EFEKTIVITAS PARTISI N-HEKSANA BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH
DIABETIK EKSPERIMENTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Diajukan Oleh
Made Pratiwi Putri Pradnyani 1009005104
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
DIABETIK EKSPERIMENTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
Oleh
Made Pratiwi Putri Pradnyani NIM. 1009005104
Menyetujui/Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Drh. I Nyoman Suartha, M,Si Drh. Luh Made Sudimartini, M.Sc NIP. 19680301 199403 1 002 NIP. 19821024 200801 2 009
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
Dr. Drh. Nyoman Adi Suratma, M.P NIP. 19600305 198703 1 001
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa tulisan
ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya, dapat diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Hewan.
Ditetapkan di Denpasar tanggal ...
Panitia Penguji
Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si
Ketua
Drh. Luh Made Sudimartini, M.Sc Drh. Made Suma Anthara, M.Kes
Sekretaris Anggota
Drh. A.A. Gde Oka Dharmayudha, M.P Drh. I Made Merdana, M.P
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Singaraja, Bali pada tanggal 27 Agustus 1992, merupakan putri
kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Putu Sukayadnya dan Ibu Made Resiani.
Penulis mulai mengenyam pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika IX-3 dan
menamatkan pendidikan pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Dasar Mutiara Singaraja dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Singaraja
pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah
Atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Singaraja, Bali.
Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana pada tahun
2010 melalui jalur PMDK gelombang ke 2. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan, penulis melakukan penelitian di Laboratorium Biomedik Rumah Sakit Hewan
Universitas Udayana dengan mengambil judul “Efektivitas Partisi N-heksana Buah Pare
(Momordica charantia) Terhadap Penurumam Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus
ABSTRAK
Diabetik eksperimental adalah kondisi kadar glukosa darah yang meningkat akibat injeksi obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas partisi n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan diabetik eksperimental. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur 3 bulan dan tikus diadaptasikan pada lingkungan penelitian selama 2 minggu dalam kandang yang baik. Tikus dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: kontrol negatif (-), kontrol positif (+), ekstrak pare 2%, partisi n-heksana 50 mg/kg BB. Semua tikus ditimbang berat badannya dan disuntik dengan streptozotocin (STZ) dengan dosis 40 mg/kg BB secara intraperitoneal kecuali tikus kontrol (-). Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebelum disuntikkan streptozotocin (STZ) dan pada hari ke 0, 3, 7, 14, dan 21, setelah penyuntikkan streptozotocin (STZ). Pemberian perlakuan ekstrak pare dan partisi n-heksana diberikan setelah hari ke 3 penyuntikkan streptozotocin (STZ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisi n-heksana mampu menurunkan kadar glukosa darah pada dosis 50 mg/kg berat badan secara nyata dibandingkan dengan kontrol positif.
ABSTRACT
Experimental diabetes is an increasement of glucose level in the blood because drug induction. This research inted to discover effectivity of n-heksana partition of bitter melon extract in treating experimental diabetes. This research used 20 three month old male white rats (Rattus norvegivus). Rats divided into 4 group with the following : negative control, positive control, bitter melon extract 2% and n-heksana partition 50 mg/kg BB. All rats injected intraperitoneally with 40 mg/kg body weight streptozotocin (STZ) except negative control group. Blood glucose level checked before injection of streptozotocinin the following days : 0, 3, 4, 14 and 21 post injection. Bitter mellon extract and n-heksana partition administrated in day 3 post STZ injection. Result showed that 50 mg/kg body weight n-heksana partition capable of decreasing glucose blood level significantly than positive control group.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Efektivitas Partisi N -heksana Buah Pare (Momordica charantia) Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Eksperimental Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Universitas
Udayana.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, M.P. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si dan ibu drh. Luh Made Sudimartini selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu serta tenaga
untuk memberikan bimbingan, motivasi dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini.
3. Bapak drh. Made Suma Anthara, M.Kes, bapak drh. Anak Agung Gde Oka
Dharmayudha, M.P, bapak drh I Made Merdana, M.P selaku penguji I, II, dan III
yang bersedia meluangkan waktu, memberikan kritik dan saran yang sangat
membangun dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drh. A.A. Gde Arjana, M.Kes selaku pembimbing akademik, yang telah
memberikan motivasi dan membimbing penulis selama perkuliahan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang pernah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di
6. Seluruh jajaran Tata Usaha dan perpustakaan yang telah memberikan kemudahan
administrasi selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana.
7. Bapak Putu Sukayadnya dan Ibu Made Resiani sebagai orang tua penulis yang telah
banyak memberikan semangat, pengorbanan dan kasih sayang nya yang sangat luar
biasa besar, terimakasih atas doa yang selalu diberikan kepada penulis.
8. Teman - teman penelitian Yoana, Ananta dan Yogi yang selalu semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini.
9. Alit Satria W, Karina, Satya, Farhan, dan Eman yang sudah bersedia meluangkan
waktu nya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan semua permasalahan dan
penyelesaian penulisan ini.
10.Erwanti, Tiara, Adinda, Mauren, Nande, Vivin, Yunita, Isnan, Devit, Sindhu, Evi,
Leonita, Aulia dan seluruh teman-teman angkatan 2010 yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan keritik membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak dan juga bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Denpasar, Februari 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 2
1.3Tujuan Penelitian ... 2
1.4Manfaat Penelitian ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Diabetes Mellitus ... 3
2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 3
2.2 Streptozotocin (STZ) ... 5
2.3 Buah Pare ... 9
2.4 N-heksana ... 10
2.5 Kerangka Konsep ... 11
2.6 Hipotesis Penelitian ... 14
BAB III MATERI DAN METODE ... 15
3.1 Bahan Penelitian ... 15
3.2 Alat Penelitian ... 15
3.3 Rancangan Penelitian ... 15
3.4 Variabel Penelitian ... 16
3.4.1 Variabel Bebas... 16
3.4.2 Variabel Tergantung ... 16
3.4.3 Variabel Kendali ... 16
3.5 Prosedur Peneliti ... 16
3.5.1 Pembuatan Ekstrak Buah Pare ... 16
3.5.2 Partisi N-heksana ... 17
3.5.3 Persiapan Hewan Coba ... 17
3.6 Analisis Data ... 19
3.7 Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 20
4.2 Pembahasan ... 22
4.3 Penguji Hipotesis ... 23
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 25
5.2 Saran ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Diabetik eksperimental adalah kondisi kadar glukosa darah tinggi akibat induksi
obat-obatan yang dapat menghambat kerja hormon insulin. Kondisi diabetik eksperimental dapat
dibuat dengan menyuntikkan obat-obatan seperti streptozotocin (STZ) dan aloksan.
Mekanisme kerja yang ditimbulkan dari streptozotocin (STZ) bersifat toksik terhadap sel β
pankreas, dan struktur streptozotocin (STZ) juga sangat mirip dengan molekul glukosa
(Schnedl et al., 2004). Kondisi ini diharapkan mampu memicu kondisi diabetes mellitus
(DM) yang umum terjadi.
Upaya dalam mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat diabetes mellitus telah
dikembangkan pemakaian obat-obatan sintetis. Obat-obatan ini mempunyai efek samping
yang tinggi. Untuk itu, telah dikembangkan penggunaan berbagai macam obat-obatan
tradisional (herbal) yang relatif lebih aman untuk menurunkan gula darah (Agoes, 1991).
Salah satu jenis tanaman obat tradisional adalah buah pare (Momordica charantia).
Penggunaan ekstrak etanol buah pare terbukti dapat menurunkan gula darah tikus (Suartha et
al., 2013; Utami, 2014). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam pengobatan
adalah saponin, flavonoid, triterpenoid (Suartha et al., 2013) polifenon, alkaloid, momordisin,
glikosida cucurbitacin, charantin (Dajiyuan, 2007), asam butirat, asam palmitat, asam
linoleat, dan asam stearat. Dilaporkan juga flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan
triterpenoid sebagai insektisida dan mempengaruhi sistem saraf (Subahar, 2004).
Pemurnian senyawa aktif dari ekstrak buah pare dapat dilakukan dengan partisi
menggunakan larutan yang memiliki kepolaran yang berbeda. N-heksana merupakan larutan
polar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan partisi n-heksana buah pare
untuk menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang menderita
diabetik eksperimental.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana
efektivitas partisi n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
diabetik eksperimental.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas partisi
n-heksana ekstrak pare terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus) diabetik eksperimental.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efektivitas partisi
n-heksana ekstrak pare terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah meningkat
dan di dalam urin/kencing ditemukan gula. Diabetes mellitus (DM) mendapat gelar “The
silent killer” karena komplikasi yang dapat ditimbulkannya dan hingga kini masih belum
tuntas penangannya. Komplikasi akut yang disebabkan oleh terganggunya proses
metabolisme karbohidrat sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi atau sangat rendah
dan dapat timbul koma diabetikum. Apabila tidak segera ditolong dapat menyebabkan
kematian. Kompliksi kronis disebabkan timbulnya kerusakan pembuluh darah besar dan kecil
pada organ tubuh, anafilaksis dan rontoknya bulu rambut (Dalimunthe, 2004). Disebut
diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah lebih dari 200 mg/dl (Misnadiarly, 2006).
Diabetes mellitus atau disebut juga penyakit kencing manis merupakan keadaan patologis
yang sering terjadi akibat defisiensi insulin.
2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Secara umum diabetes mellitus dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe 1 disebut juga sebagai insulin dependent diabetes mellitus
(IDDM). Pada tipe 1, tubuh penderita sama sekali tidak menghasilkan insulin karena pada
jenis ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta
pankreas sehingga menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel β yang disebut dengan islet cell antibodi (ICA). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang
pankreas juga dapat disebabkan oleh virus tertentu atau toksin lingkungan yang memicu
respon antibodi yang tidak normal dan juga merusak sel-sel pankreas (Mealey, 2006).
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadinya ketosis apabila tidak dilakukan pengobatan, biasanya terjadi pada anak remaja
dan kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa. Gangguan katabolisme yang
disebabkan tidak adanya insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel
β pankreas gagal merespon stimulus insulinogenik (Katzung, 2002).
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II dikenal sebagai non-insulin dependent diabetes mellitus
(NIDDM) (Brown, 2002). Pada tipe ini pankreas mempunyai beberapa sel β yang menyebabkan kadar insulin bervariasi, kadar ini cukup untuk memelihara homeostasis
glukosa. Diabetes tipe II dihubungkan dengan resistensi organ target yang membatasi
respon insulin endogen dan eksogen. Pada beberapa kasus disebabkan oleh penurunan
jumlah atau mutasi reseptor insulin (Mycek et al., 2001). Dengan demikian keadaan ini
sama dengan diabetes mellitus tipe I. Perbedaannya adalah diabetes mellitus tipe II
disamping kadar glukosa tinggi, jumlah kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini
disebut resisten insulin. Faktor-faktor yang menyebabkan resistensi insulin adalah
obesitas, diet tinggi dan diet rendah karbohidrat, kurang gerak badan, dan faktor
keturunan (Soegondo, 2006).
3. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan, artinya kondisi
diabetes atau intoleransi glukosa yang didapat selama kehamilan biasanya pada trismester
dua atau tiga (Dharmayudha, 2011). Pada tipe ini berhubungan dengan meningkatnya
menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5 sampai 10
tahun setelah melahirkan (Woodley dan Wheland, 1995).
2.2 Streptozotocin (STZ)
Streptozotocin (STZ) adalah derivat N-mehyl-N-nitrosoureido D-glucosamine yang
bersifat toksik terhadap sel β pankreas dan berfungsi untuk mensekresi insulin, sehingga
banyak digunakan untuk menginduksi diabetes pada hewan-hewan percobaan (Pathak et al.,
2008). Streptozotocin dapat digunakan untuk menginduksi DM tipe I dan tipe II yang
diaplikasikan pada saat hewan percobaan masih pada tahap neonatal. Setelah bermur 8-10
minggu, tikus yang diinjeksi dengan streptozotocin pada saat neonatal tersebut akan
menunjukkan gejala hiperglikemia ringan dan hilangnya sensitivitas sel β terhadap glukosa (Szkudelski, 2001). Mekanisme kerja yang diitimbulkan dari streptozotocin bersifat toksik
terhadap sel β pankreas, struktur streptozotocin sangat mirip dengan molekul glukosa sehingga akan ditranspor ke dalam sel oleh glucose transporter 2 (GLUT2) (Schnedl et
al.,1994). Sedangkan GLUT2 itu sendiri akan memperantarai sel β dalam mengambil glukosa dalam darah, sehingga streptozotocin akan ikut diambil melalui proses pengambilan glukosa
tersebut (Szkudelski, 2001). Pada rodensia GLUT2 diekspresikan dalam sel β pankreas, ginjal dan hati, sehingga dengan menurunnya ekspresi dari GLUT2 ini akan mencegah aksi
streptozotocin dalam menimbulkan diabetes. Berbeda dengan GLUT2, GLUT1 yang
merupakan isoform dari GLUT2, mempunyai afinitas yang rendah bahkan tidak ada sama
sekali terhadap streptozotocin (sebagai substansi pentranspor), sehingga GLUT1 yang banyak
diekspresikan pada sel β pankreas manusia bersifat resisten terhadap sifat toksik yang
ditimbulkan oleh streptozotocin (Thulesen et al., 1997).
nukleotida seluler dan komponen-komponennya seperti NAD+ sehingga terjadi nekrosis sel β pankreas (Szkudelski, 2001). Dengan menggunakan terapi insulin, ekspresi GLUT2 dapat
berkurang dan kebutuhan akan NAD+ juga akan menurun karena berkurangnya aktivitas sel
β (Szkudelski 2001). Tingkat keparahan dan persistensi yang ditimbulkan oleh agen
streptozotocin pada tikus (rodensia) sangat tergantung dari dosis dan jalur pemberiannya
(Thulesen et al., 1997). Selain itu, strain dari tikus (hewan percobaan) juga mempunyai
respon yang berbeda-beda terhadap pemberian streptozotocin dalam dosis tertentu (Abeeleh
et al., 2009). Menurut Szkudelski (2001), injeksi streptozotocin secara intravena dengan dosis
40-60 mg/kg berat badan, banyak digunakan untuk menginduksi diabetes mellitus tipe-1,
selain itu dapat juga digunakan dosis yang sama atau bahkan lebih secara intraperitoneal
untuk menginduksi diabetes tipe 2.
Pemberian streptozotocin dengan dosis kurang dari 40 mg/kg BB, tidak efektif untuk
menginduksi diabetes. Berdasakan penelitian yang dilakukan oleh Thulesen (1997), dosis
injeksi streptozotocin sebanyak 45 mg/kg BB, akan menyebabkan diabetes sementara atau
singkat dan dapat kembali normal secara spontan, sedangkan dosis yang tinggi 60 mg/kg BB,
akan menginduksi diabetes yang permanen pada hewan percobaan. Faktor lain yang
mempengaruhi sensitivitas streptozotocin dalam menginduksi diabetes adalah strain dari tikus
atau hewan percoban yang digunakan (Abeeleh et al., 2009). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Abeeleh (2009), jenis tikus Sprague Dawley (SD) lebih peka terhadap injeksi
streptozotocin secara intraperitoneal, dibandingkan dengan tikus jenis nude (nude rats) dan
pada tikus Sprague Dawley (SD) menunjukkan konsentrasi glukosa yang tinggi pasca injeksi
serta tingkat mortalitas yang tinggi dalam waktu yang singkat, sedangkan pada nude rats
tidak menunjukkan peningkatan glukosa darah yang signifikan pasca injeksi streptozotocin
dan membutuhkan dosis injeksi ulang untuk meningkatkan kadar glukosa darahnya jika
yang disertai dengan penurunan berat badan tampak dalam waktu 1 minggu hingga 10 hari,
maka hal ini mengindikasikan kerusakan dari pulau langerhans pankreas yang bersifat
irreversible.
Streptozotocin dapat merusak DNA sel-sel pulau pankreas dan menstimulasi sintesis
poli nuklear (ADP-ribosa), NAD, dan NAP yang kemudian akan menghambat atau
menghalangi sintesis proinsulin dan akhirnya menyebabkan diabetes. Streptozotocin juga
dapat mengaktifkan jenis-jenis oksigen seperti superoksida, hydrogen peroksida, dan radikal
bebas. Pemberian injeksi streptozotocin 100 mg/kg secara intraperitonial (IP) kepada
penderita DM-2, dapat menyebabkan hiperglikemia. Namun pemberian streptozotocin pada
dosis rendah, yaitu 40 mg/kg selama 5 hari mampu menyebabkan hiperglikemia yang
signifikan pada mingu ke-1. Hewan-hewan mengalami diabetes pada minggu ke-2 dan tetap
dalam keadaan diabetes sampai minggu ke-5. Menurut Zhang (2008), pemberian injeksi 2
kali dengan dosis 30 mg/kg dengan interval mingguan akan memberikan efek diabetes
mellitus tipe 2. Injeksi dengan dosis 40 mg/kg menunjukkan hasil terinduksinya mencit
diabetes melitus tipe 2, tetapi akan mengalami tipe 1 untuk beberapa minggu. Streptozotocin
pada hewan coba dapat menginduksi perkembangan hiperglikemia yang lambat, kemudian
diikuti dengan penyusupan lymphocytic pulau pankreas lalu menyebar ke seluruh duktus
pankreas. Selanjutnya limfosit akan menghancurkan sel beta dalam islet pankreas dan
akhirnya menyempurnakan terjadinya diabetes mellitus (Wilson et al., 1998).
Tanaman pare tergolong dalam bangsa Cucurbitaceae, jenis Momordica charantia L.
Penyebarannya meliputi Indonesia, India dan Asia Teggara (Williams and Ng, 1971).
Berikut adalah klasifikasi dari buah pare :
Ordo : Curcubitales
Kelas : Magnoliophyta
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
Dalam buah pare yang berguna dalam penurunan gula darah adalah : karantin,
momordisin dan polyeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki
komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai)
(Pratama, 2011). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam pengobatan adalah :
saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, triterpenoid, momordisin, glikosida, cucurbitacin,
charantin, asam butirat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearat. Flavonoid berfungsi
sebagai antimikroba dan triterpenoid sebagai insektisida dan mempengaruhi sistem saraf
(Subahar, 2004).
Pare (Momordica charantia) juga merupakan salah satu jenis bahan nabati yang
potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai tanaman
pangan dan bahan obat tradisional (Siska, 2007). Fakta ini menjadi alasan mengapa obat
tradisional menjadi pilihan favorit yang dapat dijadikan solusi alternatif untuk pengobatan
karena harganya murah, mudah terjangkau dan relatif aman (Mambo, 2007).
2.4 N-heksana
N-heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14
karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari alkana yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan
standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. N-heksana
merupakan jenis pelarut non-polar (Kastianti dan Amalia, 2008).
N-heksana merupakan salah satu pelarut yang baik untuk mengekstraksi
senyawa-senyawa yang bersifat non-polar karena memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya
adalah bersifat stabil, mudah menguap, selektif, serta menghasilkan jumlah kecil lilin,
albumin dan zat warna (Guenther, 1987).
Adapun karakteristik dari n-heksana antara lain:
Nama lain : caproly hydride, hexyl hydride
Rumus molekul : C3(CH2)4CH3
Berat molekul : 86,17 kg/mol
Warna : berwarna
Titik leleh : -94C
Titik didih : 69 (P = 1 atm)
Densitas : 0,6548 gr/ml
Kelarutan dalam 100 bagian air : 0,014 (15C)
N-heksana juga dapat digunakan untuk mengekstrasi minyak nilam yang dapat
digunakan sebagai minyak atsiri (Jos, 2004). Selain itu, n-heksana dapat digunakan sebagai
solven untuk mengekstrasi karotenoid dari crude palm oil (CPO) (Firdiana et al., 2003).
Solven campuran antara n-heksana dan benzene dapat digunakan untuk mengekstraksi
minyak dari kopra (Kustanti dan Anjianni, 2000). Sedangkan solven campuran antara
n-heksana dan isopropanol dapat digunakan dalam penuruan kadar limbah sintetis asam fosfat
2.5Kerangka Konsep
Diabetik eksperimental adalah penambahan kadar glukosa darah akibat injeksi
obat-obatan. Kondisi ini yang memicu kondisi diabetes mellitus (DM) sesungguhnya. Diabetes
mellitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia
(peningkatan kadar glukosa darah). Peningkatan kadar glukosa darah bervariasi terutama
setelah makan. Hal ini akibat dari tubuh tidak melepaskan atau menggunakan insulin secara
cukup (Suyono, 1996). Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian
streptozotocin (STZ) yang merupakan derivat N-mehyl-N-nitrosoureido D-glucosamine yang
bersifat toksik terhadap sel β pankreas dan berfungsi untuk mensekresi insulin. Pemindahan
gugus metil dari STZ menyebabkan kerusakan DNA. Kerusakan DNA akibat STZ dapat
mengaktivasi poly (ADP-ribose) polymerase (PARP) yang kemudian mengakibatkan
penekanan NAD+ seluler, selanjutnya menimbulkan penurunan jumlah ATP, dan akhirnya
terjadi nekrosis sel β pankreas.
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat
modern. Hal ini disebabkan obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit
dari pada obat modern. Contoh tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat adalah buah
pare (Momordica charantia). Bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah daging buah yang
berpotensi dapat menurunkan kadar glukosa darah (Utami, 2004) karena mengandung
saponin, flavonoid, triterfenoid (Suartha et al., 2013), polifenol (antioksidan kuat), serta
glikosida cucurbitacin, momordicin dan charantin (Dajiyuan, 2007). Penggunaan ekstrak
kasar (ekstrak etanol) telah terbukti menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetik
eksperimental (Suartha et al., 2013).
Pemurnian kandung senyawa suatu bahan dapat dilakukan dengan partisi menggunakan
pelarut dengan sifat kepolaran yang berbeda yaitu non polar, semi polar, dan polar. Salah satu
Diabetik Eksperimental
Injeksi Obat (STZ)
Memicu Kondisi DM
Obat Modern (Mahal, Efek samping)
Obat Tradisional (Aman, Murah)
Buah Pare (Isolasi Bahan Aktif)
Ekstrak Etanol (Kasar) Potensi Baik
Partisi dengan N-heksana
[image:24.595.183.415.233.698.2]Partisi sebagai penurun kadar gula darah tikus diabetik eksperimental
2.6Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa partisi
n-heksana buah pare berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus