• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTU MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG PESERTA DIDIK KELAS VI SD INPRES PANAIKANG II/2 KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTU MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG PESERTA DIDIK KELAS VI SD INPRES PANAIKANG II/2 KOTA MAKASSAR"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

i

PESERTA DIDIK KELAS VI SD INPRES PANAIKANG II/2 KOTA MAKASSAR

SKPIPSI

Oleh

MARIA V. SARIYATI NIM 4513103123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2017

(2)
(3)

iii

Dengan ini saya mengatakan bahwa, skripsi dengan judul

“Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Peserta Didik Kelas VI SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri, bukan karya hasil plagiat. Saya siap menanggung risiko/sanksi apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercela yang melanggar etika keilmuan dalam karya saya ini, termasuk adanya klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Makassar, 5 September 2017 Yang membuat pernyataan,

Maria V. Sariyati

(4)

iii

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik kelas VI SD Inpres II/2 Panaikang Kota Makassar. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Di bimbing oleh: Dr. Muhammad Bakri, M.Pd. dan Fathimah Az Zahra Nasrudin, S.Pd.,M.Pd.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika tentang bangun ruang dengan mengggunakan metode problem solving siswa kelas VI SD Inpres II/2 Panaikang Kota Makassar.

Jenis penelitian ini adalah penellitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus, setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan yang didalamnya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Inpres II/2 Panaikang Kota Makassar. Dan objek penelitian adalah penerapan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran sebelum penelitian tindakan kelas hanya 48%

sehingga perlu adanya tindakan.

Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil belajar siswa yang tuntas ada 13 siswa dengan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 52% dan rata-rata yang diperoleh 70,12 termasuk dalam kategori baik. Pada siklus II hasi belajar siswa yang tuntas adalah 22 siswa dengan persentase 88% dan rata-rata yang diperoleh 86,08 termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan menggunakan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VI SD Inpres II/2 Panaikang Kota Makassar.

Kata kunci: hasil belajar matematika, bangun ruang, metode problem solving.

(5)

iv

Maria V. Sariyati, 2017. Application of Problem Solving Method to Improve Students’ Learning Outcomes of Class VI Inpres II / 2 Panaikang Makassar. Primary Teacher Education. Supervised by Dr. Muhammad Bakri, M.Pd and Fatima Az Zahra Nasrudin, S.Pd., M.Pd.

The purpose of this research is to know the learning ootcomes of mathematics subject about geometry by using problem solving method of class 6 students of SD Inpres II / 2 Panaikang Makassar City. The type of this research is classroom action research. The study was conducted with two cycles, each cycle was held one meeting which consisted of four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection.

Subject in this study is the students of the 6th grade SD Inpres II / 2 Panaikang Makassar City. And the object of research is the application of problem solving method to improve the learning outcomes of mathematics.

Student learning completeness on learning before action research class is only 48% so that the need for action.

The results of this study obtained from the outcomes of the students’ learning there are 13 students with the percentage of students' learning mastery in the first cycle namely 52% and the average obtained 70.12 included in good category. In the second cycle the learning outcomes of the students is 22 students with 88% percentage and the average obtained is 86.08 included in very good category. The results of this study showed that by using the method of solving problems can improve students’ learning outcomes in the subjects of mathematics class VI SD Inpres II / 2 Panaikang Makassar.

Keywords: mathematics learning outcomes, geometry, problem solving method.

(6)

v

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Muh. Bakri selaku dosen pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan Fatimah Az Zahra Nasiruddin selaku dosen pembimbing II yang dengan bijak, dan ikhlas memberikan waktunya kepada saya dan tenaga serta pikirannya untuk membantu menyelesaikan skripsi saya, dan tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Saleh Pallu, M. Eng., selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar.

2. Dr. Mas’ud Muhammadiah., Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar.

(7)

vi

Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar.

4. St. Huderiah Hadis, SE., S.Pd., Kepala Sekolah SD Inpres II/2 Panaikang Kota Makassar.

5. Seluruh dosen di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar yang telah memberikan arahan dan bimbingan, serta yang telah banyak membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar.

6. Bapak/Ibu guru serta seluruh staf tata usaha SD Inpres II/2 Panaikang Kota Makassar.

7. Zubaidah Lapi, S.Pd., selaku guru pembimbing pada saat penelitian.

8. Ayu Wulandari, Radiatul adawiah, Juriatin, Emilia Mil, Maria Sarti, Nurmasytha, Bibiana Asistri dan semua teman-teman yang tidak bisa saya tuliskan namanya satu persatu yang telah menjadi teman seperjuangan dan yang telah banyak membantu selama menempuh pendidkan di program studi pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas bosowa makassar dan memberikan warna serta kesan dikehidupan penulis.

(8)

vii

sama , motivasi, dan semangatnya dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.

Ucapan terima kasih terkhusus dan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada ayah tercinta (Bonefasius Jehamut) dan ibu tersayang (Imakulata Mahus) yang sangat berjasa dalam kehidupan penulis karena telah melahirkan, mendidik, membesaran, memberikan kasih sayang, memberikan dorongan, nasehat, dan doa demi kebarhasilan penulis. Delviana Purnama,dan adek-adek saya, serta keluarga yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan dorongan selama ini kepada penulis agar segera menyelesaikan pendidikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa setiap karya dan usaha yang telah dilakukan dalam skripsi ini akan mengundang kritik, oleh karena itu tegur, sapa yang berupa saran. Kritik yang membangun penulis sangat harapkan demi kesempurnaan dan sebagai dasar pemikiran bagi penulis dalam karya dan usaha yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan agar skripsi penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis pribadi.

Makassar, 28 September 2017 Penulis

Maria V. Sariayati

(9)

viii

Halaman

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Metode Problem Solving ... 7

1. Ciri-ciri Metode Problem Solving ... 10

2. Tujuan Metode Problem Solving ... 11

3. Langkah-langkah Metode Problem Solving ... 12

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem Solving ... 13

B. Hasiil Belajar ... 15

1. Pengertian Belajar ... 15

2. Pengertian Hasil Belajar... 16

C. Pembelajaran Matematika ... 17

1. Hakikat Matematika ... 17

2. Pembelajaran Matematika ... 19

D. Kerangka Pikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 33

B. Subjek penelitian ... 33

C. Prosedur penelitian... 34

D. Faktor yang Diselidiki ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 39

(10)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN... 71 RIWAYAT HIDUP ...

(11)

x

Halaman

Tabel 3.1 Pengkategorian Tingkat Pemecahan Masalah Matematika . 41

Tabel 4.1 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 45

Tabel 4.2 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 47

Tabel 4.3 Lembar Hasil Pengamatan Sikap Siklus I... 50

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus I ... 51

Tabel 4.5 Data Deskripsi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I .... 52

Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II... 57

Tabel 4.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 59

Tabel 4.8 Lembar Hasil Pengamatan Sikap Siklus II... 61

Tabel 4.9 Hasil Belajar Siklus II ... 63

Tabel 4.10 Data Deskripsi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II . 64

(12)

xi

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 32 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan ... 35

(13)

xii

Halaman

Lampiran 1. RPP Siklus I ... 71

Lampiran 2. Soal Siklus I ... 82

Lampiran 3. Kunci Jawaban Siklus I ... 83

Lampiran 4. Lembar Observasi Guru Siklus I ... 85

Lampiran 5. Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 88

Lampiran 6. Lembar Afektif Siswa Siklus I ... 91

Lampiran 7. RPP Siklus II ... 93

Lampiran 8. Soal Siklus II ... 104

Lampiran 9. Kunci Jawaban Siklus II ... 105

Lampiran 10. Lembar Observasi Guru Siklus II ... 107

Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 110

Lampiran 12. Lembar Afektif Siswa Siklus II ... 113

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tergantung pada proses belajar. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang sangat penting karena mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa (Oemar Hamalik, 2011:36).

Hubungan guru dan peserta didik di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagimanapun sempurnanya metode yang digunakan, jika hubungan guru-peserta didik tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan (Sadirman, 2007:147).

Dengan demikian pendidikan sangat berpengaruh pada sebuah tatanan masyarakat atau suatu bangsa, karena ukuran kemajuan sebuah bangsa ada pada kualitas pendidikannya, sehingga dalam menentukan arah pembangunan dan tujuan cita-cita bangsa terletak pada tujuan pendidikannya.

Keberhasilan pendidikan akan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan interaksi guru dan peserta didik. Kegiatan belajar mengajar tidak

(15)

dapat terlepas dari keseluruhan sistem pendidikan. Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (peserta didik), sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang diakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan peserta didik pada saat pengajaran berlangsung (Nana Sudjana, 2010:8).

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur (Abu Ahmadi, 2005:120). Sedangkan model pembelajaran menurut Arends, bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalam tujuan-tujuan pengajaran, tahapan-tahapan dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengolahan kelas (Tritanto, 2007:4). Hasil belajar peserta didik, merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses belajar mengajar agar dapat mengetahui seberapa jauh penguasaan terhadap materi pelajaran, karena hasil belajar peserta didik itu tolak ukur keberhasilan proses belajar di sekolah.

Berdasarkan hal tersebut dapat disusun atau dibuat rencana pengajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan peserta didik.

Dengan demikian diharapkan terjadinya proses belajar mengajar yang dapat menjamin kemudahan–kemudahan belajar bagi peserta didik,

(16)

sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi dan meningkatkan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.

Matematika adalah mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di SD karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dan diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari matematika lanjut dan mata pelajaran lain. Seorang guru SD yang akan mengajar mata pelajaran matematika memerlukan pemahaman yang memadai tentang hakikat matematika dan bagaimana matematika yang memiliki karakteristik unik dan khas harus diajarkan kepada peserta didik.

Pemahaman tentang hakikat matematika dan pembelajaran matematika merupakan syarat mutlak bagi guru untuk dapat mengajar dengan baik (Kusaeri dkk, 2005:6).

Mengingat pentingnya peranan matematika bagi peserta didik, maka mata pelajaran matematika di sekolah mendapatkan porsi lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Hasil survey pada tanggal 15 April 2017 di SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar tahun pelajaran 2017/2018 menunjukkan bahwa jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran matematika adalah 5 jam pelajaran dalam satu minggu.

Pada penelitian ini penilaian lebih ditekankan pada hasil belajar peserta didik. Indikasi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah agar peserta didik mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan mempelajari matematika

(17)

peserta didik selalu dihadapkan kepada masalah matematika yang terstruktur, sistematis dan logis yang dapat membiasakan peserta didik untuk mengatasi masalah yang timbul secara mandiri dalam kehidupan tanpa harus selalu meminta bantuan kepada orang lain. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada peserta didik dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena pada soal yang berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga pemahaman peserta didik dalam pemecahan masalah dapat terukur.

Bentuk lain soal pemecahan masalah yang difokuskan pada penelitian ini adalah soal cerita. Berdasarkan buku-buku penunjang pelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk soal cerita hampir pada setiap materi pokok.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran matematika khususnya konsep bangun ruang di SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar, nilai KKM yang harus dicapai siswa ialah 70 dan yang mencapai nilai KKM 48 % adalah 12 orang, dan yang tidak mencapai nilai KKM 52 % adalah 13 orang dengan jumlah siswa 25 orang. Melihat banyaknya masalah yang dihadapi oleh peserta didik kelas VI SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar maka perlu sebuah metode pembelajaran dalam menunjang siswa dalam menyelesaiakan masalah belajar. Salah satu metode yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan masalah belajar siswa adalah dengan penerapan metode problem solving.

(18)

Solusi yang ditawarkan/teori tentang problem solving adalah suatu metode pembelajaran dimana peserta didik diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang disediakan serta dengan problem solving peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sesuai dengan taraf kemampuannya baik secara perorangan maupun secara berkelompok.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Peserta Didik Kelas VI SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan yaitu: bagaimana penerapan Metode problem solving dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang peserta didik kelas VI SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui penerapan Metode problem solving dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang peserta didik Kelas VI SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar.

(19)

D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Memberikan kekhasan keilmuan dan meningkatkan kwalitas pembelajaran terutama pada mata pelajaran pendidikan Matematika.

2. Manfaat Praktis:

a) Bagi peserta didik, metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik dan dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran matematika.

b) Bagi Peneliti:

1) Peneliti semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran.

2) Jika penerapan metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, maka dalam menentukan metode pembelajaran, metode problem solving tepat untuk digunakan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode problem solving

Problem solving merupakan istilah dalam bahasa Inggris, yang mempunyai beberapa padanan dalam bahasa Indonesia digunakan istilah

"merumuskan masalah (soal)” atau “pembentukan soal". Istilah problem solving dengan pembentukan soal, Pembentukan soal atau merumuskan masalah mencakup 2 (dua) macam kegiatan, yaitu: (1) Pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau pengalaman peserta didik, dan (2) Pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada.

Problem solving mempunyai beberapa arti. Pertama, problem solving adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Kedua, problem solving adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan. Problem solving dimaksudkan perumusan masalah (soal) oleh siswa dari situasi yang tersedia atau soal yang diberikan oleh guru, yang dilakukan sebelum, ketika dan setelah pemecahan masalah misalnya guru mengajukan masalah/soal kepada peserta didik, selanjutnya peserta didik diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan (masalah-masalah) yang mengarah kepada pemecahan masalah. Ketiga, problem solving yaitu merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.

(21)

Istilah problem solving diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif matematika yang berbeda. Istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengajuan pre-solusi atau pre-solution solving yaitu seorang peserta didik membuat soal dari situasi yang diadakan.

2) Pengajuan didalam solusi (within-solution solving), yaitu seorang peserta didik merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan.

3) Pengajuan setelah solusi (post-solution solving), yaitu seorang peserta didik memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru.

Problem solving merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan soal sendiri. Pembelajaran matematika lebih ditekankan pada kegiatan problem solving. Untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan dapat dilakukan dengan cara membiasakan peserta didik mengajukan soal. Mengungkapkan pertanyaan merupakan salah satu kegiatan yang dapat menantang siswa untuk lebih berpikir dan membangun pengetahuan mereka.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa pembelajaran matematika dengan metode problem solving akan sangat bermanfaat, karena dengan pembelajaran problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis dari peserta didik. Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa metode problem solving adalah suatu metode pembelajaran dimana peserta didik diminta untuk merumuskan,

(22)

membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang disediakan.

Metode Problem Solving atau juga sering disebut dengan nama metode pemecahan masalah merupakan suatu cara yang dapat merangsang seseorang untuk menganalisis dan melakukan sintesis dalam kesatuan struktur atau situasi dimana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-relasi diantara berbagai data, sehingga dapat menemukan kunci pembuka masalahnya.

Metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam metode Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan (Syaiful Bahri Djamarah 2006:92).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Problem Solving merupakan suatu metode pemecahan masalah yang menuntut peserta didik untuk dapat memecahkan berbagai masalah yang ada baik secara perorangan maupun secara kelompok. Metode

(23)

Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Karena dalam metode ini peserta didik dituntut untuk dapat memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Proses pembelajarannya menekankan kepada proses mental peserta didik secara maksimal, bukan sekedar pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik untuk sekedar mendengarkan dan mencatat saja, akan tetapi meghendaki aktivitas peserta didik dalam berpikir.

Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah kemampuan peserta didik dalam proses berpikir utuk memperoleh pengetahuan (Wina Sadjana, 2005:133). Sejalan dengan pendapat yang telah disampaikan oleh Wina Sanjaya, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Karena metode tersebut menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat memecahkan suatu permasalahan.

Dengan demikian maka kemampuan berpikir kritis peserta didik akan terus terlatih.

1. Ciri-ciri Metode Problem Solving

Martinis Yamin (2009:82-83) mengemukakan ciri-ciri pokok metode Problem Solving adalah sebagai berikut:

1) Siswa bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil.

2) Tugas yang diselesaikan adalah persoalan realistis untuk dipecahkan.

3) Siswa menggunakan berbagai pendekatan jawaban.

4) Hasil pemecahan masalah didiskusikan antara semua siswa.

(24)

Tjadimojo (2001:3) mengemukakan ciri-ciri metode Problem Solving adalah sebagai berikut:

1) Metode problem solving merupakan rangkaian pembelajaran artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa,

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, metode ini menempatkan sebagai dari proses pembelajaran,

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.

Berdasarkan ciri-ciri menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode problem solving adalah suatu metode yang digunakan untuk membantu pembelajaran yang diarahkan untuk menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan pembelajaran baik secara individu maupun berkelompok dan pemecahan masalah menggunakan cara berpikir ilmiah.

2. Tujuan Metode Problem Solving

Tujuan utama dari penggunaan metode Problem Solving tersebut antara lain:

a. Mengembangkan kemampuan berpikir, terutama didalam mencari sebab akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih peserta didik dalam cara-cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah- langkah apabila akan memecahkan suatu masalah.

(25)

b. Memberikan kepada peserta didik pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai atau bermanfaat bagi keperluan hidup sehari- hari.

Metode ini memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya di dalam masyarakat. Kesimpulan dari penjelasan di atas, tujuan utama dari metode Problem Solving yaitu agar peserta didik mampu berpikir secara kritis dalam menghadapi suatu masalah dalam kehidupannya, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok, sehingga dapat menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu, diharapkan pula agar peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, sehingga dapat merangsang perkembangan cara berpikir dan kemampuan mereka.

3. Langkah-langkah Metode Problem solving

Menurut Abdul Majid (2013:212) ada beberapa langkah-langkah problem solving yaitu:

1) Menyiapkan isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari diri peserta didik sesuai dengan taraf kemampuannya juga sesuai materi yang disampaikan dan kehidupan diri peserta didik.

2) Menuliskan tujuan/kompetensi yang hendak dicapai.

(26)

3) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dan lain-lain.

4) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

5) Menguji jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini, peserta didik harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban tersebut, tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi.

6) Tugas, diskusi, dan lain-lain

7) menarik kesimpulan. Artinya peserta didik harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Tahap ini merupakan tahap inti kegiatan pembelajaran, guru menyajikan konsep dan prinsip serta contoh-contoh kepada peserta didik, kemudian peserta didik diarahkan untuk membuat soal berdasarkan dengan contoh yang diberikan sebelumnya.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem Solving.

Metode Problem Solving mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

(27)

a. Kelebihan Metode Problem Solving:

1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan nyata.

3) Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami bahan ajar.

4) Memberikan tantangan kepada peserta didik, dan mereka akan merasa puas dari hasil penemuan baru itu.

5) Dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar.

6) Dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan mereka mengadaptasi situasi pembelajaran baru.

7) Pemecahan masalah membantu peserta didik mengevaluasi pemahamannya dan mengidentifiksikan alur berfikirnya.

b. Kelemahan Metode Problem Solving:

1) Memerlukan kemampuan khusus dan keterampilan guru dalam menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.

(28)

2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

3) Mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik.

4) Ketika peserta didik bekerja dalam kelompok, mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena didominasi oleh yang mampu.

5) Beberapa peserta didik mungkin memiliki gaya belajar yang tidak familiar untuk digunakan dalam pemecahan masalah (Martinis Yamin, 2009:83-84).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode Problem Solving yaitu dapat melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna karena peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, selain itu metode ini juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, karena mereka akan terbiasa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang menuntut untuk dipecahkan. Namun disisi lain metode ini juga memerlukan banyak waktu dalam pengaplikasiaannya.

(29)

B. Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. ( learning is defined ac the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Menurut Gagne di dalam proses belajar terdapat dua fenomena, yaitu; meningkatkan keterampilan intlektual sejalan dengan meningkatnya umur serta latihan yang diperoleh individu, dan belajar akan lebih cepat bilamana strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.

Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru kerah yang lebih baik. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan pada individu-individu belajar, belajar tidak hanya pada penambahan pengetahuan tetapi juga terbentuk suatu kecakapan, keterampilan, pemahaman, sikap dan nilai moral yang akan membentuk pribadi seseorang yang merupakan hasil interaksi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Perubahan itu mengandung pengertian yang luas, yakni pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan lain

(30)

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan rangkaian dari dua kata yaitu “hasil” dan

“belajar”.“Hasil” berarti sesuatu yang diadakan oleh suatu usaha.

Sedangkan kata “belajar” mempunyai banyak pengertian, menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai peserta didik dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Purwanto (2010: 12) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor setelah mengikuti proses belajar mengajar.

(31)

C. Pembelajaran Matematika 1. Hakikat Matematika

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yag diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini di sebabkan pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subjek dalam pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri. Khusus mata pelajaran matematika, selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya (Ahmad Susanto, 2013:85). Maka dari itu untuk memahami matematika harus senantiasa belajar. Karena matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Depdiknas, 2006:345).

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan

(32)

kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar (Mansur Muslich).

Dalam pembelajaran matematika, konsep yang akan dikonstruksi siswa sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal siswa dan konsep yang dikonstruksi siswa ditemukan sendiri oleh siswa. Menurut Freudental (Gravemeijer, 1994:20) matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan pembelajaran matematika merupakan proses penemuan kembali. Ditambahkan oleh de Lange (Sutarto Hadi, 2005:19) proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Masalah konteks nyata (Gravemeijer,1994:123) merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika. Konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa dengan memperhatikan konteks itu berlangsung dalam proses yang oleh Freudenthal dinamakan reinvensi terbimbing (guided reinvention).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hakikat matematika adalah suatu disiplin ilmu yang dersifat abstrak juga meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumen serta dapat

(33)

menyelesaikan masalah sehari-hari bukan hanya didunia kerja tapi juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pembelajaran Matematika

Aunurrahman (2010:2) mengatakan pembelajaran akan berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari pengetahuan awal dan perspektif budaya.

Menurut Aqib (Syahrir, 2010:6) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang disusun, meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan rancangan yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Hamalik (Syahrir, 2010:7) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

Menurut Syahrir (2010:8) matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari–hari melalui materi pengukuran, geometri, aritmatika sosial, peluang, dan statistik.

Lebih lanjut Syahrir (2010:84) mengungkapkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bilangan dan bangun (datar dan ruang) lebih menekankan pada materi matematikanya.

Menurut Tinggih (Hudojo, 2005:4) matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya,

(34)

melainkan juga unsure ruang sebagai sasarannya. Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Dengan demikian, pelajaran matematika tersusun sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu lebih mendasari pengertian berikutnya. Mempelajari matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis.

Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.

Pembelajaran matematika terdiri dari Aljabar, Geometri, dan Aritmatika. Pembelajaran geometri terdiri atas bangun datar dan bangun ruang dibahas berikut ini:

a. Bangun Datar

Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal.

Berikut beberapa bangun datar:

(35)

1) Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.

2) Persegi, yaitu persegi panjang yang semua sisinya sama panjang.

3) Segitiga, yaitu bangun datar yang terbentuk oleh tiga buah titik yang tidak segaris.. macam macamnya: segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang.

4) Jajar Genjang, yaitu segi empat yang sisinya sepasang-sepasang sama panjang dan sejajar.

5) Trapesium, yaitu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar.

6) Layang-layang, yaitu segi empat yang salah satu diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.

7) Belah Ketupat, yaitu segi empat yang semua sisinya sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

8) Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama. jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius, atau jari-jari.

b. Bangun Ruang

Bangun ruang merupakan salah satu materi pembelajaran matematika di sekolah dasar. Materi bangun ruang dipelajari mulai dari kelas V SD dan di lanjutkan di kelas VI SD. Materi bangun ruang merupakan salah satu materi yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi para peserta didik atau siswa, untuk itu dalam menyampaikan

(36)

materi ini, seorang guru harus pandai-pandai mencari model pembelajaran yang tepat, selain itu juga harus menggunakan alat peraga yang tepat agar pembelajaran bisa berhasil.

Sifat-sifat dan Volume dari beberapa bangun ruang diantarnya:

kubus, balok, tabung, kerucut, limas segitiga, limas segi empat, prisma segi empat.

A. Sifat-Sifat Dan Rumus Kubus

Pada bangun ruang Kubus, mempunyai sifat-sifat di antaranya:

Gambar 2.1 Kubus

1. Mempunyai 6 sisi yang berbentuk persegi dengan luas yang sama besar diantara sisinya;

2. Mempunyai 12 rusuk yang sama panjang;

3. Mempunyai 8 titik sudut;

4. Volume kubus = s × s × s = s3.

Contoh Soal

Sebuah kardus memiliki panjang sisi 7 cm. hitunglah volume kardus tersebut?

Jawab:

Dik: panjang sisi (s) = 7 Cm

(37)

Dit: Volume kardus ?

Penyelesaian: Volume = s x s x s

= 7 x 7 x 7

= 343 cm3

B. Sifat-Sifat Dan Rumus Balok

Pada bangun ruang Balok, mempunyai sifat-sifat diantaranya:

Gambar 2.2 Balok

1. mempunyai 6 bidang sisi yang berbentuk persegi panjang;

2. mempunyai 8 titik sudut; dan 3. mempunyai 12 rusuk;

4. Volume balok = p x l x t.

Contoh Soal

Sebuah balok memiliki ukuran berturut-turut 6 m, 2 m, dan 2,5 m.

hitunglah Volume balok tersebut?

Jawab:

Dik: ukuran balok berturut-turut = 6 m, 2 m, dan 2,5 m Dit: volume balok ?

Penyelesaian: volume balok = p x l x t

= 6 m x 2 m x 2,5 m = 30 m3

(38)

C. Sifat Sifat Dan Rumus tabung

Pada bangun ruang tabung, mempunyai sifat-sifat diantaranya:

Gambar 2.3 Tabung

1. Mempunyai alas dan tutup yang berbentuk lingkaran;

2. Bidang yang menyelubungi bagian samping tabung disebut selimut tabung;

3. Jarak antara lingkaran alas dan lingkaran tutup adalah tinggi tabung;

4. Volume tabung = π × r2 × t.

Contoh Soal

Sebuah tabung memiliki diameter 7 cm, tinggi 4 cm. Jika hitunglah Volume tabung !

Jawab:

Dik: Diameter (d) = 7 Cm Tinggi = 4 cm

𝜋 = 22/7

Dit: Volume tabung ?

Penyelesaian: Volume tabung = Luas alas x Tinggi

(39)

D. Sifat Sifat Dan Rumus kerucut

Pada bangun ruang kerucut, mempunyai sifat-sifat diantaranya:

Gambar 2.4 Kerucut

1. Memiliki 2 sisi (1 sisi merupakan alas yang berbentuk lingkaran dan 1 sisinya lagi berupa sisi lengkung atau selimut kerucut);

2. Memiliki 1 rusuk;

3. Memiliki 1 titik sudut;

4. Volume = 1/3 x 𝜋𝑟2 t.

Contoh Soal

Sebuah kerucut mempunyai diameter 10 cm dan tinggi 12 cm. Jika hitunglah Volume kerucut !

Jawab:

Dik: diameter (d) = 10 cm Tinggi = 12 cm

(40)

Dit: Volume kerucut ?

Penyelesaian: Volume kerucut= 1/3 x Luas alas x Tinggi V = 1

3× πr2t = 1

3 x 3,14 x 52 x 12 = 13 x 3,14 x 25 x 12 = 1 x 3,14 x 25 x 4 = 314 cm3

E. Sifat Sifat Dan Rumus Limas Segitiga

Pada bangun ruang Limas Segitiga, mempunyai sifat-sifat diantaranya:

Gambar 2.5 Limas segitiga

1. Mempunyai alas berupa segitiga;

2. Mempunyai titik puncak;

3. Jarak dari titik puncak ke alas limas disebut tinggi limas segitiga;

4. Mempunyai 4 bidang sisi, 4 titik sudut, dan 6 rusuk;

5. Volume = ½ x a x b x c.

F. Sifat Sifat Dan Rumus Limas segi empat

Pada bangun ruang Limas segi empat, mempunyai sifat-sifat diantaranya:

(41)

Gambar 2.6 Limas Segi empat

1. Mempunyai alas berbentuk persegi panjang atau persegi;

2. Mempunyai titik puncak;

3. Jarak dari titik puncak ke alas limas disebut tinggi limas segi empat;

4. Mempunyai 5 bidang sisi, 5 titik sudut, dan 8 rusuk;

5. Volume = 1/3 x luas alas x tinggi.

Contoh Soal

Sebuah limas persegi dengan panjang sisi alas 10 cm dan tingginya 12 cm. hitunglah volume limas tersebut?

Jawab:

Dik: Panjang sisi alas (s) = 10 Cm Tinggi = 12 cm Dit: volume limas persegi ?

Penyelesaian: volume = 1/3 x luas alas x t = 1/3 x 100 x 12 = 400 cm3

(42)

G. Sifat Sifat Dan Rumus Prisma

Pada bangun ruang Prisma segi tiga, mempunyai sifat-sifat diantaranya:

Gambar 2.7 Prisma

1. Memiliki bidang alas dan bidang atas berupa segitiga yang kongruen (2 alas tersebut juga merupakan sisi prisma segitiga);

2. Memiliki 5 sisi (2 sisi berupa alas atas dan bawah, 3 sisi lainnya merupakan sisi tegak yang semuanya berbentuk segitiga);

3. Memiliki 9 rusuk dan 6 titik sudut;

4. Volume = Luas alas x tinggi.

H. Sifat Sifat Dan Rumus Bola

Pada bangun ruang bola, mempunyai sifat-sifat diantaranya:

Gambar 2.8 Bola 1. Memiliki 1 sisi;

(43)

2. Memiliki 1 titik pusat;

3. Tidak memiliki titik sudut;

4. Volume = 4/3 𝜋r3.

Contoh Soal

Sebuah bola basket memiliki jari-jari 10 cm. hitunglah volume bola basket tersebut?

Jawab:

Dik: jari-jari (r) = 10 Cm Dit: Volume bola basket ? Penyelesaian: Volume = 4/3 𝜋r3

= 43 x 3,14 x 103 = 4.186,67 cm3

D. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar mengajar matematika disekolah, guru memegang peranan penting yang strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik sebagai sumber daya manusia. Mengingat perannya begitu penting, maka guru dituntut agar memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, baik yang menyangkut membimbing, mengajar, maupun melatih peserta didik dalam mengembangkan potensinya.

Untuk pencapaian tujuan pembelajaran suatu materi diperlukan model pembelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga tujuan

(44)

pembelajaran dapat tercapai. Karena dalam pembelajaran matematika diharapkan siswa mampu menguasai dan memahami teori, konsep dan prinsip-prinsip penerapannya, maka konsep-konsep yang menjadi dasar ilmu harus diberikan kepada siswa secara benar dan penekanannya pada kegiatan pengamatan secara langsung ditransfer kepada orang lain.

Pembelajaran yang biasa dilakukan saat ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru bukan kepada siswa. Padahal proses pembelajaran matematika sebaiknya harus lebih mengaktifkan siswa.

Guru harus membebaskan siswa untuk berpikir dan keleluasaan bertindak kepada siswa dalam memahami pengetahuan dan memecahkan masalah.

Dengan demikian salah satu kemampuan yang diharapkan belajar matematika adalah kemampuan penalaran matematika. Jika proses belajar yang dilakukan hanya satu arah maka kemampuan penalaran matematika siswa tidak akan terlatih.

Metode Problem Solving adalah salah satu metode pembelajaran yang diarahkan untuk pengembangan kemampuan penalaran. Dalam metode ini siswa diberikan masalah yang memerlukan kemampuan untuk terus menggunakan daya nalarnya sehingga siswa terbiasa dan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematikanya.

Dengan tahapan-tahapan Problem Solving diharapkan siswa lebih mudah belajar memahami suatu materi pelajaran. Tahapan yang dilalui merupakan tahapan untuk lebih memahami kemampuan diri sendiri.

Dengan demikian metode Problem Solving adalah metode pembelajaran

(45)

matematika yang dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.

Bagan Kerangka Pikir

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengkaji peningkatan hasil belajar Matematika melalui penerapan pendekatan problem solving pada peserta didik kelas VI SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar. Peneliti mengikuti langkah-langkah penelitian menurut Kemmis dan Taggar. Menurut Kemmis dan Mc Taggart, penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar, peneliti memilih lokasi ini karena letaknya sangat strategis sarana dan prasarana cukup memadai, sehingga peserta didiknya layak untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

B. Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar dan sampelnya adalah murid kelas VI yang berjumlah 25 peserta didik, yang terdiri dari 10 laki-laki dan 15 perempuan. Karena di

(47)

kelas VI SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar mempunyai pembahasan yang sesuai dengan judul peneliti.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian sesuai dengan jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu mengikuti model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatandan refleksi. Untaian-untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Pada penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan selama satu kali pertemuan dengan waktu dua kali 45 menit.

Pertemuan dialokasikan untuk proses belajar mengajar dan untuk pelaksanaan tes siklus I. Begitu pula untuk siklusII dilaksanakan satu kali pertemuan dengan prosedur yang sama pada siklus I. Pada tiap siklus mencakup tahap–tahap sebagai berikut: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi, 4) Refleksi. Keempat langkah yang dikenal dengan istilah Model Kemmis & Taggart (Suharsimi Arikunto, 2016:42) dapat digambarkan sebagai berikut:

(48)

Bagan 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Penjelasan tiap-tiap siklus:

Siklus 1

1. Perencanaan

Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), menentukan pokok bahasan, mengembangkan skenario pembelajaran, menyusun RPP, menyiapkan sumber belajar, mengembangkan format evaluasi dan mengembangkan format observasi pembelajaran berdasarkan identifikasi masalah observasi awal sebelum penelitian dilaksanakan sehinga.

(49)

b. Pelaksanaan Tindakan

Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya.

Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas.

c. Observasi

Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.

d. Refleksi

Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu

(50)

diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi tindakan ke-I.

Siklus II

1. Perencanan

Perencanaan yang dilakukan adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan metode problem solving dengan materi bangun ruang. Perencaan ini disusun dengan memperhatikan hasil observasi dan refleksi pada siklus I, hal ini dimaksudkan agar pembelajaran meningkat sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas.

3. Observasi

Pada tahap ini, pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi belajar sudah terlaksana sesuai dengan skenario pengajaran program tindakan ke-II.

(51)

4. Refleksi

Refleksi ini dilakukan pada akhir siklus II, hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian harus dihentikan atau dilanjutkan.

Jika hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah mencapai standar keberhasilan, maka penelitian harus dihentikan. Tapi jika ditemukan masih banyak kekurangan dan hasil belajar peserta didik belum mencapai standar ketuntasan maksimal, maka penelitian harus dilanjutkan.

D. Faktor yang diselidiki 1. Faktor Input

Faktor-faktor yang mendukung sebelum terjadinya pembelajaran, terkait dengan guru dan siswa, bahan ajar,sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar dsb.

2. Faktor Proses

Faktor-faktor yang berperan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode problem solving misal keterampilan guru mengajar (keterampilan bertanya, gaya mengajar), cara belajar siswa, metode yang digunakan, pengelolaan kelas dsb

3. Faktor Output

Faktor-faktor yang muncul selama dan setelah pembelajaran, misal:

hasil belajar siswa, sikap siswa terhadap pembelajaran.

(52)

E. TeknikPengumpulan Data 1. Teknik Observasi

Observasi dilakukan di kelas VI berkaitan dengan proses pembelajaran matematika, terutama keterampilan menyelesaikan soal- soal berbasis masalah serta keaktifan peserta didik pada saat proses pembelajaran. Juga mengamati guru yang sedang mengajar untuk mengetahui apakah cara yang dilakukan sesuai dengan apa yang di terapkan dalam RPP atau tidak. Jadi instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

2. Teknik Tes

Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik kelas VI dalam pemecahan masalah matematika setelah diterapkannya metode problem solving. Tes yang diberikan berbentuk uraian yang disusun oleh peneliti bersama dengan guru kelas V, jumlah soal setiap siklus adalah 5 nomor dengan bobot masing-masing soal 20. Jadi instrumen yang digunakan adalah lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika.

F. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data dengan lengkap, selanjutnya peneliti berusaha menyusun dan mengelompokkan data serta menyeleksi data. Setelah dikelompokkan selanjutnya data dianalisis agar data tersebut mempunyai arti dan dapat ditarik pada suatu kesimpulan umum.

Adapun langkah–langkah adalah sebagai berikut:

(53)

1. Analisis Hasil Obsevasi

Analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa observasi tentang proses pembelajaran, aktivitas guru dan aktifitas siswa serta kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik yang diperoleh melaui observasi.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Ada beberapa aspek yang dihitung berkaitan dengan tes hasil belajar, antara lain: menghitung skor hasil ujian tiap individu, menghitung rata-rata hasil ujian tingkatan kelas.

a. Rumus menentukan skor N=Skor Perolehan

Skor maximal x Bobot soal

Rumus di atas digunakan untuk mengetahui nilai yang diperoleh masing-masing siswa setelah menyelesaikan tes formatif.

b. Rumus mencari persentase ketuntasan belajar klasikal.

P = Nf x 100%

(Anas Sudijono, 2011: 43) Keterangan:

P = Persentase ketuntasan belajar

F = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar N = Jumlah seluruh peserta didik

Rumus ini digunakan untuk menghitung persentase klasikal ketuntasan belajar siswa.

(54)

Tabel.3.1

Pengkategorian tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika.

Nilai rata-rata Nilai Huruf Kategori 80-100

70-79 60-69 50-59 0-49

A B C D E

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Kurang Sekali (Sumber: Arikunto, 2006: 214)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang meningkat setiap siklusnya, hal ini dapat dilihat dari skor nilai siswa yang meningkat mencapai paling sedikit 85% dari keseluruhan siswa yang memperoleh nilai KKM yaitu nilai 70 ke atas.

Aktifitas siswa selama penelitian juga semakin membaik, ini menjadi hal positif untuk perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Selama penelitian pembelajaran terlaksana sesuai dengan RPP yang telah disedia. Selanjutnya respon siswa terhadap penerapan metode problem solving pada pembelajaran matematika sangat positif, hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya hasil evaluasi dan semangat belajar yang tinggi setiap siklusnya.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam setiap siklusnya dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, pertemuan berlangsung selama 2 x35 menit atau 2 jam pelajaran. Setelah selesai dilaksanakan siklus I, pada akhir pertemuan diadakan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Begitu juga pada siklus II, pada akhir pertemuan diadakan tes formatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2017 dan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2017. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2017/2018 khususnya pada semester ganjil dengan menyesuaikan materi yang terdapat pada kurikulum yang digunakan SD Inpres Panaikang II/2.

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Tahap perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan peneliti bersama guru melakukan koordinasi tentang pelaksanaan tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan di kelas VI SD Inpres II Panaikang dengan penerapan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang peserta didik kelas VI SD Inpres Panaikang II/2 Kota Makassar. Kegiatan yang dilakukan pada tahap

(56)

perencanaan siklus I yaitu:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode Problrm Solving pada materi bangun ruang.

2) Mempersiapkan media yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, berupa gambar bangun ruang yang sesuai dengan metode problem solving.

3) Menjelaskan mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan motode problem solving.

4) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan proses pembelajaran di kelas.

5) Mempersiapkan soal tes yang akan diberikan pada akhir siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan siklus I

Pada tahap ini dilakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode Problem Solving dan dilaksanakan hanya satu kali pertemuan. Hasil-hasil observasi kelas yang telah disusun sesuai dengan RPP dan dalam pelaksanaanya terdapat beberapa hambatan yang mengganggu proses pembelajaran.

Pertemuan pada siklus I dilakukan pada hari Senin, 24 Juli 2017 pukul 08.00-10.00 WITA dengan jumlah peserta didik 25 orang. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai peneliti, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah rekan dari peneliti yaitu Bibiana Asistri.

Pada pertemuan ini peneliti membuka dengan perkenalan pada peserta didik serta berusaha mendekatkan diri kepada siswa agar terjadi

(57)

keakraban antara peserta didik dengan peneliti. Sebelum memulai pembelajaran, peneliti memberikan terlebih dulu motivasi untuk menambah semangat dalam belajar matematika, kemudian peneliti menjelaskan metode yang akan digunakan selama proses belajar mengajar yaitu metode problem solving.

Peneliti memulai pembelajaran dengan menyampaikan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator serta tujuan yang akan dicapai pada pertemuan ini. Selanjutnya peneliti menyampaikan pembelajaran, peserta didik mendengarkan dan ada beberapa peserta didik yang mulai mengerti dan bertanya tentang bangun ruang kubus, balok, tabung, dan prisma.

Alokasi waktu selama 2 jam pelajaran atau 70 menit.

Peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya. Pada pertemuan siklus I kondisi peserta didik masih di bawah standar bahkan sangat jauh untuk standar pengetahuan matematika, tapi di sini peneliti berusaha untuk mengajarkan dengan sangat hati-hati agar peserta didik lebih cepat menyerap materi pembelajaran.

Selanjutnya, peneliti memberikan 5 latihan soal cerita yang di berikan kepada peserta didik dan peneliti terus mengawasi peserta didik dalam mengerjakan soal yang telah di berikan. Namun, nampak begitu banyak peserta didik yang masih sangat kurang dalam memahami soal cerita dalam bentuk matematika. Kemudian peneliti memberikan kesempatan bertanya pada peserta didik yang kurang mengerti terhadap soal yang di beri.

(58)

Pada tahap pengecekan pemahaman, peneliti menunjuk beberapa peserta didik untuk mengerjakan soal latihan yang telah di berikan, agar mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap soal latihan yang diberikan. Pada awalnya banyak peserta didik hanya menyalin jawaban temannya karena kekurang pahamannya tehadap materi pelajaran.

Selanjutnya peneliti memberikan umpan balik dengan memberikan 5 latihan soal cerita, tes kemampuan pemecahan masalah siklus I. Tes ini dilakukan untuk mengecek perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik. Bentuk tes yang diberikan adalah essay dengan jumlah soal 5 nomor dan masing-masing soal bobotnya 20.

c. Observasi Siklus I

Data observasi diperoleh berupa pengamatan guru dan siswa, serta nilai hasil belajar setelah melaksanakan pembelajaran siklus I.

1) Observasi aktivitas guru

Observasi dilakukan dari awal sampai akhir selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan oleh teman seperjuangan saya sebagai observer, observer mencatat aktivitas guru selama proses pembelajaran. Berikut tabel lembar observasi guru.

Tabel 4.1

Lembar Observasi Guru Siklus I

No Indikator Aspek yang dinilai Penilaian (B) (C) (K)

3 2 1 1 Menyiapkan isu

atau topik yang akan dipelajari

Guru menjelaskan materi.

Guru bertanya jawab seputar materi.

Guru memunculkan masalah dalam pembelajaran.

(59)

2 Menuliskan tujuan atau kompetensi yang hendak dicapai.

Guru menuliskan tujuan yang dicapai.

Guru menuliskan kompetensi yang hendak dicapai.

Guru menuliskan indikator yang ingin dicapai.

3 Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

Guru menyuruh siswa untuk mencari referensi lain.

Guru meminta siswa untuk membuat bangun ruang dari kertas atau karton

Guru memberikan soal latihan kepada siiswa.

4 Menetapkan jawaban

sementara dari masalah

tersebut.

Guru menetapkan jawaban sementara dari soal latihan.

Guru meminta siswa untuk memberikan penjelasan secara singkat berkaitan dengan pembuatan bangun ruang.

Guru meminta siswa

menyimpulkan materi yang didapat dari referensi lain.

5 Menguji jawaban sementara.

Guru menguji jawaban sementara dengan

menyelesaikan soal sesuai dengan langkah-langkah.

Guru melihat hasil kerja siswa membuat bangun ruang.

Guru menguji siswa tentang materi yang didapatnya untuk mengetahui kemampuan pemahaman.

6 Tugas, diskusi, dll

Guru memberikan tugas.

Guru mengajak siswa untuk mendiskusikan tugas yang sudah dikerjakan.

Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi.

7 Menarik kesimpulan

Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi.

Guru memberikan umpan balik untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Visi Kampus yaitu Menjadi Program Studi Penghasil Tenaga Kepera- watan Vokasi Bertaraf Global Yang Kompeten Dan Kompetitif, Unggul Dalam Manajemen Penang-

Oleh karena itu, hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut “Apabila pembelajaran IPA mengenai pesawat sederhana dilakukan dengan menerapkan

wewenangnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 pada tanggal 8 Oktober 1997 ditetapkan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagaimana dimaksud dalam

Pada penelitian ini presentase siswa yang termasuk dalam level unistruktural sebesar 30,73%. Level unistruktural menunjukkan bahwa siswa sudah dapat memahami soal

Pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris yang sesuai dengan potensi perkembangan industri dan pariwisata dan kebutuhan daerah serta adanya

Subjek adalah mereka yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Subjek ini masuk dalam kategori penjaring informasi utama, yang mana dari sini..

[r]

Makna hidup wanita lansia tanpa anak yang tinggal di Panti Werdha (Doctoral dissertation, Widya Mandala Catholic