TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA
KE DALAM FILM
(KAJIAN SASTRA BANDINGAN)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana sastra
Reslyana Malida S.
0907001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
Tranformasi Novel Pintu Terlarang
Karya Sekar Ayu Asmara ke dalam Film
(Kajian Sastra Bandingan)
Oleh
Reslyana Malida S.
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Reslyana Malida 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Transformasi Novel Pintu
Terlarang Karya Sekar Ayu Asmara ke dalam Film” adalah karya saya sendiri. Skripsi ini benar
-benar murni hasil penelitian dan penyusunan penulis dan hanya mengutip beberapa teori yang
dianggap cocok dan relevan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk menegaskan bahwa
karya penulis bukan hasil plagiarisme.
Bandung, Agustus 2013
ABSTRAK
TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA KE DALAM FILM
Oleh
RESLYANA MALIDA S. NIM 0907001
Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan penulis mengenai transformasi novel Pintu Terlarang ke dalam film yang mengangkat genre thriller psikologis yang di Indonesia sendiri masih jarang karya sastra dan karya seni yang mengangkat genre tersebut. Berdasarkan keingintahuan penulis mengenai hal tersebut, maka penulis merumuskan tiga permasalahan pokok pada penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?, (2) Bagaimana proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?, dan (3) Bagaimana strategi ekranisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?
Penelitian menggunakan teori A. Teeuw tentang struktural sebagai landasan teori dan menitikberatkan pada perubahan struktur cerita yaitu tema, tokoh dan latar dari novel ke film untuk mengetahui hubungan intratekstual pada kedua objek tersebut. Namun untuk mengkaji struktur novel dan film Pintu Terlarang, penulis menggunakan teori analisis struktur A.J. Greimas yaitu menggunakan skema aktan dan model fungsional untuk mengetahui alur cerita. Untuk memecahkan permasalahan yang penulis analisis menggunakan metode deskriptif komparatif dengan cara menguraikan dan membandingkan, sedangkan teknik yang digunakan penulis dalam mengkaji skripsi ini adalah studi pustaka dan pengolahan data.
DAFTAR ISI
2.1.2.2.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan ………...12
2.1.2.2.2 Tokoh Protagonis dan Antagonis ………..…..12
2.1.2.2.3 Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat ………..…...13
2.1.2.3 Latar ………...13
2.1.2.3.1 Latar Tempat ………13
2.1.2.3.3 Latar Sosial ………..14
3.4 Teknik Analisis Data ………...27
3.4.1 Langkah-Langkah Penelitian ………...27
IV. ANALISIS STRUKTUR, INTRATEKSTUAL, PROSES REAKTUALISASI, DAN EKRANISASI 4.1 Analisis Struktur Novel Pintu Terlarang ………29
4.1.1 Sinopsis Novel Pintu Terlarang ………29 4.1.2 Analisis Skema Aktan dan Model Fungsional ………...31
4.1.3 Kuantitas Aktan ………...57
4.1.4 Unsur Cerita Novel Pintu Terlarang ……….57
4.1.4.1 Tokoh………..………...57
4.1.4.2 Latar ………...64
4.1.4.4 Tema ………...70
4.2 Analisis Struktur Film Pintu Terlarang ………..71
4.2.1 Sinopsis Film Pintu Terlarang ……….…….71
4.2.2 Analisis Aktan dan Model Fungsional ………..72
4.2.3 Kuantitas Aktan ………...94
4.2.4 Unsur Cerita Film Pintu Terlarang ………...94
4.2.4.1 Tokoh………...………...94
4.2.4.2 Latar ………...97
4.2.4.3 Konflik ………...…….100
4.2.4.4 Tema ………...101
4.3 Analisis Proses Reaktualisasi Film Pintu Terlarang ………...101
4.3.1 Proses Reaktualisasi Alur ………...103
4.3.2 Proses Reaktualisasi Tokoh dan Penokohan ………...111
4.3.3 Proses Reaktualisasi Latar ………...117
4.3.4 Proses Reaktualisasi Konflik ………...118
4.3.5 Proses Reaktualisasi Tema ………..122
4.4 Streategi Ekranisasi pada Novel dan Film Pintu Terlarang ……….125
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………...127
5.2 Saran ………..128
DAFTAR PUSTAKA ……….129
LAMPIRAN ………...131
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Model Fungsional...17
Tabel 4.1 Proses Reaktualisasi Alur ...103
Tabel 4.2 Proses Reaktualisasi Tokoh dan Penokohan ...111
Tabel 4.3 Proses Reaktualisasi Latar ...117
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Skema Aktan A.J Greimas ...16
Bagan 3.1 Alur Penelitian ……..………...28
Bagan 4.1 Proses Skema Aktan Utama ..………...31
Bagan 4.2 Aktan 1 Novel Pintu Terlarang …...32
Bagan 4.3 Aktan 2 Novel Pintu Terlarang...33
Bagan 4.4 Aktan 3 Novel Pintu Terlarang...35
Bagan 4.5 Aktan 4 Novel Pintu Terlarang...36
Bagan 4.6 Aktan 5 Novel Pintu Terlarang...38
Bagan 4.7 Aktan 6 Novel Pintu Terlarang...39
Bagan 4.8 Aktan 7 Novel Pintu Terlarang ...41
Bagan 4.9 Aktan 8 Novel Pintu Terlarang...43
Bagan 4.10 Aktan 9 Novel Pintu Terlarang …...44
Bagan 4.11 Aktan 10 Novel Pintu Terlarang …...45
Bagan 4.12 Aktan 11 Novel Pintu Terlarang ……...47
Bagan 4.13 Aktan 12 Novel Pintu Terlarang...48
Bagan 4.14 Aktan 13 Novel Pintu Terlarang …...49
Bagan 4.15 Aktan 14 Novel Pintu Terlarang …...50
Bagan 4.16 Aktan 15 Novel Pintu Terlarang …...51
Bagan 4.17 Aktan 16 Novel Pintu Terlarang ……..………...53
Bagan 4.18 Aktan Utama Novel Pintu Terlarang ……..………...55
Bagan 4.19 Aktan 1 Film Pintu Terlarang ……..………...72
Bagan 4.20 Aktan 2 Film Pintu Terlarang ……..………...74
Bagan 4.21 Aktan 3 Film Pintu Terlarang ……..………...75
Bagan 4.22 Aktan 4 Film Pintu Terlarang ……..………...77
Bagan 4.23 Aktan 5 Film Pintu Terlarang ……..………...79
Bagan 4.24 Aktan 6 Film Pintu Terlarang ……..………...80
Bagan 4.25 Aktan 7 Film Pintu Terlarang ……..………...81
Bagan 4.27 Aktan 9 Film Pintu Terlarang …….…...84
Bagan 4.28 Aktan 10 Film Pintu Terlarang …….…...85
Bagan 4.29 Aktan 11 Film Pintu Terlarang …….…...87
Bagan 4.30 Aktan 12 Film Pintu Terlarang …….…...88
Bagan 4.31 Aktan 13 Film Pintu Terlarang …….…...89
Bagan 4.32 Aktan 14 Film Pintu Terlarang …….…...91
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pengesahan Judul ………...132
Lampiran 2 Cover Novel Pintu Terlarang………...134
Lampiran 3 Poster Film Pintu Terlarang………..135
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Karya sastra sudah mulai berkembang dan kesusastraan tidak hanya terpacu pada teks
sebuah karya sastra memunculkan kembali karya sastra berbentuk lain namun bisa
dikembangkan menjadi sebuah karya seni lain, misalnya dari sebuah cerpen ditransformasikan
menjadi sebuah drama, novel ditransformasikan menjadi sebuah film, puisi ditransformasikan
menjadi sebuah musikalisasi puisi dan lain-lain. Salah satunya yang kini sangat diminati oleh
masyarakat adalah novel yang ditransformasikan menjadi sebuah film. Fenomena tersebut kini
menjadi trenddi kancah perfilman Indonesia.
Fenomena mengenai novel yang difilmkan kini semakin meningkat di kalangan
masyarakat. Hal ini menimbulkan rasa penasaran pembaca, apakah novel yang difilmkan akan
sama dengan isi novelnya atau tidak. Fenomena ini terjadi karena kesuksesan sebuah novel yang
berhasil diminati oleh masyarakat luas dan biasanya mengalami cetakan ulang hingga
berkali-kali sehingga membuat produser film tertarik untuk melayarputihkan novel tersebut dengan
berbagai tujuan, yaitu merealisasikan imajinasi pembaca hingga ingin mengulang kesuksesan
dari novel tersebut.
Film yang diadaptasikan dari sebuah novel menimbulkan berbagai respon dari pembaca.
Ada beberapa pembaca dengan respon positif yaitu merasa puas setelah menonton film yang
dialihwahanakan karena isi film sesuai dengan isi novel ataupun isi film sesuai dengan imaji
pembaca dan ada pula respon negatif yaitu kekecewaan yang ditimbulkan karena tidak sesuai
dengan imaji pembaca.
Karya yang mengalami alih wahana dari sebuah novel menjadi sebuah film akan berbasis
pada script atau skenario. Menurut Lutters (2004: 90), skenario adalah naskah cerita yang sudah
lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang dan siap digarap dalam bentuk visual.
Damono (2012: 102) menjelaskan pula bahwa skenario adalah titik pertemuan sekaligus titik
perpisahan antara sastra dan film. Sutradara tidak bisa tunduk pada prinsip-prinsip sastra sebab ia
2
Novel yang dialihwahanakan menjadi sebuah film disebut dengan istilah ekranisasi
sedangkan deekranisasi merupakan kebalikan dari ekranisasi, yaitu film yang dialihwahanakan
menjadi sebuah novel.
Menurut Pujiati (2009: 76), transformasi dari dua dunia yang berbeda (antara bahasa dan
audio-visual) membawa perubahan-perubahan menggiring konsep ekranisasi sebagai sebuah
proses perubahan. Perubahan dalam proses alih wahana ini tentu akan ada perbedaan dalam segi
tema, cerita, tokoh, alur, setting dan lain-lain dan yang membedakannya jika film berbicara
melalui gerak sedangkan novel berbicara melalui teks. Perubahan yang akan muncul dalam
ekranisasi yaitu terjadi penciutan, penambahan (perluasan), dan variasi transformasi.
Jika terjadi suatu perbuahan dalam proses ekranisasi merupakan hal yang sangat wajar
dikarenakan novel merupakan hasil kreasi satu atau dua orang penulis yang mengkreasikan
karyanya di atas kertas dan menjadikannya sebuah novel sedangkan dalam penggarapan film
merupakan hasil pemikiran dan kreasi bersama sehingga bisa menimbulkan berbagai macam ide
dan konsep dalam pelayarputihan sebuah novel menjadi sebuah film.
Karya sastra yang mengalami proses ekranisasi menjadi sebuah film diantaranya novel
Dealova (Dyan Nuranindya), Laskar pelangi, Sang Pemimpi (Andrea Hirata), Surat Kecil untuk
Tuhan (Agnes Danovar), Jomblo (Aditya Mulya), Cintapucinno (Icha Rachmanti), Pintu
Terlarang (Sekar Ayu Asmara), Negeri 5 Menara (A. Fuadi), Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta
Bertasbih (Habibburahman El Syihrazi), Perahu Kertas, Rectoverso, Madre(Dewi Lestari),
Testpack (Ninit Yunita), 5 Cm (Donny Dhirgantoro), Waktu Aku sama Mika (Indi), Kata Hati
(Bernard Batubara), 9 Summers 10 Autumn (Iwan Setyawan), Kambing Jantan, Cinta
Brotosaurus (Raditya Dika) dan lain-lain.
Salah satu novel yang difilmkan dari penulis Indonesia adalah novel yang bergenre
thriller psikologis karya Sekar Ayu Asmara yang berjudul Pintu Terlarang. Novel ini terdiri dari
264 halaman dan diterbitkan oleh penerbit PT. Andal Krida Nusantara pada tahun 2004
kemudiandicetak ulang pada April 2005. Kemudian diterbitkan ulang oleh PT. Gramedia Pustaka
Utama pada tahun 2009 dan dicetak ulang pada tahun 2012. Novel ini ditransformasikan menjadi
sebuahfilmyang disutradari olehJoko Anwardengan judul yang sama yang dirilis pada 22 Januari
2009.
3
diminati oleh masyarakat luas. Film yang dirilis tahun 2009 ini diperankan oleh Fahri Albar
sebagai Gambir, Marsha Timothy sebagai Talyda, Ario Bayu sebagai Dandung, Otto Djauhari
Rio, Tio Pakusadewo sebagai Koh Jimmy, Henidar Amroe sebagai Menik Sasongko dan Atiqah
Hasiholan sebagai resepsionis Herosase.
Dalam novel Pintu Terlarang ini terbagi atas tiga cerita. Masing-masing berkaitan pada
akhirnya dan ditulis secara silih berganti. Cerita pertama menceritakan rentang masa kecil
Gambir yang membunuh kedua orangtuanya karena ia sering dianiaya secara fisik dan psikis
oleh kedua orangtuanya. Cerita kedua, menceritakan Gambir yang merupakan seorang pematung
yang sukses dengan patung wanita hamil dan ia menggunakan janin asli dalam karyanya
termasuk janin istrinya. Talyda seorang istri dari Gambir yang berselingkuh dengan orang-orang
terdekat Gambir, ia melakukan hal tersebut karena permintaan dari ibu Gambir yang tak
menginginkan cucu dari Gambir. Cerita ketiga menceritakan tentang seorang wartawan bernama
Ranti yang meliput mengenai kisah kehidupan Gambir yang merupakan korban dari kekerasan
rumahtangga dan ia memiliki kekasih bernama Dion yang ternyata merupakan pelaku dari
kekerasan rumahtangga.
Genre psikologis merupakan ciri khas dari setiap karya dari penulis Sekar Ayu Asmara.
Di dalam setiap karyanya, ia memunculkan unsur-unsur mengenai kejiwaan dan khayalan sang
tokoh utama. Pada novelPintu Terlarang, ia menggambarkan tokoh Gambir sebagai anak yang
trauma dengan kekerasan rumahtangga hingga ia membunuh kedua orangtuanya dan mengalami
gangguan kejiawaan sehingga ia masuk ke rumah sakit jiwa dan Gambir menghabiskan sisa
hidupnya dengan berkhayal seakan semua benda yang ada didekatnya bisa berbicara dengannya
dan membuatnya seakan-akan menjadi diri seseorang lain yang pada khayalan Gambir, jika ia
akan menemukan pintu terlarang maka khayalannnya akan berakhir dan ia akan berteriak
kesakitan lalu melanjutkan khayalannya menjadi tokoh lain.
Karya-karya yang bergenre thriller pskilogis (Psychological Thriller) memiliki elemen
thriller yang menitikberatkan pada tekanan psikologis yang dihadapi masing-masing karakter.
Film-film bergenre ini biasanya berjalan lebih lambat dan melibatkan banyak pengembangan
karakter tokoh-tokoh dan alur cerita yang penuh kejutan. Film thriller psikologis banyak
terpengaruh oleh budaya pop sehingga terdapat beberapa scene yang menakutkan dan menjijikan
4
Novel dan film Pintu Terlarang merupakan karya yang menarik untuk menjadi objek
penelitian karena kedua karya tersebut mengangkat genre thriller psikologis yang di Indonesia
sendiri masih jarang karya sastra dan karya seni yang mengangkat genre tersebut. Novel-novel di
Indonesia didominasi dengan novel-novel populer seperti teenlit, chicklit, metropop, ispolit dan
lain-lain, begitu juga dengan film. Film karya sineas Indonesia memang sudah banyak
mengalami kemajuan dari segi genre, ide cerita, efek dalam pengeditan film dan lain-lain.Namun
minat masyarakat Indonesia masih kurang tertarik dengan genre thriller psikologis. Hal ini
disebabkan oleh maraknya film-film horor yang memiliki kemiripan dengan thriller psikologis
yang mencampurkan unsurseksualitas dalam film tersebut sehingga masyarakat Indonesia yang
lebih menyukai film bergenre thriller psikologis buatan Hollywood seperti Saw yang sukses
dirilis hingga Saw 7. Selain itu, novel-novel bergenre thriller psikologis yang ditulis oleh penulis
Indonesia pun belum banyak yang mengalami proses ekranisasi.
Ekranisasi atau pelayarputihan novel menjadi film berhubungan dengan daya kreativitas
sang sutradara atau penulis yang mengubah suatu karya genre lain. Banyak cerpen, novel, naskah
drama yang diubah menjadi sebuah film.Banyak pula penonton yang kecewa dikarenakan novel
berbeda dengan film yang telah mengalami pelayarputihan dari sebuah novel. Menurut
Simbolon, (dalam Saputra, 2009: 45), tidak dipungkiri bahwa novel yang diekranisasi ke dalam
film berpotensi untuk berkembang, melenceng atau melebar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian mengenai transfomasi sebuah karya yang
relevan dengan penelitian penulis sebelumnya pernah dilakukan oleh Dina Intania Putri pada
tahun 2006 dengan judul penelitian Transformasi Aspek Cerita Cerpen “Tentang Dia” Karya
Melly Goeslow ke dalam Skenario Film. Hal ini dilakukan untuk menghindari penjiplakan.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek kajian perbandingan.
Padapenelitian terdahulu meneliti tentang cerpen yang ditransformasikan ke dalam sebuah
skenario film sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang sebuah novel yang
ditransformasikan menjadi sebuah film. Selain itu, pada rumusan masalah di penelitian
sebelumnya membahas mengenai hubungan intratekstual, hubungan intertekstual dan
transformasi yang terdapat pada cerpen dan skenario film Tentang Dia, sedangkan rumusan
masalah pada penelitian ini menjelaskaan tentang hubungan intratekstual, proses reaktualisasi
5
psikologi sastraoleh Ari Astuti pada tahun 2005 dan Kepribadian Tokoh Utama pada Novel
“Pintu Terlarang” Karya Sekar Ayu Asmara Melalui Pendekatan Psikologi Kepribadian
Sigmund Freud oleh N. Rachmah pada tahun 2011.
1.2 Pembatasan Masalah
Untuk membatasi masalah, peneliti akan mencoba membatasi masalah agar tidak terjadi
penyimpangan serta agar tidak keluar dari masalah sebenarnya. Batasan masalah dalam
penelitian ini yaitu proses transformasi dari novel ke dalam film yang menyoroti aspek cerita
yang dibatasi oleh perubahan struktur (tokoh, latar, konflik dan tema) serta hubungan
intratekstual, proses reaktualisasi dan stategi ekranisasi kedua karya ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dijabarkan
dalam bentuk pertanyaan analisis sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu
Terlarang?
2. Bagaimana proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang?
3. Bagaimana strategi ekranisasi padanovel Pintu Terlarang menjadi film Pintu Terlarang?
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian dijabarkan
sebagai berikut:
1. Mengetahui unsur-unsur intratekstual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu
Terlarang
2. Mengetahui proses reaktualisasi antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu Terlarang
3. Mengetahui strategi ekranisasi pada novel Pintu Terlarang menjadi film Pintu Terlarang
1.5Manfaat Penelitian
6
1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan film dan transformasi sastra,
khususnya tentang ekranisasi. Peneliti berharap pengetahuan di bidang ini akan
bermanfaat di dalam maupun di luar jalur akademis.
2. Bagi bidang sastra, penelitian ini diharapkan mampu ‘melahirkan’ penelitian mengenai
ekranisasi.
3. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan menjadi acuan atau motivasi bagi peneliti
yang akan meneliti tentang sastra bandingan dan ekranisasi selanjutnya.
1.6Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian merupakan suatu penjelasan mengenai uraian bab-bab yang akan
disajikan dalam skripsi. Isi dari sistematika penelitian diikuti dengan penjelasan singkat isi
materi yang dibahas dalam bab tersebut.
Pada bab 1 meliputi penjelasan mengenai latar belakang, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
Pada bab 2 menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan kajian yaitu mengenai
transformasi aspek cerita dan objek kajiannya yaitu novel dan film Pintu Terlarang. Disamping
itu juga dapat dijelaskan mengenai berbagai pendapat yang berhubungan dan benar-benar
bermanfaat sebagai bahan untuk melakukan analisis terhadap kajian yang dijelaskan pada bab 4.
Bab 3 menjelaskan secara sederhana langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan.
Dalam bab ini terdiri dari metode penelitian yang mencakup bagian dari pendekatan penelitian,
sumber data, teknik pengolahan data, serta langkah-langkah pebelitian yang akan dijelaskan
dengan berupa bagan.
Bab 4 ini merupakan inti dari keseluruhan penelitian yaitu analisis kajian transformasi
aspek cerita yang terdapat dalam novel dan film Pintu Terlarang. Dalam bab ini dijelaskan
mengenai penulis novel dan film Pintu Terlarang beserta karya-karyanya, analisis struktur novel
dan film Pintu Terlarang, proses reaktualisasi dan strategi ekranisasi yang terdapat dalam kedua
objek penelitian tersebut. Bab ini merupakan hasil penelitian yang sumber datanya akan diolah
dan dianalisis hasil penelitian dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di bab 1.
22
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian tentang transformasi, penulis menggunakan teori A. Teeuw tentang
struktural sebagai landasan teori dan menitikberatkan pada perunahan struktur cerita yaitu tema,
tokoh dan latar dari novel ke film.
Analisis struktural bertujuan membongkar memaparkan dengan cermat keterikatan semua anasir karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis struktural bukanlah penjumlahan anasir-anasirnya., melainkan yang penting adalah sumbangan apa yang diberikan oleh semua anasir pada keseluruhan makna dalam keterikatan dalam keterjalinan. (Teeuw, 1984: 135-136).
Analisis struktur karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan
mendeskripsikan hubungan antar unsur yang ada di dalamnya diantaranya mengidentifikasikan
keadaan peristiwa, plot, latar, tokoh, konflik dan lainnya. Analisis struktural dapat berupa kajian
yang menyangkut relasi.
Fenomena mengenai ekranisasi atau pelayarputihan sebuah karya sastra memang
mengembangkan kreativitas sebuah karya seni dan karya sastra. Kini banyak karya sebuah sastra
yang dengan sengaja mengubah suatu karya ke bentuk karya lain namun ada pula yang tidak
dengan sengaja mengubah suatu karya ke bentuk karya lain.
Fenomena tersebut berhubungan dengan daya kreativitas sang sutradara atau penulis yang
mengubah suatu karya genre lain. Banyak cerpen, novel, naskah drama yang diubah menjadi
sebuah film. Banyak pula penonton yang kecewa dikarenakan novel berbeda dengan film yang
telah mengalami pelayarputihan dari sebuah novel. Menurut Simbolon, (dalam Saputa, 2009:
45), tidak dipungkiri bahwa novel yang diekranisasi ke dalama film berpotensi untuk
berkembang, melenceng atau melebar.
Menurut Arikunto (1998: 151), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya seperti pada umumnya, metode yang
digunakan dalam penelitian ini berorientasi pada model metode penelitian dapat disesuaikan
berdasarkan pada satu objek atau ilmu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif komparatif. Menurut Ratna (2004: 53), metode penelitian dapat
23
penelitian ini novel dan film Pintu Terlarang diuraikan dengan cara menganalisisnya lalu
membandingkan kedua objek tersebut agar bisa diketahui persamaan dan perbedaan dalam
transformasi kedua objek tersebut.
3.2 Sumber data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Novel Pintu Terlarang, novel Pintu Terlarang ini menjadi sumber data primer. Novel ini
ditulis oleh Sekar Ayu Asmara. Novel ini diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama
pada tahun 2009 dan dicetak ulang pada Mei 2012.
2. DVD film Pintu Terlarang, DVD Pintu Terlarang menjadi sumber data Primer karena
bisa diputar berulang-ulang untuk kajian penelitian.
Teks hipogram pada penelitian ini adalah novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu
Asmara yang berhasil dicetak ulang sebanyak 2 kali. Hal ini dilakukan karena novel tersebut
kemudian bertransformasi ke media lain menjadi sebuah skenario film yang ditulis oleh Joko
Anwar kemudian bertransformasi kembali menjadi sebuah film dengan judul yang sama dan
disutradarai pula oleh Joko Anwar. Hal ini membuat penulis tertarik untuk kemudian meneliti
bagaimana transformasi yang terjadi pada hipogramnya, mengingat kedua pengarang tersebut
adalah orang yang berbeda.
3.3 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kajian studi pustaka.
Teknik ini mencari data-data yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilaksanakan. Kajian
studi pustaka dilakukan agar penelitian lebih terarah dengan cara mengumpulkan data-data yang
relevan. Selain itu bahan pustaka hasil pengamatan, pemikiran, serta data-data dari media cetak
dan elektronik lainnya turut membantu dalam penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data
Ada beberapa teknik pengolahan data dalam penelitian ini, sehingga dapat disimpulkan
24
1. Novel dan film Pintu Terlarang dianalisis strukturnya berupa aspek cerita dengan
menggunakan skema aktan dan model fungsional.
2. Kemudian kedua karya tersebut dibandingkan dengan proses reaktualisasi
3. Kesimpulan dari teknik pengolahan data tersebut akan mendapatkan hasil strategi
ekranisasi yang terdapat dalam novel dan film Pintu Terlarang.
3.4.1 Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini menganalisis perbandingan dua buah karya sastra dan seni yang berbeda
genre. Setelah menganalisis kemudian penulis menginterprestasikannya untuk menjawab pokok
permasalahannya.
1. Analisis Hubungan Intratekstual
Penulis menganalisis struktur teks dari novel dan film Pintu Terlarang untuk mengetahui
perbandingannya. Unsur-unsur intratekstual yaitu aspek cerita yang meliputi tokoh dan
penokohan, latar, konflik dan tema.
2. Analisis Proses Reaktualisasi
Proses reaktuliasasi dengan mengategorikan hasil transformasi yang terjadi pada novel
dan film Pintu Terlarang yaitu pada unsur cerita pada novel dan film terdiri diri tokoh
dan penokohan, latar, konflik dan tema setelah menganalisis struktur dan mengetahui
perbedaan dan persamaan yang dibuat dengan sengaja dari kedua karya tersebut.
3. Analisis Strategi Ekranisasi
Analisis ini menjelaskan strategi ekranisasi apa yang digunakan oleh novel dan film Pintu
Terlarang. Tiga strategi tersebut, yaitu mengikuti buku (novel), mengambil
konflik-konflik penting, atau membuat cerita baru.
1. Unsur-unsur intratesktual antara novel Pintu Terlarang dan film Pintu
Terlarang
117
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada bab ini, peneliti akan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah.
Berikut uraian simpulan dari penelitian mengenai transformasi novel Pintu Terlarang ke dalam
sebuah film:
1. Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa transformasi novel Pintu Terlarangke dalam
film terdapat beberapa perbedaan, yaitu pada aktan pokok dan aktan tambahan. Namun,
pada skema aktan utama yang merupakan kristalisasi dari aktan pokok memiliki persamaan
pada aktan subjek, objek, penerima dan penolong. Pada aktan penentang terdapat
perbedaan. Pada novel Pintu Terlarang, aktan penolong terdiri atas pintu terlarang, Prof.
Roekmantoro, Ranti, Dion, petugas RSJ dan riset artikel Ranti. Pada film Pintu Terlarang
yang menjadi penolong adalah pintu terlarang, Ranti, dan petugas Herosase. Hubungan
intratekstual yang terjadi pada kedua objek penelitian ini meliputi analisis unsur cerita pada
novel dan film Pintu Terlarang yang terdiri atas analisis tokoh dan penokohan, latar,
konflik dan tema. Hubungan intratekstual antara novel dan film Pintu
Terlarangmenunjukkan persamaan dan perbedaan unsur-unsur cerita pada kedua karya
tersebut. Persamaan yang paling menonjol terdapat pada bagian konflik. Persamaan konflik
pada novel dan film Pintu Terlarang, yaitu mengenai misteri di balik pintu terlarang yang
Talyda sembunyikan dari Gambir. Talyda akan marah jika Gambir mencari tahu atau
menceritakan mengenai pintu terlarang pada siapapun. Pernbedaan yang paling menonjol
pada bagian latar. Pada novel tidak diceritakan mengenai keberadaan Herosase, sedangkan
dalam film Herosase merupakan latar tempat yang keberadaannya sangat penting pada
cerita tersebut.
2. Proses reaktualisasi atau pengubahan unsur cerita dilakukan secara sengaja oleh sutradara
dan penulis skenario. Film Pintu Terlarang mengalami proses reaktualisasi yang meliputi
proses reaktualisasi alur, tokoh dan penokohan, latar, konflik dan tema. Pada novel Pintu
Terlarang memiliki tiga cerita dengan konflik yang berbeda namun tetap bekaitan,
118
sehingga kemunculan tokoh lain seperti tokoh Gambir kecil dan Ranti tidak mendominasi.
Tokoh Gambir kecil muncul pada pertengahan dan akhir cerita dan tokoh Ranti muncul
pada akhir cerita.
3. Strategi ekranisasi dari novel ke film Pintu Terlarang menggunakan strategi pemfokusan
pada konflik-konflik penting yang menonjol dalam cerita pada novel tersebut dengan
harapan dapat dikembangkan sesuai konteksnya. Jika melalui mekanisme tafsir visual, transformasi pada kedua objek penelitian ini termasuk pada “sekreatif mungkin” karena Sekar Ayu Asmara sebagai penulis novel Pintu Terlarang memercayakan sepenuhnya
proses ekranisasi pada Joko Anwar sebagai penulis skenario dan sutradara.
5.2 Saran
Dari hasil tinjauan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian sebagai kajian awal untuk
meneliti aspek lain misalnya dari segi sudut pandang, segi ikonitas ataupun dari segi
psikoanalisis.
2. Novel dan film Pintu Terlarang tampaknya bukan karya biasa oleh karena itu, penelitian
pada kedua objek tersebut dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai novel
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Agesindo.
Anwar, Joko. 2009. VCD Pintu Terlarang. Jakarta: Lifelike Picture
Ardianto, Elvinarno dan Lukiati, Komala. 2005. Komunikasi Massa (suatu pengantar). Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Asmara, Sekar Ayu. 2009. Pintu Terlarang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Jakarta: Editum.
Damono, Sapardi Djoko. 2012. Alih Wahana. Jakarta: Editum.
Darmawan, Hikmat. 2009. Pintu Terlarang: Kamera sebagai Jarak Mutlak. [online]. Tersedia:
http://www.rumahfilm.org/ [24 Maret 2013]
Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan Film. Jakarta: Nusa Indah
Hamalik, Oemar. 1985. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Irwansyah, Ade. 2009. Seandainya Saya Kritikus Film Pengantar Menulis Kritik
Film. Yogyakarta: CV. Homerian Pustaka.
Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan
Junus, Umar. 1988. Karya sebagai Sumber Makna: Pengantar Strukturalisme. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia
Kurniawan. 2013. Novel dan Psikologi[online]. Tersedia: http://www.ruangbaca.com/ [14 Mei2013]
Lutters, Elizabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Grasindo.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Publishing
Susanto, Phill Astrid. 1997. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Bina Cipta
Pratista, Hilman. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka
Pujiati, Hat. Cerita Cinta Tentang Dia: Transformasi Ideologis dari Cerpen ke Film Kajian
Ekranisasi. Dalam Bulak, hlm 75-104
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Saputra, Heru. S.P. 2009. Transformasi Lintas Genre: dari Novel ke Film, dari Film ke Novel.
Dalam Humaniora., hlm 41-55
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra, Beberapa Alternatif. Yogyakarta: PT. Hanandita Graha
Widya.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
Teeuw. 1982. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta. Pustaka Utama