BENTUK INTERAKSI SOSIAL ANTAR PENJUAL JASA BECAK CINTA (Studi pada Masyarakat Alun-alun Kidul Kota Surakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun oleh :
PRI ROHMAWATI 08413244017
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL
v
MOTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(QS. Al-Insyiroh: 6 – 8)
Ketulusan cinta dan bakti seorang anak kepada orang tuanya dapat diukur dari seberapa
besar keingininnya untuk membuat bangga orang tuanya.
(Lentera Hati)
Better late than never
Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji syukur kupanjatkan hanya kepada-Mu Ya Allah atas limpahan berkah yang tak terkira dan Shalawat semoga tetap
tercurah pada Nabi Muhammad SAW
Karya ini saya persembahkan untuk:
Bapak Bambang Dalwadi & Ibu Sukini
Yang telah mencurahkan segala kasih sayangnya dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk putrinya
Adik-adikku
Iwan Murdani & Asri Wardani Yang selalu memberi pengertian
Saya bingkiskan karya ini untuk:
Suami dan anakku tercinta Joko Sugiarto & Randra Anggerta Elka
Yang selalu memberi dukungan
Keluarga besar terkasih
Terimakasih atas doa dan semangat yang kalian berikan
Sahabat-sahabat tercinta,
Keluarga besar pendidikan sosiologi 2008 sampai 2010
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi kita sepanjang zaman,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Bentuk Interaksi
Sosial Antar Penjual Jasa Becak Cinta (StudipadaMasyarakatAlun-alunKidul
Kota Surakarta)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang dalam kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd.M.A., selaku Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan berbagai kesempatan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Bapak Grendi Hendrastomo, MM.MA. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sosiologi yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. IbuNur Hidayah, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan masukan, pemikiran, serta arahan bagi penulis guna
viii
5. IbuPuji Lestari, M.Hum selaku dosennarasumber dalam skripsi ini, terima
kasih atas bimbingannya selama ini sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih
baik.
6. Ibu V. Indah Sri pinasti, M.Si. selakudosenketuapengujidalamskripiini,
terimakasihatasbimbingannyaselamainisehinggaskripsiinidapatmenjadilebihb
aik.
7. Seluruh dosen yang mengajar padaJurusan Pendidikan Sosiologi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan sekaligus membekali penulis
untukmenjadipribadi yang sukses.
8. Para penjual jasa yang berada dialun-alunkidul Surakarta yang telah menjadi
informan dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
9. Pemilik Becak Cinta dan penjual jasa Becak Cinta di alun-alun kidul kota
Surakarta yang telah menjadi informan dan memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
10. Ibu dan Bapak tercinta yang tidak hentinya memberikan dorongan baik secara
materiil dan non materiil kepada penulis untuk meraih hasil yang terbaik.
11. Sahabat-sahabatku Prodi Pendidikan Sosiologi khususnya angkatan 2008
yang selalu memberikan semangat dan keceriaan tersendiri dengan keunikan
kalian.
12. Adik-adik angkatan Prodi Sosiologi angkatan2009 sampai2010yang dengan
x
BENTUK INTERAKSI SOSIAL ANTAR PENJUAL JASA BECAK CINTA (Studi pada Masyarakat Alun-alun Kidul Kota Surakarta)
Oleh: Pri Rohmawati
08413244017
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dampak dari bentuk interaksi sosial antar penjual jasa becak cinta dan penjual jasa lain terhadap kehidupan masyarakat di alun-alun kidul kota Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data yang diperoleh melalui kata-kata dan tindakan, sumber tertulis serta foto. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber utama dalam penelitian ini adalah para penjual jasa yang berada di alun-alun kidul kota Surakarta. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi sosial antar penjual jasa becak cinta di alun-alun kota Surakarta. Bentuk interaksi antar penjual jasa meliputi: Pertama, kerjasama yang dilakukan para penjual jasa becak cinta antara lain adalah hal pekerjaan, misalnya mereka sama-sama melakukan promosi untuk becak cinta. Kedua, akomodasi yang dilakukan para penjual jasa apabila ada masalah biasanya berwujud toleransi dan mediasi. Ketiga, kontravensi antar penjual jasa becak cinta terjadi karena adanya konflik. Keempat, persaingan yang terjadi antar penjual jasa merupakan persaingan yang sehat, dimana persaingan tersebut dijadikan sebagai motivasi. Kelima, konflik yang terjadi diantara penjual jasa biasanya dipicu karena masalah perebutan pengguna jasa becak cinta. Bentuk interaksi terjadi karena dipengaruhi oleh kesamaan nasib, kesamaan tempat mencari nafkah, kesamaan pemikiran, kesamaan tujuan dan kesamaan profesi.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. DASAR TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
1. Kajian Masyarakat ... 8
2. Kajian Transportasi ...10
3. Kajian Becak ...13
4. Kajian Becak Cinta ...14
xii
6. Interaksi Sosial ...16
7. Interaksionisme Simbolik ... 24
B. Penelitian yang Relevan ... 26
C. Kerangka Berpikir ... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ... 29
A. Lokasi Penelitian ... 29
B. Waktu Penelitian ... 29
C. Bentuk Penelitian ... 29
D. Sumber Penelitian ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Teknik Pengambilan Sampel... 36
G. Validitas Data ... 36
H. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Deskripsi Wilayah ... 40
1. Deskripsi Wilayah Alun-alun Kidul Surakarta ... 40
2. Profil Alun-alun Kidul Surakarta ... 42
3. Data Informan ... 45
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 53
1. Kegiatan Penjual Jasa becak Cinta ... 53
2. Bentuk Interaksi Antar Penjual Jasa Becak Cinta ... 58
xiii
BAB V. PENUTUP ...90
A. Kesimpulan ...90
B. Saran ...94
DAFTAR PUSTAKA ... 95
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar:
1. Kerangka Pikir... 28
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN:
1. Lembar Observasi
2. Lembar Wawancara
3. Hasil Observasi
4. Keterangan Kode Hasil Wawancara
5. Hasil Wawancara
6. Daftar Jumlah Becak Cinta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modernisasi dewasa ini telah membawa pengaruh besar terhadap
masyarakat disekitar kita, di mana modernisasi sangat erat hubungannya dengan
sebuah perkembangan masyarakat. Modernisasi sering disamakan dengan
industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi, sebaliknya kini tradisi disamakan
dengan ketinggalan zaman dan keterbelakangan, semua itu secara diam-diam
mengandaikan bahwa modernisasi sebagai proses historis yang bertujuan jelas, tak
terhentikan dan bersifat global yang akan berlangsung secara kurang lebih sama di
mana-mana, masyarakat-masyarakat tradisional pun tidak bisa mengelak darinya
dalam jangka waktu yang panjang (Muller, 2006:83).
Modernisasi sebagai sebuah gejala perubahan sosial tentunya sangat
penting bagi sebuah masyarakat, terutama pada masyarakat yang mempunyai sifat
terbuka terhadap suatu perubahan, modernisasi dirasakan penting karena
menyangkut dampak yang akan terjadi dalam suatu masyarakat, baik positif
maupun negatif. Modernisasi erat kaitannya dengan globalisasi di mana
pembaharuan yang terjadi dalam masyarakat lebih besar terjadi karena masuknya
teknologi. Melalui teknologi tersebut akan sedikit banyak membawa dampak yang
proges bagi masyarakat, misalnya saja dengan adanya modernisasi secara tidak
langsung teknologi akan mudah diserap oleh masyarakat, dan lebih cepat berubah
2
Masyarakat telah banyak mengalami perkembangan dalam kehidupannya
pada zaman modern kini, saat ini masyarakat mulai memasuki era informasi,
dimana semua negara berusaha agar seluruh pedesaan, lembaga pendidikan,
lembaga masyarakat, lembaga pemerintah dan lain-lain terhubung dalam satu
jaringan, sehingga interaksi dalam berbagai aspek diseluruh dunia dapat dilakukan
secara mudah dan cepat melalui telematika. Perkembangan globalisasi informasi
yang didukung oleh kemajuan teknologi kini telah mengubah aspek-aspek
tradisional masyarakat, sehingga adanya hal tersebut tentu akan mempermudah
masyarakat dalam menjalani kehidupannya.
Masyarakat pada zaman modern pasti mengalami sebuah perubahan.
Perubahan ini diantaranya perubahan yang berproses secara cepat maupun lambat.
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka
waktu yang tidak lama disebut dengan inovasi atau innovation. Discovery adalah
penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para
individu. Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui,
menerima serta menetapkan penemuan baru itu. Pada saat penemuan menjadi
invention, proses inovasi belum selesai.
Becak merupakan salah satu contoh dari adanya inovasi. Becak adalah
suatu transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia. Kapasitas
normal becak adalah dua orang penumpang dan seorang pengemudi. Dengan
adanya inovasi muncul modifikasi terhadap becak, yang dinamakan becak cinta
3
alat rekreasi. Alat transportasi beroda empat atau kadang sering disebut sepeda
pancal ini memiliki dua tempat duduk dengan kapasitas empat orang, dapat
dikayuh dua orang di tempat duduk belakang, ada yang bersetir di depan ada juga
yang bersetir di belakang.
Becak cinta sudah merambah diberbagai kabupaten di Jawa Tengah.
Beberapa diantaranya ada pada daerah Surakarta, Yogyakarta dan Ponorogo. Pada
kesempatan kali ini peneliti berkesempatan untuk meneliti bagaimana bentuk
interaksi yang terjadi pada para penjual jasa becak cinta, di kawasan alun-alun
Surakarta. Peneliti ingin mengetahui dampak apa yang terjadi antara sebelum dan
sesudah masuknya penjual jasa becak cinta ke dalam wilayah tersebut. Peneliti
juga hendak mengetahui apakah terdapat perubahan peraturan atau nilai dan
norma yang terjadi di sana sebelum dan sesudah becak cinta ada.
Menurut Appadurai dengan melihat lanskap-lanskap ini sebagai basis bagi
yang disebutnya dengan dunia-dunia imajiner atau “berbagai dunia yang dibangun
oleh imajinasi yang terbangun secara historis dari orang atau kelompok yang
menyebar keseluruh dunia” (Appadurai, 1996 dalam Ritzer dan Goodman,
2004:642).
Masyarakat di sekitar alun-alun Surakarta memiliki perubahan-perubahan
sosial yang terjadi kurang nampak, hal ini tentunya karena bentuk transformasi
dari masyarkatnya terutama dari pengaruh masuknya komunitas penjual jasa
becak cinta dalam wilayah ini, sehingga masyarakatnya kini menjadi masyarakat
yang mengadopsi perkembangan kehidupan sebagai akibat masuknya modernisasi
4
interaksi warga masyarakatnya. Interaksi sosial menyangkut hubungan sosial yang
dinamis baik hubungan antar perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Bungin, 2007:55).
Interaksi terbentuk secara konkrit seperti adanya tegur sapa antar penjual
jasa, komunikasi secara langsung dan sebagainya, sekarang karena adanya
tranformasi sosial. Berdasarkan gejala-gejala perubahan interaksi itulah maka
nantinya disinyalir akan banyak dampak baik positif maupun negatif bagi
masyarakat setempat, yang ke semua itu merupakan suatu bagian fenomena dalam
kehidupan masyarakat khususnya masyarakat di sekitar alun-alun Surakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas tentulah sangat menarik bila dikaji dan
dipelajari lebih dalam terkait pola interaksi komunitas becak cinta dan masyarakat
di sekitar alun-alun Surakarta.
B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah, antara lain:
a. Masuknya pengaruh modernisasi ke Indonesia, yang membawa dampak
perubahan baik positif maupun negatif kepada masyarkat.
b. Inovasi tidak hanya dilakukan oleh kalangan menengah ke atas namun juga
masyarakat kalangan menengah kebawah.
c. Transformasi masyarakat karena mengenal inovasi dalam bidang transportasi
5
d. Terjadinya bentuk interaksi para penjual jasa dalam satu wilayah alun-alun
kidul kota Surakarta.
e. Banyaknya dampak baik positif maupun negatif dari pola interaksi tersebut
yang mempengaruhi tata kehidupan masyarakat dan para penjual jasa dalam
satu wilayah alun-alun kidul kota Surakarta.
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah melalui beberapa uraian di atas, maka
dalam hal ini permasalahan yang dikaji perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini
bertujuan untuk memfokuskan perhatian pada penelitian agar diperoleh
kesimpulan yang benar dan mendalam pada aspek yang diteliti. Cakupan masalah
dalam penelitian ini dibatasi pada pola interaksi masyarakat karena masuknya
penjual jasa becak cinta.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut : Apa saja dampak dari bentuk interaksi sosial antar penjual jasa becak
cinta dan penjual jasa lain terhadap kehidupan masyarakat di alun-alun kidul kota
Surakarta?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
6
becak cinta dan penjual jasa lain terhadap kehidupan masyarakat di alun-alun
kidul kota Surakarta.
F. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai hasil karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
untuk referensi atau informasi yang berkaitan dengan komunitas penjual
jasa becak cinta khususnya pada pola interaksinya.
b. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya sosiologi tentang
kajian interaksi dan dampaknya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan
sehingga dapat digunakan sebagai sasaran acuan dalam meningkatkan dan
menambah wawasan.
b. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
para dosen yang ingin mengkaji lebih lanjut terkait dengan penelitian ini.
c. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dipergunakan sebagai bahan
informasi dan menambah wawasan tentang pola interaksi masyarakat di
7 d. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat memicu pemerintah untuk memberikan
apresiasi terhadap masyarakat-masyarakat yang mampu menghasilkan
karya yang unik dengan ide-ide kreatif, sehingga usaha kemajuan
masyarakat ini mendapat respon positif dari pemerintah dan dapat
mendongkrak pariwisata khususnya daerah Surakarta.
e. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai bentuk interaksi sosial
masyarakat di alun-alun Surakarta.
f. Bagi peneliti
1) Penelitian ini digunakan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana.
2) Menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian dengan terjun
langsung ke dalam masyarakat yang dapat dijadikan bekal untuk
penelitian-penelitian selanjutnya.
3) Dapat menjawab pertanyaan terkait bentuk interaksi sosial masyarakat
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok individu yang tinggal dalam suatu tempat
tertentu, saling berinteraksi dalam waktu yang relatif lama, mempunyai adat
istiadat dan aturan-aturan tertentu dan lambat laun membentuk sebuah
kebudayaan. Masyarakat juga merupakan sistem sosial yang terdiri dari sejumlah
komponen struktur sosial yaitu : keluarga, ekonomi, pemerintah, agama,
pendidikan, dan lapisan sosial yang terkait satu sama lainnya, bekerja secara
bersama-sama, saling berintearksi, berelasi, dan saling ketergantungan (Jabrohim,
2004 : 167).
Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto masyarakat ialah suatu sistem
dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai
kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku serta
kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan
masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial, dan masyarakat
selalu berubah (Soekanto, 2007 : 22).
Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto unsur-unsur perasaan
masyarakat antara lain adalah seperasaan, sepenanggungan dan saling
memerlukan, sedangkan tipe-tipe masyarakat menurut Kingley Davis dan
9 a. Jumlah penduduk
b. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman
c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh
masyarakat
d. Organisasi masyarakat yang bersangkutan.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang sama identifikasinya, teratur,
sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup
bersama secara harmonis. Bila dilihat dari tiga macam ciri yang membedakan
masyarakat dengan kelompok-kelompok lainnya :
a. Pada masyarakat pasti terdapat sekumpulan individu-individu yang
jumlahnya cukup besar.
b. Individu tersebut mempunyai hubungan yang melahirkan kerjasama
diantara mereka.
c. Hubungan individu-individu sedikit banyak harus permanen sifatnya.
(Faisal, 2005:27).
Dengan demikian, suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif,
karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai kepentingan dan
tentunya juga untuk dapat bertahan. Namun disamping itu, masyarakat sendiri
juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat
hidup terus. Demikian pula dengan masyarakat disekitar alun-alun kidul Surakarta
yang mempunyai pemikiran untuk membuka usaha di alun-alun kidul untuk
mendapatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan. Usaha tersebut antara lain
10
2. Kajian Transportasi
Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain,
dimana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna
untuk tujuan-tujuan tertentu. Kata-kata usaha pada pengertian diatas berarti,
transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak,
proses mengangkut dan mengalihkan, dimana proses ini tidak bias dilepaskan dari
keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan
sesuai dengan waktu yang diinginkan. Alat pendukung dapat dipakai untuk
melakukan proses pindah, gerak, angkut dan alih ini, bisa bervariasi, tergantung
pada:
a. Bentuk objek yang akan dipindahkan tersebut.
b. Jarak antara suatu tempat dengan tempat lain.
c. Maksud objek yang akan dipindahkan tersebut. (Fidel Miro, 2005:5)
Alat-alat pendukung yang digunakan untuk proses pindah harus cocok dan
sesuai dengan objek, jarak, dan maksud objek, baik dari segi kuantitasnya maupun
dari segi kualitasnya. Untuk mengetahui keseimbangan antara objek yang
diangkut dengan alat pendukung ini, dapatlah kita melihat ukuran (standar)
kuantitas dan kualitas dari alat pendukung. Adapun standar kuantitas dan kualitas
alat pendukung ini dapat diidentifikasikan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Aman: Apakah objek yang diangkut aman selama proses perpindahan dan
11
b. Cepat: Apakah objek yang diangkut dapat mencapai tujuan sesuai dengan
batasan waktu yang telah ditentukan?
c. Lancar: Apakah selama proses perpindahan, objek yang diangkut tidak
mengalami hambatan atau kendala?
d. Nyaman: Apakah selama proses perpindahan objek yang diangkut terjaga
keutuhannya dan situasi bagi sang pengangkut menyenangkan?
e. Ekonomis: Apakah proses perpindahan tidak memakan biaya yang tinggi
dan merugikan objek yang diangkut?
f. Terjamin kesediaannya: alat pendukung selalu tersedia kapan saja objek
yang diangkut membutuhkannya, tanpa memperdulikan waktu dan tempat.
Dalam ilmu transportasi, alat pendukung ini diistilahkan dengan system
transportasi yang di dalamnya mencakup berbagai unsure (subsistem) berikut:
a. Ruang untuk bergerak (jalan).
b. Tempat awal atau akhir pergerakan (terminal).
c. Yang bergerak (alat angkut atau kendaraan dalam bentuk apapun).
d. Pengelolaan: yang mengkoordinasikanketiga unsure sebelumnya.
Berfungsinya alat pendukung proses perpindahan ini sesuai dengan yang
diinginkan, tidaklah terlepas dari kehadiran seluruh subsistem tersebut di atas
secara serentak. Masing-masing unsur itu tidak bias hadir dan beroperasi
sendiri-sendiri, kesemuanya harus terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu
saja komponen yang tidak hadir, maka alat pendukung proses perpindahan (sistem
12
Untuk menjamin berfungsinya sistem transpotasi sebagai alat pendukung
proses perpindahan, dalam merencanakan dan mengembangkan sistem kita harus
merencanakan dan mengembangkan seluruh komponen tersebut, baik secara
serempak atau salah satunya, tergantung pada kondisi dan lingkungan di mana
sistem transportasi tersebut beroperasi.
Jasa transportasi adalah industri jasa yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
a. Intangible jasa transportasi memberikan manfaat lokasi yang hanya dapat
dirasakan tetapi tidak dapat dipegang atau dilihat seperti material.
b. Perishable, sekali jasa transportasi digunakan oleh konsumen maka
selesai. Konsumen hanya dapat membawa pulang ke rumah “pengalaman”
atau “kesan”. Disamping itu tempat duduk dari kereta api, pesawat, bus
yang tidak terjual paada hari ini, tidak dapat disimpan untuk dijual besok.
c. Immediate, jasa transportasi bila dibutuhkan oleh konsumen tidak dapat
ditangguhkan terlalu lama.
d. Complex, proses pelayanan jasa transportasi melibatkan banyak orang dan
sarana prasarana.
e. Amorphous, mutu pelayanan jasa transportasi tidak dapat ditetapkan sesuai
dengan harapan pengguna jasa. Penilaian terhadap mutu pelayanan jasa
transportasi sangat bervariasi, tergantung pada pendapat perseorangan
13
3. Kajian Becak
Becak dari bahasa Hokkien, be dan chia yang berarti "kereta kuda". Becak
adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia
dan juga di sebagian Asia. Kapasitas normal becak adalah dua orang penumpang
dan seorang pengemudi. Menjadi pengemudi becak merupakan salah satu cara
untuk mendapatkan nafkah yang paling mudah, sehingga jumlah pengemudi
becak didaerah yang angka penganggurannya tinggi akan menjadi sangat tinggi.
Becak dilarang di Jakarta sekitar akhir dasawarsa 1980-an. Alasan resminya
antara lain kala itu ialah bahwa becak adalah “eksploitasi manusia atas manusia”,
dan becak digantikan dengan Bajaj atau Helicak.
Becak dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti kendaraan umum
seperti sepeda tidak bermotor beroda tiga, bertutup (tutupnya dapat dibuka), satu
sadel di belakang, tempat duduk untuk penumpang di depan, dijalankan dengan
tenaga manusia, pengemudinya duduk dibelakang (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2008: 155). Becak yang pertama muncul berkembang pesat menjadi
alat angkutan umum penting bagi kota-kota besar. Sentral dalam keberadaan
becak sebagai alat angkutan umum kota, adalah upaya penghapusan becak dari
kota besar. Gambaran berikut mengenai angkutan becak, tidak terlepas dari
kenyataan itu, karena operasi pengusiran dan penyitaan becak berdampak besar
pada cara kerja para pengendaranya.
Perkembangan zaman membuat individu semakin berkreasi dengan segala
benda maupun alat yang berada di sekitar mereka. Begitu pula dengan adanya
14
pembaharuan. Becak yang notabennya merupakan alat transportasi kayuh namun
sekarang dapat dirubah menjadi salah satu alat rekreasi yang menarik perhatian
kalayak ramai. Becak rekreasi ini banyak disebut oleh para kalayak ramai dengan
sebutan becak cinta.
4. Kajian Becak Cinta
Menurut peneliti becak cinta merupakan becak modifikasi yang digenjot
oleh beberapa orang secara bersama-sama. Sepeda pancal dengan setir mirip
mobil itu cukup unik, sempat menyita perhatian beberapa pengguna jalan, ramah
lingkungan dan bebas polusi, menggeser dominasi odong-odong dan kereta mini
yang sudah akrab dengan masyarakat. Lebih unik lagi jika malam hari, becak
cinta ini dihiasi lampu kelap-kelip yang menambah suasana semakin romantis.
Modifikasi becak ini sering disebut banyak orang di sekitar alun-alun kidul
kota Surakarta dengan sebutan becak cinta. Namun demikian seiring berjalannya
waktu becak rekresasi ini telah mempunyai banyak sebutan, diantaranya becak
wisata, becak lampu dan sebagainya. Becak cinta ini merupakan becak rekreasi
yang dipakai untuk membuat senang sekelompok orang yang biasanya merupakan
satu keluarga ataupun sekelompok orang yang berteman. Sekelompok orang
tersebut dengan perasaan senang menaiki becak ini bersama orang yang dikasihi,
dengan perasaan senang yang di dalamnya terdapat perasaan cinta maka becak itu
dinamakan becak cinta. Sekelompok orang dengan perasaan senang yang
15
5. Penjual Jasa
Penjual dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti orang yang menjual
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 589). Penjual adalah merupakan orang
yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang diproduksi sendiri
maupun tidak, untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan jasa merupakan
perbuatan yang memberikan segala sesuatu yang diperlukan orang lain, dapat
berupa layanan atau servis. Dapat juga diartikan aktivitas, kemudahan, manfaat,
dan sebagainya yang dapat dijual kepada orang lain (konsumen) yang
menggunakan atau menikmatinya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:569).
Jasa atau layanan adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah
interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak
menghasilkan transfer kepemilikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa penjual jasa
yakni merupakan suatu proses memperjualbelikan layanan yang dilakukan seperti
halnya proses perdagangan barang.
Penjual jasa yang dimaksud disini adalah merupakan orang yang
melakukan proses dagang atau memperjualbelikan layanan berupa layanan untuk
suatu benda atau alat rekreasi, yakni becak cinta. Bukan hanya penjual jasa becak
cinta yang berada di alun-alun, tetapi banyak penjual jasa mainan lain disana.
Seperti penjual jasa wahana permainan istana balon, odong-odong, otopet dan
helicopter. Para penjual becak cinta melakukan kegiatan berupa penyewaan becak
cinta yang mereka miliki. Para penjual jasa di alun-alun kidul Surakarta
melakukan jual beli ini untuk mendapatkan keuntungan berupa upah dari hasil
16
Surakarta terdapat penjual jasa yang hanya menyewakan saja untuk pengguna,
namun terdapat pula yang disewa sekaligus bertugas untuk mengayuhkan becak
cinta tersebut untuk pengguna.
B. DASAR TEORI 1. Teori Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia dan antara orang dengan kelompok-kelompok masyarakat. Interaksi
terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan pertemuan antara
individu dengan kelompok, di mana komunikasi terjadi di antara kedua belah
pihak (Yulianti, 2003:91).
Inti yang ditarik dari kehidupan sosial adalah interaksi, yaitu aksi atau
tindakan yang berbalas-balasan, orang saling menanggapi tindakan mereka.
masyarakat merupakan jaringan relasi-relasi hidup yang timbal balik, yang satu
berbicara, yang lain mendengarkan, yang satu bertanya, yang lain menjawab, yang
satu memberi perintah, yang satu mentaati, yang satu berbuat jahat, yang lain
membalas dendam, yang satu mengundang, yang lain datang. Selalu tampak
bahwa orang saling pengaruh-mempengaruhi.
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu
tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial
dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan di
dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan dalam
17 Ciri penting dari interaksi sosial yaitu :
a. Jumlah pelaku lebih dari seorang bisa dua atau lebih
b. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan
simbol-simbol
c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan
akan datang yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung.
d. Adanya tujuan-tujuan tertentu.
Apabila interaksi sosial diulang menurut pola yang sama dan bertahan
untuk waktu yang lama maka akan terwujud hubungan sosial. Bentuk-bentuk
interaksi sosial adalah :
a. Kerja sama
Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, di mana di dalamnya
terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing.
Menurut Soerjono Soekamto sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama,
ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
1) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang
dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
2) Co-optation, yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah
satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas
18
3) Coalition, adalah kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-tujuan yang sama. Coalition dapat menghasilkan keadaan yang tidak
stabil untuk sementara waktu, oleh karena dua organisasi atau lebih tersebut
kemungkinan mempunyai struktur yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Akan tetapi maksud utamanya adalah untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif (Abdulsyani,2007:156).
b. Pertikaian
Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif,
artinya di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha
untuk menyingkirkan pihak lainnya. Singkatnya pertikaian dapat diartikan sebagai
usaha penghapusan keberadaan pihak lain.
Pertentangan atau pertikaian dapat memungkinkan penyesuaian kembali,
jika fungsi norma-norma sosial dan toleransi antara pribadi masih cukup kuat.
Kecuali itu, pertikaian dapat pula membantu memperkuat kembali norma-norma
sosial yang hampir tidak berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini,
pertikaian merupakan proses penyesuaian antara norma-norma sosial yang lama
dengan norma-norma sosial yang baru sesuai dengan kepentingan yang
dibutuhkan masyarakat pada saat tertentu. Jika pertikaian dapat diselesaikan,
maka keseimbangan akan ditemukan kembali atau oleh karena ada pihak yang
mampu melerai pertikaian tersebut paling tidak untuk sementara. Penyelesaian
pertikaian sementara dapat disebut akomodasi dan dalam proses ini
memungkinkan terjadi suatu kerja sama kembali. Pertikaian yang dapat
19
menyadari kesalahan atau kelemahan masing-masing. Alternatif yang terjadi
kemudian adalah pertama, dapat hidup berdampingan dengan bekerja sama, atau
kedua, masing-masing menjauhkan diri secara tegas karena tidak mungkin
dilakukan kerja sama (Abdulsyani,2007:158).
c. Persaingan
Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu
yang lebih daripada yang lainnya. Sesuatu itu bisa berbentuk harta benda atau
popularitas tertentu. Persaingan biasanya bersifat individu, apabila hasil dari
persaingan itu dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan pribadiakan tetapi
apabila hasilnya dianggap tidak mencukupibagi seseorang, maka persaingan bias
terjadi antar kelompok, yaitu antara satu kelompok kerja sama dengan kelompok
kerja sama yang lainnya. Dengan kata lain, bahwa terjadinya persaingan oleh
karena ada perasaan atau anggapan seseorang bahwa ia akan lebih beruntung jika
tidak bekerja sama dengan orang lain, orang lain dianggap dapat memperkecil
hasil suatu kerja. Persaingan ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
persaingan pribadi dan persaingan kelompok. Persaingan pribadi adalah
persaingan yang berlangsung antara individu dengan individu atau individu
dengan kelompok secara langsung. Sedangkan persaingan kelompok adalah
persaingan yang berlangsung antara kelompok dengan kelompok. Bentuk kegiatan
ini biasanya didorong oleh motivasi sebagai berikut:
1) Mendapatkan status sosial
2) Memperoleh jodoh
20 4) Mendapatkan nama baik
5) Mendapatkan kekayaan (Abdulsyani, 2007:157)
d. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang
menunjukan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akomodasi sebenarnya suatu bentuk
proses sosial yang merupakan perkembangan dari bentuk pertikaian, di mana
masing-masing pihak melakukan penyesuaian dan berusaha mencapai
kesepakatan untuk tidak saling bertentangan.
Tujuan akomodasi menurut Soerjono Soekanto, dapat berbeda-beda sesuai
dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibatt perbedaan paham.
Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara
kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.
2) Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, untuk sementara
waktu atau secara temporer.
3) Akomodasi kadang-kadang diusahakan untuk memungkinkan
terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok sosial yang sebagai
akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, hidupnya
terpisah, seperti misalnya yang dijumpai pada masyarakat-masyarakat
21
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran atau asimilasi dalam
arti yang luas.
e. Kontravensi
Kontravensi berasal dari kata Latin, yakni conta dan venire, yang berarti
menghalangi atau menantang. Dalam kata ini mengandung makna usaha untuk
menghalangi pihak lain mencapai tujuan. Hal utama dalam proses sosial ini adalah
menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Kontravensi dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut:
1) Kasar dan halus. Cara kasar ditandai dengan ketidaksopanan,
berupa gangguan, ejekan, fitnah, profokasi, intimidasi. Cara halus
dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa dan perilaku yang
sopan, namun mengandung makna yang tajam.
2) Terbuka dan tersembunyi. Cara terbuka jika dilakukan langsung
oleh pihak mana dan siapa yang melakukan proses sosial itu, serta
isinya apa. Cara tersembunyi sulit diketahui.
3) Resmi dan tidak resmi. Cara resmi adalah penentangan yang
diterima dan ditegakkan dengan ketentuan hukum atau dengan
ketentuan yang dilembagakan oleh kekuasaan Negara atau oleh
kekuasaan agama. Sedang cara tidak resmi adalah pertentangan
yang tidak dikukuhkan peraturan hukum dan tidak dilembagakan
22
Kelima proses sosial tersebut merupakan siklus yang senantiasa terjadi
dalam kehidupan masyarakat. Mengenai proses keseluruhan, tidak selamanya
selalu diawali oleh bentuk kerja sama, atau bentuk-bentuk yang lainnya, bahkan
biasa terjadi suatu pertikaian dapat diselesaikan, sampai terjadi kerja sama
(Abdulsyani, 2007:159).
Soerjono Soekanto mengatakan bahwa pada dasarnya ada dua bentuk
umum dari interaksi sosial yaitu asosiatif dan disosiatif. Asosiatif antara lain
kerjasama dan akomodasi. Sedangkan persaingan, kontravensi dan pertikaian
merupakan suatu bentuk disosiatif.
Interaksi sosial terjadi apabila dalam masyarakat terjadi kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya
bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi arti secara harfiah
adalah bersama-sama menyentuh (Soekanto, 2007:59). Kontak sosial merupakan
tahap pertama ketika seseorang hendak melakukan interaksi, dalam konsep kontak
sosial terdapat dua jenis kontak sosial, yaitu kontak sosial primer dan kontak
sosial sekunder.
a. Kontak Primer
Kontak sosial yang dikembangkan secara intim dan mendalam
berupa pergaulan tatap muka di mana hubungan secara visual dan
perasaan-perasaan yang berhubungan dengan pendengaran senantiasa
23 b. Kontak Sekunder
Yakni kontak yang ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak
yang lebih besar (Mannheim, 1986:51). Kontak sekunder merupakan
kontak sosial yang memerlukan pihak perantara misalnya pihak ketiga.
Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat
misalya telepon, telegraf, radio, internet dan seterusnya.
Syarat-syarat terjadinya interaksi juga melibatkan komunikasi, di mana
komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain
(yang berwujud pembicaraan, gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan yang
ingin disampaikan pada orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain
tersebut (Soekanto, 2007 : 60).
Proses Interaksi Sosial dapat berlangsung, antara lain karena faktor berikut
ini:
a. Imitasi
Imitasi adalah proses meniru perilaku dan gaya seseorang yang
menjadi idolanya. Tindakan meniru dilakukan dengan belajar dan
meniru perbuatan orang lain yang menarik perhatian.
b. Sugesti
Sugesti adalah pandangan atau sikap seseorang yang kemudian
diterima dan diikuti oleh pihak lain.
c. Identifikasi
24 d. Simpati
Simpati adalah proses ketika seseorang merasa tertarik dengan pihak
lain.
e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang diberikan kepada seseorang individu
kepada individu lainnya.
f. Empati
Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang
sama dengan orang atau kelompok lain (Soekanto, 2007: 63).
2. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik merupakan aliran sosiologi Amerika yang
lahir dari tradisi psikologi. Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam teori ini
George Herbert Mead, sedangkan Herbert Blumer, salah seorang muridnya adalah
tokoh yang meneruskan warisan dan mengembangkan teori Mead tersebut. Dalam
teori interaksionisme simbolis, mencakup analisa aspek-aspek perilaku manusia
yang subyektif dan interpretatif (Boothman, 2007:74). Teori ini meliputi analisa
mengenai kemampuan manusia untuk menciptakan dan memanipulasi
simbol-simbol dengan maknanya masing-masing. Teori ini juga memberikan tekanan
yang lebih pada hubungan antara proses-proses simbol subyektif dan interaksi
antar pribadi serta kenyataan sosial yang muncul (Poloma, 2007:256).
Simbol-simbol dalam interaksi manusia merupakan segala bentuk
25
mengemukakan bahwa karakteristik khusus dalam komunikasi simbolik manusia
adalah tidak terbatas pada isyarat-isyarat fisik. Sebaliknya, manusia menggunakan
kata-kata, yaitu simbol-simbol suara yang mengandung arti-arti bersama dan
bersifat standar (Doyle, 1986:12). Isyarat-isyarat suara yang masing-masing
mempunyai makna tersebut, kita kenal dengan bahasa. Komunikasi dengan bahasa
memungkinkan tergabungnya masyarakat manusia. Baik bahasa lisan , maupun
bahasa tulisan merupakan seperangkat simbol yang menjadi sarana komunikasi
dan sangat penting dalam interaksi manusia dan peradabannya.
Menurut Mead, manusia itu tidak hanya menyadari orang lain, tetapi juga
mampu menyadari diri sendiri. Dengan demikian, manusia itu tidak hanya
berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan
dirinya sendiri. Setiap individu mendefinisikan dirinya masing-masing dalam
hubungannya dengan orang lain, dimana mereka terlibat didalamnya. Individu
meletakkan dirinya masing-masing sebagai obyek dalam perspektif pandangan
orang lain dengan siapa individu tersebut berhubungan. Melalui cara seperti itu,
individu menemukan konsep tentang dirinya masing-masing. Sedangkan bagi
Blumer, interksionisme simbolis bertumpu pada tiga premis, yaitu (Poloma,
2007:256):
a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada
pada sesuatu itu bagi mereka.
b. Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”.
c. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial
26
C. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Wulan Suciani (2009) Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta, dalam penelitiannya Status Sosial dan Pola
Interaksi Para Pedagang di Pasar Legi Kecamatan Parakan Kabupaten
Temanggung, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pengaruh status sosial
terhadap pola interaksi para pedagang di Pasar Legi Parakan Temanggung,
bermacam-macam sesuai dengan pemikiran masing-masing para pedagang.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah bahwa
penelitian ini sama-sama mengkaji tentang pola interaksi masyarakat. Penelitian
ini sama-sama mengkaji bahwa sebuah interaksi social yang terjalin karena
faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya, pada penelitian ini faktor-faktornya adalah status
sosial, sedangkan dalam penelitian yang telah peneliti teliti adalah bentuk
interaksi sosial. Perbedaan adalah obyek penelitian ini terfokus pada pedagang
pasar Legi Parakan Temanggung, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan
berada dalam sebuah kelompok masyarakat di alun-alun kidul kota Surakarta.
2. Yeni Ristiana (2012) jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta, dalam penelitian Pola Interaksi Masyarakat di
Kampung Cyber. Penelitian ini membahas tentang adanya pola interaksi dan
pengaruh internet yang masuk pada sebuah desa di kecamatan Kraton Yogyakarta.
Penelitian ini sama-sama membahas tentang interaksi sosial dan proses sosial
yang terjadi pada satu komunitas atau masyarakat. Perbedaannya adalah bahwa
27
bentuk interaksi sosial yang terjadi melalui proses interaksi yang terjadi pada
penjual jasa becak cinta di alun-alun kidul kota Surakarta.
D. KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena
mencangkup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui apa dampak dari bentuk interaksi yang terjadi antar penjual jasa becak
cinta di alun-alun kidul kota Surakarta. Masyarakat di sekitar alun-alun Surakarta
memiliki perubahan-perubahan sosial yang terjadi kurang nampak, hal ini
tentunya karena bentuk transformasi dari masyarkatnya terutama dari pengaruh
masuknya komunitas penjual jasa becak cinta dalam wilayah ini, sehingga
masyarakatnya kini menjadi masyarakat yang mengadopsi perkembangan
kehidupan sebagai akibat masuknya modernisasi ke negara Indonesia.
Perubahan-perubahan sosial ini terlihat dalam proses interaksi warga masyarakatnya.
Interaksi sosial menyangkut hubungan sosial yang dinamis baik hubungan antar
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi terbentuk secara konkrit seperti adanya tegur sapa antar penjual
jasa, komunikasi secara langsung dan sebagainya, sekarang karena adanya
tranformasi sosial. Berdasarkan gejala-gejala perubahan interaksi itulah maka
nantinya disinyalir akan banyak dampak baik positif maupun negatif bagi
masyarakat setempat, yang ke semua itu merupakan suatu bagian fenomena dalam
kehidupan masyarakat khususnya masyarakat di sekitar alun-alun Surakarta.
28
dipelajari lebih dalam terkait pola interaksi komunitas becak cinta dan masyarakat
di sekitar alun-alun Surakarta.
Bagan 1. Kerangka Pikir Transportasi
Modifikasi
Becak Cinta
Penjual Jasa Becak Cinta
Masyarakat (Pengguna BC)
Interaksi Sosial
Disasosiatif Asosiatif
Proses Interaksi
Bentuk Interaksi
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di alun-alun kidul kota Surakarta. Peneliti
mengambil lokasi penelitian tersebut karena ingin meneliti tentang bentuk
interaksi masyarakat dan para penjual jasa di alun-alun tersebut. Penelitian ini
yang menjadi sasaran obyek penelitian adalah masyarakat alun-alun Surakarta
dengan responden pemilik becak cinta, para pengguna becak cinta, para
penjual jasa becak cinta, dan penjual jasa lain serta untuk menambah referensi
penelitian nantinya akan melibatkan masyarakat setempat.
B. Waktu Penelitian
Penelitian tentang pola interaksi penjual jasa ini sesuai dengan rencana
pengambilan data akan dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan, dari bulan
Februari sampai April 2013.
C. Bentuk Penelitian
Berdasarkan sifat dan spesifikasi yang diangkat dalam penelitian ini, maka
bentuk yang paling relevan adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2010:4) penelitian kualitatif berarti sebuah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga
30
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai
metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif (Sugiyono, 2009:8).
Penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam metode,
yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap subjek
kajian-kajiannya. Hal ini berarti bahwa peneliti kualitatif mempelajari
benda-benda di dalam konteks alaminya, yang berupaya untuk memahami, atau
menafsirkan, fenomena dilihat dari sisi makna yang dilekatkan dengan
manusia (peneliti) kepadanya. Penelitian kualitatif mencakup penggunaan
subjek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris, studi kasus,
pengalaman pribadi, instropeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil
pengamatan, historis, interaksional dan visual yang menggambarkan saat-saat
dan makna keseharian dan problematis dalam kehidupan seseorang. Penelitian
kualitiatif juga tidak mempunyai seperangkat metode yang berbeda yang
murni miliknya. Para peneliti kualitatif memanfaatkan semiotika, analisis
narasi, isi, wawancara, arsip, dan fonemis, bahkan statistika sekalipun. Mereka
juga menggunakan dan mendayagunakan pendekatan, metode dan teknik
etnometodologi, fenomenologi, hermeneutika, feminism, kajian-kajian
kebudayaan, penelitian survey, dan observasi partisipatif, disamping yang lain
(Denzin, 2009:2-4).
Peneliti kualitatif dapat dikembangkan kearah penelitian fenomenologis
dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) dengan hubungan
31
menjelaskan atau mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman
yang disadari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian
ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (John W. Creswell,
2008:54).
Terdapat orientasi metodologis dalam fenomenologi kehidupan sosial,
yang berkaitan dengan relasi antara pemakaian bahasa dengan objek-objek
pengalaman. Sejalan dengan itu fenomenologi sosial berpijak pada keyakinan
dasar bahwa interaksi sosial tidak hanya memuat makna tetapi juga
mengkonstruksikannya. Fenomenologi dimaksudkan untuk merumuskan ilmu
sosial yang mampu menafsirkan dan menjelaskan tindakan dan pemikiran
utama interpretif yang memusatkan perhatian pada makna dan pengalaman
subjektif sehari-hari. Agenda utamanya adalah untuk memperlakukan
subjektivitas sebagai topik penelitian itu sendiri, bukan sebagai pantangan
metodologis (Denzin, 2009:337).
Inti dari penelitian kualitatif dengan strategi fenomenologi bertujuan untuk
menginterprestasikan tindakan sosial individu sebagai sebuah tindakan yang
dimaknai serta dapat merekonstruksi kembali turunan makna dari tindakan
yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia
kehidupan sosial. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau
mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang disadari oleh
kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam
32
fenomena bentuk interaksi sosial yang dikaji pada masyarakat alun-alun kidul
kota Surakarta.
D. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, bahasa dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan yang mendukung seperti dokumen,
foto dan lain-lain (Moleong, 2005:157). Tindakan orang-orang yang
diamati/diwawancarai merupakan sumber data utama yang dicatat melalui
catatan tertulis maupun melalui perekam video/audio tape, pengambilan foto,
atau film. Data dari informan yang digunakan atau diperlukan dalam
penelitian, dikaji dari sumber data penelitian antara lain sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian yang diambil,
dikumpulkan atau diperoleh langsung oleh peneliti kepada sumbernya
tanpa ada perantara dengan cara menggali sumber asli secara langsung
melalui responden. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan subjek
atau informan dan pengamatan langsung di lapangan. Data atau informasi
tersebut dilakukan dengan metode wawancara. Berkaitan dengan hal
tersebut, pada penelitian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis dan dokumentasi visual (foto atau gambar).
Sumber data primer pada penelitian ini, peneliti mengambil data
secara langsung melalui observasi dan wawancara dengan beberapa
penjual jasa becak cinta yang sedang bekerja menjajakan becak cinta di
33
diperkuat oleh data dan informasi dari beberapa informan pemilik becak
cinta, pengguna becak cinta dan penjual jasa selain becak cinta.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua di luar kata dan
tindakan yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, namun
data ini tidak diabaikan dan memiliki kedudukan penting yang mampu
memberikan tambahan serta penguatan terhadap data penelitian. Sumber
data sekunder biasanya diperoleh dari mengumpulkan referensi dan kajian
keputakaan dan dokumen dari kegiatan objek penelitian yang sedang
dilaksanakan. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari sumber
tertulis, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan hasil penelitian yang
relevan dengan interaksi sosial antar penjual jasa becak cinta di alun-alun
kidul Surakarta. Data sekunder juga dapat berupa foto-foto kegiatan dan
data statistik mengenai jumlah penjual jasa becak cinta yang berada di
alun-alun kidul Surakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek yang sistematis
mengenai kejadian yang diteliti. Observasi dapat dilakukan dengan sesaat atau
berulang-ulang (Sukandar Rumidi, 2004:69). Sutrisno Hadi dalam Sugiyono
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang komplaks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
34
proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dapat dibedakan menjadi
observasi berperan serta dan nonpartisipan, selanjutnya dari segi instrumentasi
yang digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur
dan tidak terstruktur.
a. Observasi Berperan Serta
Dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Sambil melakukan penelitian, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya. Dengan observasi partisipasi ini maka data yang diperoleh akan
lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari
setiap perilaku yang nampak.
b. Observasi Nonpartisipan
Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat langsung dengan
kegiatan, dan peneliti hanya sebagai pengamat independen. Observasi ini
tidak akan mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada
tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak,
yang terucapkan dan yang tertulis.
c. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya,
jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan
35 d. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi Tidak Terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini
dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan
instrument yang telah baku, tetapi hanya beberapa rambu-rambu
pengamatan (Sugiyono, 2009:145-146).
Dalam penelitian ini peneliti berencana menggunakan observasi
nonpartisipan karena objek penelitian ini adalah sebuah masyarakat
dengan fenomena kehidupan sehari-harinya, sehingga peneliti tidak dapat
mengikuti kegiatan kesehariannya karena menyangkut kehidupan
pribadinya, selain itu peneliti juga akan menggunakan observasi secara
terstruktur karena peneliti telah mengetahui lokasi dan kondisi objek
penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu peristiwa umum dalam kehidupan sosial,
sebab ada banyak bentuk dari wawancara. Wawancara dapat dilakukan dengan
individu tertentu untuk mendapatkan data atau informasi tentang masalah yang
berhubungan dengan satu subyek tertentu atau orang lain. Individu sebagai
sasaran wawancara ini serimg disebut informan, yaitu orang yang memiliki
keahlian atau pemahaman yang terbaik mengenai sesuatu yang ingin diketahui
(Silalahi, 2010 : 2013). Wawancara ini dipakai guna melengkapi data yang
36
dilakukan langsung kepada informan, yaitu kepada para penjual jasa becak
cinta, pemilik becak cinta, pengguna jasa becak cinta, dan para penjual jasa
lain. Bentuk wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara terstruktur,
dengan teknik ini diharapkan peneliti dapat mengembangkan pernyataan
sendiri ketika bertanya kepada informan.
3.Dokumentasi
Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan oleh subyek penelitian. Metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
pasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006: 232).
E. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel, untuk
menentukan samprl yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teknik
pusposive sampling. Purposive sampling adalah penarikan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang
tersebut yang diangap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
munglin dia sebagai penguasa sehingga akan mempermudah peneliti
menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti (Sagino, 2009: 219).
F. Vadilitas Data
Vadilitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti, dengan demikian
37
oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian
(Sugiyono, 2009: 267). Untuk menguji vadilitas penelitian dapat dilakukan
dengan metode triangulasi dimana triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek
baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu, alat
yang berbeda dalam penelitian kualitas. Menurut Patton dalam Moleong untuk
mengecek dan membandingkan derajat kepercayaan satu informasi yang
diperoleh dapat dicapai dengan cara:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang pada situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pandangan dan pendapat orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan, orang yang mempunyai keadaan ekonomi tinggi, orang
pemerintahaan dan lain-lain. Membandingkan hasil wawancara dengan isi
dokumen yang berkaitan (Moleong, 2010: 330-331).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data memilah-milah data, mensintesiskannya,
38
dipelajari dan menyimpulkan data. Analisis data dilakukan terus menerus
sejak awal dan selama proses penelitian berlangsung. Setiap data dan
informasi yang diperoleh harus dianalsis, berupa usaha menafsirkan untuk
mengetahui maknanya dihubungkan dengan masalah penelitian (Bodgan dan
Biken dalam Moleong : 248). Proses analisa data menurut Milles dan
Huberman dalam Sugiyono dilakukan dalam empat tahap yaitu :
Bagan 2 : Model Analisa data Interaktif Milles dan Huberman
Dalam tahap analisis data peneliti mengacu pada teknik analisis data yaitu :
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek yaitu
aspek deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang
berisi tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan, dirasakan serta yang
dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran pribadi
terhadap fenomena yang dijumpai peneliti.
Pengumpulan Data
Sajian Data
39 2. Reduksi data (Data Reduction)
Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan dan pemusatan
perhatian untuk penyederhanan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang
diperoleh. Dalam tahap ini peneliti mulai memilah data-data hasil penelitian
dilapangan, kemudian difokuskan pada masalah yang akan diteliti.
3. Penyajian data (Data Display)
Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian
data lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif. Pada
tahap ini peneliti mengelompokkan data-data dari lapangan yang kemudian
dimaknai dan disimpulkan.
4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusions Drawing and Verification)
Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi
dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan,
mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Wilayah
1. Deskripsi wilayah alun-alun kidul kota Surakarta
Kota Surakarta yang juga dikenal sebagai Kota Solo, merupakan
sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan
Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 meter
diatas permukaan air laut. Dengan luas sekitar 44 km persegi, kota
Surakarta terletak diantara 110 45` 15” –110 45` 35” Bujur Timur dan
70` 36” – 70` 56” Lintang Selatan. Suhu udara maksimum Kota
Surakarta adalah 32,5 derajat Celsius, sedang suhu udara minimum
adalah 21,9 derajad Celcius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9
MBS dengan kelembaban udara 75%. Solo beriklim tropis, sedang
musim penghujan dan kemarau bergantian sepanjang 6 bulan tiap
tahunnya.
Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut
Karaton Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta.
Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II)
pada tahun 1744. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi
sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang masih
menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini. Keraton ini kini juga
41
keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik
kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika
pustaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya keraton ini
merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang
terbaik. Luas wilayah Surakarta adalah 46,61 km persegi, dengan
jumlah penduduk 541.116 jiwa. Wilayah administrasi Surakarta
dengan 5 kecamatan dan 51 kelurahan.
Secara umum pembagian keraton meliputi kompleks Siti Hinggil
Lor atau utara, Kompleks Sasana Sumewa, kompleks Siti Hinggil Lor
atau Utara, Kompleks Kamandungan Lor atau Utara, Kompleks Sri
Manganti, Kompleks Kedaton, Kompleks Kamagangan, Kompleks Sri
Manganti Kidul atau Selatan, dan Kamandungan Kidul atau Selatan,
serta Kompleks Siti Hinggil Kidul atau Selatan dan Alun-alun Kidul
atau Selatan. Alun-alun kidul sendiri mempunyai batas wilayah antara
lain pada batas utara adalah keraton Surakarta yang lebih tepatnya
adalah Kompleks Siti Hinggil Kidul atau Selatan. Batas selatan
alun-alun kidul adalah kelurahan Joyosuran. Batas sebe