• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Partisi N-heksana Buah Pare (Momordica charantia) Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Partisi N-heksana Buah Pare (Momordica charantia) Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PARTISI N-HEKSANA BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH

DIABETIK EKSPERIMENTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Diajukan Oleh

Made Pratiwi Putri Pradnyani 1009005104

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

(2)

DIABETIK EKSPERIMENTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh

Made Pratiwi Putri Pradnyani NIM. 1009005104

Menyetujui/Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Drh. I Nyoman Suartha, M,Si Drh. Luh Made Sudimartini, M.Sc NIP. 19680301 199403 1 002 NIP. 19821024 200801 2 009

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

Dr. Drh. Nyoman Adi Suratma, M.P NIP. 19600305 198703 1 001

(3)

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa tulisan

ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya, dapat diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran Hewan.

Ditetapkan di Denpasar tanggal ...

Panitia Penguji

Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si

Ketua

Drh. Luh Made Sudimartini, M.Sc Drh. Made Suma Anthara, M.Kes

Sekretaris Anggota

Drh. A.A. Gde Oka Dharmayudha, M.P Drh. I Made Merdana, M.P

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Singaraja, Bali pada tanggal 27 Agustus 1992, merupakan putri

kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Putu Sukayadnya dan Ibu Made Resiani.

Penulis mulai mengenyam pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika IX-3 dan

menamatkan pendidikan pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Dasar Mutiara Singaraja dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Singaraja

pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah

Atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Singaraja, Bali.

Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana pada tahun

2010 melalui jalur PMDK gelombang ke 2. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Hewan, penulis melakukan penelitian di Laboratorium Biomedik Rumah Sakit Hewan

Universitas Udayana dengan mengambil judul “Efektivitas Partisi N-heksana Buah Pare

(Momordica charantia) Terhadap Penurumam Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus

(5)

ABSTRAK

Diabetik eksperimental adalah kondisi kadar glukosa darah yang meningkat akibat injeksi obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas partisi n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan diabetik eksperimental. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur 3 bulan dan tikus diadaptasikan pada lingkungan penelitian selama 2 minggu dalam kandang yang baik. Tikus dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: kontrol negatif (-), kontrol positif (+), ekstrak pare 2%, partisi n-heksana 50 mg/kg BB. Semua tikus ditimbang berat badannya dan disuntik dengan streptozotocin (STZ) dengan dosis 40 mg/kg BB secara intraperitoneal kecuali tikus kontrol (-). Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebelum disuntikkan streptozotocin (STZ) dan pada hari ke 0, 3, 7, 14, dan 21, setelah penyuntikkan streptozotocin (STZ). Pemberian perlakuan ekstrak pare dan partisi n-heksana diberikan setelah hari ke 3 penyuntikkan streptozotocin (STZ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisi n-heksana mampu menurunkan kadar glukosa darah pada dosis 50 mg/kg berat badan secara nyata dibandingkan dengan kontrol positif.

(6)

ABSTRACT

Experimental diabetes is an increasement of glucose level in the blood because drug induction. This research inted to discover effectivity of n-heksana partition of bitter melon extract in treating experimental diabetes. This research used 20 three month old male white rats (Rattus norvegivus). Rats divided into 4 group with the following : negative control, positive control, bitter melon extract 2% and n-heksana partition 50 mg/kg BB. All rats injected intraperitoneally with 40 mg/kg body weight streptozotocin (STZ) except negative control group. Blood glucose level checked before injection of streptozotocinin the following days : 0, 3, 4, 14 and 21 post injection. Bitter mellon extract and n-heksana partition administrated in day 3 post STZ injection. Result showed that 50 mg/kg body weight n-heksana partition capable of decreasing glucose blood level significantly than positive control group.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmatNya penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Efektivitas Partisi N -heksana Buah Pare (Momordica charantia) Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Universitas

Udayana.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, M.P. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si dan ibu drh. Luh Made Sudimartini selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu serta tenaga

untuk memberikan bimbingan, motivasi dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini.

3. Bapak drh. Made Suma Anthara, M.Kes, bapak drh. Anak Agung Gde Oka

Dharmayudha, M.P, bapak drh I Made Merdana, M.P selaku penguji I, II, dan III

yang bersedia meluangkan waktu, memberikan kritik dan saran yang sangat

membangun dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drh. A.A. Gde Arjana, M.Kes selaku pembimbing akademik, yang telah

memberikan motivasi dan membimbing penulis selama perkuliahan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang pernah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di

(8)

6. Seluruh jajaran Tata Usaha dan perpustakaan yang telah memberikan kemudahan

administrasi selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Udayana.

7. Bapak Putu Sukayadnya dan Ibu Made Resiani sebagai orang tua penulis yang telah

banyak memberikan semangat, pengorbanan dan kasih sayang nya yang sangat luar

biasa besar, terimakasih atas doa yang selalu diberikan kepada penulis.

8. Teman - teman penelitian Yoana, Ananta dan Yogi yang selalu semangat dalam

menyelesaikan penelitian ini.

9. Alit Satria W, Karina, Satya, Farhan, dan Eman yang sudah bersedia meluangkan

waktu nya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan semua permasalahan dan

penyelesaian penulisan ini.

10.Erwanti, Tiara, Adinda, Mauren, Nande, Vivin, Yunita, Isnan, Devit, Sindhu, Evi,

Leonita, Aulia dan seluruh teman-teman angkatan 2010 yang telah memberikan

semangat kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

saran dan keritik membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak dan juga bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Denpasar, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Diabetes Mellitus ... 3

2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 3

2.2 Streptozotocin (STZ) ... 5

2.3 Buah Pare ... 9

2.4 N-heksana ... 10

2.5 Kerangka Konsep ... 11

2.6 Hipotesis Penelitian ... 14

BAB III MATERI DAN METODE ... 15

3.1 Bahan Penelitian ... 15

3.2 Alat Penelitian ... 15

3.3 Rancangan Penelitian ... 15

3.4 Variabel Penelitian ... 16

3.4.1 Variabel Bebas... 16

3.4.2 Variabel Tergantung ... 16

3.4.3 Variabel Kendali ... 16

3.5 Prosedur Peneliti ... 16

3.5.1 Pembuatan Ekstrak Buah Pare ... 16

3.5.2 Partisi N-heksana ... 17

3.5.3 Persiapan Hewan Coba ... 17

(10)

3.6 Analisis Data ... 19

3.7 Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 20

4.2 Pembahasan ... 22

4.3 Penguji Hipotesis ... 23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetik eksperimental adalah kondisi kadar glukosa darah tinggi akibat induksi

obat-obatan yang dapat menghambat kerja hormon insulin. Kondisi diabetik eksperimental dapat

dibuat dengan menyuntikkan obat-obatan seperti streptozotocin (STZ) dan aloksan.

Mekanisme kerja yang ditimbulkan dari streptozotocin (STZ) bersifat toksik terhadap sel β

pankreas, dan struktur streptozotocin (STZ) juga sangat mirip dengan molekul glukosa

(Schnedl et al., 2004). Kondisi ini diharapkan mampu memicu kondisi diabetes mellitus

(DM) yang umum terjadi.

Upaya dalam mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat diabetes mellitus telah

dikembangkan pemakaian obat-obatan sintetis. Obat-obatan ini mempunyai efek samping

yang tinggi. Untuk itu, telah dikembangkan penggunaan berbagai macam obat-obatan

tradisional (herbal) yang relatif lebih aman untuk menurunkan gula darah (Agoes, 1991).

Salah satu jenis tanaman obat tradisional adalah buah pare (Momordica charantia).

Penggunaan ekstrak etanol buah pare terbukti dapat menurunkan gula darah tikus (Suartha et

al., 2013; Utami, 2014). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam pengobatan

adalah saponin, flavonoid, triterpenoid (Suartha et al., 2013) polifenon, alkaloid, momordisin,

glikosida cucurbitacin, charantin (Dajiyuan, 2007), asam butirat, asam palmitat, asam

linoleat, dan asam stearat. Dilaporkan juga flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan

triterpenoid sebagai insektisida dan mempengaruhi sistem saraf (Subahar, 2004).

Pemurnian senyawa aktif dari ekstrak buah pare dapat dilakukan dengan partisi

menggunakan larutan yang memiliki kepolaran yang berbeda. N-heksana merupakan larutan

(15)

polar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan partisi n-heksana buah pare

untuk menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang menderita

diabetik eksperimental.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana

efektivitas partisi n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

diabetik eksperimental.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas partisi

n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus) diabetik eksperimental.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efektivitas partisi

n-heksana ekstrak pare terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah meningkat

dan di dalam urin/kencing ditemukan gula. Diabetes mellitus (DM) mendapat gelar “The

silent killer” karena komplikasi yang dapat ditimbulkannya dan hingga kini masih belum

tuntas penangannya. Komplikasi akut yang disebabkan oleh terganggunya proses

metabolisme karbohidrat sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi atau sangat rendah

dan dapat timbul koma diabetikum. Apabila tidak segera ditolong dapat menyebabkan

kematian. Kompliksi kronis disebabkan timbulnya kerusakan pembuluh darah besar dan kecil

pada organ tubuh, anafilaksis dan rontoknya bulu rambut (Dalimunthe, 2004). Disebut

diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah lebih dari 200 mg/dl (Misnadiarly, 2006).

Diabetes mellitus atau disebut juga penyakit kencing manis merupakan keadaan patologis

yang sering terjadi akibat defisiensi insulin.

2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Secara umum diabetes mellitus dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Diabetes Mellitus Tipe I

Diabetes mellitus tipe 1 disebut juga sebagai insulin dependent diabetes mellitus

(IDDM). Pada tipe 1, tubuh penderita sama sekali tidak menghasilkan insulin karena pada

jenis ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta

pankreas sehingga menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel β yang disebut dengan islet cell antibodi (ICA). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang

(17)

pankreas juga dapat disebabkan oleh virus tertentu atau toksin lingkungan yang memicu

respon antibodi yang tidak normal dan juga merusak sel-sel pankreas (Mealey, 2006).

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan

terjadinya ketosis apabila tidak dilakukan pengobatan, biasanya terjadi pada anak remaja

dan kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa. Gangguan katabolisme yang

disebabkan tidak adanya insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel

β pankreas gagal merespon stimulus insulinogenik (Katzung, 2002).

2. Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes mellitus tipe II dikenal sebagai non-insulin dependent diabetes mellitus

(NIDDM) (Brown, 2002). Pada tipe ini pankreas mempunyai beberapa sel β yang menyebabkan kadar insulin bervariasi, kadar ini cukup untuk memelihara homeostasis

glukosa. Diabetes tipe II dihubungkan dengan resistensi organ target yang membatasi

respon insulin endogen dan eksogen. Pada beberapa kasus disebabkan oleh penurunan

jumlah atau mutasi reseptor insulin (Mycek et al., 2001). Dengan demikian keadaan ini

sama dengan diabetes mellitus tipe I. Perbedaannya adalah diabetes mellitus tipe II

disamping kadar glukosa tinggi, jumlah kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini

disebut resisten insulin. Faktor-faktor yang menyebabkan resistensi insulin adalah

obesitas, diet tinggi dan diet rendah karbohidrat, kurang gerak badan, dan faktor

keturunan (Soegondo, 2006).

3. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan, artinya kondisi

diabetes atau intoleransi glukosa yang didapat selama kehamilan biasanya pada trismester

dua atau tiga (Dharmayudha, 2011). Pada tipe ini berhubungan dengan meningkatnya

(18)

menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5 sampai 10

tahun setelah melahirkan (Woodley dan Wheland, 1995).

2.2 Streptozotocin (STZ)

Streptozotocin (STZ) adalah derivat N-mehyl-N-nitrosoureido D-glucosamine yang

bersifat toksik terhadap sel β pankreas dan berfungsi untuk mensekresi insulin, sehingga

banyak digunakan untuk menginduksi diabetes pada hewan-hewan percobaan (Pathak et al.,

2008). Streptozotocin dapat digunakan untuk menginduksi DM tipe I dan tipe II yang

diaplikasikan pada saat hewan percobaan masih pada tahap neonatal. Setelah bermur 8-10

minggu, tikus yang diinjeksi dengan streptozotocin pada saat neonatal tersebut akan

menunjukkan gejala hiperglikemia ringan dan hilangnya sensitivitas sel β terhadap glukosa (Szkudelski, 2001). Mekanisme kerja yang diitimbulkan dari streptozotocin bersifat toksik

terhadap sel β pankreas, struktur streptozotocin sangat mirip dengan molekul glukosa sehingga akan ditranspor ke dalam sel oleh glucose transporter 2 (GLUT2) (Schnedl et

al.,1994). Sedangkan GLUT2 itu sendiri akan memperantarai sel β dalam mengambil glukosa dalam darah, sehingga streptozotocin akan ikut diambil melalui proses pengambilan glukosa

tersebut (Szkudelski, 2001). Pada rodensia GLUT2 diekspresikan dalam sel β pankreas, ginjal dan hati, sehingga dengan menurunnya ekspresi dari GLUT2 ini akan mencegah aksi

streptozotocin dalam menimbulkan diabetes. Berbeda dengan GLUT2, GLUT1 yang

merupakan isoform dari GLUT2, mempunyai afinitas yang rendah bahkan tidak ada sama

sekali terhadap streptozotocin (sebagai substansi pentranspor), sehingga GLUT1 yang banyak

diekspresikan pada sel β pankreas manusia bersifat resisten terhadap sifat toksik yang

ditimbulkan oleh streptozotocin (Thulesen et al., 1997).

(19)

nukleotida seluler dan komponen-komponennya seperti NAD+ sehingga terjadi nekrosis sel β pankreas (Szkudelski, 2001). Dengan menggunakan terapi insulin, ekspresi GLUT2 dapat

berkurang dan kebutuhan akan NAD+ juga akan menurun karena berkurangnya aktivitas sel

β (Szkudelski 2001). Tingkat keparahan dan persistensi yang ditimbulkan oleh agen

streptozotocin pada tikus (rodensia) sangat tergantung dari dosis dan jalur pemberiannya

(Thulesen et al., 1997). Selain itu, strain dari tikus (hewan percobaan) juga mempunyai

respon yang berbeda-beda terhadap pemberian streptozotocin dalam dosis tertentu (Abeeleh

et al., 2009). Menurut Szkudelski (2001), injeksi streptozotocin secara intravena dengan dosis

40-60 mg/kg berat badan, banyak digunakan untuk menginduksi diabetes mellitus tipe-1,

selain itu dapat juga digunakan dosis yang sama atau bahkan lebih secara intraperitoneal

untuk menginduksi diabetes tipe 2.

Pemberian streptozotocin dengan dosis kurang dari 40 mg/kg BB, tidak efektif untuk

menginduksi diabetes. Berdasakan penelitian yang dilakukan oleh Thulesen (1997), dosis

injeksi streptozotocin sebanyak 45 mg/kg BB, akan menyebabkan diabetes sementara atau

singkat dan dapat kembali normal secara spontan, sedangkan dosis yang tinggi 60 mg/kg BB,

akan menginduksi diabetes yang permanen pada hewan percobaan. Faktor lain yang

mempengaruhi sensitivitas streptozotocin dalam menginduksi diabetes adalah strain dari tikus

atau hewan percoban yang digunakan (Abeeleh et al., 2009). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Abeeleh (2009), jenis tikus Sprague Dawley (SD) lebih peka terhadap injeksi

streptozotocin secara intraperitoneal, dibandingkan dengan tikus jenis nude (nude rats) dan

pada tikus Sprague Dawley (SD) menunjukkan konsentrasi glukosa yang tinggi pasca injeksi

serta tingkat mortalitas yang tinggi dalam waktu yang singkat, sedangkan pada nude rats

tidak menunjukkan peningkatan glukosa darah yang signifikan pasca injeksi streptozotocin

dan membutuhkan dosis injeksi ulang untuk meningkatkan kadar glukosa darahnya jika

(20)

yang disertai dengan penurunan berat badan tampak dalam waktu 1 minggu hingga 10 hari,

maka hal ini mengindikasikan kerusakan dari pulau langerhans pankreas yang bersifat

irreversible.

Streptozotocin dapat merusak DNA sel-sel pulau pankreas dan menstimulasi sintesis

poli nuklear (ADP-ribosa), NAD, dan NAP yang kemudian akan menghambat atau

menghalangi sintesis proinsulin dan akhirnya menyebabkan diabetes. Streptozotocin juga

dapat mengaktifkan jenis-jenis oksigen seperti superoksida, hydrogen peroksida, dan radikal

bebas. Pemberian injeksi streptozotocin 100 mg/kg secara intraperitonial (IP) kepada

penderita DM-2, dapat menyebabkan hiperglikemia. Namun pemberian streptozotocin pada

dosis rendah, yaitu 40 mg/kg selama 5 hari mampu menyebabkan hiperglikemia yang

signifikan pada mingu ke-1. Hewan-hewan mengalami diabetes pada minggu ke-2 dan tetap

dalam keadaan diabetes sampai minggu ke-5. Menurut Zhang (2008), pemberian injeksi 2

kali dengan dosis 30 mg/kg dengan interval mingguan akan memberikan efek diabetes

mellitus tipe 2. Injeksi dengan dosis 40 mg/kg menunjukkan hasil terinduksinya mencit

diabetes melitus tipe 2, tetapi akan mengalami tipe 1 untuk beberapa minggu. Streptozotocin

pada hewan coba dapat menginduksi perkembangan hiperglikemia yang lambat, kemudian

diikuti dengan penyusupan lymphocytic pulau pankreas lalu menyebar ke seluruh duktus

pankreas. Selanjutnya limfosit akan menghancurkan sel beta dalam islet pankreas dan

akhirnya menyempurnakan terjadinya diabetes mellitus (Wilson et al., 1998).

(21)

Tanaman pare tergolong dalam bangsa Cucurbitaceae, jenis Momordica charantia L.

Penyebarannya meliputi Indonesia, India dan Asia Teggara (Williams and Ng, 1971).

Berikut adalah klasifikasi dari buah pare :

Ordo : Curcubitales

Kelas : Magnoliophyta

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia L.

Dalam buah pare yang berguna dalam penurunan gula darah adalah : karantin,

momordisin dan polyeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki

komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai)

(Pratama, 2011). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam pengobatan adalah :

saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, triterpenoid, momordisin, glikosida, cucurbitacin,

charantin, asam butirat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearat. Flavonoid berfungsi

sebagai antimikroba dan triterpenoid sebagai insektisida dan mempengaruhi sistem saraf

(Subahar, 2004).

Pare (Momordica charantia) juga merupakan salah satu jenis bahan nabati yang

potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai tanaman

pangan dan bahan obat tradisional (Siska, 2007). Fakta ini menjadi alasan mengapa obat

tradisional menjadi pilihan favorit yang dapat dijadikan solusi alternatif untuk pengobatan

karena harganya murah, mudah terjangkau dan relatif aman (Mambo, 2007).

2.4 N-heksana

N-heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14

(22)

karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari alkana yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan

standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. N-heksana

merupakan jenis pelarut non-polar (Kastianti dan Amalia, 2008).

N-heksana merupakan salah satu pelarut yang baik untuk mengekstraksi

senyawa-senyawa yang bersifat non-polar karena memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya

adalah bersifat stabil, mudah menguap, selektif, serta menghasilkan jumlah kecil lilin,

albumin dan zat warna (Guenther, 1987).

Adapun karakteristik dari n-heksana antara lain:

Nama lain : caproly hydride, hexyl hydride

Rumus molekul : C3(CH2)4CH3

Berat molekul : 86,17 kg/mol

Warna : berwarna

Titik leleh : -94C

Titik didih : 69 (P = 1 atm)

Densitas : 0,6548 gr/ml

Kelarutan dalam 100 bagian air : 0,014 (15C)

N-heksana juga dapat digunakan untuk mengekstrasi minyak nilam yang dapat

digunakan sebagai minyak atsiri (Jos, 2004). Selain itu, n-heksana dapat digunakan sebagai

solven untuk mengekstrasi karotenoid dari crude palm oil (CPO) (Firdiana et al., 2003).

Solven campuran antara n-heksana dan benzene dapat digunakan untuk mengekstraksi

minyak dari kopra (Kustanti dan Anjianni, 2000). Sedangkan solven campuran antara

n-heksana dan isopropanol dapat digunakan dalam penuruan kadar limbah sintetis asam fosfat

(23)

2.5Kerangka Konsep

Diabetik eksperimental adalah penambahan kadar glukosa darah akibat injeksi

obat-obatan. Kondisi ini yang memicu kondisi diabetes mellitus (DM) sesungguhnya. Diabetes

mellitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia

(peningkatan kadar glukosa darah). Peningkatan kadar glukosa darah bervariasi terutama

setelah makan. Hal ini akibat dari tubuh tidak melepaskan atau menggunakan insulin secara

cukup (Suyono, 1996). Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian

streptozotocin (STZ) yang merupakan derivat N-mehyl-N-nitrosoureido D-glucosamine yang

bersifat toksik terhadap sel β pankreas dan berfungsi untuk mensekresi insulin. Pemindahan

gugus metil dari STZ menyebabkan kerusakan DNA. Kerusakan DNA akibat STZ dapat

mengaktivasi poly (ADP-ribose) polymerase (PARP) yang kemudian mengakibatkan

penekanan NAD+ seluler, selanjutnya menimbulkan penurunan jumlah ATP, dan akhirnya

terjadi nekrosis sel β pankreas.

Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat

modern. Hal ini disebabkan obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit

dari pada obat modern. Contoh tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat adalah buah

pare (Momordica charantia). Bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah daging buah yang

berpotensi dapat menurunkan kadar glukosa darah (Utami, 2004) karena mengandung

saponin, flavonoid, triterfenoid (Suartha et al., 2013), polifenol (antioksidan kuat), serta

glikosida cucurbitacin, momordicin dan charantin (Dajiyuan, 2007). Penggunaan ekstrak

kasar (ekstrak etanol) telah terbukti menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetik

eksperimental (Suartha et al., 2013).

Pemurnian kandung senyawa suatu bahan dapat dilakukan dengan partisi menggunakan

pelarut dengan sifat kepolaran yang berbeda yaitu non polar, semi polar, dan polar. Salah satu

(24)

Diabetik Eksperimental

Injeksi Obat (STZ)

Memicu Kondisi DM

Obat Modern (Mahal, Efek samping)

Obat Tradisional (Aman, Murah)

Buah Pare (Isolasi Bahan Aktif)

Ekstrak Etanol (Kasar) Potensi Baik

Partisi dengan N-heksana

[image:24.595.183.415.233.698.2]

Partisi sebagai penurun kadar gula darah tikus diabetik eksperimental

(25)

2.6Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa partisi

n-heksana buah pare berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian, KSP "Kopdit Mekar Sai" telah mencapai 2,3 ( Repeatable but Intuitive ), yang berarti bahwa mekanisme tata kelola teknologi informasi

Karena keterbatasan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebagai satu satunya sumber pembiayaan rumah sakit, banyak peralatan laboratorium yang dibutuhkan

Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan instrument tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (postes). Tes

Dalam hubungannya dengan kondisi tersebut, maka dibuatlah penulisan ini untuk membahas bagaimana membuat website dengan menggunakan Macromedia

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama secara

Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Dr. Dari 4 bayi yang mendapat ASI eksklusif 2 bayi terjadi diare, dan 6 bayi yang menggunakan botol susu 5 bayi terjadi diare. Dari

Gambar 5 b juga menunjukkan bahwa setelah proses adsorpsi pada waktu kontak 15, 30, 45 dan 60 menit, didapatkan hasil penjerapan yang terus meningkat dengan % efisiensi