• Tidak ada hasil yang ditemukan

Virus Ebola Di Afrika Barat Sebagai Ancaman Keamanan Nasional Amerika Serikat Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Virus Ebola Di Afrika Barat Sebagai Ancaman Keamanan Nasional Amerika Serikat Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Viru s Ebo la D i Afrika Ba ra t Se ba ga i An ca m a n

Ke a m a n a n N a s io n a l Am e rika Se rika t

Ke m a s Mu h a m m a d Zu lfika r

Departem en Hubungan Internasion al,

Fakultas Ilm u Sosial dan Ilm u Politik, Universitas Airlan gga Em ail: zulfikar.kem as@gm ail.com

Abstract

This study sought to exam ine the reasons the United States (US) m akes the ebola v irus becam e pandem ic in W est Africa as a priority of US national security . This research is based on facts that show that the US low ered its troops to 3,0 0 0 troops to Liberia as one form of response from the outbreak of the Ebola v irus. In addition, countries in the W est African region in particular Guinea, Sierra Leone and Liberia as countries affected by the ebola geopolitically located in the Sahel region highly vulnerable to conflict likely to be used by terrorist groups as a bioterrorism dev elopm ent through deploy m ent ebola. Through linkages fram ew ork of national security and foreign policy ; pandem ic disease as a form of new security threats; US v iew s inside look at the issue of terrorism as w ell as the urgency for the US ebola v irus, this study w ill explain the reasons behind the US decision in m aking the ebola v irus as a national security priority . By using literature and data analy sis, the conclusions obtained in an explanatory study support the hy pothesis that the US has ebola as a national security priority for the United States w ants to prevent the use of ebola v irus for bioterrorism ev ents. This is confirm ed by the adoption of the US strategy of selective engagem ent through the use of the countries in W est Africa as an instrum ent for anticipating such bioterrorism .

K e y w o r d s : United States of Am erica, N ational Security , Ebola Virus Epidem ic, Selectiv e Engagem ent, Bioterrorism .

Abstrak

Penelitian ini berusaha untuk m enelaah alasan Am erika Serikat (AS) m enjadikan virus ebola yang m enjadi pandem i di wilayah Afrika Barat sebagai prioritas keam anan nasional AS. Penelitian ini didasari pada fakta yang m enunjukkan bahwa AS m enurunkan 3.0 0 0 pasukan tentaranya ke Liberia sebagai salah satu bentuk respon dari m erebaknya virus ebola. Selain itu, negara-negara di wilayah Afrika Barat khususnya Guinea, Sierra Leone dan Liberia sebagai negara terdam pak ebola secara geopolitik berada dalam kawasan Sahel yang sangat rentan konflik sehingga besar kem ungkinannya untuk dim anfaatkan oleh kelom pok teroris sebagai tem pat pengem bangan bioterorism e m elalui penyebaran ebola. Melalui kerangka berpikir keterkaitan keam anan nasional dan kebijakan luar negeri; penyakit pandem i sebagai bentuk ancam an keam anan baru; pandangan AS dalam m elihat isu terorism e serta urgensi virus ebola bagi AS, penelitian ini akan m enjelaskan alasan dibalik keputusan AS dalam m enjadikan virus ebola sebagai prioritas keam anan nasionalnya. Dengan m enggunakan studi pustaka dan analisis data, kesim pulan yang diperoleh dalam penelitian eksplanatif ini m endukung hipotesis bahwa AS m enjadikan ebola sebagai prioritas keam anan nasionalnya karena AS ingin m encegah penggunaan virus ebola untuk kegiatan bioterorism e. Hal ini dipertegas dengan penerapan strategi selective engagem ent AS m elalui penggunaan negara-negara di Afrika Barat sebagai instrum en untuk m engantisipasi bioterorism e tersebut.

(2)

Pe n d a h u lu a n

Ebola m erupakan penyakit m en ular yang palin g berbahaya dan m em atikan. Virus Ebola pertam a kali diidentifikasi pada tahun 1976 yang tejadi di n egara Repulik Dem okratik Kongo (Sihom bing, 20 14). Pada tahun 20 14, isu Ebola kem bali m uncul di Afrika Barat. WH O pada tanggal 8 Agustus 20 14 m en gum um kan bahwa keadaan di Afrika Barat sem akin parah dan perlunya darurat kesehatan intern asional epidem i Ebola yan g m elanda Afrika Barat. Sem akin m eningkatn ya jum lah korban m an usia yang terinfeksi virus Ebola m en yebabkan kekhawatiran bagi dunia, sebab virus Ebola dianggap sebagai ancam an kem anusiaan yang m asih belum teratasi tersebut sebagai prioritas keam an an nasional. Hal tersebut tercerm in dalam pidato Presiden Am erika Serikat, Barrack Obam a pada tanggal 16 Septem ber 20 14,

As I’v e said from the start of this outbreak, I consider this a top national security priority . This is not just a m atter of charity –

although obviously the

hum anitarian toll in countries that are affected in W est Africa is extraordinarily significant. This is an issue about our safety . It is also an issue w ith respect to the political stability and the econ om ic stability in this region (W hitehouse.gov, 20 14).

Virus Ebola dijadikan sebagai prioritas keam anan nasional Am erika Serikat bukan han ya m endapat dukungan dari pem erintahan, nam un Kongres Am erika Serikat juga m en dukung dengan m em berikan ban tuan dana untuk penanganan virus Ebola yang m an a ban tuan tersebut lebih tinggi dibandingkan den gan bantuan yang diberikan pada wabah SARS dan flu burung. Dukun gan bantuan tersebut m erupakan ban tuan terbesar sepan jan g m asa dalam penan gan an wabah.

...After a slow in itial response by the global com m un ity ,

including the U.S. gov ernm ent, the U.S. m ounted w hat has becom e the largest effort by a sin gle donor gov ern m ent to respon d to Ebola. This includes an em ergen cy appropriation of $ 5.4 billion by Congress as part of its final FY 20 15 spending package, a funding am ount significantly larger than previous em ergen cy response efforts to address em ergin g infectious disease outbreaks such as SARS and avian influenza (Kaiser,20 15).

Usaha Am erika Serikat untuk m en jadi yang terdepan dalam m en angani dan m erespon kasus epidem i Ebola sem akin terlihat ketika Presiden Barack Obam a beserta tim Cen ters for Disease Control and Prevention (CDC) m en jadi pionir m elalui lim a langkah yang dilakukan yaitu: (1) surveillance; (2) outbreak response; (3) building global capacity; (4) disease eradication; dan (5) applied research. Kelim a lan gkah tersebut dilakukan dalam m enan gan i setiap kasus epidem i yan g m enular term asuk juga dalam m en angani virus Ebola. Selain itu, kepem im pinan Am erika Serikat sebagai negara yang terdepan dalam m erespon epidem i Ebola juga nam pak dari tindakan yang dilakukan oleh Departm en t of Defense (DoD) yan g m en erjun kan 3.0 0 0 pasukan ten tara di wilayah Afrika Barat pada tahun 20 14. Tidak hanya m elalui DoD, pem erintah Am erika Serikat bekerja sam a dengan CDC dan U.S. Agency for Internation al Developm ent (USAID) sebagai dua lem baga yang konsen terhadap penurunan jum lah korban yang terken a Ebola.

(3)

hanya berbentuk an cam an fisik sem ata, m elainkan m en galam i pergeseran ke arah ancam an non fisik yang secara tidak lan gsun g turut m em engaruhi kondisi keam an an suatu n egara.

Viru s Ebo la d a n Re s p o n Am e rika Se rika t Te rh a d a p Ebo la d i Afrika Ba ra t

Kronologi Virus Ebola di Afrika Barat

Sejak kasus pertam anya m uncul sekitar bulan Maret 20 14, jum lah kasus dan kem atian akibat EVD di Afrika Barat terus m eningkat dan m en yebar sepan jan g tahun 20 14. Penyebaran EVD di Afrika Barat berm ula pada Guinea yang kem udian m enyebar ke n egara-negara tetan gga seperti Sierra Leon e dan Liberia. Terdapat beberapa kasus di beberapa negara yang terdeteksi term asuk Nigeria, Sen egal, Spanyol dan juga Am erika Serikat yang jaraknya sangat jauh dari pusat virus Ebola

tersebut (lihat Gam bar 2.1). Penyebaran virus tersebut juga m elalui pelancong yang m en ggun akan jasa m askapai penerbangan seperti di Nigeria (1 pelan cong) dan Am erika Serikat (1 Pelancong), juga pelancon g yang m en ggunakan jasa layanan darat seperti di Sen egal (1 pelancon g) dan Mali (2 pelan cong). Nam un , n egara yang paling terdam pak akibat EVD di Afrika Barat adalah Guin ea, Liberia dan Sierra Leone. Hal tersebut dikaren akan ketiga n egara tersebut m em iliki sistem kesehatan yang sangat lem ah,sum ber daya m anusia dan infrastruktur kesehatan yang serba kekuran gan akibat konflik dom estik dan instabilitas negara yang berkepanjan gan. Pada tanggal 8 Agustus 20 14, the Director-General WHO m en deklarasikan bahwa perjangkitan EVD di Afrika Barat sebagai a Public H ealth Em ergen cy of Internation al Concern dibawah Regulasi Kesehatan Internasion al tahun 20 0 5 (Kaiser,20 15).

Ga m ba r 1: J u m la h Ka s u s Pe n ye ba ra n Ebo la d i Be rba ga i N e ga ra

Sum ber: Ikhuoria,20 14

Korban Virus Ebola di Afrika Barat

Sem akin parahnya persebaran EVD di Guinea, Sierra Leon e dan Liberia berbanding lurus dengan korban-korban yang berjatuhan . Terhitung ren tang tahun 20 14-20 15, perjangkitan EVD di Afrika Barat m en capai total 28 ,457 kasus, baik kasus terduga ataupun terkonfirm asi, dan m en yebabkan sekitar 11,312 korban jiwa (Lead Inspector General,20 15). Seperti tam pak pada

(4)

jum lah kasus terlapor sebanyak 3.8 0 4 kasus dan korban seban yak 2.534 jiwa.

Gra fik 1: Pe rin cia n J u m la h Ka s u s Ko rba n J iw a EVD d i Afrika B a ra t

Sum ber: Ukuran font 10 , ditulis m iring (gaono)

Grafik korban dan kasus terlapor tersebut m enun jukan betapa cepat dan m asifnya penyebaran EVD di kawasan Afrika Barat. Hal tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena apabila EVD tidak dapat dikontrol secepatnya ten tu jum lah kasus dan korban yang ditim bukan ten tu akan bertam bah ban yak. Fen om en a perjangkitan EVD di Afrika Barat dengan jum lah korban yang begitu banyak m am pu m en yita perhatian dunia internasional, salah satun ya adalah Am erika Serikat. Bersam a dengan organisasi m aupun kom unitas intern asional lain, Am erika Serikat m en coba untuk m em antik kesadaran m asyarakat dunia untuk secepat m un gkin m enangani EVD yan g telah m enim bulkan banyak korban jiwa di Afrika Barat sebelum jatuh korban yan g lebih ban yak lagi. Alhasil, akum ulasi dari ban tuan dan respons positif dari Am erika Serikat dan pihak-pihak lain tam pak pada penurunan kasus terlapor dan korban jiwa akibat EVD secara bertahap di Guinea, Sierra Leone dan Liberia. Laporan terbaru pada rentang waktu 5 J uli – 4 Oktober 20 15, Lem baga Kesehatan Nasional berwenang yang m en yebutkan bahwa dalam rentan g waktu tersebut terdapat 8 48 jum lah

kasus terlapor dan 51 korban jiwa dim an a itu terjadi penurun an sekitar 1.999 kasus dan 648 korban jiwa dari laporan kuartal sebelum nya (Lead Inspector General,20 15).

Respon Am erika Serikat Terkait Ebola

Respon positif yang ditun jukan oleh Am erika Serikat bersam a dengan pihak-pihak lain un tuk secepatnya m en gam bil langkah dalam m en gatasi dan m engontrol persebaran EVD di Afrika Barat berhasil m em buahkan hasil. Hasil tersebut tercipta secara bertahap seperti yang tertulis sebelum n ya, m ulai dari kasus terlapor puluhan ribu m en jadi ribuan dan korban jiwa yan g m encapai ribuan dapat ditekan hingga ratusan korban jiwa. H asil positif tersebut m erupakan akum ulasi dari aksi-aksi m aupun program yan g telah disusun serta direncanakan oleh Am erika Serikat dan aktor-aktor lain. Sejatinya, apabila ditelisik ke belakang dapat dilihat bahwa lan gkah un tuk m erespon persebaran EVD di Afrika Barat telah dim ulai jauh hari sebelum WHO m en deklarasikan EVD sebagai a Public H ealth Em ergency of International Concern pada tan ggal 8 Agustus 20 14. Yang kem udian diikuti

3,80

10,67

13,94

28,42

2,53

4,80

3,95

11,29

Guine Liberi Sierra Tota

Case

(5)

den gan UN sebulan berselan g atau tepatnya pada 18 Septem ber 20 14 UN Security Council turut m en deklarasikan bahwa perjangkitan EVD di Afrika Barat m erupakan “ancam an terhadap keam an an dan kedam aian internasional” dan keesokan harinya UN m em prakarsai the UN Mission for Ebola Em ergency Respon se (UNMEER), sebuah m isi kesehatan darurat pertam a yang bertujuan untuk m enin gkatkan koordinasi aktivitas-aktivitas responsif terkait EVD di Afrika Barat (Lead Inspector Gen eral,20 15). Yakni, Am erika Serikat sebagai aktor utam an ya ketika aktivitasnya di Afrika Barat terkait EVD sudah dilakukan tidak lam a setelah deklarasi wabah EVD pertam a sekitar bulan Maret 20 14.

Aktivitas yang dilakukan oleh Am erika Serikat waktu itu adalah m elalui program pengawasan wabah pen yakit nya, diikuti den gan CDC (Centers for Disease Control an d Preven tion) yan g m en girim kan person el untuk m em bantu upaya-upaya responsif lain dan USAID (U.S. Agency for International Developm en t) dengan m enyediakan pendanaan kepada WHO untuk m em bantu negara-n egara terdam pak (Lead Inspector General,20 15). Pengawasan tersebut dilakukan oleh Am erika Serikat untuk m elihat situasi terbaru di Afrika Barat gun a m erencanakan program -program terkait untuk diim plem en tasikan disana,

sem bari m enghim pun bantuan dari aktor-aktor internasional lain seperti organisasi dan kom unitas intern asional. Pada awal bulan J uli 20 14, CDC dan USAID m en datangi pertem uan m inisterial darurat terkait Ebola yang diprakarsai oleh WH O di Ghana, dim an a negara-n egara Afrika Barat dan aktor intern asional lain bersepakat bahwa perlawan an terhadap perjangkitan EVD m erupakan prioritas m ereka saat itu (Lead Inspector General,20 15).

Sebagai agensi dari AS yang berfungsi sebagai badan yan g bertan ggun gjawab dalam m engatasi segala bentuk penyakit dan pencegahan nya pun CDC m em iliki peran sentral dalam m en gatasi Ebola. Ebola sebagai pen yakit epidem i dan m udah untuk tersebar secara luas, dibutuhkan penan gan an khusus dan pencegahan yang tepat agar pen yakit Ebola tersebut tidak sem akin tersebar luas ke berbagai negara lain nya. Gam bar 2.2 dibawah ini m em perlihatkan persebaran ban tuan teknis yan g diberikan oleh CDC ke negara-n egara di Afrika sebagai kawasan yang terdam pak dari epidem i virus Ebola. Bantuan teknikal tersebut berbeda-beda tergantung dari besar kecilnya risiko negara tersebut dalam terken a Ebola. Bantuan teknikal tersebut m eliputi pusat pelatihan pencegahan, m em bangun kapasitas infrastruktur dalam konteks pem ulihan serta bantuan finansial untuk penan ganan Ebola.

(6)

Sum ber: Center for Disease Control and Prevention, 20 16

Dalam lan gkah un tuk secepat m un gkin m en gam an kan kondisi di Afrika Barat, Am erika Serikat disam ping terus m en ghim pun bantuan dan gerakan dari aktor-aktor internasional lain , juga m en gerahkan segala m acam upaya dan berbagai sektor agensi pem erintahan m aupun non-pem erin tahan di Am erika Serikat. Pada tanggal 6 Agustus 20 14, the Office of U.S. Foreign Disaster Assistance (OFDA), sebuah badan di bawah USAID, m en girim kan DART (Disaster Assistance Respon se Team ) ke kawasan Afrika Barat untuk m eninjau kondisi terbaru, m en yelaraskan respon antar agensi dan m en gidentifikasi kekurangan dalam proses penangan an EVD (Lead Inspector General,20 15). Selain USAID, DART juga terdiri dari agensi pem erintah lain seperti CDC, DOD dan U.S. Forest Service. Upaya-upaya terus dilakukan oleh Am erika Serikat dan aktor-aktor lain untuk m en guasai persebaran EVD di Afrika Barat, disam ping itu pihak intern al negara-n egara terjan gkit turut m en un jukan respon yang baik terkait dukungan yang didapat dari Am erika Serikat untuk m enguasai dan m en gontrol EVD. Salah satunya adalah Presiden Liberia, Ellen J ohnson Sirleaf, yang m em inta ban tuan secara lan gsung kepada pem erin tah Am erika Serikat pada tanggal 13 Septem ber 20 14. Tiga

hari berselang, pem erintah Am erika Serikat m en geluarkan a fact sheet yang berisi tentang detail respons pem erintah untuk m en cegah dan m en ghilan gkan epidem ik sam pai sum bernya, dan juga m en gam bil tindakan pencegahan m aupun m em inim alisasi second effect dari EVD (Ram dass,20 15).

Dana Am erika Serikat untuk Penan gan an Virus Ebola

(7)

Ta be l 2 : Em e rge n cy Ebo la Fu n d in g – FY15 Om n ibu s ( m illio n s )

Tabe l 2 .1: Em e rge n cy Ebo la Fu n d in g – FY15 Om n ibu s

( m illio n s )

Age n cy / D e p artm e n t

/ Acco u n t

To tal

Fu n d in g

Exp e n d itu re

Pe rio d

In te rn a tio n al Re s p o n s e

Departm ent of State

$ 41.7

Diplom atic &

Consular Program s

$ 36.4

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 16”

International

Security Assistance

$ 5.3

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 16”

USAID

$ 2,48 4.7

Operating Expenses

$ 19.0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 16”

Office of Inspector

General

$ 5.6

“to rem ain

av ailable until expended”

Global Health

Program s (GHP) account

$ 312.0

“to rem ain

av ailable until expended”

International

Disaster Assistance (IDA)

account

$ 1,436.3

“to rem ain

av ailable until expended”

Econom ic Support

Fund (ESF) account

$ 711.7

“to rem ain

av ailable until Septem ber

(8)

Centers for Disease

Control & Prevention (CDC)

$ 1,20 0 .0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 19”

Departm ent of Defense

(DoD)

$ 17.0

Equipm ent

Procurem ent

$ 17.0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 17”

To tal In te rn atio n al

Re s p o n s e

$ 3 ,74 3 .4

Re s e arch an d D e ve lo p m e n t

Health and Hum an

Services (HHS)

$ 420 .0

N ational Institutes

of Health (N IH)

$ 238 .0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 16”

Biom edical

Adv anced Research and

Dev elopm ent (BARDA)

$ 157.0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 19”

Food & Drug

Adm inistration (FDA)

$ 25.0

“to rem ain

av ailable until expended”

Departm ent of Defense

(DoD)

$ 95.0

Defense Adv anced

Research Projects Agency

(DARPA)

$ 45.0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 16”

Chem ical and

Biological Defense

Program (CBDP)

$ 50 .0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

(9)

To tal Re s e arch an d

D e ve lo p m e n t

$ 5 15 .0

D o m e s tic Re s p o n s e

Health and Hum an

Services (HHS)

$ 1,147.0

Centers for Disease

Control & Prev ention

(CDC)

$ 571.0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 19”

Assistant Secretary

for Preparedness and

Response (ASPR)

$ 576.0

“to rem ain

av ailable until Septem ber

30 , 20 19”

To tal D o m e s tic

Re s p o n s e

$ 1,14 7.0

To tal Ebo la Fu n d in g

$ 5 ,4 0 5 .4

N O TES: The em ergency funding for Ebola does not count tow ards ov erall budget caps. R esearch and dev elopm ent funding m ay be used for either dom estic or international efforts. It is also possible that som e of the $ 1.1 billion for the dom estic response m ay be used for international efforts.

Sum ber: Kaiser Fam ily Foundation analy sis of the “Consolidated and Further Appropriations Act, 20 15” (P.L. 113-235) and associated explanatory statem ents.

Ko n d is i N e gara-N e ga ra Afrika Ba ra t d a n W a r o n Te r r o r Am e rika Se rika t

Wilayah Sahel Sebagai Sum ber Konflik

Dalam skala regional sendiri dam pak yang telah dirasakan oleh negara-n egara kawasan Afrika Barat tidak hanya m elem ahnya perekonom ian negara-n egara terjangkit saja, m `

elain kan juga m un culnya potensi-potensi gerakan terorism e.

Secara ekonom i, negara-n egara

terjan gkit seperti Guin ea, Liberia dan Siera Leon e dulu m erupakan n egara den gan tren perekonom ian yang positif. Nam un den gan adanya EVD m em buat

(10)

Potensi-potensi tersebut seakan diperkuat dengan posisi geopolitik ketiga negara yan g berada pada daerah konflik (wilayah Sahel) den gan berbagai m acam gerakan -gerakan radikal ataupun kejahatan-kejahatan lain yan g lebih m odern. Istilah the Sahl atau Sahel, sebuah wilayah yan g berada diantara dua area geopolitik yang berbeda yaitu Afrika Utara atau White Africa dan Black Africa. Dalam era m edieval Arabic, istilah Sahel m erujuk pada area diantara Maghreb dan “bilad as sudan” yang berarti the country of the blacks (Taje,20 10 ). Melihat letaknya secara geografis yang berada diantara di tengah-tengah, m en jadikan wilayah Sahel sebagai buffer zone yang cukup penting karen a turut m em astikan transisi yang berjalan dari Afrika Utara Mediteran ia ke sub-Sahara black Africa. Meskipun m em iliki fungsi yang cukup penting sebagai buffer zone, tetap saja wilayah Sahel m erupakan wilayah abu-abu yan g sulit untuk dikontrol dan berpotensi m en jadi sum ber konflik akibat adanya pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang sen gaja m em anfaatkan poten si disana untuk kepen tingan pribadi (Taje,20 10 ).

Kawasan Afrika Barat term asuk wilayah Sahel m erupakan wilayah den gan sum ber daya alam yang cukup m elim pah, m ulai dari penghasil garam , em as, m inyak, biji besi, zat kapur, batu bara hingga uranium . Alhasil, wilayah Sahel kem udian m enjelm a sebagai en ergy hub bagi kekuatan -kekuatan dunia. Melalui pipelin e geopolitics-nya, aktor-aktor besar dunia kem udian salin g bersaing un tuk m engam ankan pasokan

sum ber daya alam nya. Nam un Nature of Violence di Afrika Barat sendiri seakan m en galam i perubahan saat ini, yang m an a tidak lagi berupa konflik m aupun peran g sipil dalam skala dan in ten sitas yang besar saja seperti pada praktek konven sionalnya m elainkan juga m elalui m edia ancam an yang baru. Salah satu m edia ancam an baru itu adalah m elalui gerakan ekstrim is dan juga serangan terror (Taje,20 10 ).

Terorism e di Afrika Barat dan Hubun gan n ya dengan J aringan Teroris Global

Keberadaan kelom pok teroris dan gerakan radikal di kawasan Afrika Barat tentu m en jadi an cam an keam anan , tak terkecuali bagi negara-n egara terjan gkit EVD. Kondisi negara yang tidak stabil dari berbagai sektor m enjadi luban g yang m ungkin akan dim anfaatkan oleh kelom pok-kelom pok radikal m aupun teroris un tuk m em perluas pengaruh dan wilayahnya serta m en guasai n egara tersebut secara m en yeluruh. Kelom pok-kelom pok tersebut tidak akan segan untuk m en ggunakan kekerasan dalam setiap aksinya guna m em peroleh apa yang diinginkan . Afrika barat tidak dapat dilepaskan dari kaitan terorism e, terdapat berbagai kelom pok jaringan teroris seperti Boko Haram yan g ada di Nigeria, Mourabitoun es yang ada di Mali, Ansar Al Sunnah yang ada di Niger dan Movem ent for Unity an d J ihad in West Africa (MUJ AO) yan g ada di Libya, AQIM (David,20 14).

(11)

Sum ber: Karm on ,20 14

Teroris di Afrika Barat yang m em punyai peran an pen ting dan terkuat salah satun ya adalah Boko Haram . Boko Haram adalah gerakan krim inal genosida yang dipim pin oleh ekstrim is Islam , Abubakar Shekau yan g telah bersum pah untuk m en ghancurkan setiap sekolah Kristen yan g ada di Nigeria dan untuk m elakukan seran gan teroris terhadap polisi pem erintah Nigeria dan pejabat pem erintah (START,20 14). J aringan teroris kelom pok Boko Haram tersebut tersebar di pesisir wilayah Afrika dan berafiliasi den gan berbagai kelom pok teroris lain nya seperti Al-Shabaab yang ada di wilayah Som alia, Al-Qaeda dibawah pim pinan Islam ic Maghreb dan juga berafiliasi den gan kelom pok teroris ISIS yang berada di Libya. Tidak hanya itu, kelom pok teroris AQIM juga m uncul sebagai kelom pok teroris yang terus m elakukan ekspan si ke berbagai wilayah di seluruh Afrika dim ana kegiatannya m en gan cam n egara-n egara tetangga yang notaben e n egara-negara di Afrika saling berdekatan seperti Kenya, Mesir, Tunisia, Algeria, Niger, Kam erun dan Cha Sejak tahun 20 15, kelom pok Boko Haram telah beralih kepada kelom pok ISWAP (Islam ic State of West African Provinces) yang m enjalankan kegiatan teroris di wilayah Afrika Barat. Perlu diketahui pula bahwa jaringan teroris ISIS m en yediakan “super structure” kepada Boko Haram . Maksudnya bahwa ISIS akan m enyediakan berbagai bentuk

ban tuan strategis yan g dapat m en dukung kelancaran aktivits teroris seperti berupa m edia dan naratif terkait den gan rekom endasi penyerangan dan penargetan lawan dan juga pendan aan (funding) dan perekrutan an ggota yang berbasis di Libya (Cooke,20 16). Salah satu im plikasi atau dam pak yang signifikan dari bergabun gnya Boko Haram ke dalam ISIS adalah terciptanya jaringan kom unikasi yang lebih strategis. J aringan kom unikasi tersebut m em adukan antara m etode perekrutan lewat sosial m edia yang selam a ini telah dilukan oleh ISIS dengan daftar jaringan kom pleks yang dim iliki oleh Boko Haram dalam m erekrut anggotanya terutam a yang berada di wilayah Afrika (Obi,20 0 6).

W a r o n Te r r o r Am e rika Se rika t d i Afrika Ba ra t

(12)

serta turut m elibatkan negara tetangga, atau peristiwa perang sipil di Guinea-Bissau antara 1998-1999, dan di Pantai Gading pada tahun 20 0 2. Kondisi seperti ini lantas m enim bulkan kekhawatiran bagi n egara-n egara lain, baik n egara tetangga ataupun n egara berkepentin gan lain, tidak terkecuali bagi Am erika Serikat. Maka dari itu, potensi ancam an terorism e di Afrika Barat berupaya un tuk ditekan dan dicegah m elalui kerja sam a terintegritas dengan kebijakan war on terror pem erintah Am erika Serikat. Dalam kerja sam a tersebut, sasaran utam a yan g ingin dicapai adalah m em astikan kelom pok-kelom pok teroris tidak bisa m en em ukan base cam p, pendanaan, rekrutm en serta tidak bisa beroperasi di wilayah ini. Hal tersebut seakan ditekankan oleh deputy com m ander of the EUCOM, Gen eral C. Wald, bahwa saat itu Am erika Serikat m en em patkan salah satu fokus n ational security interest pada wilayah lin gkar Sahara dan Sahel di Afrika Barat (Obi,20 0 6).

Inisiatif kontra terorism e Am erika Serikat di Afrika Barat m uncul karena situasi intern al yang tidak stabil disana, kon disi m asyarakat yang berada di ten gah konflik atau m unculnya peran g sipil dapat dim anfaatkan oleh jarin gan kelom pok terorism e m aupun kelom pok krim inal transnasion al untuk m enyusup dan m engacaukan segalanya. Sedan gkan khusus un tuk m en an ggulangi terorism e di wilayah Afrika Barat dan Afrika Utara, pem erintah Am erika Serikat m em bentuk sebuah kerja sam a pada tahun 20 0 5 yang diberi n am a the Trans-Sahara Counterterrorism Partn ership (TSCTP). TSCTP dibentuk gun a m em ban gun kapasitas dan kerja sam a m iliter, law enforcem en t dan m asyarakat sipil baik di Afrika Barat m aupun Afrika Utara untuk m elawan terorism e. Adapun spesifik area yan g ingin dituju dengan adan ya TSCTP antara lain adalah m en gintegrasikan kem am puan m iliter Afrika Barat dan Utara untuk saling suportif dalam m enanggulangi terorism e di wilayah, m en guatkan keam an an batas negara un tuk m em onitor dan m encegah pergerakan kelom pok teroris untuk

berkem bang, m em perkuat aturan hukum yang berlaku dan juga m en egakan keadilan bagi siapapun tanpa terkecuali, m en gawasi dan m en cegah adan ya perputaran finansial kelom pok teroris (peram pokan bank, dll.) dan m en gurangi poten si m unculnya sim pati serta dukungan dari kom un itas-kom unitas ekstrim radikal lainnya (Country Reports on Terrorism ,20 14).

Po te n s i Viru s Ebo la d igu n a ka n s e ba ga i S e n ja ta Bio te ro ris m e d a n Se le ctive En ga ge m e n t Am e rika Se rika t

Potensi Bioterorism e oleh Teroris Afrika Barat dan Global

(13)

m en gem ban gkan bahan kim ia dan racun m en tah (crude chem icals and poison) berupa gas risin dan sianida untuk m elan carkan serangan di London pada tahun 20 0 2 dan 20 0 3 n am un aksi tersebut berhasil digagalkan oleh polisi

London setem pat. Selain m en gem ban gkan senjata CBRN,

Al-Qaeda juga m engem bangkan senjata WMD berupa bom n uklir. Usaha Al-Qaeda tersebut terlihat dari pem im pin Zawahiri yang m engklaim bahwa Al-Qaeda m em peroleh sen jata nuklir dari negara-n egara bekas jajahan Uni Soviet seperti Ukraina. Walaupun beberapa sum ber m enyatakan bahwa Al-Qaeda konsisten untuk m engem bangkan sen jata n uklir nam un keinginan tersebut tidak terrealisasikan secara n yata karena beberapa hal yang m engham bat Al-Qaeda dalam m ewujudkan hal tersebut.

Terlepas dari kegagalan Al-Qaeda dalam m en gem bangkan sen jata n uklir sebagai sen jata pem usn ah m assal, m asih terdapat kem ungkinan besar bagi kelom pok teroris lain n ya seperti ISIS untuk berhasil m engem ban gkan senjata lain yang juga ditujukan untuk m em usnahkan m assal. Men urut Wolfgang Rudischhauser sebagai direktur Pusat Senjata Pem usnah Massal Non-Proliferasi NATO, ISIS sebagai kelom pok teroris yang paling radikal saat ini tercatat telah m em peroleh pengetahuan dan m endapatkan beberapa ahli dalam hal kim ia dan sen jata untuk m em bangun sen jata CBRN m aupun m em peroleh m aterial-m aterial yang diperlukan dalam pem buatan sen jata CBRN tersebut. ISIS juga gagal

seperti Al-Qaeda dalam m en gem ban gkan senjata nuklir ISIS

tetap berhasil dalam m en gem ban gkan sen jata yang disebut sebagai “dirty bom b”1 dan berbagai sen jata lain nya

yang m enggun akan bahan kim ia dan biologi m en tah dan agen m ikroba lain nya sebagai bentuk dari bioterorism e. Meskipun efek destruktif yan g ditim bulkan dari pen ggun aan sen jata

1 . Istilah “dirty bom b” adalah istilah yang

digunakan untuk m enggam barkan alat atau perangkat penyebaran radiologi disebut juga sebagai radiological dispersal device (RDD) yang

“dirty bom b” tidak sebesar dari penggun aan sen jata nuklir n am un penggun aan senjata tersebut cukup untuk m en ghasilkan kepanikan dan ketakutan m assal. Pen ggun aan senjata CBRN dan berbagai jenis senjata pem usnah m assal lainn ya dilakukan oleh ISIS karen a ISIS m erasa kem am puan m iliternya yang m asih ren dah serta asum sinya yang m enyatakan bahwa intervensi dari pihak asing tidak diperbolehkan oleh karena itu penggun aan sen jata CBRN dirasa m en jadi cara yang paling efektif untuk m en gurangi intervensi pihak asing akibat rasa terancam yang dialam i oleh pihak asing tersebut. Den gan dem ikian dapat dipaham i bahwa pen ggun aan sen jata CBRN m erupakan ben tuk sen jata yang dapat dijadikan tangible threat atau ancam an n yata tetapi potensinya yang bersifat laten sehingga perlu diwaspadai (Rathore, 20 16).

Potensi Ebola digun akan sebagai Sen jata Biologis

Tidak hanya itu, potensi digunakan n ya Ebola sebagai alat terorism e telah m em berikan konsen tersendiri bagi U.S Departm ent of Defen se. Kelom pok teroris di Afrika Barat ataupun kelom pok teroris yang berafiliasi dengan ISIS m em iliki potensi besar untuk m en ggunakan Ebola sebagai kekuatan senjata biologi yan g dapat m en yebabkan kerusakan m assal. Menurut Cara J on es ada beberapa m etode atau cara yan g dapat digunakan oleh kelom pok teroris dalam m en yebarkan Ebola sebagai senjata biologi ke bangsa Barat khususnya Am erika Serikat. Pertam a, kelom pok teroris dapat m elakukan bun uh diri den gan m en ginfeksi diri m ereka sen diri m en ggunakan virus Ebola lalu dengan segera m eninggalkan Afrika Barat m en uju Am erika Serikat sebelum virus yang terinfeksi tersebut dapat m en jadi gejala. Kedua, kelom pok teroris juga m em iliki kem am puan untuk

(14)

m em persen jatakan Ebola den gan m em asukan agen atau bibit virus Ebola tersebut ke dalam bom atau alat sem prot dim an a alat tersebut dapat dibawa dan ditransportasikan m elalui bagasi atau koper m en uju ke Am erika Serikat. Ketika agen biologi berupa virus Ebola tersebut tiba di Am erika Serikat, m aka agen biologi tersebut dapat disem protkan (spray) atau diledakan di tem pat keram aian. Berbagai skenario tersebut m erupakan hal yang sangat m ungkin terjadi yang sejalan den gan pendapat Al Shim kus sebagai Profesor Urusan Keam an an Nasional di U.S Naval War College (Tornhill, 20 14).

Selaras dengan pernyataan Susan E. Rice, Presiden Obam a juga m en yatakan bahwa beperang dalam m elawan an cam an bioterorism e seperti Ebola m erupakan hal yang sangat penting seperti yang disebutkan oleh Obam a bahwa, “fightin g this epidem ic is a national security priority for the Un ited States and that world leaders needed to increase efforts to coun ter a wide ran ge of biological threats, from infection s that are resistan t to an tibiotics to terrorists that seek to develop an d use biological weapons.” (Tornhill,20 14). Ban yak ahli, kelom pok thinktanks m aupun politisi yang m encoba berpen dapat m en gen ai Ebola m em iliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai senjata biologis oleh kelom pok terorism e. H al ini tercerm in dari pendapat berbagai oran g seperti Francisco Martinez sebagai ketua dari Spain’s State Secretary for Security yang m en yatakan bahwa kelom pok teroris seperti ISIS m em iliki potensi yan g besar untuk m en ggun akan senajata biologis sebagai bentuk aksi terorism en ya m elalui strategi “lone wolf”. Ia berpen dapat seperti itu karen a Martinez m engakui ia m en dengar inform asi tersebut m elalui percakapan yang ada pada secret chatroom s yang digun akan oleh sel terorism e itu sendiri (Doward,20 14).

Aliansi yan g terbentuk antara ISIS dan Boko Haram juga m en gakibatkan potensi Ebola untuk digunakan sebagai sen jata bioterorism e m enin gkat. Dukungan logistik yan g

dipunyai oleh kedua kelom pok teroris tersebut dapat m enjadi sarana yang dapat m elancarkan penyebaran virus Ebola sebagai senjata biologis. H al ini terlihat dari pernyataan salah satu juru bicara ISIS bahwa:

“the process of spreading disease is n ot difficult, it is easily transported in a bottle in y our bag and take them from Africa to Am erica and open in a air-condition in g duct or put it in the public drinking w ater by elevator doors” (Alkhshali,20 15).

Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Avi sebagai seoran g konsultan anti-terorism e global yan g berpen dapat bahwa ISIS m em punyai cam p m iliternya di beberapa negara di Afrika Barat oleh karena itu ISIS beserta aliansinya m em punyai kapabilitas untuk m en gem ban gkan bioterorism e m elalui penyakit Ebola. Selain itu, terdapat pula relasi antara kelom pok ISIS dengan beberapa sekelom pok individu ahli biologis sehingga hal itu m en jadi sem akin diperm udah sebagai sarana ISIS untuk m engem ban gkan sen jata biologis tersebut. H al ini terlihat dari pern yatan Avi yang disam paikan pada Western J ournalism yaitu:

“dozens of ISIS terrorists have com e dow n w ith sy m ptom s identical to the killer v irus w hich has claim ed over 6,574 victim s in fiv e W est African countries – Senegal and N igeria are the other tw o – w ith 3,0 91 deaths reported. W e know that ISIS has training cam ps in Africa and it is highly possible that this is w here contact w ith the disease w as m ade,” said Avi, a global, anti-terrorism consultant.” (Rose,20 14).

Selectiv e Engagem ent Am erika Serikat dalam Pen cegahan Bioterorism e di Afrika Barat

(15)

virus Ebola tersebut sebagai senjata bioterorism e. Keadaan ini tidak dapat dilepaskan dari pen galam an AS dalam m erespon terorism e terlebih saat terjadinya peristiwa 9/ 11. Paska peristiwa tersebut, banyak berm unculan bentuk terorism e baru salah satunya penggun aan penyakit atau virus sebagai sen jata un tuk m elakukan aksi terorism e yang kem udian disebut sebagai bioterorism e. H al ini terbukti dari kebijakan The Bioterrorism Act yang resm i ditan datangani oleh Presiden Bush pada 12 J un i 20 0 2.

Kerugian yang ditim bulkan oleh EVD sen diri dari segi ekonom i bisa m en capai $ 32.6 m iliar dolar pada akhir tahun 20 15 lalu dan kerugian dengan nom inal sedem ikian rupa dapat m em bahayakan ketiga negara terjangkit yang m em ang m asih dalam kategori negara m iskin (Am eringen,20 14). Dari fakta tersebut dapat dilihat bahwa Ebola m erupakan sebuah wabah penyakit yang m em an g m engancam tidak han ya dari segi kesehatan sem ata, m elainkan juga dari sektor lainnya apabila tidak segera dikontrol dan diatasi den gan baik dan tepat. Director-General of WHO, Margaret Chan m engungkapkan bahwa epidem i Ebola m engan cam kelangsun gan hidup m asyarakat dan berpotensi berujung pada failed states. Chan turut m en am bahkan bahwa potensi tersebut diperoleh ketika n egara yang diserang EVD m erupakan n egara-n egara kecil yang belum sepenuhnya stabil dalam berbagai sector. Un tuk itu diperlukan upaya penanggulangan yang cepat dan tepat guna m encegah hal tersebut terjadi karena failed states akan m em bawa suatu n egara m enjadi tidak terkon trol dan rawan disusupi oleh kelom pok-kelom pok radikalis m aupun teroris yan g m em ang dalam kawasan Afrika Barat banyak terdapat kelom pok seperti itu. Dalam upaya tersebut terkait penan gan an virus Ebola AS m en ggunakan im plem en tasi grand strategy kebijakan luar negeri AS khususnya dalam konteks kontraterorism e. AS m em ilih untuk m en ggunakan selective en gagem en t den gan m elibatkan kem am puan politik

dan sum ber daya dalam isu-isu yang berkaitan den gan kepentingan nasionalnya khususnya m asalah keam an an nasional. Strategi selective engagem ent tersebut terlihat dalam tiga hal.

Pertam a, penggun aan kekuatan m iliter AS dalam kasus epidem i virus Ebola yan g m enjadi wabah di wilayah Afrika Barat. Penggunaan kekuatan m iliter tersebut terlihat dari pen erjunan 3.0 0 0 pasukan tentara AS di Liberia. Tidak hanya itu, pasukan m iliter 10 1st Airbone Division (Air Assault) juga diturunkan ke Liberia untuk m enan gan i m asalah Ebola yang penyebarannya sem akin m asif. Diketahui bahwa pasukan m iliter 10 1st Airbone Division tersebut juga m en jadi pasukan yang diturunkan oleh AS untuk m elawan kelom pok teroris ISIS, invasi AS ke Irak serta Afganisthan pada tahun 20 0 1 dan 20 0 3. H al tersebut m en gindikasikan den gan jelas bahwa pen urun an pasukan m iliter AS ke Liberia dijadikan sebagai upaya AS dalam bentuk kontraterorism e karena terdapat potensi yang besar dijadikannya Ebola sebagai senjata biologis.

Kedua, penggunaan tindakan preven tif dalam m erespon epidem i virus Ebola yang ada di Afrika Barat. Tin dakan preven tif ini dilakukan oleh AS m elalui agensi-agen si dalam n egeri yang secara khusus bertugas un tuk m en angani kasus. Seperti CDC yang berperan sen tral dalam m en gatasi Ebola m elalui penyediaan ban tuan teknikal, bantuan finansial, m elakukan pelatihan pen cegahan , tindakan m itigasi m aupun m enyediakan fasilitas dan layan an kesehatan dalam rangka m en angani kasus Ebola. Bahkan, AS juga m engirim kan DART (Disaster Assistan ce Respon se Team ) ke Afrika Barat un tuk m eninjau kondisi terbaru, m en yelaraskan respon antar agensi dan m en gidentifikasi kekurangan dalam proses penangan an virus Ebola.

(16)

AS dalam m en jalankan strategi kontraterorism e dilakukan dengan m em anfaatkan aspek geopolitik. Pasalnya, n egara-negara yang terken a dam pak m asif Ebola seperti Liberia, Guinea dan Sierra Leon e juga berdekatan den gan kawasan Sahel. Kawasan sahel ini m erupakan tem pat subur berkem bangnya terorism e di Afrika. Hal ini m en jadi logis apabila tidak dilakukan lan gkah lebih lan jut oleh AS, kawasan tersebut dapat dijadikan peluan g besar bagi kelom pok terorism e untuk m em anfaatkan instabilitas yan g terjadi di negara terdam pak Ebola untuk dijadikan saran a perkem ban gan kelom pok teroris m elalui penggunaan bioterorism e. Pada dasarnya kawasan Afrika Barat m erupakan kawasan yang rawan dan rentan untuk disusupi kelom pok-kelom pok teroris m aupun radikal serta aktor kegiatan ilegal lain , tidak terkecuali tiga n egara terjangkit Ebola yaitu Guinea, Sierra Leone dan Liberia.

Ke s im p u la n

Penelitian ini m em perlihatkan bahwa Am erika Serikat m erupakan negara paling aktif dalam hal m erespon virus Ebola yang terjadi di Afrika Barat terutam a di tiga negara yang m en yebabkan korban m eninggal terban yak yaitu Liberia, Guien ea, dan Siera Lieon e. Virus Ebola yang m erebak di Afrika Barat tersebut m elebihi kasus virus Ebola sebelum nya. Am erika Serikat m erespon virus Ebola dengan m en geluarkan kebijakan untuk m en jadikan virus Ebola ini sebagai prioritas an cam an keam an an n asional bukan hanya karena sebagai tanggun g jawab sosial yang m ana Am erika Serikat sebagai a global leader dalam tatanan intern asional n am un terdapat faktor yang lebih prioritas bagi Am erika Serikat m erespon virus Ebola di Afrika Barat dan m en jadikan nya sebagai prioritas ancam an keam anan nasional yang lebih m en gan cam keam an an n asional Am erika Serikat yaitu digunakannya virus Ebola sebagai sen jata biologis oleh terorism e di Afrika Barat dan Global bertujuan untuk m en yerang Am erika Serikat. Hal

tersebut tidak terlepas dari historis Am erika Serikat yan g pernah m engalam i serangan bioterorism e virus antraks m elalui surat-surat yang dikirim kan oleh teroris. Maka dari itu Am erika Serikat m elakukan kontra terorism e m elalui strategi selective engagem en t dalam hal sen jata biologis yang akan digun akan oleh teroris di Afrika Barat dan global.

Dalam tulisan ini m em buktikan bahwasanya suatu penyakit m enular atau dalam pen elitian ini virus Ebola dapat m en gan cam keam an an nasional suatu negara yan g secara tidak langsun g terdam pak di negaranya. Virus Ebola ini m am pu m em buat Am erika Serikat m en jadikan nya prioritas ancam an keam an an nasional dan aktif untuk m en anggulanginya untuk m en ekan penyebaran virus Ebola di Afrika Barat padahal bisa dikatakan posisi geografis Am erika Serikat dengan Afrika Barat cukup jauh. Kontra terorism e selective engagem ent dilakukan untuk m elin dungi keam an an n asional Am erika Serikat dari ancam an -an cam an teroris yang m am pu m en ggunakan virus Ebola sebagai sen jata un tuk m enyerang Am erika Serikat. Hal ini kem udian m enem patkan bioterorism e sebagai pertim bangan utam a dalam kebijakan untuk keam anan nasional dan diim plem entasikan m elalu strategi selective engagem en t dengan negara koloni Am erika Serikat yaitu Liberia dengan m enerjun kan m iliter Am erika Serikat 10 1st Division.

(17)

sebanyak 3,0 0 0 personil dan pen erjunan pasukan 10 1st Airbon e Division sebagai bentuk dari upaya kontraterorism e.

Kedua, pen urun an pasukan ke Liberia bukan tanpa alasan . Pasalnya, negara-n egara yan g terkena dam pak m asif dari Ebola seperti Guinea, Sierra Leon e term asuk pula Liberia berada dalam kawasan Sahel. Ironisnya, kawasan Sahel ini m erupakan wilayah abu-abu yan g sulit un tuk dikontrol dan berpotensi m en jadi sum ber konflik akibat adanya pihak-pihak tidak bertan ggun g jawab yang sengaja m em anfaatkan potensi disana untuk kepen tingan pribadi. Lebih spesifik lagi, instabilitas dom estik yang terjadi di negara terdam pak akibat pecahnya virus Ebola m em bawa dam pak pada sem akin m enin gkatn ya kerentanan kawasan Sahel untuk dijadikan basis pengem ban gan terorism e dan m em anfaatkan Ebola sebagai senjata bioteroris. Hal ini sem akin dipertegas den gan fakta yang m en unjukkan bahwa Afrika Barat m em punyai banyak

kelom pok terorism e seperti Boko H aram yang m em punyai afiliasi den gan jaringan terorism e global seperti ISIS dan AQIM.

Ketiga, keputusan AS dalam m en jadikan Ebola sebagai prioritas keam an an nasional tidak dapat dilepaskan dari tin jauan historis yang dialam i oleh AS. Pasalnya, di tahun 20 0 1 AS sem pat m engalam i pen ggunaan antraks sebagai bioterorism e m elalui penyebaran bubuk spora antraks yang dibawa m elalui surat. Akibatnya, AS m en geluarkan kebijakan pertam a kalinya dalam konteks bioterorism e m elalui The Bioterorism Act 20 0 2 sebagai langkah awal AS dalam m erespon isu yang berkaitan den gan bioterorism e. Beberapa sum ber juga m en gindikasikan bahwa kelom pok terorism e Afrika Barat yang dalam praktiknya telah berafiliasi dengan jaringan terorism e global m em punyai potensi besar untuk m en ggun akan Ebola sebagai senjata biologis dalam m elan carkan aksin ya.

D aftar Pu s taka

[1]Lisbet Sihombing, “Upaya Internasional Untuk Mengatasi Penyebaran Ebola” VI, no. 19 (2014): Hlm. 5.

[2]The White House President Barack Obama, “The President Meets with Senior Staff to Discuss the U.S Response to Ebola,” last modified 2014,

https://www.whitehouse.gov/blog/2014/10/0 6/president-meets-senior-staff-discuss-us-response-Ebola.

[3]The Henry J. Kaiser Family Foundation, “The U.S. Respons to Ebola : Status of the FY2015 Emergency Ebola Approriation,” last modified 2015, http://kff.org/global- health-policy/issue-brief/the-u-s-response- to-Ebola-status-of-the-fy2015-emergency-Ebola-appropriation/.

[4]Edwin Ikhuoria, “Case study: How Nigeria contained the Ebola outbreak,” Nigeria Country Representative, ONE, last modified 2014,

https://www.one.org/us/2014/10/29/case- study-how-nigeria-contained-the-Ebola-outbreak/.

[5]WHO. 2014. Dalam Shekira Ramdass, “The United States Interests in the Ebola Outbreak in West Africa,” Virginia Review of Asian Studies 17 (2015): Hlm. 223.

[6]Lead Inspector General, “International Ebola Response and Preparedness,” Lead Inspector General Quarterly Progress Report on U.S. Government 4 (2015).

[7]Center for Disease Control and Prevention, “CDC ’ s Response to the 2014 – 2016 Ebola Epidemic — West Africa and United States” 65, no. 3 (2016).

[8]Shekira Ramdass, “The United States Interests in the Ebola Outbreak in West Africa,” Virginia Review of Asian Studies 17 (2015): Hlm. 229.

[9]Mr. Mehdi TAJE, “Vulnerabilities and factors of insecurity in the Sahel,” the Sahl and West Africa Club Secretariat

(SWAC/OECD) (2010): Hlm. 2. [10]Alexandre Marc, The Challenging of

Stability and Security in West Africa. Hlm. 26.

[11]Luna David, “Trans-African Security: Combating Illicit Trafficking Along the Crime-Terror Continuum,” U.S. Department of State (2014).

[12]Ely Karmon, “Boko Haram’s International Reach,” Perspectives on Terrorism, last modified 2014,

http://www.terrorismanalysts.com/pt/index.p hp/pot/article/view/326/html.

(18)

[14]Jennifer G Cooke, “‘ BOKO HARAM : THE ISLAMIST INSURGENCY IN WEST AFRICA ’ A testimony by :” (2016): Hlm. 5. [15]Nivedita Ray, “Growing Threat of Terrorism

in Africa : The Case of Boko Haram” (2016).Hlm. 9.

[16]Cyril I Obi, “Terrorism in West Africa: Real, emerging or imagined threats?,” African Security Review 15, no. 3 (2006): Hlm. 87.

[17]Country Reports on Terrorism, “Chapter 2. Country Reports: Africa Overview,” U.S. Department of State,

http://www.state.gov/j/ct/rls/crt/2014/23940 4.htm.

[18]Shahzeb Ali Rathore, “Is the Threat of ISIS Using CBRN Real?,” Counter Terrorist Trends and Analysis 2, no. 12 (2016). Hlm. 4.

[19]Ted Tornhill, “Could terrorists turn themselves into Ebola suicide ‘bombs’? Experts fear ISIS jihadists may infect themselves to spread virus in West,” Dailymail.co.uk, last modified 2014, http://www.dailymail.co.uk/news/article- 2786433/Could-Ebola-used-weapon-ISIS-

Terror-experts-raise-prospect-jihadists- infecting-spreading-virus-Western-countries.html.

[20]Jamie Doward, “Top-secret military warning on Ebola biological weapon terror threat,” theguardian, last modified 2015,

https://www.theguardian.com/uk- news/2015/feb/21/top-secret-Ebola- biological-weapon-terror-warning-al-qaida-isis.

[21]Hamdi Alkhshali and Steve Almasy, “ISIS leader purportedly accepts Boko Haram’s pledge of allegiance,” CNN, last modified 2015,

http://edition.cnn.com/2015/03/12/middleeas t/isis-boko-haram/.

[22]Norvell Rose, “WARNING: ISIS’ New Secret Weapon Against America Could Connect Two Deadly Threats,” westernjournalism, last modified 2014, http://www.westernjournalism.com/warning- isis-new-secret-weapon-against-america-could-connect-two-deadly-threats/. [23]Benjamin Syme Van Ameringen, “Ebola,

Anarchy, and Failing States: The Crisis in West Africa,” Geopolitical Monitor, last modified 2014,

Gambar

Grafik 2.1 bahwa dari ketiga negara yang terkena dampak paling parah dari EVD tersebut, menempatkan Sierra Leone sebagai negara dengan jumlah kasus terlapor terbanyak yaitu 13.945 kasus terlapor dan 3.955 korban meninggal
Grafik 1: Perincian Jum lah Kasus Korban Jiwa EVD di Afrika Barat
Tabel 2.1: Em ergency Ebola Funding –  FY15 Om nibus

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis mengamati dan mewancarai beberapa santri pada proses penerapan Metode Talaqqi dalam menghafal Al-Qur'an serta mendokumentasikanya yaitu berupa gambar (foto),

Gampong Manyang Lancok merupakan salah satu gampong diantara 30 gampong yang ada di dalam wilayah kecamatan Meureudu.. Gampong ini juga merupakan salah satu

Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah faktor

Samples were divided into six groups, first group as negative control without any treatment, second group as positive control I group received only intracameral

Berdasarkan hasil simulasi setelah direduksi beban cemaran COD sebesar 25%, 50% dan 75% pada saat debit andalan maksimum (gambar 7), maka dapat diambil kesimpulan

dibutuhkan dan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan usaha ternak sapi potong, karena tujuan utama pemeliharaan sapi potong adalah untuk gemuk dapat langsung dijual

Dengan Jerman juga bekerjasama dengan mitra di dalam Uni Eropa (negara-negara anggota Uni Eropa dan negara di wilayah Eropa yang tidak termasuk sebagai anggota Uni Eropa) dan mitra

Tahap yang digunakan dalam penelitian mencakup tiga tahap yaitu (1) penyediaan data, (2) analisis data, dan (3) penyajian hasil data. Tahap penyajian dengan mengamati