• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO PADA SISWA KELAS VI SDN BANTARJAMBE KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO PADA SISWA KELAS VI SDN BANTARJAMBE KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

WANTARIP

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO PADA SISWA

KELAS VI SDN BANTARJAMBE KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. H. Dede tatang Sunarya, M.Pd Nip: 195703251985031005

Pembimbing II

Ani Nur Aeni, M.Pd Nip: 197608222005012002

Mengetahui Ketua Jurusan Program S-I PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Penerapan

Model Kontruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Pidato pada Siswa Kelas VI SDN Bantarjambe Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang

beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013

Yang Membuat Pernyataan

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN ……… i

PERNYATAAN ………... ii

ABSTRAK ……… iii

KATA PENGANTAR ………. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. v

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ……… 7

1. Rumusan Masalah ……… 7

2. Pemecahan Masalah ………. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 16

1. Tujuan Penelitian……….. 16

2. Manfaat Penelitian……… 17

D. Batasan Istilah ……….. 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 21

A. Menulis ………..

1. Pengertian Menulis ………..

2. Tujuan Pembelajaran Menulis ……….

3. Tahap-Tahap Menulis ……….

4. Teknik Pembelajaran Menulis ………. B. Teori-Teori Belajar yang Menunjang Konstruktivisme ………… 1. Teori Belajar Menurut Pandangan Psikologi ……….. 2. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran…………

(4)

C. Pembelajaran Menulis Naskah Pidato ……….. 1. Pengertian Naskah Pidato ………

2. Cara Menulis naskah Pidato ……… 3. Pembelajaran Menulis naskah Pidato ………..

D. Model Konstruktivisme ……….

1. Hakikat Model Kostruktivisme ………... 2. Karakteristik Model Konstruktivisme ……….

42 42 43 45 49 49 54

E. Penelitian Yang Relevan ………... 58

F. Hipotesis Tindakan ……… 60

BAB III METODE PENELITIAN ……… 61

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 1. Lokasi Penelitian ……… 2. Waktu Penelitian ………. B. Subjek Penelitian ……….. C. Metode dan Desain Penelitian ……….. 1. Metode Penelitian ………... 2. Desain Penelitian ……… D. Prosedur Penelitian ………... E. Instrumen Penelitian ………. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….. 1. Teknik Pengolahan Data ………. 2. Analisis Data ………... G. Validasi Data ……… 61 61 64 65 66 66 68 74 78 80 80 90 91 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN……… 94

A. Paparan Data Awal ……….. 94

B. Paparan Data Tindakan ……… 100

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ………. 100

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ………. 100

b. Paparan Data Proses Siklus I ………... 103

c. Paparan Data Hasil Siklus I ………. 114

(5)

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ……… 124

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ……… 124

b. Paparan Data Proses Siklus II ……….. 128

c. Paparan Data Hasil Siklus II ……… 141

d. Analisis Dan Refleksi Siklus II ……… 143

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ……….. 150

a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ………... 150

b. Paparan Data Proses Siklus III ………. 154

c. Paparan Data Hasil Siklus III ……….. 167

d. Analisis Dan Refleksi Siklus III ……….. 169

C.Paparan Pendapat Siswa dan Guru ……….. 1. Paparan Pendapat Siswa ……… 2. Paparan Pendapat Guru ………. 173 173 175 D.Pembahasan ……… 1. Perencanaan Penerapan Model Konstruktivisme pada Pembelajaran Menulis naskah Pidato………. 2. Pelaksanaan Penerapan Model Konstruktivisme pada Pembelajaran Menulis Naskah Pidato ………... 3. Peningkatan Kemampuan Menulis naskah Pidato dengan diterapkannya Model Konstruktivisme ……….. 176 176 179 185 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 191

A.Kesimpulan ……….. 191

B.Saran-Saran ……….. 193

DAFTAR PUSTAKA ……….. 197

DAFTAR LAMPIRAN ……… 199

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fase-Fase Pembelajaran Konstruktivisme……….. 52

Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Siswa SDN Bantarjambe………. 63

Tabel 3.2 Data Guru SDN Bantarjambe………. 63

Tabel 3.3 Data Subjek Penelitian……… 65

Tabel 3.4 Prosedur Penelitian………. 75

Tabel 3.4 Deskriptor Penilaian Aktivitas Siswa………. 81

Tabel 3.5 Deskriptor Penilaian Kinerja Guru………. 83

Tabel 3.6 Deskriptor Penilaian Hasil Belajar ……… 89

Tabel 4.1 Data Awal Hasil Belajar………. 95

Tabel 4.2 Data Awal Aktivitas Siswa ……… 96

Tabel 4.3 Data Awal Observasi Kinerja Guru ………... 98

Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ……….. 111

Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I………... 113

Tabel 4.6 Data Hasil Tes Siswa Siklus I ……… 115

Tabel 4.7 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus I………... 116

Tabel 4.8 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus I ………. 119

Tabel 4.9 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus I ……….. 122

Tabel 4. 10 Rangkuman Hasil Siklus I………... 124

Tabel 4.11 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II………... 138

Tabel 4.12 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II………... 140

Tabel 4.13 Data Hasil Tes Siswa Siklus II ……… 142

Tabel 4.14 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus II ……….. 143

Tabel 4.15 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus II ………. 146

Tabel 4.16 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus II ……….. 148

Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Siklus II ……….. 150

Tabel 4.18 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ………. 164

Tabel 4.19 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III……….. 166

(7)

Tabel 4.21 Analisis dan Refleksi Kinerja Guru Siklus III……….. 169

Tabel 4.22 Analisis dan Refleksi Aktivitas Siswa Siklus III………. 170

Tabel 4.23 Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siklus III ………. 171

Tabel 4.24 Rangkuman Hasil Siklus III ………. 173

Tabel 4.25 Fase-Fase Pembelajaran Konstruktivisme ………... 181

(8)

DAFTAR DIAGRAM

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Denah SDN Bantarjambe ……….. 62

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Instrumen Penelitian ……….. 199

Lampiran A.1 Lembar Observasi Kinerja Guru………. 199

Lampiran A.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……… 205

Lampiran A.3 Format Penilaian Hasil Belajar ……….. 207

Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa ………... 209

Lampiran A.5 Lembar Soal ………... 210

Lampiran A.6 Pedoman Wawancara untuk Guru ………. 211

Lampiran A.7 Pedoman Wawancara untuk Siswa ……… 212

Lampiran A.8 Catatan Lapangan ……….. 213

Lampiran B Data Awal ……….. 214

Lampiran B.1 Data Awal Hasil Observasi Kinerja Guru ……….. 214

Lampiran B.2 Data Awal Hasil Observasi Aktivitas Siswa ……….. 215

Lampiran B.3 Data Awal Hasil Belajar siswa ……….. 216

Lampiran C. Data Hasil Siklus I ……… 217

Lampiran C.1 RPP Siklus I ……… 217

Lampiran C.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ………... 223

Lampiran C.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ………... 224

Lampiran C.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ……… 225

Lampiran C.5 Hasil Pengerjaan LKS Siklus I……… 226

Lampiran C.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus I ………. 227

Lampiran C.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus I ………. 230

Lampiran C.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I ………... 231

Lampiran C.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus I ……… 232

Lampiran D.1 RPP Siklus II ………. 233

Lampiran D.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ………. 239

Lampiran D.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ………. 249

Lampiran D.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ………... 241

(11)

Lampiran D.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus II ………... 243

Lampiran D.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus II ………... 246

Lampiran D.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus II ………. 247

Lampiran D.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus II ……….. 248

Lampiran E.1 RPP Siklus III………. 249

Lampiran E.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ……… 255

Lampiran E.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ………. 256

Lampiran E.4 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III ………. 257

Lampiran E.5 Hasil Pengerjaan LKS Siklus III ……… 258

Lampiran E.6 Hasil Pengerjaan Tes Siklus III ……….. 259

Lampiran E.7 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus III ……….. 262

Lampiran E.8 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus III ……… 263

Lampiran E.9 Hasil Catatan Lapangan Siklus III ………. 264

Lampiran F Surat-Surat Penelitian ……… 265

Lampiran F.1SK Pembimbing ………... 265

Lampiran F.2 Surat Ijjin Penelitian ……….. 266

Lampiran F.3 Keterangan Melaksanakan Penelitian ………. 267

Lampiran F.4 Monitoring Bimbingan ……… 268

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran

wajib dan utama diajarkan di Sekolah Dasar. Dengan belajar Bahasa

Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan

berbahasa yang tercantum dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Keterampilan-keterampilan itu terdiri dari keterampilan menyimak,

keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Resmini dan Djuanda (2007: 2) menyatakan, ”Kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis”.

Untuk dapat mencapai kompetensi keempat keterampilan berbahasa tersebut,

maka seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan proses pembelajaran

yang melibatkan siswa secara aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga

materi yang disampaikan dapat diterima dan menetap pada siswa.

Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan yang sangat

penting dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar. Dengan menulis siswa dapat

mencurahkan ide, gagasan, pikiran, dan perasannya dalam menyampaikan

sesuatu dengan bahasa tulis. Tulisan yang disampaikan berisi pesan yang

(13)

pesan maka tulisan harus dibuat sesuai dengan aturan penulisan tata bahasa

Indonesia yang benar. Untuk menghasilkan sebuah tulisan, penulis perlu

melaksanakan serangkain kegiatan yang bertahap dan berkesinambungan.

Graves (Djuanda dkk, 2006: 299) menyatakan tahap proses menulis adalah

sebagai berikut (1) penulis memilih topik dan mengumpulkan informasi untuk

dituliskan, (2) penulis menuliskan topik pada sebuah teks, dan (3) penulis

melakukan sharing (curah pendapat) tentang tulisannya. Selain harus

memahami tahapan proses menulis, guru juga harus dapat mengemas

pendekatan, model atau teknik pembelajaran yang dapat memotivasi dan

melibatkan siswa agar materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan

mudah.

Kurikulum tahun 2006 mata pelajaran Bahasa Indonesia

mengisyaratkan bahwa kelas VI Sekolah Dasar harus menguasai standar kompetensi ”mengungkapkan pikiran dan informasi secara tertulis dalam

bentuk naskah pidato dan surat resmi”. Sejalan dengan standar kompetensi

tersebut maka pembelajaran menulis naskah pidato sangatlah penting untuk

diajarkan agar siswa menguasai dan memahami cara menulis naskah pidato

yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Naskah pidato merupakan salah satu

cara berkomunikasi bahasa tulis yang direalisasikan dalam bahasa lisan.

Dengan demikian dalam menulis naskah pidato ada beberapa hal yang harus

diperhatikan seperti: tulisan harus mudah dimaknai, ringkas dan jelas, bahasa

(14)

menggunakan ejaan yang baik dan benar, dan juga harus komunikatif dan

mudah dipahami.

Namun dalam kenyataannya tidak semua proses dan hasil belajar

didapatkan secara maksimal. Kondisi pembelajaran seperti itu terjadi di kelas

VI SDN Bantarjambe dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai

menulis naskah pidato. Proses dan hasil belajar siswa tentang menulis naskah

pidato tidak sesuai dengan harapan. Harapan dari proses pembelajaran yaitu

siswa dapat belajar dengan kreativitas, aktivitas yang tinggi dan munculnya

kerja sama antar siswa. Serta guru harus dapat memandang bahwa siswa

memiliki kemampuan awal mengenai materi yang diajarkan, untuk selanjutnya

siswa dibangun pengetahuannnya melalui kegiatan pembelajaran yang

berpusat pada siswa. Sehingga pembelajaran menjadi menantang, dinamis, dan

menyenangkan. Sedangkan harapan hasil belajar tentang menulis naskah

pidato yaitu siswa menguasai dan memahami penggunaan ejaan (kaidah

penulisan) yang tepat, sistematika penulisan yang tepat, dan menggunakan

kalimat yang efektif, komunikatif dan informatif. Hasil observasi pada tanggal

3 Januari 2013, menunjukkan siswa kesulitan dalam menggunakan ejaan

(kaidah penulisan), sistematika penulisan naskah pidato yang tepat, dan

kesulitan menggunakan kalimat yang efektif, kamunikatif dan informatif.

Sehingga rata-rata hasil belajar siswa berada di bawah rata-rata Kriteria

Ketuntasan Minimum yang sudah ditetapkan.

Dari 15 orang siswa hanya 5 orang siswa atau (33,3 %) yang

(15)

ditentukan yaitu 60 dan sisanya 10 orang siswa atau (66,7 %) mendapat nilai

di bawah KKM. Di lihat dari nilai rata-rata yaitu baru mencapai 56,6, artinya

secara keseluruhan pembelajaran masih jauh di bawah nilai KKM, hal ini

pembelajaran dinyatakan belum tuntas dan harus ditingkatkan. Secara lengkap

mengenai data awal hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel data awal hasil

belajar siswa di lampiran.

Ditemukannya permasalahan pembelajaran Bahasa Indonesia

mengenai menulis naskah pidato diteggarai juga oleh rendahnya aktivitas

siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Aspek yang diobservasi

meliputi keaktifan, kreativitas, dan tanggungjawab. Dari proses pembelajaran

diketahui aspek-aspek yang diobservasi belum dapat dimunculkan dengan

baik oleh siswa. Dari 15 orang siswa hanya 1 orang siswa atau (6,7%) yang

masuk katagori baik dalam mengikuti pembelajaran, 4 orang siswa atau

(26,7%) masuk katagori cukup dan sisanya 10 orang siswa atau (66,6 %)

masuk katagori kurang dengan kriteria penilaian aktivitas siswa yang telah

ditentukan. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa aktivitas siswa dalam

pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar secara keseluruhan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala (2006: 93) yang mengatakan bahwa,

” Hasil pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap

yang dipengaruhi oleh aktivitas pebelajar dalam proses pembelajaran”. Proses

aktivitas siswa dalam pembelajaran yang kurang maksimal tersebut

berdampak tidak baik terhadap hasil dari pembelajaran. Kekurangmaksimalan

(16)

dalam pembelajaran. Untuk lebih rinci mengenai data ini dapat dilihat pada

tabel data hasil observasi aktivitas siswa di lampiran.

Hasil observasi kinerja guru dalam pembelajaran tersebut adalah dalam

tahap perencanaan kategori penilaiannya masuk kriteria cukup dengan

memeproleh skor 8. Pada tahap pelaksanaan perolehan skornya 16 dan masuk

krteria kurang. Dan tahap evaluasi memperoleh skor 9 dengan kriteria cukup.

Dari keseluruhan indikator yang ditetapkan, kinerja guru baru melaksanakan

indikator dengan kriteria cukup sebanyak 67% dan kurang 33% dan secara

keseeluruhan kinerja guru ini baru mencapai persentase 61. Dengan demikian

secara umum kinerja guru dapat dinyatakan belum berhasil dalam

melaksanakan pembelajaran yang diharapkan. Kinerja guru dapat dikatakan

cukup atau baik jika berbagai kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan

dapat dimunculkan minimal 80% dari semua indikator kegiatan pelaksanaan

pembelajaran. Dan kaitan dengan ini, indikator pelaksanaan yang sudah

dilaksanakan, pada dasarnya belum maksimal dilakukan tapi baru

dimunculkan saja pada kegiatan pembelajaran. Secara rinci mengenai data

awal kinerja guru ini seperti tertera pada lampiran.

Mengingat masih rendahnya proses dan hasil pembelajaran tersebut,

maka harus dilakukan usaha untuk perbaikan dan peningkatan. Hal yang perlu

dilakukan adalah mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat

secara maksimal, berpusat kepada siswa, dan siswa diberi wahana dalam

menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Semua indikator

(17)

konstruktivisme. Dengan demikian usaha yang dilakukan untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan sebuah model pembelajaran

konstruktivisme. Adapun model pembelajaran konstruktivisme diyakini dapat

mengatasi permasalahan tersebut dapat dimaknai dari pengertian model

konstruktivisme itu sendiri.

Trianto, (2007: 13), mengatakan bahwa model kontruktivisme adalah :

Bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Dari pendapat tersebut jelas, bahwa keberhasilan pembelajaran sangat

ditentukan sekali oleh aktivitas siswa dalam membangun pengetahuan

awalnya. Aktivitas seperti yang diisyaratkan dalam definisi di atas dapat

dimaknai bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa (student center).

Tentunya peran guru bukan sekedar penyampai informasi (transformasi ilmu),

tetapi bagaimana guru memberikan berbagai vasilitas (motivasi) agar semua

siswa mau terlibat dalam proses pembangunan pengetahuannya. Dengan

model pembelajaran konstruktivisme kegiatan pembelajaran akan terjadi

interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Selain itu aktivitas tinggi

dalam pembelajaran akan tercipta, karena siswa akan mendapat fasilitas dari

guru dalam menemukan dan membangun pengetahuan dengan melibatkan

pengetahuan awal siswa. Dengan terciptanya kondisi ini jelas sangat

(18)

maksimal. Juga lebih dari itu proses pembelajaran akan memberikan

pengalaman yang sangat bermakna bagi semua siswa.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Dari hasil analisis masalah diketahui bahwa siswa tidak terfasilitasi

untuk membangun pengetahuannya dalam menguasai materi pelajaran,

aktivitas, kreativitas siswa kurang, dan tidak munculnya komunikasi

multi arah antar siswa. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar

siswa. Berdasarkan hasil analisis masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran model konstruktivisme dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato pada

kelas VI SDN Bantarjambe untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model konstruktivisme dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis naskah pidato pada

kelas VI SDN Bantarjambe untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

c. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis setelah diterapkannya

model konstruktivisme dalam pembelajaran menulis naskah pidato

(19)

2. Pemecahan Masalah

Permasalahan pembelajaran mengenai membuat naskah pidato di

kelas VI SDN Bantarjambe adalah siswa belum dapat membuat naskah

pidato dengan baik dan benar. Siswa masih kesulitan dalam menentukan

bagian-bagian naskah pidato, menggunakan EYD, dan penggunaan

kalimat yang benar dalam naskah pidato. Kesulitan ini ditenggarai dengan

minimnya aktvitas siswa dalam pembelajaran. Aktivitas siswa hanya

mendengarkan penjelasan dari guru mengenai cara membuat naskah

pidato, kemudian berlatih menulis naskah pidato. Kegiatan ini tidak

dipantau dan dibimbing dengan intensif, sehingga penilaian hanya

berpedoman kepada naskah pidato yang sudah dibuat oleh siswa, tanpa

melihat bagaimana proses siswa dalam belajar dan menguasai membuat

naskah pidato.

Dari permasalahan tersebut diperlukan desain pembelajaran yang

dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam menguasai materi

pembelajaran, juga dapat menarik siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran. Alternatif yang dapat menjawab berbagai permasalahan

tersebut adalah dengan diterapkannya model pembelajaran yang mau tidak

mau siswa dengan sendirinya akan larut dan menikmati pembelajaran.

Adapun model yang dimaksud adalah model konstruktivisme.

Pembelajaran aspek menulis (naskah pidato) dengan menerapkan

model konstruktivisme memungkinkan siswa dapat melakukan

(20)

pembangunan pengetahuan awal yang sudah dimikinya. Hal ini terjadi

ketika siswa mempelajari materi atau keterampilan tertentu, termasuk

untuk penguasaan konsep atau keterampilan lainnya yang dibutuhkan

dalam membuat naskah pidato. Dengan demikian aktivitas pembelajaran

benar-benar didominasi oleh siswa dan guru berperan sebagai pemberi

vasilitas dalam membangun dan membentuk pengetahuan siswa. Kegiatan

ini akan lebih bermakna, karena trasformasi nilai-nilai berjalan secara

alamiah dalam konteks yang sesuai dengan kondisi siswa dalam

keseharian. Atau dengan kata lain siswa belajar dengan melibatkan

pembentukan ”makna” oleh siswa sendiri dari apa yang mereka lakukan,

lihat, dan dengar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala, (2006: 88),

bahwa esensi konstruktivisme adalah siswa harus menemukan dan

mentrasformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila

dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Selain itu dengan penerapan model konstruktivisme guru bukan

berperan sebagai pemindah pengetahuan. Tetapi pengetahuan (bahan ajar)

secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.

Dengan kata lain belajar dapat diartikan sebagai perubahan konsepsi.

Dikatakan sebagai perubahan konsepsi karena pada dasarnya siswa telah

memilki pengetahuan awal (skemata). Dan dengan proses pembelajaran

terjadi asimilasi dan akomodasi dari konsep-konsep yang sudah

dimilikinya dengan konsep yang didapatkan dari kegiatan pembelajaran.

(21)

menyenangkan bagi para siswa. Jika kondisi ini terjadi secara ideal dalam

pembelajaran, maka berbagai tujuan maupun keterampilan yang menjadi

target pembelajaran akan dengan mudah tercapai.

Alasan lain mengapa model pembeajaran konstruktivisme dipilih

dalam menyelesaikan masalah ini yaitu karena sifat pembelajaran dengan

menggunakan model konstruktivisme itu sendiri. Sifat ini diarahkan pada

pandangan mengenai hakikat belajar. Belajar menurut pandangan

konstruktivisme adalah sebagai berikut ini.

a. Belajar dipandang sebagai perubahan ”konsepsi”, maka dapat dikatakan belajar merupakan suatu kegiatan yang rasional. b. Belajar hanya akan terjadi apabila seseorang mengubah atau

berkeinginan mengubah pikirannya.

c. Kemampuan siswa dalam belajar sangat tergantung kepada pengetahuan yang telah dimilikinya.

d. Belajar merupakan proses perubahan yang dimulai dari adanya perbedaan (differentiation), perluasan konsepsi, konseptualisasi ulang dan rektuturisasi , (Sutarno, 2008: 89).

Dari penjelasan tersebut sangat jelas bahwa model konstruktivisme

mengindikasikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang alamiah dan

rasional, serta terjadinya perubahan-perubahan konsepsi. Perubahan

konsepsi ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan awal siswa dan aktivitas

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pemaknaan atau perubahan

konsepsi sangat ditentukan sekali oleh pengalaman pembelajaran. Dengan

model konstruktivisme belajar merupakan suatu aktivitas yang harus

dilakukan oleh siswa ketika belajar dalam membentuk pengetahuannya

(22)

dan vasilitas yang relevan jelas sangat memungkinkan apa yang diajarkan

akan tertanam kuat pada siswa.

Selain itu alasan mengapa model konstruktivisme diyakini dapat

mengatasi permasalahan pembelajaran dalam mennulis naskah pidato,

didasarkan pula pada keunggulan dari model konstruktivisme itu sendiri.

Kebaikan-kebaikan model konstruktivisme tersebut adalah sebagai berikut

ini.

a. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

b. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagsan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki (diberi) kesempatan untuk merangkai fenomena,, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

c. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya agar siswa berfikir kreatif, imajintif, mendorong refleksi tentang teori dan model, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

d. Pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru siswa agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

e. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

(23)

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting

adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada

siswa. Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri didalam

benaknya. Guru dalam hal ini harus dapat memberikan kemudahan untuk

proses pembangunan pengetahuan siswa, dengan memberikan berbagai

kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide

mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru juga harus

mampu memberikan vasilitas yang mengarahkan siswa ke pemahaman

yang lebih tinggi. Dengan syarat siswa sendiri yang harus melakukan

proses peningkatan pemahaman tersebut.

Dengan kata lain konsep berfikir konstruktivisme adalah lebih

menekankan kepada bagaimana siswa memperoleh pengetahuannya.

Sehingga proses pemerolehan pengetahuan menjadi acuan keberhasilan

pembelajaran secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pendapat, (Sagala,

2006: 88) yang menyatakan bahwa ” konstruktivisme lebih menekankan

kepada strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan”

Pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme

memberikan ruang yang sangat luas kepada siswa dalam membangun dan

atau menemukan pengetahuan. Pengetahuan yang ditemukan atau

dibangun sendiri akan tertanam kuat dalam diri siswa. Dengan demikian

(24)

pembelajaran. Aktivitas siswa dalam membangun pengetahuannya,

mengisyaratkan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student center).

Sementara guru harus benar-benar mampu memberikan fasilitas dan

motivasi serta mampu mendesain langkah pembelajaran yang

mengarahkan pada pembangunan pengetahuan siswa melalui aktivitas

yang dilakukan oleh siswa.

Dengan model konstruktivisme pembelajaran akan disenangi dan

menantang siswa untuk terlibat. Hal ini dikarenakan pembelajaran bermula

dari pengetahuan awal siswa, dan dengan berbekal pengetahuan awal ini

siswa difasilitasi oleh guru dalam membangun konsepsi baru mengenai

materi yang dipelajari. Kemudian dikatakan menantang karena, siswa

harus mencoba dan merefleksi hasil pemikirannya dengan bertanya atau

berinteraksi dengan teman ketika menguji gagasan atau idenya. Dan

akhirnya pada tahap klarifikasi akan terjadi pemahaman yang kuat

sehingga penemuan makna dalam belajar akan benar-benar terjadi.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam

menulis naskah pidato dengan penerapan model pembelajaran

konstruktivisme dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.

a. Tahap Eksplorasi

1) Diperlihatkan beberapa teks (naskah) pidato yang bervariasi dan

diajukan pertanyaan apa yang diketahui dari siswa mengenai

naskah pidato tersebut.

(25)

3) Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi mengenai

konsteks yang sebenarnya mengenai naskah pidato dari berbagai

sumber, kemudian siswa diberi kesempatan untuk merumuskan

hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.

b. Tahap Klarifikasi

1) Guru memperkenalkan beberapa contoh naskah pidato beserta ciri

atau karakteristiknya.

2) Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang naskah

pidato.

3) Guru memberikan masalah berupa pemilihan naskah pidato yang

baik dan benar sesuai dengan kondisi yang seharusnya dengan

memperhatian ejaan, sistematika, dan penggunaan kalimat.

4) Siswa mendiskusikan secara berkelomok dan merencanakan

penyelidikan.

5) Siswa secara berkelompok melakukan penyelidikan (pemahaman)

untuk menguji rencananya.

6) Siswa mencari berbagai rujukan mengenai naskah pidato yang

kurang baik dan naskah pidato yang baik dan benar.

c. Tahap Aplikasi

1) Secara berkelompok siswa melaporkan hasil kerja kelompok

dengan disajikan oleh wakil kelompok dalam kegiatan diskusi

(26)

2) Siswa memberikan komentar, saran, dan pendapat terkait isi

laporan diskusi kelompok lain.

3) Secara klasikal siswa merumuskan dan menentukan hal-hal yang

harus dilakukan dalam membuat naskah pidato.

4) Secara perseorangan siswa membuat naskah pidato dengan

menggunakan ejaan, sistematika, dan kalimat yang tepat, sesuai

dengan pemahaman masing-masing.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam menulis naskah pidato dengan penerapan model pembelajaran

konstruktivisme adalah dalam proses pembelajaran yang meliputi aktivitas,

kreativitas, dan tanggungjawab adalah siswa dapat memunculkannya. Dan

pemunculan ini diharapkan meningkat dalam setiap siklus. Dan dalam

hasil belajar siswa dapat menggunakan ejaan, sistematika yang tepat, serta

penggunaan kalimat yang baku dalam menulis naskah pidato. Secara rinci

target penelitian ini adalasebagai berikut ini.

a. Target Proses

Target proses dalam penelitian ini difokuskan pada aktivitas siswa.

Aktivitas siswa yang diharapkan adalah semua siswa mampu beraktivitas

dalam mengungkapkan ide, gagasan, pertanyaan, dan jawaban selama

pembelajaran berlangsung. Dalam aspek kreativitas siswa mampu

menampilkan aktivitas dan hasil kerja yang tidak meniru contoh atau

temannya, sehingga apa yang dilakukan dan dikerjakan siswa benar-benar

(27)

menampilkan kolaborasi dengan semua teman (siswa lain) baik dalam

kerja kelompok, maupun dalam diskusi kelas. Serta siswa mampu

mempertanggungjawabkan ide, gagasan, maupun jawaban yang

diberikannya. Dengan demikian aspek-aspek yang diobservasi meliputi

keaktifan, kreativitas, dan tanggungjawab.

b. Target Hasil

Target hasil adalah siswa mampu membuat naskah pidato yang baik dan

benar. Kebenaran naskah pidato ini dapat dimaknai dari aspek penggunaan

ejaan, penerapan sistematika yang tepat, dan penggunaan kata dan kalimat

yang baik dan benar (baku). Dari setiap aspek ini dideskriptorkan untuk

memudahkan memberikan penilaian. Menurut nilai target hasil penelitian

adalah siswa mendapat nilai setara dan atau di atas KKM. Adapun KKM

untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Bantarjambe adalah 60.

Sedangkan target secara klasikal adalah semua siswa mampu membuat

naskah pidato sesuai rambu-rambu penilaian yang dibuktikan dengan nilai

rata-rata kelas yang setara dan atau di atas KKM sekolah untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia

C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam

(28)

pidato pada siswa kelas VI SDN Bantarjambe. Adapun tujuan yang lebih

khusus adalah sebagai berikut.

a) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan pembelajaran

dengan menerapkan model konstruktivisme dalam pembelajaran

tentang kemampuan menulis naskah pidato pada kelas VI SDN

Bantarjambe.

b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran

kemampuan menulis naskah pidato pada kelas VI SDN Bantarjambe

dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.

c) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

mengenai menulis naskah pidato dengan menerapkan model

pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas VI SDN Bantarjambe.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh

pembaca pada umumnya, dan khususnya:

a. Bagi siswa

1) Menumbuhkan sikap perhatian, aktivitas, kreativitas, kerjasama,

percaya didi, saling menghargai sesama, dan dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis naskah pidato melalui kegiatan

yang memfasilitasi pembentukan pengetahuan sendiri sehingga

(29)

2) Melatih siswa untuk mampu mengembangkan kemampuan

pembentukan pengetahuan sendiri melalui kegiatan pembelajaran

yang menantang.

3) Memberikan rangsangan berfikir kritis dan sitematis dalam

mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan

pembelajaran, termasuk dalam belajar membuat naskah pidato

b. Bagi guru

1) Dapat dijadikan suatu alternatif dalam meningkatkan keterampilan

mengelola perencanaan, penggunaan pendekatan, model, media,

dan teknik pembelajaran khususnya dengan menggunakan model

konstruktivisme.

2) Dengan diterapkannya model konstruktivisme diharapkan akan

memberikan wawasan terhadap guru dalam pelaksanaan

pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya mengenai menulis

naskah pidato.

3) Sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam mengembangkan

pengetahuan yang berorientasi pada peningkatan profesionalisme

kerja.

4) Dapat dijadikan rujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan

(30)

c. Bagi peneliti

1) Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam rangka

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis naskah pidato.

2) Merupakan suatu pengalaman yang sangat bermakna dalam

pengembangan pengetahuan guna lebih baiknya kualitas

pembelajaran

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman kebahasaan pada judul penelitian

tindakan kelas ini, maka diberikan batasan istilah sebagai berikut ini.

a. Model Konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa siswa

harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya

apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2007: 13).

b. Menulis adalah kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah

dimensi ruang yang masih kosong (Djuanda Dkk, 2006: 295).

c. Kemampuan Menulis adalah suatu persuratan bagi pimpinan dalam

setiap organisasi, perusahaan, pendidikan, ataupun pemerintahan

(Tarigan, 1986: 185)

d. Naskah pidato adalah teks yang berisi tulisan mengenai informasi yang

(31)

e. Kemampuan menulis naskah pidato adalah kemampuan siswa dalam

membuat naskah pidato dengan menggunakan ejaan yang tepat,

sistematika yang sistematis, dan menggunakan kalimat yang baku (sesuai

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian adalah di SDN Bantarjambe, Desa

Cigintung, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang. Dasar pertimbangan

pemilihan lokasi di sekolah ini, peneliti merupakan salah seorang pengajar

di SDN Bantarjambe sehingga peneliti lebih memahami kondisi

lingkungan sekolah serta karakteristik siswa juga memahami keunggulan

dan kekurangan khususnya dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia

yang selama ini berlangsung. Selain itu penelitian yang dilakukan tidak

mengganggu tugas mengajar, sehingga kegiatan pembelajaran tetap

berjalan sebagaimana mestinya.

a. Kondisi Sekolah

Kondisi bangunan SD Bantarjambe cukup permanen. Ruang

belajar yang tersedia adalah 6 ruangan. Sementara bangunan dan ruangan

yang ada meliputi : 1 ruang guru merangkap dengan ruang kepala sekolah,

1 WC siswa laki-laki, 1 WC siswa perempuan, 1 WC guru dan kepala

sekolah, dan 1 ruangan gudang. Selain itu, halaman sekolah cukup luas

sekaligus digunakan sebagai sarana olah raga, dan upacara bendera. Untuk

lebih jelasnya lokasi dan kondisi SDN Bantarjambe tersebut dapat dilihat

(33)
[image:33.595.118.504.113.564.2]

U

Gambar 3.1

Denah SDN Bantarjambe

b. Kondisi Siswa

Keadaan siswa yang belajar di SDN Bantarjambe mayoritas berasal

dari keluarga dengan status ekonomi yang beragam, baik dari status

ekonomi atas, menengah dan ekonomi yang termasuk kurang, demikian

pula dengan latar belakang pendidikan orang tuanya. Jumlah siswa yang

bersekolah di SDN Bantarjambe berjumlah 79 orang siswa yang terdiri

dari 39 siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya

sebaran jumlah siswa tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 dihalaman 46

sebagai berikut ini. Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kep. Sek/Guru

GGdng

(34)

Tabel 3.1

Sebaran Jumlah Siswa SDN Bantarjambe

No Kelas Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 I 5 2 7

2 II 7 8 15

3 III 9 1 10

4 IV 7 8 15

5 V 7 7 14

6 VI 4 11 15

39 37 76

c. Kondisi Guru

Dari segi guru, SDN Bantarjambe sudah dapat dikatakan sangat

mencukupi. Hal ini dapat dilihat baik dari segi jumlah, masa kerja,

golongan, maupun kualitas kompetensi semua garu. Secara rinci guru-guru

[image:34.595.126.509.145.749.2]

SDN Bantarjambe seperti tertera pada Tabel 3.2 sebagai berikut ini.

Tabel 3.2

Data Guru SDN Bantarjambe

No Nama Nip Gol.

Ruang Mengajar Jabatan

1 Epi Kosmayati, S.Pd 196304061983052005 IV/A I IV Kep Sek

2 Tasim Sugianto 195910201982011004 IV/A IV G. Kelas

3 Taryadi Siregar 196111111982011006 IV/A VI G. Kelas

4 Tuti Sulastri, S.Pd 196407151984102002 IV/A I - IV G. PJOK

5 O. Karsan 195604101984121001 IV/A I IV G. PAI

6 Titi 196201091983052005 IV/A II G.Kelas

7 Darmini, S.Pd 196707211988122001 IV/A I G.Kelas

8 Ruhiman, S.Pd 196907062007011020 III/A V G. Kelas

9 Ahmad Amir N, S.Pd 198701062009021002 III/A III G. Kelas

10 Titi Setiawati - - I IV Sukwan

11 Wantarip - - I – IV Sukwan

12 Salam, S.Pd.I - - I – IV Sukwan

13 Taryana - - - Penjaga

14 Asep Herdiana - - I – IV Sukwan

(35)

2. Waktu Penelitian

Waktu yang direncanakan untuk penelitian ini mulai dari bulan

Januari sampai Bulan Juni 2013. Kegiatan pertama dimulai dengan

pembuatan proposal pada minggu pertama sampai minggu keempat bulan

Januari 2013. Seminar proposal dilakukan pada minggu kelima sampai

minggu kedua bulan Pebruari 2013. Dan revisi proposal dilakukan pada

minggu ketiga sampai minggu keempat bulan Pebruari 2013. Itu

merupakan waktu penelitian tahap perencanaan.

Selanjutnya pada tahap pelaksanaan penelitian untuk siklus I

dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulan Maret

2013. Sedangkan pengolahan dan analisis data siklus I dilakukan pada

minggu keempat sampai minggu kelima bulan Maret 2013. Siklus II

dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulan April 2013.

Dan pengolahan datanya dilaksanakan pada minggu keempat sampai

minggu kelima bulan April 2013.

Untuk perencanaan dan pelaksanaan tindakan siklus III

direncanakan dilaksanakan pada minggu kesatu sampai minggu ketiga

bulan Mei 2013. Dan untuk pengolahan dan analisis data siklus III

dilakukan pada minggu keempat sampai minggu kelima bulan Mei 2013.

Untuk penyusunan laporan dan revisi laporan waktu yang dialokasikan

pada minggu kesatu sampai minggu ketiga bulai Juni 2013. Dan

(36)

2013. Untuk lebih jelas waktu penelitian secara detail dapat dilihat pada

lampiran tabel jadual penelitian.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas VI yang berjumlah 15 orang siswa,

terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Usia siswa

kelas VI SDN Bantarjambe Tahun Ajaran 2012-2013 sangat bervariasi, yang

paling muda berusia 11 tahun, dan yang paling tua berusia 13 tahun.

Untuk lebih jelasnya subjek penelitian seperti tertera pada Tabel 3.3

[image:36.595.116.506.290.729.2]

sebagai berikut ini.

Tabel 3.3

Data Subjek Penelitian

No Nama Nomor

Induk

Jenis

Kelamin Alamat Ket

L P

1 Dian Soentono 070801001  Dusun Karamat

2 Darliyani 070801002  Dusun Karamat

3 Eka Surya Dinata 070801003  Dusun Sarongge 4 Ferawati Maulina 070801004  Dusun Sarongge

5 Jenny Muniroh Arifin 070801005 Dusun Karamat

6 Kiki Karlina 070801006  Dusun Karamat

7 Kiki Karisma 070801008  Dusun Baros

8 Nastiya Hani 070801009  Dusun Karamat

9 Sriwiarti 070801010  Dusun Sarongge

10 Teti Kurniawati 070801011  Dusun Karamat

11 Vini Khoerotul Latifah 070801012 Dusun Karamat

12 Winarni Yudaswara 070801013  Dusun Karamat

13 Yogi Karyadi 070801014  Dusun Baros

14 Yuni Rahmayanti 070801015  Dusun Sarongge

15 Ribka Agustina 0607006  Dusun Sarongge

Jumlah 4 11

(37)

C. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu bentuk penelitian

yang bersifat reflektif dengan melaksanakan tindakan yang bertujuan

memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa maupun pemahaman siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Kasbolah (1999: 15) bahwa “Penelitian Tindakan Kelas

adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan

dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran “.

Hal senada juga dikemukakan oleh Wardani et al (2003: 14)

bahwa :

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Peranan guru dalam PTK sangat penting. Dalam penelitian tersebut

guru terlibat secara langsung baik dalam setiap proses pembelajaran

maupun dalam setiap pelaksanaan tindakan kelas. Hal tersebut sesuai

dengan bentuk PTK yang dikemukakan Kasbolah, (1999: 122) bahwa

“Bentuk Penelitian Kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki

(38)

Guru sebagai pelaksana dalam PTK, hendaknya mengetahui dan

memahami karakteristik PTK, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Kasbolah (1999 : 22)

(1) Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan guru sendiri, (2) Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan praktik faktual, (3) Ciri lain yang ada pada Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.

Menyimak karakteristik PTK di atas, maka suatu penelitian dapat

disebut PTK apabila memenuhi ketiga karakteristik di atas. Karakteristik

pertama PTK dilaksanakan oleh guru sendiri sebagai pengelola program

kelas, guru kelas tersebut lebih mengetahui dan mengenal situasi kelasnya

termasuk permasalahan yang terdapat dalah proses pembelajaran. Ketika

melaksanakan kegiatan mengajar, gurulah yang melakukan

perbaikan-perbaikan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran. Karakteristik

kedua, PTK berangkat dari permasalahan praktik faktual, artinya

permasalahan tersebut timbul dalam proses pembelajaran sehari-hari yang

dihadapai oleh guru itu sendiri. Seorang guru yang profesional apabila

menemui permasalahan dalam proses pembelajaran, secara sadar ia akan

melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karakteristik

ketiga, ciri lain dari PTK adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu

dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang

bersangkutan. Tindakan yang dilakukan oleh guru harus direncanakan

(39)

Tujuan PTK menurut Kasbolah, (1999 : 32) “(1) untuk

meningkatkan layanan pendidikan (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil

pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan”.

Sesuai dengan tujuan PTK di atas, maka PTK sangat cocok

dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kelas

yaitu dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan adanya perbaikan yang

dilaksanakan guru kelas tersebut, maka diharapkan hasil belajar dan

pemahaman siswa juga mengalami peningkatan.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penggunaan model pembelajaran

Konstruktivisme dalam pembelajaran menulis naskah pidato di kelas VI

sekolah dasar. Permasalahan diangkat berdasarkan atas pengalaman dan

rasa ketidakpuasan yang dialami peneliti. Untuk memecahkan perasalahan

tersebut, peneliti menetapkan dan merancang tindakan yang berdasarkan

kajian teori pembelajaran dan literatur dari berbagai sumber yang relevan.

PTK ini dilaksanakan secara langsung oleh peneliti dan dibantu oleh rekan

guru yang berperan sebagai observer. Observer bertugas mengamati dan

mengobservasi proses pembelajaran dari awal sampai akhir.

Rancangan penelitian yang akan dilaksanakan adalah model siklus

berbentuk spiral yag mengacu pada model Kemmis dan Mc.Taggart

(Kasbolah, 1999 : 14) yang mengatakan bahwa :

(40)

merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Menyimak pendapat Kemmis dan Mc.Taggart di atas, pelaksanaan

siklus tidak hanya satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya

tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan siklus pada penelitian ini mengacu

kepada prosedur pelaksanaan tindakan yang terdiri dari perencanaan

(planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation). Dan

refleksi (reflection).

Dalam setiap siklus terdapat : (1) Rencana (planning) adalah

rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,

meningkatkan, dan membantu guru dalam penggunaaan model

pembelajran Konstruktivisme pada pembelajaran menulis naskah pidato,

(2) Tindakan (action) adalah tindakan yag akan dilaksanakan guru dalam

meningkatkan aktivitas siswa, (3) Observasi (observation) adalah kegiatan

mengamati, hasil, dan segala aktivitas yang terjadi selama proses belajar

mengajar berlangsung, (4) Refleksi (reflection) adalah guru mengkaji,

melihat, dan mempertimbangkan proses dan hasil pelaksanaan tindakan

dalam proses belajar mengajar. Setelah mengetahui hasil refleksi, guru

melakukan perbaikan terhadap rencana berikutnya sampai tujuan dapat

tercapai.

Untuk memperjelas tentang langkah penelitian yang dilaksanakan

(41)

Gambar 3. 1

Model Siklus Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66)

Pada gambar terlihat bahwa pelaksanaan PTK dimulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang merupakan sistem

yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Setiap tindakan

dimulai dengan tahap rencana, dimana peneliti menyusun rencana

pembelajaran, menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS), dan menyusun

instrument penelitian. Kemudian rencana yang telah disusun tersebut

[image:41.595.125.500.113.601.2]
(42)

dilaksanakan pada tahap pelaksanaan. Selama pelaksanaan tindakan,

dilakukan observasi terhadap guru dan siswa yang terekam dalam lembar

instrumen. Selanjutnya pada tahap refleksi, peneliti dan observer

menganalisa proses pembelajaran dan prilaku siswa maupun guru. Hasil

refleksi tersebut dijadikan rujukan untuk rencana perbaikan selanjutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun serangkaian tindakan

dalam bentuk siklus, yang terdiri dari tiga siklus. Adapun rancangan

penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Menurut Arikunto, (2008: 75) „tahapan ini berupa menyusun

rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan.

Selanjutnya uraian perencanaan ini secara rinci diuraikan oleh

Arikunto, (2008: 75) bahwa tahapan perencanaan terdiri dari

kegiatan-kegiatan sebagai berikut ini.

1). Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang akan diteliti. 2). Menetapkan alas an mengapa penelitian tersebut dilakukan,

yang akan melatarbelakangi PTK 3).Merumuskan masalah secara jelas.

4). Menetapkan tindakan yang akan dipilih sebagai alternative pemecahan masalah.

5). Menentukan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisa indikator keberhasilan tersebut.

6). Membuat secara rinci rancangan tindakan.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan intinya, merupakan implementasi dari

(43)

langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan. Dimana semuanya tertuang dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Praktisi harus paham betul apa-apa yang telah

digariskan dalam RPP dan berusaha melaksanakannya secara

maksimal dan wajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Arikunto, (2008: 76) „ bahwa tahap pelaksanaan merupakan

penerapan rancangan strategi dan sekenario‟.

c. Observasi

Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini adalah observasi.

Unsur-unsur yang diobservasi secara meliputi kinerja guru dan

aktivitas siswa. Dari kinerja guru yang diobservasi menyangkut

persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dengan

menerapkan model konstruktivisme. Observasi kinerja guru ini

menggunakan pedoman observasi yang operasionalnya secara rinci

tertera pada format observasi kinerja guru. Dari setiap unsur yang

diobservasi (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) mengandung

beberapa indikator kinerja. Dari setiap indikator tersebut kemudian

dibuatkan deskriptor untuk menentukan nilai kualitas kinerja baik

setiap indikator, tahapan kegiatan, maupun komulatif semua kinerja

guru. Pelaksanaan observasi kinerja guru ini dilakukan oleh peneliti.

Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini guru praktisinya adalah

(44)

siswa, prosesnya hampir sama dengan observasi kinerj guru. Hal yang

berbeda terletak pada aspek aktivitas yang diobservasi.

d. Refleksi

Berdasarkan desain penelitian yang digunakan tahapan

penelitian selanjutnya adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan

yang sangat penting dalam penelitian, mengingat dengan refleksi ini

akan diperoleh berbagai kepastian terkait dengan hasil penelitian.

Sebelum melakukan refleksi dilakukan dulu pengolahan dan analisis

data. Data-data yang diolah meliputi data proses, data hasil observasi,

data hasil wawancara dan data hasil belajar. Data-data ini terkumpul

dari berbagai alat pengumpul data, selanjutnya setelah diolah

kemudian dianalisis. Hasil analisis ini kemudian direfleksi, hasil

refelksi ini akan menentukan langkah selanjutnya dalam penelitian ini.

Dengan demikian refleksi merupakan kegiatan mengkaji secara

lengkap dan menyeluruh terhadap tindakan yang telah dilakukan.

Yang selanjutnya hasil dari refleksi ini menjadi pedoman dalam

melakukan tindakan selanjutnya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah berbentuk siklus yang direncanakan akan dilaksanakan dalam

tiga siklus. Dalam setiap siklus dilakukan empat kegiatan utama yaitu

(45)

diharapkan target dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dapat terbukti. Adapun

hal tersebut yaitu teratasinya kesulitan siswa dalam menulis naskah pidato

dengan menggunakan ejaan yang tepat, sistematikan yang tepat, serta

penggunaan kalimat yang baku, baik, dan benar.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model spiral

Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmaja, 2005: 66), yaitu model siklus yang

dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Artinya semakin lama

diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya.

Secara sederhana prosedur penelitian tersebut dapat dideskripsikan

sebagai berikut: perencanaaan penerapan model dimulai dengan membuat

perencanaan, dalam hal ini dengan menyiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Setelah perencanaan disiapkan kegiatan selanjutnya

adalah dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran, dengan menerapkan

model konstruktivisme, guna meningkatkan motivasi, aktivitas, dan

teratasinya kesulitan siswa dalam menulis naskah pidato. Kegiatan selanjutnya

sejalan dengan proses pelaksanaan pembelajaran, dilakukan pengamatan

terhadap pelaksanaan penerapan model konstruktivisme tersebut. Dan diakhiri

dengan merefleksi semua aktivitas penerapan model pembelajaran

konstruktivisme yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi ini sebagai pedoman

dalam pelaksanaan siklus selanjutnya.

Secara umum gambaran dari prosedur penelitian tersebut meliputi

langkah-langkah seperti tertera pada Tabel 3.2 di halaman 75 sebagai berikut

(46)
[image:46.595.123.518.118.758.2]

Tabel 3.2 Prosedur Penelitian

No Tahapan Bentuk Kegiatan

1 Perencanaan

1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP).

2. Membuat berbagai alat pengumpulan data melalui

observasi, wawancara dan tes hasil belajar.

3. Membuat media pembelajaran dan mendesaian media

yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

4. Membuat instrumen penilaian.

5. Mengadakan kerjasama dengan guru praktisi mengenai

penerapan model konstruktivisme, penentuan

indikator-indikator pencapaian target yang ditentukan, menentukan

waktu yang akan digunakan.

2

Pelaksanaan

1. Tahap Awal Pembelajaran.

a. Menyiapkan berbagai keperluan pembelajaran yang akan

digunakan di kelas.

b. Melakukan apersepsi untuk mengeksplorasi pengetahuan

awal siswa, mengkondisikan siswa, dan menggiring siswa

untuk masuk pada materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

terbimbing dan permasalahan yang sering ditemukan siswa.

2. Tahap Inti Pembelajaran belajar.

a. Menyampaikan materi dan kegiatan yang akan

dilakukan.

(47)

pula mengenai karakterisitik dari setiap naskah pidato

yang ada.

c. Siswa disuruh merumuskan kembali pengetahuannya

mengenai naskah pidato yang baik.

d. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan mengenai hal-hal yang kurang dipahami.

e. Guru memberikan masalah mengenai pembuatan

naskah pidato yang baik dan benar dengan

memperhatikan ejaan, sistematika, dan penggunaan

kalimat.

f. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil,

selanjutnya siswa saling memahamkan dan

membangun pengetahuannya mengenai membuat

naskah pidato yang baik dan benar.

g. Memantau kegiatan siswa dengan memberikan

pembimbingan, motivasi kepada siswa maupun

kelompok yang dinilai memerlukan.

h. Setiap kelompok melaporkan hasil kerja

kelompoknya dan dikomentari oleh kelompok lain.

i. Mengadakan diskusi kelas, siswa divasilitasi untuk

merumuskan kembali cara-cara membuat naskah

pidato yang baik dan benar. Bila perlu siswa mencari

dari berbagai literatur yang ada

j. Penyimpulan materi dengan secara klasikal dan guru

(48)

No Tahapan Bentuk Kegiatan 3. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran adalah

penilaian tes hasil belajar dalam bentuk tes produk.

Acuan penilaian adalah format penilaian yang

difokuskan untuk menilai aspek ejaan, sistematika

dan kalimat. Setiap aspek diberi rentang skor 0

sampai 3 dan setap skor diberi deskriptor

3 Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Selain itu, observasi juga untuk mengumpulkan data dan merekam data, serta membuat catatan lapangan yang lengkap terkait proses pembelajaran.

5 Refleksi

1. Analisis, sintesis, dan interprestasi terhadap semua

informasi dan data yang diperoleh dari pelaksanaan

tindakan.

2. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian target

pembelajaran dan penelitian.

3. Memperbaiki proses pembelajaran yang telah

dilakukan dan pelayanan pembelajaran secara

(49)

Dengan adanya kegiatan refleksi ini para pelaku yang terlibat dalam

penelitian tindakan, mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan

penguasaan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai menulis

naskah pidato dengan menerpkan model pembelajaran konstruktivisme.

E. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini,

adalah sebagai berikut ini.

1. Pedoman observasi

Pedoman observasi yang digunakan terdiri dari dua, yaitu

pedoman observasi kinerja guru dan pedoman observasi aktivitas siswa.

Pada dasarnya data-data yang dikumpulkan dari pedoman observasi ini

merupakan data kualitas, dengan demikian pedoman observasi ini pada

pelaksanaan mengcu pada format observasi. Dalam format observasi ini

secara rinci akan memandu dalam melakukan observasi juga pengolahan

datanya. Dengan demikian pedoman observasi dan format observasi

merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, agar memudahkan dalam

melakukan observasi.

Pada proses pelaksanaannya observasi dilakukan secara langsung

pada saat proses belajar mengajar di kelas. Observasi dilakukan dengan

cara melihat, mengamati, dan mencatat perilaku siswa dan kinerja guru

selama proses pembelajaran mengenai menulis naskah pidato dengan

(50)

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan instrumen penelitian yang

digunakan pada saat wawancara . Pedoman wawancara berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan pada saat wawancara. Dalam kegiatan

penelitian ini yang menjadi objek wawancara meliputi guru praktisi

model dan dua atau tiga orang siswa yang dapat mewakili kemampuan

siswa secara keseluruhan.

Berbagai jawaban yang diberikan dari objek wawancara (guru

dan siswa) kemudian dirangkum, untuk selanjutnya diterprestasikan serta

dikorelasikan dengan data-data lainnya. Jadi wawancara dalam

penelitian ini digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dari

guru dan siswa tentang temuan-temuan yang diperoleh dalam proses

pembelajaran, baik sebelum maupun sesudah penerapan model

pembelajaran konstruktivisme pada materi menulis naskah pidato

3. Catatan Lapangan

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2001: 153) catatan

lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dan

dialami dalam upaya mengumpulkan data dan refleksi terhadap data

penelitian kualitatif.

Data dari catatan lapangan ini sangat penting, mengingat

melalui catatan lapangan akan dapat mendeskripsikan berbagai

kejadian atau data selama kegiatan penerapan model berlangsung.

(51)

merekan kegiatan penerapan model pembelajaran konstruktivisme

pada materi menulis naskah pidato di kelas VI secara deskriptif dan

menyeluruh.

4. Test

Test berisi soal-soal pada setiap akhir tindakan dengan tujuan

untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman siswa terhadap

konsep yang telah dipelajari yaitu tentang kemampuan menulis naskah

pidato. Tes yang dilakukan adalah tes produk, yaitu menilai hasil kerja

siswa dengan menggunakan deskriptor penilaian.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Pengolahan Data Proses

1) Pengolahan Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Pengolahan data proses meliputi aktivitas siswa dan kinerja guru.

Teknik pengolahan data proses yang pertama adalah pengolahan data

terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pengolahan data

aktivitas siswa diawali dengan menjaring data aktivitas siswa dari

instrumen yang telah dipersiapkan dalam bentuk format observasi

aktivitas siswa. Karena data aktivitas merupakan data kualitas, agar

mudah menganalisis dan menyimpulkan, selanjutnya dibuat acuan

penilaian data aktivitas ini. Untuk itu maka dibuat deskriptor tiap

(52)

Aspek yang diobservasi meliputi keaktifan, kreativitas, dan

tanggungjawab, sehingga diperoleh skor ideal 9. Kriterian penilaian

yang dibuat terdiri dari tiga kriteria yaitu baik, cukup, dan kurang.

Kriteria baik jika skor yang diperoleh 8 sampai 9, kriteria cukup jika

skor yang diperoleh 6 sampi 7, dan kriteria kurang jika skor yang

diperoleh dari 5 ke bawah. Dari skor ini kemudian dikonversi ke dalam

bentuk nilai dengan membandingkan skor perolehan dengan skor ideal

dikalikan seratus, dan penentuan ketuntasan adalah siswa dinyatakan

tuntas jika memperoleh kriteria baik atau cukup. Kriteria baik atau

cukup ini berada dalam tataran nilai 66 sampai 100, dan nilai tersebut

setara dan atau di atas KKM sekolah. Adapun KKM sekolah adalah 60.

[image:52.595.121.507.252.741.2]

Adapun deskriptor penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.4

Deskriptor Penilaian Aktivitas Siswa

No Aspek Penilaian Indikator

1 Keaktifan

a. Mampu bertanya dan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada

b. Mau bekerjasama secara baik dengan semua teman dalam berbagai kegiatan pembelajaran

c. Melakukan berbagai kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh

2 Kreativitas

a. Mampu memunculkan ide, gagasan, pertanyaan, dan jawaban yang baru (berbeda dengan kebanyakan). b. Menyampaikan ide, gagasan, pertanyaan dan

jawaban dilakukan dengan cara yang efesien c. Melakukan aktivitas dengan cara sendiri tanpa

terpengaruh oleh orang lain

3 Tanggungjawab

a. Berani mempertahankan jawaban yang diberikan dengan cara yang baik

b. Terlibat secara maksimal dari awal sampai akhir dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun individu

(53)

2) Pengolahan Data Hasil Observasi Kinerja Guru

Pengolahan data selanjutnya adalah pengolahan data hasil

observasi kinerja guru. Pengolahan data hasil observasi kinerja guru,

pada dasarnya hampir sama dengan pengolahan pada data hasil

observasi aktivitas siswa. Kesamaan tersebut terletak pada jenis data

yang keduanya merupakan data kualitas. Dengan demikian pengolahan

data hasil kin

Gambar

Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus ……………….
Gambar 3.2 Model Siklus Spriral Kemmis dan Mc Taggart …………….
tabel data hasil observasi aktivitas siswa di lampiran.
Gambar 3.1 Denah SDN Bantarjambe
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mereka miskin karena suatu hal yang disebabkan terjadi musibah, sedangkan fisik dan mentalnya masih berpotensi untuk bekerja dan berusaha, tetapi tidak memiliki modal, maka

[r]

Untuk mengatasi masalah genangan di atas, maka diperlukan analisa curah hujan yang cukup dalam mewujudkan sistem dan kapasitas penampang dari sebuah drainase sebagai solusi

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifkan antara rasa syukur dengan kecenderungan prososial pada

• Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca ditangani oleh Satgas Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Prov. OKI, Ogan Ilir, Muara Enim, Banyuasin, Musi

Berdasarkan deskripsi data proses pengembangan perangkat pembelajaran pada tahap perancangan, diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait perancangan perangkat pembelajaran

Argumen yang mendukung adanya ketentuan peraturan rotasi mandatory karena adanya sikap independensi auditor dapat dirusak oleh masa perikatan yang panjang dengan manajer

Pemilik atau pengelola UMKM pada sentral usaha pengolahan ikan di Kampung Patin Desa Koto Mesjid, Kampar, Riau harus meningkatkan kinerja pemasaran, perolehan