulai kerasukan roh dan gerak yang dilakukannya pun bersifat improvisasi. Jika

si penari sudah terlalu lama menarikan kerangka sapi itu serta terlihat lelah,

sesepuh kesenian seolah – olah menyembelih kerangka sapi itu oleh golok yang

terbuat dari kayu sebagaimana dilakukan oleh jagal apabila sapi sudah sekarat.

Pertunjukan ini dilakukan dengan cara arak – arakan berkeliling

kampung kemudian kembali ke tempat semula. Dengan demikian, kesenian Sasapian tergolong ke dalam seni helaran. “Seni helaran yaitu kesenian yang digelarkan dalam bentuk pesta arak – arakan, menelusuri jalan secara beramai –

ramai.” (Atik Soepandi, dkk., 1993 : 105).

Masyarakat Lembang secara tidak langsung telah saling mempengaruhi.

Mereka hidup bersama dan bergotong royong untuk mendapatkan hasil yang terbaik, karena bagaimana pun “Manusia itu adalah Zoon Politikon yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau setidak – tidaknya lebih suka mencari teman untuk hidup bersama daripada hidup sendiri” (Aristoteles dalam Cholil Mansyur, 2005 : 63).

Kesenian merupakan salah satu hal yang terpenting dalam tatanan

kehidupan masyarakat di suatu tempat, sebab masyarakat dan segala

perubahannya dapat menentukan perkembangan dan pelestarian kesenian

(15)

selalu berusaha untuk bergerak, memelihara kesenian yang telah ada, mewariskan,

dan mengembangkannya.

Kesenian daerah bersumber dari perasaan manusia berupa hasil karya,

cipta, dan karsa yang memiliki pengaruh besar terhadap sosial budaya daerah

setempat. Dengan demikian, kesenian daerah dapat digolongkan ke dalam seni pertunjukan, karena “seni pertunjukan adalah produk masyarakat” (Arnold Hauser dalam Soedarsono, 2002 : 2).

Adapun di kalangan rakyat biasa, berkembang seni pertunjukan rakyat.

Kesenian Sasapian merupakan salah satu contoh seni pertunjukan rakyat yang

hidup dan berkembang di masyarakat Lembang. Dari dulu hingga saat ini

Kesenian Sasapian selalu dipertunjukan dalam sebuah upacara ritual irung

irung. Upacara ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian mata air yang

membawa kesuburan pada lahan pertanian yang dialiri oleh air yang berasal dari

mata air irung – irung. Disebut irung – irung, karena mata air tersebut keluar dari

sebuah batu yang menyerupai irung (Dalam bahasa Sunda, irung berarti hidung)

dimana pancaran airnya memiliki dua lubang seperti hidung.

Masyarakat Lembang selain sebagai pencipta seni, juga sebagai penikmat

seni. Hal ini terbukti dalam setiap pertunjukan kesenian daerah apapun selalu

interest, terutama pertunjukan kesenian Sasapian. Di setiap pertunjukannya,

tempat pertunjukan selalu dipenuhi oleh masyarakat Lembang. Oleh karena itu,

para pelaku dan tokoh seni Sasapian memiliki gagasan untuk menampilkan

kesenian ini dalam setiap event karnaval di daerah Lembang dan sekitarnya.

Sebagai contoh, setelah melaksanakan upacara ritual irung – irung,

masyarakat di Kecamatan Parongpong – Lembang mengadakan karnaval tanaman

hias. Dimana dalam kegiatan ini disajikan berbagai macam tanaman dan bunga

hias, parade patung dari barang bekas, serta kesenian daerah setempat. Segenap

warga pun tertumpah ruah ke jalanan menonton karnaval, bahkan ikut

berkarnaval. Karnaval ini disebut karnaval irung – irung karena diselenggarakan

(16)

Adapun hubungan kesenian Sasapian dengan upacara irung-irung yaitu,

karena kesenian Sasapian dan sumber mata air irung-irung merupakan sumber

penghidupan bagi masyarakat Cihideung, sehingga upacara irung-irung

merupakan salah satu wujud pemuliaan sumber kehidupan.

Sama halnya dengan karnaval irung – irung, dalam karnaval peringatan

Hari Ulang Tahun Republik Indonesia pun tidak kalah menariknya. Semua warga

masyarakat menyambut gembira kegiatan ini. Seluruh kebutuhan karnaval pun

dipersiapkan dengan baik. Mulai dari patung berbahan barang bekas, mobil hias,

senjata yang terbuat dari bambu, dan kesenian daerah setempat. Kesenian yang

biasa ditampilkan yaitu : Sisingaan, Kuda Renggong, Babagongan, Barongsai,

Sasapian, dan sebagainya. Ketika Sasapian tampil, segenap warga berkumpul

untuk menyaksikannya. Namun sesekali mereka berhamburan, karena ketakutan

oleh penari Sasapian yang sudah mulai kerasukan.

Selain itu, Kesenian Sasapian juga sering dijadikan sebagai acara hiburan

dalam pesta pernikahan dan khitanan. Sebagai wujud kegembiraannya, tidak

sedikit warga masyarakat Lembang yang menjadikan kesenian Sasapian untuk

acara hiburan.

Semua hal di atas menunjukan bahwa kesenian Sasapian telah mengalami

perkembangan fungsi. Pada awalnya kesenian Sasapian hanya berfungsi sebagai

upacara ritual. Namun seiring berjalannya waktu dan tatanan hidup masyarakat

Lembang, kini kesenian Sasapian bertambah fungsi sebagai hiburan yang biasa

diselenggarakan dalam berbagai event.

Kesenian Sasapian muncul pada tahun 1930-an oleh masyarakat Desa

Cihideung serta senantiasa menjaga, melestarikan, serta mewariskannya dengan

cara mengajarkan semua aspek tekstual dan kontekstual yang dalam kesenian

Sasapian kepada keturunannya. Hingga saat ini, sudah mencapai turunan ke – 7

yang dipimpin oleh Pak H. Maman dan Pak Endi.

(17)

kesenian Sasapian telah memperkuat identitas masyarakat Lembang serta

memberi ciri khas yang bisa dibanggakan.

Selain itu, kesenian Sasapian pun dapat memberikan penghasilan

tambahan bagi masyarakat setempat. Sebagai wujud rasa bangganya, tidak sedikit

warga yang menggelar kesenian Sasapian dalam berbagai acara, sehingga sedikit

banyaknya para pelaku kesenian Sasapian mendapatkan keuntungan, karena

warga yang menggelar kesenian Sasapian tidak membiarkan mereka bermain

dengan gratis.

Apabila kesenian Sasapian ini dijadikan sebagai sebuah pembelajaran

dalam mata pelajaran Seni Budaya, maka peserta didik akan lebih mengenal

kesenian daerah setempat, baik dari tekstual maupun kontekstualnya. Dampaknya

terhadap kesenian Sasapian tentu akan lebih dikenal, sehingga kesenian Sasapian

akan tetap terjaga dan lestari. Materi ini dapat disampaikan pada siswa SMA kelas

X di SMA Negeri 1 Lembang.

Berdasarkan pemaparan di atas,, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tari Sasapian Untuk Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Tari Daerah Setempat Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang”.

B. Rumusan Masalah

Mengingat luasnya cakupan penelitian dan disebabkan keterbatasan dana

dan waktu, maka penelitian ini akan membatasi pada rumusan masalah: “Bagaimana Tari Sasapian Dapat Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Seni Daerah Setempat di SMA Negeri 1 Lembang?”

Agar lebih operasional, masalah penelitian diturunkan dalam bentuk tiga

pertanyaan penelitian, yakni:

a. Bagaimana pola/ desain pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X

(18)

b. Bagaimana proses pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di

SMA Negeri 1 Lembang?

c. Bagaimana hasil pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di

SMA Negeri 1 Lembang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dasar dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan apresiasi dan

kreasi siswa terhadap kesenian daerah setempat, dalam hal ini tari Sasapian. Maka

dari itu, peneliti merumuskan tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah

yang dipaparkan di atas. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut,

a. Menggambarkan pola/ desain pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa

Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang?

b. Menjelaskan proses pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di

SMA Negeri 1 Lembang?

c. Menjelaskan hasil pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di

SMA Negeri 1 Lembang?

D. Manfaat penelitian

(19)

1. Bagi objek yang diteliti, kesenian Sasapian menjadi lebih dikenal oleh

masyarakat Parongpong-Lembang khususnya generasi muda, sehingga

kesenian tersebut dapat lebih terjaga kelestariannya.

2. Bagi mata pelajaran Seni Budaya, dapat menambah referensi bahan

pembelajaran di sekolah dalam materi tari kreasi daerah setempat.

Mendapatkan strategi pembelajaran yang baru agar tercapainya tujuan

pembelajaran.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan kreativitas siswa.

4. Bagi sekolah SMA Negeri 1 Lembang, hasil penelitian ini dapat

dimanfaatkan untuk peningkatan motivasi pembelajaran, pengadaan sarana

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatifyang akan mendeskripsikan

penelitian mulai dari perencanaan hingga hasil yang didapat. Untuk mendapatkan

hasil penelitian yang lebih baik, maka peneliti menggunakan metode penelitian action

research. Menurut Masyhuri (2008: 42) dalam Fretisari (2012: 37) penelitian action

research merupakan penelitian untuk mengembangkan keterampilan – keterampilan

baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini peneliti

mencoba menerapkan sebuah bahan ajar untuk memecahkan masalah yang terjadi di

lapangan.

Peneliti menemukan masalah mengenai generasi muda sekarang yang

kurang mengenal kebudayaan dan kesenian daerahnya sendiri. Mereka lebih tertarik

pada kesenian luar negeri yang dianggap lebih modern yang bisa mengantarkan

mereka terhadap tren masa kini. Padahal kesenian dan budaya daerah memiliki

banyak nilai dan makna yang dapat membentuk moral mereka menjadi lebih baik.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba menyesuaikan dengan kurikulum

2013 yang saat ini telah ditetapkan oleh pemerintah untuk digunakan di setiap

sekolah. Ada beberapa pendekatan yang disarankan oleh kurikulum 2013 agar siswa

kritis, aktif, kreatif, dan inovatif. Dalam hal ini peneliti mencoba mengunakan metode

pembelajaran kreatif-produktif agar siswa dapat lebih kreatif dan menghasilkan

sebuah karya tari kreasi Sasapian.

Dalam bab 2 telah dibahas mengenai pengertian pembelajaran

(21)

dikembangkan dengan mengacu dengan berbagai pendekatan pembelajaran yang

diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.” (Made Wena,

2012 : 139)

Adapun pendekatan yang peneliti terapkan yaitu pendekatan scientific

dengan kriteria sebagai berikut (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan : 2013),

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,

legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari

prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang

menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan

materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi

pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

(22)

Berdasarkan keterangan di atas, pendekatan scientific sesuai dengan tujuan

kurikulum 2013 yang menuntut dan mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, kritis,

dapat mempertanggungjawabkan apa yang diucapkannya sesuai dengan konsep, teori,

dan fakta empiris. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam

(23)

Gambar 3

Sumber :

(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan : 2013)

(24)
(25)

Berikut ini adalah bagan proses pembelajaran tari Sasapian.

Gambar 4

Bagan tahapan pembelajaran tari Sasapian

Pertemuan 1

•Mengamati tari Sasapian melalui tayangan video tari

Sasapian.

Pertemuan 2

•Menanyakan informasi mengenai teks dan kontekstual

tari Sasapian pada senimannya secara langsung melalui penyadapan di sanggar tari Sasapian yang dilaksanakan di luar jam pelajaran.

Pertemuan 3

•Mengeksplorasi gerak tari Sasapian menjadi tari kreasi

Sasapian

Pertemuan 4

•Mengasosiasi gerak tari kreasi Sasapian melalui

pemilihan dan penggabungan gerak tari Sasapian

Pertemuan 5

•Mengomunikasikan tari kreasi Sasapian melalui

(26)

(Konsep: Alien, 2013)

B. Lokasi Penelitian

1. SMA Negeri 1 Lembang

Foto 1

(Sumber : SMA Negeri 1 Lembang, 2010)

SMA Negeri 1 Lembang merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri

satu-satunya di Kecamatan Lembang yang beralamatkan di Jalan Maribaya no. 68

Lembang 40391. Sekolah ini memiliki lokasi yang sangat strategis dengan iklim

yang sejuk, jauh dari keramaian kendaraan, dan udara yang segar, sehingga

memungkinkan siswa untuk belajar lebih tenang dan kondusif.

SMA Negeri 1 Lembang berada di tengah-tengah lingkungan militer,

sebelah barat ada Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal (PUSDIK AJEN), sebelah

timur Sekolah Pimpinan Polisi Republik Indonesia (SESPIM POLRI), sebelah

selatan ada Sekolah Staf Komando Angkatan Udara (SESKO AU). Selain itu,

SMA Negeri 1 Lembang pun dikelilingi oleh objek pariwisata di Lembang seperti

(27)

Melihat kondisi lingkungan yang seperti ini, anak-anak generasi muda di

daerah Lembang dapat terpengaruh oleh kebudayaan luar yang dibawa oleh

parawisatawan mancanegara, sehingga pada tahun 2010 SMA Negeri 1 Lembang

dijadikan sebagai Sekolah Pancasila oleh Ketua Komite Nasional Pemuda

Indonesia (KNPI) pusat. Sekolah Pancasila ini diwujudkan melalui adanya sistem

kantin kejujuran serta pengamalan pancasila yang dilakukan oleh siswa-siswi

SMA Negeri 1 Lembang dalam kehidupan sehari-hari.

Foto 2

(Sumber : SMA Negeri 1 Lembang, 2010)

Berdasarkan keterangan yang didapat dari salah satu Wakil Kepala

Sekolah bidang kurikulum DRS. Marsudi, sekolah ini berdiri pada tahun 1983.

Saat ini SMA Negeri 1 Lembang dipimpin oleh Ibu Dra. Hj. Etty Sutiarsih, beliau

menjabat sebagai kepala SMA Negeri 1 Lembang sejak tahun 2005 sampai saat

ini. Selama dalam kepemimpinan beliau, SMA Negeri 1 Lembang memiliki

perkembangan yang bisa dibilang sangat pesat dari segi fisik bangunan sekolah,

kedisiplinan, prestasi, dan sebagainya.

Kepala SMA Negeri 1 Lembang dibantu oleh beberapa Pembantu Kepala

Sekolah beserta staf. Saat ini Wakasek Humas dijabat oleh Ibu Nina Hernawati,

(28)

Kesiswaan oleh Bapak Samsul Arifin, serta Wakasek Sarana dan Prasana oleh

Bapak Memet Sudrajat.

Mengenai kurikulum yang dipakai, sekolah ini selalu mengikuti

perkembangan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Mulai dari kurikulum

1976, kurikulum1984, kurikulum1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004,

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, hingga saat ini kurikulum 2013.

Berdasarkan keterangan yang didapat dari Wakasek Kurikulum Drs.

Marsudi, mulai tahun 2004 SMA Negeri Lembang menerima siswa dengan

jumlah rombongan belajar sebanyak 9 kelas. Pada tahun ini penjurusan IPA, IPS

dan Bahasa mulai diberlakukan di jenjang kelas XI/ kelas 2. Penjurusan ini dilihat

dari minat dan bakat siswa melalui psikotes dan ketercapai nilai akademis. Namun

pada tahun 2012 jurusan bahasa mulai kehilangan peminat, sehingga kepala

sekolah beserta para Pembantu Kepala Sekolah berserta staf memutuskan untuk

menutup jurusan bahasa.

SMA Negeri 1 Lembang seringkali mengikuti lomba dalam bidang

akademis, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga

pendidikan dan perguruan tinggi. Prestasi pun seringkali diraih oleh siswa-siswi

SMA Negeri 1 Lembang di bidang akademik ini.

SMA Negeri 1 Lembang saat ini memiliki 22 ekstrakurikuler untuk

mewadahi minat, bakat, serta prestasi siswa dalam bidang non akademik. 22

ekstrakurikuler tersebut diantaranya adalah Paskibra, Pramuka, Ikrisma, PMR,

Seni Tari, Seni Rupa, Paduan Suara, Karawitan, Sanggar Sastra, Angklung,

Jurnalistik, KIR, Karate, Taekwondo, Boxer, Bulutangkis, Voli, Sepak Bola,

Futsal, Basket, Bola Tangan, dan Silat.

Prestasi yang dicapai tersebut tentunya tidak lepas dari fasilitas yang

(29)

yaitu: 22 unit proyektor, 22 projektion screen, 5 buah speaker, 25 buah terminal

kabel. Adapun untuk pembelajaran kesenian fasilitas yang ada yaitu: seperangkat

gamelan degung, 4 set angklung beserta gambang bambu dan kontra bas,

keyboard, drum, dan gitar.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Guru Bimbingan dan Konseling

Bapak Purnama Sidik, karakteristik siswa kelas X secara row input dilihat dari

psikotest yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling, banyak siswa yang

potensinya baik dari segi IQ ataupun bakat di atas rata-rata. Dari segi minat,

kebanyakan siswa kleas X ini cenderung berminat pada bidang seni budaya dan

olah raga. Hanya sedikit atau tidak terlalu banyak yang bernar-benar berminat

pada bidang akademis. Hal ini berpengaruh pada perkembangan ekstrakurikuler

yang ada di SMA Negeri 1 Lembang, dimana lebih berkembang ekstrakurikuler

yang berhubungan dengan seni dan olah raga dibandingkan dengan

ekstrakurikuler yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

2. Subjek Penelitian

Setelah menentukan lokasi penelitian, dalam sebuah penelitian

diperlukan pula subjek penelitian. Adapun yang akan menjadi subjek dalam

penelitian ini yaitu siswa kelas X. Pemilihan siswa kelas X yang dijadikan sebagai

subjek penelitian ini, karena disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang digunakan

oleh SMA Negeri 1 Lembang, dimana kurikulum 2013 ini baru diresmikan oleh

pemerintah pusat untuk diterapkan pada siswa kelas X. Selain itu, juga karena

kesenian Sasapian yang menjadi identitas masyarakat Parongpong-Lembang yang

dijadikan sebagai bahan pembelajaran dengan harapan kesenian ini dapat lebih

dikenal dan terjaga kelestariannya oleh masyarakat Lembang sendiri. Hal ini yang

menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian di kelas X SMA Negeri 1

(30)

A. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa

serangkaian pertanyaan yang membutuhkan respon balik untuk mendapatkan data

yang diinginkan. Dengan berbagai pertanyaan tersebut diharapkan peneliti dapat

mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran tari Sasapian dalam

bereksplorasi, berkreasi, dan berapresiasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat

dalam bentuk pedoman wawancara untuk tokoh tari Sasapian, guru, Wakil Kepala

Sekolah, dan siswa berupa angket, serta pedoman observasi.

B. Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang ini

merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa

teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data. Namun teknik pengumpulan

data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Observasi

Obervasi terhadap objek penelitian secara langsung dilakukan di SMA

Negeri 1 Lembang Pada bulan September 2013. Dalam hal ini peneliti bertindak

langsung sebagai partisipan agar peneliti bisa mendapatkan data secara lengkap

mengenai berbagai hal yang ada di SMA Negeri 1 Lembang. Data tersebut

didapatkan dari beberapa narasumber di SMA Negeri 1 Lembang, Bahkan segala

sesuatu yang dapat dirasakan, didengar, dan dilihat menjadi sebuah penguatan

setelah peneliti mendapatkan informasi dari narasumber.

Observasi tidak hanya dilakukan di awal saja, tetapi juga dalam setiap

pertemuan, peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik. Dalam hal ini peneliti pun bertindak langsung sebagai pengajar/ guru dalam

(31)

oleh peneliti, sehingga peneliti dapat meraih data mengenai segala aktivitas siswa

yang terjadi dalam pembelajaran baik dari segi apresiasi, kreasi, pemahaman,

ataupun yang lainnya.

Selain di SMA Negeri 1 Lembang, peneliti pun melakukan observasi di

sanggar Kalangkamuning, yaitu salah satu sanggar yang melestarikan tari

Sasapian. Di sanggar ini peneliti melakukan observasi mengenai berbagai hal

tentang tari Sasapian. Mulai dari penyajian, iringan musik, dan lain sebagainya

berkenaan dengan tari Sasapian dalam upacara Irung-irung.

Observasi merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian ini,

karena dalam langkah-langkah penelitian terdapat observasi diantaranya. Hasil

dari observasi yang dilakukan dari awal hingga akhir menjadi sumber data yang

sangat penting dalam penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dalam pengumpulan data untuk mencatat dan

mengetahui semua peristiwa yang terjadi dilapangan secara lebih mendalam

terhadap responden. Menurut Arikunto (2002) dalam Suanda (2010: 57) dikemukakan bahwa “interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawacara”. Adapun tujuan dari wawancara

disebutkan oleh Sugiyono (2006) dalam Suanda (2010: 57) yaitu: “Untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Dalam teknik ini peneliti melakukan wawancara terhadap responden

yaitu, wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana untuk mengetahui

fasilitas yang mendukung pembelajaran seni tari, lalu pada wakasek bidang

kesiswaan untuk mengetahui prestasi yang telah dicapai oleh siswa pada bidang

seni. Setelah itu pada wakasek bidang kurikulum untuk mengetahui kurikulum

yang dipakai di sekolah ini. Semua wawancara ini dilakukan pada bulan

(32)

seni tari untuk mengetahui manfaat dari pola/ desain pembelajaran yang telah

dikonsep oleh peneliti terhadap proses pembelajaran sesuai dengan pendapat dan

sudut pandang guru mata pelajaran baik kekurangan ataupun kelebihannya.

Wawancara ini dilaksanakan setelah penelitian selesai dilakukan.

Selain itu, wawancara pun dilakukan terhadap siswa-siswi SMA Negeri 1

Lembang, untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan ketertarikan mereka

terhadap tari Sasapian, karena tari Sasapian ini sering mereka saksikan terutama

dalam acara karnaval Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, hanya terkadang

mereka tidak tahu nama kesenian yang mereka saksikan itu. Wawancara pada

siswa ini dilakukan terhadap 5 orang siswa, diantaranya yaitu : Siti Rahma, Zaeni,

Rika, Rizky Mutiarani, dan Bayu. Adapun alasan memilih kelima orang ini adalah

sebagai berikut : (1) Siti Rahma sebagai warga Desa Cihideung. (2) Zaeni dan

Bayu jika dilihat dari keseharian mereka dalam pembelajaran, mereka dianggap

lebih tertarik terhadap seni tradisional. (3) Rika dan Rizky jika dilihat dalam

kesehariannya dalam pembelajaran dan nilai yang didapat, mereka tergolong

siswa yang berprestasi di kelas X MS 4. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan

Oktober 2013.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2004) dalam Suanda (2010: 57) “Wawancara tidak terstruktur yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya”. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa pertanyaan secara garis besarnya saja.

3. Studi Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto yang dideskripsikan

dalam proses pengumpulan data. Adapun foto yang dideskripsikan yaitu foto pada

saat observasi kesenian Sasapian pada saat kegiatan Cihideung Festival serta foto

(33)

pembelajaran untuk melengkapi data dan informasi mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian.

C. Tehnik Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui

instrumen yang digunakan. Data yang didapat dari hasil observasi, wawancara,

dan studi dokumentasi berupa data kualitatif akan dianalisis dengan menggunakan

metode deskriptif analisis. Dari data yang didapat, peneliti akan menganalisis data

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pembelajaran tari Sasapian dalam

mata pelajaran Seni Budaya di kelas X MS 4 yang telah menjawab rumusan

masalah, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari Sasapian telah

dilaksanakan melalui bahan ajar tari daerah setempat dengan melakukan

penelitian di SMA Negeri 1 Lembang. Tahap persiapan peneliti melakukan kajian

terhadap kurikulum 2013 yang saat ini baru ditetapkan oleh pemerintah serta

observasi awal terhadap tari Sasapian dalam upacara irung-irung di Desa

Cihideung Kecamatan Parongpong untuk dijadikan bahan ajar dalam materi tari

daerah setempat.

Pembelajaran tari Sasapian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu

mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Proses

mengamati dilakukan pada pertemuan pertama melalui media audio visual, yang

selanjutnya guru menugaskan siswa untuk melakukan observasi dan belajar tari

Sasapian secara langsung di sanggar tari Sasapian. Hasil observasi dilaporkan

secara tertulis dalam bentuk makalah, sedangkan hasil belajarnya diterapkan

dalam pembelajaran tari Sasapian di kelas dengan konsep yang berbeda sesuai

dengan kesepakatan kelompok masing-masing. Selanjutnya siswa berkreasi

membuat tari kreasi Sasapian yang dilakukan melalui beberapa tahapan,

diantaranya yaitu menanya, mengekslorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi.

Proses kreasi ini dilakukan selama empat pertemuan yaitu pertemuan 2, 3, 4, dan

5. Pada pertemuan kedua siswa berkunjumg secara langsung ke sanggar tari

Sasapian untuk berapreasiasi, kreasi, dan mendapatkan informasi secara lengkap

mengenai tari Sasapian. Pada pertemuan ketiga siswa membuat konsep garapan

(35)

Kelompok 1 memiliki konsep garap dengan bentuk penyajian 3 orang

menjadi penari Sasapian, 4 orang penari Kuda Lumping, dan 1 orang pemegang

tongkat. Kelompok 2 akan menampilkan tari Sasapian dengan formasi lengkap

yang di dalamnya terdapat bermacam-macam pemain dan bermacam-macam pula

karakternya. Adapun bentuk penyajiannya yaitu 2 penari Sasapian, 1 orang

pemegang tongkat, 1 orang penari Kuda Lumping, 2 orang penari Bebedilan, dan

2 orang bertindak sebagai pengiring lagu. Kelompok 3 dan 4 memiliki konsep

garap yang sama yaitu 2 penari Sasapian, 2 orang pemegang tongkat, dan 4 penari

Kuda Lumping. Sedangkan kelompok 5 akan tampil dengan konsep garap 2

penari Sasapian, 4 penari Kuda Lumping, dan 2 penari Bebedilan.

Setelah membuat konsep, siswa melakukan kreasi dan eksplorasi gerak

tari Sasapian yang kemudian didemonstrasikan di akhir pertemuan untuk

dievaluasi dan diberi masukan oleh guru (peneliti). Pada pertemuan ini gerak yang

ditemukan siswa masih monoton, masih hampir sama dengan pertunjukan tari

Sasapian yang sebenarnya dan belum terlihat adanya kreasi gerak yang signifikan.

Guru pun memberikan masukan untuk diperbaiki pada pertemuan selanjutnya agar

karya mereka lebih lagi.

Pada pertemuan keempat melalui bimbingan guru, siswa melakukan

improvisasi dengan cara memilih gerak yang lebih bervariatif dibanding pada

pertemuan sebelumnya. Setelah itu siswa melakukan evaluasi dengan cara

pembetulan gerak. Proses evaluasi ini dilakukan dengan metode pembelajaran

teman sebaya. Anggota kelompok yang sudah bisa melakukan gerak tari kreasi

Sasapian yang telah terpilh, membantu temannya untuk melakukan gerak dengan

tehnik yang benar. Sesudah melakukan pembengkelan gerak, lalu siswa

melakukan pemantapan gerak dengan berlatih secara intensif dan terus menerus

hingga waktu yang telah ditentukan oleh guru. Di akhir pertemuan guru

menyampaikan agar siswa mempersiapkan diri dan segala sesuatunya mengenai

garapan tari Sasapian yang akan ditampilkan pada pertunjukan kelas di pertemuan

(36)

Pada pertemuan kelima saatnya siswa mengomunikan karyanya melalui

sebuah pertnjukan kelas. Semua siswa sibuk mempersiapkan pertunjukan dengan

teman kelompoknya masing-masing. Pertunjukan yang mereka tampilkan cukup

menarik, gerak tari Sasapian yang dikolaborasikan dengan gerak hasil karya

mereka sendiri dan beberapa gerak tari modern yang sedang booming menambah

daya tarik penampilan mereka.

Selanjutnya siswa ditugaskan untuk melakukan kritik tari pada hasil

karya kelompok lain. Hal ini diharapkan agar siswa tidak hanya dapat

mengomunikasikan karyanya melalui pertunjukan saja, tetapi juga melalui sebuah

tulisan. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat menanggapi dan menilai hasil

karya orang lain.

Alhasil, tujuan pembelajaran tari Sasapian dapat tercapai dengan baik.

Siswa tidak hanya dapat melakukan eksplorasi gerak dan membuat sebuah karya

tari, tetapi juga siswa dapat berpikir kritis menanggapi hasil karya orang lain.

Apalagi dengan tugas siswa melakukan observasi secara langsung di lapangan

merupakan sebuah pengalaman baru untuk siswa dan menambah semangat siswa

untuk belajar tentang tari Sasapian dalam materi tari daerah setempat, laporan

observasi yang mereka buat pun cukup baik dan komunikatif. Nilai akhir yang

mereka dapatkan pun mayoritas memuaskan. Selain itu, pada akhirnya siswa lebih

tertarik dan peduli pada kesenian tradisional.

Di akhir pembelajaran ini ada timbal balik yang kami dapatkan. Pada saat

itu kebetulan salah satu sanggar yang dikunjungi oleh siswa menyelenggarakan

acara helaran seni budaya tingkat propinsi Jawa Barat. Pihak sanggar meminta

bantuan kepada pihak sekolah untuk menyertakan siswa dalam acara ini untuk

turut berpartisipasi secara langsung sebagai panitia penyelenggara. Pihak sekolah

mengijinkan dan siswa pun terlihat bersemangat untuk mengikuti acara ini.

Namun kendalanya, ada beberapa siswa yang tidak diijinkan oleh orang tuanya

(37)

malam pada H-1 dan lokasi sanggar yang jauh dengan lokasi tempat tinggalnya

membuat orang tua khawatir untuk mengijinkan anaknya ikut dalam acara ini.

Penelitian ini juga memberikan hasil yang positif bagi afektif siswa, yaitu

siswa lebih menunjukan sikap pro-aktif selama pembelajaran berlangsung. Siswa

juga terlihat lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

oleh guru, lebih kreatif dalam berkarya, serta kritis dalam menanggapi hasil karya

orang lain.

Adapun hasil dari pembelajaran yang telah disampaikan ini adalah

sebagai berikut,

1) Siswa dapat memperoleh informasi lengkap mengenai tekstual dan

kontekstual tari Sasapian.

2) Siswa dapat mengkreasikan tari Sasapian.

3) Siswa lebih peduli terhadap kesenian trasidional.

4) Siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis.

5) Siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab.

B. Rekomendasi 1. Bagi Sekolah

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti memiliki catatan bagi

pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Dari segi kurikulum, SMA

Negeri 1 Lembang telah memakai kurikulum 2013 sesuai dengan ketetapan

pemerintah. Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Lembang

sudah berusaha untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dari segi waktu, meskipun dirasa kurang cukup untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran seni budaya agar siswa lebih kreatif, namun itu sudah menjadi

ketentuan dalam kurikulum 2013. Dari segi sarana dan prasarana, alangkah

baiknya jika sekolah memiliki sebuah ruangan khusus untuk pembelajaran seni

budaya agar guru dan siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan

(38)

2. Bagi Guru

Sesuai dengan hasil penelitian ini ternyata siswa lebih aktif, kreatif, dan

kritis dalam pelajaran seni budaya serta mendapatkan nilai yang begitu

memuaskan di akhir pembelajaran. Untuk itu, metode dan model pembelajaran

yang bervariatif dan sesuai dengan materi yang akan guru sampaikan merupakan

salah satu faktor penting dalam pembelajaran seni tari, karena dengan pengalaman

yang baru dan berbeda dapat meningkatkan minat dan kreatifitas siswa dalam

belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan salah satu alternatif dari

sekian banyak metode dan model pembelajaran untuk meningkatkan sikap aktif,

kreatif, dan kritis pada mata pelajaran Seni Budaya (Seni Tari). Oleh karena itu,

para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melihat dan menggali lebih dalam

mengenai alternative, agar pembelajaran Seni Budaya (Seni Tari) dapat terlaksana

baik dengan hasil yang maksimal.

(39)
(40)

DAFTAR PUSTAKA

Fretisari Imma, (2012). Peningkatan Apresiasi Siswa Terhadap Nilai-Nilai Seni

Budaya Lokal Melalui Pembelajaran Tari Nimang Padi Pada Siswa SMP

Negeri 2 Pontianak. Bandung : Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana

UPI.

Aurumajeda Tiphanny, (2013). Kesenian Sasapian Di Desa Cihideung

Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Bandung : Sekolah

Tinggi Seni Indonesia.

Seopandi Atik, dkk., (1994). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukan Daerah

Jawa Barat. Bandung : CV. Sampurna.

Soedarsono, (1999). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.

Sanjaya Wina, (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Predana

Media Grup.

Ibrahim dan Syaodih Nana, (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka

Cipta.

Wena Made, (2012). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi

Aksara.

Hand Out In House Training SMA Negeri 1 Lembang, (2013). Kurikulum 2013.

Bandung : Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan

dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Suanda Dedi, (2010). Pembelajaran Kimia Di SMP Negeri 1 Lembang. Bandung :

(41)

DAFTAR UNDUHAN

http://www.scribd.com/doc/29412890/pembelajaran

http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan-pembelajaran/

Gambar

Gambar 1 Proses Perubahan Tingkah Laku……………………………….
Tabel 1 Daftar Nilai Diskusi…………...………………………………….
Gambar 3 Sumber : (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian
Gambar 4

Referensi

Dokumen terkait

Custom Queuing (CQ) Traffic Destined for Interface Q Length Deferred by Queue Limit. Up to 16 3/10 1/10 Weighted Round Robin Scheduling (byte count) Classify Interface Hardware

Hasil evaluasi terhadap kolam fakultatif menunjukkan bahwa waktu detensi sebesar 154,35 hari tidak memenuhi standard perencanaan sebesar 20-30 hari, sehinEga kolam terlalu

Wisnu Budi Irianto, M.Si/ yang menjabat kepala Bidang Pajak Daerah Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan/ dan Supijandono, SH, MMA yang menjabat kepala Bidang

Irawan, Handi, 2004.10 Prinsip Kepuasan Nasabah, cetakan kelima, Penerbit : Elex MediaKomputindo, Jakarta. Sumarwan U. 2004.Perilaku Konsumen Teori dan

Penelitian yang dilakukan di Indonesia juga tidak kalah menggembirakan tentang kemajuan siswa dari penggunaan media pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu vulkanisasi dan komposisi alkanolamida terhadap bentonite claysebagai bahan pengisi yang baik terhadap sifat

Menurut Bapak/Ibu hal-hal apa saja yang menjadi kekuataan UMKM dalam implementasi

Tujuan dari penelitian untuk mengetahui gambaran Likuiditas, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen , serta untuk mengetahui pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas