WANTARIP
PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO PADA SISWA
KELAS VI SDN BANTARJAMBE KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Drs. H. Dede tatang Sunarya, M.Pd Nip: 195703251985031005
Pembimbing II
Ani Nur Aeni, M.Pd Nip: 197608222005012002
Mengetahui Ketua Jurusan Program S-I PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Penerapan
Model Kontruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Pidato pada Siswa Kelas VI SDN Bantarjambe Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang
beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Sumedang, Juni 2013
Yang Membuat Pernyataan
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN ……… i
PERNYATAAN ………... ii
ABSTRAK ……… iii
KATA PENGANTAR ………. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. v
DAFTAR ISI ……… viii
DAFTAR TABEL ……… xi
DAFTAR DIAGRAM ... xiii
DAFTAR GAMBAR ……….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xv
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ……… 7
1. Rumusan Masalah ……… 7
2. Pemecahan Masalah ………. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 16
1. Tujuan Penelitian……….. 16
2. Manfaat Penelitian……… 17
D. Batasan Istilah ……….. 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 21
A. Menulis ………..
1. Pengertian Menulis ………..
2. Tujuan Pembelajaran Menulis ……….
3. Tahap-Tahap Menulis ……….
4. Teknik Pembelajaran Menulis ………. B. Teori-Teori Belajar yang Menunjang Konstruktivisme ………… 1. Teori Belajar Menurut Pandangan Psikologi ……….. 2. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran…………
C. Pembelajaran Menulis Naskah Pidato ……….. 1. Pengertian Naskah Pidato ………
2. Cara Menulis naskah Pidato ……… 3. Pembelajaran Menulis naskah Pidato ………..
D. Model Konstruktivisme ……….
1. Hakikat Model Kostruktivisme ………... 2. Karakteristik Model Konstruktivisme ……….
42 42 43 45 49 49 54
E. Penelitian Yang Relevan ………... 58
F. Hipotesis Tindakan ……… 60
BAB III METODE PENELITIAN ……… 61
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 1. Lokasi Penelitian ……… 2. Waktu Penelitian ………. B. Subjek Penelitian ……….. C. Metode dan Desain Penelitian ……….. 1. Metode Penelitian ………... 2. Desain Penelitian ……… D. Prosedur Penelitian ………... E. Instrumen Penelitian ………. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….. 1. Teknik Pengolahan Data ………. 2. Analisis Data ………... G. Validasi Data ……… 61 61 64 65 66 66 68 74 78 80 80 90 91 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN……… 94
A. Paparan Data Awal ……….. 94
B. Paparan Data Tindakan ……… 100
1. Paparan Data Tindakan Siklus I ………. 100
a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ………. 100
b. Paparan Data Proses Siklus I ………... 103
c. Paparan Data Hasil Siklus I ………. 114
2. Paparan Data Tindakan Siklus II ……… 124
a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ……… 124
b. Paparan Data Proses Siklus II ……….. 128
c. Paparan Data Hasil Siklus II ……… 141
d. Analisis Dan Refleksi Siklus II ……… 143
3. Paparan Data Tindakan Siklus III ……….. 150
a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ………... 150
b. Paparan Data Proses Siklus III ………. 154
c. Paparan Data Hasil Siklus III ……….. 167
d. Analisis Dan Refleksi Siklus III ……….. 169
C.Paparan Pendapat Siswa dan Guru ……….. 1. Paparan Pendapat Siswa ……… 2. Paparan Pendapat Guru ………. 173 173 175 D.Pembahasan ……… 1. Perencanaan Penerapan Model Konstruktivisme pada Pembelajaran Menulis naskah Pidato………. 2. Pelaksanaan Penerapan Model Konstruktivisme pada Pembelajaran Menulis Naskah Pidato ………... 3. Peningkatan Kemampuan Menulis naskah Pidato dengan diterapkannya Model Konstruktivisme ……….. 176 176 179 185 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 191
A.Kesimpulan ……….. 191
B.Saran-Saran ……….. 193
DAFTAR PUSTAKA ……….. 197
DAFTAR LAMPIRAN ……… 199
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Fase-Fase Pembelajaran Konstruktivisme……….. 52
Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Siswa SDN Bantarjambe………. 63
Tabel 3.2 Data Guru SDN Bantarjambe………. 63
Tabel 3.3 Data Subjek Penelitian……… 65
Tabel 3.4 Prosedur Penelitian………. 75
Tabel 3.4 Deskriptor Penilaian Aktivitas Siswa………. 81
Tabel 3.5 Deskriptor Penilaian Kinerja Guru………. 83
Tabel 3.6 Deskriptor Penilaian Hasil Belajar ……… 89
Tabel 4.1 Data Awal Hasil Belajar………. 95
Tabel 4.2 Data Awal Aktivitas Siswa ……… 96
Tabel 4.3 Data Awal Observasi Kinerja Guru ………... 98
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ……….. 111
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I………... 113
Tabel 4.6 Data Hasil Tes Siswa Siklus I ……… 115
Tabel 4.7 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus I………... 116
Tabel 4.8 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus I ………. 119
Tabel 4.9 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus I ……….. 122
Tabel 4. 10 Rangkuman Hasil Siklus I………... 124
Tabel 4.11 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II………... 138
Tabel 4.12 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II………... 140
Tabel 4.13 Data Hasil Tes Siswa Siklus II ……… 142
Tabel 4.14 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus II ……….. 143
Tabel 4.15 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus II ………. 146
Tabel 4.16 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus II ……….. 148
Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Siklus II ……….. 150
Tabel 4.18 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ………. 164
Tabel 4.19 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III……….. 166
Tabel 4.21 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus III……….. 169
Tabel 4.22 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus III………. 170
Tabel 4.23 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus III ………. 171
Tabel 4.24 Rangkuman Hasil Siklus III ………. 173
Tabel 4.25 Fase-Fase Pembelajaran Konstruktivisme ………... 181
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Denah SDN Bantarjambe ……….. 62
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Instrumen Penelitian ……….. 199
Lampiran A.1 Lembar Observasi Kinerja Guru………. 199
Lampiran A.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……… 205
Lampiran A.3 Format Penilaian Hasil Belajar ……….. 207
Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa ………... 209
Lampiran A.5 Lembar Soal ………... 210
Lampiran A.6 Pedoman Wawancara untuk Guru ………. 211
Lampiran A.7 Pedoman Wawancara untuk Siswa ……… 212
Lampiran A.8 Catatan Lapangan ……….. 213
Lampiran B Data Awal ……….. 214
Lampiran B.1 Data Awal Hasil Observasi Kinerja Guru ……….. 214
Lampiran B.2 Data Awal Hasil Observasi Aktivitas Siswa ……….. 215
Lampiran B.3 Data Awal Hasil Belajar siswa ……….. 216
Lampiran C. Data Hasil Siklus I ……… 217
Lampiran C.1 RPP Siklus I ……… 217
Lampiran C.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ………... 223
Lampiran C.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ………... 224
Lampiran C.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ……… 225
Lampiran C.5 Hasil Pengerjaan LKS Siklus I……… 226
Lampiran C.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus I ………. 227
Lampiran C.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus I ………. 230
Lampiran C.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I ………... 231
Lampiran C.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus I ……… 232
Lampiran D.1 RPP Siklus II ………. 233
Lampiran D.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ………. 239
Lampiran D.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ………. 249
Lampiran D.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ………... 241
Lampiran D.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus II ………... 243
Lampiran D.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus II ………... 246
Lampiran D.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus II ………. 247
Lampiran D.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus II ……….. 248
Lampiran E.1 RPP Siklus III………. 249
Lampiran E.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ……… 255
Lampiran E.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ………. 256
Lampiran E.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III ………. 257
Lampiran E.5 Hasil Pengerjaan LKS Siklus III ……… 258
Lampiran E.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus III ……….. 259
Lampiran E.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus III ……….. 262
Lampiran E.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus III ……… 263
Lampiran E.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus III ………. 264
Lampiran F Surat-Surat Penelitian ……… 265
Lampiran F.1SK Pembimbing ………... 265
Lampiran F.2 Surat Ijjin Penelitian ……….. 266
Lampiran F.3 Keterangan Melaksanakan Penelitian ………. 267
Lampiran F.4 Monitoring Bimbingan ……… 268
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran
wajib dan utama diajarkan di Sekolah Dasar. Dengan belajar Bahasa
Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan
berbahasa yang tercantum dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Keterampilan-keterampilan itu terdiri dari keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Resmini dan Djuanda (2007: 2) menyatakan, ”Kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis”.
Untuk dapat mencapai kompetensi keempat keterampilan berbahasa tersebut,
maka seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan proses pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga
materi yang disampaikan dapat diterima dan menetap pada siswa.
Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan yang sangat
penting dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar. Dengan menulis siswa dapat
mencurahkan ide, gagasan, pikiran, dan perasannya dalam menyampaikan
sesuatu dengan bahasa tulis. Tulisan yang disampaikan berisi pesan yang
pesan maka tulisan harus dibuat sesuai dengan aturan penulisan tata bahasa
Indonesia yang benar. Untuk menghasilkan sebuah tulisan, penulis perlu
melaksanakan serangkain kegiatan yang bertahap dan berkesinambungan.
Graves (Djuanda dkk, 2006: 299) menyatakan tahap proses menulis adalah
sebagai berikut (1) penulis memilih topik dan mengumpulkan informasi untuk
dituliskan, (2) penulis menuliskan topik pada sebuah teks, dan (3) penulis
melakukan sharing (curah pendapat) tentang tulisannya. Selain harus
memahami tahapan proses menulis, guru juga harus dapat mengemas
pendekatan, model atau teknik pembelajaran yang dapat memotivasi dan
melibatkan siswa agar materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan
mudah.
Kurikulum tahun 2006 mata pelajaran Bahasa Indonesia
mengisyaratkan bahwa kelas VI Sekolah Dasar harus menguasai standar kompetensi ”mengungkapkan pikiran dan informasi secara tertulis dalam
bentuk naskah pidato dan surat resmi”. Sejalan dengan standar kompetensi
tersebut maka pembelajaran menulis naskah pidato sangatlah penting untuk
diajarkan agar siswa menguasai dan memahami cara menulis naskah pidato
yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Naskah pidato merupakan salah satu
cara berkomunikasi bahasa tulis yang direalisasikan dalam bahasa lisan.
Dengan demikian dalam menulis naskah pidato ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti: tulisan harus mudah dimaknai, ringkas dan jelas, bahasa
menggunakan ejaan yang baik dan benar, dan juga harus komunikatif dan
mudah dipahami.
Namun dalam kenyataannya tidak semua proses dan hasil belajar
didapatkan secara maksimal. Kondisi pembelajaran seperti itu terjadi di kelas
VI SDN Bantarjambe dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai
menulis naskah pidato. Proses dan hasil belajar siswa tentang menulis naskah
pidato tidak sesuai dengan harapan. Harapan dari proses pembelajaran yaitu
siswa dapat belajar dengan kreativitas, aktivitas yang tinggi dan munculnya
kerja sama antar siswa. Serta guru harus dapat memandang bahwa siswa
memiliki kemampuan awal mengenai materi yang diajarkan, untuk selanjutnya
siswa dibangun pengetahuannnya melalui kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Sehingga pembelajaran menjadi menantang, dinamis, dan
menyenangkan. Sedangkan harapan hasil belajar tentang menulis naskah
pidato yaitu siswa menguasai dan memahami penggunaan ejaan (kaidah
penulisan) yang tepat, sistematika penulisan yang tepat, dan menggunakan
kalimat yang efektif, komunikatif dan informatif. Hasil observasi pada tanggal
3 Januari 2013, menunjukkan siswa kesulitan dalam menggunakan ejaan
(kaidah penulisan), sistematika penulisan naskah pidato yang tepat, dan
kesulitan menggunakan kalimat yang efektif, kamunikatif dan informatif.
Sehingga rata-rata hasil belajar siswa berada di bawah rata-rata Kriteria
Ketuntasan Minimum yang sudah ditetapkan.
Dari 15 orang siswa hanya 5 orang siswa atau (33,3 %) yang
ditentukan yaitu 60 dan sisanya 10 orang siswa atau (66,7 %) mendapat nilai
di bawah KKM. Di lihat dari nilai rata-rata yaitu baru mencapai 56,6, artinya
secara keseluruhan pembelajaran masih jauh di bawah nilai KKM, hal ini
pembelajaran dinyatakan belum tuntas dan harus ditingkatkan. Secara lengkap
mengenai data awal hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel data awal hasil
belajar siswa di lampiran.
Ditemukannya permasalahan pembelajaran Bahasa Indonesia
mengenai menulis naskah pidato diteggarai juga oleh rendahnya aktivitas
siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Aspek yang diobservasi
meliputi keaktifan, kreativitas, dan tanggungjawab. Dari proses pembelajaran
diketahui aspek-aspek yang diobservasi belum dapat dimunculkan dengan
baik oleh siswa. Dari 15 orang siswa hanya 1 orang siswa atau (6,7%) yang
masuk katagori baik dalam mengikuti pembelajaran, 4 orang siswa atau
(26,7%) masuk katagori cukup dan sisanya 10 orang siswa atau (66,6 %)
masuk katagori kurang dengan kriteria penilaian aktivitas siswa yang telah
ditentukan. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar secara keseluruhan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala (2006: 93) yang mengatakan bahwa,
” Hasil pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap
yang dipengaruhi oleh aktivitas pebelajar dalam proses pembelajaran”. Proses
aktivitas siswa dalam pembelajaran yang kurang maksimal tersebut
berdampak tidak baik terhadap hasil dari pembelajaran. Kekurangmaksimalan
dalam pembelajaran. Untuk lebih rinci mengenai data ini dapat dilihat pada
tabel data hasil observasi aktivitas siswa di lampiran.
Hasil observasi kinerja guru dalam pembelajaran tersebut adalah dalam
tahap perencanaan kategori penilaiannya masuk kriteria cukup dengan
memeproleh skor 8. Pada tahap pelaksanaan perolehan skornya 16 dan masuk
krteria kurang. Dan tahap evaluasi memperoleh skor 9 dengan kriteria cukup.
Dari keseluruhan indikator yang ditetapkan, kinerja guru baru melaksanakan
indikator dengan kriteria cukup sebanyak 67% dan kurang 33% dan secara
keseeluruhan kinerja guru ini baru mencapai persentase 61. Dengan demikian
secara umum kinerja guru dapat dinyatakan belum berhasil dalam
melaksanakan pembelajaran yang diharapkan. Kinerja guru dapat dikatakan
cukup atau baik jika berbagai kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan
dapat dimunculkan minimal 80% dari semua indikator kegiatan pelaksanaan
pembelajaran. Dan kaitan dengan ini, indikator pelaksanaan yang sudah
dilaksanakan, pada dasarnya belum maksimal dilakukan tapi baru
dimunculkan saja pada kegiatan pembelajaran. Secara rinci mengenai data
awal kinerja guru ini seperti tertera pada lampiran.
Mengingat masih rendahnya proses dan hasil pembelajaran tersebut,
maka harus dilakukan usaha untuk perbaikan dan peningkatan. Hal yang perlu
dilakukan adalah mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat
secara maksimal, berpusat kepada siswa, dan siswa diberi wahana dalam
menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Semua indikator
konstruktivisme. Dengan demikian usaha yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan sebuah model pembelajaran
konstruktivisme. Adapun model pembelajaran konstruktivisme diyakini dapat
mengatasi permasalahan tersebut dapat dimaknai dari pengertian model
konstruktivisme itu sendiri.
Trianto, (2007: 13), mengatakan bahwa model kontruktivisme adalah :
Bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Dari pendapat tersebut jelas, bahwa keberhasilan pembelajaran sangat
ditentukan sekali oleh aktivitas siswa dalam membangun pengetahuan
awalnya. Aktivitas seperti yang diisyaratkan dalam definisi di atas dapat
dimaknai bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa (student center).
Tentunya peran guru bukan sekedar penyampai informasi (transformasi ilmu),
tetapi bagaimana guru memberikan berbagai vasilitas (motivasi) agar semua
siswa mau terlibat dalam proses pembangunan pengetahuannya. Dengan
model pembelajaran konstruktivisme kegiatan pembelajaran akan terjadi
interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Selain itu aktivitas tinggi
dalam pembelajaran akan tercipta, karena siswa akan mendapat fasilitas dari
guru dalam menemukan dan membangun pengetahuan dengan melibatkan
pengetahuan awal siswa. Dengan terciptanya kondisi ini jelas sangat
maksimal. Juga lebih dari itu proses pembelajaran akan memberikan
pengalaman yang sangat bermakna bagi semua siswa.
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis masalah diketahui bahwa siswa tidak terfasilitasi
untuk membangun pengetahuannya dalam menguasai materi pelajaran,
aktivitas, kreativitas siswa kurang, dan tidak munculnya komunikasi
multi arah antar siswa. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar
siswa. Berdasarkan hasil analisis masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran model konstruktivisme dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato pada
kelas VI SDN Bantarjambe untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model konstruktivisme dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato pada
kelas VI SDN Bantarjambe untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
c. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis setelah diterapkannya
model konstruktivisme dalam pembelajaran menulis naskah pidato
2. Pemecahan Masalah
Permasalahan pembelajaran mengenai membuat naskah pidato di
kelas VI SDN Bantarjambe adalah siswa belum dapat membuat naskah
pidato dengan baik dan benar. Siswa masih kesulitan dalam menentukan
bagian-bagian naskah pidato, menggunakan EYD, dan penggunaan
kalimat yang benar dalam naskah pidato. Kesulitan ini ditenggarai dengan
minimnya aktvitas siswa dalam pembelajaran. Aktivitas siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru mengenai cara membuat naskah
pidato, kemudian berlatih menulis naskah pidato. Kegiatan ini tidak
dipantau dan dibimbing dengan intensif, sehingga penilaian hanya
berpedoman kepada naskah pidato yang sudah dibuat oleh siswa, tanpa
melihat bagaimana proses siswa dalam belajar dan menguasai membuat
naskah pidato.
Dari permasalahan tersebut diperlukan desain pembelajaran yang
dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam menguasai materi
pembelajaran, juga dapat menarik siswa untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran. Alternatif yang dapat menjawab berbagai permasalahan
tersebut adalah dengan diterapkannya model pembelajaran yang mau tidak
mau siswa dengan sendirinya akan larut dan menikmati pembelajaran.
Adapun model yang dimaksud adalah model konstruktivisme.
Pembelajaran aspek menulis (naskah pidato) dengan menerapkan
model konstruktivisme memungkinkan siswa dapat melakukan
pembangunan pengetahuan awal yang sudah dimikinya. Hal ini terjadi
ketika siswa mempelajari materi atau keterampilan tertentu, termasuk
untuk penguasaan konsep atau keterampilan lainnya yang dibutuhkan
dalam membuat naskah pidato. Dengan demikian aktivitas pembelajaran
benar-benar didominasi oleh siswa dan guru berperan sebagai pemberi
vasilitas dalam membangun dan membentuk pengetahuan siswa. Kegiatan
ini akan lebih bermakna, karena trasformasi nilai-nilai berjalan secara
alamiah dalam konteks yang sesuai dengan kondisi siswa dalam
keseharian. Atau dengan kata lain siswa belajar dengan melibatkan
pembentukan ”makna” oleh siswa sendiri dari apa yang mereka lakukan,
lihat, dan dengar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala, (2006: 88),
bahwa esensi konstruktivisme adalah siswa harus menemukan dan
mentrasformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Selain itu dengan penerapan model konstruktivisme guru bukan
berperan sebagai pemindah pengetahuan. Tetapi pengetahuan (bahan ajar)
secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.
Dengan kata lain belajar dapat diartikan sebagai perubahan konsepsi.
Dikatakan sebagai perubahan konsepsi karena pada dasarnya siswa telah
memilki pengetahuan awal (skemata). Dan dengan proses pembelajaran
terjadi asimilasi dan akomodasi dari konsep-konsep yang sudah
dimilikinya dengan konsep yang didapatkan dari kegiatan pembelajaran.
menyenangkan bagi para siswa. Jika kondisi ini terjadi secara ideal dalam
pembelajaran, maka berbagai tujuan maupun keterampilan yang menjadi
target pembelajaran akan dengan mudah tercapai.
Alasan lain mengapa model pembeajaran konstruktivisme dipilih
dalam menyelesaikan masalah ini yaitu karena sifat pembelajaran dengan
menggunakan model konstruktivisme itu sendiri. Sifat ini diarahkan pada
pandangan mengenai hakikat belajar. Belajar menurut pandangan
konstruktivisme adalah sebagai berikut ini.
a. Belajar dipandang sebagai perubahan ”konsepsi”, maka dapat dikatakan belajar merupakan suatu kegiatan yang rasional. b. Belajar hanya akan terjadi apabila seseorang mengubah atau
berkeinginan mengubah pikirannya.
c. Kemampuan siswa dalam belajar sangat tergantung kepada pengetahuan yang telah dimilikinya.
d. Belajar merupakan proses perubahan yang dimulai dari adanya perbedaan (differentiation), perluasan konsepsi, konseptualisasi ulang dan rektuturisasi , (Sutarno, 2008: 89).
Dari penjelasan tersebut sangat jelas bahwa model konstruktivisme
mengindikasikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang alamiah dan
rasional, serta terjadinya perubahan-perubahan konsepsi. Perubahan
konsepsi ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan awal siswa dan aktivitas
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pemaknaan atau perubahan
konsepsi sangat ditentukan sekali oleh pengalaman pembelajaran. Dengan
model konstruktivisme belajar merupakan suatu aktivitas yang harus
dilakukan oleh siswa ketika belajar dalam membentuk pengetahuannya
dan vasilitas yang relevan jelas sangat memungkinkan apa yang diajarkan
akan tertanam kuat pada siswa.
Selain itu alasan mengapa model konstruktivisme diyakini dapat
mengatasi permasalahan pembelajaran dalam mennulis naskah pidato,
didasarkan pula pada keunggulan dari model konstruktivisme itu sendiri.
Kebaikan-kebaikan model konstruktivisme tersebut adalah sebagai berikut
ini.
a. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
b. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagsan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki (diberi) kesempatan untuk merangkai fenomena,, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
c. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya agar siswa berfikir kreatif, imajintif, mendorong refleksi tentang teori dan model, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
d. Pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru siswa agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
e. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting
adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri didalam
benaknya. Guru dalam hal ini harus dapat memberikan kemudahan untuk
proses pembangunan pengetahuan siswa, dengan memberikan berbagai
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru juga harus
mampu memberikan vasilitas yang mengarahkan siswa ke pemahaman
yang lebih tinggi. Dengan syarat siswa sendiri yang harus melakukan
proses peningkatan pemahaman tersebut.
Dengan kata lain konsep berfikir konstruktivisme adalah lebih
menekankan kepada bagaimana siswa memperoleh pengetahuannya.
Sehingga proses pemerolehan pengetahuan menjadi acuan keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pendapat, (Sagala,
2006: 88) yang menyatakan bahwa ” konstruktivisme lebih menekankan
kepada strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan”
Pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme
memberikan ruang yang sangat luas kepada siswa dalam membangun dan
atau menemukan pengetahuan. Pengetahuan yang ditemukan atau
dibangun sendiri akan tertanam kuat dalam diri siswa. Dengan demikian
pembelajaran. Aktivitas siswa dalam membangun pengetahuannya,
mengisyaratkan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student center).
Sementara guru harus benar-benar mampu memberikan fasilitas dan
motivasi serta mampu mendesain langkah pembelajaran yang
mengarahkan pada pembangunan pengetahuan siswa melalui aktivitas
yang dilakukan oleh siswa.
Dengan model konstruktivisme pembelajaran akan disenangi dan
menantang siswa untuk terlibat. Hal ini dikarenakan pembelajaran bermula
dari pengetahuan awal siswa, dan dengan berbekal pengetahuan awal ini
siswa difasilitasi oleh guru dalam membangun konsepsi baru mengenai
materi yang dipelajari. Kemudian dikatakan menantang karena, siswa
harus mencoba dan merefleksi hasil pemikirannya dengan bertanya atau
berinteraksi dengan teman ketika menguji gagasan atau idenya. Dan
akhirnya pada tahap klarifikasi akan terjadi pemahaman yang kuat
sehingga penemuan makna dalam belajar akan benar-benar terjadi.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
menulis naskah pidato dengan penerapan model pembelajaran
konstruktivisme dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.
a. Tahap Eksplorasi
1) Diperlihatkan beberapa teks (naskah) pidato yang bervariasi dan
diajukan pertanyaan apa yang diketahui dari siswa mengenai
naskah pidato tersebut.
3) Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi mengenai
konsteks yang sebenarnya mengenai naskah pidato dari berbagai
sumber, kemudian siswa diberi kesempatan untuk merumuskan
hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.
b. Tahap Klarifikasi
1) Guru memperkenalkan beberapa contoh naskah pidato beserta ciri
atau karakteristiknya.
2) Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang naskah
pidato.
3) Guru memberikan masalah berupa pemilihan naskah pidato yang
baik dan benar sesuai dengan kondisi yang seharusnya dengan
memperhatian ejaan, sistematika, dan penggunaan kalimat.
4) Siswa mendiskusikan secara berkelomok dan merencanakan
penyelidikan.
5) Siswa secara berkelompok melakukan penyelidikan (pemahaman)
untuk menguji rencananya.
6) Siswa mencari berbagai rujukan mengenai naskah pidato yang
kurang baik dan naskah pidato yang baik dan benar.
c. Tahap Aplikasi
1) Secara berkelompok siswa melaporkan hasil kerja kelompok
dengan disajikan oleh wakil kelompok dalam kegiatan diskusi
2) Siswa memberikan komentar, saran, dan pendapat terkait isi
laporan diskusi kelompok lain.
3) Secara klasikal siswa merumuskan dan menentukan hal-hal yang
harus dilakukan dalam membuat naskah pidato.
4) Secara perseorangan siswa membuat naskah pidato dengan
menggunakan ejaan, sistematika, dan kalimat yang tepat, sesuai
dengan pemahaman masing-masing.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam menulis naskah pidato dengan penerapan model pembelajaran
konstruktivisme adalah dalam proses pembelajaran yang meliputi aktivitas,
kreativitas, dan tanggungjawab adalah siswa dapat memunculkannya. Dan
pemunculan ini diharapkan meningkat dalam setiap siklus. Dan dalam
hasil belajar siswa dapat menggunakan ejaan, sistematika yang tepat, serta
penggunaan kalimat yang baku dalam menulis naskah pidato. Secara rinci
target penelitian ini adalasebagai berikut ini.
a. Target Proses
Target proses dalam penelitian ini difokuskan pada aktivitas siswa.
Aktivitas siswa yang diharapkan adalah semua siswa mampu beraktivitas
dalam mengungkapkan ide, gagasan, pertanyaan, dan jawaban selama
pembelajaran berlangsung. Dalam aspek kreativitas siswa mampu
menampilkan aktivitas dan hasil kerja yang tidak meniru contoh atau
temannya, sehingga apa yang dilakukan dan dikerjakan siswa benar-benar
menampilkan kolaborasi dengan semua teman (siswa lain) baik dalam
kerja kelompok, maupun dalam diskusi kelas. Serta siswa mampu
mempertanggungjawabkan ide, gagasan, maupun jawaban yang
diberikannya. Dengan demikian aspek-aspek yang diobservasi meliputi
keaktifan, kreativitas, dan tanggungjawab.
b. Target Hasil
Target hasil adalah siswa mampu membuat naskah pidato yang baik dan
benar. Kebenaran naskah pidato ini dapat dimaknai dari aspek penggunaan
ejaan, penerapan sistematika yang tepat, dan penggunaan kata dan kalimat
yang baik dan benar (baku). Dari setiap aspek ini dideskriptorkan untuk
memudahkan memberikan penilaian. Menurut nilai target hasil penelitian
adalah siswa mendapat nilai setara dan atau di atas KKM. Adapun KKM
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Bantarjambe adalah 60.
Sedangkan target secara klasikal adalah semua siswa mampu membuat
naskah pidato sesuai rambu-rambu penilaian yang dibuktikan dengan nilai
rata-rata kelas yang setara dan atau di atas KKM sekolah untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia
C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam
pidato pada siswa kelas VI SDN Bantarjambe. Adapun tujuan yang lebih
khusus adalah sebagai berikut.
a) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan pembelajaran
dengan menerapkan model konstruktivisme dalam pembelajaran
tentang kemampuan menulis naskah pidato pada kelas VI SDN
Bantarjambe.
b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
kemampuan menulis naskah pidato pada kelas VI SDN Bantarjambe
dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.
c) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
mengenai menulis naskah pidato dengan menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas VI SDN Bantarjambe.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembaca pada umumnya, dan khususnya:
a. Bagi siswa
1) Menumbuhkan sikap perhatian, aktivitas, kreativitas, kerjasama,
percaya didi, saling menghargai sesama, dan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis naskah pidato melalui kegiatan
yang memfasilitasi pembentukan pengetahuan sendiri sehingga
2) Melatih siswa untuk mampu mengembangkan kemampuan
pembentukan pengetahuan sendiri melalui kegiatan pembelajaran
yang menantang.
3) Memberikan rangsangan berfikir kritis dan sitematis dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
pembelajaran, termasuk dalam belajar membuat naskah pidato
b. Bagi guru
1) Dapat dijadikan suatu alternatif dalam meningkatkan keterampilan
mengelola perencanaan, penggunaan pendekatan, model, media,
dan teknik pembelajaran khususnya dengan menggunakan model
konstruktivisme.
2) Dengan diterapkannya model konstruktivisme diharapkan akan
memberikan wawasan terhadap guru dalam pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya mengenai menulis
naskah pidato.
3) Sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam mengembangkan
pengetahuan yang berorientasi pada peningkatan profesionalisme
kerja.
4) Dapat dijadikan rujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan
c. Bagi peneliti
1) Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis naskah pidato.
2) Merupakan suatu pengalaman yang sangat bermakna dalam
pengembangan pengetahuan guna lebih baiknya kualitas
pembelajaran
D. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman kebahasaan pada judul penelitian
tindakan kelas ini, maka diberikan batasan istilah sebagai berikut ini.
a. Model Konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa siswa
harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2007: 13).
b. Menulis adalah kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah
dimensi ruang yang masih kosong (Djuanda Dkk, 2006: 295).
c. Kemampuan Menulis adalah suatu persuratan bagi pimpinan dalam
setiap organisasi, perusahaan, pendidikan, ataupun pemerintahan
(Tarigan, 1986: 185)
d. Naskah pidato adalah teks yang berisi tulisan mengenai informasi yang
e. Kemampuan menulis naskah pidato adalah kemampuan siswa dalam
membuat naskah pidato dengan menggunakan ejaan yang tepat,
sistematika yang sistematis, dan menggunakan kalimat yang baku (sesuai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Yang menjadi lokasi penelitian adalah di SDN Bantarjambe, Desa
Cigintung, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang. Dasar pertimbangan
pemilihan lokasi di sekolah ini, peneliti merupakan salah seorang pengajar
di SDN Bantarjambe sehingga peneliti lebih memahami kondisi
lingkungan sekolah serta karakteristik siswa juga memahami keunggulan
dan kekurangan khususnya dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia
yang selama ini berlangsung. Selain itu penelitian yang dilakukan tidak
mengganggu tugas mengajar, sehingga kegiatan pembelajaran tetap
berjalan sebagaimana mestinya.
a. Kondisi Sekolah
Kondisi bangunan SD Bantarjambe cukup permanen. Ruang
belajar yang tersedia adalah 6 ruangan. Sementara bangunan dan ruangan
yang ada meliputi : 1 ruang guru merangkap dengan ruang kepala sekolah,
1 WC siswa laki-laki, 1 WC siswa perempuan, 1 WC guru dan kepala
sekolah, dan 1 ruangan gudang. Selain itu, halaman sekolah cukup luas
sekaligus digunakan sebagai sarana olah raga, dan upacara bendera. Untuk
lebih jelasnya lokasi dan kondisi SDN Bantarjambe tersebut dapat dilihat
U
Gambar 3.1
Denah SDN Bantarjambe
b. Kondisi Siswa
Keadaan siswa yang belajar di SDN Bantarjambe mayoritas berasal
dari keluarga dengan status ekonomi yang beragam, baik dari status
ekonomi atas, menengah dan ekonomi yang termasuk kurang, demikian
pula dengan latar belakang pendidikan orang tuanya. Jumlah siswa yang
bersekolah di SDN Bantarjambe berjumlah 79 orang siswa yang terdiri
dari 39 siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya
sebaran jumlah siswa tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 dihalaman 46
sebagai berikut ini. Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kep. Sek/Guru
GGdng
Tabel 3.1
Sebaran Jumlah Siswa SDN Bantarjambe
No Kelas Siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 I 5 2 7
2 II 7 8 15
3 III 9 1 10
4 IV 7 8 15
5 V 7 7 14
6 VI 4 11 15
39 37 76
c. Kondisi Guru
Dari segi guru, SDN Bantarjambe sudah dapat dikatakan sangat
mencukupi. Hal ini dapat dilihat baik dari segi jumlah, masa kerja,
golongan, maupun kualitas kompetensi semua garu. Secara rinci guru-guru
[image:34.595.126.509.145.749.2]SDN Bantarjambe seperti tertera pada Tabel 3.2 sebagai berikut ini.
Tabel 3.2
Data Guru SDN Bantarjambe
No Nama Nip Gol.
Ruang Mengajar Jabatan
1 Epi Kosmayati, S.Pd 196304061983052005 IV/A I – IV Kep Sek
2 Tasim Sugianto 195910201982011004 IV/A IV G. Kelas
3 Taryadi Siregar 196111111982011006 IV/A VI G. Kelas
4 Tuti Sulastri, S.Pd 196407151984102002 IV/A I - IV G. PJOK
5 O. Karsan 195604101984121001 IV/A I – IV G. PAI
6 Titi 196201091983052005 IV/A II G.Kelas
7 Darmini, S.Pd 196707211988122001 IV/A I G.Kelas
8 Ruhiman, S.Pd 196907062007011020 III/A V G. Kelas
9 Ahmad Amir N, S.Pd 198701062009021002 III/A III G. Kelas
10 Titi Setiawati - - I – IV Sukwan
11 Wantarip - - I – IV Sukwan
12 Salam, S.Pd.I - - I – IV Sukwan
13 Taryana - - - Penjaga
14 Asep Herdiana - - I – IV Sukwan
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan untuk penelitian ini mulai dari bulan
Januari sampai Bulan Juni 2013. Kegiatan pertama dimulai dengan
pembuatan proposal pada minggu pertama sampai minggu keempat bulan
Januari 2013. Seminar proposal dilakukan pada minggu kelima sampai
minggu kedua bulan Pebruari 2013. Dan revisi proposal dilakukan pada
minggu ketiga sampai minggu keempat bulan Pebruari 2013. Itu
merupakan waktu penelitian tahap perencanaan.
Selanjutnya pada tahap pelaksanaan penelitian untuk siklus I
dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulan Maret
2013. Sedangkan pengolahan dan analisis data siklus I dilakukan pada
minggu keempat sampai minggu kelima bulan Maret 2013. Siklus II
dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulan April 2013.
Dan pengolahan datanya dilaksanakan pada minggu keempat sampai
minggu kelima bulan April 2013.
Untuk perencanaan dan pelaksanaan tindakan siklus III
direncanakan dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga
bulan Mei 2013. Dan untuk pengolahan dan analisis data siklus III
dilakukan pada minggu keempat sampai minggu kelima bulan Mei 2013.
Untuk penyusunan laporan dan revisi laporan waktu yang dialokasikan
pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulai Juni 2013. Dan
2013. Untuk lebih jelas waktu penelitian secara detail dapat dilihat pada
lampiran tabel jadual penelitian.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas VI yang berjumlah 15 orang siswa,
terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Usia siswa
kelas VI SDN Bantarjambe Tahun Ajaran 2012-2013 sangat bervariasi, yang
paling muda berusia 11 tahun, dan yang paling tua berusia 13 tahun.
Untuk lebih jelasnya subjek penelitian seperti tertera pada Tabel 3.3
[image:36.595.116.506.290.729.2]sebagai berikut ini.
Tabel 3.3
Data Subjek Penelitian
No Nama Nomor
Induk
Jenis
Kelamin Alamat Ket
L P
1 Dian Soentono 070801001 Dusun Karamat
2 Darliyani 070801002 Dusun Karamat
3 Eka Surya Dinata 070801003 Dusun Sarongge 4 Ferawati Maulina 070801004 Dusun Sarongge
5 Jenny Muniroh Arifin 070801005 Dusun Karamat
6 Kiki Karlina 070801006 Dusun Karamat
7 Kiki Karisma 070801008 Dusun Baros
8 Nastiya Hani 070801009 Dusun Karamat
9 Sriwiarti 070801010 Dusun Sarongge
10 Teti Kurniawati 070801011 Dusun Karamat
11 Vini Khoerotul Latifah 070801012 Dusun Karamat
12 Winarni Yudaswara 070801013 Dusun Karamat
13 Yogi Karyadi 070801014 Dusun Baros
14 Yuni Rahmayanti 070801015 Dusun Sarongge
15 Ribka Agustina 0607006 Dusun Sarongge
Jumlah 4 11
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu bentuk penelitian
yang bersifat reflektif dengan melaksanakan tindakan yang bertujuan
memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa maupun pemahaman siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Kasbolah (1999: 15) bahwa “Penelitian Tindakan Kelas
adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan
dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran “.
Hal senada juga dikemukakan oleh Wardani et al (2003: 14)
bahwa :
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Peranan guru dalam PTK sangat penting. Dalam penelitian tersebut
guru terlibat secara langsung baik dalam setiap proses pembelajaran
maupun dalam setiap pelaksanaan tindakan kelas. Hal tersebut sesuai
dengan bentuk PTK yang dikemukakan Kasbolah, (1999: 122) bahwa
“Bentuk Penelitian Kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki
Guru sebagai pelaksana dalam PTK, hendaknya mengetahui dan
memahami karakteristik PTK, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Kasbolah (1999 : 22)
(1) Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan guru sendiri, (2) Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan praktik faktual, (3) Ciri lain yang ada pada Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.
Menyimak karakteristik PTK di atas, maka suatu penelitian dapat
disebut PTK apabila memenuhi ketiga karakteristik di atas. Karakteristik
pertama PTK dilaksanakan oleh guru sendiri sebagai pengelola program
kelas, guru kelas tersebut lebih mengetahui dan mengenal situasi kelasnya
termasuk permasalahan yang terdapat dalah proses pembelajaran. Ketika
melaksanakan kegiatan mengajar, gurulah yang melakukan
perbaikan-perbaikan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran. Karakteristik
kedua, PTK berangkat dari permasalahan praktik faktual, artinya
permasalahan tersebut timbul dalam proses pembelajaran sehari-hari yang
dihadapai oleh guru itu sendiri. Seorang guru yang profesional apabila
menemui permasalahan dalam proses pembelajaran, secara sadar ia akan
melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karakteristik
ketiga, ciri lain dari PTK adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang
bersangkutan. Tindakan yang dilakukan oleh guru harus direncanakan
Tujuan PTK menurut Kasbolah, (1999 : 32) “(1) untuk
meningkatkan layanan pendidikan (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil
pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan”.
Sesuai dengan tujuan PTK di atas, maka PTK sangat cocok
dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kelas
yaitu dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan adanya perbaikan yang
dilaksanakan guru kelas tersebut, maka diharapkan hasil belajar dan
pemahaman siswa juga mengalami peningkatan.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penggunaan model pembelajaran
Konstruktivisme dalam pembelajaran menulis naskah pidato di kelas VI
sekolah dasar. Permasalahan diangkat berdasarkan atas pengalaman dan
rasa ketidakpuasan yang dialami peneliti. Untuk memecahkan perasalahan
tersebut, peneliti menetapkan dan merancang tindakan yang berdasarkan
kajian teori pembelajaran dan literatur dari berbagai sumber yang relevan.
PTK ini dilaksanakan secara langsung oleh peneliti dan dibantu oleh rekan
guru yang berperan sebagai observer. Observer bertugas mengamati dan
mengobservasi proses pembelajaran dari awal sampai akhir.
Rancangan penelitian yang akan dilaksanakan adalah model siklus
berbentuk spiral yag mengacu pada model Kemmis dan Mc.Taggart
(Kasbolah, 1999 : 14) yang mengatakan bahwa :
merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Menyimak pendapat Kemmis dan Mc.Taggart di atas, pelaksanaan
siklus tidak hanya satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya
tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan siklus pada penelitian ini mengacu
kepada prosedur pelaksanaan tindakan yang terdiri dari perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation). Dan
refleksi (reflection).
Dalam setiap siklus terdapat : (1) Rencana (planning) adalah
rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan, dan membantu guru dalam penggunaaan model
pembelajran Konstruktivisme pada pembelajaran menulis naskah pidato,
(2) Tindakan (action) adalah tindakan yag akan dilaksanakan guru dalam
meningkatkan aktivitas siswa, (3) Observasi (observation) adalah kegiatan
mengamati, hasil, dan segala aktivitas yang terjadi selama proses belajar
mengajar berlangsung, (4) Refleksi (reflection) adalah guru mengkaji,
melihat, dan mempertimbangkan proses dan hasil pelaksanaan tindakan
dalam proses belajar mengajar. Setelah mengetahui hasil refleksi, guru
melakukan perbaikan terhadap rencana berikutnya sampai tujuan dapat
tercapai.
Untuk memperjelas tentang langkah penelitian yang dilaksanakan
Gambar 3. 1
Model Siklus Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66)
Pada gambar terlihat bahwa pelaksanaan PTK dimulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang merupakan sistem
yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Setiap tindakan
dimulai dengan tahap rencana, dimana peneliti menyusun rencana
pembelajaran, menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS), dan menyusun
instrument penelitian. Kemudian rencana yang telah disusun tersebut
[image:41.595.125.500.113.601.2]dilaksanakan pada tahap pelaksanaan. Selama pelaksanaan tindakan,
dilakukan observasi terhadap guru dan siswa yang terekam dalam lembar
instrumen. Selanjutnya pada tahap refleksi, peneliti dan observer
menganalisa proses pembelajaran dan prilaku siswa maupun guru. Hasil
refleksi tersebut dijadikan rujukan untuk rencana perbaikan selanjutnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun serangkaian tindakan
dalam bentuk siklus, yang terdiri dari tiga siklus. Adapun rancangan
penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Menurut Arikunto, (2008: 75) „tahapan ini berupa menyusun
rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan.
Selanjutnya uraian perencanaan ini secara rinci diuraikan oleh
Arikunto, (2008: 75) bahwa tahapan perencanaan terdiri dari
kegiatan-kegiatan sebagai berikut ini.
1). Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang akan diteliti. 2). Menetapkan alas an mengapa penelitian tersebut dilakukan,
yang akan melatarbelakangi PTK 3).Merumuskan masalah secara jelas.
4). Menetapkan tindakan yang akan dipilih sebagai alternative pemecahan masalah.
5). Menentukan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisa indikator keberhasilan tersebut.
6). Membuat secara rinci rancangan tindakan.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan intinya, merupakan implementasi dari
langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Dimana semuanya tertuang dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Praktisi harus paham betul apa-apa yang telah
digariskan dalam RPP dan berusaha melaksanakannya secara
maksimal dan wajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Arikunto, (2008: 76) „ bahwa tahap pelaksanaan merupakan
penerapan rancangan strategi dan sekenario‟.
c. Observasi
Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini adalah observasi.
Unsur-unsur yang diobservasi secara meliputi kinerja guru dan
aktivitas siswa. Dari kinerja guru yang diobservasi menyangkut
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dengan
menerapkan model konstruktivisme. Observasi kinerja guru ini
menggunakan pedoman observasi yang operasionalnya secara rinci
tertera pada format observasi kinerja guru. Dari setiap unsur yang
diobservasi (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) mengandung
beberapa indikator kinerja. Dari setiap indikator tersebut kemudian
dibuatkan deskriptor untuk menentukan nilai kualitas kinerja baik
setiap indikator, tahapan kegiatan, maupun komulatif semua kinerja
guru. Pelaksanaan observasi kinerja guru ini dilakukan oleh peneliti.
Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini guru praktisinya adalah
siswa, prosesnya hampir sama dengan observasi kinerj guru. Hal yang
berbeda terletak pada aspek aktivitas yang diobservasi.
d. Refleksi
Berdasarkan desain penelitian yang digunakan tahapan
penelitian selanjutnya adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam penelitian, mengingat dengan refleksi ini
akan diperoleh berbagai kepastian terkait dengan hasil penelitian.
Sebelum melakukan refleksi dilakukan dulu pengolahan dan analisis
data. Data-data yang diolah meliputi data proses, data hasil observasi,
data hasil wawancara dan data hasil belajar. Data-data ini terkumpul
dari berbagai alat pengumpul data, selanjutnya setelah diolah
kemudian dianalisis. Hasil analisis ini kemudian direfleksi, hasil
refelksi ini akan menentukan langkah selanjutnya dalam penelitian ini.
Dengan demikian refleksi merupakan kegiatan mengkaji secara
lengkap dan menyeluruh terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Yang selanjutnya hasil dari refleksi ini menjadi pedoman dalam
melakukan tindakan selanjutnya.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah berbentuk siklus yang direncanakan akan dilaksanakan dalam
tiga siklus. Dalam setiap siklus dilakukan empat kegiatan utama yaitu
diharapkan target dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dapat terbukti. Adapun
hal tersebut yaitu teratasinya kesulitan siswa dalam menulis naskah pidato
dengan menggunakan ejaan yang tepat, sistematikan yang tepat, serta
penggunaan kalimat yang baku, baik, dan benar.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model spiral
Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmaja, 2005: 66), yaitu model siklus yang
dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Artinya semakin lama
diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya.
Secara sederhana prosedur penelitian tersebut dapat dideskripsikan
sebagai berikut: perencanaaan penerapan model dimulai dengan membuat
perencanaan, dalam hal ini dengan menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Setelah perencanaan disiapkan kegiatan selanjutnya
adalah dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran, dengan menerapkan
model konstruktivisme, guna meningkatkan motivasi, aktivitas, dan
teratasinya kesulitan siswa dalam menulis naskah pidato. Kegiatan selanjutnya
sejalan dengan proses pelaksanaan pembelajaran, dilakukan pengamatan
terhadap pelaksanaan penerapan model konstruktivisme tersebut. Dan diakhiri
dengan merefleksi semua aktivitas penerapan model pembelajaran
konstruktivisme yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi ini sebagai pedoman
dalam pelaksanaan siklus selanjutnya.
Secara umum gambaran dari prosedur penelitian tersebut meliputi
langkah-langkah seperti tertera pada Tabel 3.2 di halaman 75 sebagai berikut
Tabel 3.2 Prosedur Penelitian
No Tahapan Bentuk Kegiatan
1 Perencanaan
1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
2. Membuat berbagai alat pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan tes hasil belajar.
3. Membuat media pembelajaran dan mendesaian media
yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan.
4. Membuat instrumen penilaian.
5. Mengadakan kerjasama dengan guru praktisi mengenai
penerapan model konstruktivisme, penentuan
indikator-indikator pencapaian target yang ditentukan, menentukan
waktu yang akan digunakan.
2
Pelaksanaan
1. Tahap Awal Pembelajaran.
a. Menyiapkan berbagai keperluan pembelajaran yang akan
digunakan di kelas.
b. Melakukan apersepsi untuk mengeksplorasi pengetahuan
awal siswa, mengkondisikan siswa, dan menggiring siswa
untuk masuk pada materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terbimbing dan permasalahan yang sering ditemukan siswa.
2. Tahap Inti Pembelajaran belajar.
a. Menyampaikan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan.
pula mengenai karakterisitik dari setiap naskah pidato
yang ada.
c. Siswa disuruh merumuskan kembali pengetahuannya
mengenai naskah pidato yang baik.
d. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan mengenai hal-hal yang kurang dipahami.
e. Guru memberikan masalah mengenai pembuatan
naskah pidato yang baik dan benar dengan
memperhatikan ejaan, sistematika, dan penggunaan
kalimat.
f. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil,
selanjutnya siswa saling memahamkan dan
membangun pengetahuannya mengenai membuat
naskah pidato yang baik dan benar.
g. Memantau kegiatan siswa dengan memberikan
pembimbingan, motivasi kepada siswa maupun
kelompok yang dinilai memerlukan.
h. Setiap kelompok melaporkan hasil kerja
kelompoknya dan dikomentari oleh kelompok lain.
i. Mengadakan diskusi kelas, siswa divasilitasi untuk
merumuskan kembali cara-cara membuat naskah
pidato yang baik dan benar. Bila perlu siswa mencari
dari berbagai literatur yang ada
j. Penyimpulan materi dengan secara klasikal dan guru
No Tahapan Bentuk Kegiatan 3. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran adalah
penilaian tes hasil belajar dalam bentuk tes produk.
Acuan penilaian adalah format penilaian yang
difokuskan untuk menilai aspek ejaan, sistematika
dan kalimat. Setiap aspek diberi rentang skor 0
sampai 3 dan setap skor diberi deskriptor
3 Observasi
Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Selain itu, observasi juga untuk mengumpulkan data dan merekam data, serta membuat catatan lapangan yang lengkap terkait proses pembelajaran.
5 Refleksi
1. Analisis, sintesis, dan interprestasi terhadap semua
informasi dan data yang diperoleh dari pelaksanaan
tindakan.
2. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian target
pembelajaran dan penelitian.
3. Memperbaiki proses pembelajaran yang telah
dilakukan dan pelayanan pembelajaran secara
Dengan adanya kegiatan refleksi ini para pelaku yang terlibat dalam
penelitian tindakan, mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan
penguasaan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis
naskah pidato dengan menerpkan model pembelajaran konstruktivisme.
E. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini,
adalah sebagai berikut ini.
1. Pedoman observasi
Pedoman observasi yang digunakan terdiri dari dua, yaitu
pedoman observasi kinerja guru dan pedoman observasi aktivitas siswa.
Pada dasarnya data-data yang dikumpulkan dari pedoman observasi ini
merupakan data kualitas, dengan demikian pedoman observasi ini pada
pelaksanaan mengcu pada format observasi. Dalam format observasi ini
secara rinci akan memandu dalam melakukan observasi juga pengolahan
datanya. Dengan demikian pedoman observasi dan format observasi
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, agar memudahkan dalam
melakukan observasi.
Pada proses pelaksanaannya observasi dilakukan secara langsung
pada saat proses belajar mengajar di kelas. Observasi dilakukan dengan
cara melihat, mengamati, dan mencatat perilaku siswa dan kinerja guru
selama proses pembelajaran mengenai menulis naskah pidato dengan
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan instrumen penelitian yang
digunakan pada saat wawancara . Pedoman wawancara berisi
pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan pada saat wawancara. Dalam kegiatan
penelitian ini yang menjadi objek wawancara meliputi guru praktisi
model dan dua atau tiga orang siswa yang dapat mewakili kemampuan
siswa secara keseluruhan.
Berbagai jawaban yang diberikan dari objek wawancara (guru
dan siswa) kemudian dirangkum, untuk selanjutnya diterprestasikan serta
dikorelasikan dengan data-data lainnya. Jadi wawancara dalam
penelitian ini digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dari
guru dan siswa tentang temuan-temuan yang diperoleh dalam proses
pembelajaran, baik sebelum maupun sesudah penerapan model
pembelajaran konstruktivisme pada materi menulis naskah pidato
3. Catatan Lapangan
Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2001: 153) catatan
lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dan
dialami dalam upaya mengumpulkan data dan refleksi terhadap data
penelitian kualitatif.
Data dari catatan lapangan ini sangat penting, mengingat
melalui catatan lapangan akan dapat mendeskripsikan berbagai
kejadian atau data selama kegiatan penerapan model berlangsung.
merekan kegiatan penerapan model pembelajaran konstruktivisme
pada materi menulis naskah pidato di kelas VI secara deskriptif dan
menyeluruh.
4. Test
Test berisi soal-soal pada setiap akhir tindakan dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman siswa terhadap
konsep yang telah dipelajari yaitu tentang kemampuan menulis naskah
pidato. Tes yang dilakukan adalah tes produk, yaitu menilai hasil kerja
siswa dengan menggunakan deskriptor penilaian.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data Proses
1) Pengolahan Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengolahan data proses meliputi aktivitas siswa dan kinerja guru.
Teknik pengolahan data proses yang pertama adalah pengolahan data
terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pengolahan data
aktivitas siswa diawali dengan menjaring data aktivitas siswa dari
instrumen yang telah dipersiapkan dalam bentuk format observasi
aktivitas siswa. Karena data aktivitas merupakan data kualitas, agar
mudah menganalisis dan menyimpulkan, selanjutnya dibuat acuan
penilaian data aktivitas ini. Untuk itu maka dibuat deskriptor tiap
Aspek yang diobservasi meliputi keaktifan, kreativitas, dan
tanggungjawab, sehingga diperoleh skor ideal 9. Kriterian penilaian
yang dibuat terdiri dari tiga kriteria yaitu baik, cukup, dan kurang.
Kriteria baik jika skor yang diperoleh 8 sampai 9, kriteria cukup jika
skor yang diperoleh 6 sampi 7, dan kriteria kurang jika skor yang
diperoleh dari 5 ke bawah. Dari skor ini kemudian dikonversi ke dalam
bentuk nilai dengan membandingkan skor perolehan dengan skor ideal
dikalikan seratus, dan penentuan ketuntasan adalah siswa dinyatakan
tuntas jika memperoleh kriteria baik atau cukup. Kriteria baik atau
cukup ini berada dalam tataran nilai 66 sampai 100, dan nilai tersebut
setara dan atau di atas KKM sekolah. Adapun KKM sekolah adalah 60.
[image:52.595.121.507.252.741.2]Adapun deskriptor penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.
Tabel 3.4
Deskriptor Penilaian Aktivitas Siswa
No Aspek Penilaian Indikator
1 Keaktifan
a. Mampu bertanya dan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada
b. Mau bekerjasama secara baik dengan semua teman dalam berbagai kegiatan pembelajaran
c. Melakukan berbagai kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh
2 Kreativitas
a. Mampu memunculkan ide, gagasan, pertanyaan, dan jawaban yang baru (berbeda dengan kebanyakan). b. Menyampaikan ide, gagasan, pertanyaan dan
jawaban dilakukan dengan cara yang efesien c. Melakukan aktivitas dengan cara sendiri tanpa
terpengaruh oleh orang lain
3 Tanggungjawab
a. Berani mempertahankan jawaban yang diberikan dengan cara yang baik
b. Terlibat secara maksimal dari awal sampai akhir dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun individu
2) Pengolahan Data Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengolahan data selanjutnya adalah pengolahan data hasil
observasi kinerja guru. Pengolahan data hasil observasi kinerja guru,
pada dasarnya hampir sama dengan pengolahan pada data hasil
observasi aktivitas siswa. Kesamaan tersebut terletak pada jenis data
yang keduanya merupakan data kualitas. Dengan demikian pengolahan
data hasil kin