• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of IMPLEMENTASI PEMBERLAKUAN E-TILANG TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH POLRESTABES SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of IMPLEMENTASI PEMBERLAKUAN E-TILANG TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH POLRESTABES SEMARANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

901

IMPLEMENTASI PEMBERLAKUAN E-TILANG TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH POLRESTABES SEMARANG

Mukti Sari, Arikha Saputra

Fakultas Hukum dan Bahasa, Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang E-mail : [email protected], [email protected]

Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022

Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

e-Ticket, Violators, Traffic.

Some of the factors that lead to traffic violations by road users include the lack of public awareness, inadequate road facilities and infrastructure, and the physical absence of police officers. This is one of the factors for the high number of violations in 2021 where there were 307,752 violations. This requires innovation, where e-Tilang technology is a priority.

This study aims to determine the implementation of e-Tilang enforcement against traffic violators in the Semarang Polrestabes jurisdiction and to analyze how to overcome obstacles in implementing the e- Tilang enforcement. Based on the 2022 violation data from the Semarang Traffic Police Traffic Unit from January to December, the violations handled include weight of load, driving speed, violation of markings/signs, incomplete documents, non- fulfillment of equipment requirements, drivers who drink illegal drugs/alcohol or others. Where the largest number of violations occurred in September 2022 with 4,215 violation cases and the lowest was in February with 318 violation cases. When viewed from the classification or type of violation, violations of markings or signs are the highest, namely 1,712 cases in September and the lowest is violations of driving equipment requirements, namely, 19 cases in March.

The implementation of e-tickets for traffic violators by the Semarang Polrestabes will run from 2022 by ticketing through the Etle post. The legal basis for e- Tilang implementation regulations is Article 5 of Law Number 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions, Article 272 of Law Number

(2)

902 22 of 2009 concerning Road Traffic and Transportation, Articles 13 and 23 of Government Regulation Number 80 of 2012 concerning Procedures for Inspection of Vehicles on the Road and Enforcement of Road Transport Traffic Violations.

The results of the author's interview with Aipda Rio Sasongko, Baur Traffic Traffic Police Semarang, found several obstacles in the implementation of e- tickets, namely (1) Violators deliberately removed the license plate, (2) Violators deliberately obscured the license plate so that it could not be read, and (3) ) the names of vehicles that have been traded are not immediately reversed, but no obstacles are found in the filing. To overcome these obstacles in the field, violators who intentionally remove the license plate or obscure the license plate will be fined manually which will take effect from 1 January 2023. To handle vehicles that have been traded, the Traffic Police will coordinate with the Regident Center to block vehicles that have been traded.

Abstrak Kata kunci:

e-Tilang, Pelanggar, Lalu Lintas.

Corresponding Author:

Mukti Sari e-mail : [email protected]

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran lalu lintas oleh pengguna jalan diantaranya adalah kesadaran masyarakat masih kurang, sarana dan prasarana jalan kurang memadai, serta ketidakhadiran aparat kepolisian secara fisik. Hal tersebut merupakan salah faktor tingginya jumlah pelanggaran pada tahun 2021 dimana terjadi sebanyak 307.752 pelanggaran. Hal tersebut menuntut adanya inovasi, dimana teknologi e-Tilang menjadi prioritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Pemberlakuan e-Tilang terhadap pelanggar lalu lintas di wilayah hukum Polrestabes Semarang dan menganalisis cara mengatasi hambatan dalam implementasi Pemberlakuan e-Tilang tersebut.

Berdasarkan data pelanggaran Tahun 2022 dari Satlantas Polrestabes Semarang mulai bulan Januari sampai dengan Desember, pelanggaran yang ditangani diantaranya adalah berat muatan, kecepatan berkendara, pelanggaran marka/rambu, ketidaklengkapan surat-surat, tidak terpenuhinya syarat perlengkapan, pengendara yang minum obat terlarang/minuman keras atau lain-lain. Dimana jumlah pelanggaran terbesar terjadi pada bulan september 2022 sebanyak 4.215 kasus pelanggaran

(3)

903 dan yang terendah pada bulan Februari dengan jumlah kasus 318 pelanggaran. Jika dilihat dari penggolongan atau jenis pelanggaran maka, pelanggaran marka atau rambu adalah yang paling tinggi yaitu sebanyak 1712 kasus di bulan September dan yang paling rendah adalah pelanggaran syarat perlengkapan dalam berkendara yakni sebanyak 19 kasus di bulan Maret. Implementasi Pemberlakuan e-Tilang Terhadap Pelanggar Lalu Lintas oleh Polrestabes Semarang berjalan dari Tahun 2022 dengan cara menilang melalui posko Etle. Dasar hukum peraturan implementasi e-Tilang ialah Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transasksi Elektronik, Pasal 272 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 13 dan 23 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Angkutan Jalan. Hasil wawancara penulis dengan Aipda Rio Sasongko, Baur Tilang Satlantas Polrestabes Semarang, ditemukan beberapa hambatan dalam pemberlakuan e-Tilang yaitu (1) Pelanggar secara sengaja melepas Plat Nomor, (2) Pelanggar secara sengaja mengaburkan Plat Nomor agar tidak bisa terbaca, dan (3) kendaraan yang sudah diperjualbelikan tidak langsung dibalik nama, namun tidak ditemukan hambatan dalam pemberkasan. Untuk mengatasi hambatan tersebut di lapangan maka untuk pelanggar yang secara sengaja melepas plat nomor atau mengaburkan plat nomor diberlakukan penilangan secara manual yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2023, untuk menangani kendaraan yang sudah diperjualbelikan maka Polisi Lalu Lintas berkoordinasi dengan Regident Center untuk memblokir kendaraan yang sudah diperjual belikan.

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

Minat penduduk terhadap transportasi umum akan menimbulkan berbagai dampak. Dampaknya adalah penduduk lebih senang beralih ke kendaraan pribadi.

Kendaraan pribadi yang semakin banyak juga tidak sesuai dengan tumbuhnya kesadaran berkendara yang baik dan benar. Hal ini tentu menimbulkan ekses

(4)

904 negatif diantaranya adalah banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna jalan1.

Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran dalam hal marka, rambu lalu lintas dan lampu pengatur lalu lintas seperti larangan berhenti, parkir di tempat-tempat tertentu, menerobos lampu merah, tanpa surat dan kelengkapan kendaraan, dan lain-lain2.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran lalu lintas oleh Pengguna Jalan diantaranya adalah:

1. Kesadaran masyarakat masih kurang dalam memahami keselamatan berkendara.

Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran dalam hal marka, rambu lalu lintas dan lampu pengatur lalu lintas seperti larangan berhenti, parkir di tempat-tempat tertentu, menerobos lampu merah, tanpa surat dan kelengkapan kendaraan, dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas oleh pengguna jalan di Semarang seringkali terjadi pada beberapa titik diantaranya adalah Jalan Untung Surapati dimana pengguna jalan tidak memakai helm dan pelanggaran lampu merah di jalan ke arah TPA Jatibarang3.

2. Sarana dan prasarana jalan kurang memadai.

Sarana prasarana yang tidak ada misalnya rambu dilarang parkir. Kemudian sarana prasana yang kurang memadai adalah marka jalan yang kusam dan lampu lalu lintas mengalami error terutama di musim penghujan. Selain itu belum semua titik jalan tersedia kamera pengawas.

Pihak yang seharusnya menyediakan sarana prasaran adalah negara berdasarkan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 yang menjelaskan bahwa Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Mengenai keberadaan kamera pengawas dasar hukumnya adalah Pasal 272 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menjelaskan bahwa, untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, dapat digunakan peralatan elektronik.

Frasa dapat maknanya adalah peralatan elektronik tidak diharuskan namun jika ada yang menggunakan sudah diperbolehkan. Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa secara keseluruhan belum ada sarana prasarana elektronik yang lengkap yang disediakan negara untuk dipasang di jalan.

3. Pengawas yaitu pihak kepolisian tidak hadir.

Polisi merupakan pihak yang seharusnya menjadi pengawas dalam menegakkan ketertiban umum dan meminimalisir terjadinya pelanggaran hukum.

Pasal 30 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik

1 Esa Citra Anindya dan Ahmad Riyadh U.B, “Sumber Daya Dalam Pelaksanaan Program Etilang di Kejaksaan Negeri Sidaoarjo”, Indonesian Journal of Public Policy Review Vol 17 (2022): January, hlm. 1.

2 Sundy Kelana Sinaryanto, Roziqin, Sri Endang Rayung Wulan, “Implementasi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalin di Kab.

Penajam Paser Utara”, Jurnal Lex Suprema Volume 2 Nomor I Maret 2020.

3 Titis Anis Fauziyah, Pelanggaran Lalu Lintas Jateng Turun Drastis, radarsemarang.jawapos.com edisi 4 Oktober 2022 diakses 23 Oktober 2022.

(5)

905 Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

Pengejewantahan Pasal di atas adalah pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian (UU Kepolisian), fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Peran Kepolisian dalam penyelenggaraan LLAJ menurut ketentuan Pasal 15 ayat (2) UU Kepolisian yakni:

“(a) menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor (STNK) dan (b) memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor (SIM). Dua dokumen ini selain sebagai bentuk jaminan kepastian hukum bagi pengendara kendaraan bermotor, juga sebagai instrumen untuk kepatuhan dan ketaatan pengendara kendaraan bermotor dalam mengemudikan kendaraannya di jalan raya agar tidak mengganggu ketertiban umum.”

Jumlah pelanggaran oleh pengguna jalan yang terjadi di Semarang pada tahun 2021 tercatat 307.752 total pelanggaran. Berdasarkan jumlah tersebut terbagi lagi menjadi 226.670 lembar surat tilang serta teguran sebanyak 81.082 teguran4.

Oleh sebab itu, maka pihak pemerintah mengadakan Tilang Elektronik atau yang disingkat e-Tilang. Tilang Elektronik (e-tilang) adalah proses penyelesaian dengan menggunakan teknologi IT termasuk pembayaran denda. Tujuan diadakan e-tilang adalah tercipta pelayanan publik dalam penyelesaian pelanggaran lalu lintas yang lebih efektif, efisien, transparan dan akuntabel5.

Setiyanto menyebutkan bahwa beberapa manfaat adanya sistem e-Tilang adalah6:

a. Transparansi.

Adanya mekanisme pelaporan maupun penyebaran informasi penyimpangan tindakan aparat publik.

b. Pemberdayaan.

Diharapkan masyarakat dapat menularkan sikap tertib lalu lintas setelah mengetahui peraturan yang ada kepada orang di sekelilingnya agar tidak melanggar peraturan.

c. Responsif.

Responsivitas pihak berwenang akan lebih tinggi dan semakin cepat tanggap dan lebih responsive terhadap aduan masyarakat dalam hal lalu lintas.

d. Keadilan.

4 Junaedi Diskominfo Ungaran, Polres Semarang Gelar Operasi Keselamatan Lalu Lintas Selama 14 hari.

main.semarangkab.go.id edisi 1 Maret 2022 diakses pada 23 Oktober 2022.

5 Komang Sastrin dan I Nyoman Surata, Efektifitas Tilang Elektronik bagi Pelanggar Berkendaraan Bermotor di Kab. Buleleng (Studi di Pengadilan Negeri Singaraja Kelas IB), Kertha Widya Jurnal Hukum Vol. 6 No. 2 Desember 2018 hlm. 46

6 Setiyanto, Gunarto, Wahyuningsih, “Efektivitas Penerapan Denda Sanksi ETilang Bagi Pelanggar Lalu Lintas Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan”, Jurnal Hukum Khaira Ummah, Vol. 2 No. 4, Desember 2017, Unissula, Semarang.

(6)

906 Dalam layanan e-Tilang setiap pelangar yang melakukan perbuatan pelanggaran yang sama akan mendapatkan denda atau hukuman yang sama tanpa pandang bulu.

Dasar hukum tilang elektronik dapat dilihat dalam UULLAJ dan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Setelah e-Tilang disahkan maka secara terpisah Mahkamah Agung (MA) juga ikut menerbitkan Peraturan MA (Perma) No. 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas (Perma 12/2016). Pasal 1 angka 2 Perma 12/2016 menyebutkan bahwa:

“Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Elektronik adalah proses peradilan perkara pelanggaran lalu lintas yang diselenggarakan secara terpadu berbasis elektronik melalui dukungan sistem informasi dan teknologi”.

Tentu saja hal ini diharapkan akan menciptakan kepastian hukum. Kepastian Hukum diartikan sebagai penjelasan norma perilaku yang dapat dijadikan petunjuk bagi masyarakat sebagai penerima peraturan ini7. Tujuan Pelaksanaan e- Tilang juga memberikan dampak positif dimana dapat meniadakan tindakan pungutan liar maupun suap antara pihak-pihak, selain itu pelaksanaan e-tilang di maksudkan untuk meningkatnya disiplin berkendara dan kepatuhan aturan berkendara8.

Namun kenyataan di lapangan adalah masih terdapat kendala dalam pelaksanaan e-tilang di lapangan. Penulis menemukan fakta bahwa slip tilang merah dan slip biru dirasa tidak berbeda fungsinya. Slip merah berarti pelanggar tidak terima atas sangkaan petugas, sehingga harus mengikuti sidang di pengadilan, sedangkan slip biru pelanggar dapat memilih menerima kesalahan dan kemudian membayar denda di Bank dan mengambil barang bukti yang ditahan.

Hal tersebut berbenturan dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor. 12 tahun 2016 tentang tata cara penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas yang menyebutkan bahwa perkara pelanggaran lalu lintas yang diputus oleh pengadilan dapat dilakukan tanpa hadirnya pelanggar. Karena walaupun pelanggar memegang slip tilang merah, tetapi tetap saja mesti membayar denda tilang tanpa melalui proses sidang di pengadilan.

Selain itu, apabila sidang manual tetap dilakukan, maka resiko yang didapatkan oleh pelanggar lalu lintas adalah jangka waktu menunggu acara sidang manual membuat lama dalam penyelesaian perkara tilang, sehingga faktor ini menghambat terciptanya kepastian hukum. Sedangkan jika e-tilang tidak melalui proses pengadilan manual maka tidak diperlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan satu perkara pelanggaran lalu lintas, hal ini mendukung terciptanya kepastian hukum. Oleh karena ada dua peraturan yang belum terintegrasi secara teknis, maka dapat menimbulkan tumpang tindih peraturan dan atau peraturan yang ada tidak dapat dieksekusi.

7 Tata Wijayanta, “Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan Dalam Kaitannya Dengan Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga”, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 2, Mei 2014, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

8 Kristin Manso, Florence D.J. Lengkong, Very Y.Londa, “Implementasi Program Elektronik Tilang (E-Tilang) Pada Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Sulawesi Utara”, Jurnal Administrasi Publik No.119 Vol. VIII (2022), hlm. 12.

(7)

907 Ketimpangan implementasi peraturan tentunya berlawanan dengan Teori Integratif. Teori integratif adalah teori yang bermaksud agar hukum terpelihara ketertibannya dan konflik yang muncul dapat diselesaikan dengan melibatkan nilai nilai yang hidup dalam masyarakat. Tujuannya agar nilai kemanfaatan, kepastian dan keadilan hukum dapat diwujudkan dan menjadikan harmonis serta tertib kehidupan masyarakat9.

Akibatnya adalah keadilan sulit diwujudkan, hal ini dikarenakan ketika tidak terjadi integrasi yang benar dalam penegakan hukumnya, akan menimbulkan beberapa kerugian diantaranya adalah10:

a. Kesukaran dalam menilai sendiri keberhasilan atau kegagalan masing- masing instansi, sehubungan dengan tugas mereka bersama.

b. Kesulitan dalam memecahkan sendiri masalah-masalah pokok setiap instansi

c. Dikarenakan pembagian tanggung jawab setiap instansi sering kurang jelas, maka setiap instansi tidak terlalu memperhatikan efektifitas menyeluruh dari sistem peradilan pidana.

Artinya jika tidak segera ditangani maka akan menjadikan instansi polri kelihatan gagal dalam menjalankan program. Selanjutnya akan terjadi ketidakefektifan dari program yang dijalankan dan pemecahan masing-masing kendala program.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulisan hukum ini mencoba untuk memberikan kajian akademis yang dapat digunakan sebagai pertimbangan hukum.

Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi e-Tilang Terhadap Pelanggar Lalu Lintas oleh Polrestabes Semarang”.

PERUMUSAN MASALAH

Penelitian ini akan memberikan kajian hukum dengan fokus bahasan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pemberlakuan e-tilang terhadap pelanggar lalu lintas oleh Polrestabes Semarang?

2. Bagaimana cara mengatasi hambatan dalam implementasi pemberlakuan e- tilang terhadap pelanggar lalu lintas oleh Polrestabes Semarang?

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian ini adalah yuridis empiris. Pada penelitian hukum yuridis empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer dilapangan, atau terhadap masyarakat11. Pada tipe penelitian yuridis empiris bahwasanya mengkaji sebuah penelitian di lapangan yang mengarah pada pelaksanaan ketentuan hukum normatif dengan cara in action yang terjadi di masyarakat.

9 Romli Atmasasmita dalam Sayuti, “Arah Kebijakan Pembentukan Hukum kedepan”, Jurnal Hukum Al- Risalah Volume 13 Nomor 2 Desember 2013 hlm. 13-14.

10Damas Reza Kurniadi, “Penegakan Hukum Terhadap Kendaraan Bermotor dengan Knalpot Racing oleh Kepolisian Resor Magelang Kota”, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang 2018, Semarang, hlm. 14-15.

11 Soerjano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007, hlm. 52.

(8)

908 HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Pemberlakuan e-Tilang Terhadap Pelanggar Lalu Lintas oleh Polrestabes Semarang

Elektronik Tilang (e-Tilang) merupakan upaya yang diciptakan untuk mempersingkat cara menindak atau melakukan penindakan dengan menggunakan alat baca barcode atau kode-kode pengaman pada SIM atau STNK dan terhubung secara online dengan back office maupun bank, Pengadilan dan Kejaksaan yang akan mengeksekusi penjatuhan putusan denda.

Sebagai bentuk dukungan penggunaan ETLE atau tilang elektronik, Kepolisian Republik Indonesia menggunakan dasar hukum yaitu Pasal 272 ayat (1) Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik.

ETLE akan menghasilkan data berupa data elektronik yaitu foto dan video, sehingga hal ini memerlukan dukungan sebagai alat bukti pada saat proses persidangan. Penggunaan peralatan elektronik dapat dilakukan sebagai alat bukti di pengadilan sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 23 PP Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didasarkan atas hasil:

a. temuan dalam proses Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan;

b. laporan; dan/atau

c. rekaman peralatan elektronik.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Aipda Rio Sasongko sebagai Baur Tilang Satlantas Polrestabes Semarang Tahun 2022 diketahui bahwa mekanisme atau cara menilang ialah pertama, pelanggar yang menerima surat tilang yang dikirim ke kediamannya dapat mengkonfirmasi baik datang langsung ke posko ETLE maupun lewat website. Kedua, Petugas mencocokkan data pelanggaran.

Ketiga, Petugas menerbitkan Briva pembayaran12.

Lebih detailnya, penulis akan menjelaskan alur secara teknis disebut oleh penulis sebagai mekanisme dalam penerapan Electronic Traffic Law Enforcement (E- TLE) yaitu: pertama, perangkat secara otomatis menangkap pelanggaran lalu linas melalui kamera tilang, yang telah dipasang pada titik tertentu, dan mengirimkan barang bukti pelanggaran ke Back Office Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE), di Ragional Traffic Management Center (RTMC) polda. Kedua, pengidentifikasian data kendaraan dilakukan petugas menggunakan Electronic Registration &

Identifikasi (ERI). Ketiga, petugas mengirimkan surat konfirmasi ke alamat pelanggar, sebagai permohonan konfirmasi atas pelanggaran yang terjadi. Keempat, pelanggaran akan melakukan konfirmasi dan klarifikasi via website, atau datang langsung ke kantor Subdirektorat penegakan hukum Polda sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan dalam surat, apabila terdapat sanggahan mengenai pelanggaran, maka dapat disampaikan pada kesempatan ini. Terakhir setelah dilakukan konfirmasi petugas akan menerbitkan tilang dengan metode

12 Hasil Wawancara Aipda Rio Sasongko Baur Tilang Satlantas Polrestabes Semarang pada 6 Desember 2022.

(9)

909 pembayaran, dengan kode virtual account Briva (Bank BRI) untuk setiap pelanggaran yang telah terverifikasi untuk penegakan hukum13.

Alur Prosedur yang digunakan pihak kepolisian dalam rangka melakukan penindakan terhadap pengendara atau pengemudi, maka polantas akan memasukkan data pelanggaran ke dalam aplikasi e-Tilang. Aplikasi e-Tilang yang tersedia di Google Playstore dan membayar denda tilang melalui M-Banking atau E- Banking, atau bisa juga bayar ke ATM. Melalui Aplikasi tersebut, pelanggar akan mendapatkan nomor registrasi tilang14.

Pada lembar registrasi tilang akan tercantum jenis pelanggaran dan sejumlah denda yang harus dibayar. menerapkan denda maksimum bagi para pelanggar lalu lintas. Pihak kepolisian telah menegaskan bila pelanggar yang tertangkap kamera ETLE dikenakan denda maksimal sesuai dengan undang undang yang berlaku. Hal ini sangat berbeda dengan tilang konvensional yang mana harus mengikuti sidang tilang atau menebus surat tilang di kantor Kejaksaan Negeri yang hanya dikenai denda biasa.

Setelah pelanggar membayar pada bank dan menunjukkan bukti pembayaran, maka pelanggar dapat langsung mengambil barang bukti tilang yang disita oleh polisi, sehingga pelanggar tidak perlu menunggu vonis persidangan, disamping itu juga dengan menyetor langsung ke bank maka tidak ada kekhawatiran akan kecurangan yang dilakukan oleh pihak kepolisian15.

ETLE mengedepankan transparansi, dalam pembuktiannya, surat konfirmasi akan dikirim kepada para pelanggar. Di dalam surat konfirmasi akan terdapat barcode yang bisa mendeteksi video terkait pelanggaran yang dilakukan. Surat tilang yang akan dikirim yakni berupa selembar kertas berisi foto kendaraan yang melanggar, nama pemilik serta jenis pelanggaran. Di sana tertera pula dimana lokasi kita melanggar, termasuk apa pasal yang dikenakan oleh petugas, apabila si pemilik tidak menghiraukan atau tidak melakukan pembayaran atas peringatan tilang elektronik ini maka pihak berwenang akan menindaklanjuti dengan memblokir STNK.

Cara melaporkan ke atasan atas Tindakan Operasional e-Tilang ialah dengan cara anggota membuat bahan laporan yang akan dilaporkan. Kemudian setelah laporan sudah jadi, lalu secara berjenjang bawahan melaporkan kepada atasan.

Laporan tersebut berisi Hari Tanggal Waktu, Lokasi, Jumlah Personel dan Jumlah Pengguna Jalan yang terjaring operasi dan melanggar lalu lintas16.

Adapun dasar hukum peraturan pelaksanaan e-Tilang ialah:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transasksi Elektronik

Pasal 5 Ayat (1)

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah

13 Noverdi Puja Saputra. Electronic Traffic Law Enforcement. Majalah Info Singkat Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Volume XIII No.7 2021.hlm. 2.

14 Mohamad Agus Yozami, Kini ada Aplikasi e-tilang untuk Berantas Pungli Oknum Polantas edisi 25 Oktober 2016, http://m.hukumonline.com/berita/baca/ite580efd71915a7/kini--ada-aplikasi-E-Tilang- untuk-berantas-pungli-oknum-polantas Diakses pada tanggal 23 Oktober 2022.

15 Op. Cit. Yoga Dwi Arjuna, hlm. 51.

16 Ibid.,

(10)

910 Pasal 5 Ayat (2)

Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 272 ayat (1)

Untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik.

Pasal 272 ayat (2)

Hasil penggunaan peralatan elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Pasal 13 Ayat (1)

Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilaksanakan secara gabungan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pasal 23

Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didasarkan atas hasil:

a. temuan dalam proses Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan;

b. laporan; dan/atau

c. rekaman peralatan elektronik.

Berdasarkan data lengkap terkait pelanggaran tilang Tahun 2022 dari Bulan Januari sampai dengan Desember, penulis menemukan jumlah pelanggaran yang ditangani oleh Polrestabes Semarang. Jenis Pelanggaran yaitu diantaranya adalah berat muatan, kecepatan berkendara, pelanggaran marka/rambu, ketidaklengkapan surat-surat, tidak terpenuhinya syarat perlengkapan, pengendara yang minum obat terlarang/minuman keras atau lain-lain. Adapun jumlah data jenis pelanggaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 1 Jenis Pelanggaran

Sumber: Polrestabes Semarang, 2022.

Apabila melihat dari data diatas maka akan terlihat jumlah pelanggaran terbesar terjadi pada bulan september 2022 dimana telah terjadi kasus 4.215 pelanggaran yang tercatat, kemudian pelanggaran yang terkecil yakni bulan februari dengan jumlah kasus 318 pelanggaran.

7 JENIS PELANGGARAN MODEL : L 411 G

MUATA N

KECEP ATAN

MARKA / RAMBU

SURAT SURAT

SYARA T PERLE NGKAP AN

OBAT MIRAS

LAIN LAIN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 JANUARI 582 5 0 211 334 32 0 0

2 PEBRUARI318 0 0 20 174 0 0 124

3 MARET 465 0 0 19 299 0 0 147

4 APRIL 334 0 0 40 157 0 0 137

5 MEI 1246 0 0 349 567 59 0 271

6POLRESTABES JUNI 2713 0 0 942 294 167 0 1310

7 SEMARANGJULI 1750 0 0 147 177 97 0 1329

8 AGUSTUS3491 0 0 1641 647 243 0 960

9 SEPTEMBER4215 0 0 1712 598 453 0 1452

10 OKTOBER2311 0 0 873 472 391 0 575

11 NOPEMBER1227 0 0 699 67 0 0 461

12 DESEMBER1527 0 0 983 0 0 0 544

20179 5 0 7636 3786 1442 0 7310

JUMLAH

JENIS PELANGGARAN YANG DI LAKUKAN

NO SATUA

N PENIN

DAK

JUMLA H GAR BULAN

(11)

911 Apabila dilihat dari penggolongan atau jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara kendaraan, pelanggaran marka atau rambu yang paling tinggi atau mendominasi terjadi pada bulan september yakni 1712 kasus pelanggaran. Lalu ada jumlah pelanggaran minim atau terkecil terjadi ialah pada pelanggaran syarat perlengkapan dalam berkendara yakni sebanyak 19 kasus pelanggaran pada bulan Maret.

Jumlah perkara yang tertangani terbagi menjadi beberapa tahapan. Yaitu perkara hasil penindakan, perkara yang dikirim ke Pengadilan Negeri, Perkara belum dikirim, Perkara yang telah mendapat Vonis Hakim, dan Perkara yang belum divonis. Hasil Penindakan Atas Pelanggaran banyak terjadi pada Bulan September 2022 dimana hasilnya adalah 4215 sedangkan kasus yang disidangkan ialah sebanyak 9347, seperti yang bisa dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Penyelesaian Perkara Tilang Bulan

Sumber: Polrestabes Semarang, 2022.

Denda yang terkumpul ialah sebanyak satu Milyar enam ratus tiga juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu Rupiah. Denda paling sedikit pada bulan Januari 2022 sebanyak empat juta tiga puluh ribu Rupiah. Denda paling sedikit ialah bulan Juni yakni sebesar dua ratus delapan puluh enam juta sembilan ratus delapan puluh tiga juta rupiah.

Aturan terkait jumlah denda yang harus dibayar diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tentang muatan di pasal 292, pasal 301, pasal 303, pasal 306, dan pasal 307, tentang kecepatan di pasal 287 Ayat 5, pasal 297, tentang marka/rambu di pasal 287 ayat 1, tentang surat-surat di pasal 281, pasal 288 Ayat (2), pasal 288 Ayat (1), tentang syarat perlengkapan di pasal 282, pasal 285 Ayat (1), pasal 285 Ayat (2), pasal 278, pasal 289, pasal 291 Ayat (1), tentang obat/miras di pasal 283, dan lain-lain di pasal 294, pasal 277 2. Cara mengatasi hambatan dalam implementasi Pemberlakuan e-Tilang

Terhadap Pelanggar Lalu Lintas oleh Polrestabes Semarang

Menurut hasil wawancara penulis dengan Aipda Rio Sasongko Baur Tilang Satlantas Polrestabes Semarang maka ditemukan beberapa hambatan dalam pemberlakuan e-Tilang yaitu pertama, Pelanggar secara sengaja melepas Plat Nomor, Pelanggar secara sengaja mengaburkan Plat Nomor agar tidak bisa terbaca

2

1 2 3 4 5 6 7 8

SISA DES 2021

75

1 JANUARI 2022582 40 617 40 0 Rp 4.030.000 2 PEBRUARI318 861 74 861 0 Rp 69.741.000 3 MARET 465 473 66 473 0 Rp 38.313.000 4 APRIL 334 319 81 319 0 Rp 25.839.000 5 MEI 1246 175 1.152 175 0 Rp 14.175.000 6 JUNI 2713 3543 322 3543 0 Rp 286.983.000 7 JULI 1750 1.290 782 1290 0 Rp 104.490.000 8 AGUSTUS3491 2985 1288 2985 0 Rp 241.785.000 9 SEPTEMBER4215 5.127 376 5.127 0 Rp 415.287.000 10 OKTOBER2311 2561 126 2561 0 Rp 207.441.000 11 NOVEMBER1227 1.274 79 1274 0 Rp 103.194.000 12 DESEMEBR1527 1137 469 1137 0 Rp 92.097.000 20179 19785 469 19785 0 Rp 1.603.375.000

VONIS HAKIM

BLM DI VONIS

JUMLAH

KRM KE PN

BLM DI KRM MODEL : L 411 A

NO SATUA

N PENIN

HASIL DAKGA

R

PENYELESAIAN PERKARA TILANG BULAN JANUARI S/D DESEMBER TAHUN 2022

DENDA ( Rp )

(12)

912 dan kendaraan yang sudah diperjualbelikan tidak langsung dibalik nama. Namun penulis tidak menemukan adanya hambatan dalam pemberkasan17.

Pemberlakuan e-Tilang tentunya harus memperhatikan peraturan terkait misalnya peraturan Mahkamah Agung. Ketika ada dua peraturan maka Polrestabes menggunakan azas pertanggung jawaban pengganti atau vicarious liability sebagai acuan kirim surat konfirmasi peraturan antara Mahkamah Agung dengan yang berlaku di Polrestabes Semarang18.

Cara penanggulangan kejahatan menurut Wahyu Widodo adalah meliputi tiga tahapan yaitu19:

1. Preemtif berupa himbauan agar tindakan sesuai peraturan yang berlaku.

Tujuannya adalah menanamkan nilai yang baik pada masyarakat. Ketika akan diberlakukan e-Tilang maka sebemlumnya masyarakat sudah diedukasi pentingnya etika berlalu lintas dan disosialisasikan mengenai e- Tilang baik dari jenis pelanggaran,cara pembayaran dan besaran Denda.

2. Preventif berupa penutupan celah terjadinya pelanggaran maupun kejahatan. Misalnya ketika pertama diberlakukan e-Tilang maka Tilang Manual ditiadakan. Namun Polisi masih berhak untuk memberikan Sosialisasi.

3. Represif berupa penjatuhan hukuman. instrumen hukum seperti sanksi yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat digunakan untuk hukuman bagi para pengguna jalan yang melakukan pelanggaran lalu lintas.

Selain itu, Polisi yang bertugas langsung dalam pemberlakuan e-Tilang juga semestinya memahami azas-azas hukum yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan tugas, yaitu sebagai berikut20:

1. Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum wajib tunduk pada hukum.

2. Asas kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani permasalahan masnyarakat yang bersifat diskresi, karena belum diatur dalam hukum

3. Asas partisipasi, dalam rangka mengamankan lingkungan masnyarakat polisi mengkoordinasikan pengamanan Swakarsa untuk mewujudkan ketaatan hukum dikalangan masnyarakat.

4. Asas preventif, selalu mengedepankan tindakan pencegahan daripada penindakan (represif) kepada masnyarakat.

5. Asas subsidiaritas, melakukan tugas intansi lain agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar sebelum ditangani oleh instansi yang membidangi.

17 Op.Cit., Hasil Wawancara Aipda Rio Sasongko Baur Tilang Satlantas Polrestabes Semarang pada 6 Desember 2022.

18 Ibid.,

19 Wahyu Widodo, 2015, Kriminologi dan Hukum Pidana, Universitas PGRI Semarang Press, Semarang, hlm. 121.

20 Bisri Ilham, Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta: Grafindo persada, 2000), hal. 32.

(13)

913 Berdasarkan asas preventif maka pelanggaran dapat dicegah melalui Teori Pencegahan oleh Steven P. Lab sebagai berikut21:

1. Pencegahan primer difokuskan pada pencegahan masyarakat yang dimulai dari lingkungan rumah tangga, tempat bekerja, hingga hubungannya dengan aktifitas di luar lingkungannya. Contohnya pihak anggota kepolisian wajib memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dengan mengendarai kendaraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Pencegahan sekunder, lebih condong pada upaya untuk mengidentifikasi dan memprediksi potensi terjadinya kejahatan dengan melihat realitas sosial.

Contohnya memberikan himbauan kepada pengendara yang mengendarai kendaraan tidak sesuai dengan kelengkapan berkendara atau pengendara yang berkecepatan tinggi berpotensi membahayakan orang lain.

3. Pencegahan tersier merupakan upaya untuk membuat semacam kesepakatan dengan pelaku tindak pidana agar tidak lagi mengulangi perbuatannya. Contohnya dengan memberikan surat tilang agar dipatuhi.

Cara mengatasi hambatan di lapangan ialah sebagai berikut: Pertama, untuk pelanggar yang secara sengaja melepas plat nomor atau mengaburkan plat nomor maka sudah diberlakukan kembali penilangan manual yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2023. Dalam hal ini sebagaimana yang tertuang dalam bunyi Pasal 12 PP Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyebutkan bahwa pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dapat dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau isidental sesuai dengan kebutuhan.

Pemeriksaan ini dilakukan karena maraknya pengendara kendaraan bermotor melanggar ketentuan seperti dengan sengaja melepas plat nomor kendaraan. Oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 3 dan Pasal 4 ayat (3) PP Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kedua, untuk menangani kendaraan yang sudah diperjualbelikan maka Polisi Lalu Lintas berkoordinasi dengan Regident Center untuk memblokir kendaraan yang sudah diperjual belikan. Hal tersebut dilakukan berdasarkan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 87 ayat (1)

Unit Pelaksana Regident Ranmor dapat melakukan pemblokiran data BPKB dan atau data STNK.

Pasal 87 Ayat (3)

Pemblokiran data STNK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk kepentingan: pencegahan pengesahan dan perpanjangan Regident Ranmor dan atau penggantian STNK; dan penegakan hukum pelanggaran lalu lintas.

21 P. Lab, Steven. (2010). Crime Prevention: Approaches, Practices, and Evaluations. Lexis Nexis Group.

New York hlm. 27-29.

(14)

914 PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi Pemberlakuan e-Tilang Terhadap Pelanggar Lalu Lintas oleh Polrestabes Semarang berjalan dari Tahun 2022 dengan cara menilang melalui posko Etle. Dasar hukum peraturan implementasi e-Tilang ialah Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transasksi Elektronik, Pasal 272 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 13 dan 23 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Implementasi e-Tilang terhadap jenis pelanggaran berat muatan, kecepatan berkendara, pelanggaran marka atau rambu lalu lintas, ketidaklengkapan surat-surat, tidak terpenuhinya syarat perlengkapan, pengendara yang minum obat terlarang atau minuman keras atau lain-lain. Jumlah denda yang terkumpul dalam tahun 2022 ialah sebanyak satu Milyar enam ratus tiga juta tigaratus tujuh puluh lima ribu Rupiah.

2. Cara mengatasi hambatan dalam implementasi Pemberlakuan e-Tilang Terhadap Pelanggar Lalu Lintas oleh Polrestabes Semarang ialah untuk pelanggar yang secara sengaja melepas plat nomor atau mengaburkan plat nomor maka sudah diberlakukan kembali penilangan manual yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2023.

Kemudian untuk menangani kendaraan yang sudah diperjualbelikan maka Polisi Lalu Lintas berkoordinasi dengan Regident center untuk memblokir kendaraan yang sudah diperjual belikan. Hal tersebut dilakukan berdasarkan Pasal 87 Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.

Saran

1. Bagi Kepolisian sebaiknya memberikan hukuman yang lebih berat terhadap pengendara jalan yang melakukan pelanggaran lebih dari satu jenis pelanggaran dan atau pengendara yang secara sengaja mengancam atau mengakibatkan korban jiwa. Kepolisian juga bisa menambah jenis pelanggaran yang akan ditindak.

2. Bagi Kepolisian harus memiliki database Nasional maupun setingkat Provinsi yang memuat data kendaraan yang masih baru maupun bermasalah.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Jejak, 2018.

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004.

Bisri Ilham, Sistem Hukum Indonesia, Jakarta: Grafindo persada, 2000.

(15)

915 Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam

Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2014.

Carlton Clymer, Pengantar Ilmu Politik, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014.

Djajoesman, Polisi dan Lalu Lintas, Jakarta: Bina Cipta, 2001.

Fajar Mukti Dan Achmad Yulianto, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Empiris &

Normatif, Pustaka Pelajar, Jakarta.

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Depok: Prenadamedia Group, 2016.

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.

Muh Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian, Bandung Jejak, 2017.

Peter Mahmud Marzuki, 2013, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

P. Lab, Steven. (2010). Crime Prevention: Approaches, Practices, and Evaluations, Lexis Nexis Group. New York.

Rusli Muhammad, Lembaga pengadilan Indonesia beserta Putusan Kontroversial, Yogyakarta: UII Press, 2013.

Soerjano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007.

Subhave Sandhy, Aplikasi Tilang Berbasis Android, Universitas Ilmu Pakuan Bogor, 2016.

Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 303.

______, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013.

Ulya, Metode Penelitian Tafsir, Kudus: Nora Media Enterprise, 2010.

Wahyu Widodo, 2015, Kriminologi dan Hukum Pidana, Universitas PGRI Semarang Press, Semarang.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transasksi Elektronik;

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia;

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas.

Jurnal dan Publikasi Ilmiah

Damas Reza Kurniadi, “Penegakan Hukum Terhadap Kendaraan Bermotor dengan Knalpot Racing oleh Kepolisian Resor Magelang Kota”, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang 2018, Semarang.

Eko Rohmat Efendi, Penerapan Hukum Terhadap E - Tilang Dalam Upaya Penertiban Lalu Lintas Pada Undang - Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Fakultas Hukum Universitas 17 Agaustus 1945 Surabaya, Jurnal BureaucracyJournal Indonesia Journal of Law and Social Political Government Vol. 2 No. 2 tahun 2022.

(16)

916 Esa Citra Anindya dan Ahmad Riyadh U.B, “Sumber Daya Dalam Pelaksanaan Program Etilang di Kejaksaan Negeri Sidaoarjo”, Indonesian Journal of Public Policy Review Vol 17 (2022): January.

Fuadhi Faktawan dan Izzy Al Kautsar, Prinsip Berkeadilan Tilang Elektronik dengan Sistem E-TLE (Studi Kota Yogyakarta), Jurnal Wajah Hukum Volume 6 (1) April 2022.

Junef Muhar, Perilaku Masyarakat Terhadap Operasi Bukti Pelanggaran (Tilang) Dalam Berlalu Lintas, Journal Widya Yustisia 1, No. 1 (2014)

Komang Sastrin dan I Nyoman Surata, Efektifitas Tilang Elektronik bagi Pelanggar Berkendaraan Bermotor di Kab. Buleleng (Studi di Pengadilan Negeri Singaraja Kelas IB), Kertha Widya Jurnal Hukum Vol. 6 No. 2 Desember 2018.

Kristin Manso, Florence D.J. Lengkong, Very Y.Londa, “Implementasi Program Elektronik Tilang (e-Tilang) Pada Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Sulawesi Utara”, Jurnal Administrasi Publik No.119 Vol. VIII (2022).

Noverdi Puja Saputra, Electronic Traffic Law Enforcement, Majalah Info Singkat Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Volume XIII No.7 2021.

Romli Atmasasmita dalam Sayuti, “Arah Kebijakan Pembentukan Hukum kedepan”, Jurnal Hukum Al-Risalah Volume 13 Nomor 2 Desember 2013.

Setiyanto, Gunarto, Wahyuningsih, “Efektivitas Penerapan Denda Sanksi ETilang Bagi Pelanggar Lalu Lintas Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi di Polres Rembang)”, Jurnal Hukum Khaira Ummah, Vol. 2 No. 4, Desember 2017, Unissula, Semarang.

Siti Zubaidah And Nurwahidah Mansyur, Analisis Pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement Dalam Upaya Penegakan Hukum Lalu Lintas, Al-Amwal 4, No. 2 (2019).

Sundy Kelana Sinaryanto, Roziqin, Sri Endang Rayung Wulan, “Implementasi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalin di Kab. Penajam Paser Utara”, Jurnal Lex Suprema Volume 2 Nomor I Maret 2020.

Tata Wijayanta, “Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan Dalam Kaitannya Dengan Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga”, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 2, Mei 2014, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Yoga Dwi Arjuna, Implementasi Program e-Tilang dalam Penegakan Hukum Pelanggaran Lalu Lintas di Wilayah Hukum Polres Banyumas, Jurnal Penelitian Ilmiah Advances in Police, 4 (1), January 2020 Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang.

Yuli Armala dan M. Yasir, Implementasi ETLE di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Bojonegoro, Jurnal Hukum Justitiable, Volume 5 No. 1 Juli 2022, Fakultas Hukum, Universitas Bojonegoro.

Internet/Website

Junaedi Diskominfo Ungaran, Polres Semarang Gelar Operasi Keselamatan Lalu Lintas Selama 14 hari. main.semarangkab.go.id edisi 1 Maret 2022 diakses pada 23 Oktober 2022.

Mohamad Agus Yozami, Kini ada Aplikasi e-tilang untuk Berantas Pungli Oknum

Polantas edisi 25 Oktober 2016,

(17)

917 http://m.hukumonline.com/berita/baca/ite580efd71915a7/kini--ada- aplikasi-e-Tilang-untuk-berantas-pungli-oknum-polantas Diakses pada tanggal 23 Oktober 2022.

Titis Anis Fauziyah, Pelanggaran Lalu Lintas Jateng Turun Drastis, radarsemarang.jawapos.com edisi 4 Oktober 2022 diakses 23 Oktober 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan pada saat sekarang juga tidak memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penetapan dari gaji pokok yang seharusnya diterima oleh karyawan tersebut,

Dari berbagai macam pendasaran hukum tentang hak anak dalam masa-masa pertumbuhannya memang terjadi suatu kebingungan atau kekacauan ataupun ketidakpastian hukum

Kecamatan Basidondo dan Kecamatan Lampasio hingga saat ini, kedua kecamatan tersebut belum memperlihatkan kondisi ideal sebagai penghasil tanaman pangan dan perkebunan,

Ini sangat penting untuk memilih kosa kata atau tingkatan bahasa Bali supaya penggunaanya benar dan bisa dipahami oleh penyimak yaitu si anak dalam keluarga atau siswa dan bahkan

 Sistem akan aktif setelah dihubungkan ke sumber tegangan, langkah selanjunya letakan sensor TGS 2610 secara vertikal dari tabung gas LPG, dalam pengujian

71 Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."

Perubahan fisik merupakan respon tumbuhan terhadap logam berat yang menunjukkan kemampuan adaptasi tumbuhan terhadap logam berat.Penampilan fisik Kiapu sebelum

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran fasilitas perpustakaan terhadap kinerja pustakawan di Badan Perpustakaan Arsip dan