• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA USAHA KOPI BUBUK PURNAMA DI KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA USAHA KOPI BUBUK PURNAMA DI KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA USAHA KOPI BUBUK PURNAMA DI

KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh

LILI KURNIATI 0810221034

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ANALISA USAHA KOPI BUBUK PURNAMA DI KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil usaha dan keuntungan serta titik impas pada Usaha Kopi Bubuk Purnama. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 dengan periode data analisa terhitung mulai bulan Maret 2012 hingga April 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisa data deskriptif dan kuantitatif. Analisis data deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan profil usaha sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisis biaya-biaya, laba/rugi, biaya bersama dan titik impas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Usaha Kopi Bubuk Purnama yang berdiri sejak Bulan Maret Tahun 2011 belum menerapkan sistem manajemen usaha secara baik dan benar. Pemilik usaha merangkap sebagai pimpinan, tenaga kerja bagian pemasaran dan keuangan. Usaha Kopi Bubuk Purnama hanya memproduksi 1 produk saja yaitu Kopi Bubuk. Selama periode April 2012 hingga Maret 2013, Usaha Kopi Bubuk Purnama telah melakukan penjualan kopi bubuk sebanyak 6412 Kg dengan jumlah penerimaan sebesar Rp 307.696.000 dan keuntungan diperoleh sebesar Rp 46.785.608. Nilai titik impas yang dicapai untuk penjualan yaitu Rp 33.371.391,26 dengan kuantitas produk 2.666,81 kg.

(3)

ANALYSIS OF PURNAMA GROUND COFFEE ENTERPRISE IN BAYANG SUBDISTRICT, PESISIR SELATAN DISTRICT

ABSTRACT

This study aims to describe the profile of Purnama ground coffee enterprise, its profit and break-even point. The data were analyzed between March 2012 to April 2013. The study was conducted in June 2013. The study used descriptive method. Descriptive data analysis is used to describe profile of the enterprise while quantitative analysis is used to analyze costs, profit / loss and break-even point.

The results showed that Purnama ground coffee enterprise, which was established in March 2011 have not yet implemented business management system properly. Business owner plays multiple roles as chairman, worker, financial and marketing staff. Purnama ground coffee enterprise only produce one product namely ground coffee. During the period of April 2012 to March 2013, Purnama ground coffee enterprise has produced 6412 kg of ground coffee with to total amount of revenue and profit earned Rp 307.696 million and Rp 46,785,608, respectively. Value of break-even point reached Rp 33,371,391.26 with 2666.81 kg of products quantity.

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu

diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat

bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi

dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk

meningkatkan produksi pertanian guna meningkatkan kebutuhan pangan,

kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan

petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan

berusaha (Soekartawi, 2003).

Jenis kegiatan ekonomi dari industri sangatlah beragam, salah satunya

yang berhubungan dengan sektor pertanian yaitu agroindustri. Saragih (2001)

menerangkan, agroindustri merupakan salah satu bentuk industri hilir yang

berbahan baku produk pertanian dan menekankan pada produk olahan dalam

suatu perusahaan atau industri. Disamping itu, agroindustri merupakan tahapan

pembangunan sebagai lanjutan pembangunan pertanian sebelum mencapai

pembangunan industri. Kegiatan dari industri kecil atau menengah sekarang ini

lebih diarahkan ke sektor agroindustri.

Industri kecil merupakan bagian integral dunia usaha yang mempunyai

kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan

pembangunan nasional. Program pembangunan industri di Sumatera Barat telah

diarahkan untuk mendorong pertumbuhan agroindustri berskala usaha kecil dan

menengah dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia didaerah sampai

kepedesaan sehingga dapat menyerap tenaga kerja setempat atau berdampak

positif terhadap pembangunan program industri padat modal dan padat karya

(Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat, 2001).

Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses produksi untuk

menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilihat dari sifat dan

bentuknya, maka industri kecil bercirikan : 1) berbasis pada sumberdaya lokal

(5)

kemandirian, 2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu

mengembangkan sumberdaya manusia, 3) menerapkan teknologi lokal

(indigenous technology) sehingga dapat dikembangkan oleh tenaga lokal, dan 4)

tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan

pembangunan yang efektif (Soekartawi, 2001).

Kopi merupakan salah satu hasil perkebunan yang memegang peranan

penting dalam pengembangan agroindustri, khusus di Sumatera Barat produksi

kopi pada tahun 2009 mencapai 37.991 ton dan pada tahun 2010 mencapai

37.621,2 ton (Antara, 2011). Kopi adalah salah satu komoditi perkebunan yang

memberikan kontribusi yang besar bagi Sumatera Barat khususnya di Kabupaten

Pesisir Selatan, industri pengolahan kopi bubuk termasuk ke dalam industri

pangan yang mempunyai potensi yang cukup besar dalam perekonomian

Kabupaten Pesisir Selatan (Lampiran 1).

Untuk mengkaji kelayakan industri pengolahan dapat dikaji dari aspek

analisis usaha karena dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang

diperlukan, penggunaan modal, besar biaya yang diperlukan, lamanya modal

kembali, dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Analisis usaha mutlak dilakukan

bila seseorang hendak memulai usaha. Analisis usaha dilakukan untuk mengukur

atau menghitung apakah usaha tersebut menguntungkan atau merugikan, serta

memberi gambaran kepada seseorang untuk melakukan perencanaan usaha

(Soekartawi, 2000).

Subanar (1994) menyatakan, kajian analisis usaha sangat penting untuk

mengetahui kondisi usaha saat sekarang maupun di masa yang akan datang.

Disamping itu, perlu adanya perencanaan serta pengendalian usaha yang

diperlukan agar mampu menjadi sebuah usaha bisnis yang profit oriented.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui/menganalisis suatu usaha baik

menggunakan modal atau biaya-biaya untuk mendapatkan informasi apakah suatu

usaha mendapatkan keuntungan atau kerugian atas usaha yang telah dilakukan

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Usaha Kopi Bubuk Purnama merupakan usaha yang mengolah bahan baku

hasil pertanian berupa biji kopi menjadi kopi bubuk, berada di Kecamatan

Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan. Di Kecamatan Bayang banyak yang mengolah

kopi bubuk akan tetapi baru usaha Kopi Bubuk Purnama yang telah terdaftar di

Departemen Kesehatan RI dengan PIRT. No. 210130202061, Usaha Kopi Bubuk

Purnama ini beda dengan Usaha Kopi Bubuk pesaingnya karena Kopi Bubuk

Purnama ini sudah memiliki izin dan dibungkus dalam kemasan (Lampiran 2).

Menurut informasi dari pemilik usaha, usaha ini masih tergolong usaha kecil

(Lampiran 3), yang jumlah tenaga kerjanya sebanyak 7 orang termasuk pemilik

usaha. Untuk perolehan bahan baku bagi usaha ini pemilik usaha langsung

membelinya kepada pedagang pengumpul di Provinsi Bengkulu.

Pihak usaha kopi bubuk Purnama memproduksi dengan bahan baku jenis

kopi Robusta yang dipasok dari Provinsi Bengkulu dan tidak menggunakan bahan

campuran serta pengawet. Penjualan yang dicapai oleh Usaha Kopi Bubuk

Purnama sekitar 500 kg kopi bubuk/bulan. Usaha Kopi Bubuk Purnama yang

berdiri pada bulam Maret 2011 belum mengetahui kondisi laba rugi dalam

kegiatan usahanya karena usaha ini tidak pernah melakukan pencatatan atau

perhitungan laba/rugi usaha. Menurut Assauri (2011), Usaha yang baru tumbuh

memiliki empat tahapan dalam siklus kehidupan usaha produk (Product Life

Cycle), yaitu tahapan pengenalan (introduction), tahapan pengembangan (growth),

tahapan pematangan (maturity), dan tahapan penuaan/penurunan (decline).

Usaha yang dipimpin oleh Bapak Akiar ini, sejak berdiri menunjukkan

peningkatan produksi dan penjualan (Lampiran 4), pada tahun 2011 produksi

kopi bubuk sebesar 4.800 Kg, sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan

penjualan sebesar 6.000 Kg. Dalam memasarkan produknya pemilik usaha sendiri

yang mengantarkan Kopi Bubuk secara langsung ke toko – toko grosir di

Kabupaten Pesisir Selatan (Lampiran 5), bahkan sudah sampai ke beberapa toko –

toko kecil di kota Padang. Sejak awal berdirinya usaha sampai saat ini, pemilik

usaha menjual kopi bubuk dalam tiga ukuran kemasan yakni kemasan kecil 50 gr

(7)

4500,-/kemasan dan kemasan besar 150 gr dengan harga Rp. 7000,-/bungkus . Seperti

usaha kecil lainnya, usaha Kopi Bubuk Purnama dalam memulai usaha tidak

memiliki perencanaan kegiatan pasar, pasar yang dituju adalah pasar yang sudah

ada, sistem akuntansi dan anggaran kebutuhan modal, struktur organisasi dan

pendelegasian wewenang serta alat – alat kegiatan manajerial lainnya. Setiap

pengusaha dalam menjalankan usahanya tentu mempunyai tujuan untuk

memperoleh laba sebesar-besarnya dengan jalan meningkatkan pendapatan,

meminimumkan biaya dan memaksimumkan penjualan. Oleh karena itu,

diperlukan suatu pencatatan akuntansi yang baik dan benar dalam menjalankan

usaha.

Usaha Kopi Bubuk Purnama ini menggunakan modal sendiri dengan

modal awal Rp. 50.000.000,- dan memperoleh pinjaman modal dari Bank BRI

yaitu sebesar Rp. 50.000.000,- untuk menjalankan usahanya, karena modal

merupakan salah satu unsur penting dalam memulai industri. Modal berguna

untuk pembiayaan produksi, pembiayaan tenaga kerja dan pengembangan usaha.

Sebagai usaha yang baru berdiri, Usaha Kopi Bubuk Purnama merupakan

usaha yang baru dijalankan dan menurut informasi dari pemilik usaha, usaha ini

belum pernah melakukan pencatatan akuntansi yang baik dan benar mulai dari

awal berdiri sampai sekarang. Pemilik usaha hanya menggunakan daya ingat dan

sedikit catatan untuk menunjang kebijaksanaan yang akan diambilnya. Sehingga

pemilik usaha sulit untuk mengidentifikasi berapa biaya-biaya, pendapatan dan

keuntungan yang diperoleh setiap bulannya, hingga saat ini pemilik sulit untuk

menentukan berapa laba bersih dan titik impas usaha. Selain itu penelitian ini

berguna untuk memberikan informasi kepada pemilik usaha tentang keuntungan

atau kerugian yang diperoleh dari usaha yang dijalankan.

Dari uraian tersebut, perlu diketahui bagaimana manajemen usaha yang

dilakukan oleh usaha Kopi Bubuk Purnama di kecamatan Bayang dan seberapa

besar tingkat keuntungan/ kerugian usaha dan pada tingkat produksi berapakah

usaha ini mengalami titik impas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisa Usaha Kopi Bubuk Purnama Di Kecamatan

(8)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan profil usaha pada Usaha Kopi Bubuk Purnama.

2. Menganalisa tingkat keuntungan dan titik impas pada Usaha Kopi Bubuk

Purnama.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

berbagai pihak diantaranya :

1. Bagi pihak usaha, diharapkan dapat memberikan masukan informasi dan

saran yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan dan pengembangan

usaha pada masa yang akan mendatang.

2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai informasi dalam membuat

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini walnut dan almond yang merupakan jenis kacang-kacangan yang memiliki kandungan serat yang cukup tinggi pula untuk kebutuhan serat dalam tubuh anda3. Makanan banyak

Pemain pertahanan mestilah berada sekurang-kurangnya 9.15m (10 ela) dari kedudukan bola untuk membuat tendangan percuma langsung dan tidak langsung. Pemain pertahanan boleh

Within the scope of the regency/ municipality, Local Development Planning Board or can be abbreviated Planning Board (Bappeda) has a strategic role in the

Untuk variabel pemberian insentif : pada indikator insentif non-materi dapat berpengaruh terhadap semangat kerja pegawai terdapat tanggapan terbanyak yaitu 43 orang

Sinergis, terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan bersama- sama dengan aksi proksimat yang sama menimbulkan efek yang lebih besar dari jumlah efek

[r]

Puji syukur penulis kepada Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Perbandingan Sensitivitas

Aplikasi ini dibuat berdasarkan karena selama ini masih banyak took/perusahaan yang belum memberikan informasi dan pelayanan di internet yang dapat memudahkan pembeli dalam