• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUAPATEN KLUNGKUNG TENTANG RUMAH KOS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUAPATEN KLUNGKUNG TENTANG RUMAH KOS."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

KLUNGKUNG

TENTANG

TENTANG RUMAH KOS

KERJASAMA

DPRD KABUPATEN KLUNGKUNG

DAN

(2)

2

TIM PENELITI

1.

Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H.,M.H

2.

Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja,S.H.,M.Hum.

3.

Ni Luh Gede Astariyani, S.H.,M.H.

(3)

ii

ABSTRAK

Pengaturan dalam Pasal 28 H ayat ( 1) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada

setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengaturan

tersebut pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan publik

dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar

masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang

layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman,

harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.

Pengaturan dalam UUD 1945 membawa konsekuensi hukum

bahwa pemerintah termasuk pemerintah daerah merupakan pihak

yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang penyelenggaraan

perumahan. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan Rumah

Kos secara terpadu, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat,

serta tugas dan wewenang pemerintahan daerah untuk

melaksanakan pelayanan public, diperlukan payung hukum dalam

bentuk peraturan daerah. Berdasarkan hal tersebut, pembentukan

Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos ini diperlukan

dalam rangka kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan

pelayanan pengelolaan Rumah Kos yang baik dan berwawasan

lingkungan dan menjamin keberlangsungan akan kehidupan

(4)

iii

DAFTAR ISI

Narasi Pengantar ……… i

Daftar Isi ………. ii

Daftar Tabel ………. iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. ………… 1

B Identifikasi Masalah……….. 4

C. Tujuan dan Kegunaan………. 4

D. Metode……… 5

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoritis ………... 9

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip yang Terkait dengan Penyusunan Norma ………. 12

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Tentang Halaman

Tabel 1: Kewenangan Kabupaten berdasarkan UU No 23 Tahun 2014……

1

Tabel 2: Perbedaan rumah kontrakan dan Kos………

11

Tabel 3: Data Rumah Kos Di Kabupaten Klungkung………..

13

Tabel 4: Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan

yang

lain...

...

18

Tabel 5: Ruang Lingkup materi muatan dalam Peraturan Daerah………..

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Pasal 28 H ayat ( 1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang

untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. Pengaturan tersebut menujukkan adanya pengaturan hak atas

perumahan dan hak untuk melakukan usaha. Berdasarkan pengaturan

tersebut pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan publik dalam

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat

mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan

terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan

berkelanjutan di seluruh wilayah Kabupaten Klungkung sebagai salah satu

bagian dari kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan kewenangannya

memiliki sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

ekonomi dan/atau social di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik

oleh pemerintah maupun masyarakat.

Pemerintah daerah bertanggung jawab melindungi segenap bangsa

Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang

layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis,

dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu

kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap

keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi

masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Di

Kabupaten Klungkung dalam setiap kecamatan terdapat rumah kos yang

dimiliki oleh warga klungkung.

Mengenai otonomi dan tugas pembantuan ditentukan dalam Pasal 18

ayat (2) UUD 1945, bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah

(7)

2 menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang

oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal

18 ayat (5) UUD 1945).

Dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan

dasar hukum pembentukan peraturan daerah diatur dalam Pasal 236

Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan TugasPembantuan, Daerah

membentuk Perda.

(1)Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.

(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan:

a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan

b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

(4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan pengaturan Pajak diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang

No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (selajutnya

disebut UU PDRD). Dalam Pasal tersebut mengatur bahwa

(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

(8)

3 (3) Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang

memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(5) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota

otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk daerah kabupaten/kota.

Dalam kaitannya dengan penelitian pemahaman akan rumah kos

dapat dikaitkan dengan pemahaman akan tes dan konteks dalam ketentuan

Pasal 1 angka 21 Pemehaman dalam arti rumah Kos 10 kamar adalah

termasuk dalam pengertian hotel sebagaimana diatur bahwa :

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah Kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Dalam kaitannya dengan kewenangan konkuren dalam Pasal 12 UU

No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah mengatur bahwa :

Pasal 12

(1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi: a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum dan penataan ruang;

d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan

masyarakat; dan f. sosial.

Dalam lampiran D UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perumahan dan Kawasan

(9)

4 Tabel 1 : Kewenangan Kabupaten berdasarkan UU No 23 Tahun 2014

Sub Urusan Kewenangan Kabupaten

Perumahan a. Penyediaan dan rehabilitasi

rumah korban bencana kabupaten/kota.

b. Fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena relokasi program Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

c. Penerbitan izin

pembangunan dan

pengembangan perumahan. d. Penerbitan sertifikat

kepemilikan bangunan gedung (SKBG).

Kawasan pemukiman a. Penerbitan izin pembangunan dan kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha Perumahan dan kawasan

pemukimanKumuh

Pencegahan perumahan dan kawasan permukiman

kumuh pada Daerah kabupaten/kota. Prasarana, sarana dan Utilitas

Umum ( PSU)

Sertifikasi dan registrasi bagi orang atau badan hukum yang melaksanakan

perancangan dan

perencanaan rumah serta perencanaan prasarana, sarana dan utilitas umum PSU tingkat kemampuan Kecil

Sehingga berdasarkan dasar kewenangan tersebut perlu dibentuk

(10)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dilakukan

identifikasi masalah terkait dengan penyusunan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Klungkung tentang Rumah KOS Berdasarkan pada

identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan 4 (empat) pokok masalah,

yaitu sebagai berikut:

Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa yang

akan ditemukan dan diuraikan dalam Naskah Akademik tersebut. Pada

dasarnya identifikasi masalah dalam suatu Naskah Akademik mencakup 4

(empat) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:

1) Permasalahan apa yang dihadapi dalam pembentukan Rancangan

Peraturan Daerah tentang Rumah Kos

2) Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar

pemecahan masalah tersebut, yang berarti membenarkan

pelibatan negara dalam penyelesaian masalah tersebut

3) Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,

sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Klungkung tentang Rumah Kos ?.

4) Apakah sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang Rumah Kos ?.

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan

di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan

berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat serta cara-cara

mengatasi permasalahan tersebut.

2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan

pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan

(11)

6 permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat.

3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,

yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan

Peraturan Daerah.

4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan

Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah.

Kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai acuan atau

referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang atau

Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos.

D. Metode

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu

kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah

Akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain.

Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan

metode yuridis empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan

penelitian sosiolegal. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi

pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa Peraturan

Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak, atau

dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan

referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan

wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat.

Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali

dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan

Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang

mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor

nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap Peraturan

(12)

7 pada dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian penyusunan Naskah

Akademik digunakan metode yang berbasiskan metode penelitian hukum.1

D.1 Jenis Penelitian.

Dalam penelitian hukum terdapat dua model jenis penelitian yang

digunakan yaitu yaitu : Metode penelitian hukum normative atau

penelitian doctrinal dan Metode penelitian hukum sosiologis / empiris. 2

Bertitik tolak dari pemasalahan yang diangkat dalam kajian ini, maka

jenis penelitian dalam kajian ini mempergunakan penelitian hukum

normative. Dalam beberapa kajian jenis penelitian seperti ini juga disebut

dengan penelitian dogmatik.3 Dalam penelitian hukum normatif, untuk

mengkaji persoalan hukumnya dipergunakan bahan-bahan hukum yang

terdiri dari bahan hukum primer ( primary sources or authorities )

bahan-bahan hukum sekunder ( secondary sources or authorities ) dan bahan

hukum tersier ( tertier sources or authorities ). Bahan-bahan hukum primer

dapat berupa peraturan perundang-undangan, bahan-bahan hukum

sekunder dapat berupa makalah, buku-buku yang ditulis oleh para ahli dan

bahan hukum tersier berupa kamus bahasa hukum dan kamus bahasa

Indonesia.

D.2. MetodePendekatan.

Dalam penelitian hukum normative ada beberapa metode pendekatan

yakni pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan

konsep (conceptual approach ), pendekatan analitis ( analytical approach ),

pendekatan perbandingan ( comparative approach ), pendekatan histories (

historical approach ), pendekatan filsafat ( philosophical approach ),dan

pendekatan kasus ( case approach).4 Dalam penelitian ini digunakan

beberapa cara pendekatan untuk menganalisa permasalahan. Dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan ( statute

1 Soelistyowati Irianto dan Sidharta, 2009, Metode Penelitian Hukum Konstelasi Dan Refleksi,Yayasan Obor, h 177-178.

2 Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia

Jakarta, 1985, h 9.

3 Jan Gijsels,2005, Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan Bandung, h. 109-110.

4 Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset, h.

(13)

8

approach ), pendekatan kasus ( case approach ) dan pendekatan konsep

hukum ( conceptual approach ).

Dalam penyusunan Naskah Akademik ini menggunakan pendekatan

perundang-undangan ( statute approach ), dilakukan dengan menelaah

peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan

pendelegasian kewenangan, antara lain UU Pemda, UU Pajak dn Retribusi

Daerah dan Peraturan yang mengatur tentang Pengelolaan Rumah Kos.

Pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ) dilakukan dengan

menelaah pandangan-pandangan mengenai pendelegasian kewenangan

sesuai dengan penelitian tentang Rumah Kos5 Disamping itu digunakan

pendekatan kontekstual terkait dengan penerapan hukum dalam suatu

waktu yang tertentu.

D.3. Sumber Bahan Hukum.

Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder.6 Bahan hukum primer adalah segala dokumen

resmi yang memuat ketentuan hukum, dalam hal ini adalah UU Pemda ,

UU Perbendaharaan Negara dan PP tentang Pengelolaan Rumah Kos serta

peraturan perundang-undangan yang lain yang terkait dengan

pendelegasian kewenangan mengatur pada peraturan

perundang-undangan.

Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum yang

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti hasil

penelitian atau karya tulis para ahli hukum yang memiliki relevansi dengan

penelitian ini, termasuk di dalamnya kamus dan ensiklopedia.

Selain itu akan digunakan data penunjang, yakni berupa informasi

dari lembaga atau pejabatdi lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten

Klungkung

D.4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum.

Bahan hukum dikumpulkan melakukan studi dokumentasi, yakni

dengan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang relevan dengan

5 Ibid, h 19.

(14)

9 masalah yang diteliti yang ditemukan dalam bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.

D.5 Teknis Analisis Bahan Hukum

Teknik analisa terhadap bahan-bahan hukum yang dipergunakan

dalam kajian ini adalah teknik deskripsi, interpretasi, sistematisasi,

argumentasi dan evaluasi. Philipus M.Hadjon mengatakan bahwa tehnik

deskripsi adalah mencakup isi maupun struktur hukum positif.7 Pada

tahap deskripsi ini dilakukan pemaparan serta penentuan makna dari

aturan-aturan hukum yang dikaji dengan demikian pada tahapan ini hanya

menggambarkan apa adanya tentang suatu keadaan.8 Lebih lanjut

berkaitan dengan teknik Interpretasi Alf Ross mengatakan :

The relation berween a given formulation and specific complex of facts.The technique of argumentation demanded by this method is directed toward discovering the meaning of the statute and arguing that

the given facts sre either covered by it or not.9

( terjemahan bebas : Hubungan antara rumusan konsep yang diberikan dan kumpulan fakta khusus. teknik argumentasi ini dibutuhkan oleh cara ini yang diarahkan kepada penemuan makna dari undang-undang dan fakta-fakta yang saling melengkapi satu sama lain )

Dari sisi sumber dan kekuatan mengikatnya menurut I Dewa Gede

Atmadja secara yuridis interpretasi ini dapat dibedakan menjadi :10

1. Penafsiran otentik ; yakni penafsiran yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan itu sendiri. Penafsiran ini adalah

merupakan penjelasan-penjelasan yang dilampirkan pada

undang-undang yang bersangkutan ( biasanya sebagai lampiran ).

Penafsiran otentik ini mengikat umum ;

2. Penafsiran Yurisprudensi ; merupakan penafsiran yang ditetapkan

oleh hakim yang hanya mengikat para pihak yang bersangkutan ;

7 Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam

Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember h 33.

8 Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz, h 16. 9 Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los

Angeles, h 111.

10 I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran KOSitusi Dalam Rangka Sosialisasi

(15)

10 3. Penafsiran Doktrinal ahli hukum ; merupakan penafsiran yang

diketemukan dalam buku-buku dan buah tangan para ahli

sarjana hukum. Penafsiran ini tidak mempunyai kekuatan

mengikat, namun karena wibawa ilmiahnya maka penafsiran yang

dikemukakan, secara materiil mempunyai pengaruh terhadap

pelaksanaan undang-undang.

Bertitik tolak dari pandangan Philipus M. Hadjon dan I Dewa Atmadja

di atas, maka untuk membahas persoalan hukum yang akan dikaji, akan

dipergunakan penafsiran otentik, penafsiran gramatikal dan penafsiran

sejarah hukum.

Penafsiran otentik dalam kajian ini dimaksudkan adalah penafsiran

yang didasarkan pada penafsiran yang diberikan oleh pembentuk

undang-undang, melalui penjelasan-penjelasannya dan peraturan

perundang-undangan yang lain.

Sedangkan penafsiran Gramatikal dalam pengkajian dilakukan dalam

kaitannya untuk menemukan makna atau arti aturan hukum, khususnya

(16)

11 BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoretis, asas,

praktik, perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan

ekonomi, keuangan negara dari pengaturan dalam suatu Undang-Undang,

Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Bab

ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab berikut:

A. Kajian teoretis

Pemerintah Daerah bertanggung jawab melindungi segenap bangsa

Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang

layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis,

dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu

kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap

keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi

masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara

juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan

perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan

dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan

kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan

fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan social budaya

yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan

semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemerintah daerah

mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan

bantuan dan kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian

dan pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain,

tata ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan

(17)

12 bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal,

serta peraturan perundang-undangan yang mendukung. Kebijakan umum

pembangunan perumahan diarahkan untuk:

a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau

dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung

prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan serta

yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang

berkepribadian Indonesia;

b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan

untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman,

serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;

c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai

dengan tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan

berhasil guna;

d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan

negara; dan

e. mendorong iklim investasi asing.

Pengertian dan jenis bentuk rumah diatur dalam Pasal 1 dan Pasal 21

Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

KawasanPemukiman

1.Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan

sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,

penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan

perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,

pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

2.Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari

permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi

dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya

pemenuhan rumah yang layak huni.

7.Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat

tinggal yang layak huni, saranapembinaan keluarga, cerminan

(18)

13 8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan

tujuan mendapatkan keuntungan

Jenis dan Bentuk Rumah

(1) Jenis rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3)

dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian

yang meliputi:

a. rumah komersial;

b. rumah umum;

c. rumah swadaya;

d. rumah khusus; dan

e. rumah negara.

(2) Rumah komersial sebagaimana dimaksud pada

Kos merupakan salah satu tempat penyedia jasa penginapan atau

tempat tinggal sementara yang terdiri dari beberapa kamar dan setiap

kamar memiliki beberapa fasilitas yang ditawarkan atau disediakan dan

juga mempunyai harga yang telah ditentukan oleh pemilik Kos sedangkan

lama waktu penyewaan ditentukan sendiri oleh si penyewa kamar. Kos ini

adalah salah satu tempat tinggal yang banyak diminati para pelajar

khususnya mahasiswa sebab Kos adalah salah satu

tempat hunian yang di sewa untuk di tinggalkan sementara.

Tabel 2 : Perbedaan rumah kontrakan dan Kos

Sudut pandang Rumah kontrakan Rumah kos

Sistem pembayaran

Pertahun atau kelipatanya Perbulan atau kelipatanya

Jangka waktu sewa

Tahunan, jadi kalau sudah bayar uang sewa tapi bosen maka harus over kontrak.

Bulanan, sehingga cocok bagi yang hendak mencari rumah sewa dalam waktu pendek.

Garasi /

tempat parkir kendaraan

Setiap rumah punya garasi masing-masing.

Satu garasi untuk seluruh penghuni rumah Kos

Tagihan listrik & air

Masing-masing rumah ada meteran dan tagihan pembayarn sendiri.

(19)

14 bayar listrik dan air.

Pengawasan sudah seperti milik sendiri,

jadi langsung

berhubungan dengan RT atau perangkat desa setempat.

Ada bapak Kos, atau ibu Kos yang bertugas mengawasi seluruh anak Kos.

Kondisi bangunan

Bangunan berdiri sendiri, sama seperti rumah warga pada umumnya.

Rata-rata menyatu dengan pemilik rumah, hal ini untuk memudahkan pengawasan

dan penagihan bulanan

Dapur Setiap rumah punya dapur khusus.

Ada juga yang setiap kamar ada dapurnya, tapi

kebanykan satu dapur untuk seluruh anak Kos.

Kebebasan tamu

Bebas bertamu asalkan masih mematuhi norma agama dan adat setempat.

Jam bertamu dan lokasi penerimaan tamu dibatasi.

Kondisi penyewa

Cocok bagi yang sudah berkeluarga, untuk ditempati bersama

pasangan dan anak-anak.

Cocok disewa oleh para pelajar, pekerja perantauan, mahasiswa dan sejenisnya.

B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma.

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, telah

dipositipkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Dalam

undang-undang sebagaimana dimaksud, asas yang bersifat formal diatur dalam

Pasal 5 dan asas yang bersifat materiil diatur dalam Pasal 6. Pengertian

masing-masing asas ini dikemukakan dalam penjelasan pasal dimaksud.

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, asas yang

bersifat formal pengertiannya dapat dikemukakan dalam tabel berikut.

Berdasarkan Pasal 5 UU 12/2011 mengatur :

1. kejelasan tujuan

2. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat 3. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan 4. dapat dilaksanakan

(20)

15 7. Keterbukaan

Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang

Bersifat Materiil diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU 12/2011

antara lain :

1. Pengayoman 2. Kemanusiaan 3. Kebangsaan 4. Kekeluargaan 5. Kenusantaraan

6. Bhinneka Tunggal Ika 7. Keadilan

8. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan 9. Ketertiban dan Kepastian Hukum

10. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan

Asas-asas tersebut kemudian membimbing para legislator dalam

perumusan norma hukum ke dalam aturan hukum, yang berlangsung

dengan cara menjadikan dirinya sebagai titik tolak bagi permusan norma

hukum dalam aturan hukum. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan

Derah tentang Pengelolaan Rumah Kos.

C. Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil penelitian.

Dalam 95 ayat (4) Undang-Undang Pajak dan Retribusi Daerah

ditentukan Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengatur ketentuan

mengenai:

a. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan

dalam halhal tertentu atas pokok pajak dan/atau sanksinya;

b. tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa;

dan/atau

c. asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan,

keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan,

konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan

(21)

16 Dalam penelitian terkait dengan Penyusunan Raperda Kabupaten

Klungkung didasarkan pada asas-asas tersebut di atas, baik asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang formal,

materiil, maupun asas yang termuat dalam UU Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

D. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Dalam pelaksanaannnya praktik penyelenggaraan selama ini di

Kabupaten Klungkung pengelolaan rumah Kos dalam bentuk pendataan

yang dilakukan oleh masing-masing kelurahan di Kabupaten Klungkung.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam bentuk sebaran jumlah rumah Kos

di Kabupaten Klungkung antara lain :

Tabel 3 : Data Rumah Kos Di Kabupaten Klungkung

No Kelurahan Jumlah Rumah Jumlah Pemilik

1 Kelurahan Semarapura Kelod

a. Lingkungan Kemoning Kaja

b. Lingkungan Kemoning Kelod

c. Galiran

d. Pekandelan

65

247

206

25

15

32

24

4

2 Kelurahan Semarapura Kaja

a. Lingkungan Semarapura

Kaja

b. Budaga

c. Pengending

58

32

29

8

6

3

3 Semarapura Klod Kangin

(22)

17

b. Menega 74 11

4 Kelurahan Semarapura Kangin

1.Lingkungan Senggoan

2. Lingkungan Lebah

42

49

8

13

Sumber : Data yang disampaikan oleh Bagian Hukum DPRD Klungkung berdasarkan surat No 08/198/Pemtrantib, Tanggal 16 Oktober 2015

E. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah

Kos merupakan sarana untuk menjaga agar terlaksananya :

a. terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan rumah kos ;

b. terwujudnya sistem penyelenggaraan Rumah Kos mengatur mengenai pemanfaatan, pengelolaan, perijinan, pengawasan; dan

c. terwujudnya pengaturan tentang rumah Kos, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penegakan hukum terkait dengan rumah kos.

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang

Rumah Kos membawa implikasi pada aspek keuangan daerah dan

(23)

18 BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

A. DASAR HUKUM

Kewenangan pengaturan Pajak diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang

No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (selajutnya

disebut dalam UU PDRD). Dalam Pasal tersebut mengatur bahwa

(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

(3) Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang

memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(5) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota

otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk daerah kabupaten/kota.

Dalam kaitannya dengan penelitian pemahaman akan rumah KOS

(24)

19 ketentuan Pasal 1 angka 21 Pemehaman dalam arti rumah Kos 10 kamar

adalah termasuk dalam pengertian hotel sebagaimana diatur bahwa :

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah Kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Berdasarkan Lampiran D UU No23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang

Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan kewenangan kepada

kabupaten/kota untuk mengatur tentang perumahan.

Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah

Kos adalah :

1. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I

Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5049);

4. Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5188).

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234).

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

(25)

20 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 58 , Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 3 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Klungkung

(Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2008 Tambahan

Lembaran Daerah Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah No 2)

Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menentukan pemerintahan daerah

berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Ketentuan ini merupakan

landasan hukum konstitusional bagi pembentukan Peraturan Daerah.

Pemerintahan daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota adalah

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan (Pasal 18 ayat (2) UUD 1945).

Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan

Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5) UUD 1945).

Ketentuan tersebut menjadi politik hukum pembentukan Rancangan

Peraturan Daerah tentang Pemilihan Kepala Pengelolaan . Sebagai dasar

hukum formal pembentukan perda ini adalah Pasal 18 ayat (6) UUD 1945,

sebagaimana juga ditentukan pada Pedoman 39 Teknik Penyusunan

Peraturan Perundang-undangan (TP3U) Lampiran UU 12/2011, yang

menyatakan bahwa dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah adalah

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

(26)

21 Kekuasaan untuk membuat aturan dalam kehidupan bernegara

dikonstruksikan berasal dari rakyat yang berdaulat yang dilembagakan

dalam organisasi negara di lembaga legislatif sebagai lembaga perwakilan

rakyat misalnya kekuasaan membentuk undang-undang merupakan

kekuasaan negara yang dipegang oleh badan legislatif.11 Sedangkan cabang

kekuasaan pemerintahan negara sebagai organ pelaksana atau eksekutif

hanya menjalankan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh cabang

legislative. Sementara itu cabang kekuasaan kehakiman atau yudikatif

bertindak sebagai pihak yang menegakkan peraturan-peraturan itu melalui

proses peradilan.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rumah KOS

dalam rangka pelaksanaan pemerintahan dalam bentuk pengelolaan rumah

Kos dalam bentuk pengendalian.

Tabel 4 : Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lain

Materi Muatan

Keterkaitan Dengan Peraturan Perundang-Undangan

UU PDRD UU PKP UU Pemda

b. Fasilitasi penyediaan

rumah bagi

d. Penerbitan izin pembangunan dan pengembangan

perumahan.

e. Penerbitan sertifikat kepemilikan bangunan gedung (SKBG).

f. Penerbitan izin

(27)

22

Penga wasan 8. Sanks

i Admin istrati f 9. Penda

naan

atas Tanah dan Bangunan

sebagaima na

dimaksud pada

pembangunan danpengembangan kawasan permukiman.

g. Penataan dan

peningkatan kualitasan kawasan perumahan

h. Pencegahan perumahan

dan kawasan

permukiman kumuh

pada Daerah

kabupaten/kota

i. Penyelenggaraan PSU perumahan.

(28)

23 BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

Validitas hukum sebagaimana dimaksudkan oleh Hans Kelsen,

adalah eksistensi spesifik dari norma-norma. Dikatakan bahwa suatu

norma adalah valid adalah sama halnya dengan mengakui eksistensinya atau menganggap norma itu mengandung “kekuatan mengikat” bagi mereka yang perbuatannya diatur oleh peraturan tersebut.12

Merujuk pada pandangan teoritik dari para sarjana yang telah

dikemukakan di atas, dikaitkan dengan ketentuan tentang teknik

penyusunan peraturan perundang-undangan13 dan teknik penyusunan

naskah akademik14 yang diadopsi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

(UU No 12/2011),

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan

pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana

kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila

dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang

Pengelolaan Rumah Kos Daerah landasan Filosofis adalah landasan

filosofisnya : Penyelenggaraan pemerintahan negara dan pemerintahan

daerah yang efektif dan efisien sangat membutuhkan tersedianya sarana

dan prasarana yang memadai yang terkelola dengan baik dan efisien

Landasan filosofis dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang

Rumah Kos, bahwa rumah merupakan salah satu bentuk pemenuhan

12 Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul

Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006), h. 40

13 Angka 18 dan 19 TP3 (vide Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011).

(29)

24 kebutuhan dasar yang wajib untuk dipenuhi sebagai bentuk perlindungan

bagi masyarakat.

B. Landasan Sosiologis.

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alas an yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis

sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah

dan kebutuhan masyarakat dan negara. Landasan Sosiologis dalam

penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rumah Kos yaitu :

Penyelenggaraan pemerintahan negara dan pemerintahan daerah yang

efektif dan efisien sangat membutuhkan tersedianya sarana dan prasarana

yang memadai yang terkelola dengan baik dan efisien. Dalam penyusunan

rancangan peraturan daerah tentang rumah KOS landasan sosiologis yaitu

peningkatan perkembangan masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan

fasilitas dan rumah tanggan untuk bertempat tinggal di rumah Kos dalam

kurun waktu tertentu

C. Landasan Yuridis.

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi

permasalahan hukum atau mengisi keKosongan hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang

akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan

masyarakat.

Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan

dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk

Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu,

antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak

harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari

Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada

tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah berdasarkan Pasal 2 ayat

(30)

25 kabupaten/ kota berwenang untuk mengatur dalam bentuk Peraturan

(31)

26 BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI, ATAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

A. ARAH, SASARAN DAN JANGKAUAN PENGATURAN

Arah pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah

memberikan landasan dan kepastian hukum bagi:

a. Pemerintah Kabupaten dalam memfasilitasi dan membimbing dalam

memberikan arah pengaturan terkait dengan rumah kos;

b. Pemilik rumah kos dalam melakukan pengelolaan rumah kos

Sasaran yang hendak diwujudkan dari Peraturan Daerah yang akan

dibentuk ini adalah terwujudnya pengelolaan rumah kos. Jangkauan

pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini adalah

memberikan pedoman bagi pemilik rumah kos dan pemangku kepentingan

terkait dengan rumah kos..

B. RUANG LINGKUP MATERI MUATAN

Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang

lingkup materi muatan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang

akan dibentuk. Dalam Bab ini, sebelum menguraikan ruang lingkup materi

muatan, dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan

pengaturan.

Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab

sebelumnya. Selanjutnya mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya

mencakup: isi sesuai dengan materi muatan dalam PP

A. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa;

B. materi yang akan diatur; C. ketentuan sanksi; dan D. ketentuan peralihan.

Jangkauan materi muatan dalam penyusunan Rancangan Peraturan

(32)

27 1. Ketentuan Umum

2. Pengelola Rumah Kos

3. Izin Pengelolaan Rumah Kos

4. Pemutahiran Izin Pengelolaan Rumah Kos

5. Pungutan

6. Hak dan Kewajiban

7. Partisipasi Masyarakat

8. Pembinaan dan Pengawasan

9. Sanksi Administratif

10. Pendanaan

11. Ketentuan Penutup

Penjabaran jangkauan dan arah pengaturan dalam bentuk materi muatan

sebagimana dalam tabel di bawah ini :

Tabel 5 : Ruang Lingkup materi muatan dalam Peraturan Daerah

PENGELOM

1. Pengelolaan Rumah Kos adalah kegiatan menyediakan dan mengurus Rumah Kos.

2. Rumah Kos adalah bangunan gedung

yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang terdiri dari kamar-kamar yang

sebagian atau seluruhnya

diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan dengan cara menyewakan kepada orang lain sebagai tempat tinggal dalam kurun waktu paling sedikit (satu) bulan.

3. Kamar Kos yang selanjutnya disebut

Kamar adalah bangunan gedung baik sebagai bagian dari Rumah Kos maupun berdiri sendiri yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan dengan cara menyewakan kepada orang lain sebagai tempat tinggal dalam kurun waktu paling sedikit (satu) bulan

4. …

Pengelolaan BAB II

PENGELOLAAN

(33)

28

RUMAH KOS (2)Pengelola Rumah Kos melaksanakan

Pengelolaan Rumah Kos.

(3)Pengelola Rumah Kos dapat melimpahkan pengurusan Rumah Kos kepada orang lain.

(4)Dalam hal melimpahkan pengurusan Rumah Kos sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pengelola Rumah Kos wajib melimpahkan kepada orang yang berdomisili di desa /kelurahan tempat Rumah Kos berada.

(5)Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan Pengurus Rumah Kos.

Izin BAB III

IZIN PENGELOLAAN

RUMAH KOS

(1)Pengelola Rumah Kos wajib memiliki izin Pengelolaan Rumah Kos.

(2)Izin Pengelolaan Rumah Kos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Bupati.

(3)Bupati dapat melimpahkan kewenangan penerbitan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

(1) Pengelola Rumah Kos wajib mengajukan permohonan pemutakhiran Izin Pengelolaan Rumah Kos apabila terdapat suatu perubahan kondisi terhadap hal yang tercantum di dalam Izin Pengelolaan Rumah Kos paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah suatu perubahan terjadi.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Bupati melalui Kepala Badan.

(3) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen penunjang yang terkait.

(34)

29 PENGUTAN dipungut retribusi perizinan tertentu.

(2) Pengelolaan Rumah Kos yang mengelola paling sedikit 10 (sepuluh) Kamar Kos dikenakan Pajak Hotel sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Pajak Hotel. Hak dan

Kewajiban

BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN

Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos wajib:

a. meminta fotokopi Kartu Tanda Penduduk

Penghuni Rumah Kos;

b. meminta Penghuni Rumah Kos

memperlihatkan Kartu Tanda Penduduknya;

c. melakukan registrasi Penghuni Rumah Kos;

d. melaporkan Penghuni Rumah Kos kepada

Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun paling lama 1x24 jam sejak diterimanya sebagai Penghuni Rumah Kos; dan

e. membuat tata tertib Rumah Kos.

Partisipasi BAB VII

PARTISIPASI MASYARAKA

T

(1)Masyarakat berhak berpartisipasi dalam pengelolaan Rumah Kos.

(2)Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. menyampaikan keluhan kepada

Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos apabila Pengelolaan Rumah Kos menimbulkan gangguan ketertiban masyarakat; atau b. menyampaikan keluhan kepada Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun apabila Pengelolaan Rumah Kos menimbulkan gangguan ketertiban masyarakat;

(1)Bupati melakukan pembinaan atas Pengelolaan Rumah Kos.

(2)Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. sosialisasi peraturan perundang-undangan berkenaan dengan Pengelolaan Rumah Kos dan administrasi kependudukan kepada Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos;

(35)

30 administrasi kependudukan kepada Penghuni Rumah Kos;

koordinasi dengan Bendesa Desa Pakraman untuk mencegah Pengelolaan Rumah Kos menimbulkan hal yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau hukum adat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 16 dikenai teguran tertulis pertama.

(2) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis pertama, Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 16 dikenai teguran tertulis kedua.

(3) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis kedua, Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 16, Izin Pengelolaan Rumah Kos dibekukan.

(36)

31 Rumah Kos dicabut.

Pendanaan BAB X

PENDANAAN

Pendanaan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini bersumber dari Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah Kabupaten Klungkung.

Penutup BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(37)

32 BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian yang telah di lakukan di BAB terdahulu, dapat

ditarik kesimpulan

Pertama, bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung memiliki

kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang rumah Kos

Kedua kewenangan tentang pembentukan Peraturan Daerah tentang rumah

Kos berdasarkan :

a. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945

b. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5049);

d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234).

e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

(38)

33 Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 , Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

f. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 3 Tahun

2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten

Klungkung (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun

2008 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 3, Tambahan

Lembaran Daerah No 2)

Ketiga, penyusunan Peraturan Daerah diperlukan agar rumah Kos

memiliki landasan dan kepastian dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah.

Keempat, pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah adalah :

a. Pertimbangan Filosofis, bahwa rumah merupakan salah satu bentuk

pemenuhan kebutuhan dasar yang wajib untuk dipenuhi sebagai bentuk

perlindungan bagi masyarakat ;

b. Pertimbangan Sosiologis bahwa peningkatan perkembangan masyarakat

dan kebutuhan masyarakat akan fasilitas dan rumah tanggan untuk

bertempat tinggal di rumah Kos dalam kurun waktu tertentu

c. Pertimbangan yuridis bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2)

Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah

kabupaten/ kota berwenang untuk mengatur dalam bentuk Peraturan

Derah tentang Rumah Kos.

Kelima, arah, sasaran, dan jangkauan pengaturan, dan ruang lingkup

materi muatan Peraturan Daerah yang akan dibentuk adalah:

1. Arah pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini

adalah memberikan landasan dan kepastian hukum dalam

Pengelolaan Rumah Kos.

2. Sasaran yang hendak diwujudkan dari Peraturan Daerah yang

akan dibentuk ini adalah Pengelolaan Rumah Kos yang transparan,

(39)

34 3. Jangkauan pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk

ini adalah memberikan pedoman bagi:

a. Pemerintah Kabupaten dalam memfasilitasi dalam Pengelolaan

Rumah Kos;

b. Pemilik Rumah Kos dalam menetapkan pelaksaan Pengelolaan

Rumah Kos Penyewa Rumah Kos

4. Ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang akan

dibentuk Pembinaan dan Pengawasan.

B. SARAN

Penyusunan Naskah Akademik ini berikut Konsep Awal Rancangan

Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos diadakan FGD yang

melibatkan SKPD terkait maupun para pengemban kepentingan dengan

tujuan mendapat saran dan kritik menuju penyempurnaan naskah ini.

sesuai dengan asas keterbukaan dan ketentuan tentang partisipasi

masyarakat dalam Pasal 96 UU P3 2011 dan Pasal 354 ayat (4) UU

Pemerintahan Daerah 2004. Dalam Pasal 354 ayat (4) UU Pemerintahan

Daerah 2014. Pasal partisipasi masyarakat dalam bentuk :

a. konsultasi publik; b. musyawarah; c. kemitraan;

d. penyampaian aspirasi; e. pengawasan; dan/atau

(40)

35 DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los Angeles C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di

Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung

Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul

Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006

I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran KOSitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD.

Jan Gijsels,2005, Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah

Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan

Bandung.

Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, 1985

Soelistyowati Irianto dan Sidharta, 2009, Metode Penelitian Hukum

Konstelasi Dan Refleksi,Yayasan Obor.

Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset.

Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya

Daerah Tingkat II Klungkung ( Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3480 ).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

(41)

36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355).

Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5188).

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5234).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 244,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),

sebagimana diubah beberapa kali terkhir dengan Undang-Undang No

2 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah Menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara Republik

Indoensia Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran

negara republik Indonesia Nomor 5657).

Gambar

Tabel 1 : Kewenangan Kabupaten berdasarkan UU No 23 Tahun 2014
Tabel 2 : Perbedaan rumah kontrakan dan Kos
Tabel 3 : Data Rumah Kos Di Kabupaten Klungkung
Tabel 4 : Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lain
+2

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RS Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2011.. Berdasarkan tabel

• Laju € yang mulai tertahan kenaikannya seiring dengan persepsi factory output zona Euro yang turun dan pertumbuhan yang masih akan melambat dimanfaatkan pelaku pasar untuk

support, perusahaan harus mendapatkan informasi yang tepat tetang customer dan CRS harus ditraining dengan baik dalam melakukan dialog cross-selling agar dia dapat.

disebabkan kurangnya intensitas latihan yang diberikan kepada siswa. b) Siswa tidak dimotivasi untuk berperilaku aktif dalam pembelajaran sehingga siswa selalu

Aspek kualitas yang mementingkan prinsip halal dan thayib produk dan jasa, desain produk yang berkomitmen pada kualitas yang ditetapkan, aspek desain proses yang menghindari

Berikut contoh pewarna buatan yang digunakan untuk makanan atau minuman3. Kelebihan pewarna buatan : harga murah, praktis, warna lebih kuat, jenisnya banyak, warna tidak

Hasil penelitian menunjukkan Formasi Halang mempunyai karakteristik paling mirip dengan sampel minyak, tetapi dianggap tingkat kematangannya tidak memungkinkan

Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Doa Anak Jalanan NDU\D 0D¶PXQ $IIDQ\ 'DUL penelitian ini ditemukan lima