• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Antibakteri Berkumur Seduhan Daun Sirih (Piper betle Linn) dan Seduhan Teh Hitam (Camellia sinensis L.Kuntze) Terhadap Jumlah Colony Forming Unit (CFU)/ml Streptococcus mutans Pada Saliva.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efek Antibakteri Berkumur Seduhan Daun Sirih (Piper betle Linn) dan Seduhan Teh Hitam (Camellia sinensis L.Kuntze) Terhadap Jumlah Colony Forming Unit (CFU)/ml Streptococcus mutans Pada Saliva."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

v ABSTRACT

Streptococcus mutans is a cariogenic bacteria dominant in the mouth cavity. This bacteria will be pathogenic if the number increases, because of that growth to be prevented , such as by gargling with betle leaves or black tea . The purpose of this research is to assess the effects of antibacteria after gargling with betle leaves and black tea of the number of CFU/ml Streptococcus mutans in saliva . This research was design true experimental laboratorik against 30 a real subject of research divided into three groups treatment. Data measured amount is CFU/ml Streptococcus mutans after gargling betle leaves, black tea and aquades sterile as a control acess . Analysis of data with ANAVA continued with the tukey HSD , α=0,05 based on the value of p<0,05.

Research result of the number of CFU/ml Streptococcus mutans after gargling betle leave (6,18) and black tea (6,37) the different is very significant compared with aquades sterile (7,94) with p<0,01. Potential antibakteri effect after gargling betle leaves and black tea showed there was no significant difference with p= 0,0134.

The conclusion of this study was gargling with betle leaves dan black tea can reduction amount of CFU/ml Streptococcus mutans in saliva, and the reduction of CFU/ml Streptococcus mutans after gargling with betle leaves balance after gargling with black tea.

(2)

iv ABSTRAK

Streptococcus mutans merupakan bakteri kariogenik yang dominan di rongga mulut. Bakteri ini akan menjadi patogen bila jumlahnya meningkat, oleh karena itu pertumbuhannya harus dicegah, antara lain dengan berkumur seduhan daun sirih atau seduhan teh hitam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek antibakteri setelah berkumur dengan seduhan daun sirih dan teh hitam terhadap jumlah CFU/ml Streptococcus mutans pada saliva.

Desain penelitian eksperimental laboratorik sungguhan terhadap 30 subjek penelitian yang dibagi ke dalam tiga kelompok perlakuan. Data yang diukur adalah jumlah CFU/ml Streptococcus mutans setelah berkumur seduhan daun sirih, teh hitam, dan akuades steril sebagai kontrol. Analisis data dengan ANAVA dilanjutkan dengan uji Tukey HSD, α=0,05. Kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05. Hasil penelitian jumlah CFU/ml Streptococcus mutans setelah berkumur seduhan daun sirih (6,18) dan teh hitam(6,37) berbeda sangat signifikan dibandingkan dengan berkumur akuades steril (7,94) dengan p<0,01. Potensi efek antibakteri setelah berkumur seduhan daun sirih dan berkumur teh hitam menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan p= 0,0134.

Simpulan penelitian ini adalah berkumur dengan seduhan daun sirih dan seduhan teh hitam menurunkan jumlah CFU/ml Streptococcus mutans pada saliva, dan penurunan CFU/ml Streptococcus mutans setelah berkumur seduhan daun sirih setara dengan setelah berkumur seduhan teh hitam.

(3)

! "#

$ # # # %

% # & '

## (# )

(4)

*" , - " (#

"

./ %

0 1 )

0 1 +

0 1 "

0 %

! "

1 /

2

1 / $

# $

0 $

3 / %

0 # " # %

0 ." # %

1 " '

# )

" )

" * )

(5)

# +

4

# 2

! "# 1

*

$ 2 " 5

! $

/

! "# $

1 " )

(6)

! " #

! $ %$ !&

! %$ ' !(

! ) *

+ , %$

- !(

! ! %$ ' *

. ,/ + % !

! 0 1 1'1 0,

! & %$ 0,

! ( - -

-0

(7)

!

" # $ % & $

' (

) *

( + # ,

* !

, -. "/

" ""

" 0 1 "'

" " 1 & 2 # 3 &

'

" ' 1 & 2 # 3 &

0 '

' 1

',

' 1

',

' " 1 0

(8)

! " #

$ ! % &

$ ! "

# '

& ( ) *% +

,

-' "."/" ! ( 0 1,2

'3

+ 2 ! 4 %

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

'

73 73 '

-% & '

% & '&((

% )*')

'* %%%

? @

,

,

-,

!/

+

4 A /%(

. 4 ! ! /

$ 5 . B A % %%%/

(19)
(20)

! ! "

"

" #$

% & ' ( ) ! ' * ! &

+ +

,

'

) - . $!

*/ 0 !$ 1 #

$

' 2 + 3

& ( $$ #

' * ! ( $$ #

!4

5 " 6! $ # 7 )

!$ ( $$ #

+ $! */ 0 !$

&

*/ ) # */ ) #

!

(21)
(22)

! ! " # $% &&

! # $ " '( )

* +

&&,( && -

-&& ( ./ -

-( . )

(23)

-1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.1 Menurut RISKESDAS tahun 2007 prevalensi penduduk Jawa Barat

yang memiliki karies dalam 12 bulan terakhir adalah 23,4% dan 1,6% penduduk telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Survei lebih lanjut menunjukkan, 25,3%

penduduk mengalami karies dan 33% penduduk telah memiliki restorasi, pada kelompok umur 12 tahun didapatkan 29,8% memiliki karies aktif, kelompok umur 15 tahun didapatkan 36,1% memiliki karies aktif, dan kelompok umur 18

tahun didapatkan 41,2% memiliki karies aktif. 2

Karies gigi didefinisikan sebagai kerusakan lokal pada jaringan keras gigi

akibat produk asam bakteri dari hasil fermentasi karbohidrat. Kondisi ini terbentuk melalui interaksi yang kompleks antara host, mikroorganisme, waktu, dan substrat. Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya karies gigi adalah faktor

fisik, biologik, lingkungan, perilaku, asupan karbohidrat, tingginya jumlah bakteri kariogenik, berkurangnya aliran saliva, dan kesehatan mulut yang buruk. Upaya

pencegahan karies gigi didasarkan pada faktor-faktor risiko tersebut, salah satunya adalah dengan mengurangi jumlah bakteri kariogenik. 3

(24)

2

jumlah plak gigi, sehingga jumlah Streptococcus mutans pada saliva dapat dipergunakan sebagai indikator terhadap terjadinya karies gigi. Karies diawali

dengan terbentuknya pelikel yang merupakan lapisan glikoprotein dari saliva yang menempel pada gigi.3,4

Saliva yang disekresikan setiap harinya ± 1 liter, terdiri dari air, substansi organik, dan substansi inorganik. Saliva berfungsi untuk mencerna karbohidrat, menjaga gigi dari kerusakan dengan cara membersihkan substrat karbohidrat pada

permukaan gigi, menetralkan keasaman plak, mempengaruhi komposisi plak, dan memiliki sifat antimikroba yang dapat membunuh bakteri.5

Plak merupakan deposit lunak yang dibentuk oleh biofilm pada permukaan gigi dan jaringan keras lain pada rongga mulut, termasuk pada protesa cekat maupun lepasan. Plak banyak mengandung bakteri yang berkoloni, misalnya

Streptococcus mutans yang mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan karies gigi.6

Plak dapat dikontrol dengan cara menghilangkan akumulasi plak secara mekanik (menggunakan sikat gigi) dan kimiawi (menggunakan obat kumur) atau kombinasi keduanya. Obat kumur merupakan larutan yang mengandung zat

berkhasiat antibakteri untuk mengurangi jumlah mikroorganisme dalam mulut, digunakan sebagai pembilas rongga mulut, mudah digunakan, dan dapat mencapai

area permukaan di dalam rongga mulut yang sulit dicapai oleh sikat gigi. Obat kumur dapat mengandung zat berkhasiat sintetis atau yang berasal dari bahan

(25)

3

Bahan alam yang secara empirik digunakan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut, antara lain daun sirih, daun dan bunga cengkeh, daun teh, dan lain-lain.

Masyarakat Indonesia telah menggunakan daun sirih (Piper betle Linn) dan daun teh hitam (Camellia sinensis L.Kuntze) sebagai obat kumur untuk membantu

menjaga kesehatan rongga mulut. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang mempunyai daya antibakteri karena adanya kandungan fenol dan turunannya yang dapat mengubah sifat protein sel bakteri. Adanya fenol yang merupakan senyawa

toksik mengakibatkan struktur dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen, sehingga

mengakibatkan protein berubah sifat.8,9

Aktifitas antimikroba ditunjukkan dengan adanya penurunan pertumbuhan koloni bakteri, berkurangnya kemampuan adhesi bakteri baru, dan penurunan

aktivitas enzim glucosyl transferase (GTF) yang dihasilkan oleh bakteri.

Daun teh hitam mengandung polyfenol yang dapat menghambat aktivitas

enzim GTF yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans. Enzim ini berperan dalam mengubah sukrosa menjadi glukan sehingga tidak terjadi perlekatan bakteri baru.9,10

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui perbedaan antara jumlah koloni bakteri

Streptococcus mutans pada saliva yang berkumur dengan seduhan daun sirih (Piper betle Linn) dan seduhan teh hitam (Camellia sinensis L.Kuntze).

(26)

4

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah berkumur dengan seduhan daun sirih dapat menurunkan CFU/ml

Streptococcus mutans pada saliva.

2. Apakah berkumur dengan seduhan teh hitam dapat menurunkan CFU/ml Streptococcus mutans pada saliva.

3. Apakah penurunan CFU/ml Streptococcus mutans setelah berkumur seduhan daun sirih setara dengan setelah berkumur seduhan teh hitam

1.3Tujuan Penelitian

Menilai efek antibakteri setelah berkumur dengan seduhan daun sirih dan

seduhan teh hitam terhadap jumlah CFU/ml Streptococcus mutans pada saliva.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai : 1. Manfaat akademis :

Memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai daun sirih dan teh hitam terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans pada saliva.

2. Manfaat praktis :

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat daun sirih dan

(27)

5

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Karies merupakan penyakit multifaktorial, dimulai dengan adanya perubahan

mikrobiologi dalam biofilm yang dipengaruhi oleh komposisi dan aliran saliva. Karies terbentuk melalui interaksi yang kompleks antara bakteri penghasil asam

dengan hasil fermentasi karbohidrat. Pencegahan terhadap karies harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab utama yaitu host, lingkungan rongga mulut, waktu, substrat, dan mikroorganisme salah satunya adalah bakteri kariogenik.1

Bakteri memiliki peranan penting pada pembentukan dan progresivitas karies, sehingga resiko peningkatan karies terjadi jika jumlah bakteri Streptococcus

mutans, Lactobacillus, S. sobrinus meningkat. Dari ketiga bakteri tersebut, Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling kariogenik dan merupakan salah satu bakteri yang terdapat di dalam saliva. Jumlah koloni Streptococcus

mutans pada saliva lebih mewakili jumlah Streptococcus mutans dalam rongga mulut di banding plak, karena sifat saliva yang flowable dan dapat membilas

seluruh rongga mulut termasuk membilas plak pada gigi.4,14

Saliva merupakan cairan yang disekresikan oleh kelenjar saliva pada rongga mulut yang kaya akan kalsium, fosfat, dan acid-buffering agent. Saliva berfungsi

untuk melubrikasi jaringan mulut, mencegah abrasi jaringan lunak akibat mekanis dari pengunyahan, membilas rongga mulut dengan membersihkan dan

menghilangkan sisa-sisa makanan dan debris pada jaringan, dan proteksi terhadap jaringan oral melalui berbagai mekanisme seperti mencegah adhesi bakteri dan

(28)

6

Plak merupakan deposit lunak yang terbentuk pada permukaan gigi atau jaringan keras lain pada rongga mulut. Salah satu bakteri yang bereperan dalam

pembentukan plak adalah Streptococcus mutans yang menghasilkan dua macam enzim, yaitu enzim glucosyltransferase (GTF) dan fructosyltransferase (FTF).

Enzim ini dapat mengubah sukrosa menjadi polisakarida ekstraseluler yaitu glukan dan fruktan yang berperan sebagai tempat melekatnya bakteri. Selanjutnya, koloni bakteri yang terbentuk dan produk metabolismenya menjadi semakin

kompleks sehingga membentuk plak gigi. Di dalam plak gigi Streptococcus mutans memetabolisme karbohidrat dan menghasilkan asam sebagai produk metabolismenya, sehingga pH plak turun dan terjadi demineralisasi email. Demineralisasi email yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan karies. Berbagai cara dilakukan untuk mencegah karies gigi, antara lain dengan

mengurangi konsumsi diet kariogen, meningkatkan kebersihan mulut, dan berkumur. Penggunaan obat kumur dalam kontrol plak sehari-hari ditujukan

sebagai tambahan dalam menghilangkan plak secara mekanis. Obat kumur yang digunakan dapat mengandung zat berkhasiat sintetis atau yang berasal dari bahan alam. Bahan alam yang secara empirik digunakan untuk memelihara kesehatan

gigi dan mulut, antara lain daun sirih dan teh hitam yang mudah didapatkan dan di jangkau dari segi harga oleh setiap lapisan masyarakat.6,7

Daun sirih (Piper betle) mengandung 0,8-1,8 % minyak atsiri, antara lain yang berefek terhadap kesehatan gigi dan mulut adalah kavikol dan eugenol. Kavikol

(29)

7

efek antibakteri kavikol lima kali lebih kuat dari pada fenol biasa. Eugenol dapat mendenaturasi bakteri sehingga membran sel rusak dan bakteri mati, termasuk

Streptococcus mutans.8,9

Teh hitam (Camellia sinensis L.Kuntze) memiliki kandungan senyawa aktif

yang memiliki efek pada kesehatan gigi dan mulut antara lain katekin dan fluor. Katekin dapat menghambat aktifitas enzim GTF yang dihasilkan Streptococcus mutans sehingga dapat menghambat pembentukan glukan dan fluor dapat menghambat terjadinya translokasi glukosa dalam sel bakteri.10

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Terjadi penurunan CFU/ml Streptococcus mutans setelah berkumur dengan seduhan daun sirih.

2. Terjadi penurunan CFU/ml Streptococcus mutans setelah berkumur dengan

seduhan teh hitam.

3. Penurunan CFU/ml Streptococcus mutans setelah berkumur seduhan daun

sirih setara dengan setelah berkumur seduhan teh hitam.

1.6Metode Penelitian

Desain penelitian prospektif eksperimental laboratorik sungguhan. Sampel saliva didapatkan dari 30 orang. Data yang diukur yaitu jumlah CFU/ml

Streptococcus mutans pada saliva setelah subjek berkumur dengan seduhan daun sirih, seduhan teh hitam, dan akuades steril sebagai kontrol. Analisis data

(30)

8

p<0,05, yang dilanjutkan dengan uji Tukey HSD, menggunakan perangkat lunak computer.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

(31)

59 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berkumur seduhan daun sirih dan seduhan teh hitam dapat menurunkan jumlah Colony Forming Unit (CFU) Streptococcus mutans dan keduanya memiliki efek antibakteri yang setara dalam menurunkan jumlah Colony Forming Unit

(CFU)/ml Streptococcus mutans.

5.2Saran

1. Berkumur seduhan daun sirih atau seduhan teh hitam dapat menjadi pilihan

untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut karena memiliki potensi yang sama dalam menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans.

2. Berkumur seduhan daun sirih dan seduhan teh hitam dapat menjadi healthy lifestyle untuk mencegah karies.

Penelitian perbandingan efek antibakteri seduhan daun sirih dan teh hitam

terhadap CFU Streptococcus mutans perlu dilanjutkan dengan :

3. Menggunakan seduhan daun sirih dengan konsentrasi yang bervariasi untuk

mengetahui daya hambat terhadap Streptococcus mutans.

4. Menggunakan seduhan teh hitam dengan konsentrasi yang bervariasi untuk mengetahui daya hambat terhadap Streptococcus mutans.

(32)
(33)

58 Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember; 2008.

3. Vagstrand, K. E ,Dowen Birkhed. Cariogenic Bacteria as Biomarkers for Sugar Intake. Proquest.[serial online] 2007 [3 Oktober 2011]. Vol. 65(3): 111. Available from: URL:

Dental Plaque and Saliva After Restaurative Treatment. JADA; 2000: 131:

1-3.

5. Kardos, T . Jules Kieser . Clinical Oral Biology (Third Edition). Peter Scott Marketing & Communications and Judy Robinson Consultancy Ltd; 2006: 70-84.

6. Carranza JR. and, F.A.Glickman. Clinical Periodontology. Seventh Edition. W.B. SoundersCompany Philadelphia.Toronto., London; 2006. 136-149, 740-744.

7. Kustcher, A., M. R. Goldberg, G A. Hyman, Clark B., Requa. Pharmacology for dental Hygienist. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febiger; 1982. 98.

(34)

http://www.krepublishers.com/02-Journals/JHE/JHE-19-0-000-61

000-2006-Web/JHE-19-2-000-000-2006-Abstract-PDF/JHE-19-2-087-093-2006-1405-Guha-P/JHE-19-2-087-093-2006-1405-Guha-P-Text.pdf

9. Nalina.T & Rahim. Z.H.A. The Crude Aqueous Extract of Piper betle L. And its Antibacterial Effect Towards Streptococcus mutans. American Journal of Biotechnology and Biochemistry. [serial online] 2007 [cited 21 Juni 2011]; Singapore : Prentice-Hall International Inc; 1991: 319,347 pp.

12. Samaranayake, L. P. Essential Microbiology for Dentistry 2nd ed. Edinburgh : Churchill Livingstone; 2002: Pp 217-223.

13. Lamont, R.J. ; Burne; M.S. Lantz; and D.J. LeBlanc. Oral Microbiology and Immunology. Washington DC: ASM Press; 2006: Pp 223-250.

14. Loesche, W. J. Role of streptococcus mutans in human decay. American Society for Microbiology; 1986: 50: 233-250.

15. Colby, S. M. and R.R.B. Russel. Sugar metabolism by mutans streptococci. J Appl Microbiol; 1997: 83 : 80-88.

16. Balakrishnan, M.; R.S. Simmonds; and J.R Tagg. Dental Caries is a Preventable Infectious Disease. Aust Dent J; 2000 : 45: 235-245

17. Soesilo. D; R.E. Santoso; dan I. Diyatri. Peranan Sorbitol Dalam Mempertahankan Kestabilan pH Saliva pada Proses Pencegahan Karies. Majalah Kedokteran Gigi FKG Unair; 2005: 38: 25-28.

18. Roth, I. G and R. Calmes. Oral Biology. St. Louis: CV Mosby; 1981: Pp 196-236.

19. Wan , A.K.; W.K. Seow; L.J. Walsh; and P.S. Bird. Comparison of five selective media for the growth and enumeration of Streptococcus mutans. Aust Dent J ; 2002: 47: 21-26.

(35)

62

21. Sudibjo. M. Pemakaian Sirih dalam Ramuan Obat Tradisional. Jakarta: Warta Tumbuhan Obat Indonesia; 1991: 12

22. Prahasanti. C. Pengaruh Pastagigi yang Mengandung Ekstrak Daun Sirih terhadap Pertumbuhan Plak Gigi. Majalah Kedokteran Gigi Dent.J FKG UNAIR; 2005: 33:127-176.

23. Sastroamidjojo. S. Obat Asli Indonesia. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 1997: 238-241.

24. Pratiwi. R. Perbedaan daya hambat terhadap Streptococcus mutans dari beberapa pasta gigi yang mengandung herbal. Journal UNAIR. 64-67.

25. Fulder, S. Khasiat Teh Hijau. Alih Bahasa Trisno RW. Jakarta: Prestasi Pustaka; 2004: 1.

26. Cappucino, J.G. dan Sherman. Microbiology a Laboratory Manual 6th. Person Education, Inc., Publishing as Benjamin Commings. San Francisco; 2002.78.

27. Sagurin, E. S.D. Gershon. Cosmetic, Science, and Technology, 2nd Edition, Volume 1. John Wiley and Sons, Inc. New York; 1992.87.

28. Lehner, T. Imunologi Pada Penyakit Mulut. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995.26.

29. Triana N. Usir Bakteri Nakal dengan Obat Kumur. Jurnal Nasional [serial online] 2011 [cited 8 February 12]. Available from: URL: http://www.jurnalnasional.com/

30. Oewen RR. Pemanfaatan Teh Hijau Indonesia untuk Mencegah Karies Gigi. Disampaikan pada Pertemuan Teknis teh Nasional Indonesia; 1999; Nov 8-9 : Bandung.

31. Dhika TS. Perbandingan Efek Antibakteri Berbagai Konsentrasi Daun Sirih (Piper betle Linn) terhadap Streptococcus mutans. Artikel Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas diponegoro. Semarang; 2007.

(36)

63

33. Andi Nur AS. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. Depok: AgroMedia Pustaka; 2006: 1-2, 25-26.

34. Kemas Ali Hanafiah. Rancangan Percobaan Aplikatif. Aplikasi Kondisional Bidang Pertanaan, Peternakan, Perikanan, Industry Hayati. Jakarta: PT. Raja Grafindo; 2005: 10-12.

35. Daniel, Malamud. Saliva as a Diagnostic Fluid. Annals of the New York academy of Science; 1993: 69: 73.

36. Harmita, Maksum R. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006: 8-9.

Referensi

Dokumen terkait

Destilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan

Judul : Perancangan Sistem Perpipaan Penyalur Bahan Bakar. Pertamax dari Balongan

JUDUL : JUMLAH PERAWAT BELUM MEMADAI. MEDIA :

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division dalam pembelajaran TIK terhadap aktivitas belajar

a) Teknik penjualan secara langsung yang penjualan langsung kepada konsumen terakhir tanpa ada perantara ( Personal Selling ).. b) Teknik penjualan tidak langsung yang penjualan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dinamika Sosial Rencana Pemekaran Wilayah Tanah Duri Di Kabupaten Enrekang dan untuk mengetahui penyebab munculnya wacana

Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan yaitu : (1) Rencana tindakan pada siklus pertama ini mengacu pada penerapan metode demonstrasi, penyajian materi dibuat lebih

Oleh karena itu, PT MPP telah membalik rugi penurunan nilai sebesar Rp67.210 dan Rp56.672 masing-masing untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan