• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP KADAR ALT (alanin Pengaruh Pemberian Ekstrak Etil Asetat Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Kadar ALT (alanin amino transaminase) Pada Tikus Putih (Rattus n

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP KADAR ALT (alanin Pengaruh Pemberian Ekstrak Etil Asetat Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Kadar ALT (alanin amino transaminase) Pada Tikus Putih (Rattus n"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP KADAR ALT (alanin amino transaminase) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR

WISTAR YANG DIINDUKSI DENGAN ASETAMINOFEN

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh: Rizki Teguh Dwi Setiyawan

J 5000 90 022

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)
(3)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP KADAR ALT (alanin amino transaminase) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR

WISTAR YANG DIINDUKSI DENGAN ASETAMINOFEN Rizki Teguh Dwi Setiyawan1, Retno Sintowati2, Sulistyani2

1: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 2: Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Latar belakang: Mengkudu merupakan tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hampir semua bagian tanaman dapat digunakan sebagai obat-obatan. Salah satu kandungan kimia pada buah mengkudu adalah flavonoid. Flavonoid merupakan antioksidan yang potensial sehingga bisa digunakan sebagai hepatoprotektor.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) berpengaruh terhadap kadar ALT hepar tikus yang diinduksi dengan asetaminofen.

Metode: penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre andpost test control group design.

Hasil: Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil pada kelompok perlakuan I (dosis 9 mg/200grBB) dan perlakuan II (dosis 18 mg/200grBB) tidak terdapat penurunan kadar ALT. Pada uji Mann-Whitney didapatkan pada perlakuan I dibandingkan dengan kontrol II (dosis toksik asetaminofen) nilai p = 0,209 sehingga tidak didapatkan perbedaan yang signifikan karena nilai p > 0,05. Pada perlakuan II dibandingkan dengan kontrol II didapatkan nilai p = 0,219 sehingga tidak didapatkan perbedaan yang signifikan karena nilai p > 0,05. Pada kelompok perlakuan III (dosis 36 mg/200grBB) terdapat penurunan kadar ALT. Dibandingkan dengan kontrol II nilai p = 0,024 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai p < 0,05.

Kesimpulan: Pemberian ekstrak etil asetat buah mengkudu (Morinda citrifolia L)

mampu menghambat kenaikan kadar ALT (Alanin Aminotransferase) tikus putih yang diinduksi asetaminofen dengan dosis 36 mg/200grBB.

(4)

ABSTRACT

THE EFFECT GIVING OF ETHYL ACETATE EXTRACT MENGKUDU FRUIT (Morinda citrifolia L.) ON LEVELS OF ALT (alanine amino transaminase) IN WHITE RATS (Rattus norvegicus) WISTAR INDUCED

BY ACETAMINOPHEN

Rizki Teguh Dwi Setiyawan1, Retno Sintowati2, Sulistyani2 1: Students of the Faculty of Medicine, Muhammadiyah University Surakarta 2: Lecturer of the Faculty of Medicine, Muhammadiyah University Surakarta Background: Mengkudu is a medicinal plant that has good potential to be developed. Almost all parts of the plant can be used as drugs. One of the chemical constituents in noni fruit is a flavonoid. Flavonoids are antioxidants that can potentially be used as hepatoprotektor.

Purpose: The purpose of this study was to determine whether the extract of Mengkudu fruit (Morinda Citrifolia) effect on the levels of ALT liver white rats induced by acetaminophen.

Methods: The study was an experimental laboratory with research design pre and post test with control group design.

Results: From the research conducted results obtained in the treatment group I (dose 9 mg/200grBW) and treatment II (dose 18 mg/200grBW) there is no reduction in ALT levels. In the Mann-Whitney test was found in the treatment I compared to the control II (toxic dose of acetaminophen) value of p = 0.209 so it is not found significant differences because the value of p> 0.05. In the treatment II compared with control II obtained p-value = 0.219 so do not get a significant difference because the value of p> 0.05. In the treatment group III (dose 36 mg/200grBW) contained decreased levels of ALT. Compared with controls II p = 0.024, so there is a significant difference because the value of p <0.05.

Conclusions: Provision of noni fruit extract (Morinda Citrifolia L) have effect to decreas levels of ALT (Alanine Aminotransferase) in the liver of white rats induced by acetaminophen dosage 36 mg/200grBW.

(5)

PENDAHULUAN

Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, termasuk untuk obat. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat sebagai salah satu upaya menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada pengalamanan dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Lusia, 2006).

Obat-obatan herbal pada umumnya lebih aman daripada obat modern. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya efek samping yang ditimbulkan obat-obatan herbal daripada obat modern. Efek samping dari obat herbal dapat dikurangi dengan cara dosis yang digunakan tepat dan akurat, cara penggunaan yang tepat, menganalisa informasi yang tepat dan tanpa menyalahgunakan dari obat herbal itu sendiri (Lusia, 2006).

Indonesia memiliki banyak tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat, hal ini tidak bisa dilepas dari sumber daya alam Indonesia. Allah menciptakan semua yang ada di dunia ini tidaklah sia-sia. Makhluk hidup (hewan, tumbuhan dan lain-lain) semuanya dapat dimanfaatkan oleh manusia jika manusia itu berfikir.

Allah telah menjelaskannya dalam surat an Nahl 11:.

 zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

memikirkan.”

Morinda citrifolia dikenal sebagai Noni India atau India murbei atau yang lebih dikenal dengan mengkudu adalah pohon kecil hijau yang mempunyai bunga dan berbuah sepanjang tahun. Tumbuhan ini adalah keluarga Rubiaceae, dan tumbuh di daerah tropis (Wang et al., 2007).

Buah dari pohon ini memiliki sejarah penggunaan sebagai obat herbal di Kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara. Buah ini adalah unit farmasi terbesar di alam semesta karena memiliki lebih dari 150 nutrisi, beberapa vitamin, mineral, nutrisi makro dan mikro yang membantu tubuh dengan berbagai cara mulai tingkat sel hingga ke tingkat organ. Buah ini juga penting karena memiliki berbagai potensi terapi seperti anti-bakteri, anti-virus, anti-tumor, anti cacingan, analgesik, anti-hipertensi, anti-inflamasi dan mempunyai efek meningkatkan kekebalan tubuh (Wang et al., 2007).

Dilaporkan oleh Stadlbauer et al. (2005), bahwa terjadi dua kasus hepatotoksisitas setelah mengkonsumsi jus buah mengkudu, akan tetapi dilaporkan oleh West et al. (2006), bahwa jus buah mengkudu tidak menyebabkan terjadinya hepatotoksisitas.

(6)

perlu dilakukan serangkaian uji. Salah satu uji yang dilakukan adalah mengetahui bagaimana pengaruh penggunaannya terhadap fungsi hati. Pada penelitian sebelumnya didapatkan dosis hepatoprotektif ekstrak buah mengkudu pada tikus adalah 9 mg/ 200grBB (Masruroh, 2009).

Hati dianggap sebagai salah satu organ paling vital yang berfungsi sebagai pusat metabolisme nutrisi seperti karbohidrat, protein dan lipid dan ekskresi metabolit limbah. Selain itu, hati juga menangani metabolisme dan ekskresi obat dari tubuh sehingga memberikan perlindungan terhadap zat asing dengan detoksifikasi kemudian menghilangkan mereka (Phaneendra, 2011).

Penyakit hati telah menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortallitas pada manusia dan hewan di seluruh dunia dan hepatotoksisitas karena obat tampaknya merupakan faktor yang paling umum memberikan kontribusi. Penggunaan solusi alami untuk pengobatan penyakit hati memiliki sejarah panjang dan tanaman obat masih digunakan semua dunia dalam satu bentuk atau yang lain untuk tujuan ini (Sharma, 2009).

Asetaminofen atau parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek hepatotoksik pada asetaminofen dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250 mg/kgBB) (Wilmana, 2009).

Transaminase adalah sekelompok enzim yang bekerja sebagai biokatalisator dalam proses pemindahan gugusan amino antara suatu asam alfa amino dengan asam alfa keto. Alanin amino transaminase (ALT) atau Serum

Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) dan Aspartat amino transaminase (AST) atau Serum Oxaloacetic Transaminase (SGOT) terdapat dalam jumlah besar di hepatosit. Serum transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. SGOT atau AST adalah enzim sitosolik, sedangkan SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal, kenaikan enzim-enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan atau toksin, tetapi hanya ALT yang spesifik (Edijanti dkk., 2009).

Beberapa manfaat buah mengkudu berdasarkan penelitian yang sudah ada antara lain mengobati penyakit degeneratif seperti kanker, tumor, dan diabetes. Bisa juga mengobati berbagai jenis penyakit seperti tekanan darah tinggi, radang ginjal, disentri, liver, dan cacingan (Cristina, 2005)..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) berpengaruh terhadap kadar ALT hepar tikus yang diinduksi dengan asetaminofen.

METODE PENELITIAN

(7)

makanan adalah pelet. Pengambilan sampel sebanyak 30 ekor, dilakukan secara

purposive sampling yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Penentuan besar sampel tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus Federer, dimana (t) merupakan jumlah ulangan tiap perlakuan dan (n) adalah jumlah perlakuan. Rumus yang digunakan adalah (n-1) (t-1) > 15. Jumlah sampel yang digunakan penulis minimal 5 ekor tikus per-kelompok. Selama penelitian kemungkinan tikus mengalami kematian dan sakit cukup besar sehingga jumlah sampel ditambah satu ekor. Jadi penulis menggunakan 6 ekor tikus per-kelompok.

CARA KERJA

Langkah I: Tikus percobaan diadaptasikan terlebih dahulu selama 3. Langkah II: 30 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol positif. Kelompok II sebagai kontrol negatif. Kelompok III, IV, V adalah sebagai kelompok perlakuan. Langkah III: Pengkuran kadar ALT yang pertama. Langkah IV: Membuat ekstrak buah mengkudu. Langkah V: Pemberian ekstrak buah mengkudu (hari 1-12). Langkah VI: Pemberian asetaminofen dosis toksik (hari 11-12). Langkah VII: Pengukuran kadar ALT (hari 13).

HASIL PENELITIAN

Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk identifikasi tanaman sehingga menghindari kesalahan dalam pengambilan tanaman. Kebenaran tanaman merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian farmakologis terhadap tanaman tersebut. Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hasil determinasi tanaman mengkudu adalah sebagai berikut:

1b, 2b, 3b, 4b, 5b, 6b, 7b, 8b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14b, 16a, 239b, 243b, 244b, 248b, 249b, 250a, 251a, 252b, …… Familia: Rubiaceae

1b, 3b, 4b, 5a, ………. Genus: Morinda

Species: Morinda citrifolia L. (Tjitrosoepomo, 2007; Steenis, 2005)

Rendemen

Randemen dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara simplisia (buah mengkudu) dengan ekstrak

Perhitungan:

Berat kering bahan = 500 gr Hasil ekstraksi = 25 gr

Randemen = 25/500 = 0,05

(8)

Hasil uji orientasi dosis efek hepatoprotektor

Tabel 4. Hasil uji orientasi dosis efek hepatoprotektor

Kelompok Kadar ALT

Awal (mg/dL) Akhir (mg/dL)

Kontrol I (Parasetamol) 45 82

Dosis Ekstrak 9 mg/ 200 gr

tikus 25 23

Dosis Ekstrak 18 mg/ 200 gr

tikus 12 9

Tabel 4 menunjukkan kadar ALT pada pengukuran awal (sebelum diberi perlakuan) dan akhir (setelah diberi perlakuan). Kelompok kontrol I mengalami peningkatan kadar ALT setelah diberi parasetamol dosis toksik. Peningkatan kadar parasetamol dikatakan toksik jika kadar ALT setelah diberi perlakuan meningkat dibawah lima kali dari kadar ALT awal (sebelum diberi perlakuan) (Tendean, 2009). Pada pemberian ekstrak dengan dosis 9 mg/ 200gr yang diambil dari penelitian sebelunya yang dilakukan oleh Masruroh (2009), tikus sudah mampu memproteksi fungsi hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh pemberian parasetamol dosis toksik. Kemudian pada dosis 18 mg/ 200gr tikus memberikan hasil lebih baik dari dosis 9 mg/ 200gr tikus.

Hasil uji efek hepatoprotektor

Tabel 5. Hasil uji efek hepatoprotektor pada tikus jantan galur Wistar

(9)

Kelompok kelompok kontrol II dan kelompok perlakuan (perlakuan I, II, III).

Analisis Data

Data hasil pengukuran kadar ALT serum darah tikus kemudian dianalisa menggunakan uji statistik dengan software program SPSS versi 17 for windows. Hasil analisis statistik

a. Uji distribusi data

Uji distribusi data dilakukan pada kelima kelompok akhir dengan menggunakan uji Shaphiro-Wilk. Uji Shaphiro-Wilk digunakan untuk mengetahui distribusi data kelompok kecil yang kurang dari 50 sampel. Hasil analisa Shaphiro-Wilk didapatkan nilai p = 0,001, karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data tidak normal.

b. Hasil uji Tes of Homogenecity of Variance

Hasil uji tes of Homogenecity of Variance pada levene test

didapatkan nilai p = 0.001 (p < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa varian data yang ada tidak homogen.

Karena data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen maka tidak dapat dilakukan uji statistik Anova, sehingga dilakukan uji statistik alternatifnya yaitu uji Kruskal-Wallis.

Data yang diuji adalah data posttest. Karena pada data pretest didapatkan hasil tidak berbeda bermakna.

c. Hasil uji Kruskal-Wallis

(10)

d. Hasil uji Mann-Whitney perbedaan antar dua kelompok, dan didapatkan:

- K1 – K2, p = 0.049 sehingga terdapat perbedaan kadar ALT akhir yang signifikan antara kelompok kontrol 1 dan kelompok kontrol 2.

- K1 – P1, p = 0.027 sehingga terdapat perbedaan kadar ALT akhir yang signifikan antara kelompok kontrol 1 dan kelompok perlakuan 1.

- K1 – P2, p = 0.047 sehingga terdapat perbedaan kadar ALT akhir yang signifikan antara kelompok kontrol 1 dan kelompok perlakuan 2.

- K1 – P3, p = 0.593 sehingga tidak terdapat perbedaan kadar ALT akhir yang signifikan antara kelompok kontrol 1 dan kelompok perlakuan 3. - K2 – P1, p = 0.207 sehingga tidak terdapat perbedaan kadar ALT akhir

yang signifikan antara kelompok kontrol 2 dan kelompok perlakuan 1. - K2 – P2, p = 0.219 sehingga tidak terdapat perbedaan kadar ALT akhir

yang signifikan antara kelompok kontrol 2 dan kelompok perlakuan 2. - K2 – P3, p = 0.024 sehingga terdapat perbedaan kadar ALT akhir yang

signifikan antara kelompok kontrol 2 dan kelompok perlakuan 3.

- P1 – P2, p = 0.712 sehingga tidak terdapat perbedaan kadar ALT akhir yang signifikan antara kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. - P1 – P3, p = 0,025 sehingga terdapat perbedaan kadar ALT akhir yang

signifikan antara kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 3. - P2 – P3, p = 0.034 sehingga terdapat perbedaan kadar ALT akhir yang

signifikan antara kelompok perlakuan 2 dan kelompok perlakuan 3.

PEMBAHASAN

Pengamatan pada penelitian ini adalah pengaruh pemberian ekstrak buah mengkudu sebagai hepatoprotektor terhadap hati tikus yang diinduksi dengan asetaminofen/ parasetamol.

(11)

demikian, overdosis dari asetaminofen adalah penyebab umum dari kerusakan hati (Wallace, 2004).

Induksi hepatotoksik dilakukan dengan pemberian asetaminofen dengan dosis 1440 mg/200grBB. Dosis ini diperoleh dari uji orientasi ketoksikan dari asetaminofen terhadap hati tikus putih dengan ditandai dengan peningkatan kadar ALT. Perhitungan dosis toksik asetaminofen diperoleh dari konfersi dosis toksik manusia. Menurut Goodman and Gillman (2007), hepatotoksisitas asetaminofen pada manusia terjadi jika dosis yang digunakan antara 10 gr – 15 gr (150 mg – 250 mg/kgBB). Manifestasi klinis yang menandai kerusakan hati terjadi setelah 2-6 hari setelah pemberian asetaminofen dosis toksik.

Penelitian ini dilakukan menggunakan lima kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol 1 (ekstrak), kelompok kedua sebagai kontrol 2 (asetaminofen), dan kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 dengan perbedaan dosis antara masing-masing kelompok. Ketiga dosis didapatkan dari uji orientasi, dimana didapatkan dosis 1 = 9 mg/200grBB, dosis 2 = 18 mg/200grBB, dosis 3 = 36 mg/200grBB. Pada kontrol 1 menggunakan dosis 2 diambil dari dosis tengah untuk mengetahui apakah efek ekstrak berpengaruh terhadap kadar ALT atau tidak. Pengukuran kadar ALT awal (pretest) dilakukan pada hari pertama. Hal ini penting untuk mengetahui kondisi awal fungsi hepar dan dijadikan sebagai kadar ALT tanpa perlakuan.

Pada penelitian ini menggunakan teknik penyarian maserasi dengan menggunakan larutan penyari etil asetat karena bersifat non-polar. Dengan menggunakan larutan etil asetat diharapkan semua zat aktif yang terdapat dalam buah mengkudu dapat terserap semuanya yang bersifat non-polar. Menurut Ramamoorthy and Bono (2007), aktivitas antioksidan tertinggi, senyawa fenolik total, dan flavonoid tertinggi ditunjukkan oleh pelarut etil asetat. Karena pada buah mengkudu komponen antioksidannya banyak yang bersifat non-polar (Zin et al., 2002).

Pada pengukuran ALT awal pada semua kelompok didapatkan hasil semua kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna maka dilanjutkan dengan pemberian ekstrak buah mengkudu sesuai dosis yang ditentukan pada semua kelompok kecuali kelompok kontrol 2 yang baru diberikan pada hari ke 11 dan 12. Setelah pemberian ekstrak selama 10 hari dilanjutkan pemberian asetaminofen dan ekstrak selama 2 hari pada semua kelompok.

Dalam penelitian ini kadar ALT mengalami penurunan signifikan pada kontrol 1 ekstrak 18 mg/200grBB dan perlakuan 3 dosis 36 mg/200grBB, selain itu pada analisis data Mann-Whitney pada kelompok kontrol 1 dibandingkan dengan kelompok kontrol 2 didapatkan nilai p = 0,049 jadi dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai p < 0,05. Kemudian pada kelompok perlakuan 3 dibandingkan dengan kelompok kontrol 2 didapatkan nila p = 0,024 jadi dapat dikatakan juga terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan dengan penelitian Masruroh (2009) yang memberikan hasil buah mengkudu berhasil menjadi hepatoprotektor dengan dosis 9 mg/ 200grBB.

(12)

mencegah oksidasi lipid atau molekul dengan inisiasi menghambat reaksi oksidatif berantai (Rohman dkk., 2006). Antioksidan dari tumbuhan dapat menghalangi kerusakan oksidatif melalui reaksi dengan radikal bebas, membentuk kelat dengan senyawa logam katalitik, dan menangkap oksigen (Khlifi et al.,

2005).

Menurut Bijanti (2008), buah mengkudu menghasilkan sederetan antioksidan diantaranya: scopoletin, flavonoid, vitamin C, dan nitrit oxide. Oksidan termasuk golongan senyawa oksigen reaktif yang berasal dari oksigen (O2) dan sebagian diantaranya berbentuk radikal bebas digolongkan dalam oksidan akan tetapi radikal bebas lebih berbahaya. Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan komponen fungsional sel yang penting sehingga dapat menimbulkan kerusakan sel dan menjadi penyebab berbagai keadaan patologis.

Pada kelompok perlakuan 1 dosis 9 mg/200grBB dan kelompok perlakuan 2 dosis 18 mg/200grBB tidak didapatkan penuruanan kadar ALT. Selain itu pada analisis data Mann-Whitney kelompok perlakuan 1 dibandingkan dengan kelompok kontrol 2 didapatkan hasil p = 0,207 jadi dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan signifikan karena nilai p > 0,05. Kemudian pada kelompok perlakuan 2 dibandingkan dengan kelompok kontrol 2 didapatkan hasil p = 0,219 jadi dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan signifikan. Dengan kata lain dengan dosis 9 mg/200grBB dan 18 mg/200gBB tidak menunjukkan efek hepatoprotektor yang efektif, tetapi banyak hal yang mempengaruhi hasil pengukuran kadar ALT. Menurut Dufour (2000), bahwa hasil laboratorium pengukuran ALT dapat dipengaruhi beberapa hal, yaitu:

a. Waktu pengambilan sampel darah

Pengambilan sampel yang paling baik adalah siang hari, sedangkan pada sore hari kadar ALT cenderung meningkat dan pada malam hari cenderung lebih rendah. Pada penelitian ini proses pengambilan sampel dilakukan pada waktu siang hari, jadi faktor ini tidak berpengaruh.

b. Spesimen penyimpanan

Sampel akan lebih stabil jika disimpan dalam lemari es tetapi tingkat kestabilan sampel hanya dapat bertahan 24 jam dan akan cenderung meningkat setelah 24 jam. Pada penelitian ini sampel disimpan selama kurang lebih selama 24 jam, jadi kemungkinan sampel juga mengalami kerusakan.

c. Hemolisis

Jika sampai terjadi hemolisis maka pengukuran sampel akan cenderung meningkat dan tergantung dari cara pengambilan sampel. Pada penelitian ini diambil dengan cara yang benar yaitu pengambilan sampel tidak menyentuh dinding tabung eppendorf, tetapi dari perjalanan pengukuran sampel yang jaraknya lumayan jauh juga dapat menyebabkan terjadinya hemolisis.

(13)

Kelemahan dari penelitian ini adalah uji orientasi yang tidak cukup baik karena kurangnya sampel tikus. Kurangnya variasi dosis sehingga belum diketahui dosis efektif dari ekstrak buah mengkudu tersebut. Selain itu tidak diketahui secara pasti senyawa aktif apa saja yang berperan sebagai hepatoprotektor dalam ekstrak buah mengkudu. Kesalahan teknis sering terjadi pada penelitian ini mulai dari proses pemasukan ekstrak dengan menggunakan sonde yang sering tidak sempurna, tempat tikus dan suhu ruangan yang sering berubah, kemudian pengambilan, pengiriman, dan pengukuran sampel yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan.

KESIMPULAN

Pemberian ekstrak etil asetat buah mengkudu (Morinda citrifolia L) dosis 36 mg/200gBB mampu menghambat kadar ALT (Alanin amino transaminase)

tikus putih yang diinduksi asetaminofen.

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek hepatoprotektif ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L) dengan lebih banyak variasi dosis agar dapat diketahui dosis yang paling efektif.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan waktu perlakuan yang lebih lama untuk menilai tingkat protektif hati terhadap obat yang menyebabkan hepatotoksik.

3. Identifikasi senyawa aktif yang terkandung dalam buah mengkudu

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adewusi E.A., Afolayan A.J., 2010. A Review of Natural with Hepatoprotective Activity. JMPR. 4(13):1318-1334

Al-Jauziyah I. Q., 2008. Praktek Kedokteran Nabi diterjemahkan oleh Abu Firly. Bantu: Hikam Pustaka. 35

Anita A.J., Murtala B., Ilyas M., Liyadi F., Aman A.M., Bahar B., 2011. Korelasi Antara Derajat Perlemakan Hati Berdasarkan Ultrasonografi Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Profil Enzim Hati.

Astuti, Ketut W., 2011. Kombinasi Asetosal dan Ekstrak Buah Mengkudu

(Morinda citrifolia) Dapat Memperpanjang Waktu Perdarahan dan Koagulasi pada Mencit. Universitas Udayana Denpasar. Tesis.

Bijanti R., 2008. Potensi Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Kualitas Karkas, Kadar Vitamin C dan Kadar Malonedialdehide

(MDA) Dalam Darah Ayam Pedaging. Media Kedokteran Hewan.

24:1

Brett J.W., Deng S., Jensen C.J., 2010. Nutrient and Phytochemical Analyses of Processed Noni Puree. Food Research International. 44:2295-2301 Cristina W., 2005. Peluang Pengembangan Minuman Fungsional Dari Buah

Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Jurnal Litbang Pertanian. 24(4):149-155

Dedy S., 2008. Pengaruh Proteksi Vitamin C Terhadap Enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologis Hati Mencit yang Dipapar Plumbum. Universitas Sumatera Utara Medan. Tesis.

Djauharia E., Rosman R., 2006. Status Perkembangan Teknologi Tanaman Mengkudu. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Dufour R.D., 2000. Laboratory Guidenline for Screening, Diagnosis, and Monitoring of Hepatic Injury. Journal The National Academy of Clinical Biochemistry volume 12.

Duke, James A., 2002. Handbook of Medicinal Herbs. 2nd ed. New York: CRC Press LLC. p.529.

Edijanti G., Chodidjah., Alimi M.S., Primanandika W., Muttaqien., 2009. Pengaruh Air Perasan Kunyit terhadap Kadar Surum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), dan Bilirubin Total Serum Studi Eksperimental pada Tikus yang Diinduksi Parasetamol. Sains Medika. 1:16-23

Goodman and Gilman., 2007. Manual of Pharmacology and Therapeutics. Jakarta:EGC

Guyton A, Hall J., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC. 902

(15)

Hayani E., Fatimah T., 2004. Identifikasi Komponen Kimia Dalam Biji Mengkudu (Morinda citrifolia). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

Heinrich M., Barner J., Gibbons S., Williamson E. M., 2009. Farmakognosis dan Fitoterapi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal:82-3

Jawi I. M, Indrayani A., Sumardika I. W, Yasa IWP. S., 2008. Efek Parasetamol Terhadap Kadar SGPT dan SGOT Darah Mencit yang Diberikan Alkohol Akut dan Alkohol Kronis. Medicinus. 21:3

Khlifi S., El Hachimi Y., Khalil A., Es-Safi N., El Abbouyi A., 2005. In Vitro

Antioxidant Effect Of Globularia Alypum L. Hydromethanolic Extract. Indian J Pharmacol. 37:227-231

Kiat A., 2011. Tanaman Sehat. (Januari 2013)

http://tanamansehat.blogspot.com/2011/12/mengkudu-morinda-citrifolia.html

Lee W.M., 2003. Drug-Induced Hepatotoxicity. N Engl J Med. 349:474-485 Lusia O.R.K.S., 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan

Manfaat dan Keamanan. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3(1):01-07 Margaret I., Ndu I., Jimson O., Cecilia I., 2012. Assessment Of The Effect Of

Base Type And Surfactant On The Release Properties And Kinetics Of Paracetamol Suppositories. JCPR. 4(6):3280-3286

Masruroh H. L., 2009. Struktur Hepar, Kadar SGPT dan Bilirubin Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Setelah Perlakuan dan Parasetamol. Universitas Gadjah Mada. Tesis.

Muralidharan P., Srikanth J., 2009. Antiulcer Activity of Morinda Citrifolia Linn

Fruit Extract. JSR. 1 (2):345-352

Murugesh K.S., Yeligar V.C., Maiti B.C., Maity T.K., 2005. Hepato Protective and Antioxidant Role of Berberis tinctoria Lasch Leaves on Paracetamol Induced Hepatic Damage in Rats. IJPT. 4:64-69

Nelson S.C., 2006. Species Profiles for Pacific Island Agroforestry, Morinda citrifolia (Noni). (Mei 2012)

Nijveldt R, J,. Nood E,. Hoorn D. E. C., Boelens P. G., Norren K., Leeuwen P. A. M., 2001. Flavonoid: A Review of Probable Mechanisms of Action and Potential Applications. Am J Clin Nutr. 74:418-25

Ojo O.O., Kabutu F.R., Bello M., Babayo U., 2006. Inhibition of

Paracetamol-Pilichos C., Perrea D., Demonakou M., Preza A., Donta I., 2004. Management of Carbon Tetrachloride-Induced Acute Liver Injury in Rats by Syngeneic Hepatocyte Transplantation in Spleen and Peritonel Cavity. WJG. 10(14):2099-2102

Price S. A., 2005. Patofisiologi. Ed. 6. Jakarta: EGC. 472-474

(16)

Extraction Processes. Journal of Engineering Science and Technology. 2(1):70-80

Rethinam P., Chadha K.L., Peter P.I., Peter K.V., Singh B., Kadam S.S., 2007. International Journal of Noni Research. World Noni Research Foundation. 15

Rohman A., Riyanto S., Utari D., 2006. Aktivitas Antioksidan, Kandungan Fenolik Total Dan Kandungan Flavonoid Total Ekstrak Etil Asetat Buah Mengkudu Serta Fraksi-Fraksinya. Majalah Farmasi Indonesia. 17(3):136-142

Rosalina I., 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Hal : 334

Santosa S., 2005. Khasiat Antioksidan dan Antihipertensi Buah Mengkudu

(Morinda Citrifolia Fructus) dalam Penanganan Preeklamsi. JKM. 4(2):55-66 Hepatoprotective Activity of Fermented Fruit Juice of Morinda citrifolia (Noni) in Diabetic Rats. Departement of Preclinical Sciences, Faculty of Medical Sciences, The University of the Indies, Trinidad and Tobago. 875293

Stadlbauer, V., Fickert, P., Trauner, M., and Stauber, RE., 2005. Hepatotoxicity of Noni juice : Report of two cases. World J Gastroenterol.

11(30):4758-60

Suprapti., 2005. Aneka Olahan Mengkudu. Yogyakarta: Kanisius. 11-13

Tendean M., 2009. Hepatitis Imbas Obat. Jurnal Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)

http://www.ukrida.ac.id/jkunukr/jou/fkedd/2009(5Desember 2012) Vitols S., 2003. Paracetamol Hepatotoxicity at Therapeutic Doses. Journal of

Internal Medicine. 253: 95-98

Wang M.Y., Nowicki D., Anderson G., Jensen J., West B., 2008. Liver Protective Effects of Morinda citrifolia (Noni). Plant Foods Hum Nutr. 63:59– 63

Wallace J. L., 2004. Acetaminophen Hepatotoxicity: No To The Rescue. BJP.

143:1-2

Wardiny, Tuty M., 2006. Kandungan Vitamin A, C dan Kolesterol Telur Ayam yang Diberi Mengkudu (Morinda citrifolia) Dalam Ransum. Institut Pertanian Bogor. Tesis.

West, BJ., Jensen, CJ., and Westendorf, J., 2006. Noni Juice is Not Hepatotoxic. World J Gastroenterol. 12(22): 3616-19

(17)

Gambar

Tabel 5. Hasil uji efek hepatoprotektor pada tikus jantan galur Wistar Kadar ALT
Tabel 5 menunjukkan kadar ALT awal (sebelum diberi perlakuan) dan akhir (setelah diberi perlakuan) pada lima kelompok: yaitu kelompok kontrol I,
Tabel 6. Hasil uji Kelompok K1  K2

Referensi

Dokumen terkait

Perairan Sumber Beceng tercemar dibuktikan dengan rata-rata indeks keanekaragaman plankton antara 1,0 - 1,5 yaitu sebesar 1,24 serta kondisi fisika-kimia perairan Sumber

“Jenis-Jenis Lead dan Gaya Bahasa Dalam Feature Biografi Pada Harian Kompas Terbitan Bulan Januari Tahun 2007” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).Dengan demikian

Pendirian Monumen Jenderal Sudirman dilatarbelakangi adanya rumah pen- duduk yang merupakan bekas markas gerilya di Desa Pakis Baru, yang belakangan diketahui bahwa markas

Selanjutnya, pada tahap pelaksanaan, guru mata pelajaran PAI melaksanakan RPP yang sudah dibuat dengan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Yuwanta (2004) menyatakan bahwa fermentasi serat yang tidak bisa dicerna akan difermentasi oleh bakteri di bagian sekum, sehingga jumlah total bakteri (TPC) perlakuan R3 di

Transgender adalah sebuah pengertian yang mengacu pada orang-orang yang mempresentasikan gendernya secara berbeda dari idealnya, yaitu jenis kelamin yang mereka

Pengaruh Keikutsertaan Organisasi IPNU IPPNU dan Kepribadian Terhadap Kepemimpinan Siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom Somoroto Kauman Ponorogo. Berdasarkan penghitungan

Bagaimana cara yang terbaik untuk menghadapi adalah beradaptasi dengan dunia baru yang terus berubah tanpa menghilangkan kesempatan atau waktu diam atau hening