• Tidak ada hasil yang ditemukan

19/02/2016 INTERAKSI OBAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "19/02/2016 INTERAKSI OBAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI OBAT

Diantara berbagai faktor yg mempengaruhi

respon tubuh terhadap pengobatan terdapat

faktor interaksi obat :

1. Obat dapat berinteraksi dgn makanan

2. Zat kimia yg masuk dari lingkungan

3. Dengan obat lainnya(interaksi antar obat)

obat resep maupun obat bebas.

Interaksi antar obat dpt berakibat

menguntungkan

atau

merugikan

:

Menguntungkan :

1. Penisilin dgn Probenesid(menghambat ) sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin dlm plasma & dgn demikian meningkatkan efektivitasnya dlm terapi gonore.

2. Kombinasi obat Antihipertensi: meningkatkan efektivitas & mengurangi efek samping

3. Kombinasi obat Anti asma : meningkatkan efektivitas 4. Kombinasi obat Antiidiabetik : meningkatkan efektivitas 5. Kombinasi Obat Anttuberkolosis : Memperlambat

timbulnya resistensi kuman terhadap obat

6. Kombinasi obat anti-HIV: Memperlambat timbulnya resistensi virus terhadap obat

(2)

Merugikan:

Pengobatan

dengan

beberapa

obat

sekaligus(polifarmasi) memudahkan terjadinya

interaksi obat dan insiden efek samping obat:

1. Penggunaan 1-5 macam obat adalah 3,5 %

2. Penggunaan 16-20 macam obat 54%

3. Interaksi obat dianggap penting secara klinik

jika

berakibat

meningkatkan

toksisitas/mengurangi efektivitas obat yg

berinteraksi

(obat

dgn

batas

keamanan

sempit),

misalnya:

glikosida

jantung,

antikoagulan

Insiden interaksi obat yg penting dlm

klinik sukar diperkirakan, karena:

1. Dokumentasinya sangat kurang

2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter/tenaga medis akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat ( toksisitas dan efektivitas)

3. Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual(populasi tertentu lbh peka: pasien usia lanjut,berpenyakit parah,adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu termasuk polimorfisme genetik) 4. Penyakit tertentu(terutama gagal ginjal,penyakit hati yg kronik,

penyakit yg mengurangi aliran darah ke hati atau ginjal,misalnya penyakit jantung)

5. Faktor-faktor lain(Dosis Besar, obat ditelan bersama-sama,penggunaan obat bebas, termasuk suplemen dan obat herbal, merokok, minum alkohol).

(3)

Mekanisme interaksi obat secara garis besar dpt

dibedakan atas 3 mekanisme,yaitu :

1. Interaksi Farmaseutik atau Inkompatibilitas 2. Interaksi Farmakokinetik

3. Interaksi Farmakodinamik

1. Interaksi Farmaseutik atau Inkompatibilitas

Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh(sebelum obat diberikan) antara obat yg tidak dapat

dicampur(inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebakan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yg hasilnya mungkin terlihat sebagai bentuk endapan, perubahan warna. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

Bagi tenaga medis(Dokter,bidan,perawat), interaksi farmaseutik yg penting adalah interaksi antar obat suntik dan interaksi antara obat suntik dgn cairan infus.

Banyak obat suntik yg tidak kompatibel dgn berbagai obat suntik lain,yaitu dgn bahan obat atau bahan pembawanya(vehicle). Maka dianjurkan tdk mencampur obat suntik dlm satu semprit atau dgn cairan infus,kecuali jika jelas diketahui tdk ada interaksi.

Contoh:

1.Gentamisin mengalami inaktivasi jika dicampur dgn karbenilisin,

2. Penisilin G jika dicampur dgn Vitamin C

3.Amfoterisin B mengendap dlm larutan garam fisiologis/larutan ringer

(4)

2. Interaksi Farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi

Absorpsi,distribusi,Metabolisme atau sekresi obat kedua, sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut.

2.1.Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna

Interaksi langsung. Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dlm lumen saluran cerna sebelum absorpsi dpt mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini dpt dihindarkan/sangat dikurangi jika obat yg berinteraksi diberikan dgn jarak waktu minimal 2 jam.

2.2.Interaksi dalam Distribusi

Terjadinya peningkatan kompetisi antara obat yg bersifat basa dgn obat yg bersifat asam untuk berikatan dgn protein yg sama.

2.3.Interaksi dalam Metabolisme

Hambatan metabolisme obat, terutama menyangkut obat-obat yg merupakan subtrat enzim metabolisme.

2.4.Interaksi dalam Ekskresi Ginjal

Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat. Obat-obat yg dpt menyebabkan kerusakan ginjal adalah siklosporin dan Amfoterisin B. Jika obat2 ini diberikan bersama dgn obat2 lain yg eliminasinya terutama melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat2 lain tersebut sehingga akan menimbulkan efek toksik.

3. Interaksi Farmakodinamik

Interaksi Farmakodinamik adalah interaksi antara

obat yg bekerja pd sistem reseptor, tempat kerja

atau sistem fisiologik yg sama, sehingga terjadi

efek yg aditif,sinergistik atau antagonistik, tanpa

terjadi perubahan kadar obat dlm plasma.

3.1. Interaksi pada Reseptor

Biasanya merupakan antagonisme antara Agonis

dan Antagonis/bloker dari reseptor yg

bersangkutan.

3.2. Interaksi Fisiologik

Interaksi pd sistem fisiologik yg sama dpt

menghasilkan peningkatan atau penurunan

respon(potensial/antagonisme).

(5)

4. Interaksi lain-lain

4.1. Interaksi antar antimikroba

Pada Meningitis yg disebabkan oleh

pneumokokus yg sensitif terhadap Ampisilin,

pemberian penisilin bersama dng

Kloramfenikol/klortetrasiklin menimbulkan

antagonisme. Pemberian Ketokonazol bersama

dgn Amfoterisin B untuk penyakit jamur sistemik

bersifat antagonisme.

5. Saran-saran Klinik

5.1. Gunakan sedikit mungkin jenis obat untuk

setiap pasien, termasuk obat bebas dan obat

herbal

5. Saran-saran Klinik

5.1. Gunakan sedikit mungkin jenis obat untuk setiap pasien, termasuk obat bebas dan obat herbal,

5.2. Minum obat dengan air putih, jgn dgn jus buah/buah 5.3. Terutama hati-hati jika menggunakan :

a.Obat2 dgn batas keamanan yg sempit, misalnya antikoagulan,digitalis,antidiabetik,antiaritmia,antikonv ulsan,imunosupresan,obat

sitotoksik,antipsikotik,antidepresi trisiklik. b.Penghambat protein enzim, misalnya Ketokonazol,eritromisin

4. Terutama pada :

a. Pasien Usia lanjut atau sakit parah b. adanya gangguan fungsi hati atau ginjal.

(6)

Faktor2 yg mempengaruhi Respons

Pasien terhadap Obat

Obat biasanya diberikan dalam dosis biasa

atau dosis rata2.

Faktor2 Farmakokinetik menentukan brp dari

jumlah obat yg diminum dpt mencari tempat

kerja obat untuk bereaksi dgn reseptornya.

Faktor2 Farmakodinamik menentukan

intensitas efek farmakologik yg ditimbulkan

oleh kadar obat disekitar tempat reseptor tsb.

1. Kondisi Fisiologik

Usia,bb,luas permukaan tubuh atau kombinasi

faktor2 ini dpt digunakan untuk menghitung

dosis anak dari dosis dewasa.

Untuk perhitungan dosis, usia anak dibagi dlm

beberapa kelompok usia sbb:

a. Sampai 1 bulan (Neonantus)

b. Sampai 1 tahun(bayi)

c. Anak 1-5 tahun

d. Anak 6-12 tahun

(7)

Tabel. Daftar perkiraan dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa (BB). USIA BERAT BADAN(Kg) DOSIS ANAK (% dosis dewasa) Bayi prematur

Bayi baru lahir 2 Bulan 4 Bulan 6 Bulan 1 Tahun 3 Tahun 5 Tahun 7 Tahun 10 Tahun 12 Tahun 14 Tahun 16 Tahun 1,13 1,81 2,27 3,18 4,54 6,35 7,70 10,00 14,97 18,00 23,00 30,00 37,00 45,36 54,43 2,5-5% 4-8% 5-19% 12,5% 15% 20% 23% 25% 33% 40% 50% 60% 75% 80% 90%

Neonantus dan Bayi Prematur

Pd Usia ekstrim ini terdapat perbedaan respons yg terutama disebabkan oleh blm sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik tubuh:

1. Fungsi biotransformasi hati(terutama glukuronidasi dan jg hidroksilasi yg kurang)

2. Fungsi ekskresi ginjal(filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli) yg hanya 60-70% dari fungsi ginjal dewasa 3. Kapasitas ikatan protein plasma(terutama albumin) yg

rendah

4. Sawar darah-otak, serta sawar kulit yg blm sempurna. Dgn demikian diperoleh kadar obat yg tinggi dlm darah dan jaringan.

(8)

Prinsip umum penggunaan obat pada

neonantus dan bayi prematur adalah:

1. Hindarkan penggunaan

Sulfonamida,aspirin,heksaklorofen(kadar

berapapun untuk kulit yg tdk utuh, kadar 3%

atau lbh untuk kulit utuh), morfin, barbiturat.

2. Untuk obat2 lain : gunakan dosis yg lbh rendah

dari dosis yg dihitung berdasarkan luas

permukaan tubuh.(tidak ada pedoman umum u/

menghitung berapa dosis hrs diturunkan, maka

digunakan petunjuk dari pabrik obat yg

bersangkutan. Kemudian monitor respons klinik

pasien,dan bila perlu monitor kadar obat dlm

plasma).

2. Usia Lanjut

Perubahan respons pasien usia lanjut disebabkan oleh banyak faktor, yakni :

a. Penurunan Fungsi ginjal(filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli), penurunan filtrasi glomerulus sekitar 30% pd usia lanjut(65 thn),penurunan kapasitas metabolisme beberapa obat, - kadar albumin plasma(sehingga dpt + kadar obat bebas).

Pengurangan bb dan cairan tubuh serta penambahan lemak tubuh(sehingga dpt mengubah distribusi obat). b. Perubahan faktor2 farmakodinamik(peningkatan

sensitivitas reseptor otak. c. Adanya berbagai penyakit

d. Penggunaan banyak obat sehingga + kemungkinan terjadinya interaksi obat.

(9)

Prinsip umum penggunaan obat pada pasien usia lanjut 1. Berikan obat hanya yg betul2 diperlukan

2. Pilih obat yg memberikan rasio manfaat resiko paling menguntungkan bagi pasien usia lanjut.

3. Mulai dgn pengobatan dgn dosis separuh lebih sedikit dari dosis yg biasa diberikan kpd pasien dewasa

muda.

4. Selanjutnya sesuaikan dosis obat berdasarkan respon klinik pasien.

5. Berikan regimen dosis yg sederhana(yg ideal 1x sehari) dn sediaan obat yg mudah ditelan(sirop atau tablet yg dilarutkan dlm air).

6. Periksa secara berkala semua obat yg dimakan pasien, dan hentikan obat yg tidak diperlukan.

3. Kondisi Patologik

1. Penyakit saluran cerna

Penyakit ini dpt mengurangi kecepatan dan atau jumlah obat yg diabsorpsi pd pemberian oral melalui perlambatan pengosongan lambung, percepatan waktu transit dlm saluran

cerna,malabsorpsi/metabolisme dlm saluran cerna. 2. Penyakit kardiovaskuler

penyakit ini mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hepar dan ginjal untuk eliminasi obat sehingga kadar obat tinggi dalam darah dan menimbulkan efek yg berlebihan atau efek toksik.

3. Penyakit hati

Penyakit ini mengurangi metabolisme obat di hati dan sintesis protein plasma sehingga meningkatkan kadar obat, terutama kadar bebasnya dalam darah dan jaringan.

4. Penyakit ginjal

Penyakit ini mengurangiu ekskresi obat aktif maupun metabolitnya yg aktif melalui ginjal sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah dan jaringan dan menimbulkan respons yg berlebihan atau toksik.

(10)

4. Faktor Genetik

Kemampuan mematabolisme obat

dipengaruhi oleh faktor genetik dan

lingkungan. Metabolisme obat yg dikendalikan

oleh banyak gen akan membentuk distribusi

kemampuan metabolisme yg berbeda tiap

individu.

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah

Seiring dengan terselesaikannya tugas akhir yang berjudul “Studi Potensi Interaksi Obat pada Terapi Pasien Penyakit Ginjal Kronis PGK di Instalasi Rawat Inap RSUD Jombang Tahun

NSAID menghambat sintesa prostaglandin, mempengaruh i vasodilatasi ginjal, sehingga mempengaruh i homeostasis cairan dan dapat mengurangi efek antihipertensi Pasien yang

makanan/minuman, zat gizi, obat lain yang harus dihindari untuk dikonsumsi bersamaan dengan obat Yang harus dilakukan jika menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. yang

• Menyebabkan akumulasi kadar obat dlm darah (efek >>>) dan kemungkinan peningkatan toksisitas. • Manifestasi klinik inhibisi enzim tergantung pd seberapa besar

Distribusi Interaksi Obat Antihipertensi dengan Obat Lain pada Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode Januari – Maret 2016

1991).Intraksi pada proses distribusi dapat terjadi jika dalam darah pada saat yang sama terdapat beberapa obat dengan kemungkinan terjado.. nersainpap terhadan temnat ikatan