• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN CHALLENGE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LISTRIK DINAMIS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN CHALLENGE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LISTRIK DINAMIS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah umum yang akan diteliti ... 8

1. Rumusan Masalah ... 8

2. Tujuan Penelitian ... 9

3. Manfaat Penelitian ... 9

4. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 10

5. Definisi Operasional ... 11

BAB II. PENERAPAN CHALLENGE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LISTRIK DINAMIS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA ... 14

A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Tantangan (Challenge based Learning) ... 14

B. Pendekatan Pembelajaran Konvensional (Tradisional) ... 20

C. Pendekatan Challenge Based Learning dan Pembelajaran Konvensional dalam penelitian... 23

D. Konsep sebagai Komponen Pengetahuan Fisika ... 27

E. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 31

F. Kaitan antara Pendekatan Challenge Based Learning, Penguasaan Konsep, dan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 36

G. Konsep Listrik Dinamis ... 41

H. Penelitian yang relevan ... 54

BAB III. METODE PENELITIAN... 56

A. Metode dan Desain Penelitian ... 56

B. Populasi dan Sampel ... 57

C. Instrumen Penelitian ... 57

D. Prosedur Penelitian ... 60

E. Validasi Instrumen ... 62

(2)

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 70

H. Alur Penelitian ... 72

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Hasil Penelitian ... 73

1) Penguasaan Konsep ... 73

1. Penguasaan Konsep Listrik Dinamis Siswa secara umum ... 73

2. Deskripsi penguasaan konsep listrik dinamis berdasarkan aspek kognitif ... 77

3. Deskripsi penguasaan konsep listrik dinamis berdasarkan aspek label konsep ... 82

2) Keterampilan Berpikir Kreatif ... 87

1. Keterampilan berpikir kreatif secara umum ... 87

2. Keterampilan Berpikir kreatif pada masing-masing sifat yang menjadi ciri keterampilan berpikir kreatif ... 91

3) Tanggapan siswa terhadap mata pelajaran fisika dan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan (Challenge Based Learning) .... 95

1. Tanggapan siswa terhadap mata pelajaran fisika ... 95

2. Tanggapan siswa terhadap pendekatan pembelajaran berbasis tantangan (Challenge Based Learning). ... 97

4) Hasil observasi pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 99

B. PEMBAHASAN ... 101

a) Penguasaan Konsep sebagai aspek yang penting dalam mempelajari Fisika ... 101

b) Keterampilan Berpikir Kreatif sebagai unsur penting dalam pengembangan IPTEK ... 110

c) Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 116

d) Tanggapan siswa terhadap pendekatan pembelajaran berbasis tantangan (Challenge Based Learning) ... 119

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. KESIMPULAN ... 121

B. SARAN ... 121

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbandingan Pendekatan Challenge Based Learning (CBL)

dan pendekatan pembelajaran konvensional ... 24

2.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif (KBK) ... 33

2.3 Kaitan antara Pendekatan Challenge Based Learning, Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 37

3.1 Desain penelitian ... 56

3.2 Kategori validitas butir soal ... 64

3.3 Kategori reliabilitas tes ... 65

3.4 Kategori tingkat kesukaran butir soal ... 66

3.5 Kategori daya pembeda butir soal ... 67

3.6 Hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal penguasaan konsep listrik dinamis ... 68

3.7 Hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal keterampilan berpikir kreatif ... 68

3.8 Kategori Gain... 70

4.1 Hasil uji normalitas rata-rata skor N-Gain penguasaan konsep... 75

4.2 Hasil uji homogenitas rata-rata skor pre-test dan N-Gain penguasaan Konsep ... 75

4.3 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain penguasaan konsep ... 76

4.4 Hasil uji normalitas N-Gain untuk kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan analisis (C4) ... 80

4.5 Hasil uji homogenitas N-Gain untuk kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan analisis (C4) ... 80

4.6 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain kemampuan mengingat (C1) ... 80

4.7 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain kemampuan memahami (C2) ... 81

4.8 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain kemampuan mengaplikasikan (C3) ... 81

4.9 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain kemampuan menganalisis (C4) ... 82

4.10 Hasil uji normalitas N-Gain untuk penguasaan pada label konsep Alat Ukur Listrik, Hukum Ohm, Hambatan Listrik, dan Hukum Kirchhoff .. 85

4.11 Hasil uji homogenitas N-Gain untuk penguasaan pada label konsep Alat Ukur Listrik, Hukum Ohm, Hambatan Listrik, dan Hukum Kirchhoff .. 85

4.12 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain penguasaan siswa pada label konsep Alat ukur Listrik ... 85

4.13 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain penguasaan siswa pada label konsep Hukum Ohm ... 86

(4)

4.15 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain penguasaan siswa pada label konsep Hukum Kirchhoff ... 87 4.16 Hasil uji normalitas keterampilan berpikir kreatif ... 89 4.17 Hasil uji homogenitas N-Gain rata-rata skor tes awal dan N-Gain

keterampilan berpikir kreatif ... 89 4.18 Uji Mann-Whitney perbandingan N-Gain keterampilan berpikir kreatif 90 4.19 Hasil uji normalitas N-Gain kelancaran (fluency), keluwesan

(flexibility) dan penguraian (elaboration) ... 93 4.20 Hasil uji homogenitas N-Gain kelancaran (fluency), keluwesan

(flexibility) dan penguraian (elaboration) ... 93 4.21 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain kelancaran (fluency) ... 93 4.22 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain berpikir luwes (flexibility) ... 94 4.23 Uji Mann-Whitney Perbandingan N-Gain berpikir terperinci

(elaboration) ... 94 4.24 Tanggapan siswa terhadap mata pelajaran fisika... 95 4.25 Tanggapan siswa terhadap pendekatan pembelajaran berbasis tantangan

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Challenge Based Learning (CBL) ... 15

2.2 Kerangka Challenge Based Learning ... 18

2.3 Muatan dalam konduktor ... 42

2.4 Arus listrik melalui hambatan R ... 44

2.5 Grafik hubungan antara hambatan jenis dan temperatur konduktor ... 45

2.6 Kuat arus listrik dalam hambatan seri ... 47

2.7 Kuat arus listrik melalui hambatan paralel ... 47

2.8 Rangkaian kombinasi susunan seri dan paralel ... 48

2.9 Jembatan wheatstone ... 49

2.10 Kuat arus listrik dalam kawat bercabang ... 51

2.11 Jumlah arus masuk = arus keluar ... 51

2.12 Tanda pada GGL... 52

2.13 Rangkaian listrik ... 53

2.14 Analisis loop dalam rangkaian listrik ... 53

3.1 Alur Penelitian ... 72

4.1 Grafik Rata-rata skot tes-awal, tes akhir, dan N-Gain (%) penguasaan konsep listrik dinamis kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 74

4.2 Grafik Rata-rata skot tes-awal, tes akhir, dan N-Gain (%) penguasaan konsep listrik dinamis kelas kontrol dan kelas eksperimen berdasarkan aspek kognitif... 78

4.3 Grafik Rata-rata skot tes-awal, tes akhir, dan N-Gain (%) penguasaan konsep listrik dinamis kelas kontrol dan kelas eksperimen berdasarkan label konsep ... 83

4.4 Grafik rata-rata skor tes awal, tes akhir dan N-Gain keterampilan berpikir kreatif ... 88

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 127

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 167

Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen dan Pengolahan Data ... 212

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Metode konvensional (ceramah) kurang mengena untuk diterapkan pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) karena sesungguhnya IPA berkaitan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan

(Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), 2006). Pembelajaran IPA

sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (BSNP, 2006).

Bercermin dari filosofi, ilmu pengetahuan pada dasarnya bermula dari

fenomena-fenomena sehari-hari dan dibuktikan oleh para ilmuwan secara ilmiah

melalui metode ilmiah. Einstein berpandangan bahwa pada awalnya ilmuwan

melakukan observasi terhadap fakta yang menjadi minatnya, kemudian

berdasarkan sejumlah hasil observasi Ia melakukan generalisasi, untuk

menemukan sesuatu yang ada dibalik pengamatan-pengamatannya. Untuk itu Ia

melakukan pemikiran yang mendalam, menggunakan matematika sebagai salah

satu sarana, dan dari hasil kajiannya Ia membangun suatu teori. Ini merupakan

tahap pertama dalam pengembangan suatu ilmu yang disebut tahap induksi, atau

(8)

Namun pada kenyataannya pembelajaran yang berjalan di lapangan belum

sejalan dengan filosofi pengetahuan itu sendiri. Pembelajaran masih berjalan

secara konvensional melalui ceramah tanpa memberikan kesempatan yang lebih

bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, sikap ilmiah

maupun skill. Materi pembelajaran hanya disampaikan sebagai informasi dan

bukan sebagai sebuah konsep yang layak untuk dibangun atau ditelusuri secara

ilmiah. Pembelajaran lebih menekankan pada ranah kognitif saja karena sebagian

besar para guru hanya memfokuskan pembelajarannya pada hasil akhir, yaitu

kelulusan siswanya pada soal-soal ujian nasional.

Kecenderungan pembelajaran IPA/sains di Indonesia yang

dikemukakan oleh Depdiknas (2008) antara lain:

1. Pembelajaran hanya beriorientasi pada tes/ujian.

2. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak

berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.

3. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan

IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual.

4. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang

terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi

berpikirnya.

5. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum

menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering

dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana,

(9)

banyak.

6. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang

berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses.

Pembelajaran yang diterapkan di banyak sekolah seperti beberapa temuan

oleh Depdiknas di atas lebih memprioritaskan pada kelulusan siswanya dalam

Ujian Nasional. Pembelajaran tersebut tentunya tidak lagi memperhatikan

keutuhan dan hakikat materi pelajaran. Pembelajaran kurang melibatkan siswa

untuk turut aktif dalam prosesnya dan guru menjadi sumber belajar yang paling

dominan. Pembelajaran yang demikian tentunya kurang melatih siswa untuk

memunculkan keterampilan proses, sikap serta hanya menyentuh ranah kognitif

tingkat rendah karena pembelajaran hanya berjalan layaknya penyampaian

informasi faktual yang tidak membutuhkan pemikiran yang mendalam dalam

proses penerimaan oleh siswa. Banyak guru yang mengajar dengan hanya

mengejar target, mereka berpikir bagaimana caranya agar materi dapat

tersampaikan dengan secepatnya dan sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan

untuk pengayaan soal-soal, terlebih bagi guru yang mengajar di kelas XII. Siswa

terlatih untuk penyelesaian soal-soal namun kurang dalam penyelesaian

masalah-masalah yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Peraturan menteri pendidikan nasional no 45 tahun 2010 tentang kriteria

kelulusan peserta didik yang menyatakan bahwa kelulusan peserta didik dalam

Ujian Nasional (UN) ditentukan berdasarkan Nilai Akhir (NA) yang diperoleh

dari gabungan antara Nilai Sekolah/Madrasah (S/M) dari mata pelajaran yang

(10)

mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk nilai UN. Sedangkan Nilai

S/M diperoleh dari gabungan antara nilai Ujian S/M dan nilai rata-rata rapor

semester 1, 2, 3, 4, dan semester 5 (untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)),

nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan semester 5 (untuk Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

(SMALB) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)) dengan pembobotan 60%

(enam puluh persen) untuk nilai US/M dan 40% (empat puluh persen) untuk nilai

rata-rata rapor.

Peraturan baru tersebut semestinya dapat mengubah paradigma para guru

dan pelaku pendidikan dalam melakukan pembelajaran di kelas dan dalam proses

penilaian. Hal itu membuka kesempatan bagi guru untuk memberikan

pembelajaran kepada siswanya tidak hanya terfokus pada ranah kognitif dan nilai

ujian saja. Penilaian melalui Ujian Sekolah/Madrasah (S/M) dapat dilakukan tidak

hanya melalui tes tertulis saja, melainkan juga dapat diambil melalui tes praktik.

Melalui tes praktik tersebut guru dapat memasukkan keterampilan sebagai unsur

dalam penilaian. Demikian juga penilaian rapor yang dapat diambil selama

pembelajaran tentunya akan sangat memungkinkan bagi guru untuk mengambil

penilaian dengan memandang proses selama pembelajaran melalui keterampilan

maupun sikap siswa sehingga pola pembelajaran dapat bergeser kepada

pembelajaran yang mengajarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, terdapat

(11)

memberi bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan

sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk

memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran

fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta

didik dengan pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang

dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu dan teknologi.

Pembelajaran yang memperhatikan proses dan produk hendaknya selain

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa, juga memiliki sasaran agar

dapat melatih kompetensi berpikir siswa, dari keterampilan berpikir tingkat

rendah hingga keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan berpikir

kritis dan kreatif, pemecahan masalah, dan beberapa keterampilan proses serta

bersikap ilmiah. Dengan demikian diharapkan siswa dalam memproses informasi

maupun menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari akan lebih kreatif dan bersikap layaknya ilmuwan dalam bekerja.

Untuk melatih peserta didik berperilaku layaknya ilmuwan dan berpikir

kreatif tentunya diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif dimana

peserta didik dirangsang untuk belajar melalui bekerja atau learning by doing

dengan didasarkan pada fenomena sehari-hari (kontekstual) maupun permasalahan

yang sedang dihadapi. Pembelajaran konvensional (ceramah) yang hanya

mengacu pada sistem pembelajaran satu arah yaitu guru sebagai sentral

pembelajaran seperti yang diterapkan di banyak sekolah dan sudah menjadi

(12)

dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang

dikuasai guru, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa

yang dikuasai guru (Sanjaya :146).

Pembelajaran sambil bekerja atau learning by doing salah satunya dapat

diterapkan melalui pembelajaran berbasis tantangan (challenge based

learning/CBL). Pembelajaran berbasis tantangan merupakan sebuah pendekatan

dalam pembelajaran dimana pembelajaran dimulai dari fenomena yang akrab

dalam kehidupan kita sehari-hari (kontekstual) maupun berakar dari permasalahan

atau isu-isu global dan dilakukan sebuah perencanaan untuk menyelesaikannya

(problem solving). Siswa ditantang untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadirkan atau proyek yang harus diselesaikan atau juga dapat berasal dari isu

kontemporer untuk didiskusikan. Penyelesaian yang dilakukan hendaknya berupa

sebuah tindakan nyata (by doing) dan solusi yang didapatkan hendaknya berasal

dari hal-hal sederhana yang biasa mereka temukan dalam kehidupan mereka

sehari-hari (potensi lokal). Pembelajaran yang demikian akan merangsang

keterampilan berpikir kreatif siswa selain melatih siswa bertindak layaknya

ilmuwan yang melalui proses ilmiah dalam menyelesaikan permasalahannya.

Pembelajaran berbasis tantangan dapat dideskripsikan sebagai bentuk

khusus dari pembelajaran berbasis masalah dimana permasalahannya realistik dan

alamiah. Pembelajaran ini berisi fitur pendekatan pengalaman dan pembelajaran

berbasis proyek. Dalam prosesnya, guru menghadirkan ide besar yang dapat

mengkover keseluruhan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Ide besar

(13)

dihadirkan akan muncul pertanyaan-pertanyaan esensial dan tantangan yang harus

diselesaikan oleh siswa. Proses pembelajaran itu sendiri akan menjadi aktivitas

pemandu siswa dalam penyelesaian tantangan, selain dibantu dengan pertanyaan

dan sumber-sumber pemandu. Hasil akhir dari proses pembelajaran adalah adanya

solusi terhadap tantangan yang dihadirkan dan solusi tersebut dapat dilakukan

dalam bentuk tindakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbasis

tantangan adalah pemilihan tantangan yang akan dihadirkan dalam pembelajaran.

Orme (2010) dalam tulisannya menyatakan bahwa kreativitas siswa dapat

ditingkatkan melalui beberapa hal diantaranya: Modeling, Collaboration,

Affective domain, Student and teacher expectations, Challenges, Learning environment, etc. Epstein dalam Orme (2010) mengatakan bahwa tantangan yang tepat dapat termasuk tugas untuk memilih dengan penuh kehati-hatian

karena siswa belum mengetahui solusinya hingga mereka melakukan proses

pengerjaan tantangan yang sering menghasilkan peningkatan mental

memproses yang menghasilkan keterampilan berpikir kreatif.

Materi pelajaran yang dipilih adalah Listrik Dinamis dengan pertimbangan

bahwa materi tentang listrik sangat akrab dengan kehidupan manusia pada

umumnya dan kehidupan siswa pada khususnya. Selain itu, materi listrik

merupakan materi yang cukup sulit bagi siswa dan bahkan berdasarkan hasil

diskusi dan pengalaman beberapa mahasiswa, kesulitan belajar tentang listrik

masih dirasakan hingga tingkat perguruan tinggi. Melalui pembelajaran berbasis

tantangan dengan mengajak siswa memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan

(14)

untuk diselesaikan oleh siswa, maka siswa akan lebih mudah dalam memahami

materi tentang listrik yang terkesan sulit dan abstrak tersebut.

Berdasarkan berbagai wacana di atas, penulis telah melakukan penelitian

dengan penerapan challenge based learning pada materi Listrik Dinamis untuk

meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa sma.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan

penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif dengan menerapkan

pembelajaran berbasis tantangan terhadap penyelesaian permasalahan/proyek,

serta memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran

berbasis tantangan.

B. MASALAH UMUM YANG AKAN DITELITI 1. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah

peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif siswa antara

yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Challenge based Learning

dibandingkan dengan yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada pokok

bahasan Listrik Dinamis?

Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimanakah peningkatan Penguasaan Konsep siswa yang mendapatkan

pendekatan Challenge based Learning dibandingkan dengan yang

(15)

2) Bagaimanakah peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif siswa yang

mendapatkan pendekatan Challenge based Learning dibandingkan dengan

yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

3) Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan pendekatan Challenge

based Learning pada pokok bahasan Listrik Dinamis?

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan pendekatan

Challenge based Learning dalam pengajaran materi Listrik Dinamis guna

mendapatkan gambaran tentang peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan

berpikir kreatif dibandingkan dengan yang mendapatkan pembelajaran

konvensional serta respon siswa terkait penggunaan pendekatan Challenge based

Learning.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Menyajikan contoh implementasi pendekatan Challenge based Learning

dalam pembelajaran fisika.

2) Memberikan pengalaman bagi siswa dan guru tentang pendekatan Challenge

based Learning.

3) Data dalam penelitian ini dapat memberikan bukti empiris tentang

pembelajaran ini dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan

berpikir kreatif siswa sehingga dapat menjadi rujukan dalam penelitian lebih

(16)

4. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

Peneliti berasumsi bahwa dengan menghadirkan tantangan baik yang

berupa permasalahan atau proyek kepada siswa dan mengajak siswa untuk

mencari solusinya melalui tindakan, maka siswa akan lebih memahami apa

sebenarnya yang terjadi pada fenomena yang sedang dihadapi dan diamati

sehingga dapat lebih mudah dalam memahami dan menguasai konsep serta dapat

melatihkan keterampilan berpikir kreatif.

Berdasarkan asumsi penelitian, maka hipotesis penelitiannya adalah:

1) Penerapan pendekatan Challenge based Learning secara signifikan dapat lebih

meningkatkan penguasaan konsep siswa dibanding dengan penggunaan

pembelajaran konvensional (Ha1) ; Ha1 : 1 1

2) Penerapan pendekatan Challenge based Learning secara signifikan dapat lebih

meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif siswa dibanding dengan

penggunaan pembelajaran konvensional (Ha2) ; Ha2 : 2 2

1 = Nilai rata-rata penguasaan konsep melalui pendekatan Challenge based

Learning

1 = Nilai rata-rata penguasaan konsep melalui pembelajaran konvensional

2 = Nilai rata-rata Keterampilan Berpikir Kreatif melalui pendekatan Challenge

based Learning

2 = Nilai rata-rata Keterampilan Berpikir Kreatif melalui pembelajaran

(17)

5. Definisi Operasional

Definisi operasional beberapa variabel dalam penelitian ini dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Pendekatan Challenge Based Learning memiliki kerangka: The Big Idea (ide

besar/gagasan utama), Essential Question (Pertanyaan penting), The

Challenge (tantangan), Guiding Questions (Pertanyaan pemandu), Guiding Activities (Aktivitas pemandu), Guiding Resources (Sumber pemandu), Solutions (Solusi), Assessment (Penilaian), Publishing (Publikasi). Keterlaksanaan dari penerapan Challenge Based Learning diukur dengan

menggunakan lembar observasi/pengamatan pengelolaan pembelajaran.

2) Pendekatan Pembelajaran Tradisional (Konvensional) adalah pembelajaran

dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke

penerapan teori (Prince dan Felder (2006) dalam Rochmad (2008)).

Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan

istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran (Suwarna,2005) dalam Idahariyanti

(2009).

3) Penguasaan Konsep Listrik Dinamis. Seorang siswa dikatakan telah

menguasai konsep apabila ia telah mampu untuk mengingat (remember; C1),

memahami (understand; C2), menerapan (apply; C3), analisis (analyze; C4),

evaluasi (evaluate;C5), dan kreasi (create;C6) konsep listrik dinamis baik

konsep secara teori maupun dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penguasaan konsep yang diteliti dalam penelitian ini meliputi mengingat

(18)

analisis (analyze; C4) karena disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar dari batasan materi yang diajarkan. Penguasaan ini dapat

dilihat dari tes awal dan tes akhir. Dalam penelitian ini penguasaan konsep

diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan

ganda.

4) Berpikir kreatif menurut Perkins dalam Sidharta (2003) adalah kemampuan

untuk membentuk kombinasi baru, untuk memenuhi suatu keperluan atau

untuk memperoleh suatu hasil (produk) yang asli dan sesuai dengan kriteria

pokok pertanyaan. Siswa dikatakan memiliki Keterampilan berpikir kreatif

yang jika mereka telah memiliki 1) kelancaran (fluency) dengan indikator

menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan, arus pemikiran lancar;

2) keluwesan (flexibility) dengan indikator menghasilkan gagasan-gagasan

yang seragam, mampu mengubah cara atau pendekatan, dan memiliki arah

pemikiran yang berbeda-beda; 3) keaslian (originality) dengan indikator

mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, bukan klise; 4) kemampuan

untuk menguraikan (elaboration) dengan indikator mengembangkan,

menambah, dan memperkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail dan

memperluas suatu gagasan; dan 5) perumusan kembali (redefinition) dengan

indikator meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda

dengan apa yang sudah diketahuin oleh orang banyak. Keterampilan berpikir

kreatif yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada kelancaran (fluency),

(19)

dan tes akhir dan diukur dengan menggunakan tes keterampilan berpikir

kreatif dalam bentuk essay.

5) Tanggapan/sikap siswa digali melalui angket. Tanggapan/sikap siswa yang digali adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran fisika dan tentang

Challenge Based Learning. Tanggapan siswa terhadap Challenge Based Learning dibagi ke dalam dua substansi pertanyaan, yaitu tentang ketertarikan

siswa terhadap pelaksanaan Challenge Based Learning dan tentang manfaat

dari pelaksanaan Challenge Based Learning. Bentuk pernyataan siswa berupa

pernyataan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat

(20)

56 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental

atau eksperimen semu yaitu perlakuan terhadap dua variabel (kelas), satu kelas

sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan penerapan pendekatan

Challenge Based Learning dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol melalui

pembelajaran konvensional (Sukmadinata, 2009:208) dengan menggunakan

desain ”pretest-posttest control group”. Model desain penelitian ini pengambilan

sampel tidak dilakukan secara acak penuh, kedua kelas diberi tes awal (pre-test)

dan tes akhir (post-test). Variabel yang dilihat dari penerapan pembelajaran ini

adalah peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa

pada kedua kelas kemudian dibandingkan manakah yang lebih baik

peningkatannya. Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Desain penelitian

(Pre-test) Perlakuan (Post-test)

O1 O2 X O3O4

O1 O2 Y O3O4

(Sukmadinata, 2009: 208)

Keterangan :

O1 : Pemberian tes awal (Pre-test) Penguasaan Konsep

O2 : Pemberian tes awal (Pre-test) Keterampilan Berpikir Kreatif

O3 : Pemberian tes akhir (Post-test) Penguasaan Konsep

(21)

X : Pemberian perlakuan melalui Challenge Based Learning

Y : Pemberian pendekatan pembelajaran konvensional

B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA di lampung. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X yang terdiri dari tujuh kelas dimana dari

ketujuh kelas tersebut masih terbagi lagi dalam dua katagori, yaitu tiga kelas

merupakan kelas khusus (RSBI) dan empat kelas lainnya merupakan kelas

reguler. Sampel dalam penelitian ini diperoleh melalui sampel bertujuan

(Purposive Sample). Sampel terdiri dari dua kelas yang pada pembelajaran disebut

sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari kelas reguler yang

ditentukan oleh guru pengampu mata pelajaran fisika pada sekolah tersebut.

Sebagai pertimbangan dalam penentuan sampel tersebut adalah karena kedua

kelas tersebut memiliki jumlah siswa 32 orang dengan kemampuan rata-rata yang

relatif sama. Hal tersebut pun terbukti pada hasil analisis homogenitas rata-rata

skor pre-test pada kedua kelas yang menunjukkan bahwa kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen.

C. Instrumen Penelitian

1) Tes penguasaan konsep

Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif model pilihan ganda dengan

jumlah pilihan (option) sebanyak lima (a-e) dan berjumlah 20 butir soal, yang

disusun berdasarkan indikator penguasaan konsep. Tes ini diberikan dua kali

(22)

(pre-test) dan di akhir setelah diberi perlakuan (post-test) kemudian dianalisis

peningkatan yang terjadi sebagai akibat dari pemberian perlakuan, kemudian

dibandingkan peningkatannya antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal

penguasaan konsep terdapat pada lampiran B.

2) Tes keterampilan berpikir kreatif

Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes Essay berjumlah 9 butir soal, yang

disusun berdasarkan indikator keterampilan berpikir kreatif yang meliputi

kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), penguraian (elaboration). Pada saat

tes, masing-masing komponen keretampilan berpikir kreatif dibatasi waktu

tertentu, yaitu tes Kelancaran (fluency) diberikan waktu 3 menit untuk tiap

soalnya, tes Keluwesan (flexibility) diberikan waktu 5 menit untuk tiap soalnya,

dan tes Penguraian (elaboration) juga diberikan waktu 5 menit untuk tiap soalnya.

Tes ini juga diberikan dua kali selama penelitian, yaitu di awal sebelum

pemberian perlakuan (pre-test) dan di akhir setelah diberi perlakuan (post-test)

kemudian dianalisis peningkatan yang terjadi sebagai akibat dari pemberian

perlakuan, kemudian dibandingkan peningkatannya antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Soal keterampilan berpikir kreatif terdapat pada lampiran B.

3) Lembar Observasi

Lembar observasi diajukan sebagai pedoman untuk melakukan observasi

aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berbasis tantangan

berlangsung. Observasi difokuskan kepada keterlaksanaan pembelajaran berbasis

(23)

pembelajaran juga dilakukan terhadap kelas kontrol. Lembar observasi

pengelolaan pembelajaran terdapat pada lampiran B.

4) Angket

Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pandangan siswa

terhadap mata pelajaran fisika dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran

berbasis tantangan. Substansi pertanyaan pandangan siswa terhadap mata

pelajaran fisika terbagi ke dalam ketertarikan siswa dan anggapan tingkat

kesulitan terhadap mata pelajaran fisika, serta pandangan siswa terhadap materi

listrik dinamis. Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran berbasis tantangan

terbagi ke dalam substansi pertanyaan ketertarikan siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran berbasis tantangan dan manfaat pelaksanaan pembelajaran berbasis

tantangan. Sifat pernyataan yang terdapat dalam angket berupa penyataan positif

dan pernyataan negatif. Bentuk pernyataan siswa pada soal yang memiliki

substansi bersifat positif berupa pernyataan Sangat Setuju (SS; skor = 4), Setuju

(S; skor = 3), Tidak Setuju (TS; skor = 2), dan Sangat Tidak Setuju (STS; skor =

1). Sedangkan bentuk pernyataan siswa pada soal yang memiliki substansi bersifat

negatif berupa pernyataan Sangat Setuju (SS; skor = 1), Setuju (S; skor = 2),

Tidak Setuju (TS; skor = 3), dan Sangat Tidak Setuju (STS; skor = 4). Angket

tanggapan siswa terdapat pada lampiran B.

5) Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Kelompok berisi tujuan pembelajaran, alat dan bahan yang

digunakan, langkah percobaan, pertanyaan tentang suatu masalah yang diberikan

(24)

kepada siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan tantangan untuk diselesaikan

oleh siswa secara mandiri. LKK dan LKS terdapat pada lampiran A.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2)

tahap pelaksanaan, dan (3) pengolahan dan analisis data. Secara garis besar

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

(1) Tahap Persiapan

Terdapat beberapa hal yang dilaksanakan pada tahap persiapan, antara lain:

a) Studi pendahuluan, studi literatur, menganalisis metode pembelajaran dan

materi pelajaran.

b) Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti kemudian memformulasikan

dalam rumusan masalah.

c) Menggunakan metode penelitian quasi experimental atau eksperimen semu

dengan menggunakan desain ”pretest-posttest control group” (Sukmadinata,

2009:208).

d) Menentukan populasi dan sampel.

e) Merencanakan pembelajaran berbasis tantangan.

f) Menyiapkan perangkat pembelajaran, alat dan bahan yang diperlukan.

g) Menyusun instrumen.

h) Penilaian ahli (Expert Judgment) dilakukan dari tanggal 22 s.d. 27 april 2011

i) Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda instrumen,

(25)

(2) Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan

implementasi pembelajaran berbasis tantangan dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Pemberian tes awal (pre-test) untuk menganalisis penguasaan konsep dan

keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Tes awal

(pre-test) kelas eksperimen dilakukan pada tanggal 30 april 2011, sedangkan

pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 2 mei 2011.

b) Implementasi pembelajaran berbasis tantangan. Pembelajaran di kelas

eksperimen dilaksanakan pada tanggal 18, 23, 25 dan 26 mei 2011; sedangkan

pembelajaran di kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 18, 20, 25, dan 27

mei 2011.

c) Dilakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajara listrik dinamis

berbasis tantangan dan pembelajaran konvensional.

d) Pemberian tes akhir (post-test) untuk menganalisis peningkatan penguasaan

konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah mengikuti

pembelajaran. Post-test pada kelas eksperimen dilakukan pada tanggal 31 mei

2011 dan pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2011.

e) Pembagian angket guna menjaring tanggapan siswa terkait implementasi

pembelajaran berbasis tantangan. Data angket tanggapan siswa diambil pada

tanggal 30 mei 2011.

(3) Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini, penulis melakukan pengolahan data selama bulan juni

(26)

a) Pengolahan dan analisis data penguasaan konsep siswa pada tes awal, tes akhir

dan N-gain.

b) Pengolahan dan analisis data keterampilan berpikir kreatif siswa pada tes

awal, tes akhir dan N-gain.

c) Pengolahan dan analisis hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran.

d) Pengolahan dan analisis hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran

berbasis tantangan.

E. Validasi Instrumen

Data yang digunakan sebagai hasil dari sebuah penelitian hendaknya

merupakan data yang benar-benar terjaring dengan cara yang tepat. Untuk

menjaring data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, dibutuhkan sebuah

instrumen yang baik pula. Penjaringan data ini menggunakan instrument yang

standar atau yang telah distandardisasi. Instrumen yang baik umumnya memenuhi

kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya pembeda yang baik dan tingkat

kesukaran yang layak dan sesuai dengan jenjangnya. Untuk mendapatkan

instrumen yang memenuhi kriteria tersebut dibutuhkan uji coba instrument.

Namun sebelum dilakukan uji coba instrument, terlebih dahulu dilakukan validitas

melalui penilaian ahli (Expert Judgment). Penilaian ahli (Expert Judgment)

dilakukan dari tanggal 22 s.d. 27 april 2011. Penilaian ahli (Expert Judgment)

terhadap instrumen tes penguasaan konsep listrik dinamis dan keterampilan

berpikir kreatif dilakukan oleh tiga orang yang terdiri dari dua orang dosen

Universitas Muhammadiyah Metro (dosen A dan dosen B) dan seorang guru SMA

(27)

penilaian bahwa seluruh instrumen tes, baik tes penguasaan konsep listrik dinamis

dan tes keterampilan berpikir kreatif telah sesuai. Guru SMA N 5 juga telah

memberikan penilaian bahwa seluruh instrumen tes, baik tes penguasaan konsep

listrik dinamis dan tes keterampilan berpikir kreatif telah sesuai, namun

memberikan catatan yang disampaikan secara lisan bahwa materi jembatan

wheatstone tidak wajib disampaikan pada kelas X SMA karena kurang sesuai

dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga pada soal penguasaan

konsep nomor 26 dan 29, serta soal keterampilan berpikir kreatif pada aspek

berpikir luwes (flexibility) nomor 7 tidak perlu diujikan. Dosen B memberikan

penilaian bahwa sebagian besar instrumen tes, baik tes penguasaan konsep listrik

dinamis dan tes keterampilan berpikir kreatif telah sesuai dengan indikator tetapi

memberikan saran. Berbagai perbaikan baik konten maupun redaksional soal

berdasarkan saran yang telah digali dari hasil penilaian ahli telah dilakukan. Hasil

judgmen selengkapnya terdapat pada lampiran C.

(a) Validitas

Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Sukmadinata, 2009). Sebuah tes

dikatakan memiliki validitas yang baik apabila soal tes tersebut benar-benar dapat

mengukur hal yang ingin diukur. Validitas yang diukur adalah validitas item,

artinya mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk menguji

validitas tiap butir soal, skor-skor untuk setiap butir soal dikorelasikan dengan

(28)

Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran atau

korelasi dengan tes secara keseluruhan, sehingga untuk mendapatkan validitas

suatu butir soal dapat digunakan rumus korelasi. Salah satu persamaan yang dapat

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product

moment Pearson seperti berikut: (Arikunto, 2008: 72)

∑ ∑ ∑

∑ 2 ∑ 2 2 2 ... (3.1)

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X : Skor tiap butir soal (item)

Y : Skor total tiap butir soal

N : Jumlah siswa

Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Kategori validitas butir soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy < 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < rxy < 0,80 Tinggi (baik)

0,40 < rxy < 0,60 Cukup (sedang)

0,20 < rxy < 0,40 Rendah (kurang)

0,00 < rxy < 0,20 Sangat rendah (sangat kurang) (Sumber: Sudjana, 1996)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan

rumus berikut: (Sudjana, 1996)

... (3.2)

t : Daya Pembeda dari Uji-t

(29)

rxy : Koefisien korelasi

(b) Reliabilitas

Reliabilitas atau keajegan adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji

ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran

ke pengukuran lainnya. Suatu instrumen memiliki tingkat realibilitas yang

memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur

beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama (Sukmadinata, 2009). Koefisien

realibilitas tes dihitung dengan rumus : (Arikunto, 2008: 93)

11

2 1212

1 1212 ... (3.3)

r11 : Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan

1212 : Koefisien antara skor-skor setiap belahan tes

Harga dari 1

212 dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi

Product Moment Pearson. Interpretasi derajat realibilitas suatu tes menurut

Arikunto (2008) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori reliabilitas tes

Batasan Kategori

0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup (sedang)

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah (kurang)

r11 ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

(Sumber: Arikunto, 2008)

(c) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

(30)

1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu

sukar, sebaliknya soal dengan indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut

terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi symbol P (Proporsi) yang dihitung dengan

rumus: (Arikunto, 2008 : 207)

! #$ " ... (3.4)

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

[image:30.595.117.511.229.615.2]

Klasifikasi untuk indeks kesukaran terdapat pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Kategori tingkat kesukaran butir soal.

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 Soal Sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Soal Sedang

0,70 ≤ P < 1,00 Soal Mudah

(Sumber: Arikunto, 2008 : 207)

(d) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi (D). Indeks Daya pembeda untuk tes penguasaan konsep (pilihan

ganda) dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2008: 213)

%! "& #&

"'

#' !( !" ... (3.5)

Sedangkan untuk instrument tes keterampilan berpikir kreatif dihitung

(31)

%! ∑ & $). &

∑ '

$). ' ... (3.6)

Keterangan:

DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

+ = Jumlah skor kelompok atas

, = Jumlah skor kelompok bawah

-.= Skor Maksimum

+= Jumlah siswa pada kelompok atas

,= Jumlah siswa pada kelompok bawah

[image:31.595.116.516.148.650.2]

Kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 kategori daya pembeda butir soal

Batasan Kategori

Negatif Sangat buruk, harus dibuang

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang

0,20 < D ≤ 0,40 Sedang (satisfactory)

0,40 < D ≤ 0,70 Baik (good)

0,70 , D ≤ 1,00 Baik sekali (excellent)

(Sumber: Arikunto, 2008: 213)

F. Hasil Uji Coba Validasi Instrumen

Data hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

(32)
[image:32.595.108.517.138.623.2]

Tabel 3.6 Hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal penguasaan konsep listrik dinamis

No.

Soal Validitas Keterangan Signifikansi

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Soal yang dipilih Soal No

1 0.68 Tinggi Signifikan 0.563 0.625 √ 1

2 0.72 Tinggi Signifikan 0.125 0.25 √ 2

3 0.71 Tinggi Signifikan 0.563 0.75 √ 3

4 0.18 Sangat

Rendah

Tidak Signifikan

0.188 0

5 0.42 Cukup Signifikan 0.875 0.25 √ 4

6 0.57 Cukup Signifikan 0.094 0.188

7 0.41 Cukup Signifikan 0.469 0.313 √ 5

8 0.25 Rendah Tidak

Signifikan

0.9375 0.125

9 0.42 Cukup Signifikan 0.781 0.438 √ 6

10 0.60 Tinggi Signifikan 0.0625 0.125 7

11 0.37 Rendah Signifikan 0.219 0.188

12 -0.15 Sangat

Rendah

Tidak Signifikan

0.2188 -0.188

13 -0.31 Sangat

Rendah

Tidak Signifikan

0.2188 -0.313

14 0.60 Tinggi Signifikan 0.0625 0.125

15 0.29 Rendah Tidak

Signifikan

0.906 0.188 √ 8

16 0.42 Cukup Signifikan 0.719 0.313 √ 9

17 0.63 Tinggi Signifikan 0.594 0.688 √ 10

18 0.54 Cukup Signifikan 0.2813 0.3125 √ 11

19 0.67 Tinggi Signifikan 0.656 0.688 √ 12

20 0.81 Sangat

Tinggi

Signifikan 0.469 0.813 √ 13

21 0.46 Cukup Signifikan 0.094 0.063

22 0.47 Cukup Signifikan 0.406 0.438 √ 14

23 0.42 Cukup Signifikan 0.375 0.375 √ 15

24 0.77 Tinggi Signifikan 0.438 0.875 √ 16

25 0.07 Sangat

Rendah

Tidak Signifikan

0.656 -0.06

26 0.60 Tinggi Signifikan 0.0625 0.125

27 0.73 Tinggi Signifikan 0.563 0.75 √ 17

28 0.67 Tinggi Signifikan 0.156 0.313 √ 18

29 0.71 Tinggi Signifikan 0.125 0.25 √ 19

30 0.74 Tinggi Signifikan 0.406 0.688 √ 20

Reliabilitas soal = 0,42 dengan katagori sedang

Tabel 3.7 Hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal keterampilan berpikir kreatif

KBK No.

Soal Validitas Keterangan Signifikansi

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Soal yang dipilih F L U E N C Y

1 0.81 Sangat

Tinggi

Signifikan 0.614583 0.479167

2 0.79 Tinggi Signifikan 0.45833333 0.29166667

3 0.63 Tinggi Signifikan 0.40625 0.4375

[image:32.595.111.517.661.757.2]
(33)

KBK No.

Soal Validitas Keterangan Signifikansi

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Soal yang dipilih

5 0.76 Tinggi Signifikan 0.625 0.75

F L E X IB IL IT

Y 6 0.63 Tinggi Signifikan 0.40625 0.229167

7 #DIV/0! Tidak terlaksana karena waktu habis

0 0

8 0.62 Tinggi Signifikan 0.270833 0.375

9 0.69 Tinggi Signifikan 0.395833 0.291667

E L A B O R A T IO N

10 #DIV/0! Tidak terlaksana karena waktu habis

0 0

11 0.70 Tinggi Signifikan 0.34375 0.395833

12 0.68 Tinggi Signifikan 0.708333 0.361111

13 0.58 Cukup Signifikan 0.263889 0.138889

Reliabilitas soal = 0,52 dengan katagori sedang

Pelaksanaan uji coba untuk soal penguasaan konsep dilakukan pada saat

pulang sekolah sehingga soal telah dapat diujicobakan seluruhnya. Sedangkan

pelaksanaan uji coba soal keterampilan berpikir kreatif dilaksanakan pada saat

proses pembelajaran, karena jam pelajaran yang digunakan telah selesai namun uji

coba belum selesai sehingga terdapat dua soal yang tidak sempat diujicobakan,

yaitu soal keterampilan berpikir kreatif pada aspek flexibility no 2 dan elaboration

no 1.

Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran telah dipilih 20 soal penguasaan konsep antara lain soal nomor 1, 2, 3,

5, 7, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 27, 28, 29, dan 30. Sedangkan soal

keterampilan berpikir kreatif yang dipilih berjumlah 9 soal antara lain soal

berpikir lancar nomor 1,2, dan 4; soal berpikir luwes nomor 6,8, dan 9; soal

berpikir terperinci nomor 11, 12, dan 13. Adapun data hasil uji validitas,

(34)

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1) Jenis Data

Setelah model pembelajaran diimplementasikan, diperoleh sejumlah data

kuantitatif. Data kuantitatif berupa: skor tes awal, tes akhir, dan gain yang

dinormalisasi, serta hasil observasi pengelolaan pembelajaran.

2) Teknik Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan data primer hasil tes siswa

sebelum dan sesudah pembelajaran, dianalisis dengan cara membandingkan skor

tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan setelah pembelajaran

dihitung dengan rumus N-Gain oleh Hake:

/ 0 1 %345%345

)6

%3$75 %3$85

99 %3$85 ... (3.7)

Keterangan:

/ 0 1 : Normalized gain (gain ternormalisasi) / N-gain

/ : 1 : Average Gain

/ : 1.; : Maximum Average Gain

/ -< 1 : final (post) test (skor tes akhir)

/ -= 1: initial (pre) test (skor tes awal)

100 : Maximum score (skor maksimal ideal)

[image:34.595.113.512.228.628.2]

Kriteria perolehan skor <g> dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.8 Kategori Gain

Batasan Kategori

(<g>) ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ (<g>) < 0,7 Sedang

(35)

Nilai N-gain (<g>) yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat

peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik berupa

uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian data menggunakan

software SPSS19 for windows sebagai berikut :

a. Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov

Test. Hasil uji normalitas terdapat pada lampiran C.

b. Uji homogenitas varian data dengan Levene Test. Hasil uji homogenitas

terdapat pada lampiran C

c. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata penguasaan konsep dan

keterampilan berpikir kreatif dilakukan dengan analisis secara statistik

dengan menggunakan uji statistik non-parametrik (uji Mann-Whitney) karena

syarat homogenitas dan normalitas sebaran data tidak terpenuhi pada

masing-masing variabel.

d. Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi

(36)

H. Alur Penelitian

[image:36.595.103.518.170.657.2]

Alur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Penentuan Metode Penelitian, Populasi dan Sampel

Penyusunan Instrumen

Validasi (expert judgment), Analisis dan Revisi Instrumen

Tes Awal (Pre-Test)

Implementasi Pembelajaran

Berbasis Tantangan (CBL)

Tes Akhir (Post-Test)

Observasi

Pengolahan dan Analisis Data

KESIMPULAN

Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis

Tantangan (CBL) Menyusun Rencana

Pembelajaran Konvensional

Observasi Implementasi

Pembelajaran Konvensional

Tes Akhir (Post-Test) + Angket

Studi Pendahuluan

Studi Literatur Analisis model pembelajaran

(37)

121 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan pendekatan

Challenge based Learning dengan penggunaan pembelajaran konvensional dalam

meningkatkan penguasaan konsep listrik dinamis siswa.

2. Penerapan pendekatan Challenge based Learning secara signifikan dapat

lebih meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan

penggunaan pembelajaran konvensional.

3. Siswa merasa tertarik dan antusias serta merasakan adanya manfaat

terhadap pelaksanaan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan. Siswa

menunjukkan sikap yang positif terhadap penggunaan pendekatan Challenge

based Learning pada pokok bahasan Listrik Dinamis.

B. SARAN

Berdasarkan berbagai temuan dalam penelitian yang telah dilakukan, maka

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Tantangan (Challenge) yang dihadirkan kepada siswa dapat dikembangkan

lebih bervariasi dalam tindakan nyata (proyek-proyek yang langsung berkaitan

dengan permasalahan) maupun dengan berbantuan komputer (Multi Media

(38)

2. Solusi yang didapatkan dari pembelajaran berbasis tantangan hendaknya

dapat diterapkan baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan siswa

sehari-hari. Hasil yang didapatkan dari pembelajaran hendaknya dipublikasikan

tidak hanya kepada siswa di kelas dalam pembelajaran, melainkan juga kepada

seluruh warga sekolah dan masyarakat luas pada umumnya.

3. Dalam pembelajaran di kelas, hendaknya guru tidak hanya memperhatikan

aspek kognitif (prestasi akademik) siswa saja, melainkan juga guru melatih siswa

pada keterampilan berpikir kreatif karena keterampilan berpikir kreatif

(kreativitas) juga dibutuhkan baik dalam pembelajaran pengetahuan (konsep)

(39)

123

DAFTAR PUSTAKA

_________ (2009). Challenge-Based Learning Cupertino, California: Apple,

Inc.

_________.(2009). Expedition Challenge Based Learning.

Ak.noglu, Orhan and Ruhan Özkardes Tandogan. 2007. The Effects of

Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education, 2007, 3(1), 71-81

Amin, M. 1994. Mengajar Ilmu pengetahuan Alam dengan Metode Discovery

and Inquiry. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., dan Bloom, B.S.(2001). A Taxonomy for

Learning, Teaching and Assesing. New York: Longman

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi).

Jakarta: Bumi Aksara.

Awang , Halizah and Ishak Ramly. 2008. Creative Thinking Skill Approach

Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom. International Journal of Social Sciences 3;1 ©

www.waset.org Winter 2008

Baharuddin.(1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan

Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Baloian, Nelson, Henning Breuer, Kay Hoeksema, Ulrich Hoppe, Marcelo

Milrad. ---. Implementing the Challenge Based Learning in Classroom

Scenarios. Tersedia:

http://www.collide.info/Members/admin/publications/Implementing_CBL

(40)

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Isi, Standat Kelulusan.

Jakarta: Depdiknas.

Costa, A. (1989). Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking.

Viginia: Association For Supervision and Curriculum Development.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. (2008) Strategi pembelajaran MIPA. Jakarta: Direktorat Tenaga

Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan

Hake, Richard R. (___). Analyzing Change/Gain Scores. Dept. of Physics,

Indiana University.

http: adiwarsito.files.wordpress.com/2009/10/listrik-dinamis.doc

http://en.wikipedia.org/wiki/Ohm%27s_law

http: idahariyanti.student.fkip.uns.ac.id/files/2009/12/SBM-TGL-7.docx.doc

Johnson, Laurence F.; Smith, Rachel S.; Smythe, J. Troy; Varon, Rachel

K. 2009. Challenge-Based Learning: An Approach for Our Time.

Austin, Texas: The New Media Consortium.

Lawson, AE. 1980. A theory of Teaching for Conceptual Understanding,

Rational Thought and creativity, in A.E. Lawson (ed). 1980. Aets. Yearbook the Psicology of Teaching for Thinking and Creativity. Ohio:

Clearinghouse. 104–149.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk

Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam

Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian

Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002.

Bandung : FMIPA UPI.

Liliasari, dkk 1999. Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian, Bandung: FMIPA IKIP

(41)

Liu, Min. 2005. Motivating Students Through Problem-based Learning.

University of Texas – Austin.

Munandar, Utami. (2009) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Novak, J.D. 1979. Meaningful Reseption Learning As a Basic Rational

Thinking. In A.E. Lawson (ed). 1980 AETS Yearbook. The Psychology Of Teaching for Thinking and creativity. Ohio: Clearninghouse. 192-224.

Orme, Geoff. (2010). Creativity in the Learning Commons: Supporting the

Development of Student Creativity Through the School Library Program.

DEPARTMENT OF ELEMENTARY EDUCATION. UNIVERSITY OF

ALBERTA.

Paul, Richard, Linda Elder. (___). Critical and Creative Thinking.

Poedjiadi, Anna. 2001. Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung:

Yayasan Cendrawasih.

Rochmad. 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif Dalam

Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme. Tersedia:

http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-deduktif.html

Sanjaya, Wina. 2006. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sidharta Arief. 2003. Model pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium

sebagai wahana pendidikan siswa SMP pada materi asam basa garam. Tesis UPI. Tidak dipublikasikan.

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,

Taktik, dan Model Pembelajaran. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

(42)

Supriadi, D. 2001. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek.

Bandung: Alfabeta.

Surapranata, Sumarna. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi

Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 2004. Fisika Universitas/Edisi

Kesepuluh/Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Warpala, I Wayan Sukra. (___).Pendekatan Pembelajaran Konvensional.

Tersedia:

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Pendekatan
Gambar 2.1 Challenge Based Learning (CBL) .........................................................
Tabel 3.1 Desain penelitian Perlakuan
Tabel 3.2 Kategori validitas butir soal Kategori Sangat tinggi (sangat baik)
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengannya ketika ia masih menjadi pengajar di Departemen Ilmu Politik, Universitas Chicago. Menjelang tahun 1940an, tepatnya tahun 1939, politik dunia kian memanas. Perang Dunia

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

[r]

Efektivitas Metode Stad Dalam Pengajaran Sakubun Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu.. 63

Ada beberapa faktor teknis yang perlu diperhatikan dalam memilih perangkat lunak, yaitu (1) apakah perangkat lunak tersebut dapat melakukan sejumlah fungsi yang diperlukan dalam

Seperti yang saya bilang tadi, ada dosen dari luar pulau yang menghubungi kami untuk meminjam buku yang ada diperpustakaan, terus kami sistem portal sehingga pengguna

(2) There is a difference in student learning outcomes between students who use the media articulate storyline based presentations with students who use the media-based

Dimana, back scattering technique merupakan pengukuran dengan daya hambur balik, pada metode ini cahaya dimasukkan kedalam salah satu ujung serat yang akan diukur, alat ukur