• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frekuensi Denyut Jantung Dan Respirasi, Saturasi Oksigen, Dan Tekanan Darah Monyet Ekor Panjang (Maccaca Fascicularis) Teranastesi Kombinasi Xylazin-Ketamin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Frekuensi Denyut Jantung Dan Respirasi, Saturasi Oksigen, Dan Tekanan Darah Monyet Ekor Panjang (Maccaca Fascicularis) Teranastesi Kombinasi Xylazin-Ketamin."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Diajukan oleh

Ingrid Vania Maspaitella

NIM. 1009005095

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Populasi monyet ekor panjang di Bali dapat ditemukan di beberapa lokasi

yang dijadikan sebagai obyek pariwisata diantaranya Alas Kedaton, Wanara Wana

Padang Tegal Ubud, Alas Nenggan, Sangeh, Pura Luhur Uluwatu, dan Pura

Pulaki (Fuentes dan Garmel, 2005). Sering terjadinya interaksi antara monyet ekor

panjang dengan manusia, maka diperlukan pemeriksaan secara rutin agar manusia

tetap terhindar dari penyakit zoonosis yang dapat ditularkan melalui monyet ini.

Untuk mengendalikan (restrain) monyet saat pemeriksaan diberikan perlakuan

anastesi/pembiusan pada monyet ekor panjang. Anastesi yang biasanya digunakan

pada monyet adalah kombinasi ketamin dan xylazin (Wandia et al., 2011).

Pemilihan obat anastesi yang tepat dan cara pemberian yang benar akan

meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan terhadap sistem tubuh,

khususnya pada sistem kardiovaskuler, sistem respirasi dan temperatur tubuh,

karena hampir semua jenis obat anastesi menimbulkan efek samping terhadap

sistem kardiovaskuler, sistem respirasi dan temperatur tubuh (Hall dan Clarke,

1983).

Ketamin merupakan jenis obat anastesi yang dapat digunakan pada hampir

semua jenis hewan (Hall dan Clarke, 1983). Ketamin dapat menimbulkan efek

yang membahayakan, yaitu takikardia, hipersalivasi, meningkatkan ketegangan

otot, nyeri pada tempat penyuntikan, dan bila berlebihan dosis akan

(3)

al., 1997). Efek samping yang tidak diharapkan dari suatu pembiusan itu dapat

diatasi dengan mengkombinasikan obat-obatan dan mengambil kelebihan

masing-masing sifat yang diharapkan (Sardjana dan Kusumawati, 2004).

Kombinasi yang paling sering digunakan untuk ketamin adalah xylazin

(Sektiari dan Misaco, 2001). Kedua obat ini merupakan agen kombinasi yang

saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasi otot, ketamin memberikan

efek analgesik sedangkan xylazin menyebabkan relaksasi otot yang baik (Walter,

1985). Penggunaan xylazin dapat mengurangi sekresi saliva dan peningkatan

tekanan darah yang diakibatkan oleh penggunaan ketamin (Warren, 1983).

Kombinasi xylazin dan ketamin sebagai anastesi umum juga mempunyai

banyak keuntungan, antara lain: mudah dalam pemberian, ekonomis,

induksinya cepat begitu pula dengan pemulihannya, mempunyai pengaruh

relaksasi yang baik dan jarang menimbulkan komplikasi klinis (Benson et al.,

1985).

Salah satu indikator kesehatan fungsi fisiologis tubuh monyet saat

teranastesi dapat dilihat dari hasil fisiograf. Perekaman fisiograf pada monyet

yang teranastesi dilakukan agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan,

seperti kematian. Hasil dari rekaman fisiograf dapat berfungsi untuk menunjukan

status gambaran parameter fisiologis yang terjadi pada saat monyet teranastesi.

Alat fisiograf digunakan dalam melakukan pemantauan (monitoring)

perubahan-perubahan gambaran parameter nilai fisiologis seperti heart rate (frekuensi denyut

jantung), respiration rate (frekuensi respirasi), Saturation Peripheral Oxygen

(4)

Seluruh gambaran parameter fisiologis yang diukur dengan alat fisiograf dapat

diukur secara bersama-sama dalam satu waktu. Dalam penelitian ini, alat fisiograf

yang digunakan adalah Sinohero Model S70Vet.

Penelitian ini dilakukan karena hingga saat ini, data mengenai gambaran

frekuensi denyut jantung dan respirasi, saturasi oksigen, dan tekanan darah pada

monyet ekor panjang yang teranastesi kombinasi xylazin-ketamin belum

dipublikasi dan diketahui.

1.2.Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana frekuensi denyut jantung pada monyet ekor panjang yang teranastesi dengan kombinasi xylazin dan ketamin?

1.2.2 Bagaimana frekuensi respirasi pada monyet ekor panjang yang teranastesi dengan kombinasi xylazin dan ketamin?

1.2.3 Bagaimana saturasi oksigen pada monyet ekor panjang yang teranastesi dengan kombinasi xylazin dan ketamin?

1.2.4 Bagaimana tekanan darah pada monyet ekor panjang yang teranastesi dengan kombinasi xylazin dan ketamin?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai frekuensi denyut

jantung dan respirasi, saturasi oksigen, dan tekanan darah pada monyet ekor

panjang yang teranastesi dengan kombinasi anastesi xylazin dan ketamin.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana

gambaran parameter fisiologis frekuensi denyut jantung dan respirasi, saturasi

(5)

kombinasi xylazin dan ketamin yang merupakan indikator penting agar

meminimalisir terjadinya efek samping yang tidak diinginkan dan dapat

digunakan sebagai suatu acuan dan langkah awal dalam pengembangan ilmu

(6)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologis Sistem Kardiovaskuler dan Pernafasan (Kardiorespirasi) 2.1.1. Heart Rate/Frekuensi Denyut Jantung

Heart rate adalah jumlah detak jantung per satuan waktu, biasanya dinyatakan

dalam detak per menit atau beats per minute (bpm). Frekuensi denyut jantung

pada hewan bervariasi tergantung pada spesies, usia, ukuran badan, breed, dan

kondisi fisiknya (Widodo, 2011). Frekuensi denyut jantung terdiri atas: sinus

bradikardia dan sinus takikardia. Sinus bradikardia memiliki irama teratur dan

detak jantung kurang dari 65 detak/menit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh

penyakit sistemik, toksisitas, peningkatan tonus vagal, tekanan intrakranial tinggi

atau kompresi, hipotermia hipotiroidisme bola mata, atau obat-obatan (obat

penenang, propranolol, morfin, anastesi). Sinus takikardia didiagnosis ketika

detak jantung memiliki irama teratur kurang dari 160 detak/menit. Kondisi ini

sering disebabkan oleh stres pada hewan. Sinus takikardia dapat terjadi jika ada

peningkatan metabolisme dan permintaan oksigen atau persyaratan peningkatan

curah jantung (nyeri, ketakutan, kegembiraan), patologi (demam, shock, anemia,

hipoksia, hipertiroidisme) atau agen farmakologis (atropin, epinefrin, ketamin).

Golongan a2-adrenergik agonis seperti xilazin menyebabkan penurunan

transmisi simpatik dari susunan saraf pusat, tertekannya pacemaker secara

langsung, tertekannya konduksi jantung, terhambatnya pelepasan noradrenalin

dari ujung saraf simpatik, peningkatan pelepasan acetylcholine dari saraf

parasimpatik, dan meningkatnya tonus vagal (Rossi dan Junqueira, 2003).

(7)

saraf parasimpatis pada sistim saraf pusat sehingga bisa meningkatkan tekanan

darah dan jantung (Mulyana, 2007)

2.1.2. Respiration Rate/Frekuensi Respirasi

Respiration Rate/frekuensi respirasi adalah jumlah atau banyaknya nafas yang

diambil dan dihembuskan dalam 1 menit. Frekuensi respirasi dipengaruhi oleh

ukuran tubuh, umur hewan, aktivitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan,

kebuntingan, adanya gangguan pada saluran pencernaan, kondisi kesehatan dan

posisi hewan (Widodo, 2011). Frekuensi respirasi yang meningkat terjadi pada

keadaan stress, kerja, demam dan adanya rasa sakit. Sebaliknya juga dapat terjadi

penurunan frekuensi respirasi pada depresi kepekaan pusat nafas pada kasus

seperti peningkatan tekanan dalam otak, hilang kesadaran, uremia dan tekanan

oksigen yang meningkat (Widiyono, 2001).

Penggunaan xylazin pada kombinasi xylazin-ketamin dapat menekan

metabolisme dan kerja jantung sehingga dapat menurunkan frekuensi

respirasi dan denyut jantung (Flecknell, 2000). Xylazin menyebabkan relaksasi

otot di antara tulang iga dan perut yang dapat mengembang-kempiskan rongga

dada sewaktu terjadi respirasi, karena xilazin tergolong muscle relaxant (Adams,

2001; Bishop, 1996)

2.1.3. Saturation Peripheral Oxygen (SPO2) /Saturasi Oksigen

Kadar oksigen dalam darah yang berikatan dengan hemoglobin disebut

saturasi oksigen (SPO2) (Schutz, 2011). Seringkali keadaan oksigen ini tidak di

perhatikan dalam suatu tindakan anastesi atau operasi, padahal oksigen sangat

mempengaruhi keadaan fisiologis lainnya. Kekurangan oksigen dalam darah akan

(8)

oksidasi tidak mencukupi dalam jaringan. Pada keadaan normal kandungan

oksigen dalam darah mencapai 95%, sedangkan dalam kondisi terbius bisa

dibawah maupun melebihi kadar normalnya (Cunningham, 1992).

Anastesi atau pembiusan dapat mempengaruhi keadaan SPO2 darah karena

sifat dari rata-rata obat bius yang diberikan perinjeksi akan mendepres fungsi

fisiologis tubuh sehingga terjadi penurunan fungsi fisiologis (Siswandono dan

Soekardjo, 1995).

Penurunan saturasi oksigen juga disebabkan karena obat anastetik xylazin

menyebabkan relaksasi otot bronkhus dan penurunan tingkat oksigenasi darah

(Ismail et al., 2010).

2.1.4. Non Invasive Blood Presure (NIBP)/Tekanan Darah

Non Invasive Blood Presure (NIBP)/Tekanan darah adalah kekuatan tekanan

darah yang menekan pembuluh darah secara vertikal pada saat darah dipompakan

dari jantung keseluruh anggota tubuh. Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan

jumlah darah yang dipompa oleh jantung dan fleksibilitas dan ukuran dari nadi.

Tekanan darah dapat diukur secara kasar melalui palpasi pulsus, tetapi untuk

mendapatkan tekanan darah yang akurat harus dilakukan dengan alat pengukur

tekanan darah. Beberapa istilah yang digunakan untuk menentukan tekanan darah

adalah tekanan darah sistol (systolic arterial pressure/SAP), tekanan darah

diastole (diastolic arterial pressure/DAP), dan tekanan darah rata-rata (mean

arterial pressure/MAP). Systolic arterial pressure adalah tekanan darah tertinggi

yang dihasilkan karena kontraksi ventrikel yang memompa darah ke aorta dan

arteri besar. Diastolic arterial pressure adalah tekanan darah terendah yang

(9)

relaksasi sebelum kontraksi berikutnya. Mean arterial pressure adalah tekanan

rata-rata siklus jantung dan merupakan tekanan darah yang paling penting yang

berhubungan dengan anastesi, karena merupakan indicator paling baik untuk

mengetahui aliran darah pada organ dalam (Sudisma, 2011).

2.2. Aplikasi Anestesi Xylazin-Ketamin

Anastesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani. An-“tidak, tanpa” dan

aesthesos, “persepsi, kemampuan untuk merasa”. Secara umum berarti suatu

tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai

prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah Anastesia

digunakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes pada tahun 1948 yang

menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena anastesi

adalah pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.

Sedangkan Analgesia adalah tindakan pemberian obat untuk menghilangkan nyeri

tanpa menghilangkan kesadaran pasien (Latief, 2001).

Ketamin merupakan jenis obat anastesi yang dapat digunakan pada hampir

semua jenis hewan (Hall dan Clarke, 1983). Ketamin dapat menimbulkan efek

yang membahayakan, yaitu takikardia, hipersalivasi, meningkatkan ketegangan

otot, nyeri pada tempat penyuntikan, dan bila berlebihan dosis akan menyebabkan

pemulihan berjalan lamban dan bahkan membahayakan (Jones et al., 1997). Efek

samping yang tidak diharapkan dari suatu pembiusan itu dapat diatasi dengan

mengkombinasikan obat-obatan dan mengambil kelebihan masing-masing sifat

yang diharapkan (Sardjana dan Kusumawati, 2004).

Kombinasi yang paling sering digunakan untuk ketamin adalah xylazin

(10)

saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasi otot, ketamin memberikan

efek analgesik sedangkan xylazin menyebabkan relaksasi otot yang baik (Walter,

1985). Penggunaan xylazin dapat mengurangi sekresi saliva dan peningkatan

tekanan darah yang diakibatkan oleh penggunaan ketamin (Warren, 1983).

Penggunaan kombinasi xylazin-ketamin sebagai anastesi umum juga mempunyai

banyak keuntungan, antara lain: mudah dalam pemberian, ekonomis, induksinya

cepat begitu pula dengan pemulihannya, mempunyai pengaruh relaksasi yang baik

dan jarang menimbulkan komplikasi klinis (Benson et al.,1985).

Dalam pelaksanaan tindakan anastesi harus dilakukan pemantauan terus

menerus tentang keadaan pasien yaitu reaksi terhadap pemberian obat anastesi,

khususnya terhadap fungsi pernafasan dan jantung. Tujuan utama pemantauan

anastesi adalah untuk diagnosa adanya permasalahan, perkiraan kemungkinan

terjadinya kegawatan dan evaluasi hasil suatu tindakan, termasuk efektivitas serta

adanya efek tambahan. Hal-hal yang perlu diamati selama anastesi adalah tingkat

kedalam anastesi, efektivitas kardiovaskuler dan efisiensi perfusi jaringan serta

perubahan respirasi (Badrinath et al., 2000).

Dalam penelitian ini aplikasi anastesi kombinasi xylazin-ketamin bertujuan

untuk melakukan restrain. Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk

membatasi gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien (Kozier, 2004).

Tindakan restrain bertujuan untuk pemeriksaan fisik, pengambilan data fisiologis,

perlakuan kastrasi atau vasektomi untuk pengendalian populasi dan agresifitas

(11)

2.3. Alat Fisiograf

Alat fisiograf adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemantauan

(monitoring) perubahan-perubahan gambaran parameter fisiologis. Seluruh

gambaran parameter fisiologis dapat diukur secara bersamaan. Parameter yang

dapat diukur adalah frekuensi respirasi, tekanan darah, frekuensi denyut jantung

dan temperatur. Sedangkan parameter tambahan yang dapat diukur adalah saturasi

oksigen (SPO2) dan tekanan darah non invasif (NIBP) (Sudisma, 2011). Dalam

penelitian ini, alat fisiograf yang digunakan adalah Sinohero Model S70Vet.

Gambar 1. Alat Fisiograf Sinohero Model S70Vet (kanan); Fukuda Cardiograph Recording Paper (kiri

2.4. Monyet Ekor Panjang

Monyet ekor panjang tergolong monyet kecil yang berwarna coklat dengan

bagian perut berwarna lebih muda dan disertai rambut keputih-putihan yang jelas

pada bagian muka. Dalam perkembangannya, rambut yang tumbuh pada muka

tersebut berbeda-beda antara satu individu dengan individu yang lainnya.

Perbedaan warna ini dapat menjadi indikator yang dapat membantu mengenali

(12)

Gambar 2. Monyet Ekor Panjang (Maccaca fascicularis)

Bayi monyet ekor panjang yang baru lahir memiliki bulu yang berwarna hitam

dengan muka dan telinga berwarna merah muda. Dalam waktu satu minggu,

warna bulu pada kulit muka akan memudar dan berubah menjadi abu-abu

kemerah-merahan. Setelah kira-kira berumur enam minggu, warna bulu yang

hitam pada saat lahir berubah menjadi coklat. Setelah dewasa, bulu kulit berwarna

coklat kekuningan, abu-abu atau coklat hitam, tetapi bagian bawah perut dan kaki

sebelah dalam selalu lebih cerah. Rambut di atas kepalanya tumbuh kejur

(semacam kuncir) ke belakang, kadang-kadang membentuk jambul. Rambut di

pipi menjurai ke muka, di bawah mata selalu terdapat kulit yang tidak berbulu dan

berbentuk segi tiga, kulit pada pantat juga tidak berbulu. Warna rambut yang

menutupi tubuh monyet ekor panjang bervariasi tergantung pada umur, musim

dan lokasi. Monyet ekor panjang yang menghuni kawasan hutan umumnya

berwarna lebih gelap dan lebih mengkilap, sedangkan yang menghuni kawasan

pantai umumnya berwarna lebih terang (Rowe, 1996).

Panjang kepala dan badan berkisar antara 350-455 mm, panjang ekor berkisar

(13)

tengkorak 120 mm, dan telinga berkisar antara 34-38 mm. Bobot badan dewasa

monyet jantan 5,4 – 10,9 kg dan betina antara 4,3 – 10,6 kg (Sajuthi, 1983).

Ekor monyet ekor panjang berbentuk silindris dan muskular, serta ditutupi

oleh rambut-rambut pendek. Umumnya panjang ekor tersebut berkisar antara

80-110% dari panjang kepala dan badan. Rambut pada mahkota kepala tersapu ke

Anastesi yang biasanya digunakan untuk monyet adalah ketamin yang

dikombinasikan dengan xylazin (Wandia et al., 2011). Pemilihan obat anastesi

yang tepat dan cara pemberian yang benar akan meminimalkan efek samping

yang tidak diinginkan terhadap sistem tubuh, khususnya pada sistem

kardiovaskuler, sistem respirasi dan temperatur tubuh. Hal ini disebabkan

hampir semua jenis obat anastesi menimbulkan efek samping terhadap sistem

kardiovaskuler, sistem respirasi dan temperatur tubuh (Hall dan Clarke, 1983).

Salah satu indikator kesehatan fungsi fisiologis tubuh monyet saat teranastesi

dapat dilihat dari hasil fisiograf. Perekaman fisiograf pada monyet yang

teranastesi dilakukan agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan,

(14)

menunjukan status parameter fisiologis yang terjadi pada saat monyet teranastesi.

Alat fisiograf digunakan dalam melakukan pemantauan (monitoring)

perubahan-perubahan gambaran parameter nilai fisiologis seperti heart rate (frekuensi denyut

jantung), respiration rate (frekuensi respirasi), Saturation Peripheral Oxygen

(SPO2/saturasi oksigen) dan Non-Invasive Blood Presure (NIBP/tekanan darah).

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil dari perekaman

parameter-parameter ini adalah jarak tempuh antara tempat monyet dianastesi dan tempat

dilakukannya perekaman fisiograf dan dosis anastesi yang diseragamkan tanpa

pengukuran berat badan monyet ekor panjang terlebih dahulu. Seluruh parameter

fisiologis yang diukur dengan alat fisiograf dapat diukur secara bersama-sama

dalam satu waktu. Dalam penelitian ini, alat fisiograf yang digunakan adalah

(15)

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian Anastesi xylazin-ketamin

Saturasi oksigen

Tekanan darah SSP (otak)

Frekuensi denyut jantung

Frekuensi respirasi

Meningkat atau Menurun?

Perekaman fisiograf

Faktor yang mempengaruhi

Gambar

Gambar 1. Alat Fisiograf Sinohero Model S70Vet (kanan); Fukuda Cardiograph Recording Paper (kiri
Gambar 2. Monyet Ekor Panjang (Maccaca fascicularis)
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Maka dengan itu, pihak Majlis Agama Islam Kedah (MAIK) selaku pemegang amanah bagi tanah wakaf tersebut tidak boleh mempertikaikan soal hal ehwal pengambilan tanah wakaf kerana

Anak Usia Dini adalah anak dimana hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain dengan bermain itulah Anak UsiaDini tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek yang

Pengembangan instrumen bertujuan untuk menyelidiki karakteristik dan kriteria kualitas instrumen tes berupa soal esai berbasis HOTS yang dihasilkan dan digunakan untuk mengukur

Hasil jagung P 27 pada perlakuan pupuk kandang (T1) dan sludge (T2) secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 5) disebabkan karena kandungan

Radioisotop 131 I yang dihasilkan dengan metode pemisahan kolom kromatografi penukar ion dapat menjanjikan untuk diaplikasikan dalam pengobatan atau diagnosis kanker

Terna merupakan ide pusat dalam suatu cerita, atau merupakan pokok pikiran yang utama atau yang terpenting. Pokok pikiran utama dalam naskah Ma'rifatul Bayan ini,

Sebarang perjanjian (sama ada lisan atau bertulis dan sama ada dinyatakan atau dibayangkan) di mana seseorang itu bersetuju untuk mengambil seseorang yang lain bekerja

1) Transfer melalui bank belum masuk atau penyetor belum melakukan konfirmasi kepada pihak koperasi. Jika ini merupakan kesalahan teknis, pihak koperasi masih