• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA LAYANAN KONSELING MELALUI INTERNET DI PERGURUAN TINGGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA LAYANAN KONSELING MELALUI INTERNET DI PERGURUAN TINGGI."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...11

D. Manfaat Penelitian ...11

E. Pendekatan dan Metode Penelitian ...12

F. Lokasi dan Sampel Penelitian ...13

BAB II KAJIAN TEORITIK KONSELING MELALUI INTERNET A. Kebutuhan Layanan Konseling di Perguruan Tinggi ...14

B. Isu Teknologi dalam Konseling ...18

C. Hakikat Konseling Melalui Internet ... ...21

D. Teknologi dalam Konseling Melalui Internet ...25

E. Bentuk-bentuk Layanan dalam Konseling Melalui Internet ...27

F. Kelebihan dan Kekurangan Layanan Konseling Melalui Internet ...32

G. Isu-isu dalam Layanan Konseling Melalui Internet ...35

H. Etika dalam Layanan Konseling Melalui Internet ...39

I. Hasil Penelitian Sebelumnya ...46

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...50

B. Subjek Penelitian ...53

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ...54

D. Tahapan Penelitian ...61

(2)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Infrastruktur Teknologi Informasi

Universitas Negeri Jakarta ...68 B. Gambaran Penggunaan Internet oleh Dosen Jurusan Bimbingan

dan Konseling Universitas Negeri Jakarta ...71 C. Gambaran Penggunaan Internet Mahasiswa UNJ ...77 D. Hasil Pengembangan Media Situs Layanan Konseling

Melalui Internet ...89 E. Penilaian Pakar Terhadap Situs Tanya Binga ...128 F. Hasil Uji Coba Terbatas Situs Tanya Binga ...138

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ...160 B. Rekomendasi ...161

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan komputer dan teknologi informasi dan komunikasi saat ini

terjadi begitu pesat. Bahkan semenjak ditemukannya internet pola kehidupan

manusia abad ini telah mengalami transformasi. Tidak dapat dipungkiri, pola

tradisional dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik secara sosial, politik,

ekonomi dan budaya tengah mengalami transformasi seiring perkembangan

komputer dan teknologi informasi. Menurut laporan Internet World Stats.

Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia meningkat luar biasa cepat selama

satu dekade, sejak tahun 1999 hingga tahun 2009, yaitu lebih dari 5.000 persen.

Bahkan diprediksikan, tahun 2015, pengguna internet di Indonesia akan

meningkat menjadi hampir 75 juta atau sebesar 148 persen dibandingkan tahun

2009 dan 14.403 persen jika dibandingkan dengan pengguna internet pada tahun

1999.

Pemanfaatan komputer dan teknologi informasi dan komunikasi telah

banyak pengaplikasiannya dalam berbagai bentuk guna memudahkan kehidupan

manusia. Dalam dunia pendidikan, pemanfaatannya bisa dikatakan sangat

beragam, meskipun belum maksimal. Biasanya hal tersebut terjadi karena

keterbatasan sumber daya. Baik dari sisi infrastruktur yang kurang memadai

maupun sumber daya manusianya sendiri yang belum dilengkapi kemahiran

(4)

Gamba

bar. 1.1 Prediksi Perkembangan Pengguna Internet Indon (Sumber: www.internetworldstats.com)

gan pemanfaatan teknologi ini, lebih difoku

idikan, media pengajaran, evaluasi hasil

ikasi-aplikasi pendidikan dan penunjangnya ter

i dan instrumentasi dalam psikologi maupun

ditemukannya internet, berbagai inovasi pendi

ngkan, seperti e-learning pembelajara

bersifat global di seluruh dunia, termasuk Indon

rbagai pelosok, hal ini di karenakan masalah in

bangan sumber daya manusia dalam hal teknolo

terbesar terkait dengan implikasi teknologi

dilakukan pada tahun 1990an, hasil-hasil pen

(5)

dan cyberlearning (Yusop, et.al: 2006). Hal yang harus disadari oleh konselor saat

ini adalah bahwa semenjak kemunculan internet, komunikasi telah mengalami

mengalami revolusi yang hebat dan telah mengembangkan prinsip-prinsip dasar

dari hubungan manusia menjadi semakin luas, semakin intensif dan penuh

tantangan. Banyak kesempatan sekarang muncul bagi mereka yang secara sosial

merasa malu, terisolasi, atau terhambat secara fisik sehingga kini mereka mampu

berhubungan dengan individu lain atau pun mendapat dukungan. Mereka kini

dapat menggunakan situs untuk mencari informasi, mencari teman. Hal ini

digunakan untuk kepentingan positif maupun negatif, dan yang semakin banyak

adalah untuk mencari masukan atau pelayanan kesehatan seperti konseling dan

psikoterapi (Fenichel: 2003: Kraus et.al: 2004).

Fenomena konseling melalui internet yang juga disebut sebagai e-therapy,

terapi online, cyber counseling, ecounseling, web-counseling, konseling melalui

media komputer, atau konseling jarak jauh (Martin: 2007) cukup mendapat

perhatian dari para praktisi kesehatan mental sebagai cara dalam memberikan

layanan kesehatan mental. Mahasiswa di universitas dan para siswa sekolah

menengah atas yang memililiki keterbatasan keuangan dan waktu, seringkali

merasa tidak nyaman untuk melakukan pertemuan secara langsung bertatap muka

dengan seseorang ahli, ketidaknyamanan ini terjadi dikarenakan situasi pertemuan

profesional tersebut bersifat klinis. Karena itulah kelompok ini merupakan

sub-populasi yang bisa menerima dan memiliki ketertarikan untuk menggunakan

bentuk layanan e-terapi (Walter, 1996). Sekian tahun kemudian Akohari et.al

(6)

4

sebuah sekolah di Jepang mengenai penggunaan e-mail atau surat elektronik

sebagai salah satu media interaktif pada layanan konseling melalui internet yang

mampu menjadi media yang lebih memudahkan penulisan pengungkapan

perasaaan individu yang sebenarnya, dimana siswa-siswa tersebut memiliki

kendala komunikasi dan rasa takut untuk melakukan konsultasi secara langsung

tatap muka di sekolah.

Pollock (2008) menyatakan bahwa masa depan adalah sekarang, ini

terlihat dari bermunculannya situs konseling melalui internet yang dikelola

perorangan dengan sasaran masyarakat umum, melalui chat atau pun email dan

lain sebagainya. Situs konseling online mulai muncul di pertengahan tahun 1990

di Amerika, yang saat itu diperkirakan berjumlah 12 situs yang di kelola oleh

konselor perorangan (Ainsworth: 2002). Bahkan pencarian domain di mesin

google dengan nama “counseling online” berhasil mengidentifikasi 814.000 hasil

pencarian (Tyler & Guth dalam Bloom and Walz: 2004) .

Di Indonesia, sendiri telah berkembang layanan konseling melalui

internet dengan target penerima layanan yang spesifik, seperti pengidap HIV

AIDS, korban kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain (Yulianti: 2004). Sesi

konseling online tersebut diselenggarakan oleh organisasi-organisasi terkait

dengan isu yang di usungnya. Biasanya konselor-konselor yang memberikan

pelayanan secara online dalam organisasi seperti ini tidak menempuh pendidikan

formal dalam bidang bimbingan dan konseling, akan tetapi melalui

(7)

dengan latar belakang psikologi, psikiater, maupun dokter, yang memberikan

terapi melalui internet.

Bagi konselor sendiri adanya program layanan konseling melalui internet

akan membuka peluang bagi mereka untuk mengembangkan keahlian

konselingnya dengan cara yang baru, baik dari sisi keilmuan konseling itu sendiri

maupun keahlian dalam hal memanfaatkan teknologi. Kegiatan ini juga memenuhi

salah satu dari 12 kompetensi information and communication technology (ICT)

konselor yang telah dirumuskan oleh Association for Counselor Education and

Supervision (ACES): Yusop et.al (2006). Kedua belas kompetensi teknis ICT

teknis yang harus dimiliki oleh seorang konselor, tersebut adalah:

1. Mampu menggunakan piranti lunak untuk mengembangkan halaman web,

presentasi kelompok, surat dan laporan-laporan

2. Mampu menggunakan perlengkapan audiovisual, seperti rekaman video,

rekaman suara, perlengkapan proyektor dan perlengkapan konferensi

video

3. Mampu menggunakan statistika berbasis komputer

4. Mampu menggunakan aplikasi berbasis komputer untuk: tes-tes,

melakukan diganosa, program keputusan karier bagi konseli.

5. Mampu menggunakan email

6. Dapat membantu konselinya menemukan berbagai macam informasi

terkait dengan keperluan konseling melalui internet seperti informasi karir,

(8)

6

bantuan keuangan dan atau beasiswa, prosedur penyembuhan hingga

informasi mengenai hal-hal pribadi dan sosial.

7. Mengikuti berbagai kegiatan pengembangan konseling secara online.

8. Mampu menggunakan perlengkapan penyimpanan data melalui

CD-ROOM

9. Mengetahui dan memahami aspek hukum dan etika terkait dengan layanan

konseling melalui internet.

10. Mengetahui dan memahami kelebihan maupun kekurangan dari layanan

konseling melalui internet.

11. Mampu menggunakan internet untuk mencari berbagai kesempatan dalam

rangka meneruskan pendidikan untuk konseling.

12. Mampu mengevaluasi kualitas informasi di internet.

Keahlian dan kompetensi konselor dalam hal ICT akan sejalan dengan

prediksi Cannabis (2001) tentang pemanfaatan komputer dan teknologi informasi

pada profesi konselor, maupun American Conseling Association (ACA) dan

National Board of Certified Counselors (NBCC) yang mengatakan bahwa

semakin nyaman individu dengan teknologi, maka konseling melalui internet akan

semakin berkembang luas dan semakin banyak konselor menawarkan layanan

jasanya melalui jasa internet (Lewis,Coursol, Whal, 2004). Adanya akses tanpa

batas ini bukan hanya semakin mudah di akses, akan tetapi media ini menawarkan

calon konseli dalam jumlah besar, menghilangkan jarak untuk mendapatkan

(9)

pilihan yang lebih banyak bagi konseli yang kesemuanya ini dapat dilihat sebagai

kekuatan (Tyler & Guth dalam Bloom and Walz: 2004).

Peluang berkembangnya konseling melalui internet cukup besar di

Indonesia. Apalagi cukup banyak pengakses internet dari kategori usia pelajar

yang secara reguler browsing internet dan mengunjungi berbagai situs. Beberapa

situs yang cukup popular saat ini misalnya seperti situs jejaring sosial seperti

facebook, twitter, friendster, high5 dan lain sebagainya baik melaui PC, laptop,

notebook dan juga telepon seluler. Salah satu alasan itulah yang menjadikan

pengembangan konseling melalui internet bagi dunia pendidikan, perguruan tinggi

pada khususnya, memiliki potensi menjadi hal yang mudah diterima bagi para

pelajar atau mahasiswa.

Bagi perguruan tinggi, khususnya yang memiliki lembaga konsultasi

kesehatan dan psikologis maupun unit pelayanan konseling, kehadiran situs

layanan konseling menjadi salah satu wujud “student support services” yang

memberikan informasi dan bantuan berupa layanan konseling (Hamilton et.al:

2005). Fungsi lain dari media ini, juga dapat dijadikan sebagai sarana pendaftaran

secara online untuk mendapatkan layanan konseling secara langsung di lembaga

yang memberikan layanan konseling secara online melalui internet bagi

mahasiswa yang mengalami kesulitan untuk berkonsultasi secara langsung

melalui tatap muka.

Guna Mmewujudkan penerapkan layanan bimbingan dan konseling

melalui internet diperlukan sebuah media yang terstandar dan disesuaikan dengan

(10)

8

menunjangnya. Diperlukan juga tenaga-tenaga konselor yang terbiasa dengan pola

interaksi dan komunikasi melalui internet. Hal tersebut merupakan penunjang

penting dalam pelaksanaan penelitian ini dimana penulis akan mengembangkan

sebuah media situs untuk memberikan layanan konseling melalui internet bagi

mahasiswa perguruan tinggi. Situs tersebut tentunya harus mengikuti standar yang

telah ditetapkan oleh lembaga berwenang konseling, dalam hal ini adalah ACA.

Mengingat Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) belum

mengeluarkan kebijakan mengenai standarisasi layanan konseling melalui internet

secara khusus bagi layanan bimbingan dan konseling di Indonesia.

Perguruan tinggi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang bertempat di Jl. Rawamangun Muka No. 1

Jakarta Timur. UNJ memiliki Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) dan juga

unit layanan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada layanan ke-BK-an dengan

nama Unit Layanan Bimbingan dan Konseling (ULBK). Meskipun terpisah secara

struktural, akan tetapi baik jurusan BK UNJ ataupun ULBK dijalankan oleh

individu-individu yang sama, yaitu dosen-dosen BK UNJ.

Hubungan dosen dan mahasiswa pada umumnya merupakan hubungan

yang bersifat akademis. Keunikan yang secara khusus terjadi di jurusan BK UNJ

adalah hubungan dosen dan mahasiswa tidak semata-mata hanya terkait urusan

akademis perkuliahan, akan tetapi lebih dari itu, dosen juga berperan sebagai

pembimbing dan konselor bagi mahasiswanya.

Semenjak jejaring sosial menjadi bagian dari gaya hidup baru, dan internet

(11)

yang telah menjadi bagian dari digital native. Hubungan dalam bingkai akademis

dan ke-BK-an yang sebelumnya terbangun secara tatap-muka, juga telah terbawa

hingga ke dunia maya. Facebook, instant messanger (IM), email menjadi media

yang cukup bisa diandalkan bagi mahasiswa untuk melakukan konsultasi

psikologis dengan dosen yang juga konselor-nya. Sayangnya, hal tersebut tidak

dilakukan dalam suatu media dan sistem yang dibangun secara sengaja. Sehingga

kegiatan tersebut, seolah-olah hanya kegiatan “curhat” rutin sehari-hari

mahasiswa secara virtual, tanpa bingkai aspek etika yang mencerminkan

profesionalitas konselor maupun aspek akademis yang membangun budaya ilmiah

akademis yang baik.

Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan

mengembangakan suatu media yang dapat mewadahi layanan konseling secara

profesional melalui internet yang sesuai dengan kaidah etika profesionalitas kerja

konselor. Media layanan konseling melalui internet merupakan suatu media yang

secara khusus di desain untuk memenuhi kebutuhan layanan konsultasi psikologis

bagi mahasiswa secara online. Media ini juga memberikan kemudahan bagi

konselor dalam pengarsipan data dan menyimpan seluruh rekaman konseling.

Data-data tersebut dapat mendorong dilakukannya berbagai penelitian ilmiah

dalam bidang konseling dalam koridor yang pantas secara etika, sehingga melalui

media ini juga konselor dituntut untuk bekerja dalam bingkai profesionalitas pada

kerangka etika layanan konseling melalui internet sebagaimana yang digariskan

(12)

10

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dalam konteks penelitian dan pengembangan media layanan konseling

melalui internet ini, seyogyanya pengembangan media layanan bimbingan dan

koseling dapat berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Berdasarkan

sumber masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diidentifikasikan

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan media layanan

konseling berbasis internet di Universitas Negeri Jakarta” Untuk memperjelas

penelitian ini, secara lebih rinci masalah dalam penelitian ini diuraikan dalam

pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Bagaimana gambaran infrastruktur teknologi informasi di UNJ?

2. Bagaimana gambaran penggunaan internet oleh dosen jurusan BK UNJ?

3. Bagaimana gambaran penggunaan internet mahasiswa UNJ?

4. Bagaimanakah hasil pengembangan situs layanan konseling melalui internet di

UNJ?

5. Bagaimana penilaian pakar mengenai pemenuhan etika layanan konseling

melalui internet dan pemenuhan kriteria situs yang baik terhadap media situs

layanan konseling melalui internet di UNJ yang dikembangkan oleh peneliti?

6. Bagaimana hasil uji coba media untuk melihat kelayakan penggunaan media

situs layanan konseling melalui internet di UNJ dari sisi kriteria situs yang baik

(13)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan dalam latar belakang diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah membuat media konseling melalui internet. Media tersebut adalah situs

layanan konseling berbasis internet di perguruan tinggi, secara terperinci

penelitian mempunyai tujuan mendapatkan data empirik mengenai: .

1. Data mengenai infrastruktur teknologi informasi di UNJ.

2. Data mengenai penggunaan internet oleh dosen jurusan bimbingan dan

konseling sebagai sumber daya manusia untuk memberikan layanan konseling

melalui internet di UNJ.

3. Data penggunaan internet oleh mahasiswa UNJ sebagai target penerima

layanan konseling melalui internet.

4. Produk media layanan konseling berupa situs konseling melalui internet di

UNJ.

5. Hasil penilaian pakar mengenai pengejawantahan etika layanan konseling

melalui internet dan aspek teknis kriteria situs yang baik.

6. Data hasil uji coba media situs layanan konseling di Universitas Negeri Jakarta

oleh mahasiswa dan dosen.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan layanan konseling melalui

internet di perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

(14)

12

spesifik memberikan konsep mengenai pengembangan media situs layanan

konseling melalui internet di perguruan tinggi yang memenuhi dengan standar

etika layanan konseling melalui internet .

2. Secara praktis, melalui penelitian ini akan mengembangkan suatu media

layanan konseling berbasis internet di perguruan tinggi yang aplikatif, user

internface (mudah digunakan) dan mudah di akses oleh konselor di perguruan

tinggi sebagai pemberi layanan dan mahasiswa yang memiliki akses internet

sebagai penerima layanan konseling di Perguruan tinggi.

E. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan

pengembangan (research and development). Penelitian pengembangan diarahkan

sebagai “a process used to develop and validate educational product (Borg and

Gall: 2003). Produk dimaksud adalah media layanan bimbingan dan konseling

melalui internet di perguruan tinggi.

Metode yang dikembangkan oleh Borg & Gall (2003) dapat dimodifikasi

sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan, sehingga dalam hal ini

penulis memilih modifikasi penelitian dan pengembangan dengan menggunakan

metode deskriptif yang bertujuan untuk menghimpun data mengenai kondisi yang

ada, dimana kondisi-kondisi tersebut menyangkut (1) produk dasar (embrio)

media situs konseling yang akan dikembangkan (2) kondisi pihak pengguna,

seperti konselor dan mahasiswa (3) kondisi faktor-faktor pendukung dan

(15)

dihasilkan dan penggunaan media yang akan dihasilkan yang mencakup unsur

sumber daya, seperti konselor, sarana dan prasarana, biaya dan pengelolaan

(Sukmadinata: 2006). Pada penelitian ini, penulis membatasi langkah-langkah

penelitianya sampai lima langkah, yaitu (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan

dan pengembangan media situs konseling melalui internet (3) penilaian pakar

terhadap media situs konseling (4) Perbaikan media dan (5) ujicoba media situs

konseling secara terbatas.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan

pilihan jawaban bervariasi dan skala untuk memperoleh data-data yang

diperlukan. Analisis data kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan teknis

analisis deskriptif.

F. Lokasi dan Sample Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah UNJ, dipilihnya UNJ sebagai lokasi penelitian

ialah karena kesesuaian penelitian dengan visi dan misi Jurusan BK FIP UNJ

terhadap pemanfaatan teknologi dalam bidang bimbingan dan konseling. Sample

penelitian ini adalah mahasiswa UNJ dan dosen pengajar di jurusan BK FIP UNJ.

(16)

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah terbentuknya media layanan

bimbingan dan konseling melalui internet untuk perguruan tinggi yaitu berupa

situs dengan standar layanan konseling melalui internet yang telah ditetapkan oleh

ACA (2005) dan NBCC (2001). Kerangka isi dan komponen konten situs disusun

berdasarkan kajian konsep dan teori konseling melalui internet, kajian hasil

penelitian terdahulu yang relevan dan kajian empiris tentang kondisi aktual

penggunaan internet oleh mahasiswa dan konselor di universitas yang dijadikan

tempat penelitian.

Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian, metode

penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan (research and

development). Penelitian pengembangan diarahkan sebagai “a process used to

develop and validate educational product (Borg and Gall: 2003). Produk

dimaksud adalah media layanan bimbingan dan konseling melalui internet di

perguruan tinggi. Menurut Borg and Gall (2003), langkah-langkah yang ditempuh

dalam penelitian pengembangan meliputi : (1) studi pendahuluan, (2)

perencanaan, (3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik,

(5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9)

revisi model akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi.

Metode yang dikembangkan oleh Borg & Gall (2003) tersebut dapat

(17)

51

ini penulis memilih modifikasi penelitian dan pengembangan dengan

menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menghimpun data

mengenai kondisi yang ada, dimana kondisi-kondisi tersebut menyangkut produk

dasar (embrio) media situs konseling yang dikembangkan, kondisi pihak

pengguna, seperti konselor dan mahasiswa, kondisi faktor-faktor pendukung dan

penghambat pengembangan dan penggunaan media situs konseling yang

dihasilkan dan terakhir adalah penggunaan media yang akan dihasilkan yang

mencakup unsur sumber daya, seperti konselor, sarana dan prasarana, biaya dan

pengelolaan (Sukmadinata: 2006).

Secara khusus, Sampson et.al (2004) mengadaptasi R&D dalam

pengembangan dan pengimplementasian situs konseling dalam organisasi menjadi

tujuh tahapan, yaitu (1) Evaluasi program, pada tahapan ini dibangun fondasi

dasar dari proses pengembangan, tahapan ini ada untuk memastikan bahwa situs

dibuat untuk alasan dan sasaran yang tepat. (2) Pengembangan Situs berdasarkan

evaluasi sebelumnya, hal ini untuk memastikan bahwa situs yang dikembangkan

dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan organisasi. Termasuk juga didalamnya

mengkaji berbagai situs yang sudah ada, membuat berbagai kesepakatan

mengenai anggaran dan staf yang terlibat. Pada kegiatan ini direncanaan

mengenai fitur-fitur yang dikembangkan dalam prototype, mengevaluasi dan

memperbaiki dan mengimplementasikan fitur. Pada tahapan pengembangan ini

juga, pengembangkan konten situs dilengkapi. (3) Integrasi situs, pada tahapan ini

staf merencanakan pengintegrasian situs agar sejalan dengan layanan yang

(18)

52

yang dikembangkan dan mengkaji kecocokan situs dengan program layanan yang

telah ada sebelumnya, atau layanan yang baru sama sekali. Pada tahapan ini juga

dikembangkan perencanaan untuk menghubungkan situs dengan sumber-sumber

lain di organisasi. (4) Pelatihan staf, pada tahapan ini, staff diberikan pelatihan

terkait dengan pengintegrasian situs dengan layanan yang telah ada sebelumnya.

Proses ini diawali dengan membuat perencanaan pelatihan. Para profesional, non

profesional dan staf admin mendapat pelatihan khusus yang sesuai dengan

peranan mereka dalam pemberian layanan. (5) Uji coba, efektifitas situs di

evaluasi oleh pemberi layanan dan target layanan atau calon konseli. Diawali

dengan proses mengidentifikasi pengguna, masukan-masukan yang diperoleh

digunakan untuk perbaikan situs. (6) Operation atau pelaksanaan, setelah ujicoba

dan perbaikan, situs diluncurkan sehingga pengguna dapat megaksesnya setiap

saar secara rutin. Termasuk didalamnya pemeliharaan situs maupun menanggapi

dan mencatat masukan yang datang dari pengguna. Berbagai masukan tersebut

merupakan bahan evaluasi. (7) Evaluasi, dibuat berdasarkan masukan-masukan

berdasarkan tahapan pelaksanaan yang telah dilakukan. Hasil dari evaluasi

berguna untuk meningkatkan layanan konseling maupun pengembangan situs

layanan konseling tersebut.

Kegiatan pengembangan ini merupakan kegiatan siklus kerja yang

terus-menerus, dengan langkah-langkah yang sama. Hasil dari evaluasi tersebut akan

kembali lagi ke langkah kedua, yaoitu pengembangan dan seterusnya (Samspson

(19)

53

Pada penelitian ini, penulis membatasi langkah-langkah penelitiannya

hanya sampai lima langkah, yaitu (1) Studi pendahuluan untuk mengetahui

mengenai ketepatan alasan pengembangan dan sasarannya. (2) Perencanaan dan

pengembangan media situs konseling melalui internet, termasuk didalamnya

mengembangkan fitur dan konten situs layanan konseling. (3) Penilaian pakar

terhadap media situs konseling terhadap etika layanan konseling melalui internet

dan kriteria situs yang baik. (4) Perbaikan media berdasarkan masukan para

penilai pakar. (5) Ujicoba keterbacaan media situs konseling secara terbatas pada

mahasiswa dan dosen selaku target pengguna.

Alasan peneliti hanya melakukan lima langkah penelitian adalah karena

keterbatasan waktu dan faktor kebijakan universitas yang dijadikan tempat

penelitian. Media layanan konseling melalui internet yang dikembangkan dalam

penelitian ini terdiri dari beberapa bentuk layanan konseling, sehingga diperlukan

waktu yang cukup lama untuk melakukan uji efektifitas setiap bentuk layanan

yang diberikan. Sementara itu terkait dengan kebijakan universitas adalah bahwa

pelayanan konseling melalui internet ini menuntut jumlah personel konselor yang

memadai dan tenaga teknisi pendukung yang senantiasa siap kapanpun

diperlukan, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan kebijakan khusus dari

universitas yang bersangkutan.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah pengembangan media layanan konseling melalui

internet di perguruan tinggi, dimana proses pengembangan media terdiri dari lima

(20)

54

adalah mahasiswa UNJ berjumlah 70 orang yang ditentukan secara random.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Alasan

peneliti menggunakan teknik tersebut adalah bahwa persyaratan yang diperlukan

untuk menjadi responden dalam penelitian ini adalah bahwa individu tersebut

merupakan mahasiswa aktif di UNJ sehingga tidak menitik beratkan pada jumlah

keterwakilan dari berbagai komponen fakultas dan jurusan. Jumlah sampel terdiri

10 mahasiswa fakultas teknik, 10 mahasiswa fakultas ilmu sosial, 10 mahasiswa

fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, 10 mahasiswa fakultas bahasa

dan seni, dan 30 mahasiswa fakultas ilmu pendidikan. Subjek lainnya adalah tujuh

orang dosen pengajar di Jurusan BK FIP UNJ.

Pada tahap pengembangan dan validasi media hipotetik subjeknya adalah

pakar bimbingan dan konseling dan pakar ICT dalam pendidikan berjumlah tiga

orang. Pada tahap uji coba media, subjek penelitian adalah mahasiswa BK FIP

UNJ yang berjumlah 31 orang dan tiga orang dosen di Jurusan BK FIP UNJ.

Alasan dipilihnya mahasiswa BK FIP UNJ adalah karena terdapatnya kesamaan

keilmuan, sehingga diharapkan dapat memberikan penilaian yang lebih objektif.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data

Instrumen pengumpul data dibuat untuk menyusun empat perangkat

instrumen penelitian, yaitu :

a. Angket studi pendahuluan, angket ini digunakan untuk menyaring informasi

mengenai kebiasaan penggunaan internet oleh:

(21)

55

2. Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ.

b. Angket penilaian pakar yang digunakan untuk menjaring data penilaian

mengenai media situs konseling melalui internet, yang mencakup:

1. Standar etika layanan konseling melalui internet.

2. penilaian tampilan situs

c. Angket penilaian kriteria situs yang baik dan konten situs oleh:

1. Mahasiswa BK FIP UNJ

2. Dosen pengajar di jurusan BK FIP UNJ

Angket pertama bertujuan untuk melakukan studi pendahuluan

menggunakan bentuk pertanyaan dengan pilihan jawaban yang bervariasi, seperti

menandai lebih dari satu, memilih salah satu, mengurutkan sesuai dengan

kebiasaan, dan memilih ya atau tidak. Terdapat beberapa pertimbangan terhadap

bentuk variasi dari pernyataan tersebut, karena hal tersebut disesuaikan dengan

tujuan dari studi pendahuluan yang hendak menjaring data mengenai pola

kebiasaan penggunaan internet baik oleh mahasiswa UNJ dan dosen di Jurusan

BK FIP UNJ.

Angket mahasiswa diberikan secara online melalui kelompok-kelompok

mahasiswa UNJ di situs jejaring sosial facebook. Sementara itu angket dosen

disebarkan secara langsung kepada para dosen yang bersedia mengisi angket

tersebut. Berikut ini dalam tabel 3.1 merupakan kisi-kisi angket kebiasaan

(22)

56

Tabel 3.1

Kisi-kisi Angket Kebiasaan Penggunaan Internet Mahasiswa

No Aspek No. soal

1 Jenis kelamin 1

2 Kepemilikan media untuk online internet 2

3 Tempat mengakses internet 3

4 Waktu pengakses internet 4

5 Situs yang paling sering dikunjungi 5

6 Kegiatan online internet yang paling sering dilakukan 8

7 Penggunaan internet sebagai sarana konsultasi dengan dosen 6 & 7 8 Penggunaan internet sebagai sarana konsultasi psikologis 12 9 Harapan fasilitas layanan konseling melalui internet dari universitas 13 & 14

Berbeda dengan angket mahasiswa mahasiswa yang disebar secara online,

angket dosen diberikan secara langsung oleh peneliti. Berikut ini pada tabel 3.2

merupakan kisi-kisi angket kebiasaan penggunaan internet oleh dosen.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket Kebiasaan Penggunaan Internet Dosen

No Aspek No.

soal

1 Pengalaman mengajar 1

2 Kepemilikan media untuk online internet 2

3 Tempat mengakses internet 3

4 Waktu pengakses internet 4

5 Situs yang paling sering dikunjungi 5

6 Kegiatan online internet yang paling sering dilakukan 6

7 Penggunaan internet sebagai sarana konsultasi mahasiswa 7 & 8

8 Perkuliahan online (e-learning) 9

9 Kebersediaan memberikan layanan konseling melalui internet 10

Angket kedua bertujuan untuk memperoleh penilaian dari pakar mengenai

media hipotetik yang telah dikembangkan, penilaian ini mencakup kesesuaian

media dengan standar etika layanan konseling melalui internet yang telah

digariskan oleh ACA dan NBCC. Angket ini yang menggunakan pilihan jawaban

memadai dan tidak memadai, mengingat bahwa diperlukan ketegasan untuk

(23)

57

Selain itu dalam angket juga diberikan ruang bagi pakar untuk

memberikan catatan-catatan yang dirasa penting dalam penilaian media situs

tersebut. Pakar juga memberikan penilaian terhadap tampilan situs tanyabinga.

Berikut ini dalam tabel 3.3 merupakan kisi-kisi instrumen untuk penilaian pakar

yang dibuat berdasarkan standar etika layanan konseling melalui internet.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Penilaian Pakar: Pemenuhan Standar Layanan Konseling Melalui Internet

Aspek Indikator Jumlah

Soal

No. Soal

Hubungan dalam konseling melalui internet

1. Informasi kelebihan dan kekurangan konseling melalui internet

2. Informasi profil konselor 3. Persyaratan klien calon pengguna

4. Penggunaan metode verifikasi klien dalam situs 5. Informasi mengenai prosedur dalam konseling

6. Informasi mengenai bahasa pengantar dalam konseling dan kemungkinan terdapatnya perbedaan-perbedaan

7. Informasi mengenai jalan keluar lain jika terjadi kegagalan teknologi

8. Informasi prosedur dalam keadaan darurat 9. Informasi peringatan akan resiko mengakses situs

diruang publik

10. Pengaksesan situs oleh klien yang mengalami ketunaan

1. Informasi mengenai keamanan transaksi data 2. Informasi mengenai pihak yang dapat mengakses

data

3. Informasi mengenai rekaman data

1

1. Informasi mengenai usia pengakses situs 2. Informasi kode etik profesi

3. Informasi cakupan wilayah tugas konselor 4. Tautan ke wensite lembaga profesional konseling

1

Berikut ini tabel 3.4 merupakan kisi-kisi angket penilaian pakar,

mahasiswa dan dosen dalam hal penilaian tampilan dalam parameter teknis media

(24)

58

dengan 4 pilihan jawaban, yaitu tidak memadai, kurang memadai, memadai dan

sangat memadai.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Angket Mengenai Tampilan Situs

No Aspek

1 Desain tampilan

2 Kemudahan navigasi

3 Kecepatan akses 4 Fasilitas contact us

5 Fasilitas FAQ (frequently asking question) 6 Fasilitas Link

7 Informasi pengantar menu 8 Informasi aktual

9 Informasi terpercaya

Angket penilaian mengenai tampilan dalam parameter teknis situs yang

diberikan kepada pakar maupun dosen dan mahasiswa adalah angket yang sama.

Angket selanjutnya atau angket ketiga bertujuan untuk memperoleh data penilaian

dari mahasiswa mengenai konten situs layanan konseling melalui internet.

Sebagaimana angket sebelumnya, dalam angket digunakan penilaian skala likert,

dengan 4 pilihan jawaban, yaitu tidak memadai, kurang memadai, memadai dan

sangat memadai. Berikut ini dalam tabel 3.5 merupakan kisi-kisi angket penilaian

(25)

59

Tabel 3.5

Kisi-kisi Angket Penilaian Mahasiswa Mengenai Konten Situs

No Aspek Sub Aspek

1 Menu layanan konseling Pendaftaran

Informasi mengenai konselor

Informasi mengenai layanan konseling melalui internet Kondisi dan persyaratan yang harus diketahui dan disepakati

Aplikasi teknologi dalam konseling

2 Menu Tanya Binga Tema-tema pertanyaan

Kemudahan mengajukan pertanyaan 3 Menu mari membaca Artikel yang disajikan

Relevansi artikel dengan permasalahan psikologis Relevansi artikel dengan permasalahan pendidikan Informasi Beasiswa

4 Menu jajak pendapat Isu dalam jajak pendapat

Relevansi dengan kehidupan mahasiswa Relevansi dengan kehidupan kampus Kemudahan mengikuti jajak pendapat

5 Pandangan Terhadap

Layanan Konseling

Melalui Internet

Manfaat situs untuk mengentaskan permasalahan mahasiswa

Pemenuhan kebutuhan kesehatan mental mahasiswa

Peneliti menyiapkan kisi-kisi angket penilaian mengenai konten situs dari

dosen yang terlibat dalam ujicoba media situs layanan konseling melalui internet.

Sebagaimana angket sebelumnya, dalam angket digunakan penilaian skala likert,

dengan 4 pilihan jawaban, yaitu tidak memadai, kurang memadai, memadai dan

sangat memadai. Berikut ini dalam tabel 3.6 merupakan kisi-kisi angket penilaian

(26)

60

Tabel 3.6

Kisi-kisi Angket Penilaian Dosen Mengenai Konten Situs

No Aspek Sub Aspek

1 Menu layanan konseling Pendaftaran

Informasi mengenai konselor

Informasi mengenai layanan konseling melalui internet Kondisi dan persyaratan yang harus diketahui dan disepakati

Aplikasi teknologi dalam konseling

2 Menu Tanya Binga Tema-tema pertanyaan

Kemudahan mengajukan pertanyaan

Menu mari membaca Artikel yang disajikan

Relevansi artikel dengan permasalahan psikologis Relevansi artikel dengan permasalahn pendidikan Informasi Beasiswa

3 Menu jajak pendapat Isu dalam jajak pendapat

Relevansi dengan kehidupan mahasiswa Relevansi dengan kehidupan kampus Kemudahan mengikuti jajak pendapat

3 Akun Konselor Pengelolaan akun situs

Informasi profil klien

4 Pandangan Terhadap

Layanan Konseling Melalui Internet

Manfaat situs untuk mengentaskan permasalahan mahasiswa

Pemenuhan kebutuhan kesehatan mental mahasiswa

2. Penimbangan Instrumen Angket Pengumpul Data

Salah satu upaya untuk mendapatkan instrumen yang berkualitas guna

mendapatkan hasil penelitian yang baik, adalah dengan melakukan penimbangan

instrumen angket pengumpul data. Dalam penelitian ini instrumen yang

dikembangkan bukan ditujukan untuk mengukur kondisi psikologis individu.

Sehingga penimbangan instrumen yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk

menguji keterbacaan instrumen yang telah dikembangkan.

Penelitian ini memiliki lima instrumen yang pengumpul data yang

dikembangkan oleh peneliti. Instrumen tersebut terdiri dari 14 item pertanyaan

dari instrumen mengenai penggunaan internet oleh mahasiswa, 10 item

(27)

61

instrumen pengejawantahan etika layanan konseling melalui internet, 26 item

pertanyaan mengenai penilaian dosen terhadap situs media layanan konseling, dan

19 item pertanyaan mengenai penilaian mahasiswa terhadap situs media layanan

konseling yang harus dikaji dan ditelaah secara rasional oleh ahli. Maka peneliti

kemudian melakukan penimbangan instrumen kepada pakar dalam bidang

bimbingan dan konseling dan bahasa yaitu: Dr. Ilfiandra, Susi Fitri, S.Pd., M.Si.,

Kons dan Enrico Suryo Aditjondro, BAC.

D. Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berusaha menyesuaikan tujuan penelitian,

sehingga menyederhanakan sepuluh tahap yang telah ditetapkan oleh Borg & Gall

(2003) menjadi lima tahapan yaitu: tahap satu Studi Pendahuluan, tahap dua

pengembangan situs, tahap tiga Penilaian pakar dan terakhir tahap empat

perbaikan berdasarkan penilaian dan masukan pakar, tahap lima uji coba situs

terhadap mahasiswa dan dosen. Berikut ini merupakan penjelaasan atas setiap

langkah yang dilakukan oleh penulis:

1. Studi Pendahuluan

Dalam langkah ini, penulis melakukan studi pendahuluan yang meliputi

penelitian skala kecil bertujuan untuk mengetahui mengenai penggunaan internet

oleh mahasiswa dan dosen pengajar di jurusan BK FIP UNJ, penelitian skala kecil

ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket mengenai penggunaan internet

kepada 70 mahasiswa UNJ dan angket yang diberikan kepada dosen pengajar di

(28)

62

penggunaan internet oleh mahasiswa UNJ dan dosen jurusan BK FIP UNJ dan

melihat kemungkinan dikembangkannya layanan bimbingan dan konseling

melalui internet di UNJ dan ketepatan sasaran layanan yang diberikan.

Angket mahasiswa terdiri dari 14 pertanyaan ini disebar secara online

dengan memanfaatkan media situs penyedia layanan survey

www.freesurveyonline.com dan memanfaatkan jaringan pertemanan sosial

mahasiswa UNJ di situs jejaring sosial Facebook dan milis perkuliahan dan

disebar secara langsung. Sementara itu angket bagi dosen yang mengajar di

jurusan BK FIP UNJ terdiri dari 12 pertanyaan, dan disebar secara langsung

kepada dosen pengajar di Jurusan BK FIP UNJ.

2. Perencanaan dan Pengembangan desain situs

Kegiatan pengembangan desain situs ini terdiri dari beberapa kegiatan inti

terkait dengan pembuatan situs yang dijadikan media layanan konseling melalui

internet, beberapa kegiatan yang termasuk dalam proses pengembangan

diantaranya adalah: membuat perencanaan rancangan situs layanan konseling

melalui internet, menyiapkan format administrasi dalam konseling dan

menentukan desain atau tampilan media. Berikut ini penjelasan yang lebih

terperinci mengenai kegiatan perencanaan dan pengembangan media situs layanan

konseling melalui internet.

a. Merencanakan berbagai keperluan pengembangan, seperti perihal

administrasi, etika layanan konseling, menentukan berbagai fitur dan konten

(29)

63

b. Menyiapkan perihal administrasi seperti formulir pendaftaran konseling

(Zack: 2004), sistem kerja penerimaan aplikasi dan pengembangan akun

pihak-pihak yang terkait dengan layanan konseling melalui internet .

c. Pengejawantahan etika layanan konseling melalui internet berupa penyiapkan

teks yang berisi mengenai berbagai ketentuan, kondisi dan persyaratan dalam

konseling melalui internet yang harus diketahui dan disetuji oleh klien.

Berbagai ketentuan, kondisi dan persyaratan tersebut dibuat standar kode etik

konseling melalui internet ACA (2005: Sek A.12) dan NBCC (2001)

d. Menyiapkan fitur dan konten penunjang layanan konseling melalui internet

yang bisa diakses pengguna dalam media situs.

3. Penilaian Pakar

Setelah media situs hipotetik telah dirampungkankan, maka penulis

memasuki tahapan selanjutnya, yaitu tahapan penelaahan oleh pakar. Dalam

tahapan ini, penulis meminta Expert Judgments atau penilaian dari para pakar

untuk memberikan penilaian terhadap pengejawantahan etika layanan konseling

melalui internet dan pemenuhan kriteria situs yang baik terhadap situs telah

dikembangkan oleh penulis. Berbeda dengan hasil interater reliabilitas pada

pengembangan instrumen penelitian pada umumnya, dimana akan ada bagian

yang dibuang karena tidak memenuhi syarat baik dari konten maupun konteks.

Pada penelitian ini, hasil penilaian yang diberikan oleh pakar sepenuhnya

dijadikan bahan perbaikan media yang dikembangkan.

(30)

64

a. Rohman Natawijaya, Guru Besar Bimbingan dan Konseling Universitas

Pendidikan Indonesia.

b. Cher Ping Lim, Guru besar bidang pendidikan dalam hal teknologi dan

komunikasi dalam pendidikan dari Edith Cowan University Perth, Australia.

Beliau juga merupakan direktur Asia-Pacific Centre of Excellence for Teacher

Education and Innovations.

c. Ann Margaret T. Martin seorang konselor pendidikan yang memimpin

Lembaga Pelayanan Mahasiswa Academic Service Faculty Student Wellness

Center De La Salle University-Das Marinas Cavite Philippines. Beliau juga

telah melakukan penelitian Grounded Theory Approach In Developing a

Cybercounseling Framework.

4. Perbaikan Berdasarkan Masukan Pakar.

Setelah memperoleh hasil penilaian dan masukan dari pakar, maka penulis

melakukan berbagai perbaikan terkait dengan informasi mengenai etika layanan

konseling melalui internet, yang menyangkut (1) hubungan dalam konseling

melalui internet, (2) kerahasiaan dalam konseling melalui internet dan (3) aspek

hukum, lisensi dan serifikasi konselor. Selain etika, perbaikan juga dilakukan

berdasarkan masukan pakar untuk memenuhi kriteria situs yang baik, seperti

masalah tampilan, kemudahan navigasi, kecepatan akses, fasilitas hubungi kami,

fasilitas FAQ, fasiliitas link atau tautan dan berbagai aspek yang menyangkut

informasi yang diberikan dalam media layanan konseling melalui internet yang

(31)

65

5. Uji Coba Terbatas

Setelah melalui penilaian oleh para pakar, maka media situs konseling

melalui internet ini diujicobakan secara terbatas. Proses ujicoba ini dimulai

dengan identifikasi pengguna yaitu mahasiswa dan dosen, kemudian pengguna

tersebut menjelajahi situs, mencoba berbagai fitur didalamnya, dan memberikan

penilaian berdasarkan observasi yang mereka lakukan (Sampson et.al: 2004)

Adapun pihak-pihak yang dilibatkan dalam proses kegiatan uji coba media situs

layanan konseling ini adalah

a. Dosen pengajar di jurusan BK FIP UNJ yang menjadi konselor dan menjadi

subjek dalam ujicoba media situs. Dasar pemikiran yang digunakan oleh

peneliti adalah dengan melibatkan dosen yang bersedia untuk menjadi

konselor dan terlibat dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

b. Mahasiswa BK FIP UNJ reguler angkatan 2007 dan 2008 yang menjadi

subjek dalam ujicoba media situs. Dasar penelitian dipilihnya mahasiswa

Bimbingan dan konseling reguler angkatan 2007 dan 2008 adalah dengan

pertimbangan adanya perspektif keilmuan yang sama dan mahasiswa tersebut

telah mendapatkan mata kuliah konseling dan profesionalisasi bimbingan dan

konseling.

Tujuan dari uji coba tersebut adalah untuk mengumpulkan data mengenai

respon konselor dan mahasiswa terhadap tampilan situs, kemudahan penggunaan

berbagai menu dalam situs, keterbacaan berbagai informasi dalam situs.

Hasil interpretasi data tersebut akan dijadikan bahan evaluasi dan

(32)

media situs layanan

n konseling melalui internet yang dikemban

hap pengembangan media layanan konseling

agan alur pada halaman selanjutnya berikut ini

ahap Pengembangan Media Layanan Konseling Mela

a jenis data yang dikumpulkan dalam penelitia

ta kuantitatif. Data kualitatif diperoleh un

ian mengenai (1) Infrastruktur teknologi ya

layanan konseling melalui internet. (2) Kebiasa

jurusan BK FIP UNJ. (3) Penilaian pakar terha

dan (3) Hasil uji coba situs terbatas terhadap

(33)

67

Data kuantitaif diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai

(1) kebiasaan penggunaan internet oleh mahasiswa (2) hasil uji coba situs terbatas

oleh mahasiswa. Analisa yang digunakan untuk data ini adalah taknik analisis

deskriprtif dengan melihat nilai rata-rata dari data yang berhasil dikumpulkan

melalui angket. Selain itu, penyajian data juga dilengkapi tabel, grafik dan

(34)

160

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan data dan pengembangan media layanan

konseling melalui internet di Universitas Negeri Jakarta, maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagaimana berikut.

1. UNJ memiliki infrastruktur teknologi infromasi yang memadai dengan

fasilitas server, jaringan internet ke suluruh fakultas dan jurusan dan juga

jaringan wifii yang bisa di akes dari seluruh bagian universitas. Kondisi

ini mendukung dikembangkannya layanan konseling secara online melalui

internet di perguruan tinggi yang dimaksudkan.

2. Dosen BK UNJ telah terbiasa menggunakan internet untuk berbagai

keperluan, termasuk juga menggunakannya untuk kepentingan akademis.

Mayoritas dosen bersedia menjadi konselor online dan memberikan

layanan konseling bagi mahasiswa.

3. Mahasiswa UNJ telah terbiasa menggunakan internet untuk berbagai

kepeluan, baik pribadi maupun akademis. Mayoritas bersedia

menggunakan layanan konseling melalui internet jika universitas

menyediakannya.

4. Produk yang dihasilkan adalah situs dengan nama Tanya Binga

(www.tanyabinga.com) dibangun berdasarkan kebutuhan mahasiswa, etika

layanan konseling melalui internet dan memenuhi kriteria situs yang baik.

(35)

161

dari layanan synchronous dan asynchronous. Fitur non interaktif berupa

layana self help.

5. Penilaian pakar terhadap Tanya Binga secara umum memadai dalam

pemenuhan sebagian besar etika layanan konseling melalui internet dan

memenuhi kriteria situs yang baik

6. Tanya Binga memenuhi kriteria situs yang baik dan memiliki menu dan

berbagai fitur yang memadai berdasarkan uji coba media terhadap dosen

dan mahasiswa, sehingga situs ini bisak dikatakan feasible atau layak

digunakan sebagai media layanan konseling melalui internet di perguruan

tinggi.

B. Rekomendasi

Penelitian masih terbatas pada pengembangan media layanan konseling

melalui internet, sehingga masih diperlukan berbagai hal dan pengembangan lebih

lanjut yang bisa dilakukan untuk meningkatkan layanan konseling melalui internet

di perguruan tinggi. Sehingga, peneliti merekomendasikan beberapa hal sebagai

berikut.

1. Bagi Perguruan Tinggi

Melakukan pengembangan layanan kemahasiswaan, khususnya dalam hal

layanan bimbingan dan konseling konseling melalui Internet, dengan cara

mendukung teknologi dan menyiapkan personel konselor yang memberikan

(36)

162

2. Bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling

Pengembangan program praktikum online peer counselor melalui Situs

konseling online untuk memenuhi kebutuhan personel konselor yang kurang

memadai jika dibandingkan dengan populasi mahasiswa. Kegiatan serupa juga

dilakukan oleh Departemen Psikologi dan Konseling California State University

Fullerton dalam hal pemberian layanan online peer counselor sebagai kegiatan

magang dan praktikum bagi mahasiswa internal departemen. Kegiatan praktikum

ini juga meningkatkan kemampuan kompetensi ICT mahasiswa sebagai calon

konselor khususnya dalam hal pemberian layanan konseling secara online.

Melakukan inisiasi berupa prakondisi dan sosialisai kepada mahasiswa

mengenai bagaimana fasilitas layanan konseling secara umum dan fasilitas

layanan konseling melalui internet dapat membantu mengetaskan permasalahan

mahasiswa.

3. Bagi ABKIN

Mengembangkan standar etika layanan konseling melalui internet yang

disesukan dengan konteks Indonesia. ABKIN juga diharapkan menfasilitasi

konselor dengan memberikan lisensi, akreditasi dan sertifikasi konselor untuk

mengembangkan profesionalitas konselor khususnya yang memberikan layanan

secara online. Selain itu, ABKIN juga diharapkan mengembangakan

prinsip-prinsip dasar supervisi konselor online untuk memastikan profesionalitas konselor

(37)

163

4. Penelti selanjutnya

Peneliti selanjutnya bisa melakukan uji coba media untuk mengetahui

fisibiltas dan efektifitas pemberian layanan konseling melalui internet melalui

(38)

164

DAFTAR PUSTAKA

Ahman.,Karnoto., Kartadinata, Sunaryo. (2003). “Kubus Tugas Perkembangan: Suatu Model Rekabangun Tugas Perkembangan Bagi Kepentingan Bimbingan dan Konseling”. Jurnal Bimbingan dan Konseling. VI, (11), 58-67

Ainsworth, M. (2001). Metanoia: ABC’s of Internet Therapy. Tersedia http://www.metanoia.org [2 Juli 2009]

Akohari, Kanji., Kato, Shogo., & Ota, Go. (2002). Differences Between

Communications Using E-mail and BBS in an E-counseling Environment.

Proceedings of the International Conference on Computers in Education. 423.

Alan, Tait. (1999). Face to Face at The Distance : The Mediation of Guidance and Counseling Through the New Technologies. British Journal of Guidance &

Counselling; Feb 1999; 27, 1; ProQuest Education Journals pg. 113.

American College Counseling Association. (2001). College Counseling Advocacy

Booklet. ACCA.

American Counseling Ascosiation. (2005). ACA Code of Ethic: Section A No. 12

Technology Application. ACA.

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Naskah Akademik

Penataan Pendidikan Profesi Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. ABKIN

Barak, Azy., Buchanan, Tom. (2004). Internet Based Psychological Testing and Assessment. Dalam R. Krause., J. Zack, & G. Sticker (Eds). Online

Counseling: a Handbook for Mental Health Proffesional (pg.219-235). San

Diego, CA: Academy Press.

Barak, Azy. (2005) Emotional Support and Suicide Prevention through the

Internet: a Field Project Report. Computer in Human Behavior 2007; 23 (pg.

971-984)

Barrat, William. (2003). Information Technology in Student Affairs. Dalam Komives, R. Susan., Jr, Woodward, Dudley B. Asscociates (Eds). Student

Services: a Handbook for the Profession 4th Edition (pg. 379-396). USA:

Jossey Bass.

Blom, John W., Walz, Garry, R. (Eds). (2004). Cybercounseling and

(39)

Brunt, Van Brian. (2005). Retention and College Counseling Center[online]. Tersedia: http://wwwbcpsca.com [30 Juli 2009]

Cabaniss, Katherine. (2001). Counseling and the Internet Technology in the New

Millenium: an Internet Delphy Study. Dissertation Submitted to the Faculty of

the Virginia Polytechnic Institute and State University Partial in the Fulfillment of Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy in Counselor Education. USA.

Caspar, Franz., Berger, Thomas. (2005). The Future is Bright: How can we

Optimize Online Counseling, and How can We Know have Done So. The

Counseling Psychologist 2005:33:900. Tersedia: http://www.sagepublications.com[10 September 2009 dari]

Chang, Thai. (2005). Online Counseling: Prioritizing Psychoeducation, Self Help

and Mutual Help for Counseling Psychology Research Practise. The

Counselling Psychologist: 2005: 33; 881-890.

Darmawan Indra. FB Indonesia segera Menyusul Inggris di Posisi Dua. Tersedia www.vivanews.com[25 Juni 2010]

Dongier, M., Tempier, R., Lalinec, Michaud, M., & Meuneir, D. (1986).

Telepsychiatry: Psychiatric Consultation Through Two Way Television: A Controlled Study. Canadian Journal of Psychiatry. 31. P. 32-34

Ford, Donna. (2005). Cybercounseling: Best Practices in Student Services.

Hamilton, John., Larsen, Susan.M., Mcdowell, Barbara A., Brown, Stephen (2004) Using Online Technology for Student Support Services. Journal Technology In Counseling Vol.05. Tersedia http://jtc.colstate.edu [29 Januari 2009]

Hughes, Rosemarie, S. (2000). Ethics and Regulation of Cybercounseling. www.ericdigests.org/2001-3/ethics.htm

Kartadinata, Sunaryo. (2003). “Bimbingan dan Konseling Perkembangan : Pendekatan Alternatif Bagi Pendidikan Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan Konseling Sekolah” Jurnal Bimbingan dan Konseling. VI, (11), 1-15

Khelifa, Maher. (2007). Online Counseling: Competing Ethically and Safely In a

Global Environment . Zayed University, United Arab Emirates.

Kirk, M.A. (1997). Current Perception of Counseling and Counselor education in

(40)

166

Kraus, Ron., Jason, Zack., Stricker, George. (Eds). (2004). Online Counseling: A

Handbook for Mental Health Professionals. San Diego, CA: Academy Press.

Kraus, Ron. (2004). Ethical and Legal Consideration for Providers of Mental Health Service Online. Dalam R. Krause, J. Zack, & G. Sticker (Eds). Online

Counseling: a Handbook for Mental Health Professional (pp.123-144). San

Diego, CA: Academy Press.

Kuo, Chia-Ling. (2005). Wireless Technology in Higher Education: The

Perception of Faculty and Students Concerning the Use of Wireless Laptops.

Dissertation Submitted to the Faculty of the College of Education of Ohio University Partial in the Fulfillment of Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy. USA.

Latipah, iip. (2009). Pengembangan Weblog sebagai Media Layanan Bimbingan

dan Konseling (Dikembangkan berdasarkan Studi Kasus terhadap Lima Orang Mahasiswa Program Ilmu Komputer FPMIPA UPI Angkatan 2008/2009) Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Law, B, Michael. (2001). Cybersounseling: characteristics and barriers for

use in school counseling programs.

Lewis, Jacqueline et.al. (2004). Researching The Cyber counseling Proces: A Study of the Client and Counselor Experience. In Bloom, John W,. Walz, Garry R,. (Ed.), Cyber counseling and Cyberlearning an Encore (pp. 307-325). USA: CAPS Press.

Livingston, Carol. (2002) Melindungi anak di Internet: Pedoman ECPAT. Pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) dan ECPAT International Bangkok.

Lutviah., Idris, Ika, Karina., Wahyutama. (2010). Penggunaan Facebook oleh

Mahasiswa dan Dosen Universitas Paramadina. Penelitian Mahasiswa

Universitas Paramadina. Jakarta.

Macklin, Boy. Meningkatnya demand laptop di era konektivitas online. Tersedia www.bukuonline.com [2 September 2009]

Mallen, J. Michael, Vogel, David L., Rochlen, Aaron B. (2005). The practical

aspect of online counseling: ethics, training, technology & competency. The

Counseling Psychologist: 2005; 33; 776-818.

Mallen, J. Michael., Vogel, David, L. (2005). Online Counseling: a Need for

(41)

Maples, Mary Finn., Han, Sumi. (2008). Cybercounseling in the United States and

South Korea: Implications for Counseling College Students of the Millennial Generation and the Networked Generation. Journal of Counseling and

Development Volume: - Number:- American Counseling Association

Martin, Ann Margaret T. (2004). Cyberspace Counseling: a Counseling Program

for Today’s Generation. The Guidance Journal (2004) Vol. 33; 1 (pg. 9-) The

Philippine Guidance and Counseling Association Inc.

Martin, Ann Margareth T. (2007). A Grounded Theory Approach In Developing a

Cyber counseling Framework. Envisioning a Culture of Peace. Philipines:

Unpublished

Matsumoto, David (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar dan Institute for Community Behavioral Change.

Mattox, Bob. (2000). Marketing Strategies for College Counseling Centers. Tersedia http://www.collegecounseling.org [29 Juli 2009]

Mulhauser, Gregory R. (2005). 9 Observation About the Practise and Process

email Therapy. Diambil tanggal 11 November 2008 dari

hhtp://counselingresources.com

Myrick. Robert.D. (2003). Developmental Guidance and Counseling: a Practical

Approach 4th Edition. USA. Educational Media Corporation

National Board of Certified Counselor. (2001). The Practise of Internet

Counseling. Tersedia http://www.nbcc.org [29 Januari 2009]

Nielsen, Jakob. (1999). Designing Web Usability: The Practice of Simplicity. New Riders. Canada

North Carolina Community College System. (2007). Virtual Counseling Resource

Guide: an internet resources guide for the North Carolina community college counselor to asisist virtual learning students. North Carolina Community

College

Nurihsan, Juntika. (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling. UPT Layanan Bimbingan dan Konseling, UPI Bandung.

Pengguna Mobile Data Mean Tumbuh 40%. Tersedia www.bataviase.co.id [27 Januari 2010]

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.27 Tahun. 2008.

(42)

168

Perilaku Informasi Mahasiswa Sebagai Pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi Dikaji dari Sudut Pandang Psikologi Pemakai Perpustakaan. Tersedia www.duniaperpustakaan.com [2 Maret 2010]

Prediksi Perkembangan Pengguna Internet di Indonesia. Tersedia http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm [6 April 2010].

Remley, Theodore P Jr., Herlihy, Barbara. (2005). Ethical, Legal and

Professional Issues in Counseling. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.

Rochlen, Aaron B., Zack, Jason S., Speyer, Cedric. (2004). Online therapy: Review of relevant definitions, debates and current empirical support. Journal of Clinical Psychologist 2005; 60; 3 pg. 269-283. Wiley Periodicals.

Sampson, James, P Jr. (2004). Implementing Internet Web Site in Counseling Services. In Bloom, John W,. Walz, Garry R,. (Ed.), Cyber counseling and

Cyberlearning an Encore (p. 247-253). USA: CAPS Press.

Sampson, James,P., Carr, Darrin, L., Panke, Julia., Arkin, Scott., Vernick, Stacey H., Minvielle, Meagan. (2004). Implementing Internet Website in Counseling Services. Dalam Bloom, John. W., Walz, Garry R (Eds) Cybercounseling and

Cyberlearning an Encore (pg. 247-257) USA: CAPS Press.

Sanchez, Delinda. (2005). The Online Counseling Debate: A View Toward the

Underserved. The Counseling Psychologist 2005; 33; 891.

Setiawan, Reska. (2009). Penggunaan Internet Sebagai Teknologi Informasi di

Kalangan Mahasiswa Ekonomi dan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Jurusan Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Solo.

Shaw, Holly E., Shaw, Sarah F. (2006). Critical Ethical Issue in Online Counseling: Assesing Current Practices With an Ethical Intent Checklist.

Journal of Counseling and Development: JCD; Winter 84,1; Proquest Education Journal, 41

Sill, Charlotte. (2006). Contracts in Counseling and psychotherapy. London. Sage Publisher

Sukmadinata, Nana S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia dan Rosdakarya. Bandung

(43)

Tait, Allan. (1999). Face to Face and at a Distance: The Mediation of Guidance

and Counseling Through the New Technologies. British Journal of Guidance

& Counselling; Feb 1999 Volume 27, p 1.

Thurlow, Chrispin., Lengel, Laura., Tomic, Alice. (2004). Computer Mediated

Communication: Social Interaction and the Internet. Sage Publication.

London

Turban, Efraim, Rainer, R. Kelly, Jr., Potter, Richard E. (2001). Introduction to

Information Technology. John Wiley & Sons.

Tyler, J. Michael., Guth, Lorraine J. (2004). Understanding Online Counseling Services Through a Review of a Definition and Elements Necessary for Change. Dalam Bloom, John. W., Walz, Garry R (Eds) Cybercounseling and

Cyberlearning an Encore (pg. 133-150) USA: CAPS Press.

Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun. 2008. Informasi dan

Transaksi Elektronik.

Walther, J.B. (1996). Computer Mediated Communication : Impersonal,

Interpersonal, and Hyper personal Interaction. Communication Research, 23,

3-43.

West, Laura E. (2010). Facework on Facebook: How it Legitimizes Community

Membership and Enables Linguistic Socialization Through Intertextuality.

Thesis ubmitted to the Faculty of the Graduate School of Arts and Science of Gerogtown University. Partial in the Fulfillment of Requirements for the Degree of Master Science in Linguistic.

Wikipedia Internet. Tersedia http://opensource.telkomspeedy.com [31 Desember 2009]

Wikipedia Internet Forum Tersedia http://en.wikipedia.org/wiki/Internet_forum [29 Juni 2010]

Yeung, Fredrick KC., Wong, Yu Cheung., Law, Chi-Kwong. (2000). Online

Counseling for the Youth in Hong Kong: a Synchronized Approach.

Yulianti, Lia. (2004). Cybercounseling (kajian mengenai konseling melalui

internet) Tesis Program Studi Bimbingan Penyuluhan Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Yusop, Farah D., Sulaiman, Hamidah., Abdullah, Siti S. (2006). ICT

Competencies for Counselor. Journal Technology In Counseling Vol.05 .

(44)

170

Zack, J.S. (2004). Technology of Online Counseling. Dalam R. Krause, J. Zack, & G. Sticker (Eds). Online Counseling: a Handbook for Mental Health

Professional (pp.93-121). San Diego, CA: Academy Press.

Zhao, Shanyang., Grasmuck, Sherri., Jason, Martin. (2008). Identity Construction

on Facebook: Digital Empoermwnt in Anchored Relationship. Journal

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Kebiasaan Penggunaan Internet Mahasiswa
Kisi-kisi Angket Penilaian Pakar: Pemenuhan Standar Layanan Konseling Tabel 3.3 Melalui Internet
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket  Mengenai Tampilan Situs
Tabel 3.5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pengertian, dapat disimpulkan penulis bahwa layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor sebagai konsultan kepada konsulti dengan tujuan memperoleh

Layanan bimbingan konseling sebagai salah satu sarana di sekolah yang berperan penting bagi perkembangan pribadi siswa, diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada

Materi yang didapatkan dari hasil analisis kebutuhan materi layanan bimbingan dan konseling yaitu (1) pengembangan perilaku sosial yang bertanggung jawab, (2)

(1) Harapan terhadap terhadap layanan di PGPAUD UNJ adalah kualitas SDM yang menunjang (dosen dan karyawan) sehingga mampu memberikan layanan pendidikan dan administrasi yang

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk media aplikasi Pengenalan Bimbingan dan Konseling berbasis android sebagai media layanan informasi

Disarankan agar bank dalam mengelola layanan internet banking lebih meningkatkan pengembangan dan penggunaan produk internet banking dengan orientasi pada nasabah yang

"Pelatihan Layanan Konseling Individual Bagi Guru Bimbingan dan Konseling", Abdihaz: Jurnal Ilmiah Pengabdian pada Masyarakat, 2020 Publication asnawi-padanglampe.blogspot.com

- Makalah ini membahas peran media dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling Islam di