• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KADAR NIKOTIN DALAM ASAP ALIRAN UTAMA (MAINSTREAM SMOKE) DAN TEMBAKAU PADA ROKOK CERUTU DENGAN KROMATOGRAFI GAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN KADAR NIKOTIN DALAM ASAP ALIRAN UTAMA (MAINSTREAM SMOKE) DAN TEMBAKAU PADA ROKOK CERUTU DENGAN KROMATOGRAFI GAS."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR NIKOTIN DALAM ASAP ALIRAN UTAMA (MAINSTREAM SMOKE) DAN TEMBAKAU PADA ROKOK CERUTU

DENGAN KROMATOGRAFI GAS

SKRIPSI

OLEH:

RILLA ISNAINIL KUDUS, S.Si 06932032

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

PENENTUAN KADAR NIKOTIN DALAM ASAP ALIRAN UTAMA (MAINSTREAM SMOKE) DAN TEMBAKAU PADA ROKOK CERUTU

DENGAN KROMATOGRAFI GAS

Rilla Isnainil Kudus (06932032), Zulfarman, M.S1 dan Indrawati , M.S2 1

Pembimbing I, 2Pembimbing II

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk menentukan kandungan nikotin dalam asap aliran utama (Mainstream smoke) dan tembakau pada 5 merek rokok cerutu dengan metoda kromatografi gas . Ekstraksi nikotin dari asap aliran utama dilakukan dengan mengalirkan asap ke dalam larutan metanol pada alat sistem pembakar dan penangkap asap rokok yang meniru prilaku normal seorang perokok, sedangkan ekstraksi daun tembakau dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol. Analisa dilakukan dengan alat kromatografi gas menggunakan detektor MS, fasa diam kolom kapiler silika RTx-5 dan fasa gerak gas Helium.

Hasil yang diperoleh menunjukkan kandungan nikotin dalam asap aliran utama rokok cerutu berkisar antara 4,07-20,60 mg/batang, terendah pada rokok cerutu Henry Wintermans Cafe Creme dan tertinggi pada rokok Flor Kenner Fine. Kadar nikotin pada rokok cerutu berkisar antara 7,56-13,84 µg/cc, terendah pada rokok cerutu Henry Wintermans Founder Blend dan tertinggi pada rokok cerutu adipati. Kandungan nikotin dalam tembakau pada rokok cerutu berkisar antara 12,68 – 17,03 mg/g, terendah pada rokok cerutu Henry Wintermans Cafe Creme dan tertinggi pada rokok cerutu adipati. Jumlah relatif nikotin pada asap aliran utama terhadap jumlah relatif nikotoin dalam rokok cerutu berkisar antara 21,68-27,33%, terendah pada rokok cerutu Flor Kenner Fine dan tertinggi pada rokok cerutu Adipati.

Kandungan nikotin dalam asap aliran utama lebih rendah daripada kandungan nikotin dalam tembakau pada rokok cerutu. Semua sampel rokok cerutu yang telah dianalisa memiliki kadar nikotin yang masih berada dalam standar syarat mutu tembakau SNI no. 0611-1989-A .

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Rokok adalah hasil olahan daun tanaman tembakau kering dengan zat tambahan lainnya.

Bahan tambahan dalam rokok tersebut biasanya cengkeh, mentol atau daun mint dan zat

perasa lainnya, sedangkan untuk membuatnya menjadi sebatang rokok diperlukan bahan lain

seperti kertas, filter, pewarna, dll.

Pada setiap batang rokok yang dinyalakan mengandung lebih dari 4000 bahan kimia

beracun, diantaranya nikotin, TAR, karbon monoksida dan bahan – bahan lainnya yang

bersifat karsinogen.

Hampir semua orang mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan akibat meokok ,

tetapi prilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan prilaku yang dapat

ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari – hari di

lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan – jalan. Hampir setiap saat bisa

disaksikan dan dijumpai oang yang sedang merokok. Hal yang paling memprihatinkan ialah

usia mulai merokok. Bila dahulu seseorang merokok mulai usia SMP, sekarang anak – anak

SD sudah banyak yang merokok.

Tembakau merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan rokok. Nikotin ialah

senyawa spesifik yang dikandung oleh tembakau. Nikotin merupakan basa lemah yang

mudah menguap ( Volatil base ). Untuk itu diperlukan suatu metoda yang cocok untuk

penentuan kadarnya. Salah satu penelitian tentang kandungan nikotin dalam rokok oleh Riske

Wijaya ( Agustus 2006 ) yang telah menentukan kadar nikotin dalam Mainstream Smoke

pada rokok kretek dan cerutu yang dijual di beberapa toko di daerah Sumatera Barat dengan

menggunakan metoda titrasi potensiometri bebas air. Kekurangan dari metoda ini ialah

banyak membutuhkan pelarut organik dan waktu pengerjaan yang lama. Selain hal tersebut,

pada semua kemasan rokok telah dicantumkan kadar nikotinnya, sedangkan pada kemasan

cerutu tidak sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kandungan nikotin

pada rokok khususnya cerutu dengan menggunakan metoda kromatografi gas. Kromatografi

(4)

organik, selektif, sensitif dan yang paling penting ialah metoda ini cocok untuk senyawa yang

mudah menguap seperti nikotin.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan nikotin dalam asap mainstream smoke

dan tembakau pada beberapa buah merek cerutu yang beredar di wilayah Sumatera Barat

dengan menggunakan metoda kromatografi gas.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk analisa penentuan kandungan nikotin dalam asap aliran utama

(mainstream smoke) dan tembakau pada beberapa merek rokok cerutu yang beredar di

wilayah Sumatera Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kandungan nikotin dalam

rokok cerutu dan akibatnya terhadap tubuh sehingga perokok bisa meninggalkan kebiasaan

merokok secara perlahan dan dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan alternatif

(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

- Kandungan nikotin dalam asap aliran utama lebih kecil dibandingkan kandungan nikotin dalam tembakau pada rokok cerutu.

- Kandungan nikotin tertinggi dalam asap aliran utama sebesar 20,60 mg/batang pada rokok cerutu Flor Kenner Fine dan terendah sebesar 4,07 mg/batang pada

rokok cerutu Henry Wintermans café crème.

- Kadar nikotin tertinggi dalam asap aliran utama sebesar 13,84 µg/cc pada rokok cerutu Adipati dan terendah sebesar 7,56 µg/cc pada rokok cerutu Henry

Wintermans Founder Blend.

- Kandungan nikotin dalam tembakau tertinggi sebesar 17,03 mg/g atau 1,70 % pada sampel rokok cerutu Adipati dan terendah sebesar 12,68 mg/g atau 1,27 %

pada sampel rokok cerutu Henry Wintermans café crème.

- Jumlah relatif nikotin yang dapat terhirup oleh perokok untuk tiap batang rokok cerutu tertinggi sebesar 27,33 % pada rokok cerutu Adipati dan terendah sebesar

21,68 % pada rokok cerutu Flor Kenner Fine

- Semua sampel rokok cerutu yang telah diteliti memiliki kadar nikotin yang masih berada dalam standar syarat mutu tembakau SNI no. 0611-1989-A .

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan hal-hal berikut:

- Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kandungan nikotin di dalam asap

aliran samping (sidestream smoke) yang dapat mengindikasikan kandungan

nikotin yang berpotensi untuk terhirup oleh perokok pasif.

- Jika ada penelitian lanjutan tentang kadar nikotin di dalam tembakau, sebaiknya

digunakan Kromatografi Gas dengan detektor TCD atau FID karena kadar nikotin

yang cukup tinggi di dalam tembakau sehingga biaya yang dikeluarkan lebih

(6)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. A, Abdullah dan Soedarmanto. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna, Jakarta.1982.

2. A, Utama, Rokok dan Penyakit, Media Indonesia Online, 2005. http://www.antirokok.or.id. Dikunjungi tanggal 14 Maret 2010.

3. Cahyono, Bambang. Tembakau, Budidaya dan Analisis Tani. Kanisius. Yogyakarta. 1989. Hal. 30-37

4. Calafari, A.M., et al. Determination of Tar, Nicotine, and Carbon Monoxide Yield in the Mainstream Smoke of Selected International Cigarettes. Journal of Tobacco Control. 2004.

5. Coresta Recommended Method Nº22. 1991. Routine Analytical Cigarette-Smoking Machine Specifications, Definitions and Standard Conditions.

6. Day, R.A, dan A.L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi 5. Erlangga. Jakarta. 1999.

7. Diklat, M. Penentuan Kadar Nikotin pada Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) di Sumatera Barat dengan Titrasi Potensiometri. [Skripsi]. Padang. Fakultas MIPA Universitas Andalas.2006.

8. E.S, Putra. Rokok, Laboratorium Reaksi Kimia Berbahaya. www.chem-is-try-org. Dikunjungi tanggal 7 Januari 2010.

9. E.Y, Susilowati. Identifikasi Nikotin dari Daun Tembakau Kering (Nicotiana Tabacum) dan Uji Ekstrak Daun Tembakau sebagai Insektisida Penggerek Batang Padi (Scirpophaga innonata). Journal of Tobacco. Semarang.2006.

10. Fidrianny, Irda. 2004. Analisis Nikotin dalam Asap dan Filter Rokok. Departemen Farmasi, FMIPA, ITB. Bandung. 2003.

11. Gritter, Roy.J., et al, Pengantar Kromatografi, Edisi kedua . ITB. Bandung . 1991 hal. 34-81

(7)

13. ISO 3308:1991. Cigarettes – Routine Analytical Cigarette-Smoking Machine – Definitions and Standard.

14. Johnson, Edward.L. Dasar Kromatografi Cair. ITB. Bandung. 1991. Hal 71- 75

15. Pudjaatmaka, A. Hadyana. Kimia Untuk Universitas, Edisi keenam. Erlangga. Jakarta. 1992. Hal. 51-66

16. R, Tobing. Kimia Bahan Alam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.1989.

17. Sakdiyah, Halimatus. Isolasi Nikotin dari Daun Tembakau dan Pengaruh Isolat Kasar Nikotin Sebagai Insektisida Alami terhadap Ulat Grayak ( Spodoptera litura ). Universitas Negeri Malang. 2007.

18. Sudarmin. Kimia Organik Bahan Alam. Semarang:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP, Semarang,1999.

Referensi

Dokumen terkait

Dari 50 citra, 49 citra teridentifikasi sebagai citra dengan jenis kerusakan retak, sementara 1 citra teridentifikasi sebagai lubang. Sementara 2 citra

[r]

diharapkan Output Sistem 15 Memastikan list pada hasil pencarian berfungsi sesuai dengan tujuan Memasukkan kata pada textbox pencarian Muncul form dialog terjemahan

Vertical precision of SRTM DEM depends on the phase noise in radar, while the horizontal resolution depends on the ratio of The International Archives of the

Siti sedang membeli 3 buah mangga, 2 buah salak, 1 buah jambu biji, dan 1 buah jeruk.. Jadi berapakah yang harus dibayar

Subjek pertama yang akan dipilih dalam peneliltian ini adalah informasi kunci, yaitu informasi yang dipandang sangat mengetahui aspek-aspek yang akan diteliti, dengan

Susunan pada proses ini, setelah proses waxing, lapisan yang pertama adalah fiberglass 3 layer ditutup dengan plastik film yang diberi lubang kemudian diatasnya flow

Pada 12 Mei, Trump harus memutuskan apakah akan menunda atau memberlakukan sanksi terhadap ekspor minyak Iran. Namun, pemberlakuan sanksi akan mengancam kesepakatan