• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN MANGUPURA WOMAN SERVICES DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN MANGUPURA WOMAN SERVICES DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN MANGUPURA

WOMAN SERVICES DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

A.A. ISTRI RATNA MAADNYANI DEWI

1220025029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN MANGUPURA

WOMAN SERVICES DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

A.A. ISTRI RATNA MAADNYANI DEWI

NIM. 1220025029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

iii

UNIVERSITAS UDAYANA

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN MANGUPURA

WOMAN SERVICES DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

A.A. ISTRI RATNA MAADNYANI DEWI

NIM. 1220025029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat Kepuasan Pengguna Layanan Mangupura Woman Services di Kabupaten Badung tahun 2016 ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini kepada :

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Ph.D, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FK Unud

2. Putu Ayu Indrayathi, S.E, MPH, selaku Kepala Bagian Perminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan izin kepada penulis dalam dalam menyusun skripsi serta turut memberikan masukan terhadap penyusunan skripsi ini.

3. dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH, selaku pembimbing yang berkenan meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan secara teknis dalam penyelesaian skripsi ini dengan tepat waktu.

4. Ketua Bagian Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, I Gusti Agung Alit Naya, yang telah memberi izin penelitian dan izin dalam keikutsertaan pelayanan MAWAS ke desa-desa di Kabupaten Badung.

(7)

vii

6. Kakak dan adik-adik tercinta A.A. Istri Prima Perdana Putri, A.A Istri Sarasmitha Dewi, A.A Gede Pradnyana Putra yang selalu memberi semangat dan menghibur di sela-sela peyusunan skripsi ini.

7. Keluarga besar terkasih Paman, bibi sepupu, yang selalu mengingatkan dan memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.

8. Para petugas kesehatan Program yang sudah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan serta teman-teman IKM Angkatan 2012 yang telah memberi bantuan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan Dewi Cetar, Mbok Intan, Sharryl, Gung Diah, Ratih, dan terutamanya Dewi Amri yang selalu memberi semangat dan menjadi pengawal penulisan skripsi ini serta selalu membantu demi kelancaran penulisan ini.

11.Semua pihak yang telah memberi semnagat dan membantu kelancaran skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mohon krtitik dan saran yang membangun agar hasil yang disampaikan dalam penelitian ini dapt bermanfaat dengan baik.

Denpasar, Juni 2016

(8)

viii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA Skripsi, Juni 2016

A.A. Istri Ratna Maadnyani Dewi

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN MANGUPURA WOMAN SERVICES DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

ABSTRAK

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung melaksanakan upaya pencegahan kanker payudara sebagai upaya deteksi dini secara mobile melalui program Mangupura Woman Services (MAWAS). Survei kepuasan layanan belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat pengguna layanan MAWAS yang dilihat dari dimensi pelayanan yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Sampel berjumlah 90 orang wanita usia subur yang pernah mengakses layanan MAWAS. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Data diperoleh dengan cara survei kuesioner. Data dianalisis menggunakan teknik Importance Performance Analysis dan diagram kartesius.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi tangible dan reliability dinilai belum memuaskan pengguna layanan sedangkan dimensi responsiveness, assurance dan empathy sudah memuaskan pengguna layanan. Skor tingkat kepentingan tertinggi adalah dimensi assurance (333,67) dan skor terendah adalah dimensi responsiveness (323). Skor tingkat kinerja tertinggi adalah dimensi empathy (310,25) dan skor terendah adalah dimensi reliability (293,6). Penilaian tingkat kesesuaian/kepuasan tertinggi adalah dimensi empathy (94,66%) dan terendah dimensi reliability (87,90%). Item-item yang menjadi prioritas utama pengembangan pelayanan adalah kenyamanan ruang pelayanan, keterampilan dan kemampuan petugas, pemberian informasi tentang prosedur pelayanan dan hasil pemeriksaan.

Pihak pengelola program sebaiknya melakukan evaluasi, pelatihan bagi para petugas kesehatan dan monitoring program terkait kenyamanan ruang pelayanan, keterampilan dan kemampuan petugas, pemberian informasi tentang prosedur pelayanan dan hasil pemeriksaan demi meningkatnya kualitas pelayanan program MAWAS.

(9)

ix

SCHOOL OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY

HEALTH ADMINISTRATION AND POLICY MAJOR Thesis, June 2016

A.A Istri Ratna Maadnyani Dewi

THE LEVEL SATISFACTION ON USERS OF MANGUPURA WOMAN SERVICES IN KABUPATEN BADUNG 2016

ABSTRACK

Badung District Health Departement implement cancer preventions as the early detection efforts on breast cancer through the mobile screening program which is called Mangupura Woman Services (MAWAS). A service satisfaction survey has not been done. This research is aimed to determine the level of patient satisfaction on MAWAS program seen from the dimension of services which are tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy.

This reasearch was a cross sectional study used descriptive quantitative approach. The number of sample was 90 who have experienced on MAWAS heatlh services. The samples collected by a purposive sampling used questionnaire. Data were analyzed by Importance Performance Analysis and cartesius diagram.

The result showed that users are users are unsatisfied on tangible and reliability dimension while users are satisfied on responsiveness, assurance and empathy dimension. The highest score of the importance level is assurance dimension (333,67) while the lowest is responsiveness dimensions (323). The hightest socre of the performance level is empathy dimension (310,25) while the lowest is reliability dimension (293,6). The highest concordance level/satisfaction level in empathy (94,66%) and the lowest is reliability (87,90%). Attributes which were in the main priority services are the comfort of the room, skills and abilities of the health staff, informations about the screening procedures and the infoemation of the result on breast cancer screening.

The health provider should do an evaluation, training and program monitoring regarding the comfort of the room, skills and abilities of the health staff, informations about the screening procedures and the infoemation of the result on breast cancer screening for the incresing of the program quality.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN JUDUL DE=[NGAN SPESIFIKASI ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH DAN LAMBANG ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II ... 8

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep Dasar Kepuasan Pelanggan ... 8

2.1.1 Definisi Kepuasan ... 8

2.1.2 Kepuasan Pelanggan ... 8

2.1.3 Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan ... 9

2.1.4 Manfaat Pengukuran Kepuasan Pelanggan ... 12

2.2 Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan ... 13

2.2.1 Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan ... 13

(11)

xi

2.3 Skrining ... 17

2.3.1 Skrining atau Deteksi Dini ... 17

2.3.2 Prinsip Skrining pada Kanker ... 20

2.3.3 Mobile Screening... 21

2.4 Mangupura Woman Services (MAWAS)... 21

2.4.1 Gambaran Umum ... 21

2.4.2 Tujuan... 22

2.4.3 Sasaran ... 23

2.4.4 Pelaksanaan dan Penerapan ... 23

2.5 Penelitian Terdahulu ... 26

BAB III ... 29

KERANGKA KONSEP ... 29

3.1 Kerangka Konsep ... 29

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

BAB IV ... 36

METODE PENELITIAN ... 36

4.1 Desain Penelitian ... 36

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

4.3 Populasi dan Sampel ... 36

4.3.1 Populasi ... 36

4.3.2 Sampel ... 36

4.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 39

4.5 Teknik Analisis Data ... 40

4.6 Pengolahan Data ... 44

BAB V ... 46

HASIL PENELITIAN ... 46

5.1 Riwayat Penelitian ... 46

5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 47

5.2.1 Karakteristik Sosiodemografis ... 47

5.2.2 Kependudukan ... 49

5.2.3 Kesehatan ... 49

5.3 Karakteristik Responden... 50

(12)

xii

5.5 Gambaran Deskripsi Penilaian Tingkat Kinerja Layanan MAWAS ... 56

5.6 Gambaran Analisis Tingkat Kesesuaian/Kepuasan Pelaksanaan Layanan MAWAS. ... 60

5.7 Hasil Analisis Diagram Kartesius ... 68

BAB VI ... 72

PEMBAHASAN ... 72

6.1 Gambaran Karakteristik Responden ... 72

6.2 Gambaran Kepuasaan Masyarakat Pengguna Layanan MAWAS ... 74

6.2.1 Gambaran Kepuasan Masyarakat Pengguna Layanan MAWAS Dilihat dari Dimensi Tangible ... 74

6.2.2 Gambaran Kepuasan Masyarakat Pengguna Layanan MAWAS Dilihat dari Dimensi Reliability ... 75

6.2.3 Gambaran Kepuasan Masyarakat Pengguna Layanan MAWAS Dilihat dari Dimensi Responsiveness ... 78

6.2.4 Gambaran Kepuasan Masyarakat Pengguna Layanan MAWAS Dilihat dari Dimensi Assurance ... 79

6.2.5 Gambaran Kepuasan Masyarakat Pengguna Layanan MAWAS Dilihat dari Dimensi Empathy ... 81

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tingkatan Prevensi Penyakit ... 19

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 29

Gambar 4.1 Diagram Kartesius ... 43

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kabupaten Badung ... 47

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 32

Tabel 5.1 Jumlah Kunjungan Pasien ke Layanan MAWAS Tahun 2015 ... 49

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Melalui Survei Kuesioner ... 50

Tabel 5.3 Penilaian Tingkat Kepentingan Layanan MAWAS ... 51

Tabel 5.4 Penilaian Tingkat Kinerja Layanan MAWAS ... 55

Tabel 5.5 Analisis Tingkat Kesesuaian/Kepuasan Pelaksanaan Layanan MAWAS ... 60

Tabel 5.6 Penilaian Kepuasan Setiap Item Layanan Berdasarkan Tingkat Kesesuaian ... 63

Tabel 5.7 Penilaian Kepuasan Setiap Dimensi Layanan Berdasarkan Tingkat Kesesuaian ... 64

(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN, ISITILAH DAN LAMBANG

Daftar Singkatan

ABVS : Automated Breast Volume Scanner

BIRADS : Breast Imaging Reporting and Data System HHUS : Hand-Held Ultrasound

IARC : International Agency for Reserach on Cancer IBI : Ikatan Bidan Indonesia

IDI : Ikatan Dokter Indonesia MAWAS : Mangupura Woman Services

POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi USG : Ultrasonografi

YKI : Yayasan Kanker Indonesia WUS : Wanita Usia Subur

Daftar Istilah

ServQual : Service Quality

Daftar Lambang

f : Frekuensi

% : Persen

Zα : Derajat kemaknaan

P : Proposal

d : Derajat penyimpangan/presisi

N : Besar populasi

n : Besar sampel

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Informed Consent Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampian 4 Dokumentasi

Lampiran 5 Hasil Analisis Statistik

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi dasar manusia yang merupakan investasi jangka panjang sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan, ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang tercantum dalam UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU no 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009). Perkembangan pelayanan kesehatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan insan diseluruh dunia. Perkembangan pelayanan kesehatan telah berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata.

(18)

2

payudara. Masalah penyakit kanker payudara menjadi lebih besar karena lebih dari 50% penderita datang ke pelayanan kesehatan pada stadium lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2011 menyatakan bahwa persentase penderita kanker payudara dengan diagnosis awal stadium lanjut mencapai 75% dan stadium awal 25% (Madiasta, 2011). Tingginya kejadian kanker payudara dan keterlambatan diagnosis penderita kanker payudara merupakan salah satu gambaran bahwa masih tingginya angka kejadian kanker yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker payudara.

(19)

3

karena semua operasional pembiayaannya ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Badung.

Berdasarkan data hasil kunjungan pasien ke layanan MAWAS pada tahun 2015 terdapat sebanyak 1200 wanita usia subur (WUS) yang mendapatkan pelayanan deteksi dini kanker payudara. Hasil pemeriksaan USG payudara menunjukkan bahwa sebanyak 248 pasien (0,2%) yang berkunjung menunjukkan adanya kelainan pada payudara (Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, 2015). Kelainan ini berdasarkan hasil yang terlihat dari alat skrining Automated Breast Volume Scanner (ABVS) yang mampu mendeteksi adanya kelainan/lesi pada payudara. Menurut National Care Institute (NCI) dari Amerika skrining payudara dilakukan satu kali pada wanita berusia 35-39 tahun, pada wanita berusia 40-49 tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 1-2 tahun sekali, sedangkan wanita berusia 50 tahun keatas pemeriksaan dilakukan setahun sekali walau tidak ada keluhan. Pemerikasaan rutin ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan data awal jaringan payudara pada wanita bila terdapat perubahan.

(20)

4

Badung untuk melakukan pemeriksaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh petugas. Namun, pada kenyataannya tidak semua pasien yang tercatat untuk melakukan pemeriksaan di Dinas Kesehatan Kabupaten Badung datang untuk melakukan pemeriksaan. Hal ini yang menyebabkan masih tidak meratanya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pengunjung.

Hasil wawancara juga menyatakan bahwa terdapat indikasi ketidakpuasan masyarakat pengguna layanan MAWAS yaitu berupa ketidakpercayaan masyarakat terhadap hasil pemeriksaan terutama bagi pasien dengan hasil USG yang menunjukkan hasil BIRADS 3 keatas yang melakukan skrining payudara kembali di layanan kesehatan lain yang tersedia. Breast Imaging Reporting and Data System (BIRADS) adalah suatu hasil pemeriksaan mamografi yang menunjukkan tingkat keganasan suatu jaringan/lesi dalam organ tubuh.

Ketidakpuasan terhadap suatu layanan akan berdampak terhadap pemeriksaan ulang/skrining pasien yang seharusnya dilakukan secara berkala. Selain itu juga ketidakpuasan layanan yang diterima dapat berdampak pada berkurangnya jumlah kunjungan ulang ataupun kunjungan baru bagi masyarakat yang akan menggunakan layanan MAWAS akibatnya akan berpengaruh terhadap pemanfaatan ulang layanan program MAWAS. Apabila layanan/produk yang diberikan dapat memberi kepuasan maka pengguna jasa/pelanggan juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya bila layanan yang diberikan tidak dapat memberi kepuasan pengguna maka secara otomatis pengguna layanan juga akan menurun (Trisno Musanto, 2004).

(21)

5

yang didapat oleh pihak penyelenggara program. Umpan balik mengenai keberhasilan program ditentukan dari penilaian kepuasan penerima layanan.

Berpijak dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan pengukuran tingkat kepuasan pengguna layanan MAWAS yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. Belum pernah diadakannya penelitian terkait tingkat kepuasan pengguna layanan MAWAS. Sehingga melalui pengukuran, dapat diketahui sejauh mana dimensi-dimensi mutu pelayanan kesehatan yang telah diselenggarakan dapat memenuhi harapan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang ganas sehingga perlu adanya upaya pencegahan. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten Badung melakukan upaya pencegahana dini melalui program MAWAS. Program ini merupakan terobosan baru sebagai upaya deteksi dini kanker payudara belum adanya umpan balik yang didapat oleh pemegang program. Selain itu adanya indikasi ketidakpuasan pasien terhadap program MAW AS dan belum pernah dilakukannya evaluasi yang komprehensif terhadap tingkat kepuasan pengguna layanan. Maka dari itu perlu dilaksanakan tingkat kepuasan pengguna layanan MAWAS sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimanakah tingkat kepuasan masyarakat pengguna

(22)

6

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat pengguna layanan MAWAS di Kabupaten Badung.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kepentingan masyarakat pengguna layanan yang dilihat dari lima aspek dimensi mutu mencakup tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy dari program MAWAS di Kabupaten Badung.

2. Untuk mengetahui tingkat kinerja petugas pemberi layanan yang dilihat dari lima aspek dimensi mutu mencakup tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy dari program MAWAS di

Kabupaten Badung.

3. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja yang dilihat dari lima aspek dimensi mutu mencakup tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy dari program MAWAS di Kabupaten Badung.

(23)

7

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai dasar studi penelitian yang lebih mendalam dan lebih luas terkait pelaksanaan Program MAWAS di Kabupaten Badung.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dalam pelaksanaan program MAWAS.

2. Bagi Pengelola Program

Sebagai bahan evaluasi untuk menilai pelakasanaan program serta dapat menjadi masukan dalam pelaksanaan program sesuai dengan kebutuhan lokal masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan untuk meningkatkan keterlibatan dan dukungan masyarakat dalam pelaksanaan Program MAWAS.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kepuasan Pelanggan 2.1.1 Definisi Kepuasan

Kepuasan menurut pakar pemasaran, Kotler (2009) dalam Sutrisni (2006) didefinisikan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kinerja (hasil) yang ia rasakan dengan harapan-harapannya. Menurut Bitner (2003) bahwa kepuasan adalah evaluasi konsumen terhadap produk atau jasa dimana produk atau jasa tersebut telah memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah hasil dari perbedaan antara tingkat kinerja dan harapan.

2.1.2 Kepuasan Pelanggan

(25)

9

kepuasan konsumen yaitu kepuasan fungsional dan kepuasan psikologikal. Kepuasan fungsional adalah kepuasan yang diperoleh dari pemakaian suatu produk. Kepuasan psikologikal merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang sifatnya tidak berwujud, salah satunya adalah jasa pelayanan kesehatan. Pelanggan yang telah menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh penyedia jasa atau produk akan merasakan manfaat yang didapatnya yang memberi berpengaruh terhadap perilaku pelanggan dalam keberlangsungan penggunaan jasa atau produk, yang dibagi atas tiga kategori yaitu :

1. Diskonfirmasi positif

Dimana kinerja melebihi harapan yang menghasilkan respon kepuasan yang tinggi dan akan kembali untuk membeli lagi.

2. Diskonfirmasi sederhana

Dimana kinerja sesuai dengan harapan yang menyiratkan suatu respon netral dan mempengaruhi kenginan untuk membeli lagi.

3. Diskonfirmasi negatif

Dimana kinerja lebih rendah dari harapan sehingga tidak ada keinginan untuk membeli lagi.

Harapan pelanggan merupakan keyakinan atau standar acuan yang digunakan oleh perusahaan atau penyedia layanan untuk mengukur kinerja dan juga mutu dari produk atau jasa yang ditawarkan. Apabila pelanggan merasa puas atau sangat puas akan membawa keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.

2.1.3 Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan

Terdapat beberapa cara dan metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu (Kotler & Keller, 2007a) :

(26)

10

Perusahan memberikan kemudahan bagi pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan kotak saran ditempat-tempat strategis sebagai media penyalur, menyediakan formulir yang berisi keluhan dan saran sehingga perusahaan apat mengetahui gambaran kepuasan pelanggan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahan. 2. Survei Kepuasan Pelanggan

Penelitian umumnya menggunakan survei secara langsung dengan wawancara atau kuesioner sebagai instrumennya untuk mengetahui tanggapan pelanggan. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik seara langsung bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Metode pengukuran survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :

a. Directly Reported Satisfaction

Pengukuran kepuasan dilakukan secara langsung melalui pertanyaan-pertanyaan.

b. Derived Dissatisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal yaitu besarnya kinerja yang telah mereka rasakan/terima dan besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu.

c. Problem Analysis

(27)

11

d. Importance Performance Analisis

Teknik yang dilakukan dengan cara memberi penilaian terhadap penawaran/pelayanan yang diberikan menggunakan derajat pentingnya setiap atribut dengan pemberian skor atau bobot yang telah ditetapkan. 3. Belanja Siluman (ghost sgopping)

Metode yang dilaksanakan dengan cara mempekejakan beberapa orang (ghost shopper) untuk menjadi pelanggan yang berperan sebagai pembeli produk pada perusahaan pesaing sehingga ghost shopper dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan produk perusahaan pesaing berdasarkan pengalamannya serta dapat mengetahui bagaimana cara petugas atau karyawan perusahan berinteraksi dengan pelanggannya.

4. Analisis Pelanggan Yang Hilang (lost customer analysis)

Metode ini adalah metode yang unik dimana perusahaan berusaha menghubungi kembali para pelanggannya yang telah berhenti berlangganan sehingga perusahaan mengetahui faktor penyebab kejadian tersebut.

Terdapat beberapa alasan mengapa pengukuran kepuasan pelanggan sangat penting bagi penyedia jasa yaitu :

a. Untuk menentukan harapan pelanggan.

b. Untuk mengetahui bagaimana pelanggan menikmati produk atau jasa yang diterima dan melakukan identifikasi terhadap apa yang diharapkan pelanggan dari produk atau jasa yang diberikan.

(28)

12

d. Untuk mengetahui apakah kualitas jasa/produk yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggannya lebih tinggi dari perusahaan pesaing. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kepuasan pelanggan dengan menggunakan metode derived dissatisfaction.

2.1.4 Manfaat Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Manfaat utama dari pengukuran kepuasan pelanggan adalah tersedianya umpan balik yang sifatnya objektif dan berarti (Gerson, 2004 dalam Nasution, 2009). Dengan hasil pengukuran perusahaan dapat menilai pelaksanaan/kinerja perusahaan di dalam memberi pelayanan kepada pelanggan dan dapat melakukan perbaikan kinerja perusahaan berdasarkan hasil pengukuran tersebut. Adapun manfaat pengukuran kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut :

a. Pengukuran bisa dijadikan standar kinerja dan standar prestasi yang harus dicapai yang akan mengarah perusahaan terhadap peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan.

b. Pengukuran memberikan umpan balik yang segera kepada perusahaan, apabila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana yang memberikan pelayanan.

c. Pengukuran menyebabkan perusahaan memilik rasa berhasil dan berprestasi yang dapat dijadikan motivasi perusahaan didalam pencapaian produktivitas yang tinggi dan menjadikannya pelayanan yang prima kepada pelanggan. d. Pengukuran menjadi alat untuk mengetahui perbaikan mutu pelayanan dan

(29)

13

Untuk itu pengukuran kepuasan pelanggan mutlak dilakukan oleh perusahaan atau penyedia produk/jasa lainnya sebagai tolak ukur keberhasilan dan keberlanjutan pelayanan.

2.2 Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan 2.2.1 Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Ali Gufran (2007) dalam Machmud (2008), isitilah mutu memiliki banyak penafsiran yang mungkin berbeda-beda ketika digunakan untuk menggambarkan sebuah produk atau pelayanan tertentu. Mutu pelayanan kesehatan erat kaitannya terhadap subjektivitas individu atau pasien, penyedia pelayanan kesehatan, pemerintah sehingga akan membentuk pandangan yang berbeda-beda terhadap definisi mutu pelayanan kesehatan. Adapun definisi mutu pelayanan kesehatan menurut para pakar dalam manajemen mutu terpadu (total quality management) adalah sebagai berikut :

1. Menutut Crosby (1979:58) menyatakan mutu adalah conformance to requirement, yaitu kesesuain dengan yang disyaratkan atau distandarkan.

2. Menurut Juran (V. Daniel Hunt, 1993:32), mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

3. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan kepuasan pelanggan.

(30)

14

2.2.2 Kualitas Pelayanan Kesehatan

Kualitas meliputi setiap aspek dari suatu perusahaan dan sesungguhnya merupakan suatu pengalaman emosional bagi pelanggan. Pelanggan ingin merasa senang dengan pembelian mereka, merasa bahwa mereka telah mendapatkan nilai terbaik dan ingin memastikan bahwa uang mereka telah dibelanjakan dengan baik, dan mereka merasa bangga akan hubungan mereka dengan sebuah perusahaan yang bercitra mutu tinggi (Lovelock & Wright, 2007).

Kualitas sangat bersifat subjektif, tergantung pada persepsi, sistem nilai, latar belakang sosiall, pendidikan, ekonomi, budaya, dan banyak faktor lain pada masyarakat atau pribadi yang terkait dengan jasa pelayanan perusahaan tersebut. Kualitas bersifat dinamik dan diasosialsikan dengan produk jasa, proses, orang, lingkungan yang dapat mendapai atau melebihi harapan. Produk atau jasa yang selalu mengacu pada kepuasan pelanggan merupakan kunci utama menjadikan organisai kain mampu bersaing dan menjaga kelanjutan hidup jangka panjang. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan (expected service) dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan (perceived service) oleh pelanggan lain pada masyarakat atau pribadi yang terkait dengan jasa pelayanan perusahaan tersebut (Lovelock & Wright, 2007)

(31)

15

1. Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti organisasi jasa kesehatan memberikan jasanya secara terpat semenjak saat pertama (right the first time). Selain itu juga memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati

2. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karayawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.

3. Competence, artinya setiap orang dalam suatu organisasi kesehatan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu.

4. Access, meliputi kemudahan untuk dihubungkan dan ditemui. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi organisasi mudah dihubungi, dan lain-lain

5. Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, keramahan yang dimiliki para contact personnel (seperti resepsionis, petugas pendaftaran, kasir, operator telepon, dan lain-lain).

6. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan

7. Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama organisasi pelayanan kesehatan, reputasi, karakteristik pribadi contact personnel, dan interaksi dengan pelanggan.

(32)

16

9. Understanding/knowing the customer, yaitu usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan.

10. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan.

Dalam penelitian-penelitian selanjutnya, Parazuraman, Zeithaml dan Berry, 1985 menemukan adanya kesenjangan diantara beberapa dimensi diatas oleh karena itu disempurnakannya kesepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi pokok untuk menganalisis kualitas jasa. Kelima komponen mutu pelayanan dikenal dengan nama ServQual, meliputi:

1. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberi pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang ditawarkan.

2. Responsiveness (ketanggapan). Dimensi ini dimasukkan dalam kemampuan petugas dalam menolong pelanggan dan melayani sesuai dengan prosedur sehingga bisa memenuhi harapan pelanggan. Dimensi ini merupakan dimensi paling dinamis, dimana harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan cenderung meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi kesehatan yang dimiliki oleh pelanggan.

3. Assurance (jaminan). Dimensi ini berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dapat dipercaya oleh pelanggan dan mengakibatkan pelanggan terbebas dari risiko.

(33)

17

5. Tangible (bukti fisik). Dimensi ini berkaitan dengan bukti fisik jasa yang dirasakan oleh penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan kelengkapan yang memadai. Para penyedia layanan kesehatan akan mampu bekerja secara optimal sesuai dengan keterampilannya masing-masing (Muninjaya, 2011 dalam Riyadi, 2015).

Kualitas jasa pelayanan akan sangat ditentukan apabila kebutuhan atau ekspektasi para pengguna jasa bisa terpenuhi dan diterima tepat waktu. Untuk itu para penyedia jasa harus mampu memenuhi harapan pengguna jasa sehingga dapat mencapai kepuasan pelanggan dan terjadinya peningkatan mutu layanan yang diberikan oleh para penyedia jasa.

2.3 Skrining

2.3.1 Skrining atau Deteksi Dini

Screening (skrining) adalah suatu upaya atau pemeriksaan untuk mencari

kemungkinan suatu kelainan di antara orang atau sekelompok orang yang tidak mempunyai keluhan atau gejala dari kelainan tertentu (Purwanto, 2012). Ada yang berpendapat bahwa skrining pada kanker identik dengan prevensi sekunder sehingga terapi dapat dilakukan seawal mungkin. Skrining untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan orang-orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau diperkirakan tidak mengidap penyakit (as likely or unlikely to have disease) yang menjadi objek skrining. Selain program skrining yang dikaitkan dengan diagnosis dan pengobatan dini, istilah skrining mungkin memiliki pengertian lain, yaitu :

(34)

18

b. Agen kimiawi dapat di-skrining denhan pengujian laboratorium atau surveilans epidemiologi untuk mengidentifikasi zat-zat yang diperkirakan bersifat toksik. c. Prosedur skrining dapat digunakan untuk mengestimasi prevalensi berbagai

kondisi tanpa bertujuan untuk mengendalikan penyakit dalam waktu dekat. d. Skrining adalah pengidentifikasian orang yang berisiko tinggi terhadap suatu

penyakit.

Tujuan skrining adalah menemukan penyakit dalam stadium dini dan melakukan pengobatan awal sehingga akan mengurangi angka kematian dan keparahan akibat suatu penyakit. Tujuan menjalankan skrining bukan saja mendeteksi awal suatu kelaianan tetapi yang lebih penting adalah membantu agar hidup lebih lama dan lebih baik (Purwanto, 2012). Skrining secara umum bukanlah suatu tes diagnostik. Skrining dilakukan pada orang atau sekelompok orang yang tak mempunyai keluhan klinis untuk menentukan kemungkinan menderita atau kemungkinan tidak menderita. Karena itu, selanjutnya harus dilakukan tes diagnostik pada orang atau kelompok orang yang mungkin menderita itu untuk menetapkan apakah memang betul menderita penyakit. Skrining dapat juga berarti prevensi primer dalam arti mengurangi angka kesakitan; misalnya, mendeteksi dan membuang adenoma pada kolon. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kanker mempunyai prognosis lebih baik bila didiagnosis dan diterapi sedini mungkin dalam perjalanan penyakitnya. Tetapi hal ini tidak cukup untuk dipakai sebagai dasar melakukan skrining kanker di masyarakat. Sejumlah kriteria WHO harus ada untuk memulai program skrining (Wilson dan Junger, 1968 dalam Purwanto, 2012) :

(35)

19

b. Riwayat alami penyakitnya mempunyai peluang untuk dideteksi dini.

c. Terapi yang efektif untuk fase dini tersedia, dalam arti akan menurunkan cause-specific mortality.

d. Terapi yang diberikan pada masa preklinis (dini) akan lebih efektif dibanding jika terapi dikerjakan setelah ada gejala atau pada fase klinis (lanjut).

e. Tes atau pemeriksaan skrining dapat dikerjakan di masyarakat, akurat, dapat diterima, mudah dikerjakan, dan relatif tidak mahal. Harus dipikirkan strategi skrining yang terbaik (baik dalam hal populasi target maupun masa/interval skrining).

f. Harus dipertimbangkan juga kelanjutan skrining yaitu tindakan diagnostik dan pengobatan yang terjangkau.

Gambar 2.31 Tingkatan Prevensi Penyakit

Program diagnosis dan pengobatan dini hampir selalu diarahkan kepada penyakit tidak menular, seperti kanker, diabetes mellitus, glaucoma, dan lain-lain. Dalam skala tingkatan prevensi penyakit, deteksi dan pengobatan dini ini termasuk dalam tingkat prevensi sekunder (Gambar 2.1).

(36)

20

Semua skrining dengan sasaran pengobatan dini ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi orang-orang asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius.

2.3.2 Prinsip Skrining pada Kanker

(37)

21

kematian. Harus diingat beberapa penderita akan mempunyai survival yang panjang karena sifat kankernya atau karena pengobatan yang efektif.

2.3.3 Mobile Screening

Mobile screening adalah layanan kesehatan perempuan yang memprioritaskan layanan deteksi dini suatu penyakit secara bergerak. Penelitian melaporkan bahwa mobile screening dapat meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan di pedesaan, perkotaan, dan populasi medis yang belum terlayani (Atkins et al., 2013). Skrining secara bergerak lebih mungkin dilakukan jika mereka memiliki akses layanan dengan mudah yaitu layanan mamografi bergerak serta peningkatan kepatuhan terhadap pedoman skrining mamografi (Atkins et al., 2013).

2.4 Mangupura Woman Services (MAWAS) 2.4.1 Gambaran Umum

Program MAWAS atau Mangupura Woman Services merupakan program layanan kesehatan perempuan yang memprioritaskan layanan deteksi dini kanker payudara secara bergerak (mobile) dengan sasaran utama Wanita Usia Subur (WUS) di Kabupaten Badung. Layanan ini merupakan layanan inovasi pertama di Bali berupa bus dengan desain khusus yang dilengkapai alat ABVS (Automated Breast Volume Scanner) dan USG 4 Dimensi serta peralatan audio visual untuk promosi

(38)

22

Pelayanan deteksi dini kanker payudara ini akan berkeliling melakukan pelayanan ke seluruh kecamatan di Kabupaten Badung pada hari Selasa dan Kamis sedangkan hari Senin, Rabu dan Jumat bus MAWAS akan bertempat di Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. Target yang harus dicapai adalah 1200 orang yang melakukan deteksi dini kanker payudara tahun 2015. Selain melakukan pelayanan deteksi dini kanker payudara bergerak (mobile), Dinas Kesehatan Kabupaten Badung juga bekerjasama dengan pihak Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan penyakit tidak menular seperti pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol pada saat pelayanan di desa-desa atau wilayah kerja puskesmas tersebut.

Secara teknis, pemeriksaan payudara dengan USG kanker payudara ini dilakukan selama kurang lebih 15-20 menit. Sehingga masyarakat yang datang pada saat melakukan pelayanan harus melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terlebih dahulu sebelum masuk ke bus MAWAS untuk dilakukannya pemeriksaan USG. Waktu pemeriksaan untuk 1 pasien selama 15-20 menit sehingga yang diutamakan untuk dilakukan USG adalah WUS yang ada benjolan, riwayat keluarga kanker payudara dan adanya keluhan di sekitar payudara.

2.4.2 Tujuan

Tujuan yang diharapkan dari Program MAWAS Dinas Kesehatan Kabupaten Badung adalah :

1. Untuk menemukan kejadian kanker payudara sedini mungkin sehingga dapat dilakukan pengobatan secara tepat dan cepat

2. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan kanker payudara

(39)

23

4. Untuk mengurangi beban masyarakat dari pembiayaan terhadap ancaman penyakit kanker payudara

5. Untuk meningkatkan cakupan kinerja program pencegahan penyakit tidak menular khusunya pencegahan terhadap penyakit kanker payudara melalui pemeriksaan payudara dengan USG

2.4.3 Sasaran

Sasaran dari Program MAWAS Dinas Kesehatan Kabupaten Badung adalah Wanita Usia Subur (WUS) yaitu umur 17 tahun ke atas atau yang sudah menarch di Kabupaten Badung.

2.4.4 Pelaksanaan dan Penerapan

1. Strategi Pelaksanaan

Strategi pelaksanaan pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara dengan USG ini dilakukan dengan rencana aksi berupa sosiallisasi. Sosialliasi ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang penyakit, deteksi dini dan upaya pencegahan melalui pemeriksaan payudara dengan USG serta PHBS. Sosiallisasi dilaksanakan kepada seluruh sasaran di Kabupaten Badung. Sosiallisasi yang diadakan bekerjasama dengan YKI Cabang Badung dengan metode langsung melalui penyuluhan secara tatap muka dan metode tidak langsung menggunakan media cetak dan elektronik.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan Payudara dengan USG

(40)

24

Pemeriksaan payudara dengan USG ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung secara berkesinambungan. Program ini merupakan program pioneer di Kabupaten Badung bahkan di tingkat nasional sehingga dituntut selektif dalam penggunaan dana tetapi dalam pelaksanaanya harus tepat sasaran.

4. Alur Pelaporan.

Program MAWAS merupakan program pioneer di Kabupaten Badung, untuk itu alur pelaporan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Badung khusus Program MAWAS masih bersifat internal. Setiap bulannya petugas MAWAS melaporkan mengenai lokasi pelayanan yang telah dilaksanakan selama sebulan ke pihak atasan. Selain pelaporan mengenai lokasi pelayanan juga dilaporkan mengenai jumlah kejadian kanker payudara berdasarkan kategori tumor jinak dan tumor ganas yang ditemukan pada saat melakukan deteksi dini kanker payudara di Kabupaten Badung.

Evaluasi Program juga dilaksanakan oleh Program MAWAS Dinas Kesehatan Kabupaten Badung yang melibatkan pihak Puskesmas khususnya petugas PTM. Evaluasi program ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada petugas puskesmas mengenai hasil yang diperoleh selama melakukan deteksi dini kanker payudara di wilayah kerja Kabupaten Badung.

5. Pemangku Kepentingan Terkait Program MAWAS

Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan pemeriksaan payudara dengan USG tidak lain keterlibatan lintas sektoral dan lintas progam. Keterlibatan dan peran pemangku kepentingan meliputi :

(41)

25

Bupati Badung sebagai Kepala Daerah sekaligus sebagai pengambil kebijakan daerah mempunyai komitmen yang tinggi terhadap program MAWAS.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten Badung Dinas Kesehatan Kabupaten Badung bersama UPT Puskesmas bertanggung jawab secara teknis dan dalam penyediaan logistik dan tenaga pelaksana kegiatan. c. RSUD Kabupaten Badung

RSUD Kabupaten Badung sebagai rumah sakit rujukan maka bertanggung jawab sebagai pengawas, tenaga pelaksana dan tindak lanjut jika terjadi kejadian pasca pemeriksaan payudara dengan USG.

d. YKI Cabang Badung

YKI Cabang Badung ikut terlibat aktif dalam memberikan sosiallisasi kepada sasaran dan masyarakat luas.

e. POGI, IDI dan IBI

Selaku organisasi profesi maka POGI, IDI dan IBI telah berperan sebagai narasumber dan pengawasan dalam kegiatan pemeriksaan payudara dengan USG.

f. Pihak terkait lainnya

(42)

26

6. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan melalui 2 kategori pendekatan yaitu pendekatan secara internal dan pendekatan secara eksternal.

a. Pendekatan Internal

Pendekatan ini melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung beserta jajarannya dengan instansi terkait secara teknis meliputi kontinuitas pelayanan, penyiapan administrasi, persiapan logistik, serta kehadiran pada kegiatan pemeriksaan payudara berikutnya. b. Pendekatan Eksternal

Secara eksternal pemantauan dan evaluasi kegiatan pemeriksaan payudara dengan USG kanker payudara di Kabupaten Badung dilakukan oleh pihak akademisi yang peduli terhadap pelaksanaan program ini.

2.5 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(43)

27

sedang melakukan skrining pada University of Pittsburgh Medical Center and

Magee Woman’s Hospital, Pitssburgh. Pertanyaan penelitian terpusat pada

aspek : kenyamanan dan aksesibilitas (convenience and accessibility), keterampilan interpersonal petugas (staff interpersonal skills), lingkungan fisik (physical surroundings), kompetensi tekns yang dirasa (perceived technical competence), rasa sakit dan ketidaknyamanan (pain and discomfort), harapan

dan kepercayaan (expectations and believes) dan kepuasan secara umum (general satisfaction). Kesimpulan penelitian didapat bahwa hampir 70% psien yang melaksanan skrining sigmodoskopi merasa puas dan mendapatkan

prosedur pemeriksaan yang diberikan lebih nyaman dari apa yang diharapkan,

hanya terdapat 15%-25% yang manyatakan pemeriksaan yang diberikan tidak

memuaskan. Lebih dari 97% menyatakan sangat puas an puas dengan

pelayanan yang diberikan, 91,3% menyatakan bahawa mereka ingin

melaksanakan pemeriksaan lainnya, dan 74% akan memberikan rekomendasi

mengenai prosedur pelayanan skrining ini kepada teman-temannya.

2. Penelitian cross-sectional yang dilakukan di West Virginia (WV) oleh Vyas et al., 2013 tentang “Do Appalachian Women Attending a Mobile Mammography Program Differ from Those Visiting a Stationary Mammography Facility?”

bertujuan untuk melihat perbedaan pasien yang melakukan skrining payudara

dengan membandingkan karakteristik (demografi, akses ke pelayanan

kesehatan, perilaku kesehatan, riwayat medis diri dan keluarga) dari wanita

berusia 40 tahun ke atas yang memanfaatkan unit skrining mamografi secara

bergerak dengan wanita berusia 40 tahun keatas yang mendapatkan layanan

skrining pada fasilitas kesehatan. Sampel sebanyak 1161 wanita yang telah

(44)

28

melakukan skrining mamografi pada fasilitas kesehatan (statis). Responden

adalah seluruh wanita yang di West Verginia yang telah melakukan skrining

mamografi pada Bonni Bus pada tahun 2009-2011 atau mereka yang telah

melakukan skrining mamografi pada BPBCC setidaknya sekali dalam 10 tahun

terakhir. Dilaporkan bahwa sebesar 48% wanita yang memanfaatkan skrining

mamografi mobile lebih taat untuk melakukan skrining secara rutin

Gambar

Gambar 2.31 Tingkatan Prevensi Penyakit

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi serta masukan publik tersebut, terdapat beberapa masukan umum, antara lain adanya pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat

Dengan pasal ini, maka Badan Pemeriksa Keuangan memiliki wewenang untuk mengaudit keuangan Badan Usaha Milik Negara (Persero). Pasal tersebut menunjukan bahwa

bokashi pupuk kandang sapi meningkatkan indeks stabilitas agregat, porositas tanah, kadar air tanah jenuh, kapasitas lapang serta menurunkan bobot isi tanah,

Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari- hari, misalnya untuk memberikan

mengirimkan data denyut nadi pasien ke router dan dari router kemudian mengirim data ke Koordinator, data pada coordinator adalah data denyut nadi pasien yang akan

P emerintah Kabupaten Badung, Bali, menerima bantuan paket sembako yang akan disalurkan untuk masyarakat dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali Cabang Mangupura.. Pemkab

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kepuasan pengguna situs web Pemerintah (e-Gov) Kabupaten Badung melalui pengukuran tingkat kepuasan

Pengelola program imunisasi dan pengelolaan vaksin Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung yang