• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA KE DALAM FILM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA KE DALAM FILM."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA

KE DALAM FILM

(KAJIAN SASTRA BANDINGAN)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana sastra

Reslyana Malida S.

0907001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

Tranformasi Novel Pintu Terlarang

Karya Sekar Ayu Asmara ke dalam Film

(Kajian Sastra Bandingan)

Oleh

Reslyana Malida S.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Reslyana Malida 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Transformasi Novel Pintu

Terlarang Karya Sekar Ayu Asmara ke dalam Film” adalah karya saya sendiri. Skripsi ini benar

-benar murni hasil penelitian dan penyusunan penulis dan hanya mengutip beberapa teori yang

dianggap cocok dan relevan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk menegaskan bahwa

karya penulis bukan hasil plagiarisme.

Bandung, Agustus 2013

(4)

ABSTRAK

TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA KE DALAM FILM

Oleh

RESLYANA MALIDA S. NIM 0907001

Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan penulis mengenai transformasi novel Pintu Terlarang ke dalam film yang mengangkat genre thriller psikologis yang di Indonesia sendiri masih jarang karya sastra dan karya seni yang mengangkat genre tersebut. Berdasarkan keingintahuan penulis mengenai hal tersebut, maka penulis merumuskan tiga permasalahan pokok pada penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?, (2) Bagaimana proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?, dan (3) Bagaimana strategi ekranisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?

Penelitian menggunakan teori A. Teeuw tentang struktural sebagai landasan teori dan menitikberatkan pada perubahan struktur cerita yaitu tema, tokoh dan latar dari novel ke film untuk mengetahui hubungan intratekstual pada kedua objek tersebut. Namun untuk mengkaji struktur novel dan film Pintu Terlarang, penulis menggunakan teori analisis struktur A.J. Greimas yaitu menggunakan skema aktan dan model fungsional untuk mengetahui alur cerita. Untuk memecahkan permasalahan yang penulis analisis menggunakan metode deskriptif komparatif dengan cara menguraikan dan membandingkan, sedangkan teknik yang digunakan penulis dalam mengkaji skripsi ini adalah studi pustaka dan pengolahan data.

(5)

DAFTAR ISI

2.1.2.2.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan ………...12

2.1.2.2.2 Tokoh Protagonis dan Antagonis ………..…..12

2.1.2.2.3 Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat ………..…...13

2.1.2.3 Latar ………...13

2.1.2.3.1 Latar Tempat ………13

(6)

2.1.2.3.3 Latar Sosial ………..14

3.4 Teknik Analisis Data ………...27

3.4.1 Langkah-Langkah Penelitian ………...27

IV. ANALISIS STRUKTUR, INTRATEKSTUAL, PROSES REAKTUALISASI, DAN EKRANISASI 4.1 Analisis Struktur Novel Pintu Terlarang ………29

4.1.1 Sinopsis Novel Pintu Terlarang ………29 4.1.2 Analisis Skema Aktan dan Model Fungsional ………...31

4.1.3 Kuantitas Aktan ………...57

4.1.4 Unsur Cerita Novel Pintu Terlarang ……….57

4.1.4.1 Tokoh………..………...57

4.1.4.2 Latar ………...64

(7)

4.1.4.4 Tema ………...70

4.2 Analisis Struktur Film Pintu Terlarang ………..71

4.2.1 Sinopsis Film Pintu Terlarang ……….…….71

4.2.2 Analisis Aktan dan Model Fungsional ………..72

4.2.3 Kuantitas Aktan ………...94

4.2.4 Unsur Cerita Film Pintu Terlarang ………...94

4.2.4.1 Tokoh………...………...94

4.2.4.2 Latar ………...97

4.2.4.3 Konflik ………...…….100

4.2.4.4 Tema ………...101

4.3 Analisis Proses Reaktualisasi Film Pintu Terlarang ………...101

4.3.1 Proses Reaktualisasi Alur ………...103

4.3.2 Proses Reaktualisasi Tokoh dan Penokohan ………...111

4.3.3 Proses Reaktualisasi Latar ………...117

4.3.4 Proses Reaktualisasi Konflik ………...118

4.3.5 Proses Reaktualisasi Tema ………..122

4.4 Streategi Ekranisasi pada Novel dan Film Pintu Terlarang ……….125

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………...127

5.2 Saran ………..128

DAFTAR PUSTAKA ……….129

LAMPIRAN ………...131

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Model Fungsional...17

Tabel 4.1 Proses Reaktualisasi Alur ...103

Tabel 4.2 Proses Reaktualisasi Tokoh dan Penokohan ...111

Tabel 4.3 Proses Reaktualisasi Latar ...117

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema Aktan A.J Greimas ...16

Bagan 3.1 Alur Penelitian ……..………...28

Bagan 4.1 Proses Skema Aktan Utama ..………...31

Bagan 4.2 Aktan 1 Novel Pintu Terlarang …...32

Bagan 4.3 Aktan 2 Novel Pintu Terlarang...33

Bagan 4.4 Aktan 3 Novel Pintu Terlarang...35

Bagan 4.5 Aktan 4 Novel Pintu Terlarang...36

Bagan 4.6 Aktan 5 Novel Pintu Terlarang...38

Bagan 4.7 Aktan 6 Novel Pintu Terlarang...39

Bagan 4.8 Aktan 7 Novel Pintu Terlarang ...41

Bagan 4.9 Aktan 8 Novel Pintu Terlarang...43

Bagan 4.10 Aktan 9 Novel Pintu Terlarang …...44

Bagan 4.11 Aktan 10 Novel Pintu Terlarang …...45

Bagan 4.12 Aktan 11 Novel Pintu Terlarang ……...47

Bagan 4.13 Aktan 12 Novel Pintu Terlarang...48

Bagan 4.14 Aktan 13 Novel Pintu Terlarang …...49

Bagan 4.15 Aktan 14 Novel Pintu Terlarang …...50

Bagan 4.16 Aktan 15 Novel Pintu Terlarang …...51

Bagan 4.17 Aktan 16 Novel Pintu Terlarang ……..………...53

Bagan 4.18 Aktan Utama Novel Pintu Terlarang ……..………...55

Bagan 4.19 Aktan 1 Film Pintu Terlarang ……..………...72

Bagan 4.20 Aktan 2 Film Pintu Terlarang ……..………...74

Bagan 4.21 Aktan 3 Film Pintu Terlarang ……..………...75

Bagan 4.22 Aktan 4 Film Pintu Terlarang ……..………...77

Bagan 4.23 Aktan 5 Film Pintu Terlarang ……..………...79

Bagan 4.24 Aktan 6 Film Pintu Terlarang ……..………...80

Bagan 4.25 Aktan 7 Film Pintu Terlarang ……..………...81

(10)

Bagan 4.27 Aktan 9 Film Pintu Terlarang …….…...84

Bagan 4.28 Aktan 10 Film Pintu Terlarang …….…...85

Bagan 4.29 Aktan 11 Film Pintu Terlarang …….…...87

Bagan 4.30 Aktan 12 Film Pintu Terlarang …….…...88

Bagan 4.31 Aktan 13 Film Pintu Terlarang …….…...89

Bagan 4.32 Aktan 14 Film Pintu Terlarang …….…...91

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Pengesahan Judul ………...132

Lampiran 2 Cover Novel Pintu Terlarang………...134

Lampiran 3 Poster Film Pintu Terlarang………..135

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Karya sastra sudah mulai berkembang dan kesusastraan tidak hanya terpacu pada teks

sebuah karya sastra memunculkan kembali karya sastra berbentuk lain namun bisa

dikembangkan menjadi sebuah karya seni lain, misalnya dari sebuah cerpen ditransformasikan

menjadi sebuah drama, novel ditransformasikan menjadi sebuah film, puisi ditransformasikan

menjadi sebuah musikalisasi puisi dan lain-lain. Salah satunya yang kini sangat diminati oleh

masyarakat adalah novel yang ditransformasikan menjadi sebuah film. Fenomena tersebut kini

menjadi trenddi kancah perfilman Indonesia.

Fenomena mengenai novel yang difilmkan kini semakin meningkat di kalangan

masyarakat. Hal ini menimbulkan rasa penasaran pembaca, apakah novel yang difilmkan akan

sama dengan isi novelnya atau tidak. Fenomena ini terjadi karena kesuksesan sebuah novel yang

berhasil diminati oleh masyarakat luas dan biasanya mengalami cetakan ulang hingga

berkali-kali sehingga membuat produser film tertarik untuk melayarputihkan novel tersebut dengan

berbagai tujuan, yaitu merealisasikan imajinasi pembaca hingga ingin mengulang kesuksesan

dari novel tersebut.

Film yang diadaptasikan dari sebuah novel menimbulkan berbagai respon dari pembaca.

Ada beberapa pembaca dengan respon positif yaitu merasa puas setelah menonton film yang

dialihwahanakan karena isi film sesuai dengan isi novel ataupun isi film sesuai dengan imaji

pembaca dan ada pula respon negatif yaitu kekecewaan yang ditimbulkan karena tidak sesuai

dengan imaji pembaca.

Karya yang mengalami alih wahana dari sebuah novel menjadi sebuah film akan berbasis

pada script atau skenario. Menurut Lutters (2004: 90), skenario adalah naskah cerita yang sudah

lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang dan siap digarap dalam bentuk visual.

Damono (2012: 102) menjelaskan pula bahwa skenario adalah titik pertemuan sekaligus titik

perpisahan antara sastra dan film. Sutradara tidak bisa tunduk pada prinsip-prinsip sastra sebab ia

(13)

2

Novel yang dialihwahanakan menjadi sebuah film disebut dengan istilah ekranisasi

sedangkan deekranisasi merupakan kebalikan dari ekranisasi, yaitu film yang dialihwahanakan

menjadi sebuah novel.

Menurut Pujiati (2009: 76), transformasi dari dua dunia yang berbeda (antara bahasa dan

audio-visual) membawa perubahan-perubahan menggiring konsep ekranisasi sebagai sebuah

proses perubahan. Perubahan dalam proses alih wahana ini tentu akan ada perbedaan dalam segi

tema, cerita, tokoh, alur, setting dan lain-lain dan yang membedakannya jika film berbicara

melalui gerak sedangkan novel berbicara melalui teks. Perubahan yang akan muncul dalam

ekranisasi yaitu terjadi penciutan, penambahan (perluasan), dan variasi transformasi.

Jika terjadi suatu perbuahan dalam proses ekranisasi merupakan hal yang sangat wajar

dikarenakan novel merupakan hasil kreasi satu atau dua orang penulis yang mengkreasikan

karyanya di atas kertas dan menjadikannya sebuah novel sedangkan dalam penggarapan film

merupakan hasil pemikiran dan kreasi bersama sehingga bisa menimbulkan berbagai macam ide

dan konsep dalam pelayarputihan sebuah novel menjadi sebuah film.

Karya sastra yang mengalami proses ekranisasi menjadi sebuah film diantaranya novel

Dealova (Dyan Nuranindya), Laskar pelangi, Sang Pemimpi (Andrea Hirata), Surat Kecil untuk

Tuhan (Agnes Danovar), Jomblo (Aditya Mulya), Cintapucinno (Icha Rachmanti), Pintu

Terlarang (Sekar Ayu Asmara), Negeri 5 Menara (A. Fuadi), Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta

Bertasbih (Habibburahman El Syihrazi), Perahu Kertas, Rectoverso, Madre(Dewi Lestari),

Testpack (Ninit Yunita), 5 Cm (Donny Dhirgantoro), Waktu Aku sama Mika (Indi), Kata Hati

(Bernard Batubara), 9 Summers 10 Autumn (Iwan Setyawan), Kambing Jantan, Cinta

Brotosaurus (Raditya Dika) dan lain-lain.

Salah satu novel yang difilmkan dari penulis Indonesia adalah novel yang bergenre

thriller psikologis karya Sekar Ayu Asmara yang berjudul Pintu Terlarang. Novel ini terdiri dari

264 halaman dan diterbitkan oleh penerbit PT. Andal Krida Nusantara pada tahun 2004

kemudiandicetak ulang pada April 2005. Kemudian diterbitkan ulang oleh PT. Gramedia Pustaka

Utama pada tahun 2009 dan dicetak ulang pada tahun 2012. Novel ini ditransformasikan menjadi

sebuahfilmyang disutradari olehJoko Anwardengan judul yang sama yang dirilis pada 22 Januari

2009.

(14)

3

diminati oleh masyarakat luas. Film yang dirilis tahun 2009 ini diperankan oleh Fahri Albar

sebagai Gambir, Marsha Timothy sebagai Talyda, Ario Bayu sebagai Dandung, Otto Djauhari

Rio, Tio Pakusadewo sebagai Koh Jimmy, Henidar Amroe sebagai Menik Sasongko dan Atiqah

Hasiholan sebagai resepsionis Herosase.

Dalam novel Pintu Terlarang ini terbagi atas tiga cerita. Masing-masing berkaitan pada

akhirnya dan ditulis secara silih berganti. Cerita pertama menceritakan rentang masa kecil

Gambir yang membunuh kedua orangtuanya karena ia sering dianiaya secara fisik dan psikis

oleh kedua orangtuanya. Cerita kedua, menceritakan Gambir yang merupakan seorang pematung

yang sukses dengan patung wanita hamil dan ia menggunakan janin asli dalam karyanya

termasuk janin istrinya. Talyda seorang istri dari Gambir yang berselingkuh dengan orang-orang

terdekat Gambir, ia melakukan hal tersebut karena permintaan dari ibu Gambir yang tak

menginginkan cucu dari Gambir. Cerita ketiga menceritakan tentang seorang wartawan bernama

Ranti yang meliput mengenai kisah kehidupan Gambir yang merupakan korban dari kekerasan

rumahtangga dan ia memiliki kekasih bernama Dion yang ternyata merupakan pelaku dari

kekerasan rumahtangga.

Genre psikologis merupakan ciri khas dari setiap karya dari penulis Sekar Ayu Asmara.

Di dalam setiap karyanya, ia memunculkan unsur-unsur mengenai kejiwaan dan khayalan sang

tokoh utama. Pada novelPintu Terlarang, ia menggambarkan tokoh Gambir sebagai anak yang

trauma dengan kekerasan rumahtangga hingga ia membunuh kedua orangtuanya dan mengalami

gangguan kejiawaan sehingga ia masuk ke rumah sakit jiwa dan Gambir menghabiskan sisa

hidupnya dengan berkhayal seakan semua benda yang ada didekatnya bisa berbicara dengannya

dan membuatnya seakan-akan menjadi diri seseorang lain yang pada khayalan Gambir, jika ia

akan menemukan pintu terlarang maka khayalannnya akan berakhir dan ia akan berteriak

kesakitan lalu melanjutkan khayalannya menjadi tokoh lain.

Karya-karya yang bergenre thriller pskilogis (Psychological Thriller) memiliki elemen

thriller yang menitikberatkan pada tekanan psikologis yang dihadapi masing-masing karakter.

Film-film bergenre ini biasanya berjalan lebih lambat dan melibatkan banyak pengembangan

karakter tokoh-tokoh dan alur cerita yang penuh kejutan. Film thriller psikologis banyak

terpengaruh oleh budaya pop sehingga terdapat beberapa scene yang menakutkan dan menjijikan

(15)

4

Novel dan film Pintu Terlarang merupakan karya yang menarik untuk menjadi objek

penelitian karena kedua karya tersebut mengangkat genre thriller psikologis yang di Indonesia

sendiri masih jarang karya sastra dan karya seni yang mengangkat genre tersebut. Novel-novel di

Indonesia didominasi dengan novel-novel populer seperti teenlit, chicklit, metropop, ispolit dan

lain-lain, begitu juga dengan film. Film karya sineas Indonesia memang sudah banyak

mengalami kemajuan dari segi genre, ide cerita, efek dalam pengeditan film dan lain-lain.Namun

minat masyarakat Indonesia masih kurang tertarik dengan genre thriller psikologis. Hal ini

disebabkan oleh maraknya film-film horor yang memiliki kemiripan dengan thriller psikologis

yang mencampurkan unsurseksualitas dalam film tersebut sehingga masyarakat Indonesia yang

lebih menyukai film bergenre thriller psikologis buatan Hollywood seperti Saw yang sukses

dirilis hingga Saw 7. Selain itu, novel-novel bergenre thriller psikologis yang ditulis oleh penulis

Indonesia pun belum banyak yang mengalami proses ekranisasi.

Ekranisasi atau pelayarputihan novel menjadi film berhubungan dengan daya kreativitas

sang sutradara atau penulis yang mengubah suatu karya genre lain. Banyak cerpen, novel, naskah

drama yang diubah menjadi sebuah film.Banyak pula penonton yang kecewa dikarenakan novel

berbeda dengan film yang telah mengalami pelayarputihan dari sebuah novel. Menurut

Simbolon, (dalam Saputra, 2009: 45), tidak dipungkiri bahwa novel yang diekranisasi ke dalam

film berpotensi untuk berkembang, melenceng atau melebar.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian mengenai transfomasi sebuah karya yang

relevan dengan penelitian penulis sebelumnya pernah dilakukan oleh Dina Intania Putri pada

tahun 2006 dengan judul penelitian Transformasi Aspek Cerita Cerpen “Tentang Dia” Karya

Melly Goeslow ke dalam Skenario Film. Hal ini dilakukan untuk menghindari penjiplakan.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek kajian perbandingan.

Padapenelitian terdahulu meneliti tentang cerpen yang ditransformasikan ke dalam sebuah

skenario film sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang sebuah novel yang

ditransformasikan menjadi sebuah film. Selain itu, pada rumusan masalah di penelitian

sebelumnya membahas mengenai hubungan intratekstual, hubungan intertekstual dan

transformasi yang terdapat pada cerpen dan skenario film Tentang Dia, sedangkan rumusan

masalah pada penelitian ini menjelaskaan tentang hubungan intratekstual, proses reaktualisasi

(16)

5

psikologi sastraoleh Ari Astuti pada tahun 2005 dan Kepribadian Tokoh Utama pada Novel

“Pintu Terlarang” Karya Sekar Ayu Asmara Melalui Pendekatan Psikologi Kepribadian

Sigmund Freud oleh N. Rachmah pada tahun 2011.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi masalah, peneliti akan mencoba membatasi masalah agar tidak terjadi

penyimpangan serta agar tidak keluar dari masalah sebenarnya. Batasan masalah dalam

penelitian ini yaitu proses transformasi dari novel ke dalam film yang menyoroti aspek cerita

yang dibatasi oleh perubahan struktur (tokoh, latar, konflik dan tema) serta hubungan

intratekstual, proses reaktualisasi dan stategi ekranisasi kedua karya ini.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dijabarkan

dalam bentuk pertanyaan analisis sebagai berikut:

1. Bagaimana unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu

Terlarang?

2. Bagaimana proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?

3. Bagaimana strategi ekranisasi padanovel Pintu Terlarang menjadi film Pintu Terlarang?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian dijabarkan

sebagai berikut:

1. Mengetahui unsur-unsur intratekstual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu

Terlarang

2. Mengetahui proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang

3. Mengetahui strategi ekranisasi pada novel Pintu Terlarang menjadi film Pintu Terlarang

1.5Manfaat Penelitian

(17)

6

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan film dan transformasi sastra,

khususnya tentang ekranisasi. Peneliti berharap pengetahuan di bidang ini akan

bermanfaat di dalam maupun di luar jalur akademis.

2. Bagi bidang sastra, penelitian ini diharapkan mampu ‘melahirkan’ penelitian mengenai

ekranisasi.

3. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan menjadi acuan atau motivasi bagi peneliti

yang akan meneliti tentang sastra bandingan dan ekranisasi selanjutnya.

1.6Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian merupakan suatu penjelasan mengenai uraian bab-bab yang akan

disajikan dalam skripsi. Isi dari sistematika penelitian diikuti dengan penjelasan singkat isi

materi yang dibahas dalam bab tersebut.

Pada bab 1 meliputi penjelasan mengenai latar belakang, pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Pada bab 2 menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan kajian yaitu mengenai

transformasi aspek cerita dan objek kajiannya yaitu novel dan film Pintu Terlarang. Disamping

itu juga dapat dijelaskan mengenai berbagai pendapat yang berhubungan dan benar-benar

bermanfaat sebagai bahan untuk melakukan analisis terhadap kajian yang dijelaskan pada bab 4.

Bab 3 menjelaskan secara sederhana langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan.

Dalam bab ini terdiri dari metode penelitian yang mencakup bagian dari pendekatan penelitian,

sumber data, teknik pengolahan data, serta langkah-langkah pebelitian yang akan dijelaskan

dengan berupa bagan.

Bab 4 ini merupakan inti dari keseluruhan penelitian yaitu analisis kajian transformasi

aspek cerita yang terdapat dalam novel dan film Pintu Terlarang. Dalam bab ini dijelaskan

mengenai penulis novel dan film Pintu Terlarang beserta karya-karyanya, analisis struktur novel

dan film Pintu Terlarang, proses reaktualisasi dan strategi ekranisasi yang terdapat dalam kedua

objek penelitian tersebut. Bab ini merupakan hasil penelitian yang sumber datanya akan diolah

dan dianalisis hasil penelitian dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

dikemukakan di bab 1.

(18)

22

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian tentang transformasi, penulis menggunakan teori A. Teeuw tentang

struktural sebagai landasan teori dan menitikberatkan pada perunahan struktur cerita yaitu tema,

tokoh dan latar dari novel ke film.

Analisis struktural bertujuan membongkar memaparkan dengan cermat keterikatan semua anasir karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis struktural bukanlah penjumlahan anasir-anasirnya., melainkan yang penting adalah sumbangan apa yang diberikan oleh semua anasir pada keseluruhan makna dalam keterikatan dalam keterjalinan. (Teeuw, 1984: 135-136).

Analisis struktur karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan

mendeskripsikan hubungan antar unsur yang ada di dalamnya diantaranya mengidentifikasikan

keadaan peristiwa, plot, latar, tokoh, konflik dan lainnya. Analisis struktural dapat berupa kajian

yang menyangkut relasi.

Fenomena mengenai ekranisasi atau pelayarputihan sebuah karya sastra memang

mengembangkan kreativitas sebuah karya seni dan karya sastra. Kini banyak karya sebuah sastra

yang dengan sengaja mengubah suatu karya ke bentuk karya lain namun ada pula yang tidak

dengan sengaja mengubah suatu karya ke bentuk karya lain.

Fenomena tersebut berhubungan dengan daya kreativitas sang sutradara atau penulis yang

mengubah suatu karya genre lain. Banyak cerpen, novel, naskah drama yang diubah menjadi

sebuah film. Banyak pula penonton yang kecewa dikarenakan novel berbeda dengan film yang

telah mengalami pelayarputihan dari sebuah novel. Menurut Simbolon, (dalam Saputa, 2009:

45), tidak dipungkiri bahwa novel yang diekranisasi ke dalama film berpotensi untuk

berkembang, melenceng atau melebar.

Menurut Arikunto (1998: 151), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya seperti pada umumnya, metode yang

digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada model metode penelitian dapat disesuaikan

berdasarkan pada satu objek atau ilmu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode deskriptif komparatif. Menurut Ratna (2004: 53), metode penelitian dapat

(19)

23

penelitian ini novel dan film Pintu Terlarang diuraikan dengan cara menganalisisnya lalu

membandingkan kedua objek tersebut agar bisa diketahui persamaan dan perbedaan dalam

transformasi kedua objek tersebut.

3.2 Sumber data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Novel Pintu Terlarang, novel Pintu Terlarang ini menjadi sumber data primer. Novel ini

ditulis oleh Sekar Ayu Asmara. Novel ini diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama

pada tahun 2009 dan dicetak ulang pada Mei 2012.

2. DVD film Pintu Terlarang, DVD Pintu Terlarang menjadi sumber data Primer karena

bisa diputar berulang-ulang untuk kajian penelitian.

Teks hipogram pada penelitian ini adalah novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu

Asmara yang berhasil dicetak ulang sebanyak 2 kali. Hal ini dilakukan karena novel tersebut

kemudian bertransformasi ke media lain menjadi sebuah skenario film yang ditulis oleh Joko

Anwar kemudian bertransformasi kembali menjadi sebuah film dengan judul yang sama dan

disutradarai pula oleh Joko Anwar. Hal ini membuat penulis tertarik untuk kemudian meneliti

bagaimana transformasi yang terjadi pada hipogramnya, mengingat kedua pengarang tersebut

adalah orang yang berbeda.

3.3 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kajian studi pustaka.

Teknik ini mencari data-data yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilaksanakan. Kajian

studi pustaka dilakukan agar penelitian lebih terarah dengan cara mengumpulkan data-data yang

relevan. Selain itu bahan pustaka hasil pengamatan, pemikiran, serta data-data dari media cetak

dan elektronik lainnya turut membantu dalam penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Ada beberapa teknik pengolahan data dalam penelitian ini, sehingga dapat disimpulkan

(20)

24

1. Novel dan film Pintu Terlarang dianalisis strukturnya berupa aspek cerita dengan

menggunakan skema aktan dan model fungsional.

2. Kemudian kedua karya tersebut dibandingkan dengan proses reaktualisasi

3. Kesimpulan dari teknik pengolahan data tersebut akan mendapatkan hasil strategi

ekranisasi yang terdapat dalam novel dan film Pintu Terlarang.

3.4.1 Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini menganalisis perbandingan dua buah karya sastra dan seni yang berbeda

genre. Setelah menganalisis kemudian penulis menginterprestasikannya untuk menjawab pokok

permasalahannya.

1. Analisis Hubungan Intratekstual

Penulis menganalisis struktur teks dari novel dan film Pintu Terlarang untuk mengetahui

perbandingannya. Unsur-unsur intratekstual yaitu aspek cerita yang meliputi tokoh dan

penokohan, latar, konflik dan tema.

2. Analisis Proses Reaktualisasi

Proses reaktuliasasi dengan mengategorikan hasil transformasi yang terjadi pada novel

dan film Pintu Terlarang yaitu pada unsur cerita pada novel dan film terdiri diri tokoh

dan penokohan, latar, konflik dan tema setelah menganalisis struktur dan mengetahui

perbedaan dan persamaan yang dibuat dengan sengaja dari kedua karya tersebut.

3. Analisis Strategi Ekranisasi

Analisis ini menjelaskan strategi ekranisasi apa yang digunakan oleh novel dan film Pintu

Terlarang. Tiga strategi tersebut, yaitu mengikuti buku (novel), mengambil

konflik-konflik penting, atau membuat cerita baru.

1. Unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu

Terlarang

(21)
(22)

117

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada bab ini, peneliti akan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah.

Berikut uraian simpulan dari penelitian mengenai transformasi novel Pintu Terlarang ke dalam

sebuah film:

1. Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa transformasi novel Pintu Terlarangke dalam

film terdapat beberapa perbedaan, yaitu pada aktan pokok dan aktan tambahan. Namun,

pada skema aktan utama yang merupakan kristalisasi dari aktan pokok memiliki persamaan

pada aktan subjek, objek, penerima dan penolong. Pada aktan penentang terdapat

perbedaan. Pada novel Pintu Terlarang, aktan penolong terdiri atas pintu terlarang, Prof.

Roekmantoro, Ranti, Dion, petugas RSJ dan riset artikel Ranti. Pada film Pintu Terlarang

yang menjadi penolong adalah pintu terlarang, Ranti, dan petugas Herosase. Hubungan

intratekstual yang terjadi pada kedua objek penelitian ini meliputi analisis unsur cerita pada

novel dan film Pintu Terlarang yang terdiri atas analisis tokoh dan penokohan, latar,

konflik dan tema. Hubungan intratekstual antara novel dan film Pintu

Terlarangmenunjukkan persamaan dan perbedaan unsur-unsur cerita pada kedua karya

tersebut. Persamaan yang paling menonjol terdapat pada bagian konflik. Persamaan konflik

pada novel dan film Pintu Terlarang, yaitu mengenai misteri di balik pintu terlarang yang

Talyda sembunyikan dari Gambir. Talyda akan marah jika Gambir mencari tahu atau

menceritakan mengenai pintu terlarang pada siapapun. Pernbedaan yang paling menonjol

pada bagian latar. Pada novel tidak diceritakan mengenai keberadaan Herosase, sedangkan

dalam film Herosase merupakan latar tempat yang keberadaannya sangat penting pada

cerita tersebut.

2. Proses reaktualisasi atau pengubahan unsur cerita dilakukan secara sengaja oleh sutradara

dan penulis skenario. Film Pintu Terlarang mengalami proses reaktualisasi yang meliputi

proses reaktualisasi alur, tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema. Pada novel Pintu

Terlarang memiliki tiga cerita dengan konflik yang berbeda namun tetap bekaitan,

(23)

118

sehingga kemunculan tokoh lain seperti tokoh Gambir kecil dan Ranti tidak mendominasi.

Tokoh Gambir kecil muncul pada pertengahan dan akhir cerita dan tokoh Ranti muncul

pada akhir cerita.

3. Strategi ekranisasi dari novel ke film Pintu Terlarang menggunakan strategi pemfokusan

pada konflik-konflik penting yang menonjol dalam cerita pada novel tersebut dengan

harapan dapat dikembangkan sesuai konteksnya. Jika melalui mekanisme tafsir visual, transformasi pada kedua objek penelitian ini termasuk pada “sekreatif mungkin” karena Sekar Ayu Asmara sebagai penulis novel Pintu Terlarang memercayakan sepenuhnya

proses ekranisasi pada Joko Anwar sebagai penulis skenario dan sutradara.

5.2 Saran

Dari hasil tinjauan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian sebagai kajian awal untuk

meneliti aspek lain misalnya dari segi sudut pandang, segi ikonitas ataupun dari segi

psikoanalisis.

2. Novel dan film Pintu Terlarang tampaknya bukan karya biasa oleh karena itu, penelitian

pada kedua objek tersebut dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai novel

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Agesindo.

Anwar, Joko. 2009. VCD Pintu Terlarang. Jakarta: Lifelike Picture

Ardianto, Elvinarno dan Lukiati, Komala. 2005. Komunikasi Massa (suatu pengantar). Bandung:

Simbiosa Rekatama Media

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Asmara, Sekar Ayu. 2009. Pintu Terlarang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.

Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Jakarta: Editum.

Damono, Sapardi Djoko. 2012. Alih Wahana. Jakarta: Editum.

Darmawan, Hikmat. 2009. Pintu Terlarang: Kamera sebagai Jarak Mutlak. [online]. Tersedia:

http://www.rumahfilm.org/ [24 Maret 2013]

Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan Film. Jakarta: Nusa Indah

Hamalik, Oemar. 1985. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Irwansyah, Ade. 2009. Seandainya Saya Kritikus Film Pengantar Menulis Kritik

Film. Yogyakarta: CV. Homerian Pustaka.

Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan

Junus, Umar. 1988. Karya sebagai Sumber Makna: Pengantar Strukturalisme. Kuala Lumpur:

Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia

Kurniawan. 2013. Novel dan Psikologi[online]. Tersedia: http://www.ruangbaca.com/ [14 Mei2013]

Lutters, Elizabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Grasindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Publishing

Susanto, Phill Astrid. 1997. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Bina Cipta

Pratista, Hilman. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka

Pujiati, Hat. Cerita Cinta Tentang Dia: Transformasi Ideologis dari Cerpen ke Film Kajian

Ekranisasi. Dalam Bulak, hlm 75-104

(25)

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Saputra, Heru. S.P. 2009. Transformasi Lintas Genre: dari Novel ke Film, dari Film ke Novel.

Dalam Humaniora., hlm 41-55

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra, Beberapa Alternatif. Yogyakarta: PT. Hanandita Graha

Widya.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

Teeuw. 1982. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta. Pustaka Utama

Gambar

Tabel 2.1 Model Fungsional............................................................................................17

Referensi

Dokumen terkait

(4) Standar Pendidikan Tinggi yang Ditetapkan oleh Perguruan Tinggi disusun dan dikembangkan oleh perguruan tinggi dan ditetapkan dalam peraturan pemimpin perguruan

Bagi merealisasikan pelaksanaan produk pelancongan khususnya pelancongan di kawasan tanah tinggi, berdasarkan Rancangan Struktur Negeri Pahang, 2001, Rancangan

Gambar diatas merupakan grafik kecepatan angular roda dan kendaraan pada lock braking hasil dari simulasi MATLAB, grafik diatas menunjukkan kecepatan angular roda

Animo Masyarakat Pembudidaya Ikan terhadap Penggunaan Alat berat Excavator Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan yang

(9) Kepala Dinas Kabupaten/Kota setelah menerima LMHHO lembar kesatu dari pemegang izin, setiap bulan wajib membuat Daftar Laporan Produksi Hasil Hutan Olahan-Kayu (DLPHHO-K)

Kompetensi profesional guru agama Islam sangat diperlukan, sehingga efektivitas belajar peserta didik berjalan dengan efektif dan nilai-nilai pendidikan islam yang

Seperti mahasiswa luar Jawa, dengan berada dilingkungan yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya akan mengalami perubahan serta perkembangan pada konsep dirinya,

Dalam rangka pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan yang baik di lingkungan pemerintah daerah, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) harus memiliki kualitas