• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN

DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN

PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

OLEH :

Siti Ni’amah

21112003

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

(2)
(3)

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksankan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa : Nama : Siti Ni’amah

NIM : 21212003

Judul : PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN

SEMARANG

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diajikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 12 Maret 2017 Pembimbing

(4)

PENGESAHAN

Skripsi berjudul :

PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN

DI DUSUN DAWUNG DESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

Oleh :

Siti Ni’amah

NIM: 21212003

Telah dipertahankan di depan Sidang Monaqasyah Skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar S1 Sarjana Hukum.

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Penguji : Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A

Sekretaris Penguji : Heni Satar Nur Haida, M.Si

Penguji I : Drs. Mahfudz, M.Ag

Penguji II : M. Yusuf Khummaini, S.Hi, M.H

Salatiga, 24 Maret 2017

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Dra. Siti Zumrotun, M.Ag

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siti Ni’amah

NIM : 21212003

Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syari’ah

Judul : PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 12 Maret 2017 Yang menyatakan,

(6)

MOTTO

(7)

PERSEMBAHAN

Atas nama cinta dan kasih dari dalam jiwa, skripsi ini penulis persembahkan untuk,

 Bapak,ibu ku tercinta, tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa dan semangat sepanjang masa buat saya.

 Suami ( syaiful anwar ) dan anak ku tersayang ( shatara zahwa vollia anwar ) yang selalu hadir dalam suka duka, selalu memberi semangat dan mendampingi saya

 Kakak dan adik beserta keponakan yang selalu memberi semangat luar biasa

 Dosen penguji, ibu Heni Satar Nurhaida yang selalu bersabar dalam membimbing skripsi saya

 Semua teman seperjuangan di Jurusan Hukum Keluarga Islam yang mendampingi dalam pembuatan skripsi ini, juga selalu memotivasi, menemani suka dan duka, semoga pertemanan kita akan abadi.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Allah swt dan puji syukur peneliti panjatkan kepadaNya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang kita nanti syafaatnya di hari akhir nanti.

Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syari’ah.

3. Bapak Sukron Ma’mun, S.Hi., M.Si. selaku ketua jurusan Hukum agama Islam.

4. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si. Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta memotivasi guna membimbing terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang mengajar dari semester satu sampai delapan telah membagi ilmunya yang bermanfaat.

(9)

8. Ayah dan Ibuku tercinta terimakasih atas doa dan pengorbanan selama ini. 9. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu terimakasih

atas kerjasama dan perhatiannya.

Teriring do’a dan harapan semoga amal baik semua pihak tersebut di atas akan mendapat balasan dari Allah swt.

Wassalamu’alaikum wr.wb

(10)

ABSTRAK

Siti Ni’amah, 21212003, Perkawinan Saudara Sepersusuan di Dusun Dawung

Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

Kata kunci: PERKAWINAN, SAUDARA dan SEPERSUSUAN

Perkawinan adalah ibadah yang sangat dianjurkan apabila telah memenuhi rukun dan syarat. Dalam kompilasi hukum Islam “perkawinan yang sah menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu aqad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dalam Islam perkawinan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan seksual secara halal dan membina rumah tangga yang bahagia. Namun demikian perkawinan harus tetap memperhatikan mengenai hal-hal yang diharamkan, yaitu mengenai halangan perkawinan. Halangan perkawinan yang dimaksudkan ada yang bersifat sementara dan selamanya. Adapun yang bersifat selamnya adalah ; pertalian nasab dan hubungan sepersusuan. Adapun hubungan sepersusuan yang dimaksudkan adalah beserta kerabat dari saudara sepersusuan. Akan tetapi masih saja terjadi kesenjangan antara hukum Islam dengan kenyataan yang ada di masyarakat, seperti halnya perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan yang terjadi di dusun Dawung desa candirejo kecamatan pringapu.

Permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pemahaman pelaku dan keluarga mengenai perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ? (2) bagaimana tinjauan peran ulama’ dan masyarakat dalam perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ?

Lokasi penelitian adalah Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan normatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan di dusun Dawung desa Candirejo Kecamatan Pringapus telah melanggar hukum Islam, karena perkawinan tetap berlangsung meski para pelaku nikah sudah diberi tahu. Kemudian perkawinan tersebut di dalam hukum Islam adalah fasakh ( rusak ), dan seharusnya dilakukan pembatalan nikah.

(11)

DAFTAR ISI

Judul ……… i

Nota Pembimbing ……… ii

Pengesahan ………. iii

Pernyataan Keaslian ……… iv

Motto ……….. v

Persembahan ………vi

Kata Pengantar ……….. vii

Abstrak ……….. ix

Daftar Isi ……….. x

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……...………. 1

B. Rumusan Masalah ...………. 3

C. Tujuan Penelitihan ……...……… … 3

D. Manfaat penelitian……… 4

E. Kajian pustaka ..………..4

F. Penegasan Istilah ………... 8

G. Metodologi Penelitian ………... 9

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN SEPERSUSUAN A. Definisi Perkawinan ……….……...15

B. Tujuan Perkawinan ………..………...……….18

C. Asas Hukum Perkawinan ……...23

D. Rukun Syarat Perkawinan ……….………...25

E. Macam-macam Aqad Nikah ……….………..28

(12)

BAB III HASIL PENELITIAN PERKAWINAN SAUDARA

SEPERSUSUANDI DUSUN DAWUNG DESA CANDIREJOKECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

A. Deskripsi Lokasi penelitian

1. Tinjauan Geografis ……… 44

2. Tinjauan Demografis ………. 45

B. Profil Keluarga Pelaku Perkawinan antar Kerabat Saudara Sepersusuan ……….. ………49

C. Hasil wawancara ………. 50

1. Wawancara dengan keluarga pelaku ………... 51

2. Wawancara dengan keponakan ………. 51

3. Wawancara dengan tokoh masyarakat ……….. 52

4. Wawancara dengan masyarakat ……….... 54

5. Wawancara dengan Perangkat Desa ( Kaur ) ……… 55

6. Wawancara dengan Kepala Dusun ( Kadus ) ……… 56

7. Wawancara dengan kepala KUA ……… 57

8. Wawancara dengan PPN ( Naib )……….57

BAB IV ANALISIS PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN DAWUNG DESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS A. Alasan terjadinya perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus ………….62

B. Perspektif hukum Islam mengenai perkawinan kerabat sepersusuan di Dusun Dawung,Candirejo………. 65

(13)

A. Kesimpulan ………70 B. Saran ………...71

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup Lampiran II Hasil Wawancara Lampiran III Foto register nikah

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Perkawinan adalah ibadah yang yang sangat dianjurkan dan diwajibkan bagi yang sudah memenuhi syarat dan rukun nikah. Oleh karena itu perkawinan adalah suatu peristiwa yang sakral antara dua insan yang berlawan jenis dengan tujuan ibadah kepada Allah. perkawinan juga merupakan salah satu perintah yang diperuntukkan bagi kaum muslimin sebagaimana terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam, bahwa “perkawinan yang sah menurut hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

(16)

ditentukan, belum tentu perkawinan tersebut sah. Karena masih tergantung lagi pada satu hal yaitu perkawinan itu terlepas dari gejala yang menghalangi. Halangan perkawinan itu disebut juga dengan larangan perkawinan. Yang dimaksud dengan larangan perkawinan dalam bahasa ini adalah orang-orang yang tidak boleh melakukan perkawinan. Yang dimaksud disini adalah permpuan-perempuan mana saja yang boleh dikawini oleh laki-laki atau sebaliknya.

Mengenai perkawinan telah diatur dalam Alqur’an dan hadits Nabi. Larangan perkawinan yang berlaku haram untuk selamanya dalam arti sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun, larangan ini disebut dengan mahram muabbad.

Adapun salah satu contoh dari Mahram Muabbad adalah perkawinan saudara sepersusuan. Dimana perkawinan ini telah jelas diharamkan oleh Syar’i karena sebab-sebab tertentu yang akan membawa madharat yang lebih besar sehubungan dengan pertalian nasab.demikian pula status seluruh kerabat yang lain ( Qardhawi, 2007: 225 ).

(17)

sepersusuan. Jika ditinjau dari hukum Islam ini jelas haram hukumnya karena adanya hubungan pertalian sesusuan. Oleh karena itu penulis mencoba menganalisa dan menuangkan dalam Skripsi yang berjudul “Perkawinan Saudara Sepersusuan di dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Agar skripsi ini dapat fokus pada pokok permasalahan, maka penulis merumuskan beberapa pokok masalah yang perlu mendapat pembahasan dan pemecahan dalam skripsi ini. Adapun pokok pembahasan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pemahaman pelaku dan keluarga mengenai perkawinan saudara sepersususan yag telah terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ?

2. Bagaimana peran ulama, dan masyarakat dalam perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan yakni :

(18)

2. Untuk mengetahui peran masyarakat dan ulama’ dalam perkawinan sepersusuan yang terjadi di dusun Dawung Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

D. Manfaat penelitian adalah :

Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dengan jelas bagaimana konsep Islam dan perundang-undangan mengenai perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan dan memberikan kontribusi sekaligus masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam permasalahan.

b. Menyadarkan pelaku perkawinan antar kerabat sepersusuan agar melaksanakan perkawinan sesuai aturan hukum yang berlaku.

E. Kajian pustaka

(19)

wanasaba, kabupaten Lombok timur )” dimana focus skripsi yang di tulis oleh Hizmiati ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Undang-undang mengatur tentang syarat dan larangan perkawinan?

2. Bagaimana Undang-undang mengatur tentang perkawinan sepersusuan? 3. Bagaimana solusi apabila telah terjadi perkawinan sepersusuan?

Dalam skripsi tersebut membahas tentang perkawinan antar kerabat sepersusuan, dimana pada prinsipnya menurut Islam hukumnya haram. Pengadilan Agama Kecamatan Wanasaba kabupaten Lombok Timur menolak perkawinan tersebut karena garis keturunan saudara sepersusuan ke atas. Akan tetapi perkawinan tetap berlangsung secara sirri karena mereka berpedoman pada pendapat Tuan Guru.

(20)

Kedua, skripsi yang berjudul “Pernikahan Radha’ah Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Perkawinan di Indonesia”. Adapun

fokus permasalahan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tinjauan pernikahan radha’ah dalam fiqh dan hukum perkawinan Indonesia ?

2. Mengapa terjadi pernikahan Radha’ah di Mojosongo Kabupaten Boyolali ?

3. Bagaimana status anak hasil pernikahan radha’ah di desa methuk dalam tinjauan hukum perkawinan Indonesia ?

(21)

Selain itu penulis juga sudah membaca skripsi yang berjudul

Perkawinan Mahram Mushaharah ( Studi Terhadap Pasangan Pelaku

Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga ).

Sedangkan fokus dari penelitian tersebut adalah :

1. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang definisi perkawinan mahram

mushaharah?

2. Bagaimana kronologi terjadinya perkawinan mahram mushaharah di wilayah Kecamatan Sidorejo?

3. Faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya perkawinan mahram

mushaharah?

Berdasarkan skripsi tersebut disebutkan bahwa terdapat perkawinan kerabat semenda atau mushaharah, antara ayah tiri dengan anak perempuannya. Diantara yang diteliti adalah karena anak tirinya lebih dahulu hamil, jadi terpaksa menikah dengan ayah tirinya. Disebutkan bahwa dulu ia menikah dengan ayah tirinya karena perbuatan ayahnya yang melanggar hukum yang mengakibatkan ia hamil. Kemudian ia terpaksa menikah dengan ayah tirinya. Meskipun perkawinan itu dilarang akan tetapi karena keadaan hamil membuat perkawinan tetap berlangsung.

(22)

1. Bagaimana pemahaman pelaku dan keluarga mengenai perkawinan saudara sepersususan di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ?

2. Bagaimana peran ulama, keluarga dan masyarakat dalam perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ?

Oleh karena itu, penulis mengambil judul “ perkawinan saudara sepersusuan ” karena berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai fokus permasalahan yang dikaji dan lokasi penelitian yang berbeda.

F. Penegasan Istilah

1. Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, dan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah

2. Saudara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1) orang yang seayah seibu ( hanya seayah atau seibu ), 2). Orang yang bertalian keluarga, 3). Orang yang segolongan ( sepaham, seerajat ).

(23)

menjadi darah sehingga perempuan yang menyusukan itu telah seperti ibunya.

4. Saudara sepersusuan adalah hubungan saudara yang terjadi apabila dua orang menyusu pada seorang ibu yang sama, meskipun pada dasarnya mereka terlahir dari rahim yang berbeda.

G. Metodologi penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk mengetahui adanya segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok permasalahan, diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara melukiskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu kegiataan untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan (Narbuko, 1997:23).

Dengan demikian metodologi penelitian adalah cara yang dipakai untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan guna mencapai satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

(24)

bentuk kata-kata dan bahasa, dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasa digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2006:6).

Landasan berfikir dalam penelitian ini menggunakan landasan berfikir normatif, yakni metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder (Soekanto, Mamudji, 2001:13). Dalam hal ini landasan berfikir menggunakan dalil-dalil yang terdapat dalam Al quran. Penelitian ini untuk mengidentifikasi konsep, asas, serta prinsip syariah yang

digunakan untuk mengatur permasalahan mengenai perkawinan ( Sedarmayanti, Hidayat, 2002: 23 ).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dusun Dawung Desa Candirejo kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan pertimbangan bahwa di lingkup dusun Dawung ditemui kasus perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti. Data ini didapat dari informan, atau peristiwa-peristiwa yang diamati seperti wawancara, dokumentasi dan observasi (Moelong, 2006:157).

b. Data Sekunder

(25)

Al-Hadist, perundang undangan, buku dan literatur yang ada kaitannya dengan materi yang diteliti. Al Qur’an menjadi landasan utama teori dalam data sekunder ini, disamping itu, data pustaka juga digali dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Inpres No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, buku-buku mengenai fiqh munakahat, hukum perkawinan Islam, dan artikel-artikel dari website.

4. Metode Pengumpulan Data

Cara memperoleh data adalah sebagai berikut : 1) Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2001:25). Untuk memperoleh data yang valid, dilakukan wawancara kepada masyarakat sekitar, kerabat dari pelaku dan Kantor Urusan Agama ( KUA ).

2) Dokumentasi

Setelah didapat data dari hasil wawancara, sebagai penunjangnya diperlukan pula dokumen-dokumen seperti data dari kelurahan, data dari KUA, salinan Akta Perkawinan bila ada. Dokumen dokumen ini diperlukan untuk mengecek keabsahan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan.

5. Metode Analisa Data

1. Analisis Data

(26)

sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian ( Moleong, 2006: 109 ). Pada analisis data ini menggunakan cara deduktif sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. b. Sajian Data

Sajian data adalah suatu rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh.

(27)

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan kejelasan langkah-langkah penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini dilakukan dengan kegiatan mulai dari penentuan lokasi penelitian, peninjauan lokasi penelitian, pengurusan proposal dan pengurusan perizinan

b. Tahap Pelaksanaan Lapangan

Tahap ini dilakukan dengan kegiatan mengumpulkan data lokasi penelitian dengan cara wawancara terhadap informan pangkal.

c. Tahap Analisis Data

Tahap ini dilakukan dengan menganalisis data, melakukan verifikasi dan pengayaan untuk selanjutnya merumuskan kesimpulan sebagai temuan penelitian

d. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

(28)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

A.Definisi Perkawinan

Perkawinan adalah ibadah yang sangat dianjurkan bagi yang sudah memenuhi syarat menurut hukum Islam. Selain itu perkawinan juga dapat mencegah zina, dan bagi yang belum mampu menikah dianjurkan untuk berpuasa. Rosulullah bersabda :

ُﻦَﺼْﺣَأَو ِﺮَﺼَﺒْﻠِﻟ ﱡﺾَﻏَأ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ،ْجﱠوَﺰَـﺘَﻴْﻠَـﻓ َةَءﺎَﺒْﻟا ُﻢُﻜْﻨِﻣ َعﺎَﻄَﺘْﺳا ِﻦَﻣ ، ِبﺎَﺒﱠﺸﻟا َﺮَﺸْﻌَﻣ ﺎَﻳ

ٌءﺎَﺟِو ُﻪَﻟ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ،ِمْﻮﱠﺼﻟﺎِﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻌَـﻓ ْﻊِﻄَﺘْﺴَﻳ ْﻢَﻟ ْﻦَﻣَو ،ِجْﺮَﻔْﻠِﻟ

Artinya “wahai anak muda, barng siapa diantara kalian mampu menikah,

menikahlah, karena nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih

dapat memelihara kehormatan. Dan barangsiapa belum mampu hendaklah ia

berpuasa. Karena sesungguhnya puasa adalah perisai baginya ( Qardhawi,

2000: 244 ).

(29)

Sebutan lain buat pernikahan ( perkawinan ) adalah az-zawaj yang secara harfiah berarti menghasut, menaburkan benih perselisihan dan mengadu domba ( Summa, 2005: 43 ).

Adapun yang dimaksud dengan nikah dalam konteks syar’i seperti diformulasikan para ulama’ fiqh, terdapat rumusan yang satu sama lain berbeda. Menurut sebagian ulama’ hanafiah “nikah adalah akad yang memberikan faedah

atau mengakibatkan kepemilikan untuk bersenang-senang secara sadar ( sengaja ) , bagi seorang pria dengan wanita, terutama guna mendapatkan

kenikmatan bioligis” (Summa, 2005: 450 ).

Sedangkan definisi nikah menurut undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan instruksi Presiden nomor 1 tahun 1991 tentang kompilasi hukum Islam yang merumuskan demikian ; “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa.

Definisi perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam ( KHI )pasal 2 yang merumuskan sebagai berikut : “perkawinan adalah akd yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

(30)

Menurut Prof. Ibrahim Hosen, nikah menurut arti asli dapat juga berarti Akad, dengan nikah menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita (Ibrahim, 1971:65). Sedangkan dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis atau melakukan hubungan kelamin (DepDikbud, 1994:456).

Menurut sebagian sarjana hukum, diantaranya Sudarsono, “dewasa ini kerap kali dibedakan antara “nikah” dengan “kawin’. Tetapi pada prinsipnya “perkawinan dengan “pernikahan” hanya berbeda di dalam menarik akar kata saja ( Summa, 2005: 48 ). Perbedaan tersebut hanya bagaiman seseorang melihat dari sudut pandang maknanya. Ada yang memaknai kawin adalah “kumpul kebo”, sedangkan kata nikah maknanya lebih halus.

Bagaimanpun cara orang memaknai pada dasarnya sudah dijelaskan dari berbagi pendapat mengenai makna nikah dan kawin. Bahwa Rosulullah menganjurkan bagi pemuda agar segera menikah jika ia sudah siap dan mampu. Karena sesungguhnya nikah itu selain menjaga kehormatan juga merupakan ibadah. Sebagaiman sabda Rasulullah SAW :

،َءاَدَﻷْا ُﺪْﻳِﺮُﻳ يِﺬﱠﻟا ُﺐَﺗﺎَﻜُﻤْﻟاَو ،ِﷲا ِﻞْﻴِﺒَﺳ ْﻲِﻓ ُﺪِﻫﺎَﺠُﻤْﻟَا :ْﻢُﻬُـﻧْﻮَﻋ ِﷲا ﻰَﻠَﻋ ﱞﻖَﺣ ٌﺔَﺛَﻼَﺛ

فﺎَﻔَﻌْﻟا ُﺪْﻳِﺮُﻳ يِﺬﱠﻟا ُﺢِﻛﺎﱠﻨﻟاَو

Artinya “Tiga orang yang Allah wajib membantunya : Mujahid di jalan Allah,

orang menikah yang menghendaki kehormatan dirinya, budak yang hendak

memerdekakan diri dengan cara membayar sejumlah uang dengan tuannya”

(31)

B. Tujuan perkawinan

Tujuan utama perkawinan adalah untuk mentaati perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur ( Ramulyo, 1996 : 26 ). Menurut Summa, Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekedar untuk menyalurkan kebutuhan bioligis ( seksual ) akan tetapi guna untuk membentuk rumah tangga saqinah ( 2005: 98 ). Selain itu pernikahan memiliki tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi dan agama. Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

Manusia diciptakan oleh Allah memiliki naluri kecenderungan untuk memiliki keturunan yang sah, keabsahan anak keturunan yang diakui oleh dirinya sendiri, masyarakat, agama dan Negara. Anak merupakan belahan jiwa dan buah hati. Anak sebagai keturunan bukan saja menjadi buah hati, tetapi juga sebagai pembantu-pembantu dalam hidup di dunia bahkan akan menjadi tambahan amal kebajikan di akhirat, manakala dapat mendidiknya menjadi anak yang shaleh. Bias dikatan anak adalah asset yang berharga di dunia dan akhirat jika kita didik debgan baik berdasarkan syariat islam.

Seperti sabda Nabi SAW ;

(32)

Artinya ; Apabila manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya

kecuali tiga hal : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak

shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya. ( HR.muslim dari Anas ).

Begitu besarnya peranan anak terhadap amal orang tuanya, sehingga diterapkan dalam hadits Nabi SAW bahwa seorang yang kehilangan putranya yang masih kecil akan dimasukkan ke dalam Surga dan akan terlepas dari api Neraka, sebagaimana diriwiyatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas ;

ُﻫﺎﱠﻳإ ِﻪِﺘَﻤْﺣَر ِﻞْﻀَﻔِﺑ َﺔﱠﻨَﺠْﻟْا ﷲا ُﻪَﻠَﺧْدأ ﱠﻻإ ﺚﻨﺤﻟا اْﻮُﻐُﻠْـﺒَـﻳ ْﻢَﻟ ٌﺔَﺛ َﻼَﺛ ُﻪَﻟ ُتْﻮُﻤَﻳ ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ْﻦِﻣ ﺎَﻣ

ْﻢ

Artinya “Tidaklah seorang muslim ditinggal mati oleh tiga anakanya yang

belum mencapai umur baligh, melainkan Allah akan memasukkannya ke

dalam surga karena karunia dan rahmatNya kepada mereka.

2. Penyaluran syahwat dan penumpahan kasih sayang berdasarkan tanggung jawab.

Sudah menjadi qadrat Allah SWT bahwa manusia diciptakan berjodoh-jodoh dan diciptakan oleh Allah SWT memiliki keinginan untuk berhubungan antara pria dan wanita, sebagaimana firman Allah ;

ِﺔﱠﻀِﻔْﻟاَو ِﺐَﻫﱠﺬﻟا َﻦِﻣ ِةَﺮَﻄﻨَﻘُﻤْﻟا ِﺮﻴِﻃﺎَﻨَﻘْﻟاَو َﻦﻴِﻨَﺒْﻟاَو ِءﺎَﺴﱢﻨﻟا َﻦِﻣ ِتاَﻮَﻬﱠﺸﻟا ﱡﺐُﺣ ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ َﻦﱢﻳُز

َو ِﺔَﻣﱠﻮَﺴُﻤْﻟا ِﻞْﻴَﺨْﻟاَو

ﺎَﻴْـﻧﱡﺪﻟا ِةﺎَﻴَﺤْﻟا ُعﺎَﺘَﻣ َﻚِﻟَذ ِثْﺮَﺤْﻟاَو ِمﺎَﻌْـﻧَﻷْا

(33)

Artinya; “dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-bintang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik ( Surga )”. ( Ali imran, 3: 14 ).

Oleh Alqur’an dilukiskan bahwa pria dan wanita bagaikan pakaian, artinya yang satu memerlukan yang lain, sebagaimana tersebut dalam surat Al Baqarah yang menyebutkan ;

ُأ

Artinya “dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamupun

adalah pakaian bagi mereka..”( Al Baqarah, 2: 187 ).

Dalam hal itu Allah SWT mengetahui bahwa kalau saja pria dan wanita tidak diberi kesempatan untuk menyalurkan nalurinya itu akan berbuat pelanggaran.disamping perkawinan untuk mengatur penyaluran nafsu seksual juga untuk menyalurkan cinta dan kasih sayang dikalangan pria dan wanita secara harmonis dan bertanggung jawab.

3. Memelihara diri dari kerusakan

(34)

kerusakan entah kerusakan dirinya sendiri atau orang lain bahkan masyarakat. Karena manusia mempunyai nafsu, sedangkan nafsu itu condong untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik. Dorongan nafsu yang utama adalah nafsu seksual.

Dalam hal ini, Al Qur’an memberikan arahan tentang cara terbaik yang dapat memenuhi hak fitrah dan naluri seksual secara proporsional, dengan tetap menghindari penyakit dan penyimpangan ( Qardhawi, 2000: 247 ). Pernikahan adalah motivasi untuk menjaga diri dan kehormatan, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur ayat 32 ;

ْﻢُﻜِﺋﺎَﻣِإَو ْﻢُﻛِدﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ َﻦﻴِﺤِﻟﺎﱠﺼﻟاَو ْﻢُﻜْﻨِﻣ ٰﻰَﻣﺎَﻳَْﻷا اﻮُﺤِﻜْﻧَأَو

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan

Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

4. Menimbulkan kesungguhan bertanggung jawab dan mencari harta yang halal.

(35)

sudah menikah harus lebih sabar dengan pasangannya. Seorang suami muslim harus sabar terhadap istrinya jika mendapati padanya perilaku yang kurang menyenangkan dirinya ( Qardhawi, 2000: 288 ).

5. Membangun rumah tangga dalam rangka membentuk masyarakat yang sejahtera berdasarkan cinta dan kasih sayang

Suatu kenyataan bahwa manusia tidak berdiri melainkan bermasyarakat yang terdiri dari unit-unit yang terkecil yaitu keluarga yang terbentuk melalui perkawinan, seperti tersebut dalam An Nahl ayat 72

ﺎًﺟاَوْزَأ ْﻢُﻜِﺴُﻔْـﻧَأ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻟ َﻞَﻌَﺟ ُﻪﱠﻠﻟاَو

ًةَﺪَﻔَﺣَو َﻦﻴِﻨَﺑ ْﻢُﻜِﺟاَوْزَأ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻟ َﻞَﻌَﺟَو

“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri, dan

menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan

cucu-cucu….”( An Nahl: 72 ).

(36)

Dari keterangan di atas jelas bahwa tujuan nikah Dallam syari’at Islam sangat tinggi, yakni sebagai salah satu indikasi tingginya derajat manusia yang sesuai dengan karakter alam dan sejalan dengan kehidupan social alam untuk mencapai derajat sempurna. Karena hikmah yang besar inilah, Islam sangat menganjurkan menikah dan Nabi SAW sangat melarang umatnya membujang.

C. Asas Hukum Perkawinan

Perkawinan yang sah harus memenuhi rukun dan syarat dan juga harus memperhatikan larangan-larangan perkawinan. Dalam membicarakan larangan perkawinan menurut hukum Islam ada asas yang harus diperhatikan ( Azzam, Hawwas,2009: 121 ) yaitu :

1. Asas Absolute Abstrak : suatu asas dalam hukuman perkawinan dimana jodoh atau pasangan suami istri itu sebenarnya sejak dahulu sudah ditentukan oleh Allah SWT atas permintaan manusia yang bersangkutan 2. Asas selektivitas : suatu asas dalam suatu perkawinan dimana seseorang

yang hendak menikah harus menyeleksi terlebih dahulu dengan siapa ia boleh menikah dan dengan siapa ia tidak boleh menikah.

3. Asas legalitas : suatu asas dalam perkawinan dimana pencatatan perkawinan itu wajib hukumnya ( Ramulyo, 1996: 34 )

(37)

4. Asas kesukarelaan : asas kesukarelaan tidak hanya ada pada kedua calon mempelai. Kesukarelaan wali perempuan adalah merupakan salah satu rukun perkawinan yang wajib dipenuhi, sebagaimana ditentukan dalam pasal 14 kompilasi Hukum Islam.

5. Asas persetujuan : dalam memilih pasangan perkawinan, perempuan muslimah diberikan kebebasan untuk memilih melalui pernyataan menerima atau tidak pinangan seorang laki-laki.

6. Asas kebebasan memilih : setiap orang berhak memilih pasangan perkawinannya secara bebas asalkan sesuai syari’at Islam, yaitu tidak melanggar larangan perkawinan menurut Islam karena perkawinan adalah lembaga yang membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, selain sebagai sendi pokok masyarakat dan bangsa.

7. Asas kemitraan : dalam ajaran Islam, akad nikah dengan sighat ijab qabul itu tidak berarti terjadinya penguasaan suami terhadap istri atau sebaliknya. Pembagian tugas antara suami istri pun bukan dalam makna yang satu menguasai yang lain tetapi dalam rangka mencapai rumah tangga yang saqinah, mawaddah dan rahmah agar terwujud keturunan yang salih dan shalihah.

(38)

9. Asas untuk lamanya : tujuan perkawinan adalah untuk selama-lamnya, bukan untuk sementara waktu atau bersenang-senang atau rekreasi semata.

Sedangkan menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 terdapat enam asas sebagai berikut :

1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

2. Sahnya perkawinan sangat tergantung pada ketentuan Agama dan kepercayaan masing-masing.

3. Asas monogami.

4. Calon suami dan istri adalah harus telah dewaa jiwa dan raganya 5. Mempersulit terjadinya perceraian

6. Hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang.

D. Rukun Syarat Perkawinan

Dalam istilah para ahli hukum Islam, rukun diartikan dengan sesuatu yang terbentuk atau ( menjadi eksis ) sesuatu yang lain dari keberadaannya mengingat sesuatu itu dengan rukun ( unsurnya ) itu sendiri bukan karena tegaknya ( Summa, 2005: 95 ).

Rukun dan syarat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam setiap Akad atau transaksi apapun, termasuk untuk tidak mengatakan terutama Akad nikah.

(39)

orang saksi lelaki dan ijab qabul. Sedangkan syarat adalah hal-hal yang melekat pada masing-masing unsur yang menjadi bagian dari suatu perbuatan hukum atau peristiwa hukum. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 14 menjelaskan rukun nikah sebagai berikut :

1. Adanya calon suami 2. Adanya calon Istri

3. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita 4. Adanya dua orang saksi

5. Adanya sighat Akad nikah.

Syarat yang merupakan bagian dari masing-masing rukun adalah sebagai berikut :

1. Syarat-syarat calon suami ; a. Beragama Islam

b. Laki-laki c. Jelas orangnya

d. Dapat memberikan persetujuan, tidak terpaksa dan atas kemauannya sendiri

e. Tidak terdapat halangan perkawinan atau bukan merupakan mahram dari calon istri

(40)

d. Dapat dimintai persetujuan ( tidak terpaksa ) e. Tidak terdapat halangan perkawinan

3. Syarat-syarat wali ; a. Laki-laki

b. Islam c. Baligh

d. Mempunyai hak perwalian e. Waras akalnya

f. Tidak terdapat halangan perkawinan 4. Syarat-syarat saksi ;

a. Minimal dua orang laki-laki b. Islam

c. Baligh

d. Hadir dalam ijab qabul e. Dapat mengerti maksud Akad 5. Syarat-syarat Akad ;

a. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

b. Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai pria

c. Memakai kata-kata nikah, tazwij, atau terjemahan dari kata nikah atau tazwij

(41)

f. Orang yang berkaitan dengan perkawinan tidak sedang haji, atau unroh

g. Majelis ijab qabul itu minimal harus dihadiri empat orang..

Undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 mengatur syarat-syarat perkawinan dalam Bab 11 pasal 6 :

a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai b. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang mencapai umur 21

( dua puluh satu ) tahun harus mendapat ijin kedua orang tua.

c. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang menyatakan kehendaknya.

d. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang memiliki hubungan darah dalam garis lurus keturunan ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

E. Macam-macam Akad Nikah

(42)

Beberapa pengaruh yang ditimbulkan dari keempat macam Akad pernikahan sebagai berikut :

1. Akad Nikah Sah Murni dan Hukumnya

Menurut Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Hawwas dalam bukunya fiqih Munakahat, pernikahan sah murni adalah yang memenuhi segala persyaratan Akad, segala syarat sah, dan segala syarat pelaksanaan yakni kedua orang yang berakad, ahli dalam melaksanakan Akad, sighatnya menunjukan pemilikan kesenangan secara abadi, menyatu dalam suatu majelis ijab qabul, pihak yang mengucapkan ijab dapat mendengar suara pihak yang mengucap qabul dan sebaliknya, istri merupakan objek penerimaan yang diakad, dihadiri dua orang saksi yang memenuhi segala persyaratan persaksian, dan kedua pihak yang berakad berakal dan baligh. Ketika berkumpul syarat-syarat tersebut, maka akad pernikahan menjadi sah murni dan menimbulkan menimbulkan pengaruh-pengaruh syara’ yakni ;

a. Timbul beberapa pengaruh yang menjadi kewajiban suami terhadap istri disebabkan tuntutan akad pernikahan diantaranya, mahar, kewajiban member nafkah, tidak menyakiti hati istri dengan perbuatan atau perkataan yang diperbolehkan syara’. Dan perbuatan suami berlaku adil jika terjadi poligami.

(43)

c. Beberapa pengaruh kewajiban atas masing-masing suami istri terhadap lainnya sebab tuntutan akad nikah diantaranya, penetapan nasab anak, hak mewarisi, keharaman saudara sambung, kehalalan bagi masing-masing suami istri bersenang-senang dengan cara yang diizinkan syra’.

Wajib mempergauli pasangannya dengan cara yang baik ( Azzam, Hawwas, 2009: 129 ).

2. Akad Nikah yang Rusak dan Hukumnya

Ulama’ hanafiah membedakan antara akad batil dan fasid ( rusak ), batil adalah sesuatu yang tidak disyari’atkan pokok dan sifatnya seperti menjual bangkai atau menikahi wanita yang haram. Sedangkan fasid adalah sesuatu yang kehilangan satu dari beberapa syarat seperti akad nikah tanpa saksi. Sehingga, jika cacat terjadi pada rukun akad maka disebut batil, namun jika terjadi diluar rukun akad disebut fasakh.

Hukum akad fasakh ini tidak mewajibkan sesuatu dari pengaruh-pengaruh pernikahan.jika seseorang telah mencampuri wanita berdasarkan akad fasid ini hukunya maksiat. Bagi kedua suami istri yang telah melakukan akad fasid hendaknya berpisah dengan kesadaran sendiri, karena melangsungkan akad fasid tidak diperbolehkan menurut syara’. Jika tidak berpisah berdasarkan kesadarn sendiri, maka bagi yang mengetahuinya wajib memisahkan mereka atau melapor ke penghulu agar dipisahkan.

(44)

a. Menolak hukuman zina karena adanya syubhat ( kesamaran ).

b. Jika mahar disebutkan dalam akad, kewajibannya adalah minimal membayar dari yang disebutkan dan membayar mahar mitsil.

c. Dengan percampuran ini, haram baginya saudara sambung, haram atas laki-laki semua orang tua wanita tersebut dan anak-anaknya. Demikian pula haram atas wanita semua orang tua laki-laki dan anaknya.

d. Kewajiban ‘iddah dihitung sejak hari perpisahan, baik perpisahan ini dilaksanakan sendiri atau dipisahkan penghulu atau pengadilan. Waktu ‘iddah dalam perpisahan ini, seperti ‘iddah talak sampai pada kondisi ditinggal wafat suami, yakni empat bulan sepuluh hari.

e. Penetapan nasab anak yang dikandung istri, karena untuk menghidupkan dan menjaga ketersia-siaan mereka.

Beberapa hukum yang ditetapkan pada akad fasid, tidak menimbulkan pengaruh pernikahan seperti, penetapan hak waris antara laki-laki dan perempuan, kewajiban nafkah, tempat tinggal dan kepatuhan suami, semua itu tidak ada dalam akibat pernikahan dengan akad fasid ( Azzam, Hawwas, 2009: 133 ).

3. Akad Nikah Batil dan Hukumnya

(45)

pihak masih kecil dan tidak mumayyiz, atau mereka gila. Atau kehilangan satu dari beberapa syarat terjadinya akad. Ditambah lagi wanita tidak menghalalkan bagi seorang suami, misalnya ia saudara perempuan sesusuan atau ber-iddah, dari talak orang lain, atau saudara perempuan istri, atau sesamanya dan kedua orang yang berAkad mengetahui hal tersebut pada saat akad berlangsung. Maka pernikahan yang tidak memenuhi rukun dan syarat secara syara’ hukumnya batil.

Hukum Akad ini tidak menetapkan sesuatu tidak menimbulkan pengaruh sesuatu seperti pengaruh sesuatu seperti pengaruh yang ditimbulkan dari akad yang sah. Di sini tidak ada kewajiban mahar, nafkah, taat, tidak pula menetapkan hubungan waris dan saudara sambung, dan tidak terjadi talak karena talak merupakan perwujudan dari pernikahan yang sah.

Adapun yang termasuk nikah batil ada tiga macam yaitu ;

a. Orang yang tidak mampu melakukan akad dengan sendirinya maka Akadnya batil, seperti orang gila, kurang akal dan orang yang disamakan dengannya.

b. Seorang laki-laki mengadakan akad dengan perempuan yang tidak halal baginya

c. Jika non muslim berakad menikahi wanita muslimah maka nikahnya batil karena hilangnya status.

(46)

percampuran tersebut tidak dapat mengangkat kebatilan, hukumnya sama dengan berzina. Menurut pendapat Abu Hanifah, apabila terjadi akad yang batil yang bukan termasuk akad yang syubhat maka harus ditegakkan had (hukuman ). Pendapat yang hampir sama datang dari Muhammad, Abu Yusuf, Asy Syafi’I, Malik dan Ahmad bin hanbal bahwa kedua pihak yang melakukan akad batil wajib di-had dengan had zina jika mereka mengetahui keharamannya. Jika kemudian keduanya berpisah, entah dipisahkan penghulu atau menurut kesadarannya sendiri, maka wanita tidak wajib di ‘iddah. Sedangkan status nasab anak, menurut pendapat Abu Hanifah, nasab anak tidak diakui. Namun sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa nab anak tetap diakui demi menjaga hak anak dan kemaslahatannya. Diantara ulama berpendapat bahwa perzinaan menetapkan keharaman saudara sambung. Oleh karena itu, karena akad ini pula haram atas salah satu dari orang tua atau anak-anak seorang pezina menikahi perempuan yang dizinai dan menjadi haram ( mahram ) wanita yang dizinai terhadap orang tua dan anak-anaknya ( Azzam, Hawwas, 2009: 135 ).

F. Perempuan yang Haram dinikahi

Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya yang berjudul Halal Haram dalam Islam, menyebutkan bahwa diharamkan bagi seorang muslim menikahi satu diantara perempuan sebagai berikut :

1. Perempuan yang haram dinikahi karena hubungan kerabat ;

(47)

b. Ibu kandung termasuk di dalamnya adalah nenek dan jalur ke atas, baik dari pihak Ayah maupun Ibu

c. Anak perempuan demikian pula cucu ke bawah seberapapun luas cabang-cabangnya

d. Saudara perempuan, baik saudara kandung seayah maupun seibu

e. ‘ammah yaitu saudara perempuan ayah, baik sekandung, seayah maupun seibu.

f. Khaalah yaitu saudara perempuan ibu, baik sekandung, seayah maupun seibu.

g. Anak perempuan saudara laki-laki h. Anak perempuan saudara perempuan

Perempuan-perempuan kerabat ini dalam islam dinamakan mahram, karena mereka haram dinikahi untuk selama-lamanya.

Adapun hikmah diharamkan menikah dengan perempuan kerabat dalam buku yang berjudul Al Islam yang ditulis Prof. Dr. T.M. Hasbi Asy Siddieqy adalah :

a. Manusia yang bermartabat, fitrahnya enggan menyalurkan selera biologisnya kepada orang semisal ibu, saudara perempuan, atau anak perempuannya sendiri. Bahkan dikalangan binatangpun ada yang tidak mau melakukan itu. Perasaan seseorang terhadap bibinya sama terhadap ibunya sendiri.

(48)

menghormati, memuliakan dan menyayangi. Akan lebih utama jika ia menyalurkan emosi cintanya kepada perempuan ajnabiyah melalui perkawinan.

c. Apabila syari’at tidak memutuskan hasrat yang mungkin saja lahir di tengah mereka karena dekatnya hubungan dan sulit dihindarinya khalwat dan ikhtilat diantara mereka.

d. Naluri hubungan yang fitrah antara seorang laki-laki dengan perempuan kerabatnya, berikut kasih sayang dan penghormatan yang dijalinnya, harus tetap dijaga supaya hangat dan kuat. Membelokkan perasaan dan ikatan itu dengan perkawinan, yang memungkinkan terjadinya perselisihan yang berakibat retak dan pisahnya hubungan, jelas bertentangan dengan keabadian hubungan yang diharapkan tumbuh dari mereka.

e. Keturunan yang dihasilkan dari hubungan kekerabatan semacam itu cenderung lemah. Apabila dalam benih seseorang ada aib biologis atau psikis, secara kumulatif akan terkumpul dalam keturunannya nanti.

(49)

2. Perempuan yang haram dinikahi karena ikatan perbesanan

a. Diantara wanita yang haram dinikahi adalah ibu sang istri. Begitu terjadi Akad nikah dengan putrinya sang ibu menjadi haram dinikahi, meskipun ia belum melakukan jimak dengan putrinya itu. b. Rabibah, putri dari istri yang telah dijimak. Kalau sekiranya ia belum

melakukan jimak dengan ibunya itu, tidak mengapa jika ia menikahi putrinya.

c.

Istri anak, maksudnya adalah anaknya sendiri bukan anak angkat atau adopsi. Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 4 :

َنوُﺮِﻫﺎَﻈُﺗ ﻲِﺋ ﱠﻼﻟا ُﻢُﻜَﺟاَوْزَأ َﻞَﻌَﺟ ﺎَﻣَو ِﻪِﻓْﻮَﺟ ﻲِﻓ ِﻦْﻴَـﺒْﻠَـﻗ ﻦﱢﻣ ٍﻞُﺟَﺮِﻟ ُﻪﱠﻠﻟا َﻞَﻌَﺟ ﺎﱠﻣ

ُلﻮُﻘَـﻳ ُﻪﱠﻠﻟاَو ْﻢُﻜِﻫاَﻮْـﻓَﺄِﺑ ﻢُﻜُﻟْﻮَـﻗ ْﻢُﻜِﻟَذ ْﻢُﻛءﺎَﻨْـﺑَأ ْﻢُﻛءﺎَﻴِﻋْدَأ َﻞَﻌَﺟ ﺎَﻣَو ْﻢُﻜِﺗﺎَﻬﱠﻣُأ ﱠﻦُﻬْـﻨِﻣ

ﱠﺴﻟا يِﺪْﻬَـﻳ َﻮُﻫَو ﱠﻖَﺤْﻟا

َﻞﻴِﺒ

Artinya : Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).

3. Diharamkan menghimpun dua perempuan yang bersaudara

(50)

a. Kekuasaan suami telah lepas darinya karena kematian atau perceraian.

b. Iddah yang telah ditentukan Allah SWT telah selesai.

5. Perempuan musyrik. Islam mengharamkan seorang laki-laki menikahi perempuan musyrik ( penyembah berhala ). Firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Al Baqarah : 221 ;

ْﻮَﻟَو ٍﺔَﻛِﺮْﺸﱡﻣ ﻦﱢﻣ ٌﺮْﯿَﺧ ٌﺔَﻨِﻣْﺆﱡﻣ ﺔَﻣَ َﻷَو ۚ ﱠﻦِﻣْﺆُﯾ ٰﻰﱠﺘَﺣ ِتﺎَﻛِﺮْﺸُﻤْﻟا اﻮُﺤِﻜﻨَﺗ َﻻَو

َﻦﯿِﻛِﺮْﺸُﻤْﻟا اﻮُﺤِﻜﻨُﺗ َﻻَو ۗ ْﻢُﻜْﺘَﺒَﺠْﻋَأ

ٍكِﺮْﺸﱡﻣ ﻦﱢﻣ ٌﺮْﯿَﺧ ٌﻦِﻣْﺆﱡﻣ ٌﺪْﺒَﻌَﻟَو ۚ اﻮُﻨِﻣْﺆُﯾ ٰﻰﱠﺘَﺣ

ۖ ِﮫِﻧْذِﺈِﺑ ِةَﺮِﻔْﻐَﻤْﻟاَو ِﺔﱠﻨَﺠْﻟا ﻰَﻟِإ ﻮُﻋْﺪَﯾ ُ ﱠﷲَو ۖ ِرﺎﱠﻨﻟا ﻰَﻟِإ َنﻮُﻋْﺪَﯾ َﻚِﺌَٰﻟوُأ ۗ ْﻢُﻜَﺒَﺠْﻋَأ ْﻮَﻟَو

َنوُﺮﱠﻛَﺬَﺘَﯾ ْﻢُﮭﱠﻠَﻌَﻟ ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ ِﮫِﺗﺎَﯾآ ُﻦﱢﯿَﺒُﯾَو

Artinya “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.

6. Perempuan muslimah diharamkan menikah dengan laki-laki non muslim. Baik itu ahli kitab ataupun yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-Mumtahanah ayat 10 :

(51)

ﱠﻦُﻬَﻟ َنﻮﱡﻠِﺤَﻳ ْﻢُﻫ َﻻَو ْﻢُﻬَﻟ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

7. Perempuan pezina diharamkan dinikahi. Perempuan pezina disini adalah perempuan-perempuan tuna susila yang terang-terangan melakukan perzinaan dan menjadikannya sebagai profesi. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 3

ِﺮْﺸُﻣ ْوَأ ٍناَز ﱠﻻِإ ﺎَﻬُﺤِﻜْﻨَـﻳ َﻻ ُﺔَﻴِﻧاﱠﺰﻟاَو ًﺔَﻛِﺮْﺸُﻣ ْوَأ ًﺔَﻴِﻧاَز ﱠﻻِإ ُﺢِﻜْﻨَـﻳ َﻻ ﻲِﻧاﱠﺰﻟا

ٌك

ۚ◌

(52)

Artinya : Orang laki-laki pezina, yang dinikahinya ialah

perempuan pezina pula atau perempuan musyrik. Perempuan

pezina jodohnya ialah laki-laki pezina pula atau laki-laki musyrik ,

dan diharamkan yang demikian itu atas orang yang beriman.

8. Wanita yang haram dinikahi karena persusuan.:

a. Haram menikahi wanita yang pernah menyusuinya di waktu kecil

b. Saudara perempuan sepersusuan

c. Saudara perempuan dari saudarasepersusuan.

d. Kerabat dari saudara sepersusuan menurut garis lurus ke atas ataupun ke bawah.

Menurut riwayat Abu Daud, Al-Nisa’I dan Ibnu Majah dan Aisyah keharaman karena sesusuan diterangkan dalam sebuah hadits yang berbunyi :

ِﺐَﺴﱠﻨﻟا َﻦِﻣ ُمﱢﺮَﺤُﻳ ﺎَﻣ ِعﺎَﺿﱠﺮﻟا َﻦِﻣ ُمﱢﺮَﺣ

Artinya:” dan haram karena sesusuan itu adalah sebagaimana haram karena keturunan

Sedangkan menurut Prof. Dr. TM. Hasbi Ash shiddieqy dalam bukunya Al Islam perempuan yang haram dinikahi adalah sebagai berikut :

1. Ibu-ibu kita

(53)

3. Saudara-saudara perempuan kita

4. Adik atau kakak bapak yang perempuan 5. Adik atau kakak ibu yang perempuan

6. Anak-anak perempuan dari saudara-saudara kita yang lelaki 7. Anak-anak perempuan dari saudara-saudara kita yang perempuan 8. Ibu-ibu susu

9. Saudara-saudara perempuan sepenyusuan 10.Mertua-mertua perempuan

11.Anak-anak isteri yang sudah kita campuri ibunya 12.Isteri-isteri anak

13.Saudara istri yang belum kita ceraikan saudaranya 14.Istri-istri ayah kita

15.Perempuan yang mempunyai budak, oleh budaknya 16.Perempuan yang kelima dari istri

17.Perempuan yang musyrikah ( hal ini tertentu dengan wanita musyrik Arab, tidak termasuk lainnya ).

18.Perempuan lacur yang terus tetap dalam lacurannya, atau perempuan yang dengan tetap terang-terangan mengadakan perzinaan.

19.Perempuan yang masih menjadi istri orang 20.Makcik istri sebelum istri kita itu kita ceraikan.

(54)

dalam bukunya Fikih Munakahat menyebutkan bahwa wabita yang haram dinikahi adalah :

a. Karena pertalian nasab ; ibu, anak perempuan, saudara perempuan, bibi, kemenakan

b. Karena hubungan susuan ; ibu susuan, nenek susuan, bibi susuan, kenenekan susuan, saudara perempuan susuan.

c. Pertalian kerabat semenda ( hubungan mushaharah ) ; mertua perempuan, anak tiri, menantu, ibu tiri

d. Wanita yang dalam keadaan sumpah li’an, yaitu wanita yang dituduh suaminya berselingkuh, kemudian suaminya sudah bersumpah selama 4 kali, dan ke-5 kalinya bersedia menerima laknat Allah, kemudian istrinya pun bersumpah bahwa ia tidak berselingkuh serta bersedia menerima laknat Allah.

e. Larangan yang bersifat sementara ; dua wanita brsaudara, wanita yang terikat dengan laki-laki lain, wanita yang sedang dalam iddah, wanita yang ditalak tiga, wanita yang sedang melakukan ihram, wanita musyrik.

Sebagai tambahan penjelasan sekitar susuan, dapat dikemukakan beberapa hal yaitu ;

(55)
(56)

BAB III

HASIL PENELITIAN

PERKAWINAN ANTAR KERABAT SAUDARA SEPERSUSUAN

( STUDI KASUS DI DUSUN DAWUNG DESA CANDIREJO

KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG )

A. Deskripsi Lokasi penelitian

1. Tinjauan Geografis

Dusun Dawung merupakan salah satu dusun yang berada dalam wilayah Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Jarak tempuh antara Dusun Dawung ke pusat pemerintahan desa kurang lebih 16 Km. Sedangkan dengan pemerintahan kecamatan kurang lebih 9 Km dan jarak dari pusat pemerintahan kota administratif kurang lebih 20 km. Untuk mengetahui secara jelas mengenai dusun Dawung, maka berikut penulis sampaikan tentang keadaan Dusun Dawung:

Dusun Dawung masuk peta wilayah selatan Desa Candirejo, yang letak dusunnya di sebelah timur Dusun Getas Kombang Desa Jatirunggo atau berbatasan langsung dengan tanah milik PT Perhutani. Dusun Dawung memiliki kondisi tanah labil dengan sifat tanah dimana ketika kemarau maka tanah ini akan mudah pecah-pecah tetapi jika hujan sebentar saja tanah ini menjadi tidak padat atau mudah gembur.

(57)

akses pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan juga akses ke desa atau kecamatan mengalami rusak parah. Banyak sarana prasarana yang tidak lancar di Dusun Dawung. Kerusakan yang cukup lama mengakibatkan warga pun resah.

Rencananya pemerintah Kabupaten Semarang pada tahun 2017 ini akan memberikan dana bantuan guna membangun jalan yang telah rusak parah selama sepuluh tahun terakhir ini.

Adapun batas-batas wilayah Dusun Dawung adalah sebagai berikut:

1.) Sebelah Utara : Tanah perhutani

2.) Sebelah Selatan : Desa Sugih Waras Kecamatan Bringin 3.) Sebelah Timur : Desa Sambirejo Kecamatan Bringin 4.) Sebelah Barat : Tanah perhutani

2. Tinjauan Demografis

(58)

Untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan agama, dapat dilihat tabel dibawah ini:

No Agama Jiwa

Sumber: Monografi Desa Candirejo Februari 2017

Berdasarkan tabel diatas, bahwa mayoritas masyarakat di Desa Candirejo adalah beragama Islam. Terlebih masyarakat Dusun Dawung yang berada di RW VII semuanya beragama Islam.

(59)

No.

Pekerjaan

Laki-laki

Perempuan Jumlah

(60)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian masyarakat di Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang sebagian besar adalah sebagai petani dan karyawan swasta.

Desa Candirejo sendiri terdiri dari tujuh dusun: 1) Dusun Dawung,

2) Dusun Krajan, 3) Dusun Sapen,

4) Dusun Kedung Glatik, 5) Dusun Watu Gajah, 6) Dusun Banger, dan 7) Dusun Borangan.

Dari ketujuh dusun tersebut, tidak semua menjadi tempat penelitian. Penulis mengambil lokasi penelitian di Dusun Dawung karena sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan.

Sedangkan untuk pendidikan di Desa Candirejo masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

No Jenjang

Pendidikan Usia

( th )

Jumlah

keseluruhan Ket

1 SD 6-12 2147

2. SMP 12-15 1640

3. SMA 15-17 720

(61)

B. Profil kelurga pelaku perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan

FH adalah anak dari pasangan suami Istri yaitu TW dan PN. TW dan PN dahalunya adalah warga di Dusun Dawung, yang bekerja sebagai petani. FH adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya telah menikah dengan dan tinggal di Ungaran. Kakak FH bekerja sebagai buruh pabrik. Pendidikannya pun hanya sampai SMP. Sedangkan adik FH adalah permpuan yang masih duduk di bangku SMA. FH sendiri telah lulus SMA 9 tahun yang lalu. Dan kini ia pun bekerja di salah satu pabrik Garmen. Orang Tua FH tinggal berdekatan dengan Ibu WN dan RN. Mereka pun bekerja sebagi Petani. Namun ayah WN dan RN pernah merantau ke Sumatera di salah satu perkebunan. WN dan RN dibesarkan dengan hidup sederhana. Akan tetapi keinginan sekolah Rn kakak dari Wn lebih tinggi. Ini terbukti karena ia mau menempuh pendidikan sampai SMA, sedangkan adiknya WN hanya sampai bangku SMP saja. Hubungan keluarga FH dan WN terjalin begitu dekat bahkan seperti saudara. Ini terbukti dari cerita keluarga mereka yang mengatakan bahwa ibu dari FH sering main ke tempat ibu dari WN. Karena kedekatan mereka itulah mereka terbiasa saling tolong menolong di saat suka dan duka. Pada waktu FH masih berusia 8 bulan, ibunya menitipkannya kepada ibu Wn untuk disusui apabila ia haus, karena hendak ditinggal ke pasar. Saat itu ibu dari WN sedang menysui anaknya yaitu RN ( kakak dari WN ) yang baru berusia 6 bulan.

(62)

semakin dekat. Hingga kemudian FH tumbuh besar dan bersekolah. Ia pun hamper setiap hari main ke rumah WN karena ia satu sekolah dengan kakak WN yaitu RN. Sampai kemudian FH pun jatuh cinta kepada WN adik dari RN. Setelah Fh lulus sekolah dan diterima kerja di sebuah pabrik ia pun kemudian melamar WN adik saudara sesusuannya dan kemudian menikahinya, meskipun saat itu WN baru setahun lulus SMP.

C. Hasil wawancara

Masyarakat memiliki pemahaman yang berbeda-beda mengenai sebuah hukum atau aturan. Terkadang kebiasaan atau hukum adat lebih mudah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Di dusun dawung misalnya, ada masyarakat yang salah dalam pemahaman hukum Islam. Meskipun di sini mayoritas beragama Islam. Banyak permasalahan yang muncul yang tidak sesuai atau melanggar syari’at Islam karena pemahaman yang kurang. Salah satunya adalah masalah perakwinan.

(63)

1. Wawancara dengan keluarga pelaku

Menurut ibu FL keponakannya si wn menikah dengan fh pada 5 juli 2009. Ibu FL adalah adik dari ibunya wulan. Fatah yang menjadi suami dari wulan tidak lain adalah saudar sesuan kakanya ( Rn ). Jadi ibunya si wn adalah wanita yang telah menyusui fh pada saat usianya belum mencapai 2 tahun. Pasangan ini saling mencintai dan kemudian memutuskan untuk menikah karena fh menganggap wulan bukan saudara sepersusuannya, Oleh karena itu mereka menikah. Pemahaman mereka saudara sepersusuan yang tidak boleh menikah adalah yang menyusu pada waktu yang bersamaan. Ibu FL pun tidak mengetahui bahwa perkawinana tersebut sebenarnya dilarang menurut hukum Islam sehingga semua keluarga tidak mempermasalahkan.

2. Wawancara dengan keponakan wn

(64)

Pada saat saya mengatakan bahwa perkawinan ini dilarang menurut Islam mereka pun tidak peduli, dan mengatakan bahwa perkawinan yang terjadi atas dasar cinta dan karena ketidak tahuan. Saat keponakan tersebut meminta membatalkan ia pun tidak mau karena sudah memiliki seorang anak. Mereka meminta keponakannya untuk tidak ikut campur, dan tidak berusah merusak perkawinan mereka.

“mbak bukane mas Fh iku sedulur sepersusuanmu ya? Kan bien

nyusu ibumu?. Jawabe ngeten :Dudu lah, wong bien nyusu ibuku

tapi karo mbakku. Dadi seng tunggal sepersusuane iku mbakk.

Lagian nek emang ra entuk aku ora peduli kan wes terlanjur”.

3. Wawancara dengan tokoh masyarakat

a. Wawancara dengan sesepuh di RT setempat ( RT 02, RW 07 )

Berdasarkan wawancara dengan salah satu masyarakat ( sesepuh ) yaitu bapak Tn yang tinggal di dusun dawung, ternyata ia

(65)

“jane kulo geh ngertos mbak nek perkawinane niku boten sah

menurut islam, tapi toh niku mpun urusane piambak

piambak”

Begitu lah ujar pak Tn. Menurutnya perkawinan adalah sah apabilah memenuhi syarat dan rukun Islam. Selain itu perkawinan dianggap sah apabila memnuhi tidak melanggar hal-hal yang diharamkan atau dilarang dalam Islam. Sedangkan perkawinan dianggap rusak apabila hal-hal apabila tidak memenuhui hukum syar’i.

Namun demikian, perkawinan yang terjadi di dusun dawung tepatnya RT 02 RW 07 tersebut pada dasarnya dianggap rusak. Akan tetapi ketidak ingin tahuan dan kekolotan warga membuat perkawinan tersebut tetap bertahan

b. Wawancara dengan ketua RT ( Bapak FK )

(66)

4. Wawancara dengan masyarakat

Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat sekitar penulis mendapatakan informasi yang kuat mengenai terjadinya perkawinan antar kerabat sepersusuan ini. Salah satunya adalah ibu Wm dan suaminya bapak Rq. Mereka mengatakan bahwa wulan memang benar adik dari saudara sepersusuannya. Memang dahulu fh pada waktu masih bayi menyusu pada ibunya Rn ( kakak dari wn ). Fh disusui oleh ibunya Rn karena pada waktu itu ibunya fh pergi ke pasar dan fh dititipkan pada ibunya Rn.

Pada saat itu ada salah satu dari masyarakat yaitu Ibu Wm yang kebetulan juga ada di sana menemani anaknya main di rumah reni. Waktu itu ibu fh pun pernah mengatakan fh tidak akan menikah dengan Rn karena saudara sesusuannya. Kemudian seiring berjalannya waktu mereka pun tumbuh dewasa. Rn dan fh menjadi sangat akrab layaknya saudara. Fh sering main ke rumah reni sampai pada akhirnya ia justru suka pada adiknya Rn ( wn ).

“mbien iku kulo geh sering kumpul amargi nungguni anak kulo dolan

mbak, dadi kulo ngertos nek Fh niku wektu niko nate nyusu kalih ibu e

Wn”.

(67)

kerabat ) saudara sesusuannya baik adik-adiknya ataupun kakanya, ataupun saudara baik garis lurus ke atas maupun ke bawah tetap diharamkan ( dilarang ) dalam hukum Islam. Misalnya Ibu WT, ia memahami betul akan hal itu, namun ia tidak memiliki keberanian untuk melarang karena tidak ingin dianggap ikut campur.

Dari keterangan yang di dapat dari beberapa narasumber di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat dan sesepuh di dusun dawung sebenarnya mengetahui adanya perkawinan terlarang tersebut. Namun ada masyarakat yang tidak mengetahui secara mendalam dan tidak dapat memahami secara luas tentang aturan pernikahan dan halal haram nya perkawinan menurut hukum Islam

5. Wawancara dengan Perangkat Desa ( Kaur )

Dari hasil diskusi dengan salah satu perangkat desa di kantor kelurahan candi mengatakan, bahwa ia tidak mengatahu bahwa ada perkawinan yang terlarang karena adanya pertalian nasab. Menurutnya dusun dawung memang bisa dikatakan daerah terisolir ( terpencil ), karena jauh dari jalan raya, dan transportasi lumayan sulit. Di daerah tersebut sebenarnya pun banyak tokoh masyarakat ( kyai ) yang sebenarnya paham betul tentang Agama. Tapi karena terisolir itulah, mungkin tingkat kepedulian masyarakat dengan lingkungan sekitar rendah.

(68)

bagus. Ia juaga mengetahui bahwa daerah tersebut sebenarnya memang banyak anak-anak yang tidak hanya menyusu pada ibunya ( memiliki ibu susuan ). Selain itu di dusun tersebut juga jarang terjadi konflik karena setiap permasalahan dengan mudah ditutupi. Oleh karena itu mungkin memang benar jika terjadi perkawinan antar kerabat sepersusuan ( perkawinan saudara karena hubungan susuan). Mengenai perkawinan antara wn dengan fh memang ia mengtetahui, tapi masalah mereka adalah saudara sepersusuan ia tidak mengetahui.

6. Wawancara dengan Kepala Dusun ( Kadus ) dusun Dawung

Menurut bapak Kadus ( kepala dusun ) Dawung bahwa Fh memang benar menikah dengan Wn tetangga dekat satu Rt. Persisnya bagaimana kronologi tentang perkawinan tersebut ia kurang faham. Ia hanya mengetahui bahwa mereka saling kenal sejak kecil, karena kakak dari Wn ( Rn ) adalah sahabat satu bangku sekolah dengan Fh. Ia mengatakan bahwa Fh sering main kerumah Rn, warga sekitar juga mengetahui. Mereka sering pergi untuk mengerjakan tugas bersama. Namun, kemudian Fh jatuh hati kepada adik Rn. Setelah Fh lulus dari SMA ia bekerja di pabrik. Setelah itu Fh menikahi Wn karena Wn saat itu hanya sekolah sampai SMP. Kakak Wn, justru saat itu belum menikah.

(69)

hubungan nasab, jadi sebenarnya tidak boleh menikah. Ia mendengar berita tersebut dari sesepuh ( kyai ) yang tinggal di dekat rumah Wn. Namun pak Kadus enggan berkomentar dan tidak ingin menindak lanjuti berita tersebut. Sampai kemudian ia diam dan memilih untuk tidak ikut campur mengenai hal tersebut.

7. Wawancara dengan kepala KUA

Karena penelitian ini sifatnya tertutup maka penulis hanya mampu wawancara kepada Kepala KUA hal-hal yang umum saja. Dari hasil informasi yang diperoleh Kepala KUA kecamatan Candirejo menyatakan bahwa sejauh ini permasalahan perkawinan berjalan lancar saja, tidak ada maalah yang kompleks. Kalaupun ada, itu adalah masalah-masalah yang umum dimana lain daerah juga mengalaminya.

Mengenai pembatalan nikah pun hampir tidak ada, akan tetapi beliau baru saja ditempatkan di kecamatan tersebut per tanggal 17 Februari 2017. Oleh karena itu belum mengatahui juga belum sempat membuka catatan-catatan sejak lama. “saya baru di sini mbak, jadi belum mempelajari keadaan masyarakat dan pembukuan di kantor ini, kalaupun saya tahu tentang gambaran umunya itu dari teman kerja saya”, ujarnya. 8. Wawancara dengan PPN ( Naib )

(70)

mengurusnya saja. Terlepas dari perkawinan itu halal atau haram itu pihak yang berkepentingan yang lebih tahu. Hanya saja terkadang setiap daerah memiliki tradisi dan hukum adat yang berbeda-beda.

“Kalau tentang persyaratan dan prosedur nikah saya tahu mbak”,

ujarnya.

Adapun syarat-syarat pendaftaran nikah dan prosedurnya, yaitusebagai berikut :

Prosedur pertama dalam prosesi pernikahan di KUA ; a. Surat keterangan untuk menikah ( model N1 ) b. Surat keterangan asal-usul ( model N2 ). c. Surat persetujuan mempelai ( model N3 ). d. Surat keterangan tentang orang tua ( model N4 ).

e. Surat keterangan kehendak nikah ( model N7 ), apabila calon pengantin berhalangan,pemberitahuan nikah dapat dilakukan oleh wali atau wakilnya.

f. Bukti imunisasi TT ( Tetanus Toxoid )n1 calon pengantin wanita, kartu imunisasi, dan imunisasi TT II dari puskesmas setempat.

g. Membayar biaya pencatatan nikah sebesar Rp 30.000,

h. Surat izin dari pengadilan apabila tidak ada izin dari orang tua/ wali. i. Pas foto ukuran 3x2 sebanyak 3 lembar.

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Aplikasi Tepung Garut (Marantha arundinaceae L.)Terhadap Tingkat Kekenyalan dan Kadar Serat Kasar Bakso Berbasis Sukun (Artocarpus

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Uji Kualitas Fisikokimiawi dan Mikrobiologi pada Wine Kombinasi Buah Tropis Apel Malang ( Malus pumila ), Belimbing Manis (

Div/E.D/17/1979 (Tentang Perkawinan Suami Dalam Iddah Istri Akibat Talak Raj’i)”, yang mana skripsi ini berfokus pada praktek pencatatan perkawinan yang dilakukan di

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “identifikasi dan pengujian aktivitas antimikroba pada bakteri asam laktat yang diisolasi dari fermentasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Motivasi, Persepsi Dan Konsumsi Minuman Energi Serbuk Di Kalangan Karyawan Bagian Produksi PT Kurnia Adijaya Mandiri

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Suplementasi Jahe Emprit (Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Karakteristik Fisik

Pertama-tama puji dan syukur Penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat – Nya, Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Identifikasi Kapang