• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Ekstrak Biji Rambutan (Nephelium lappaceum) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Swiss Webster Jantan Yang Diinduksi Aloksan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Ekstrak Biji Rambutan (Nephelium lappaceum) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Swiss Webster Jantan Yang Diinduksi Aloksan."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

EFEK EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Prila Anggita Mahadewi, 2014

Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K) Pembimbing II : Dr. Wahyu Widowati, M.Si

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang mengalami peningkatan angka prevalensi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Terapi DM jangka panjang memiliki efek samping sehingga masyarakat mulai melakukan pengobatan tradisional menggunakan tanaman herbal antara lain ekstrak biji rambutan (EBR) yang dipercaya dapat menurunkan glukosa darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji rambutan terhadap kadar glukosa darah mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi aloksan. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Mencit yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 24 ekor, 20 ekor diinduksi aloksan kemudian dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu EBR dosis 450 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 150 mg/kgBB, kontrol positif diberi CMC 1%, Glibenklamid 0,65 mg/kgBB, dan 4 ekor tidak diinduksi aloksan sebagai kontrol negatif. Glukosa darah diukur pada hari ke-7 setelah pemberian EBR. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dan diberi perlakuan EBR menggunakan glukometer. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD, <0,05. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada EBR 450 mg/kgBB (26,34%), EBR 300 mg/kgBB (29,92%) dan EBR 150 mg/kgBB (33,70%) yang sangat signifikan dibanding kontrol positif (p=0,000). Pemberian EBR dosis 450, 300, dan 150 mg/kgBB menunjukkan hasil yang tidak signifikan dibanding kelompok glibenklamid (p=0,998; p=0.993; p=0,998). Simpulan bahwa EBR menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dan sebanding dengan glibenklamid.

(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

THE EFFECT OF RAMBUTAN SEED (Nephelium lappaceum) EXTRACT ON BLOOD GLUCOSE LEVEL OF ALLOXAN INDUCED SWISS

WEBSTER MALE MICE

Prila Anggita Mahadewi, 2014

Tutor I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K) Tutor II : Dr. Wahyu Widowati, M.Si

Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia that the prevalence is increased around the world, especially in Indonesia. Long term DM therapy has side effects so people try to use herbal medicine such as rambutan seed extract (RSE) which believed can reduce blood glucose. The aim of this research was to know the effect of rambutan seed extract on blood glucose level of alloxan induced Swiss Webster male mice. This research was a real laboratory experimental with complete randomized design. This research using 24 mice which 20 mice were induced by alloxan and 4 mice were not induced by alloxan. Then 20 mice were divided into 5 groups which RSE treatment groups 450 mg/kgBW (RSE 1), 300 mg/kgBW (RSE 2), 150 mg/kgBW (RSE 3), 1% CMC (positive control), Glibenclamide 0,65 mg/kgBW (glibenclamide group). Blood glucose was measured in the 7th day after the treatment. Data measured were blood glucose level of alloxan induced mice. Data was analyzed using one way ANOVA continued by Tukey HSD with α<0,05. The result showed that there were highly significant differences between RSE treatment group RSE 1 (26,34%), RSE 2 (29,92%), RSE 3 (33,70%) and positive control group (p=0,000). There were no significant differences between RSE treatment group and glibenclamide group (p=0,998; p=0,993; p=0,998). The conclusion was RSE decreased the blood glucose level of alloxan induced mice and had the same effect as glibenclamide.

(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5. Kerangka Pemikiran ... 3

1.6. Hipotesis Penelitian ... 4

1.7. Metodologi Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pankreas ... 5

2.1.1. Anatomi Pankreas ... 5

2.1.2. Histologi dan Fisiologi Pankreas ... 6

2.2. Insulin ... 7

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.3.1. Definisi ... 9

2.3.2. Epidemiologi... 9

2.3.3. Klasifikasi ... 10

2.3.4. Etiologi ... 12

2.3.5. Patofisiologi ... 12

2.3.5.1. DM Tipe 1 ... 12

2.3.5.2. DM Tipe 2 ... 12

2.3.6. Diagnosis ... 13

2.3.7. Penatalaksanaan ... 14

2.3.7.1. Tujuan Penatalaksanaan ... 14

2.3.7.2. Pilar Penatalaksanaan DM ... 14

2.4. Aloksan ... 17

2.5. Tanaman Obat Sebagai Antidiabetik ... 19

2.6. Rambutan ... 19

2.6.1. Taksonomi ... 19

2.6.2. Morfologi Rambutan ... 20

2.6.3. Manfaat dan Kandungan Zat Aktif ... 21

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 22

3.1.1. Alat Penelitian ... 22

3.1.2. Bahan Penelitian ... 22

3.1.3. Subjek Penelitian ... 23

3.1.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2. Metode Penelitian ... 23

3.2.1. Desain Penelitian ... 23

3.2.2. Perhitungan Besar Sampel ... 23

3.2.3. Variabel Penelitian ... 24

3.2.3.1. Definisi Operasional Variabel ... 24

3.2.4. Prosedur Penelitian ... 24

(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.2.6. Aspek Etik Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 27

4.1.1. Kadar Glukosa Darah Sesudah Perlakuan ... 28

4.2. Pembahasan ... 31

4.3. Uji Hipotesis ... 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 34

5.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Latihan Aerobik ... 16

4.1 Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi Aloksan ... 27

4.2 Uji Homogenitas Kadar Gula Darah Sesudah Induksi Aloksan ... 28

4.3 Penurunan Kadar Glukosa Darah Sesudah 7 Hari Perlakuan ... 28

4.4 Hasil ANAVA Penurunan Kadar Glukosa Darah Sesudah Perlakuan 7 Hari ... 29

(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Pankreas ... 6

2.2 Histologi Pankreas ... 7

2.3 Sekresi Insulin ... 9

2.4 Mekanisme Aloksan ... 18

2.5 Buah Rambutan ... 20

(8)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Dosis Aloksan, Glibenklamid, dan Ekstrak Biji Rambutan ... 40

2. Kode Etik Penelitian ... 42

3. Hasil Percobaan ... 43

4. Analisa Statistik ... 45

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif tidak menular yang

jumlahnya akan terus meningkat (Slamet Suyono, 2009). Menurut American

Diabetes Association tahun 2013, DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua-duanya. Penelitian epidemiologi menunjukkan

peningkatan angka prevalensi DM di berbagai penjuru dunia (PERKENI, 2011).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan peningkatan jumlah penderita DM

tertinggi di Asia Tenggara (Slamet Suyono, 2009). Berdasarkan International

Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, sekitar 382 juta jiwa di seluruh dunia

menderita DM dan diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta dalam kurun

waktu kurang dari 25 tahun (IDF, 2013). Peningkatan DM di Indonesia

dihubungkan dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Makanan tradisional

yang mengandung banyak serat, semakin kurang diminati dan digantikan oleh

makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam serta sedikit serat.

Aktivitas yang cenderung sedentary life juga menyebabkan masyarakat jarang

berolahraga (Slamet Suyono, 2009). Usia yang bertambah, peningkatan obesitas,

distribusi lemak tubuh, aktivitas jasmani yang berkurang, dan hiperinsulinemia

menjadi faktor risiko dari DM (Dyah Purnamasari, 2009).

Penyakit DM jika tidak diterapi dengan baik dapat meningkatkan risiko

komplikasi mikrovaskuler (retinopati, nefropati, neuropati), komplikasi

makrovaskuler (penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit vaskuler perifer),

morbiditas, serta menurunkan harapan dan kualitas hidup penderita (WHO, 2006).

Penatalaksanaan DM dimulai secara non farmakologi, yaitu edukasi, terapi

nutrisi medik, kegiatan jasmani, dan penurunan berat badan bila berat badan lebih

atau obesitas. Jika pengendalian DM secara non farmakologi belum tercapai, akan

(10)

2 Universitas Kristen Maranatha

2009). DM merupakan penyakit yang menyertai seumur hidup sehingga untuk

meningkatkan kualitas hidup, penderita harus menjalani penatalaksanaan yang

tepat (Kurniawan Yudianto et al., 2008).

Penatalaksanaan farmakologi terutama jangka panjang dapat menyebabkan

efek samping seperti hipoglikemi (Sidartawan Soegondo, 2006). Hal tersebut

menyebabkan masyarakat mulai melakukan pengobatan DM secara tradisional.

Pengobatan tradisional dapat menggunakan bagian-bagian dari tanaman misalnya

daun, buah, kulit, dan biji. Tanaman yang bisa digunakan untuk pengobatan DM

antara lain brotowali, pare, mengkudu, mahkota dewa, teh hijau (Riyani Limoa,

2013). Biji rambutan juga dipercaya dapat mengatasi DM karena mengandung

polifenol yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Selain polifenol, biji

rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak untuk memenuhi kebutuhan

tubuh terhadap gizi (Trisusilo, 2014).

Keadaan diabetes pada hewan dilakukan dengan menginduksi aloksan.

Aloksan merupakan penginduksi zat diabetogenik yang menyebabkan keadaan

diabetes. Mekanisme kerja aloksan adalah dengan menginduksi pembentukan

radikal bebas sehingga merusak sel pankreas yang berfungsi menghasilkan

insulin (Szkudelski, 2001).

Hal inilah yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian mengenai efek

ekstrak biji rambutan terhadap Diabetes.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah

apakah ekstrak biji rambutan menurunkan kadar glukosa darah pada mencit Swiss

Websterjantan yang diinduksi aloksan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

(11)

3 Universitas Kristen Maranatha

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Mengembangkan ilmu pengetahuan bahan alami di bidang farmakologi dalam

hal ini biji rambutan sebagai pengobatan komplemen diabetes mellitus.

1.4.2 Manfaat Praktis

Masyarakat dapat mengetahui manfaat serta menggunakan biji rambutan

sebagai pengobatan komplemen diabetes mellitus.

1.5 Kerangka Pemikiran

DM merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton et al., 2008). Hiperglikemi yang

menjadi tanda pada DM menyebabkan peningkatan radikal bebas dalam tubuh

terutama reactive oxygen species (ROS) (Sylvia Soeng et al., 2012). ROS

merupakan hasil metabolisme selular dari mitokondria. Pembentukan ROS yang

melebihi kapasitas antioksidan dapat menyebabkan kerusakan makromolekul

seperti lemak, protein dan DNA (Thannickal et al., 2000). ROS juga dapat

menyebabkan kerusakan sel β pankreas (Chvanov et al., 2005). Untuk mengurangi kerusakan akibat radikal bebas atau ROS diperlukan antioksidan eksogen yang

diperoleh dari luar melalui makanan yang dikonsumsi (Bambang Setiawan et al.,

2005).

Biji rambutan mengandung polifenol yang berperan dalam menurunkan kadar

glukosa darah (Trisusilo, 2014). Polifenol yang terkandung dalam biji rambutan

adalah corilagin dan geraniin (Sylvia Soeng et al., 2012). Dua mekanisme

(12)

-4 Universitas Kristen Maranatha

glukosidase di mukosa usus sehingga terjadi hambatan penyerapan glukosa di

usus serta mencegah pengambilan glukosa dari jaringan perifer. Mengkonsumsi

makanan yang mengandung polifenol juga meningkatkan kadar antioksidan dalam

plasma (Pandey et al., 2009).

Keadaan diabetes pada hewan dilakukan dengan menginduksi zat diabetogenik

seperti aloksan. Mekanisme kerja aloksan adalah dengan merusak sel β pankreas

yang berfungsi menghasilkan insulin. Struktur aloksan mirip dengan glukosa.

Setelah aloksan masuk ke sel β pankreas, aloksan akan membentuk radikal

superoksida (O2●-) melalui siklus redoks. Radikal ini akan mengalami dismutasi

menjadi hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida berubah menjadi radikal

hidroksi (OH●-) yang reaktif dan menyebabkan peningkatan konsentrasi sitosolik

kalsium hingga terjadi kerusakan sel β pankreas dengan cepat (Szkudelski, 2001).

1.6 Hipotesis

Ekstrak biji rambutan menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi

aloksan.

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium sungguhan dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diukur adalah kadar glukosa darah

mencit yang diinduksi aloksan dan diberi perlakuan ekstrak biji rambutan.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda

(13)

34 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak biji rambutan menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi

aloksan.

5.2 Saran

Penelitian ini masih perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai:

(14)

50

RIWAYAT HIDUP

- Nama : Prila Anggita Mahadewi

- Nomor Pokok Mahasiswa : 1110233

- Tempat dan Tanggal Lahir : Palembang, 3 April 1993

- Alamat : Villa Bandung Indah Blok E11/29 Cileunyi

Bandung

- Riwayat Pendidikan :

TK YKAI, Palembang, 1999 SD IBA, Palembang, 2005

(15)

EFEK EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

THE EFFECT OF RAMBUTAN SEED (Nephelium lappaceum) EXTRACT ON BLOOD GLUCOSE LEVEL

OF ALLOXAN INDUCED SWISS WEBSTER MALE MICE

Prila Anggita Mahadewi, Sylvia Soeng, Wahyu Widowati Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang mengalami peningkatan angka prevalensi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Terapi DM jangka panjang memiliki efek samping sehingga masyarakat mulai melakukan pengobatan tradisional menggunakan tanaman herbal antara lain ekstrak biji rambutan (EBR) yang dipercaya dapat menurunkan glukosa darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji rambutan terhadap kadar glukosa darah mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi aloksan. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Mencit yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 24 ekor, 20 ekor diinduksi aloksan kemudian dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu EBR dosis 450 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 150 mg/kgBB, kontrol positif diberi CMC 1%, Glibenklamid 0,65 mg/kgBB, dan 4 ekor tidak diinduksi aloksan sebagai kontrol negatif. Glukosa darah diukur pada hari ke-7 setelah pemberian EBR. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dan diberi perlakuan EBR menggunakan glukometer. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD, <0,05. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada EBR 450 mg/kgBB (26,34%), EBR 300 mg/kgBB (29,92%) dan EBR 150 mg/kgBB (33,70%) yang sangat signifikan dibanding kontrol positif (p=0,000). Pemberian EBR dosis 450, 300, dan 150 mg/kgBB menunjukkan hasil yang tidak signifikan dibanding kelompok glibenklamid (p=0,998; p=0.993; p=0,998). Simpulan bahwa EBR menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dan sebanding dengan glibenklamid.

Kata kunci: ekstrak biji rambutan, diabetes mellitus

ABSTRACT

(16)

side effects so people try to use herbal medicine such as rambutan seed extract (RSE) which believed can reduce blood glucose. The aim of this research was to know the effect of rambutan seed extract on blood glucose level of alloxan induced Swiss Webster male mice. This research was a real laboratory experimental with complete randomized design. This research using 24 mice which 20 mice were induced by alloxan and 4 mice were not induced by alloxan. Then 20 mice were divided into 5 groups which RSE treatment groups 450 mg/kgBW (RSE 1), 300 mg/kgBW (RSE 2), 150 mg/kgBW (RSE 3), 1% CMC (positive control), Glibenclamide 0,65 mg/kgBW (glibenclamide group). Blood glucose was measured in the 7th

day after the treatment. Data measured were blood glucose level of alloxan induced mice. Data was analyzed using one way ANOVA continued by Tukey HSD with α<0,05. The result showed that there were highly significant differences between RSE treatment group RSE 1 (26,34%), RSE 2 (29,92%), RSE 3 (33,70%) and positive control group (p=0,000). There were no significant differences between RSE treatment group and glibenclamide group (p=0,998; p=0,993; p=0,998). The conclusion was RSE decreased the blood glucose level of alloxan induced mice and had the same effect as glibenclamide.

Keywords: rambutan seed extract, diabetes mellitus

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif tidak menular yang jumlahnya akan terus meningkat1.

Menurut American Diabetes Association

tahun 2013, DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan angka prevalensi DM di berbagai penjuru dunia2.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan peningkatan jumlah penderita DM tertinggi di Asia Tenggara1. Berdasarkan

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, sekitar 382 juta jiwa di seluruh dunia menderita DM dan diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun3.

Peningkatan DM di Indonesia dihubungkan dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Makanan tradisional yang mengandung banyak serat, semakin kurang diminati dan digantikan oleh makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam serta sedikit serat. Aktivitas yang cenderung sedentary

life juga menyebabkan masyarakat jarang berolahraga1. Usia yang bertambah,

peningkatan obesitas, distribusi lemak tubuh, aktivitas jasmani yang berkurang, dan hiperinsulinemia menjadi faktor risiko dari DM4.

Penyakit DM jika tidak diterapi dengan baik dapat meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskuler (retinopati, nefropati, neuropati), komplikasi makrovaskuler (penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit vaskuler perifer), morbiditas, serta menurunkan harapan dan kualitas hidup penderita5.

Penatalaksanaan DM dimulai secara non farmakologi, yaitu edukasi, terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani, dan penurunan berat badan bila berat badan lebih atau obesitas. Jika pengendalian DM secara non farmakologi belum tercapai, akan dilanjutkan dengan penatalaksanaan secara farmakologi4. DM merupakan

penyakit yang menyertai seumur hidup sehingga untuk meningkatkan kualitas hidup, penderita harus menjalani penatalaksanaan yang tepat6.

(17)

menyebabkan masyarakat mulai melakukan pengobatan DM secara tradisional. Pengobatan tradisional dapat menggunakan bagian-bagian dari tanaman misalnya daun, buah, kulit, dan biji. Tanaman yang bisa digunakan untuk pengobatan DM antara lain brotowali, pare, mengkudu, mahkota dewa, teh hijau8. Biji rambutan juga dipercaya dapat

mengatasi DM karena mengandung polifenol yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Selain polifenol, biji rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap gizi9.

Keadaan diabetes pada hewan dilakukan dengan menginduksi aloksan. Aloksan merupakan penginduksi zat diabetogenik yang menyebabkan keadaan diabetes. Mekanisme kerja aloksan adalah dengan menginduksi pembentukan radikal bebas sehingga merusak sel  pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin10.

Hal inilah yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian mengenai efek ekstrak biji rambutan terhadap Diabetes.

BAHAN DAN CARA

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kandang mencit, botol minum, neraca timbangan, jarum, spuit, sonde oral untuk mencit (gavage), mortir, stamper, spatula, gelas ukur, glukometer

EasyTouch®, stik reagen glukometer,

spidol dan kapas. Bahan untuk penelitian ini adalah ekstrak biji rambutan (Nephelium lappaceum), aloksan, glibenklamid tablet 5 mg, carboxymethyl cellulose (CMC) dan alkohol. Penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit Swiss Webster jantan yang diadaptasi selama 7 hari. Pada hari ke-8, 20 ekor mencit diinduksi aloksan dengan dosis 70 mg/kgBB secara intravena, 4 ekor mencit sebagai kontrol negatif tidak diinduksi

aloksan. Pada hari ke-14, mencit dipuasakan selama 16 jam, kemudian diperiksa kadar glukosa darah puasa yang diambil melalui vena lateralis ekor dan dianalisis dengan glukometer. 20 ekor mencit dilokasikan secara acak ke dalam 5 kelompok perlakuan dengan jumlah masing-masing 4 ekor. Empat ekor mencit yang tidak diinduksi aloksan dilokasikan dalam 1 kelompok. Pada hari ke-15, mencit diberi perlakuan secara acak per oral sebanyak 0,5 ml selama 7 hari berturut-turut, yaitu kelompok EBR 1, EBR 2, EBR 3 masing-masing diberi ekstrak biji rambutan (EBR) dosis 450, 300, 150 mg/kgBB, kelompok kontrol positif diberi suspensi CMC 1%, kelompok glibenklamid diberi suspensi Glibenklamid dosis 0,65 mg/kgBB dan kelompok negatif. Pada hari ke-21, mencit kembali dipuasakan selama 16 jam untuk diperiksa kadar glukosa darah puasa dengan glukometer.

ANALISIS DATA

Analisis data menggunakan uji analisis varian (ANAVA) satu arah dengan  = 0,05, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD,  < 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Tabel Penurunan Kadar Glukosa Darah Sesudah Perlakuan 7 Hari

Kelompok Perlakuan

(n=4)

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Sesudah Induksi Aloksan

Sesudah

Perlakuan Penurunan

Persentase Penurunan

(%)

EBR 1 146 106 40 26,34

(18)

Keterangan:

EBR 1 : EBR dosis 450 mg/kgBB EBR 2 : EBR dosis 300 mg/kgBB EBR 3 : EBR dosis 150 mg/kgBB KP : kontrol positif, CMC 1%

KG : Glibenklamid dosis 0,65 mg/kgBB KN : kontrol negatif

Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak biji rambutan dosis 450, 300, dan 150 mg/kgBB menurunkan kadar glukosa darah.

Untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar glukosa darah antar kelompok setelah perlakuan, dilakukan analisis dengan ANAVA satu arah. Dari hasil uji ANAVA satu arah, didapatkan F hitung (13,321) > F tabel (2,78) dengan

p=0,000, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan kadar glukosa darah yang sangat signifikan pada minimal sepasang kelompok perlakuan. Untuk melihat kelompok mana yang berbeda, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD.

Grafik 1. Penurunan Kadar Glukosa Darah Sesudah Perlakuan 7 Hari

Keterangan:

** : sangat signifikan (p<0,01)

Penurunan kelompok EBR 1, 2 dan 3 berbeda sangat bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (p=0,000). Dengan demikian ekstrak biji rambutan (EBR) dosis 1, 2, dan 3 efektif menurunkan kadar glukosa darah.

Penurunan kadar glukosa darah kelompok EBR 1, 2, dan 3 menunjukkan hasil yang tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok pembanding. Dengan demikian EBR dosis 1, 2 dan 3 setara dengan Glibenklamid dalam menurunkan glukosa darah.

Kelompok EBR 1, EBR 2 dan EBR 3 menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang tidak bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif, sehingga EBR dosis 1, 2 dan 3 menurunkan glukosa darah mencapai kadar glukosa darah sebelum diinduksi aloksan.

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah EBR. EBR mengandung furanone, corilagin dan

geraniin. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa EBR memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase yang tinggi dengan nilai IC50 9,92 μg/ml, lebih aktif dibanding glucobay 37,25 μg/ml11.

Penurunan glukosa darah oleh EBR diduga karena EBR mengandung geraniin. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Palanisamy

et al. (2010) secara in vitro bahwa geraniin

menurunkan glukosa darah karena memiliki aktivitas penghambatan enzim hidrolisis karbohidrat, glukosidase, α-amilase, aldosa reduktase dan Advance Glycation Endproducts (AGE)12.

Hiperglikemi menyebabkan peningkatan radikal bebas dalam tubuh terutama reactive oxygen species (ROS)13.

Kadar ROS yang berlebih dapat memicu keadaan resistensi insulin pada DM tipe 214, sehingga selain antidiabetik,

antioksidan diduga dapat digunakan sebagai terapi DM. Penelitian oleh Ohshima et al. (2009) melakukan percobaan pada mencit diabetik yang diterapi menggunakan antioksidan menunjukkan penurunan kadar ROS intraselular pada sel mononuklear sumsum tulang dengan nilai DCF 176,6±29,5 unit walaupun kadar ROS tersebut masih lebih tinggi dibanding dengan mencit sehat 15.

Geraniin juga memiliki aktivitas -20 0 20 40 60 80 EBR 1 EBR 2 EBR 3

KP KG KN

(19)

antioksidan dengan kadar prooksidan rendah12. Penelitian in vitro pada geraniin

hasil isolat dari kulit rambutan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibanding corilagin dan ellagic acid16.

Senyawa lain yang dapat menurunkan glukosa darah adalah corilagin. Berdasarkan penelitian Atsushi Honma et al. (2010), corilagin pada ekstrak daun

maple jepang (Acer amoenum) menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi glukosa dan sukrosa melalui penghambatan α-glukosidase. Hasil ini diperkuat pada penelitian lanjut secara in vitro ekstrak daun maple jepang memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase17.

DAFTAR PUSTAKA

1. Slamet Suyono. 2009. Diabetes melitus di indonesia. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp. 1873-9.

2. PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di indonesia 2011.

Jakarta: PB PERKENI.

3. International Diabetes Federation (IDF). 2013. IDF Diabetes Atlas. 6th ed. p 11-3

4. Dyah Purnamasari. 2009. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp. 1880-3. 5. WHO. 2006. Definition and diagnosis

of diabetes mellitus and intermediate hyperglycemia. Geneva: WHO Document Production Services. p 5.

6. Kurniawan Yudianto, Hana Rizmadewi, Ida Maryati. 2008. Kualitas hidup penderita diabetes mellitus di rumah sakit umum daerah cianjur. Majalah Keperawatan Unpad

(10): 76-87.

7. Sidartawan Soegondo. 2009. Farmaterapi pada pengendalian glikemia diabetes mellitus tipe 2. Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp. 1884-90. 8. Riyani Limoa. 2013. Jurnal Kesehatan

Gula Darah.

http://www.fakultaskedokteran.com/ 2013/01/jurnal-kesehatan-gula-darah. January 14th, 2014.

9. Trisusilo. 2014. Rambutanku berkhasiat.

http://trisusiloc30305.wordpress.com. January 28th, 2014.

10. Szkudelski T. 2001. The mechanism of alloxan and streptozotocin action in b cells of the rat pancreas. Physiol Res (50): 536-46.

11. Sylvia Soeng, Endang Evacuasiany, Wahyu Widowati, Nurul Fauziah. 2012. Antioxidant and hypoglicemic properties of extract and fractions of rambutan seeds (Nephelium lappaceum l.). Abstract Biomedical Engineering Journal.

12. Palanisamy UD, Ling LT, Manaharan T, Apleeton D. 2010. Rapid isolation of geraniin from Nephelium lappaceum rind waste and its anti-hyperglicemic activity in food chemistry. Malaysia: Elsevier

13. Busik JV, Mohr S, Grant MB. 2008. Hyperglycemia-induced reactive oxygen species toxicity to endothelial cells is dependent on paracrine mediators. Diabetes (7): 1952-65 14. Houstis N, Rosen ED, Lander ES.

(20)

causal role in multiple forms of insulin resistance. Nature (440):944-8. 15. Ohshima M, Li TS, Kubo M, Qin SL, Hamano K. 2009. Antioxidant therapy attenuates diabetes-related impairment of bone marrow stem cells. Circ J (73): 162-6

16. Thitilertdecha N, Teerawutgulrag A, Kilburn JD, Rakariyatham N. 2010. Identification of major phenolic compounds from nephelium lappaceum l. and their antioxidant activities. Molecules (15): 1453-65.Diunduh tanggal 17 Juli 2014. 17. Honma A, Koyama T, Yazawa K.

(21)

35 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2013. Standards of medical care in diabetes 2013. Diabetes Care (36): 13.

_______. 2013. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care (36): 67-70.

Asman Manaf. 2009. Insulin: mekanisme sekresi dan aspek metabolisme. Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp. 1896-9.

Bambang Setiawan, Eko Suhartono. 2005. Stres oksidatif dan peran antioksidan pada diabetes melitus. Majalah Kedokteran Indonesia (2): 87-90.

Busik JV, Mohr S, Grant MB. 2008. Hyperglycemia-induced reactive oxygen species toxicity to endothelial cells is dependent on paracrine mediators. Diabetes (7): 1952-65.

Chvanov M, Petersen O, Tepikin, A. 2005. Free radicals and the pancreatic acinar cells: role in physiology and pathology. Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci (360): 2273-84.

Damjanov I. 2000. Histopatologi buku teks & atlas. Jakarta: Widya Medika. pp. 243-4.

Daniel S Wibowo, Widjaya Paryana. 2009. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Graha Ilmu Publishing. pp. 357-60.

Dyah Purnamasari. 2009. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp. 1880-3.

Evert AB, et al. 2013. Nutrition therapy recommendations for the management of adults with diabetes. Diabetes Care (36): 3821-33.

Fajan SS, Bell GI, Polonsky KS. 2001. Molecular mechanisms and clinical pathophysiology of maturity-onset diabetes of the young. The New England Journal of Medicine (345): 973.

(22)

36 Universitas Kristen Maranatha

Fu Z, Gilbert ER, Liu D. 2013. Regulation of insulin synthesis and secretion and pancreatic beta-cell dysfunction in diabetes. Current Diabetes Reviews (9): 25-53.

Guyton and Hall. 2008. Insulin, glukagon, dan diabetes mellitus. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 ed. Jakarta: EGC. pp. 1010-27.

Haas L, et al. 2013. National standards for diabetes self-management education and support. Diabetes Care (36): 100-3.

Harahap SN, Ramli N, Vafaei N, Said M. 2011. Physicochemical and nutritional composition of rambutan anak sekolah (Nephelium lappaceum l.) seed and seed oil. Pak J Nutr (10).

Honma A, Koyama T, Yazawa K. 2010. Antihyperglycemic effects of japanese maple (Acer amoenum) leaf extract and its constituent corilagin. J Wood Sci (56): 507-512.

Houstis N, Rosen ED, Lander ES. 2006. Reactive oxygen species have a causal role in multiple forms of insulin resistance. Nature (440):944-8.

International Diabetes Federation (IDF). 2013. IDF Diabetes Atlas. 6th ed. p. 11-3.

Junqueira LC, Carneiro J. 2005. Basic histology text & atlas. 11th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc. pp. 321-3.

Khemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip percobaan dan perancangannya. Rancangan percobaan aplikatif, aplikasi kondisional bidang pertamanan, perternakan, perikanan, industri, dan hayati. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. pp. 10-2.

Kim SH, Hyun SH, Choung SY. 2005. Anti-diabetic effect of cinnamon extract on blood glucose in db/db mice. J Ethnopharmaco (104): 119-23.

Krentz AJ, Bailey CJ. 2005. Oral antidiabetic agents: current role in type 2 diabetes mellitus. Drugs (65): 390.

Kumar V, Abbas AK, Aster JC. 2012. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 9th ed. Canada: Saunders. p. 1111.

Kurniawan Yudianto, Hana Rizmadewi, Ida Maryati. 2008. Kualitas hidup penderita diabetes mellitus di rumah sakit umum daerah cianjur. Majalah Keperawatan Unpad (10): 76-87.

Lenzen S. 2008. The mechanism of alloxan and streptozotocin-induced diabetes. Diabetologia (51): 216-26.

(23)

37 Universitas Kristen Maranatha

Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. 2011. Harrison's principles of internal medicine. 18th ed. New York: The McGraw-Hill.

Mega Trisna. 2011. Uji aktivitas anti diabetes ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana l.) pada mencit putih jantan dengan metode induksi aloksan.

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/5463/Mega%20Trisna %20S_1.pdf. November 30th, 2014.

Moore KL, Dalley AF. 2006. Clinically oriented anatomy. 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. pp. 286-7.

Moses RG. 2010. Combination therapy for patients with type 2 diabetes: repaglinide in combination with metformin. Exp Clin Endocrinol Diabetes (5): 331-42.

Naily Syifa. 2008. Potensi ekstrak etanol biji rambutan (Nephelium lappaceum l.) sebagai penurun kadar glukosa darah pada tikus jantan yang diinduksi alloxan. http://repository.uii.ac.id/610/SK/I/0/00/001/001598/uii-skripsi- potensi%20ekstrak%20etan-04613085-NAILY%20SYIFA%27-6737076801-abstract.pdf . December 1st,2014.

Nurul Ajeemah. 2011. Pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum linn) terhadap kadar gula darah pada mencit diabetesyang diinduksi aloksan. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31031/7/Cover.pdf. November 30th, 2014.

Ohshima M, Li TS, Kubo M, Qin SL, Hamano K. 2009. Antioxidant therapy attenuates diabetes-related impairment of bone marrow stem cells. Circ J (73): 162-6.

Palanisamy UD, Ling LT, Manaharan T, Apleeton D. 2010. Rapid isolation of geraniin from Nephelium lappaceum rind waste and its anti-hyperglicemic activity in food chemistry. Malaysia: Elsevier.

Pandey K, Rizvi S. 2009. Plant polyphenols as dietary antioxidant in human health and disease. Oxid Med Cell Longev (2): 270-8.

PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di indonesia 2011. Jakarta: PB PERKENI.

Philippine Medicinal Plants. 2013. Rambutan.

http://www.stuartxchange.com/Rambutan.html. August 8th, 2014

Powers AC. 2008. Diabetes mellitus. Harrison's principles of internal medicine. USA: McGraw-Hill. pp. 2279-82.

(24)

38 Universitas Kristen Maranatha

/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF. August 8th, 2014.

Riyani Limoa. 2013. Jurnal Kesehatan Gula Darah.

http://www.fakultaskedokteran.com/2013/01/jurnal-kesehatan-gula-darah. January 14th, 2014.

Rohilla A, Ali S. 2012. Alloxan induced diabetes: mechanisms and effects. J Pharm Biomedic Sci (3): 819-21.

Rorsman P, Elaisson L, Renström E, Barg S, Göpel S. 2000. The cell physiology of biphasic insulin secretion. News Physiol Sci (15): 72-5.

Setiawan Dalimartha. 2007. Atlas tumbuhan obat indonesia. Jilid 3. Jakarta: Trubus Agriwidya. p. 115-6.

Sidartawan Soegondo. 2009. Farmaterapi pada pengendalian glikemia diabetes mellitus tipe 2. Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp. 1884-90.

Sigal RJ, et al. 2013. Physical activity and diabetes. Can J Diabetes (37): 40-4.

Slamet Suyono. 2009. Diabetes melitus di indonesia. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp. 1873-9.

Standring S. 2008. Gray’s anatomy: the anatomical basis of clinical practice. 40th ed. Edinburgh: Churchill Livingstone/Elsevier. p. 1186.

Sylvia Soeng, Wahyu Widowati. 2012. Antioxidant and hypoglicemic properties of extract and fractions of rambutan seeds (Nephelium lappaceum l.). International Seminar On Natural Products Medicines, Nov 22-23, 2012. Book Abstract. Bandung.

Sylvia Soeng, Endang Evacuasiany, Wahyu Widowati, Nurul Fauziah. 2012. Antioxidant and hypoglicemic properties of extract and fractions of rambutan seeds (Nephelium lappaceum l.). Abstract Biomedical Engineering Journal.

Szkudelski T. 2001. The mechanism of alloxan and streptozotocin action in b cells of the rat pancreas. Physiol Res (50): 536-46.

Thannickal V, Fanburg B. 2000. Reactive oxygen species in cell signaling. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol (279): 1005-28.

(25)

39 Universitas Kristen Maranatha

Thitilertdecha N, Teerawutgulrag A, Kilburn JD, Rakariyatham N. 2010. Identification of major phenolic compounds from nephelium lappaceum l. and their antioxidant activities. Molecules (15): 1453-65.

Trisusilo. 2014. Rambutanku berkhasiat. http://trisusiloc30305.wordpress.com. January 28th, 2014.

Tzu S. 2014. Rambutan. http://www.stuartxchange.com/Rambutan.html. November 30th, 2014.

Universitas Airlangga. 2014. Kandungan gizi dan manfaat buah rambutan. http://itd.unair.ac.id/index.php/health-news-archive/316-kandungan-gizi-dan-manfaat-buah-rambutan.html. January 14th, 2014.

USDA. 2014. Nephelium lappaceum l.

http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=NELA7. June 22th, 2014.

WHO. 2006. Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate hyperglycemia. Geneva: WHO Document Production Services. p 5.

Witt DED, Hirsch IB. 2013. Outpatient insulin therapy in type 1 and type 2 diabetes mellitus. JAMA (289): 2255.

Xie JT, Aung HH, Wu JA, Attel AS, Yuan CS. 2002. Effects of american ginseng berry extract on blood glucose levels in ob/ob mice. Am J Chin Med (30): 187-94.

Gambar

Tabel 1.  Tabel Penurunan Kadar Glukosa Darah Sesudah Perlakuan 7 Hari
Grafik 1. Penurunan Kadar Glukosa Darah

Referensi

Dokumen terkait

selama periode Tahun 1995 sampai dengan 2005 dari alat tangkap gabungan bubu dan jaring insang dasar terhadap ikan lencam adalah sebesar 667 ton per tahun yang berada di bawah

Harbinsn di Desa Raws Denok, Depok, Jaws Barat Nama Mahasiswa Syaiful Jamal.. Nomor Pokok

Fakultas : Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana. Jenis Karya :

Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah. Tanggal Lulus : 24 Mei

[r]

adalah dengan memilih jenis perawatan yang cocok untuk tiap komponen mesin,.. apakah itu predictive maintenance, preventive maintenance atau

Dimana dari hasil penelitian yang di peroleh berdasarkan uji statistik ternyata bakat penjualan dan tingkat keahlian memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

karyawan yang mendasarkan pada komitmen berkelanjutan, selain itu karyawan yang mendasarkan pada komitmen normatif memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan