• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN IMT (INDEKS MASSA TUBUH) KATEGORI BERAT BADAN LEBIH DAN OBESITAS PADA MASYARAKAT BANJAR DEMULIH,KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN IMT (INDEKS MASSA TUBUH) KATEGORI BERAT BADAN LEBIH DAN OBESITAS PADA MASYARAKAT BANJAR DEMULIH,KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 GAMBARAN IMT (INDEKS MASSA TUBUH) KATEGORI BERAT BADAN LEBIH DAN OBESITAS PADA MASYARAKAT BANJAR DEMULIH,KECAMATAN SUSUT,

KABUPATEN BANGLI

Oleh

Dr. I Wayan Sugiritama,M.Kes

Dr. I G N Sri Wiyawan, M.Repro

Dr. I G K Arijana, Msi.Med

Dr. I G A Ratnayanti, M.Biomed

BAGIAN HISTOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2 PENDAHULUAN

Masalah berat badan berlebih (overweight) dan kegemukan (obesitas) terjadi diseluruh Negara di dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data Global Nutrition Report, sebanyak 10 % penduduk dewasa di Indonesia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sebanyak 2 % mengalami obesitas. (WHO,2007). Data dari Riskesdas Depkes RI tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebesar 15.4 % dan overweight sebesar 13.5 %. Jika prevalensi obesitas dan overweight digabungkan, maka prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami kelebihan berat badan sebesar 28.9 %.(Kemenkes RI,2013) Ini adalah jumlah yang cukup besar karena lebih dari seperempat atau hampir sepertiga penduduk Indonesia pada kelompok umur dewasa mengalami kelebihan berat badan.

Peningkatan prevalensi masyarakat yang mengalami overweight dan obesitas disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat yaitu asupan energi yang berlebih dan aktivitas fisik yang kurang. Overweight dan obesitas terjadi karena ketidak seimbangan antara energi yang dikonsumsi dengan yang dikeluarkan. Saat ini masyarakat lebih banyak mengkonsumsi makanan yang kaya energi seperti lemak dan gula, sedangkan aktivitas fisik rendah karena perubahan moda transportasi dan tuntutan dari pekerjaan (Budiyanto, A K. 2002).

Overweight dan obesitas bisa diketahui dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT), yaitu dengan mengukur berat badan dan tinggi badan. IMT dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Indeks massa tubuh ini adalah indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi overweight dan obesitas pada orang dewasa. Berdasarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut kriteria Asia Pasifik, seseorang dikatakan overweight jika memiliki IMT 23-24,9 dan seseorang dikatakan obesitas jika memiliki IMT ≥ 25. Sedangkan menurut Depkes RI, Seseorang dikategorikan overweight jika BMI > 25 dan obesitas jika BMI > 27. (Kemenkes RI,2013)

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi IMT, yaitu : (1)Usia, prevalensi obesitas meningkat secara terus menerus dari usia 20-60 tahun. Setelah usia 60 tahun, angka obesitas mulai menurun; (2) Jenis Kelamin, Pria lebih banyak mengalami overweight dibandingkan wanita. Distribusi lemak tubuh juga berbeda pada pria dan wanita, pria cenderung mengalami obesitas visceral dibandingkan wanita; (3) Genetik, beberapa studi membuktikan bahwa faktor genetik dapat memengaruhi berat badan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua obesitas menghasilkan proporsi tertinggi anak-anak obesitas; (4) Pola Makan, makanan siap saji juga berkontribusi terhadap epidemi obesitas. Banyak keluarga yang mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi gula. Alasan lain yang meningkatkan kejadian obesitas yaitu peningkatan porsi makan ;(5)Aktivitas Fisik, saat ini level aktifitas fisik telah menurun secara dramatis dalam 50 terakhir, seiring dengan pengalihan buruh manual dengan mesin dan peningkatan penggunaan alat bantu rumah tangga, transportasi dan rekreasi. (Asil, E et al.,2014)

(3)

3 tubuh. Hasil penelitian yang melibatkan 1114 responden dengan mengukur IMT dan prosentase lemak tubuh, didapatkan hasil bahwa IMT memilki korelasi yang kuat dengan prosentase lemak tubuh yang diukur dengan metode bioelectrical impedance. Korelasi BMI dengan prosentase lemak tubuh dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. (Chathuranga Ranasinghe et al.,2013)

Lemak tubuh disimpan sebagai jaringan adipose yang terdapat dibawah kulit (80-90 % dari total lemak tubuh) dan organ dalam tubuh terutama jaringan adipose visceral (6-20% dari total lemak tubuh) (Haupt A,et al.,2010). Umumnya wanita memiliki presentase lemak tubuh yang lebih tinggi dari pria. Tempat penyimpanan lemak pada wanita banyak pada area gluteal-femoral sedangkan pria pada area visceral atau abdomen. Hal ini disebabkan oleh perbedaan hormonal pada pria dan wanita. (Canoy D,et al.,2007). Perbedaan ini juga menyebabkan perbedaan bentuk tubuh antara pria dan wanita. Jika terjadi timbunan massa lemak, maka tubuh wanita cenderung seperti buah pir (pear-shaped body type/pola gynoid) yang diakibatkan oleh tumpukan lemak pada region paha dan pinggul, sedangkan pada pria akan cenderung berbentuk seperti buah apel (apple-shaped body type/pola android) akibat timbunan massa lemak pada area abdomen (Regitz-zagrosek,et al.,2006)

Overweight dan obesitas serta peningkatan komposisi lemak tubuh menyebabkan peningkatan resiko untuk menderita penyakit degenerative yaitu diabetes mellitus dan hipertensi. Penumpukan lemak pada tubuh, terutama lemak visceral akan meningkatkan resiko untuk menderita penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2 (Pischon T, et al.,2008). Penumumpukan massa lemak tubuh pada overweight dan obesitas akan menyebabkan peningkatan pelepasan asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA) yang akan menghambat kerja insulin sehingga terjadi kegagalan absorbsi glukosa ke dalam sel dan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah. Individu dengan obesitas dan overweight biasanya juga memiliki asupan kalori yang berlebih, hal ini akan menyebabkan insulin yang diproduksi sel β pankreas tidak cukup untuk mengimbangi asupan kalori yang tinggi, yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan kadar gula darah.( Kaban ,2007),

Hasil penelitian Persatuan Endokrinologi (PERKENI) Cabang Bali menunjukkan bahwa jumlah penderita obesitas dan diabetes di daerah perkotaan hampir sama dengan daerah pedesaan. Faktor lingkungan dan pola makan menjadi penyebab utama tingginya jumlah penduduk dengan obesitas di daerah perkotaan. Tahun 2009, survey dilakukan terhadap 300 orang warga di banjar Legian Kuta, menunjukan 7,3% dari seluruh populasi yang diteliti mengalami obesitas. (Suastika,2011)

(4)

4 pada komplikasi mikro atau makro vascular pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 (Shaker & Bannett,2004)

Pada penelitian ini akan dipelajari gambaran IMT kategori berat badan lebih dan obesitas pada masyarakat Banjar Demulih, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi berat badan lebih dan obesitas dan deteksi dini faktor resiko penyakit degeneratif di masyarakat.

Rumusan masalah

(5)

5 METODE DAN BAHAN

Metode penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan memasukan data berat badan dalam satuan kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter kedalam rumus IMT. Hasil perhitungan IMT kemudian akan dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian yang sudah ada.

Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari data pasien yang berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat (P2M) pengobatan cuma-cuma yang diselenggarakan oleh Bagian Histologi PSPD FK UNUD. P2M telah dilaksanakan di Balai Banjar Demulih pada hari Jumat, tanggal 29 September 2015. Data pasien harus memenuhi syarat dibawah ini agar bisa dipakai sebagai sampel :

1. Merupakan penduduk Banjar Demulih 2. Berusia dewasa (> 18 tahun)

3. Memiliki data sebagai berikut : berat badan, tinggi badan, dan umur.

HASIL

Karakteristik responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah masyarakat banjar Demulih yang menghadiri acara pengabdian masyarakat (P2M) oleh Bagian Histologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang diselenggarakan pada hari Jumat, tanggal 23 Oktober 2015. Dari 200 orang masyarakat yang hadir hanya 108 yang memiliki data yang lengkap dan memenuhi criteria untuk menjadi sampel.

Sampel sebagian besar adalah wanita yaitu sebanyak 63 orang (58.3%), sedangkan pria sebanyak 45 orang (%). Sampel memiliki rerata umur 60.5 ±12.7 tahun, yang berarti sebagian besar sampel termasuk dalam kelompok umur manula. Sebanyak 64 sampel memiliki usia 60 tahun keatas (59%), yang masuk sebagai kategori manula/lansia menurup Depkes RI. Rentang usia sampel sangat lebar, sampel termuda berumur 33 tahun dan yang paling tua 80 tahun. Berat badan sampel memilki rerata 1.46±0.085 M dan berat badan dengan rerata 54.9312.23 kg. Tinggi badan sampel rata-rata sebesar 1.46 ± 0.08 meter.

Indeks Massa Tubuh

Perhitungan Indeks Massa Tubuh dilakukan dengan memasukan data berat badan dalam satuan kilogram, dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat. Berikut ini adalah rumus perhitungan IMT.

(6)

6 Berat badan (Kg)

IMT = --- [Tinggi badan (m)] 2

Klasifikasi IMT yang dipakai pada penelitian ini berdasarkan klasifikasi IMT dari Depkes RI, yaitu :

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) (kg/m2)

Kurus IMT < 18,5

Normal IMT ≥18,5 - <24.9

Berat Badan Lebih IMT ≥25,0 - <27

Obesitas IMT ≥27,0

Sumber : Kemenkes,2013

[image:6.612.68.456.380.468.2]

Hasil perhitungan IMT dengan memakai klasifikasi IMT dari Depkes RI bisa dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 1 : Klasifikasi IMT berdasarkan jenis kelamin dan rerata umur

Klasifikasi Jenis Kelamin Rerata Umur (tahun)

Pria Wanita

Kurus 4 9 63.1±11.1

Normal 22 30 64.1±11.1

Berat Badan Lebih 9 10 55.4±15.3

Obesitas 10 14 55.3±12.2

(7)
[image:7.612.175.437.67.308.2]

7 Gambar1 : IMT responden pria dan wanita

Gambar 2: IMT responden pria Kurus

12%

Normal 48% berat

Badan Lebih

18% Obesitas

22%

Kurus 9%

Normal 49% Nerat

Badan Lebih

20% Obesitas

(8)

8 Gambar3 : IMT Responden Wanita

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ( gambar 1) diperoleh data nilai indeks massa tubuh (IMT) responden yang masuk kategori berat badan lebih sebesar 18 persen dan yang masuk kategori obesitas sebesar 22 persen. Sebagian besar responden termasuk dalam kategori normal yaitu sebesar 48 persen, dan kategori kurus hanya 12 %. Data Risdekas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada tahun 2013 masing-masing sebesar 13,5 persen dan 15.4 persen (Depkes,2013). Jika dibandingkan, maka prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada penelitian ini lebih besar dari rata-rata nasional. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : (1) Prevalensi obesitas dan berat badan lebih di masyarakat Demulih memang lebih besar dari rerata nasional karena menurut hasil Riskesdas Depkes RI tahun 2013 Provinsi Bali bersama dengan 18 Provinsi lainnya memiliki prevalensi lebih tinggi dari rerata nasional, (2) Prevalensi obesitas dan berat badan lebih cenderung mengalami peningkatan dari tahun-ketahun diseluruh negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Depkes RI prevalensi gemuk pada kelompok umur 16-18 tahun meningkat sangat tajam dari 1,4 persen pada tahun 2007 menjadi 7,3 persen pada tahun 2013. Ada kemungkinan jika pengukuran prevalensi gemuk dan berat badan lebih secara nasional dilakukan tahun ini (2015) maka hasilnya akan lebih besar dari prevalensi tahun 2013.

Peningkatan lemak tubuh hingga mencapai kondisi obesitas mampu meningkatkan resiko terjadinya suatu penyakit. Secara umum, baik pada pria maupun pada wanita, meningkatnya lemak tubuh hingga obesitas akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, hiperlipidemia, ateroskerosis, jantung koroner, diabetes tipe 2 (ASCM,2010)

Kurus 14%

Normal 48% Berat

Badan Lebih

16% Obesitas

(9)

9 Proporsi responden wanita yang masuk kategori obesitas sebesar 22 persen dan berat badan lebih sebesar 16 persen (gambar 3). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa di Indonesia (>18 tahun) 32,9 persen,(Depkes,2013), sedangkan penelitian oleh Diana R. et al (2013) dengan sampel dari 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013 mendapatkan bahwa prevalensi obesitas pada wanita dewasa usia 19-55 sebesar 29.4%. Jika dibandingkan dengan kedua data diatas maka proporsi responden wanita dengan kategori gemuk lebih rendah dari rata-rana nasional, walaupun demikian tetap harus mendapat perhatian serius karena angkanya cukup tinggi. Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada wanita, antara lain : berstatus kawin, berpendapatan tinggi, tinggal di perkotaan, beraktivitas fisik ringan, mengonsumsi makanan dan minuman manis >10% AKE, mengonsumsi karbohidrat >55% AKE (Diana,R,2013)

Pada responden pria, proporsi kategori obesitas sebesar 22 persen dan berat badan lebih 20 persen (gambar2). Menurut data dari Depkes RI, prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Enam belas provinsi dengan prevalensi diatas prevalensi nasional, yaitu Aceh, Riau, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Papua Barat, Bali, Kalimantan Timur, Papua, DKI Jakarta dan Sulawesi Utara. (Depkes, 2013). Tampak dari data ini bahwa proporsi masyarakat Banjar Demulih dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami cukup tinggi , bahkan lebih besar dari rerata nasional (tahun 2013). Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran lingkar perut, sehingga tidak bisa diketahui proporsi responden yang mengalami obesitas tipe sentral. Obesitas pada pria memiliki pola yang berbeda dengan wanita, pria lebih cenderung mengalami obesitas tipe sentral dibandingkan wanita. Hal ini menyebabkan resiko beberapa penyakit degenerative lebih besar pada pria dengan obesitas dibandingkan dengan wanita dengan obesitas.

(10)

10 Dilihat dari kelompok umur (tabel 1), responden dengan IMT kategori obesitas dan berat badan lebih didominasi oleh kelompok umur yang paling muda dengan rerata 55.3±12.2 tahun, dan 55.4±15.3. Kelompok umur yang lebih tua yaitu 60 tahun keatas sebagian besar memilki IMT kategori normal dan kurus. Data dari studi populasi yang besar menunjukkan bahwa berat badan dan BMI secara bertahap meningkat selama usia dewasa dan mencapai nilai puncak pada 50-59 tahun, hal ini terjadi pada pria dan wanita. Setelah usia 60 tahun berat badan dan BMI cenderung menurun. (Villareal,D.T, et al.,2005).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proporsi responden dengan kategori IMT berat badan lebih dan obesitas masing-masing sebesar 18 persen dan 22 persen, dan ada kemungkinan proporsinya lebih besar dari rerata nasional.

2. Proporsi resonden dengan IMT kategori berat badan lebih pada pria lebih besar dibandingkan wanita.

3. Proporsi responden dengan IMT kategori obesitas sama besar pada pria dan wanita, tetapi jika dibandingkan dengan rerata nasional (tahun 2013) proporsi obesitas pada pria lebih besar , sedangkan pada wanita lebih kecil.

(11)

11 DAFTAR PUSTAKA

American College of Sports Medicine . 2010. ASCM’s Guidelines for exercicise testing and prescription. 8th ed Philadelphia (PA): Lippincott Williams & Wilkins. P. 366.

Asil, E et al.,2014. Factors That Affect Body Mass Index of Adults. Pakistan Journal of

Nutrition 13 (5): 255-260

Budiyanto, A K. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang. Bayu Media UMMPress

Canoy d., Boekholdt S.M., Wareham N. 2007. Body fat distribution and risk of coronary heart disease in men and women in European prospective investifation into cancer and nutrition in Norfolk cohort: a population-based propective study. Circulation, 116:2933-2943

Chathuranga R, Prasanna G, Prasad K, Nalinda A, Sithira T ,Praveen T.2013. Relationship between Body mass index (BMI) and body fat percentage, estimated by bioelectrical impedance, in a group of Sri Lankan adults: a cross sectional study. BMC Public Health. 13:797,

Diana,R., Yuliana I., Yasmin G., dan Hardinsyah. 2013.Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013,

8(1): 18

Haupt A, Thamer C, Heni M. 2010. Novel Obesity risk loci do not determine distribution of body fat depots : a whole –body MRI/MRS study. Obesity .18:1212-1217

Kaban, S. 2007. Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota Sibolga Tahun 2005. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 4No. 2

Kumar, Vinay, Cotran, Ramzi S, Robbin, Stanley L.2007. Buku Ajar Patologi. Ed 7 Jakarta: EGC, pp 336-342. ISBN: 978-979-448-842-3

Kemenkes, 2013. Available

:http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses tanggal 2 Januari 2015

Pischon T, Boeing H, Hoffmant K, . 2008. General and Abdpminal adiposity and risk of death in Europe. N Engl J Med, 359:2105-2120

Regitz-zagrosek,V., Lehmukuhl,E.,and M.O.Weickert. 2006. Gender differences in the metabolic syndrome and their role for cardiovascular disease. Clinical Research Cardiology. 95(3): 136-147

Shaker,J.& Barnett,A.H. 2004. Diabetes, Obesity and Cardiovaskuler Disease-Therapeutic Implications dalam : Barnet A.H. & Kumar S.ed. Obesity & Diabetes.USA: John Wiley & Sons Soegondo S. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Soegondo S dkk (eds),

(12)

12 Suastika, K.2011.Tanya Jawab Seputar Obesitas Dan Diabetes : Memuat Berbagai Pertanyaan Awam Dan Jawaban. Denpasar: Udayana Universitas Press

Villareal D.T., Apovian,C.M., Kushner,R.F., and Klein,S..2005. Obesity in older adults: technical review and position statement of the American Society for Nutrition and NAASO, The Obesity Society. Am J Clin Nutr 2005;82:923–34

WHO. 2007. Global Prevalence Of Diabetes And Obesities. Available : http://ebrary.ifpri.org/utils/getfile/collection/p15738coll2/id/129815/filename/130026.pdf diakses tanggal 2 Januari 2015.

(13)

13 LAMPIRAN

Data Responden

No Nama Seks Umur BB (kg)

TB (meter)

IMT (kg/mt2)

1 R1 P 35 89 1,47 41,2

2 R2 P 43 80 1,51 35,1

3 R3 P 62 79 1,51 34,6

4 R4 P 50 75 1,48 34,2

5 R5 P 50 76 1,5 33,8

6 R6 P 55 65 1,41 32,7

7 R7 L 44 75 1,52 32,5

8 R8 P 45 70 1,49 31,5

9 R9 P 33 70 1,5 31,1

10 R10 L 65 85 1,65 31,2 11 R11 P 60 74 1,55 30,8 12 R12 L 45 68 1,49 30,6 13 R13 P 70 60 1,41 30,2 14 R14 P 52 70 1,52 30,3 15 R15 L 47 74 1,58 29,6 16 R16 P 58 62 1,46 29,1 17 R17 L 54 72 1,57 29,2

18 R18 L 59 84 1,7 29,1

19 R19 P 60 54 1,38 28,4 20 R20 L 80 69 1,56 28,4 21 R21 L 60 65 1,52 28,1 22 R22 L 50 55 1,41 27,7 23 R23 L 80 65 1,53 27,8 24 R24 P 70 57 1,44 27,5 25 R25 P 80 54 1,42 26,8 26 R26 P 70 53 1,41 26,7

27 R27 L 65 60 1,5 26,7

(14)

14 37 R37 L 70 59 1,52 25,5

38 R38 P 40 49 1,39 25,4 39 R39 L 69 63 1,57 25,6 40 R40 P 46 56 1,49 25,2 41 R41 P 39 59 1,53 25,2 42 R42 L 50 65 1,61 25,1 43 R43 L 60 60 1,55 25,0 44 R44 P 70 52 1,45 24,7 45 R45 P 60 50 1,43 24,5

46 R46 P 60 55 1,5 24,4

47 R47 P 45 60 1,57 24,3 48 R48 L 75 48 1,41 24,1 49 R49 P 75 49 1,43 24,0 50 R50 L 72 60 1,58 24,0 51 R51 L 70 60 1,58 24,0 52 R52 P 50 50 1,45 23,8 53 R53 P 80 45 1,39 23,3 54 R54 P 50 51 1,48 23,3 55 R55 L 60 59 1,59 23,3 56 R56 L 63 60 1,61 23,1 57 R57 P 65 51 1,49 23,0 58 R58 P 55 53 1,52 22,9 59 R59 P 62 47 1,44 22,7 60 R60 P 60 49 1,47 22,7

61 R61 L 60 51 1,5 22,7

62 R62 L 59 56 1,57 22,7 63 R63 L 80 50 1,49 22,5 64 R64 L 70 50 1,49 22,5 65 R65 P 80 45 1,42 22,3 66 R66 P 60 45 1,42 22,3 67 R67 L 80 49 1,48 22,4 68 R68 P 70 43 1,39 22,3 69 R69 L 58 70 1,76 22,6 70 R70 L 80 61 1,65 22,4

71 R71 L 60 50 1,5 22,2

72 R72 P 80 50 1,5 22,2

(15)

15

78 R78 P 60 41 1,4 20,9

79 R79 L 80 50 1,55 20,8 80 R80 P 50 50 1,55 20,8 81 R81 L 60 71 1,84 21,0 82 R82 P 80 39 1,38 20,5 83 R83 P 50 48 1,53 20,5 84 R84 L 50 45 1,49 20,3 85 R85 P 42 45 1,49 20,3 86 R86 P 60 40 1,41 20,1

87 R87 P 80 45 1,5 20,0

88 R88 L 70 50 1,58 20,0

89 R89 P 55 44 1,5 19,6

90 R90 P 55 44 1,5 19,6

91 R91 P 43 39 1,42 19,3 92 R92 P 60 60 1,75 19,6

93 R93 L 70 49 1,6 19,1

94 R94 P 77 44 1,53 18,8

95 R95 P 55 42 1,5 18,7

96 R96 P 60 42 1,51 18,4

97 R97 P 50 35 1,4 17,9

Gambar

Tabel 1 : Klasifikasi IMT berdasarkan jenis kelamin dan rerata umur
Gambar 2:   IMT responden pria

Referensi

Dokumen terkait

Padi gogo yang telah berumur 6 minggu setelah tanam (mst) dipotong daun dan batangnya hingga sejajar dengan permukaan tanah. Benih kedelai ditanam 2 butir per lubang. Benih

Untuk mengetahui peranan wanita tani dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan wanita tani dalam usahatani padi, pemeliharaan ternak sapi dan pengolahan

Dengan Kata lain dapat disimpulkan bahwa terdapat ketergantungan spasial pada data di masing-masing peubah penelitian, sehingga terdapat bukti untuk kemudian dilakukan

Berdasarkan penelitian mengenai “Nilai Pendidikan Kumpulan Cerpen Teman Duduk Karya Daoed Joesoef: Pendekatan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan

Pemberian pupuk KCl 90 kg/ha memberikan berat biji per malai yang sama pada beberapa varietas sorgum yang diteliti, tetapi pemberian 60 kg KCl/ha pada varietas

Munculnya gagasan pembangunan Wilayah ini dilatar belakangi oleh belum optimalnya pencapaian hasil–hasil pembangunan yang telah dilaksanakan di Wilayah Pantai Timur dan Pantai

Penelitian menggunakan desain potong lintang ( cross sectional ). Kriteria inklusi : siswa kelas I atau II yang sering mengendarai sepeda motor, dan bersedia ikut

Pendapatan ekonomi keluarga TKI di Desa Bagik Polak Barat Kecamatan Labuapi Lombok Barat secara umum sangat minim sesuai dengan jumlah yang dikirim oleh