• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Antidiare Infusa Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Antidiare Infusa Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Pada Mencit Swiss Webster Jantan."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Fany Gunawan, 2010; Pembimbing: Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Diare merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang memerlukan penanganan serius. Masyarakat pedesaan sering menggunakan tanaman untuk mengobati diare, contohnya kulit buah rambutan. Tujuan penelitian adalah mengetahui efek antidiare infusa kulit buah rambutan (IKBR) pada mencit Swiss Webster jantan.

Desain penelitian adalah eksperimental laboratoris sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif dan menggunakan metode proteksi terhadap diare yang diinduksi oleh Oleum ricini. Hewan coba (25 ekor mencit) dibagi menjadi 5 kelompok secara acak (n=5). Kelompok I, II, dan III berturut-turut diberi IKBR 2.813,46 mg/kgBB, 5.626,92 mg/kgBB, dan 11.253,84 mg/kgBB. Kelompok IV dan V berturut-turut diberi Carboxy Metyl Cellulose 1% dan loperamid 0,26 mg/kgBB. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi, berat feses (mg), dan konsistensi feses. Analisis data untuk frekuensi defekasi dan berat feses menggunakan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Tukey HSD (α=0,05), untuk konsistensi feses menggunakan uji Kruskal Wallis H (α=0,05). Hasil penelitian, frekuensi defekasi kelompok II dan III serta berat feses kelompok I, II, dan III menunjukkan perbedaan bermakna dengan kontrol (p ≤ 0,05), sedangkan konsistensi feses semua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan kontrol (p > 0,05).

Kesimpulan, infusa kulit buah rambutan berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi dan berat feses, tetapi tidak memperbaiki konsistensi feses.

(2)

v ABSTRACT

ANTIDIARRHEAL EFFECT OF RAMBUTAN FRUIT RIND’S INFUSION (Nephelium lappaceum L.) ON SWISS WEBSTER MALE MICE

Fany Gunawan, 2010; Tutor: Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Diarrhea is a worldwide health problem that requires serious treatment. Rural communities often use herbs to treat diarrhea, for example, rambutan fruit rind. The aim of this study was to reveal antidiarrheal effect of rambutan fruit

rind’s infusion (RFRI) on Swiss Webster male mice.

The research is designed by applying experiment with comparative Complete Random Design (CRD) and uses the method of protection against diarrhea induced by Oleum ricini. Experimental animals (25 mice) were divided randomly into 5 groups (n = 5). Group I, II, and III respectively were given RFRI 2813.46 mg/kg, 5626.92 mg/kg, and 11253.84 mg/kg. Group IV and V respectively were given Carboxy Metyl Cellulose 1% and loperamid 0.26 mg/kg. The measured data were the frequency of defecation, stool weight (mg), and stool consistency. The analysis were using one way ANOVA test continued with Tukey

HSD test (α=0.05) for frequency of defecation and fecal weight, and Kruskal Wallis H test for stool consistency (α=0.05). Research results, the frequency of defecation in group II and III, and fecal weight in group I, II, and III showed significant differences from the control (p ≤ 0.05), while the consistency of feces in all groups showed no significant difference with control (p > 0.05).

Conclusion, rambutan fruit rind’s infusion has antidiarrheal effect by reducing the frequency of defecation and fecal weight, but does not improve the consistency of feces.

(3)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN……… ii

SURAT PERNYATAAN……… iii

ABSTRAK………... iv

ABSTRACT……….. v

KATA PENGANTAR………. vi

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR GAMBAR………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………...………...….. 1

1.2Identifikasi Masalah………..………..………… 3

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………..………...……...……3

1.4Manfaat Penelitian……….………….…....……… 3

1.5Kerangka Pemikiran…………..………..……3

1.6Hipotesis……….………… 4

1.7Metodologi Penelitian………...………..………… 4

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian……….……….………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Anatomi Usus Besar (Intestinum Crassum)……… 6

2.1.1 Saekum dan Apendiks……….... 7

2.1.2 Kolon……… 7

2.1.3 Rektum……….……… 8

2.1.4 Kanalis Analis………..……… 8

(4)

ix

2.2Fisiologi Usus Besar………...… 12

2.2.1 Absorpsi dan Sekresi Usus Besar………...…….. 12

2.2.1.1 Absorpsi Air……… 12

2.2.1.2 Absorpsi dan Sekresi Elektrolit..……… 12

2.2.1.3 Sekresi Mukus……….………… 13

2.2.2 Susunan Feses………...………13

2.2.3 Motilitas Usus Besar……… 14

2.2.3.1 Kontraksi Mencampur (Haustrasi) ……… 14

2.2.3.2 Mass Movement (Mass Peristalsis/Kontraksi Mendorong)……….………15

2.2.4 Mekanisme Defekasi……… 16

2.3Diare……… 18

2.3.1 Klasifikasi……….………… 18

2.3.2 Etiologi……….……… 19

2.3.2.1 Etiologi Diare Akut…….……… 19

2.3.2.2 Etiologi Diare Kronis………..……… 21

2.3.3 Patofisiologi…………..………22

2.3.3.1 Diare Osmotik……….……… 22

2.3.3.2 Diare Sekretorik………..……… 22

2.3.3.3 Diare Inflamatorik………...…… 23

2.3.3.4 Diare Akibat Gangguan Motilitas Usus…..……… 23

2.3.3.5 Diare Malabsorptif………..……… 23

2.3.4 Evaluasi Diare……….. 24

2.3.4.1 Evaluasi Diare Akut……… 24

2.3.4.2 Evaluasi Diare Kronis………. 25

2.3.5 Pengobatan Diare……….………… 27

2.3.5.1 Pengobatan Diare Akut…...……… 28

2.3.5.2 Pengobatan Diare Kronis……… 29

2.4Rambutan……… 30

2.4.1 Deskripsi………..………. 30

(5)

x

2.4.6 Kulit Buah Rambutan sebagai Antidiare..……… 34

2.4.6.1 Tanin………...……… 35

2.4.6.2 Flavonoid……… 37

2.4.7 Dosis Kulit Buah Rambutan sebagai Antidiare……… 38

2.5Minyak Jarak (Oleum ricini)….…..……… 38

2.5.1 Komponen Aktif………... 39

2.5.2 Mekanisme Kerja………. 39

2.5.3 Dosis dan Sediaan……… 40

2.6Loperamid………... 40

2.6.1 Struktur Kimia……….. 40

2.6.2 Mekanisme Kerja dan Efek yang Ditimbulkannya……….. 41

2.6.3 Farmakokinetik……… 43

2.6.4 Indikasi……… 43

2.6.5 Kontraindikasi……….……… 43

2.6.6 Efek Samping………..……… 44

2.6.7 Dosis dan Sediaan……… 44

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1Alat dan Bahan Penelitian…….………..……… 45

3.1.1 Alat-alat……… 45

3.1.2 Bahan-bahan……….……… 45

3.1.3 Hewan Coba………..………...………… 45

3.2Metode Penelitian……….…..……… 46

3.2.1 Desain Penelitian………..……… 46

3.2.2 Variabel Penelitian………...……… 46

3.2.2.1 Definisi Konsepsional………...…….. 46

3.2.2.2 Definisi Operasional…….………..………… 46

(6)

xi

3.3Prosedur Kerja………...……….……… 47

3.3.1 Persiapan Hewan Coba……… 47

3.3.2 Persiapan Bahan Uji……….………… 48

3.3.3 Prosedur Penelitian……….……… 48

3.3.4 Cara Pemeriksaan……….……… 49

3.4Metode Analisis……….…….……… 49

3.5Hipotesis Statistik………..…….……… 49

3.6Kriteria Uji………..……… 50

3.7Aspek Etik Penelitian……….……… 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan……… 51

4.1.1 Berat Badan Mencit………. 51

4.1.2 Frekuensi Defekasi………... 52

4.1.3 Berat Feses………... 56

4.1.4 Konsistensi Feses………. 59

4.2 Uji Hipotesis………... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 65

5.2 Saran………... 65

DAFTAR PUSTAKA………. 66

LAMPIRAN………73

(7)

xii

Tabel 2.2 Etiologi Diare Akut……… 20

Tabel 2.3 Etiologi Diare Kronis………. 21

Tabel 4.1 Berat Badan Mencit (gram)………... 51

Tabel 4.2 Hasil Uji One Way ANOVA Berat Badan Mencit……….. 52

Tabel 4.3 Frekuensi Defekasi Mencit Selama 6 Jam Setelah Diinduksi dengan Oleum ricini dan Diberi Perlakuan………...…. 53

Tabel 4.4 Hasil Uji One Way ANOVA Frekuensi Defekasi Mencit...………… 54

Tabel 4.5 Hasil Uji Tukey HSD Frekuensi Defekasi Mencit………. 54

Tabel 4.6 Berat Feses Mencit (mg) Selama 6 Jam Setelah Diinduksi dengan Oleum ricini dan Diberi Perlakuan…….………... 56

Tabel 4.7 Hasil Uji One Way ANOVA Berat Feses Mencit……….…….. 57

Tabel 4.8 Hasil Uji Tukey HSD Berat Feses Mencit…………...……….. 58

Tabel 4.9 Konsistensi Feses Mencit Selama 6 Jam Setelah Diinduksi dengan Oleum ricini dan Diberi Perlakuan……… 59

Tabel 4.10 Persentase Konsistensi Feses Mencit………..………... 61

(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Anatomi Usus Besar (A) beserta Lokasinya pada Regio

Sembilan (B)………..6

Gambar 2.2 Angulus Anorektal……… 8

Gambar 2.3 Kanalis Analis………... 9

Gambar 2.4 Sistem Saraf Intrinsik……… 10

Gambar 2.5 Kontaksi Segmentasi………. 14

Gambar 2.6 Kontraksi Peristaltik………. 15

Gambar 2.7 Mekanisme Kontraksi Peristaltik……….. 15

Gambar 2.8 Mekanisme Defekasi……….17

Gambar 2.9 Alur Evaluasi Diare Akut……….. 25

Gambar 2.10 Alur Evaluasi Inisial Diare Kronis……… 26

Gambar 2.11 Alur Evaluasi Lanjutan Diare Kronis ………... 27

Gambar 2.12 Daun (A) dan Buah Rambutan (B) ………... 31

Gambar 2.13 Oleum ricini……….. 38

Gambar 2.14 Induksi Diare oleh Asam Risinoleat melalui Jalur cAMP……… 39

Gambar 2.15 Struktur Kimia Loperamid……… 40

Gambar 2.16 Mekanisme Aksi Agonis Reseptor Mu-Opioid………. 42

Gambar 4.1 Diagram Batang Frekuensi Defekasi Mencit Selama 6 Jam Setelah Diinduksi dengan Oleum ricini dan Diberi Perlakuan….. 53

Gambar 4.2 Diagram Batang Berat Feses Mencit Selama 6 Jam Setelah Diinduksi dengan Oleum ricini dan Diberi Perlakuan………….. 57

(9)

xiv

Lampiran 2 Perhitungan Dosis………..74

Lampiran 3 Persiapan dan Prosedur Pembuatan Infusa Kulit Buah Rambutan……….. 75

Lampiran 4 Pembuatan Sediaan Loperamid………. 78

Lampiran 5 Hasil Pengamatan Mencit Selama 6 Jam……….. 79

Lampiran 6 Data Hasil Uji Statistik Berat Badan Mencit………. 81

Lampiran 7 Data Hasil Uji Statistik Frekuensi Defekasi Mencit………. 83

Lampiran 8 Data Hasil Uji Statistik Berat Feses Mencit……….. 85

Lampiran 9 Data Hasil Uji Statistik Konsistensi Feses Mencit……… 87

(10)

73

LAMPIRAN 1

Prosedur Kerja

Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster jantan dewasa berusia 6 – 8 minggu dengan berat badan 25 – 30 gram sebanyak 25 ekor.

Hewan coba diperoleh dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Bandung.

Mencit diadaptasikan dahulu selama 7 hari dengan suasana Laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha. Selama adaptasi, mencit dipelihara di kandang yang diberi sekam padi, diberi makan pelet, dan diberi minum air matang.

Sementara itu, kertas saring yang akan digunakan digunting sesuai dengan alas beker gelas dan ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan.

Setelah masa adaptasi, mencit ditimbang kembali berat badannya. Kemudian mencit dipuasakan selama satu jam sebelum percobaan dimulai dengan air minum matang tetap diberikan.

Sementara itu, infusa kulit buah rambutan (IKBR), suspensi CMC 1%, dan loperamid dipersiapkan. Mencit dikelompokkan secara

acak menjadi 5 kelompok dan diberikan perlakuan masing-masing sebanyak 0,5 cc secara Kelompok V : loperamid

Masing-masing mencit

ditempatkan dalam beker gelas yang sudah dialasi kertas saring untuk pengamatan.

Setelah satu jam, semua mencit dari kelima kelompok diberi 0,5 cc Oleum ricini secara oral.

(11)

LAMPIRAN 2

Perhitungan Dosis

Perhitungan Dosis Kulit Buah Rambutan

Dosis manusia = 10 kulit buah rambutan (Setiawan Dalimartha, 2003). Berat kering 30 kulit buah rambutan = 64,925 g.

Rata-rata berat kering 10 kulit buah rambutan = 10/30 x 64,925 g = 21,642 g. Konversi dosis dari manusia 70 kg ke mencit 20 g = 0,0026.

Maka, dosis tersebut dikonversikan untuk mencit menjadi:

21,642 g x 0,0026 = 0,0562692 g/20 g = 2,81346 g/kgBB = 2.813,46 mg/kgBB.

Dosis I = 1 x dosis manusia = 2.813,46 mg/kgBB. Dosis II = 2 x dosis manusia = 5.626,92 mg/kgBB. Dosis III = 4 x dosis manusia = 11.253,84 mg/kgBB.

Perhitungan Dosis Loperamid

Dosis loperamid untuk manusia = 2 mg (McQuaid, 2007). Maka, dosis tersebut dikonversikan untuk mencit menjadi: 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg/20 g = 0,26 mg/kgBB.

Perhitungan Dosis Oleum ricini

(12)

75

LAMPIRAN 3

Persiapan dan Prosedur Pembuatan Infusa Kulit Buah Rambutan

Persiapan Pembuatan Infusa Kulit Buah Rambutan

Rata-rata berat badan seluruh mencit adalah 27,7736 g = 0,0277736 kg

Dosis I untuk 1 ekor mencit = 2.813,46 mg/kgBB x 0,0277736 kg = 78,1399127 mg = 0,0781399127 g

Dosis II untuk 1 ekor mencit = 5.626,92 mg/kgBB x 0,0277736 kg = 156,279825 mg = 0,156279825 g

Dosis III untuk 1 ekor mencit = 11.253,84 mg/kgBB x 0,0277736 kg = 312,55965 mg = 0, 31255965 g

Agar lebih mudah dalam penakaran bahan uji, maka dilakukan pembulatan sebagai berikut.

Dosis I untuk 1 ekor mencit = 0,078 g. Dosis II untuk 1 ekor mencit = 0,156 g. Dosis III untuk 1 ekor mencit = 0,313 g.

Bahan uji yang digunakan adalah kulit buah rambutan yang diperoleh dari daerah Kopo Permai, Kabupaten Bandung. Kulit buah rambutan yang dipilih adalah kulit buah rambutan yang berwarna hijau dan berukuran serupa satu sama lain (rata-rata 3x3x3 cm).

Kulit buah rambutan pertama-tama dicuci bersih, dipotong-potong, kemudian dikeringkan.

Kulit buah rambutan yang telah kering ditimbang dan kemudian dihaluskan menjadi serbuk.

(13)

Prosedur Pembuatan Infusa Kulit Buah Rambutan

Dosis I untuk 1 ekor mencit = 0,078 g.

Dosis tersebut akan diberikan dengan cara oral dalam 0,5 ml air.

x = 15,6 g

Jadi, infusa kulit buah rambutan akan dibuat dari 15,6 g kulit buah rambutan kering yang ditambahkan air hingga 100 ml.

Cara pembuatan infusa kulit buah rambutan

1. Simplisia yang telah dihaluskan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Dalam penelitian ini, 15,6 g kulit buah rambutan kering yang telah dihaluskan dimasukkan dalam panci dan ditambahkan akuades hingga 100 ml.

2. Kemudian dipanaskan di dalam pengangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai 900C, sambil sesekali diaduk.

3. Infus diserkai saat masih panas dengan kain flanel.

4. Tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

(Depkes RI, 1995)

Dari proses tersebut didapatkan infusa sebanyak 70 ml.

Berarti, di dalam 0,5 ml air infusa terkandung 0,111 g kulit buah rambutan.

Infusa yang diperoleh dibagi menjadi 3, yaitu:

(14)

77

Pembuatan dosis I Dosis I = 0,078 g/0,5 ml.

Kandungan kulit buah rambutan dalam air infusa = 0,111 g/0,5 ml.

Pengenceran dilakukan pada 10 ml air infusa karena dosisnya masih terlalu pekat.

x = 14,23076923 ml

(dibulatkan menjadi 14,2 ml untuk memudahkan penakaran bahan uji) Dengan demikian, untuk dosis I, 10 ml air infusa ditambahkan dengan 4,2 ml akuades.

Pembuatan dosis II Dosis II = 0,156 g/0,5 ml.

Kandungan kulit buah rambutan dalam air infusa = 0,111 g/0,5 ml.

Pemekatan dilakukan pada 20 ml air infusa karena dosisnya masih terlalu encer.

x = 14,23076923 ml

(dibulatkan menjadi 14,2 ml untuk memudahkan penakaran bahan uji)

Dengan demikian, untuk dosis II, 20 ml air infusa diuapkan hingga menjadi 14,2 ml.

Pembuatan dosis III Dosis II = 0,313 g/0,5 ml.

Kandungan kulit buah rambutan dalam air infusa = 0,111 g/0,5 ml.

Pemekatan dilakukan pada 40 ml air infusa karena dosisnya masih terlalu encer.

x = 14,1853035 ml

(dibulatkan menjadi 14,2 ml untuk memudahkan penakaran bahan uji)

(15)

LAMPIRAN 4

Pembuatan Sediaan Loperamid

Rata-rata berat badan seluruh mencit adalah 27,7736 g = 0,0277736 kg Dosis untuk 1 ekor mencit = 0,26 mg/kg x 0,0277736 kg = 0,007221136 mg Dosis tersebut akan diberikan dengan cara oral dalam 0,5 ml suspensi CMC 1%.

x = 138,482366209 ml

Agar lebih mudah dalam penakaran, maka dilakukan pembulatan menjadi 138,48 ml.

(16)

79

(17)
(18)

81

LAMPIRAN 6

Data Hasil Uji Statistik Berat Badan Mencit

Oneway

Des criptives

Berat badan hew an coba

5 27.7620 1.92661 .86161 25.3698 30.1542 25.21 29.80 5 27.5420 1.07176 .47931 26.2112 28.8728 26.35 28.87 5 27.3260 1.67452 .74887 25.2468 29.4052 25.50 29.87 5 28.9500 .79313 .35470 27.9652 29.9348 27.89 29.98 5 27.2880 .88790 .39708 26.1855 28.3905 25.94 28.25 25 27.7736 1.37987 .27597 27.2040 28.3432 25.21 29.98 Kelompok I

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval f or

Mean

Minimum Max imum

Tes t of Hom ogene ity of V ariance s

Berat badan hew an coba

1.851 4 20 .159

Levene

Statistic df 1 df 2 Sig.

ANOVA

Berat badan hew an coba

9.369 4 2.342 1.290 .308

36.328 20 1.816

(19)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Multiple Com parisons Dependent V ariable: Berat badan hew an coba

Tukey HSD

.2200 .85238 .999 -2.3306 2.7706

.4360 .85238 .985 -2.1146 2.9866

-1.1880 .85238 .638 -3.7386 1.3626

.4740 .85238 .980 -2.0766 3.0246

-.2200 .85238 .999 -2.7706 2.3306

.2160 .85238 .999 -2.3346 2.7666

-1.4080 .85238 .484 -3.9586 1.1426

.2540 .85238 .998 -2.2966 2.8046

-.4360 .85238 .985 -2.9866 2.1146

-.2160 .85238 .999 -2.7666 2.3346

-1.6240 .85238 .347 -4.1746 .9266

.0380 .85238 1.000 -2.5126 2.5886

1.1880 .85238 .638 -1.3626 3.7386

1.4080 .85238 .484 -1.1426 3.9586

1.6240 .85238 .347 -.9266 4.1746

1.6620 .85238 .325 -.8886 4.2126

-.4740 .85238 .980 -3.0246 2.0766

-.2540 .85238 .998 -2.8046 2.2966

-.0380 .85238 1.000 -2.5886 2.5126

-1.6620 .85238 .325 -4.2126 .8886

(J) Kelompok

perlakuan hew an coba Kelompok I

Dif f erence (I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval

Berat badan he w an coba

Tukey HSDa

(20)

83

LAMPIRAN 7

Data Hasil Uji Statistik Frekuensi Defekasi Mencit

Oneway

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval f or

Mean

Minimum Max imum

Tes t of Hom ogene ity of V ariance s

Frekuensi def ekas i

2.718 4 20 .059

Levene

Statistic df 1 df 2 Sig.

ANOVA

Frekuensi def ekas i

152.240 4 38.060 8.810 .000

86.400 20 4.320

(21)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Multiple Com parisons Dependent V ariable: Frekuens i defekas i

Tukey HSD

.80 1.315 .972 -3.13 4.73

2.20 1.315 .471 -1.73 6.13

-3.40 1.315 .111 -7.33 .53

4.00* 1.315 .045 .07 7.93

-.80 1.315 .972 -4.73 3.13

1.40 1.315 .822 -2.53 5.33

-4.20* 1.315 .033 -8.13 -.27

3.20 1.315 .147 -.73 7.13

-2.20 1.315 .471 -6.13 1.73

-1.40 1.315 .822 -5.33 2.53

-5.60* 1.315 .003 -9.53 -1.67

1.80 1.315 .653 -2.13 5.73

3.40 1.315 .111 -.53 7.33

4.20* 1.315 .033 .27 8.13

5.60* 1.315 .003 1.67 9.53

7.40* 1.315 .000 3.47 11.33

-4.00* 1.315 .045 -7.93 -.07

-3.20 1.315 .147 -7.13 .73

-1.80 1.315 .653 -5.73 2.13

-7.40* 1.315 .000 -11.33 -3.47

(J) Kelompok

perlakuan hew an coba IKBR dosis 1

Dif f erence (I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval

The mean dif f erenc e is s ignif icant at the .05 lev el.

Means f or groups in homogeneous s ubs ets are dis played. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

(22)

85

LAMPIRAN 8

Data Hasil Uji Statistik Berat Feses Mencit

Oneway

Des criptives

Berat f eses (mg)

5 825.440 307.3344 137.4441 443.834 1207.046 443.7 1099.0

5 691.420 285.6184 127.7324 336.778 1046.062 461.0 1187.4

5 460.060 67.4435 30.1616 376.318 543.802 390.9 552.2

5 1935.180 1033.4857 462.1889 651.938 3218.422 1171.1 3632.5

5 612.320 166.2806 74.3630 405.855 818.785 327.4 740.4

25 904.884 709.7401 141.9480 611.918 1197.850 327.4 3632.5

IKBR dosis 1

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval f or

Mean

Minimum Max imum

Tes t of Hom ogene ity of V ariance s

Berat f eses (mg)

5.723 4 20 .003

Levene

Statistic df 1 df 2 Sig.

ANOVA

Berat f eses (mg)

6984250.8 4 1746062.701 6.840 .001

5105291.7 20 255264.586

(23)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Multiple Com parisons Dependent V ariable: Berat f es es (mg)

Tukey HSD

134.020 319.5400 .993 -822.163 1090.203

365.380 319.5400 .782 -590.803 1321.563

-1109.740* 319.5400 .018 -2065.923 -153.557

213.120 319.5400 .961 -743.063 1169.303

-134.020 319.5400 .993 -1090.203 822.163

231.360 319.5400 .948 -724.823 1187.543

-1243.760* 319.5400 .007 -2199.943 -287.577

79.100 319.5400 .999 -877.083 1035.283

-365.380 319.5400 .782 -1321.563 590.803

-231.360 319.5400 .948 -1187.543 724.823

-1475.120* 319.5400 .001 -2431.303 -518.937

-152.260 319.5400 .989 -1108.443 803.923

1109.740* 319.5400 .018 153.557 2065.923

1243.760* 319.5400 .007 287.577 2199.943

1475.120* 319.5400 .001 518.937 2431.303

1322.860* 319.5400 .004 366.677 2279.043

-213.120 319.5400 .961 -1169.303 743.063

-79.100 319.5400 .999 -1035.283 877.083

152.260 319.5400 .989 -803.923 1108.443

-1322.860* 319.5400 .004 -2279.043 -366.677

(J) Kelompok

perlakuan hew an coba IKBR dosis 1

Dif f erence (I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval

The mean dif f erenc e is s ignif icant at the .05 lev el.

Means f or groups in homogeneous s ubs ets are dis played. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

(24)

87

LAMPIRAN 9

Data Hasil Uji Statistik Konsistensi Feses Mencit

Crosstabs

Cas e Proces s ing Sum m ary

172 97.2% 5 2.8% 177 100.0%

Kelompok perlakuan hew an c oba * Kons is tensi feses

N Percent N Percent N Percent

V alid Mis sing Total

Cases

Kelom pok pe rlak uan hew an coba * Kons iste ns i fe s es Cr os stabulation

6 8 24 38

15.8% 21.1% 63.2% 100.0%

17 7 10 34

50.0% 20.6% 29.4% 100.0%

16 6 5 27

59.3% 22.2% 18.5% 100.0%

6 18 31 55

10.9% 32.7% 56.4% 100.0%

2 8 8 18

11.1% 44.4% 44.4% 100.0%

47 47 78 172

27.3% 27.3% 45.3% 100.0% Count

% w ithin Kelompok perlakuan hew an coba Count

% w ithin Kelompok perlakuan hew an coba Count

% w ithin Kelompok perlakuan hew an coba Count

% w ithin Kelompok perlakuan hew an coba Count

% w ithin Kelompok perlakuan hew an coba Count

% w ithin Kelompok perlakuan hew an coba IKBR 1

Kons is tensi f eses

(25)

NPar Tests

Kruskal-Wallis Test

Des criptive Statis tics

172 2.89 1.348 1 5

172 2.18 .836 1 3

Kelompok perlakuan hew an c oba

Kons is tensi feses

N Mean Std. Deviation Minimum Max imum

Ranks

47 75.01

47 99.03

78 85.87

172 Kons is tensi f eses

K0

Tes t Statis ticsa,b

5.818

Kruskal Wallis Test a.

(26)

89

LAMPIRAN 10

(27)
(28)
(29)

90

Nama : Fany Gunawan

Nomor Pokok Mahasiswa : 0710005

Tempat dan Tanggal Lahir : Sukabumi, 25 Juli 1990

Alamat : Komp. Kopo Permai I blok O no. 19, Bandung Riwayat Pendidikan :

1995 – 2000 : SD Mardi Yuana, Cibadak – Sukabumi 2000 – 2001 : SD Maria Bintang Laut, Bandung 2001 – 2004 : SMP Waringin, Bandung

2004 – 2007 : SMA Trinitas, Bandung

(30)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diare merupakan masalah umum yang terjadi di seluruh dunia. Tingginya morbiditas dan mortalitas diare berpengaruh terhadap tingkat pengangguran dan hilangnya produktivitas kerja. Di seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang menderita diare akut paling sedikit sebanyak 1 kali dalam setahun dengan angka kematian lebih dari 2 juta per tahun. Di Amerika Serikat, diare diperkirakan terjadi 211 – 375 juta kasus tiap tahun (1,4 kali tiap orang tiap tahun). Dari jumlah tersebut, 900.000 harus menjalani perawatan medis dan 6.000 di antaranya meninggal (Thielman, Guerrant, 2004; Murray, Camilleri, 2008). Di negara berkembang, diare terjadi 15 – 20 kali tiap orang tiap tahun. Frekuensi kejadian diare di negara berkembang lebih banyak 2 – 3 kali dibanding negara maju (Pray, 2000; Marcellus Simadibrata K., Daldiyono, 2006).

Di Indonesia, diare masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat (KepMenkes, 2001). Angka kejadian diare menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2006 adalah 423 per 1.000 penduduk (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Depkes RI, 2008). Selama tahun 2006, 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB diare di wilayahnya. Jumlah kejadian diare yang telah dilaporkan adalah 10.980 kasus dan 277 di antaranya menyebabkan kematian (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009).

(31)

(31,4%) dan anak balita (25,2%), di samping pneumonia (23,8% pada bayi dan 15,5% pada anak balita) (Balitbangkes Depkes RI, 2008).

Pengobatan diare biasanya dilakukan dengan obat-obat sintetik, contohnya loperamid. Banyak obat sintetik antidiare memiliki harga yang relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping yang cukup membahayakan, seperti ileus paralitik dan toksik megakolon (MIMS Indonesia, 2007). Berdasarkan hal tersebut, banyak orang menggunakan tanaman sebagai salah satu alternatif pengobatan karena efek sampingnya relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat, harganya relatif terjangkau, dan mudah didapat (Katno, S. Pramono, 2002).

Di Indonesia, masyarakat terutama di pedesaan banyak menggunakan tanaman obat untuk mengobati diare. Masyarakat di daerah terpencil yang jauh dari pelayanan kesehatan resmi sangat bergantung pada alam sekeliling untuk menjaga kesehatan termasuk mengatasi diare. Tanaman obat bahkan menjadi satu-satunya alternatif pengobatan (Juckett, 2004).

Salah satu tanaman obat yang berkhasiat sebagai antidiare adalah tanaman rambutan (Nephelium lappaceum L.). Penelitian tanaman rambutan sebagai antidiare telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian daun rambutan yang dilakukan oleh Kusumaningrat di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, pada tahun 2007. Penelitian tersebut menggunakan infusa daun rambutan dengan dosis 4,5 g, 9 g, dan 13,5 g pada tikus jantan galur Wistar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun rambutan berefek sebagai antidiare dengan mengurangi frekuensi diare dan berat feses, serta memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat, dengan dosis 13,5 g yang memberikan efek paling optimal.

(32)

3

Hal-hal di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna menguji efek kulit buah rambutan sebagai antidiare.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi.

Apakah infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) berefek antidiare dengan menurunkan berat feses.

Apakah infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah menggali potensi tanaman obat yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan diare.

Tujuan penelitian adalah mengetahui efek antidiare infusa kulit buah rambutan pada mencit Swiss Webster jantan.

1.4Manfaat Penelitian

Kegunaan akademis penelitian ini adalah untuk memperluas wawasan mengenai tanaman obat, khususnya infusa kulit buah rambutan yang memiliki efek antidiare.

Kegunaan praktis penelitian ini adalah memperkenalkan kulit buah rambutan kepada masyarakat sebagai alternatif pengobatan diare.

1.5Kerangka Pemikiran

(33)

Diare dapat dibagi menjadi lima jenis berdasarkan mekanisme patofisiologinya, yaitu diare osmotik (akibat osmolaritas intraluminal yang meningkat), diare sekretorik (akibat peningkatan sekresi cairan dan elektrolit atau penurunan absorpsi dalam usus), diare inflamatorik (akibat adanya inflamasi pada dinding usus), diare akibat gangguan motilitas usus, dan diare malabsorptif (akibat malabsorpsi lemak atau asam empedu) (Bunnett, Lingappa, 2006; Marcellus Simadibrata K., Daldiyono, 2006).

Kulit buah rambutan mengandung tanin dan flavonoid (Ria Idha Indriana, 2007; Niche Dirmawanti, 2008). Tanin mempunyai efek astringensia yang dalam lumen usus dapat membentuk lapisan proteksi mukosa usus, mengurangi sekresi cairan, menetralisir protein inflamasi, menurunkan sensitivitas ujung-ujung saraf, serta mengurangi stimulus yang menambah aktivitas peristaltik (Loeb et al., 1989; Mills, Bone, 2000). Tanin juga berefek spasmolitik pada otot polos dan memiliki aktivitas antibakteri serta antiviral (Bruneton, 1999; Akiyama et al., 2001; Belemtougri et al., 2006). Flavonoid mempunyai aktivitas antiviral, antibakteri, anti inflamasi, spasmolitik, dan antisekresi (Almeida et al., 1995; Bruneton, 1999; Belemtougri et al., 2006; Bensegueni et al., 2008).

Hal-hal di atas menyebabkan kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) dapat digunakan untuk mengatasi diare.

1.6Hipotesis

Infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi.

Infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) berefek antidiare dengan menurunkan berat feses.

Infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.

1.7Metodologi Penelitian

(34)

5

Pengujian antidiare menggunakan metode proteksi terhadap diare yang diinduksi oleh Oleum ricini. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi, berat feses (mg), dan konsistensi feses selama 6 jam.

Analisis data untuk frekuensi defekasi dan berat feses menggunakan uji one way ANOVA dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α=0,05,

sedangkan untuk konsistensi feses dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal

Wallis H dilanjutkan dengan uji Mann Whitney U dengan α=0,05. Analisis data

menggunakan program komputer.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

(35)

65

5.1Kesimpulan

Infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi pada dosis 5.626,92 mg/kgBB dan 11.253,84 mg/kgBB.

Infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) berefek antidiare dengan menurunkan berat feses pada semua dosis.

Infusa kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) tidak berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.

5.2Saran

Kulit buah rambutan perlu diteliti lebih lanjut untuk mencari dosis yang memiliki potensi yang setara dengan loperamid.

Kulit buah rambutan perlu diteliti lebih lanjut dengan menggunakan sediaan yang lain, seperti ekstrak air, ekstrak etanol, dan lain-lain, atau hewan coba lain yang memiliki tingkat yang lebih tinggi.

Penggunaan obat adsorben (seperti kaolin, pektin, activated attapulgite) sebagai pembanding perlu dipertimbangkan untuk menguji potensi bahan uji dalam memperbaiki konsistensi feses.

Penelitian kulit buah rambutan yang dikombinasikan dengan bahan herbal yang mampu memperbaiki konsistensi feses perlu dilakukan agar dapat diperoleh obat antidiare yang lebih efektif.

Penelitian yang lebih spesifik terhadap kulit buah rambutan penting untuk dilakukan mengingat belum diketahui efek toksis dan efek samping dari kulit buah rambutan.

(36)

66

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama H., Fujii K., Yamasaki O., Oono T., Iwatsuki K. 2001. Antibacterial action of several tannins against Staphylococcus aureus. J. Antimicrob. Chemother, 48 (4):487-91

Almeida C.E., Karnikowski M.G.O., Foleto R., Baldisserotto B. 1995. Analysis of antidiarrhoeic effect of plants used in popular medicine. Rev. Saùde Pùblic, 29(6):428-33

American Gastroenterological Association. 1999. American Gastroenterological Association medical position statement: Guidelines for the evaluation and management of chronic diarrhea. Gastroenterology, 116:1461-3

Ari Estuningtyas, Azalia Arif. 2007. Obat lokal. Dalam Sulistia Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth: Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI. p.526-8

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional 2007.

BayScience Foundation. 2009. Nephelium lappaceum (Hairy Lychee).

http://zipcodezoo.com/Plants/N/Nephelium_lappaceum/. 18 September 2009

Belemtougri R.G., Constantin B., Cognard C., Raymond G., Sawadogo L. 2006. Effects of two medicinal plants Psidium guajava L. (Myrtaceae) and

Diospyros mespiliformis L. (Ebenaceae) leaf extracts on rat skeletal muscle cells in primary culture. J Zhejiang Univ SCIENCE B, 7(1):56-63

Bensegueni A., Chikhi A., Bencharif M. 2008. Theoretical study of the antibacterial activity of flavonoids.

http://www.eyesopen.com/about/events/cup8/bensegueni/cup8_poster_benseg ueni.pdf. 16 Agustus 2010

(37)

Bruneton J. 1999. Tannins. In: Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants. 2nd ed. Paris: Lavoisier Publishing Inc. p.370-403

Budi Setiawan. 2006. Diare akut karena infeksi. Dalam Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiadi: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. p.1794-8

Bunnett N.W., Lingappa V.R. 2006. Gastrointestinal diseases. In S.J.McPhee, W.F.Ganong: Pathophysiology of disease: An introduction to clinical medicine. 5th ed. New York: McGraw-Hill. p.363-5, 376-9

Cannas A. 2008. Tannins: fascinating but sometimes dangerous molecules. http://www.ansci.cornell.edu/plants/toxicagents/tannin.html. 11 Desember 2009

Daryanti. 2007. Optimasi kandungan saponin ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum) melalui proses ekstraksi menggunakan etanol. http://rac.uii.ac.id/harvester/index.php/record/view/1511. 21 Desember 2009

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Depkes RI. p.9

Despopoulos A., Silbernagl S. 2003. Nutrition and digestion. In: Color atlas of physiology. 5th ed. New York: Thieme. p.264-5

Diamond S. 2001. Castor seed oil.

http://www.florahealth.com/flora/home/Canada/HealthInformation/Encyclope dias/CastorSeedOil.htm. 31 Desember 2009

Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M. 2005. Abdomen. In: Gray’s anatomy for students. Philadelphia: Elsevier. p.279-83, 307-14

Drugs Information Online. 2010. Loperamide (oral-local).

http://www.drugs.com/mmx/loperamide-hydrochloride.html. 02 Agustus 2010

Fine K.D., Schiller L.R. 1999. AGA technical review on the evaluation and management of chronic diarrhea. Gastroenterology, 116:1464-86

(38)

68

Ganong W.F. 2003. Regulation of gastrointestinal function. In: Review of medical physiology. 21st ed. Boston: McGraw-Hill. p.484, 510-3

Ghishan F.K. 2004. Chronic diarrhea. In R.E.Behrman, R.M.Kliegman, H.B.Jenson: Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Elsevier. p.1276-81

Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Prinsip-prinsip umum fungsi gastrointestinal – motilitas, pengaturan saraf, dan sirkulasi darah. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Terjemahan Irawati Setiawan, L.M.A. Ken Ariata, Alex Santoso. Jakarta: EGC. p.990-4

. 1997. Transpor dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Terjemahan Irawati Setiawan, L.M.A. Ken Ariata, Alex Santoso. Jakarta: EGC. p.1008-11

. 1997. Fungsi sekresi dari saluran pencernaan. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Terjemahan Irawati Setiawan, L.M.A. Ken Ariata, Alex Santoso. Jakarta: EGC. p.1033-4

. 1997. Pencernaan dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Terjemahan Irawati Setiawan, L.M.A. Ken Ariata, Alex Santoso. Jakarta: EGC. p.1049-50

Hedi R Dewoto. 2007. Analgesik opioid dan antagonis. Dalam Sulistia Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth: Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI. p.221-2

Hembing Wijayakusuma. 2004. Bebas diabetes mellitus ala Hembing. Cetakan I. Jakarta: Puspa Swara. p.72

Howland R.D., Mycek M.J. 2006. Opioid analgesics and antagonists. In R.A.Harvey, P.C.Champe: Lippincott’s illustrated reviews: Pharmacology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.158

. 2006. Gastrointestinal and antiemetic drugs. In R.A.Harvey, P.C.Champe: Lippincott’s illustrated reviews: Pharmacology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.332-3

(39)

Juckett G. 2004. Herbal medicine. In C.R.Craig, R.E.Stitzel: Modern pharmacology with clinical applications. 6th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins. p.785-96

Katno, S. Pramono. 2002. Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional. Yogyakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu Fakultas Farmasi UGM.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan percobaan aplikatif: Aplikasi kondisional bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. p.12

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Pedoman

pemberantasan penyakit diare. http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf. 11 Desember 2009

Keshav S. 2004. The gastrointestinal system at a glance. 1st ed. Massachusetts: Blackwell Science. p.36-9

Kusumaningrat. 2007. Studi aktivitas antidiare infusa daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap tikus jantan galur Wistar yang diinduksi oleh castor oil. http://rac.uii.ac.id/index.php/record/view/77086. 18 September 2009

Lembo A., Camilleri M. 2003. Chronic constipation. N Engl J Med, 2003(349):1360-8

Loeb H., Vandenplas Y., Würsch P., Guesry P. 1989. Tannin-rich carob pod for teatment of acute-onset diarrhea. J Pediatr Gastroenterol Nutr, 8(4):480-5

Marcellus Simadibrata K., Daldiyono. 2006. Diare akut. Dalam Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiadi: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. p.410-25

(40)

70

McQuaid K.R. 2007. Gastrointestinal disorders. In S.J.McPhee, M.A.Papadakis, L.M.Tierney: Current medical diagnosis & treatment 2008. 47th ed. New York: McGraw-Hill. p.482-7

Mills S., Bone K. 2000. Principles and practice of phytotherapy: Modern herbal medicine. Edinburg: Churchill Livingstone. p.34-7

MIMS Indonesia. 2010. Loperamide.

http://www.mims.com/Page.aspx?menuid=mng&name=loperamide&brief=fal se#Actions. 02 Agustus 2010

MIMS Indonesia. 2007. Antidiare. Dalam Arlina Pramudianto, Evaria, Rosalina Susantio: Petunjuk konsultasi 2007/2008. Edisi 7. Jakarta: PT Infomaster. p.25-8

Mohammed A., Ahmed H., Goji A.D.T., Okpanachi A.O., Ezekiel I., Tanko Y. 2009. Preliminary anti-diarrhoeal activity of hydromethanolic extract of aerial part of Indigofera Pulchra in rodents. Asian J. Med. Sci., 1(2):22-5

Montoso Gardens. 2007. Nephelium lappaceum (Sapindaceae).

http://www.montosogardens.com/nephelium_lappaceum.htm. 18 September 2009

Moore K.L., Dalley A.F. 2006. Abdomen. In: Clinically oriented anatomy. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.271-9

. 2006. Pelvis dan perineum. In: Clinically oriented anatomy. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.429-32, 446-9

Morton J.F. 1987. Rambutan. In: Fruits of warm climates. p.262-5.

http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/rambutan.html. 18 September 2009

Murray J.A., Camilleri M. 2008. Diarrhea and constipation. In A.S.Fauci, D.L.Kasper, D.L.Longo, E.Braunwald, S.L.Hauser, J.L.Jameson, et al.:

Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill.

p.245-55

(41)

Ooms L.A., Degryse A.D., Janssen P.A. 1984. Mechanisms of action of loperamide. Scand J Gastroenterol Suppl, 96:145-55

Pharmacogenomics Knowledge Base. 2010. Loperamide.

http://www.pharmgkb.org/do/serve?objId=PA450262#tabview=tab0. 02 Agustus 2010

Pray W. S. 2000. Diarrhea: Causes and self-care treatments. US Pharmacist, 25(11). http://www.medscape.com/viewarticle/407636. 11 Desember 2009

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI. 2008. Menkes luncurkan 10.000 desa bersanitasi baik.

http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=317 2. 10 Januari 2010

Rahmat Rukmana, Yuyun Yuniarsih Oesman. 2002. Rambutan: Komoditas unggulan & prospek agribisnis. Yogyakarta: Kanisius. p.18-22

Retnosari Andrajati, Santi Purna Sari. 2010. Sistem pencernaan.

http://pharzone.com/materi%20kuliah/anfis%202/Sistim%20Pencernaan%200 70309.pdf. 28 Agustus 2010

Ria Idha Indriana. 2007. Optimasi kandungan tanin ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) melalui proses ekstraksi menggunakan etanol. http://rac.uii.ac.id/harvester/index.php/record/view/2048. 21 Desember 2009

Schumacher M.A., Basbaum A.L., Way W.L. 2007. Opioid analgesics & antagonists. In B.G. Katzung: Basic and clinically pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw-Hill. p.489, 492-5

Setiawan Dalimartha. 2003. Atlas tumbuhan obat Indonesia. Jilid III. Jakarta: Puspa Swara. p.115-8

Snell R.S. 2006. Abdomen: Bagian II cavitas abdominalis. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Terjemahan Liliana Sugiharto. Jakarta: EGC. p.229-34

(42)

72

Stuart Xchange. 2010. Philippine medicinal plants.

http://www.stuartxchange.org/Rambutan.html. 18 September 2009

Thielman N.M., Guerrant R.L. 2004. Acute infectious diarrhea. N Engl J Med, 350(1):38-47

Thulaja N.R. 2004. Rambutan.

www.hort.purdue.edu/newcrop/cropfactsheets/Rambutan.html. 18 September 2009

Tim Teknis Pembangunan Sanitasi. 2009. Sanitasi buruk, masyarakat terpuruk. http://www.sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=9 0:sanitasi-buruk-masyarakat-terpuruk&catid=55:artikel&Itemid=125. 20 Desember 2009

Umar Zein, Khalid Huda Sagala, Josia Ginting. 2004. Diare akut disebabkan bakteri. Dalam: e-USU Repository Universitas Sumatera Utara.

http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf. 20 Desember 2009

WHO. 2004. Causes of death in neonates and children under five in the world (2004).

http://www.who.int/child_adolescent_health/media/causes_death_u5_neonates _2004.pdf. 20 Desember 2009

WHO. 2005. The treatment of diarrhoea: A manual for physicians and other senior health workers. Geneva: WHO Press.

Yan Leo Tambunan. 2009. Efek antidiare ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) pada mencit galur Swiss Webster jantan. Bandung: FK UKM. p.35

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 1993. Antidiare. Dalam: Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta: Balai Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. p.19-21

Zee F.T. 1995. Rambutan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdo’alah kepada Allah Swt: “Yā Allah Yā Qayy ū m, wahai Tuhan Yang Maha Berdiri Sendiri/Mandiri, jadikanlah hidup kami tidak selalu bergantung kepada orang lain”!. • Al-Ahad

Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai koefisien jalur untuk hubungan knowledge management dan organizational performance lebih kecil jika dibandingkan

AI dalam digital game dengan jenis real-time ini diharapkan memiliki kecepatan respon yang cukup cepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.. Bila respon dari

Perancangan Bin House menerapkan konsep “From Tradition To Modern” dengan memadukan unsur tradisional pada interior bangunan yang kontras dengan unsur

Peneliti mengambil data menggunakan The Spirituality Scale yang disusun Delaney (2005) dan Aggression Questionnaire (Buss & Perry, 1992) yang.. dimodifikasi untuk

[r]

Puji syukur penulis hantarkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas hikmat dan akal budi yang Ia anugerahkan semata, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel keuangan yaitu return on asset, financial leverage, dan earning per share maupun variabel non keuangan yaitu persentase penawaran