1
Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan di segala bidang secara terarah, terpadu, dan menyeluruh sehingga peningkatan kualitas kehidupan rakyat yang optimal akan tercapai.Untuk mencapai kualitas kehidupan rakyat yang optimal, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah bidang kesehatan, mengingat kesehatan merupakan cermin dari kualitas hidup bangsa. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional (Depkes RI, 2007).
berperan dan bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan, meliputi masalah gerak dan fungsi dengan kajian menyangkut aspek peningkatan (promotif), aspek pencegahan (kuratif), aspek pemulihan dan pemeliharaan (rehabilitatif) untuk mewujudkan program pemerintah yaitu Indonesia sehat 2010 (Depkes RI, 2000)
A. Latar Belakang Masalah
Fraktur adalah suatu patahan pada hubungan kontinuitas struktur tulang (Apley dan Solomon, 1995). Penyebab langsung frktur ekstremitas yang paling sering terjadi adalah kecelakaan lalu lintas dan ruda paksa. Kecelakaan lalu lintas saja memakan korban 1 dalam 10.000 jiwa tiap tahun.( Apley dan Solomon, 1995 ) Berdasarkan data yang diperoleh dari RSO. Dr. Soeharso pada tahun 2007 didapatkan data bahwa angka kejadian fraktur femur mencapai 3215 kasus. Dari sekian banyak fraktur femur yang terjadi di Amerika Serikat 10 % diantaranya mengalami kekakuan dan menurut survei kesehatan nasional fraktur paling sering dialami oleh laki-laki muda dan perempuan tua (Olgavivera, 2005).
suatu patahan yang mengenai 1/3 bagian tengah tulang paha kiri. Berdasarkn bentuk perpatahan fraktur femur dibagi menjadi yaitu: fraktur greenstick, fraktur fissure, raktur komplit, fraktur kominutif, fraktur stress, fraktur impacted, fraktur avulsi , faktur kompresi. (Apley dan Solomon,1995). Dilihat dari proses penyambungan tulang yang dibagi dalam lima fase yaitu : fase destruksi jaringan dan pembentukan hematoma yaitu Putusnya pembuluh darah pada permukaan fraktur dan terbentuk hematoma pada celah fraktur, fase Inflamasi dan proliferasi seluler yaitu reaksi inflamasi akut sehingga akan terjadi proliferasi sel di periosteum dan kanalis medularis dan jaringan selluler akan menjembatani tempat fraktur yang menyebabkan hematoma akan beku secara lambat diabsorbsi dan akan terjadi neovascularisasi pada celah fraktur , fase Pembentukan kallus yaitu Pembentukan tulang dan juga kartilago, fase konsolidasi yaitu kalus akan berkembang menjadi tulang lamellar yang cukup kaku untuk memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur dan dekat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa di antara fragmen dengan tulang yang baru. Pada tahap ini tulang sudah kuat tapi masih berongga, fase remodeling yaitu tulang baru yang terbentuk diremodel mendekati struktur normal. (Apley dan Solomon,1995).
yang tujuannya adalah mengurangi oedem, mempertahankan gerakan sendi, memulihkan kekuatan otot dan memandu pasien kembali ke aktifitas normal (Apley dan Solomon, 1995). Immobilisasi dengan internal fiksasi adalah: (1) plate and screws, (2) cortical bone graft and screws, (3) intra medular nail, (4) screw plate and
screws, (5) nail plate, (6) oblique transfixion srews, (7) circumferential wire band
(Adams, 1992).
Komplikasi yang menghambat terjadinya penyambungan tulang adalah : Infeksi yang terjadi pada fraktur tertutup dapat terjadi karena penolakan terhadap internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien (Adams, 1992). Dari terjadinya infeksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya : delayed union, non union, mal union, Avascular necrosis, dan Shortening. Pada karya tulis ilmiah ini penulis membahas
tentang mal union fraktur femur 1/3 tengah. Mal union fraktur femur adalah suatu proses penyambungan yang tidak sempurna akibat dari putusnya kontinuitas struktur tulang femur. (Apley, 1995). Traksi Sekeletal menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke sekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah dimasukkan kedalam tulang (Osmond, 1999)
Problematik fisioterapi pasca operasi Malunion fraktur femur sinistra 1/3 tengah dengan skeletal traksi dan plate and screws meliputi impairment, functional limitation dan participation restriction. Problematik yang termasuk impairment yaitu:
sehingga terjadi kerusakan jaringan lunak di bawah kulit maupun pembuluh darah yang akan diikuti keluarnya cairan limphe dan darah kemudian akan terjadi reaksi radang sehingga menimbulkan oedem (bengkak). Oedem terjadi karena adanya peningkatan cairan dari pembuluh darah. Cairan tersebut disebut dengan exudat dan kemudian diikuti proses radang yang ditandai dengan peningkatan leukosit dan terjadi peningkatan permeabilitas membran kapiler yang mengakibatkan plasma protein (albumin, globulin dan fibrinogen) meninggalkan pembuluh darah dan memasuki ruangan antar sel. Bengkak tersebut akan menekan nociceptor sehingga merangsang timbulnya nyeri, (2) adanya keterbatasan luas gerak sendi lutut kiri ke arah fleksi dan ekstensi , Keterbatasan lingkup gerak sendi terjadi karena pasien enggan bergerak karena nyeri. Jika kondisi ini dibiarkan dapat menimbulkan spasme yang akan menyebabkan gerakan sendi menjadi terbatas. Problematik yang termasuk functional limitation adalah keterbatasan penderita untuk melakukan aktifitas fungsional dengan
tungkai, misalnya duduk, berdiri dan berjalan karena masih terpasang skeletal traksi. Problematik yang termasuk participation restriction adalah penderita tidak dapat bersosialisasi dengan optimal di lingkungan masyarakat seperti berdagang.
pumping action dan menjaga kekuatan otot (Kisher, 1996). (3) Terapi latihan ditujukan untuk meningkatkan LGS tetapi mempertahankan LGS yang telah ada dan rileksasi. Selain itu latihan ini juga bertujuan mengurangi nyeri, memperkecil, terjadinya kontraktur, memelihara elastisitas, membantu sirkulasi darah vaskuler (Kisher, 1996). (3) Latihan jalan ditujukan untuk meningkatkan aktifitas fungsional jalan pasien.
B. Rumusan Masalah
Pada karya tulis ilmiah ini permasalahan yang penulis kemukakan antara lain: (1) bagaimana static contraction dapat mengurangi nyeri dan oedem paska operasi fraktur femur 1/3 tengah? (3) bagaimana terapi latihan untuk memelihara luas gerak
sendi knee dan hip? (4) bagaimana latihan jalan meningkatkan aktifitas fungsional jalan?
C.Tujuan Penulisan
terhadap peningkatan luas gerak sendi lutut ke arah fleksi dan peningkatan kekuatan otot quadriceps dan hamstring, (5) untuk mengetahui bagaimana latihan jalan meningkatkan aktifitas fungsional jalan.
D.Manfaat Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat mengembangkan ilmu pcngetahuan yang ada di institusi pendidikan terutama mengenai Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Paska Operasi Malunion Fraktur Femur Sinistra 1/3 Tengah dengan Skeletal traksi dan Plate and Screws
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat bertukar inforrnasi dengan pihak rumah sakit tentang Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Pasca Operasi Malunion Fraktur Femur Sinistra 1/3 Tengah dengan Skeletal traksi dan Plate and Screws.
3. Bagi Penulis
4. Bagi Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dapat digunakan sebagai acuan atau tolak ukur keberhasilan yang telah dicapai oleh para ilmuwan untuk dapat lebih maju terutama dalam teknologi kedokteran dari disiplin ilmu lainnya.
5. Bagi Masyarakat Umum
a. Dapat memberikan informasi tentang latihan yang tepat pada pasien dengan kondisi paska operasi mal union fraktur femur 1/3 tengah sinistra dengan Skeletal traksi dan Plate and Screws.