• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Rotifera yang Diperkaya dengan Beberapa Jenis Sumber Lemak Terhadap Kelangsungan Hidup Larva Udang Vannamei Litopenaeus Vannamei

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Rotifera yang Diperkaya dengan Beberapa Jenis Sumber Lemak Terhadap Kelangsungan Hidup Larva Udang Vannamei Litopenaeus Vannamei"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ROTIFERA YANG DIPERKAYA DENGAN

BEBERAPA JENIS SUMBER LEMAK TERHADAP

KELANGSUNGAN HIDUP LARVA UDANG VANNAMEI

Litopenaeus vannamei

Oleh :

Wahyudin C14101001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGARUH ROTIFERA YANG DIPERKAYA DENGAN BEBERAPA

JENIS SUMBER LEMAK TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP LARVA UDANG VANNAMEI Litopenaeus vannamei

Adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke universitas manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2005

(3)

RINGKASAN

WAHYUDIN. Pengaruh Rotifera yang Diperkaya dengan Beberapa Jenis Sumber Lemak terhadap Kelangsungan Hidup Larva Udang Vannamei Litopenaeus vannamei.

Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan ING MOKOGINTA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengkayaan rotifera dengan minyak ikan, minyak cumi dan A1 DHA Selco terhadap kelangs ungan hidup larva udang vannamei. Penelitian ini dilaksanakan di PT. CentralPertiwi Bahari Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

Larva udang vannamei stadia Nauplii 6 dipelihara dalam 12 tangki fiberglass volume 500L yang diisi air 300L dengan kepadatan ±100 ind/L. Larva dipelihara selama 10 hari hingga mencapai stadia pasca larva 1 (PL1). Larva diberi pakan buatan CP Star 100, CP Spina, BP Eguci dan Lanzy ZM dengan frekuensi pemberian 6 kali sehari. Sedangkan pakan alami terdiri dari Chaetoceros gracillis dan Skeletonema costatum, dengan frekuensi pemberian 4 kali sehari. Mulai stadia zoea 2, larva diberi tambahan pemberian rotifera dengan perlakuan sebagai berikut: rotifera dari kultur massal (A), rotifera yang diperkaya dengan 0,5ml minyak ikan/10L media pengkaya (B), rotifera yang diperkaya 0,5ml minyak cumi/10L media pengkaya (C) dan rotifera yang diperkaya dengan 0,5ml A1 DHA Selco/10L media pengkaya (D). Masing- masing perlakuan dari penelitian ini mempuyai 3 ulangan. Masing- masing bahan pengkaya tersebut ditambah 0,25g ragi, 0,01g kuning telur dan 100ml air tawar, lalu emulsikan dengan blender selama 2-5 menit. Rotifera diperkaya selama 6 jam, lalu diberikan ke larva.

(4)

PENGARUH ROTIFERA YANG DIPERKAYA DENGAN

BEBERAPA JENIS SUMBER LEMAK TERHADAP

KELANGSUNGAN HIDUP LARVA UDANG VANNAMEI

Litopenaeus vannamei

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Wahyudin C14101001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Pengaruh Rotifera yang Diperkaya dengan Beberapa Jenis Sumber Lemak terhadap Kelangsungan Hidup Larva Udang Vannamei Litopenaeus vannamei

Nama Mahasiswa : Wahyudin NRP : C14101001

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dedi Jusadi Dr. Ing Mokoginta

NIP : 131788590 NIP : 131284821

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Kadarwan Soewardi NIP : 130805031

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas segala rahmat Allah SWT serta atas izin-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini. Penelitian yang dilaksanakan penulis berjudul pengaruh rotifera yang diperkaya dengan beberapa jenis sumber lemak terhadap kelangsungan hidup larva udang vannamei Litopenaeus vannamei. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Dedi Jusadi dan Ibu Dr. Ing Mokoginta selaku pembimbing atas bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak A. Musyafik selaku Asisten Vice Presiden PT. CentralPertiwi Bahari (CPB), Ibu Fivi Najmusyabah selaku General Manager PT. CPB, Bapak Subandriyo selaku Senior Manager PT. CPB, Bapak Edi Poncolaksito selaku pembimbing lapang, Bang Tupa dan Mas Andika selaku Kepala Seksi Laboratorium pakan alami, Mas Tholib, serta warga Hatchery II dan seluruh staf serta karyawan PT. CPB yang telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini. Selain itu terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tuaku, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doanya selama ini. Terima kasih kepada Pak Wasjan, teman-teman nutrisi, teman-teman kost serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada Yuliana Sagita yang selalu memberi dorongan, semangat serta do’a kepada penulis supaya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis. Namun penulis berharap semoga karya yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Bogor, Desember 2005

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 4 Maret 1982 sebagai anak pertama dari pasangan Karwi dan Iroh. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Taman Mekar pada tahun 1989. Kemudian penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Lemahabang pada tahun 1995–1998. Selanjutnya penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menegah Umum Negeri 5 Karawang pada tahun 1999-2001.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa pada periode kepengurusan 2002/2003. Penulis juga pernah menjadi pengurus HIMAKUA pada tahun 2001/2002, 2002/2003, dan 2003/2004. Selain itu penulis juga pernah mengikuti pelatihan pembuatan akuarium, pelatihan kawin suntik, serta pelatihan akuascaping. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah teknik produksi ikan hias (2004/2005), nutrisi ikan, (2005) dan teknik produksi pakan alami (2004).

Penulis melakukan penelitian berjudul : Pengaruh Rotifera yang Diperkaya dengan Beberapa Jenis Sumber Lemak terhadap Kelangsungan

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Larva Udang Vannamei... 4

2.2 Kebutuhan Nutrien (Asam Lemak) ... 4

2.4 Rotifera (Brachionus sp.) ... 7

III. BAHAN DAN METODA 3.1 Pemeliharaan Benur ... 10

3.2 Penyediaan Rotifera ... 11

3.3 Pengkayaan Rotifera ... 11

3.4 Pengelolaan air ... 12

3.5 Pengamatan ... 12

3.6 Analisa Kimia ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 14

4.2 Pembahasan ... 16

V. KESIMPULAN ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan asam lemak minyak ikan ... 6 Tabel 2. Persentase relatif asam lemak n-3 pada berbagai ikan ... 6 Tabel 3. Kandungan asam lemak minyak cumi ... 7 Tabel 4. Kandungan asam lemak rotifera yang diberi ragi dan yang

diperkaya minyak cumi ... 9 Tabel 5. Kandungan asam lemak rotifera yang diperkaya dengan minyak

ikan, minyak cumi, DHA selco dan diberi Nannochloropsis ... 9 Tabel 6. Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan larva udang Vannamei

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kelangsungan hidup larva udang vannamei setelah dipelihara

(11)

PENGARUH ROTIFERA YANG DIPERKAYA DENGAN

BEBERAPA JENIS SUMBER LEMAK TERHADAP

KELANGSUNGAN HIDUP LARVA UDANG VANNAMEI

Litopenaeus vannamei

Oleh :

Wahyudin C14101001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGARUH ROTIFERA YANG DIPERKAYA DENGAN BEBERAPA

JENIS SUMBER LEMAK TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP LARVA UDANG VANNAMEI Litopenaeus vannamei

Adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke universitas manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2005

(13)

RINGKASAN

WAHYUDIN. Pengaruh Rotifera yang Diperkaya dengan Beberapa Jenis Sumber Lemak terhadap Kelangsungan Hidup Larva Udang Vannamei Litopenaeus vannamei.

Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan ING MOKOGINTA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengkayaan rotifera dengan minyak ikan, minyak cumi dan A1 DHA Selco terhadap kelangs ungan hidup larva udang vannamei. Penelitian ini dilaksanakan di PT. CentralPertiwi Bahari Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

Larva udang vannamei stadia Nauplii 6 dipelihara dalam 12 tangki fiberglass volume 500L yang diisi air 300L dengan kepadatan ±100 ind/L. Larva dipelihara selama 10 hari hingga mencapai stadia pasca larva 1 (PL1). Larva diberi pakan buatan CP Star 100, CP Spina, BP Eguci dan Lanzy ZM dengan frekuensi pemberian 6 kali sehari. Sedangkan pakan alami terdiri dari Chaetoceros gracillis dan Skeletonema costatum, dengan frekuensi pemberian 4 kali sehari. Mulai stadia zoea 2, larva diberi tambahan pemberian rotifera dengan perlakuan sebagai berikut: rotifera dari kultur massal (A), rotifera yang diperkaya dengan 0,5ml minyak ikan/10L media pengkaya (B), rotifera yang diperkaya 0,5ml minyak cumi/10L media pengkaya (C) dan rotifera yang diperkaya dengan 0,5ml A1 DHA Selco/10L media pengkaya (D). Masing- masing perlakuan dari penelitian ini mempuyai 3 ulangan. Masing- masing bahan pengkaya tersebut ditambah 0,25g ragi, 0,01g kuning telur dan 100ml air tawar, lalu emulsikan dengan blender selama 2-5 menit. Rotifera diperkaya selama 6 jam, lalu diberikan ke larva.

(14)

PENGARUH ROTIFERA YANG DIPERKAYA DENGAN

BEBERAPA JENIS SUMBER LEMAK TERHADAP

KELANGSUNGAN HIDUP LARVA UDANG VANNAMEI

Litopenaeus vannamei

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Wahyudin C14101001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(15)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Pengaruh Rotifera yang Diperkaya dengan Beberapa Jenis Sumber Lemak terhadap Kelangsungan Hidup Larva Udang Vannamei Litopenaeus vannamei

Nama Mahasiswa : Wahyudin NRP : C14101001

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dedi Jusadi Dr. Ing Mokoginta

NIP : 131788590 NIP : 131284821

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Kadarwan Soewardi NIP : 130805031

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas segala rahmat Allah SWT serta atas izin-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini. Penelitian yang dilaksanakan penulis berjudul pengaruh rotifera yang diperkaya dengan beberapa jenis sumber lemak terhadap kelangsungan hidup larva udang vannamei Litopenaeus vannamei. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Dedi Jusadi dan Ibu Dr. Ing Mokoginta selaku pembimbing atas bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak A. Musyafik selaku Asisten Vice Presiden PT. CentralPertiwi Bahari (CPB), Ibu Fivi Najmusyabah selaku General Manager PT. CPB, Bapak Subandriyo selaku Senior Manager PT. CPB, Bapak Edi Poncolaksito selaku pembimbing lapang, Bang Tupa dan Mas Andika selaku Kepala Seksi Laboratorium pakan alami, Mas Tholib, serta warga Hatchery II dan seluruh staf serta karyawan PT. CPB yang telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini. Selain itu terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tuaku, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doanya selama ini. Terima kasih kepada Pak Wasjan, teman-teman nutrisi, teman-teman kost serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada Yuliana Sagita yang selalu memberi dorongan, semangat serta do’a kepada penulis supaya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis. Namun penulis berharap semoga karya yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Bogor, Desember 2005

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 4 Maret 1982 sebagai anak pertama dari pasangan Karwi dan Iroh. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Taman Mekar pada tahun 1989. Kemudian penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Lemahabang pada tahun 1995–1998. Selanjutnya penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menegah Umum Negeri 5 Karawang pada tahun 1999-2001.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa pada periode kepengurusan 2002/2003. Penulis juga pernah menjadi pengurus HIMAKUA pada tahun 2001/2002, 2002/2003, dan 2003/2004. Selain itu penulis juga pernah mengikuti pelatihan pembuatan akuarium, pelatihan kawin suntik, serta pelatihan akuascaping. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah teknik produksi ikan hias (2004/2005), nutrisi ikan, (2005) dan teknik produksi pakan alami (2004).

Penulis melakukan penelitian berjudul : Pengaruh Rotifera yang Diperkaya dengan Beberapa Jenis Sumber Lemak terhadap Kelangsungan

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Larva Udang Vannamei... 4

2.2 Kebutuhan Nutrien (Asam Lemak) ... 4

2.4 Rotifera (Brachionus sp.) ... 7

III. BAHAN DAN METODA 3.1 Pemeliharaan Benur ... 10

3.2 Penyediaan Rotifera ... 11

3.3 Pengkayaan Rotifera ... 11

3.4 Pengelolaan air ... 12

3.5 Pengamatan ... 12

3.6 Analisa Kimia ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 14

4.2 Pembahasan ... 16

V. KESIMPULAN ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan asam lemak minyak ikan ... 6 Tabel 2. Persentase relatif asam lemak n-3 pada berbagai ikan ... 6 Tabel 3. Kandungan asam lemak minyak cumi ... 7 Tabel 4. Kandungan asam lemak rotifera yang diberi ragi dan yang

diperkaya minyak cumi ... 9 Tabel 5. Kandungan asam lemak rotifera yang diperkaya dengan minyak

ikan, minyak cumi, DHA selco dan diberi Nannochloropsis ... 9 Tabel 6. Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan larva udang Vannamei

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kelangsungan hidup larva udang vannamei setelah dipelihara

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Prosedur analisa Proksimat ... 22

2. Jadwal pemberian pakan larva udang vannamei ... 24

3. Hasil analisa kualitas air ... 25

4. Kelangsungan hidup larva udang vannamei ... 28

5. Analisis ragam kelangsungan hidup larva udang vannamei ... 28

6. Panjang post larva 1 udang vannamei ... 28

7. Analisis ragam panjang post larva udang vannamei ... 28

8. Estimasi harian larva udang vannamei ... 29

(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larva udang vannamei Litopenaeus vannamei di pembenihan mengalami perkembangan stadia mulai dari nauplii, zoea, mysis sampai pasca larva. Stadia perkembangan larva udang yang paling kritis adalah pada stadia zoea dan mysis. Stadia zoea memiliki kelangsungan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan stadia yang lain, bahkan kematian pada stadia zoea dapat mencapai 90 % sebelum berkembang menjadi mysis (Elovaara, 2001). Begitu pula pada stadia mysis, di PT CentralPertiwi Bahari (CPB) kelangsungan hidup dapat mencapai kurang dari 40% sehingga sering dilakukan pembuangan larva. Hal tersebut karena terjadinya gagal molting pada larva stadia zoea dan mysis sehingga larva mati sebelum mencapai stadia selanjutnya. Masalah tersebut merupakan masalah umum dalam usaha pembenihan udang, dan hal ini terjadi juga pada pembenihan di PT. CPB.

(23)

Pakan untuk stadia zoea dianjurkan adalah mikroalga sebagai pengganti kuning telur yang telah habis. Pemberian pakan untuk stadia zoea di PT. CPB adalah menggunakan pakan buatan CP. Star 100, BP Eguchi, Lanzy ZM dan CP Spina. CP. Star 100 memiliki kandungan EPA dan DHA masing- masing sebesar 0,5 %. Kandungan ini sudah cukup untuk larva udang, namun kemungkinan besar tidak tercerna semua dan banyak mengalami leaching di air pada waktu diberikan ke larva. Sementara itu kebutuhan larva udang akan Highly Unsaturated Fatty Acid (HUFA) sebesar 1 % (Jones et al, 1997). Pakan alami yang diberikan untuk stadia larva adalah Chaetoceros gracillis yang mengandung DHA kurang dari 1% dari total kandungan asam lemaknya (Dhert, 1996). Karena kandungan nutrien dari Chaetoceros gracillis yang sangat rendah maka perlu pakan alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan nutrien larva.

Rotifera (Brachionus sp.) merupakan pakan alami yang sering diberikan untuk larva udang vannamei. Mulai awal stadia zoea, udang mulai memakan mikroalga. Selama stadia ini larva membutuhkan banyak energi untuk berenang yang didapat dengan menyaringnya dari mikroalga. Pada akhir stadia zoea 3, larva sudah dapat diberi nauplius Artemia (Elovaara, 2001). Namun, menurut praktisi di hatchery udang stadia zoea dan mysis belum dapat memangsa Artemia. Nauplius Artemia memiliki ukuran ±450µm, sedangkan rotifera memiliki ukuran yang lebih kecil dari Artemia yaitu ±150µm (Qin, 2000). Untuk itu perlu dicari alternatif zooplankton lain sebagai pakan alami. Dilihat dari perbedaan ukuran tersebut diperkirakan rotifera dapat diberikan mulai pada stadia zoea 2. Pemilihan rotifera sebagai pasok pakan alami karena salah satu sifatnya yang menguntungkan yaitu mudah dicerna dan mudah ditingkatkan gizinya karena rotifera bersifat nonselektif filter feeder (Watanabe, 1988). Untuk meningkatkan kandungan asam lemak rotifera dapat dilakukan pengkayaan dengan minyak ikan, minyak cumi atau DHA Selco.

(24)

pengkaya. Ketiga bahan ini diharapkan dapat meningkatkan kandungan asam lemak, terutama DHA dan EPA, phospolipid dan kolesterol dari rotifera yang akan diberikan ke larva udang. Pemberian rotifera yang telah diperkaya dengan minyak ikan, minyak cumi atau DHA Selco pada fase awal dari zoea diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrien larva dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari larva udang vannamei.

1.2 Tujuan

(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Larva Udang Vannamei

Telur udang yang telah dibuahi menetas menjadi nauplii setelah 24 jam pada temperatur 28-300C . Nauplii yang baru menetas tidak memerlukan pakan dan sudah terpenuhi oleh nutrisi kuning telur. Nauplii berkembang menjadi protozoea setelah lima sampai enam kali molting selama 48 jam. Pada stadia ini larva diberi pakan pertama kali dengan menggunakan plankton diatom seperti Skeletonema sp., Tetraselmis sp., dan Chaetoceros sp. Pakan buatan seperti tepung kuning telur dan ragi kadang-kadang diberikan sebagai tambahan pakan alami. Zoea tidak mempunyai reflek untuk mengejar makanan tetapi hanya menunggu, ketika makanan datang ditangkap dengan mulutnya. Jadi, sejumlah makanan yang cukup harus dijaga ketersediaannya di air pada bak kultur setiap waktu (Lovell, 1989).

Zoea molting sebanyak dua sampai tiga kali dalam waktu 4 sampai 5 hari sebelum berkembang menjadi mysis. Mysis mirip udang muda, tapi mereka berenang dengan posisi vertikal dengan kepala dan ekor terbalik. Mysis sebagian besar diberi pakan nauplii artemia atau zooplankton seperti Rotifera (Brachionus sp.) dengan tambahan phytoplakton (Lovell, 1989).

Mysis berkembang menjadi post larva setelah tiga kali molting dalam waktu 3 sampai 4 hari. Selama lima hari pertama stadia post larva, biasanya diberi pakan artemia. Pakan buatan seperti serbuk (small dry diet practicles), microencapsulasi dan daging ikan cincang disubstitusi dengan pakan alami sebagai pemenuhan kebutuhan larva di habitat hidupnya sehingga larva memakan kedua jenis pakan tersebut. Larva tersebut ditransfer untuk memenuhi kebutuhan di tambak, larva harus tetap terjaga dengan pengelolaan di hatchery selama 15 sampai 20 hari (Lavell, 1989).

2.2Kebutuhan Nutrien (Asam Lemak)

(26)

berfungsi sebagai sumber energi (8-9 kal/g), juga penting sebagai sumber asam lemak esensial. Menurut Walford dan Lana (1986) penelitian akhir-akhir ini di Jepang menunjukkan bahwa kandungan n3-HUFA (20:5n-3 dan 22: 6n-3) dalam pakan alami merupakan faktor paling menentukan nilai nutrisi pakan untuk pemeliharaan larva ikan yang berasal dari laut.Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan ikan yang berasal dari laut untuk melakukan biokonversi asam linoleat (18 : 2n-6) dan linolenat (18:3n-3) menjadi n3-HUFA. Sementara itu Kompyang dan Ilyas (1988) menyatakan bahwa kekurangan asam lemak esensial dalam pakan akan menyebabkan pertumbuhan yang rendah, menurunnya efisiensi pakan dan dapat meningkatkan angka kematian ikan. Phospholipid dan kolesterol merupakan komponen yang esensial bagi udang sehingga perlu ditambahkan melalui pakan agar terpenuhi kebutuhan nutriennya. Phospholipid dan kolesterol dibutuhkan untuk perkembangan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup larva udang. Kolesterol sangat penting bagi crustacea untuk pembentukan sel dan sebagai prekursor dari hormon steroid diantaranya hormon untuk molting (Teshima, 1997). Hal ini sangat penting bagi zoea dalam proses molting untuk dapat berkembang menuju stadia selanjutnya. Kebutuhan kolesterol pada larva udang adalah sebesar 1% (Jones et al, 1997). Phospholipid dibutuhkan oleh udang untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Kekurangan phospholipid akan menyebabkan gagalnya larva untuk mengganti kulit tuanya selama larva molting (Teshima, 1997). Kebutuhan larva udang akan phospholipid adalah sebesar 3% (Jones et al, 1997).

(27)

Tabel 1. Kandungan asam lemak minyak ikan 1)

Asam Lemak Jumlah (% dari total asam lemak) 8:0

1) Sumber : Stickney 1979,Takeuchi 1983

Minyak cumi memiliki kandungan asam lemak EPA 13,4%-17,4% dan DHA 12,8%-15,6% (Watanabe, 1988). Sedangkan kandungan asam lemak cumi-cumi dan beberapa jenis ikan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase relatif asam lemak n-3 pada berbagai ikan

Sumber lemak C 18:3 C20:5 C22:6

(28)

Cumi-cumi mempunyai prosentase relatif kandungan asam lemak n-3 paling potensial, sebesar 41% (Tabel 3). Ini disebabkan karena cumi-cumi berasal dari kelas moluska dengan kandungan lemak cukup tinggi dan kebanyakan dari lipidnya berupa phospholipid (Setiabudi, 1993 dalam Herlijoso, 1994). Kandungan asam lemak tak jenuh jamak tersebut yang terdapat dalam daging cumi-cumi yang utama paling bermanfaat adalah asam lemak n-3 nya (Sudjoko, 1988 dalam Marlina, 1998).

Tabel 3. Kandungan asam lemak minyak cumi

Jenis asam lemak Jumlah (% dari total asam lemak)

C14:0 3,21 1) - 2)

DHA Selco merupakan sumber pengkaya yang sangat baik untuk rotifera karena mempunyai kandungan HUFA yang tinggi. Kandungan lemak dari DHA Selco sebesar 18 % dengan kandungan EPA dan DHA sebesar 16,9 mg/g dan 26,7 mg/g.

2.3 Rotifera (Brachionus sp.)

(29)

alami merupakan makanan utama dan pertama yang harus diberikan kepada larva dalam suatu kegiatan pembenihan. Salah satu pakan alami yang sering diberikan dalam pembenihan udang adalah rotifera. Salah satu rotifera yang berasal dari laut, Brachionus sp. telah digunakan secara luas sebagai pakan larva udang dan ikan laut dan telah dikultur secara masal sebagai pakan udang pada stadia mysis dan akhir dari stadia zoea (Elovaara, 2001).

(30)

Tabel 4. Kandungan asam lemak rotifera yang diberi ragi dan yang diperkaya minyak cumi

Asam Lemak

Jumlah (% dari total asam lemak) Ragi Minyak Cumi

Pengkayaan dengan DHA Selco dan minyak cumi akan meningkatkan kandungan asam lemak dari rotifera, terutama kandungan EPA dan DHA. Berikut adalah kandungan EPA dan DHA dari rotifera yang diberi pakan Nannochloropsis dan yang diperkaya dengan DHA Selco, minyak cumi dan minyak ikan (Tabel 5):

Tabel 5. Kandungan asam lemak rotifera yang diperkaya dengan minyak ikan, minyak cumi dan DHA Selco dan yang diberi Nannochloropsis

Sumber Lemak

(31)

III. BAHAN DAN METODA

3.1 Pemeliharaan Benur

Penelitian ini dilaksanakan di P.T CentralPertiwi Bahari (CPB), Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Mei-Agustus 2005. Wadah pemeliharaan benur menggunakan tanki fiber volume 500 liter warna putih yang dilapisi dengan terval hitam. Setelah disanitasi, tanki diisi air 300 liter dan diberikan EDTA sebanyak 5 ppm untuk mengikat logam berat, serta ditambahkan Chaetoceros gracillis kepadatan 8 x 104 sel/ml media pemeliharaan larva. Larva udang vannamei stadia na uplii 5-6 ditebar ke dalam 12 wadah dengan kepadatan rata-rata 100 ekor/l. Larva dimasukkan pada sore hari antara pukul 16.00 – 17.00. Pemberian pakan dilakukan mulai pukul 23.00, berupa pakan alami (Chetoceros gracillis, Skeletonema costatum dan rotifera) dan pakan buatan (CP. Star 100, CP Spina, BP Eguchi dan Lanzy ZM). Jadwal pemberian pakan pada larva udang vannamei dapat dilihat pada Lampiran 2.

Mulai stadia zoea 2, larva udang diberi perlakuan yang berbeda, yakni tambahan pemberian rotifera. Perlakuan tersebut adalah :

1. Perlakuan A : larva diberi rotifera dari kultur massal.

2. Perlakuan B : larva diberi rotifera yang diperkaya dengan 0,5 ml minyak ikan per 10 liter media pengkaya.

3. Perlakuan C : larva diberi rotifera yang diperkaya dengan 0,5 ml minyak cumi per 10 liter media pengkaya.

4. Perlakuan D : larva diberi rotifera yang diperkaya dengan 0,5 ml A1 DHA Selco per 10 liter media pengkaya.

(32)

3.2 Penyediaan Rotifera

Wadah yang digunakan dalam kultur rotifera adalah 10 buah bak dengan volume 1,5 ton dan diisi air 1 ton. Wadah tersebut terlebih dahulu diinokulasi dengan 100 liter Nannochloropsis. Phytoplankton ini diambil dari wadah kultur dengan kepadatan 107 sel/ml. Setelah itu dilakukan inokulasi rotifera dengan kepadatan 30-50 individu/ml. Setelah air dalam wadah pemeliharaan rotifera berwarna bening (Nannochloropsis telah habis), media kultur ditambah ragi roti dengan dosis perhari 1 g/106 rotifera. Pemberian ragi roti dilakukan pada sore hari. Setelah rotifera mencapai kepadatan 100-350 individu/ml (3-5 hari setelah inokulasi), rotifer dianggap siap untuk dipanen untuk diperkaya atau diberikan langsung kepada larva sesuai dengan perlakuan.

3.3 Pengkayaan Rotifera

Prosedur kerja pengkayaan rotifera dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Rotifera yang berasal dari kultur masal ditebar dalam wadah kapasitas 20 liter dengan kepadatan 500 ind/ml.

b. Untuk 10 liter media, berbagai jenis bahan pengkaya pada butir 3.1 dengan dosis 0,5 ml dicampur dengan 0,25g ragi roti, 0,01g kuning telur, serta 100 ml air untuk diemulsikan di dalam blender selama ± 5 menit.

c. Bahan pada butir b lalu dimasukkan ke dalam wadah pengkayaan yang berisi rotifera.

d. Rotifera diperkaya selama 6 jam, kemudian diberikan ke udang pada pemberian pakan pukul 05.00, 14.00 dan 21.00. Sedangkan pengkayaan selama 9 jam untuk pemberian pakan pukul 09.00. Selama proses pengkayaan diberi aerasi. Pengkayaan berlangsung pada suhu 28±10

C. e. Setelah diperkaya, rotifera disaring dengan menggunakan plankton net

(33)

3.4 Pengelolaan Air

Selama masa budidaya (N6-PL1) tidak dilakukan pergantian air, sesuai yang melakukan (Standar Operasional Prosedur CPB, 2000) penambahan air dilakuan dari stadia PL1 sampai panen sebanyak 5 – 20 %. Penambahan air hanya berasal dari pemberian pakan Chaetocheros gracillis dan pakan buatan (sebagai pelarut). Parameter kualitas air diamati pada waktu persiapan, stadia Z2, stadia M2 dan pada waktu panen (PL1).

Berikut adalah data kisaran kualitas air pada media pemeliharaan larva udang vannamei (Tabel 6). Sedangkan data parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 6. Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan larva udang vannamei yang diukur selama penelitian.

Total Amoniak Nitrogen TAN (mg/L) Alkalinitas (mg/L)

Parameter yang diamati pada percobaan ini adalah kelangsungan hidup, panjang PL1 dan kecepatan perubahan stadia.

Adapun perhitungan kelangsungan hidup dengan menggunakan rumus : SR = Nt x 100 %

N0

Dimana SR adalah tingkat kelangsungan hidup (%)

(34)

Penghitungan jumlah benur dilakukan di akhir penelitian dengan cara benur dari wadah volume 300 L dipanen, lalu ditebar dalam wadah 20 liter. Dari wadah 20 liter, diambil sampel 1 liter (5%) lalu dihitung, sehingga dapat ditentukan kelangsungan hidupnya.

Pengukuran panjang PL1 dilakukan pada saat panen. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mikrometer di bawah mikroskop. Sampel yang diambil sebanyak 30 ekor setiap ulangan.

Pengamatan perubahan stadia dilakukan setiap hari. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 1 liter air setiap ulangan media pemeliharaan larva dengan menggunakan bekker glass, kemudian diamati stadianya. Setiap ulangan diambil 5 ekor sampel untuk diamati stadia dan kesehatan larva di bawah mikroskop.

Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan acak Lengkap dengan mengaplikasikan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Evaluasi hasil dengan cara melakukan uji F dan uji la njut Tukey terhadap parameter uji.

3.6 Analisis Kimia

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Analisa kandungan lemak serta kandungan polar dan nonpolar lipid pada rotifera dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengkayaan terhadap kandungan lemak serta kandungan polar dan nonpolar lipid rotifera. Analisa kandungan lemak juga dilakukan pada stadia PL1. Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan lemak serta polar dan nonpolar lipid (% bobot kering)

Perlakuan

awal A B C D

Rotifera :

Total lipid 8,50 20,10 17,13 18,05 Neutral lipid 5,89 18,39 14,26 14,32 Polar lipid /Phospholipid 2,61 1,70 2,87 3,73 PL1 Udang :

Total lipid 11,22 9,00 9,57 9,51 9,39

(36)

a

Gambar 1. Kelangsungan hidup larva udang vannamei setelah dipelihara sampai PL1. Huruf yang sama di dalam setiap kolom menyatakan nilai rata-rata yang tidak berbeda nyata (p>0,05).

(37)

a

Gambar 2. Panjang PL1 larva udang vannamei. Huruf yang sama di dalam setiap kolom menyatakan nilai rata-rata yang tidak berbeda nyata (p>0,05)

Stadia larva udang vannamei di akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Udang yang diberi rotifera yang diperkaya dengan tiga jenis sumber asam lemak menunjukan perkembangan stadia yang lebih cepat. Hal ini terlihat pada akhir pemeliharaan dimana perlakuan A sebagian masih ada dalam stadia mysis 3, sedangkan perlakuan B, C dan D telah mencapai stadia PL1 dan PL2.

Tabel 8. Stadia larva udang vannamei di akhir penelitian hari ke-10 Perlakuan

Stadia A B C D

M3 (%) 46,7±11,6 - - -

PL1 (%) 53,3±11,6 66,67±11,55 73,33±11,55 53,33±46,19 PL 2 (%) - 33,33±11,55 26,67±11,54 46,67±46,19

4.2 Pembahasan

(38)

polar dan nonpolar rotifera. Kandungan polar lipid (phospolipid) pada perlakuan A, B, C dan D adalah sebesar 2,61%, 1,7%, 2,87% dan 3,73%. Kebutuhan phospholipid pada larva udang antara 1%-3,5% (Kanazawa, 1985 dalam Harris, 1997). Keempat perlakuan tersebut memiliki kandungan phospolipid yang berada dalam kisaran kebutuhan phospholipid pada larva udang. Kandungan lemak larva yang diberi pakan rotifera yang diperkaya lebih tinggi dari larva yang diberi pakan rotifera dari kultur massal. Larva perlakuan A memiliki kandungan lemak 9%, sedangkan larva perlakuan B, C dan D memiliki kandungan lemak 9,57%, 9,51% dan 9,39%.

(39)

penting sebagai komponen membran phospholipid dan terdapat didalam jaringan neural seperti retina dan otak (Sargent, 1995). Kebutuhan udang akan asam lemak sendiri adalah sebesar 0,5% sampai 1,25% (Lovell, 1989). Sementara kebutuhan larva udang akan HUFA sebesar 1% (Jones et al, 1997). Penelitian biokonfersi asam lemak pada udang penaeid menunjukkan jumlah yang sangat kecil yang dikonversi menjadi EPA dan DHA (Lovell, 1989). Asam lemak (EPA dan DHA) adalah esensial bagi udang, sehingga perlu masukan dari luar. Kandungan asam lemak EPA dan DHA pada rotifera dipengaruhi oleh bahan pengkaya yang telah ditambahkan pada rotifera.

Rotifera yang diberi pakan ragi roti memiliki kandungan EPA 0,7% dan DHA tidak terdeteksi (Kitajima et al, 1980). Minyak ikan memiliki kandungan asam lemak (EPA dan DHA) sebesar 17,2% dan 13,2% (Sticney 1797, Takeuchi 1983). Kandungan EPA dan DHA rotifera yang diperkaya minyak ikan adalah 7,6% dan 6,3% (Ando et al, 2004). Sementara itu minyak cumi memiliki kandungan EPA 13,4 - 17,4% dan DHA 12,8 - 15,6% (Watanabe, 1988) dan kandungan EPA dan DHA rotifera yang diperkaya minyak cumi adalah 11,9% dan 10,9% (Kitajima et al, 1990). Sementara sumber lain menyebutkan kandungan EPA dan DHA rotifera yang diperkaya minyak cumi adalah 9-12% dan 7-9% (Watanabe, 1988). A1 DHA Selco memiliki kandungan EPA 16,9 mg/g dan DHA 26,7 mg/g (Dhert, 1996) dan kandungan rotifera yang diperkaya dengan DHA Selco adalah 4,14% dan 6,8% bobot kering (Dhert, 1996). Dari uraian di atas disimpulkan bahwa perlakuan B, C dan D telah memiliki kandungan asam lemak yang cukup untuk larva, sementara perlakuan A memiliki kandungan asam lemak yang tidak memenuhi kebutuhan larva.

(40)

KESIMPULAN

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ando Y, Kobayashi S, Sugimoto T, and Takamura N. 2004. Positional distribution of n-3 HUFA in triacyl-sn-glyserol (TAG) of rotifer (Barchionus plicatilis) enriched with fish and seal oils TAG. Aquaculture. 229 : 275-288.

Dhert P. 1996. Rotifera. Didalam : Lavens P. and Sorgeloos P. (Editor). Manual on the production and use of life food for aquaculture. Laboratory of Aquaculture & Artemia Reference Center. Univercity of Gent, Belgium.

Dhert P, Rombaut G, Suantika G, and Sorgeloos. 2001. Advancement of rotifera cultur and manipulation tekniques in europe. Aquaculture. 200: 129-146.

Elovaara A.K. 2001. Shrimp farming manual. Published by Caribbean Press, LTD. British West Indies. USA.

Harris E. 1997. Kecepatan transportasi lemak, komposisi kimia dan struktur hepatopankreas sebagai indikator kebutuhan kolesterol dan phospholipid tokolan udang windu Penaeus monodon Fab. Desertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Herlijoso C. 1994. Perubahan kandungan gizi asam lemak n-3 pada pindang ikan kembung (Rastreliger sp.) Selama penyimpanan. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jones DA, Yule AB, and Holland DL.1997. Larval nutrition. Didalam : D’Abramo L, Conklin DE, and Akiyama DM (Editor). Crustacean nutrition advances in World Aquaculture Society.

Kitajima C, Yoshida M, and Watanabe T. 1990. Diatery value for ayu Plecoglossus altivelis of rotifera Brachionus plicatilis culture with baker’s yeast sac suplemented with cuttefish liver oil. Nippon Suisan Gakkaishi. 46 : 47-50

Kitajima C, Arakawa T, Oowa F, Fujita S, Imada O, Watanabe T, and Yone Y. 1980. Diatery value for red sea bream larvae of rotifera Brachionus plicatilis cultured with a new type of yeast. Nippon Suisan Gakkaishi. 46 : 43-46.

(42)

Lesmana D. 2001. Pengaruh pengkayaan rotifera (Brachionus rotundiformis) dengan protein selco atau telur ikan tuna terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forskal). Skripsi. Program Studi Teknologi Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lovell T. 1989. Nutrition and feeding of fish. An AVI Book. Auburn Univercity. Newyork.

Marlina L. 1998. Kandungan logam Hg, Pb, Cd, Cu dan As pada cumi-cumi dan sotong yang didaratkan di tpi muara angke dan upaya penurunannya. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Najmusabah F, Widarmana, Santoso J, Munir A, Santo, and Sujatmiko. 2000. Standar operasional prosedur. PT. CentralPertiwi Bahari.

Qin JG and Hiller T. 2000. Life food and feeding ecology of larvae snapper (Pagrus auratus). Didalam: Proceedings of a Workshop Hatchery feeds. Cairns 9-10 march 2000, hlm 63-69.

Sargent JR. Bell G. and Mcevoy L. 1997. Requirment presentation and reseources of poly unsatureted fatty acid in marine fish larval feeds. Aquaculture. 155 : 117-127.

Suprayudi MA, Takeuchi T, and Hamasaki K. 2004. Essential fatty acids for larval mud crab Scylla serrata: implication of lack of the ability to bioconvert C18 unsaturated fatty acid to highly unsaturated fatty acid. Aquaculture. 231 : 403-416.

Stickney RR. 1979. The effect of n-3 content in rotifers on the development and survival of mud crab Scilla serrata larvae. Nippon Suisan Gakkaishi. 50 : 205-212

Takeuchi T, Satoh S. and Watanabe T.1983. Requirement of tilapia nilotica for essential fatty acids. Bull. Japanese Society of Sci. Fisheries. 49: 1127-1134.

Teshima S. 1997. Phospholipids and sterols. Didalam : D’Abramo L, Conklin DE. and Akiyama DM (Editor). Crustacean nutrition advances in World Aquaculture Society volume 6. Baton Rouge, Lousiana.

Walford J. and Lana TJ. 1986. Effect of feeding with microcapsules on the content of essential fatty acids in life food for the larva of marine fish. Aquaculture. 61 : 219-229.

(43)

Lampiran 1. Prosedur Analisa Proksimat

A. Kadar Air (Takeuchi, 1988)

1. Sampel ditimbang sebanyak X gram, lalu masukkan ke dalam cawan (Y) 2. Masukkan cawan ke dalam oven dengan suhu 110oC selama 2-3 jam 3. Dinginkan cawan ke dalam eksikator selama 30 menit, lalu ditimbang (Z) 4. Panaskan lagi dalam oven dengan suhu yang sama selama 1-1,5 jam

5. Dinginkan lagi cawan ke dalam eksikator selama 30 menit kemudian ditimbang

B. Kadar Lemak (Metode Folsch, Takeuchi, 1988)

1. Bahan ditimbang sebanyak A gram dan ditambahkan C ml (20xA) Chloromethanol perbandingnan 2:1

2. Dihomogenkan selama 5 menit

3. Hasilnya disaring dengan menggunakan vaccum pump dan kertas saring 4. Hasil penyaringan dimasukkan (dengan cara disaring menggunakan kertas

saring) ke dalam labu pemisah yang sebelumnya telah dimasukkan MgCl2 sebanyak (0,2xC) ml

5. Kocok perlahan selama 1 menit dan didiamkan selama 1 malam

6. Setelah semalam kemudian diambil lemaknya (cairan endapan yang di bagian bawah) dan dievaporasi, lalu ditimbang (D gram)

7. Kadar lemak (%) = x100%

A D

C. Analisa Kandungan Polar dan Nonpolar Lipid (Takeuchi, 1988)

1. Siapkan Sep-pak dan pasang pada kit untuk memisahkan lemak polar dan non polar.

2. Sep-pak dicuci dengan chloroform 20 ml dengan membilasnya sampai berwarna bening.

(44)

4. Bilas dengan chloroporm 20ml tampung dalam labu 1, kemudian bilas lagi dengan Chloroform : Methanol dengan perbandingan 49 : 1 lalu tampung dalam labu yang sama maka akan terkumpul lemak nonpolar, kemudian siapkan labu 2 (C gram).

5. Bilas lagi sep-pak dengan methanol 20ml dan tampung di labu 2 untuk menampung lemak polar.

6. Labu 1 dan 2 diuapkan dalam evoporator sampai kering, kemudian timbang untuk mengetahui kandungan lemak polar dan nonpolar (B’ dan C’).

7. Kandungan nonpolar = ( B’-B) x 100% x A (C’-C)+ ( B’-B)

(45)

Lampiran 2. Jadwal pemberian pakan larva udang vannamei

Hari Stadia

Pakan Buatan Pakan alami

CP. Star 100 CP. Spina BP. Eguchi Lanzy ZM Chaetoceros gracillis Skeletonema costatum Rotifera

(ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (sel/ml) (sel/ml) (ind/ml)

0 N6

1 Z1 1,5 0,5 0,7 1 30-150 x 103

2 Z1-2 2 0,5 1 1,5 30-150 x 103

3 Z2 2,5 0,5 1,5 2 30-150 x 103 2

4 Z3 3,5 0,5 1,5 3 30-150 x 103 5

5 ZM 5 0,7 4 20-40 x 103 7

6 M1 5,7 0,7 4,5 20-40 x 103 10

7 M2 6,8 0,7 5 20-40 x 103 15

8 M3 9 5 20-40 x 103 20

9 MPL 9,5 5 20-40 x 103 25

10 PL1 Panen Panen Panen Panen Panen Panen Panen

(46)

Lampiran 3. Data pengukuran kualitas air media pemeliharaan larva

Tanggal Perlakuan Ulangan DO (mg/L) Suhu(0C) pH Alkalinitas(mg/L) Salinitas(ppt) TAN(mg/L)

(47)
(48)
(49)

Lampiran 4. Kelangsungan hidup larva udang vannamei (%) Rata-rata 45,45±9,76 70,8±9,23 84,23±9,22 82,16±8,84

Lampiran 5. Analisis ragam kelangsungan hidup larva udang vannamei

JK db KT Fhitung p-value

Perlakuan 2855,124 3 951,708 11,077 0,003

sisa 687,350 8 85,919

Total 3542,474 11

Pemberian rotifera yang diperkaya menberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelangsungan hidup larva udang vannamei (p<0,05)

Uji lanjut Tukey kelangsungan hidup

N Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Lampiran 6. Panjang PL1 larva udang vannamei (mm)

Ulangan Rata-rata 3,39±0,09 3,75±0,12 3,67±0,26 3,63±0,32

Lampiran 7. Analisis ragam panjang PL1 udang vannamei

JK db KT Fhitung p-value

Perlakuan 0,102 3 0,03403 0,721 0,567

sisa 0,377 8 0,04718

Total 0,479 11

(50)

Lampiran 8. Estimasi harian larva udang vannamei (ekor)

Hari ke-

Perlakuan

A B C D

U1 U2 U3 rata-rata U1 U2 U3 rata-rata U1 U2 U3 rata-rata U1 U2 U3 rata-rata

0 33600 30600 29100 31100 30600 30000 30000 30200 30000 28800 30000 29600 28800 29400 31500 29900 1 32400 31200 29400 31000 30000 29400 29700 29700 30300 29100 29400 29600 29700 30300 31200 30400 2 30600 27600 29100 29100 29700 29400 27000 28700 26700 29400 29400 28500 30900 29400 27900 29400 3 29100 22200 24300 25200 27000 19200 22500 22900 19500 26700 25500 23900 19200 26400 25200 23600 4 25500 18300 23400 22400 27000 21600 19500 22700 20400 23400 27000 23600 19500 24600 26100 23400 5 26700 13500 18600 19600 24900 16500 17400 19600 16500 22800 23250 20850 18000 26400 21600 22000 6 22200 15000 21900 19700 19800 17100 16500 17800 18900 19800 20400 19700 19200 24300 21000 21500 7 21300 17400 15000 17900 22200 18000 15900 18700 18300 22800 21300 20800 19500 30000 21600 23700 8 17700 15000 12000 14900 24900 17100 16200 19400 15900 21900 22200 20000 16500 24300 23100 21300 9 19500 15000 9300 14600 22200 14700 14400 17100 17400 18300 21900 19200 16200 27000 21600 21600 10 13655 12075 8515 11415 21655 13525 13895 16358,3 18435 20495 20755 19895 15135 24335 19015 19495

Keterangan :

1. Perlakuan A : larva diberi rotifera dari kultur massal.

(51)

Gambar

Tabel 2. Persentase relatif asam lemak n-3 pada berbagai ikan
Tabel 3. Kandungan asam lemak minyak cumi
Tabel 4. Kandungan asam lemak rotifera yang diberi ragi dan yang diperkaya  minyak cumi
Tabel 6. Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan larva udang vannamei yang diukur selama penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : Substitusi tepung ikan dengan tepung Skeletonema dalam pakan buatan

Rotifer telah lama dan secara luas digunakan sebagai pakan alami untuk larva ikan laut dan krustasea yang baru menetas karena ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva,

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI Daphnia sp YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG SPIRULINA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN.. KOMET

Hasil uji ANOVA menunjukan bahwa pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan larva ikan peres berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak, panjang

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan koi selama 15 hari maka dapat diambil

dengan minyak jagung untuk meningkatkan kandungan asam lemak esensial yang digunakan sebagai pakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan