• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN PROTEIN BY PASS RUMEN SEBAGAI SUMBER PROTEIN DALAM RANSUM SAPI BALI DARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN PROTEIN BY PASS RUMEN SEBAGAI SUMBER PROTEIN DALAM RANSUM SAPI BALI DARA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th. 199912000

PEMANFAATAN PROTEIN BY PASS RUMEN SEBAGAI SUMBER

PROTEIN DALAM RANSUM SAPI BALI DARA

SARIUBANG, M., B. Haryanto dan CHALIDJAH. 1999/2000. Pemanfaatan protein by pass rumen sebagai sumber protein dalam ransum sapi bali dara .Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II : 195-199.

Keberhasilan reproduksi sapi Bali dipengaruhi oleh perkembangan tubuh dan organ reproduksinya. Pakan berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan tersebut. Nilai nutrisi pakan juga ditentukan oleh nilai hayati komponen zat gizi pakan seperti protein dan energi . Pemanfaatan protein yang tidak mudah didegradasi didalam rumen (protein by-pass rumen) diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan protein (asam amino) yang diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan jaringan tubuh termasuk organ reproduksi . Dalam penelitian ini 18 ekor sapi Bali dara (+ 1 tahun) dikelompokkan menjadi 3 untuk menguji tingkat penggunaan protein by-pass rumen didalam ransum . Rumput gajah (Pennisetum purpureum) diberikan secara ad libitum. Air minum disediakan secukupnya . Konsentrat disusun atas dedak padi, bungkil inti sawit yang dilapisi molases dengan proses pemanasan, mineral dan garam. Pakan konsentrat diberikan setiap hari sebanyak 1,5% dari berat badan sapi . Penimbangan sapi dilakukan 2 minggu sekali . Hasil pengamatan hingga saat ini menunjukkan pertambahan berat badan dan perubahan ukuran linear tubuh yang lebih baik apabila sapi diberi pakan konsentrat mengandung 58,5% protein by-pass rumen. Disimpulkan bahwa pemberian pakan konsentrat mengandung 58,5% protein by-pass rumen didalamnya adalah optimal diantara pakan konsentrat yang mengandung protein by-pass rumen berkisar antara 40 sampai dengan 78%didalam ransum .

Kata kunci : Sapi Bali, dara, protein by-pass rumen.

M. SARIUBANGI, B. HARYANTOZ DAN CHALIDJAH' 'Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertantan

Gowa-Makasar, Sulawesi Selatan 2Balai Penelitian Ternak P. O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia

ABSTRAK

ABSTRACT

SARIUBANG, M., B. Haryanto and CHALIDJAH. 1999/2000. The use of rumen by-passed protein as source of dietary protein for Bali heifers. Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 : 195-199.

The reproductive performance of Bali cattle is affected by the development of body and its reproductive organs which is determined, among other things, by the plane of nutrition. The nutritive value of feeds depends on the digestibility and utilization of the nutrient components such as protein and energy. The use of ruminally less degradable protein (rumen by-passed protein) is expected to increase the availability of protein (amino acids) in the duodenum which in turn will be used for the tissue development as well as the reproductive organs. The present experiment was carried out using 18 young heifers of Bali cattle (approximately one year old) divided into three groups to investigate the effeft of three levels of rumen by-pass protein in the concentrate (40, 58 .5 and 78 .5%) on the weight gain and is linear phenotypic measurements . The concentrates were formulated from rice bran, molasses-coated palm kernel cake, minerals and salts. The concentrate was fed daily at 1.5% of the body weight. Napiergrass (Pennisetum purpureum) was fed ad libitum. Drinking water was available in adequate quantity. The animals were weighed every 2 weeks. Results indicated the weight gain and its linear phenotypic measurements of young heifers of Bali cattle were better when the concentrate with 58 .5% rumen by-passed protein was fed as compared to those having 40 to 78 .5% rumen by-pass protein in the concentrate. It is concluded that 58 .5% of rumen by-passed protein in the concentrate was adequate to support the growth of young heifers of Bali cattle.

Key words : Bali cattle, heifers, rumen by-pass protein

PENDAHULUAN

Sapi Bali terkenal sebagai sapi tropis yang mempunyai tingkat produktivhas tinggi, mampu beradaptasi pada lingkungan degan pakan kurang berkualitas, namun produksi susunya rendah dan angka kematian anak pra-sapih cukup tinggi . Kecenderungan penurunan ukuran fenotipik sapi Bali telah ditunjukkan dengan semakin mengecilnya ukuran tubuh sapi pada saat ini bila dibandingkan dengan kondisi 50 tahun yang lalu (SimANRiNTAK, 1999). Hal ini disebabkan karena adanya pengurasan sapi Bali jantan dan betina yang mempunyai ukuran tubuh besar untuk

(2)

M.SARIUBANG,et al. :. Pemanfaatan ProteinBy Pass Rumen Sebagai Sumber Protein Dolatn Ransum Sapi Bali Dara

dipasarkan sebagai sapi potong. Disamping itu, sistem perkawinan sapi Bali rakyat yang terjadi menyebabkan proses penurunan mutu genetik berlangsung terus-menerus dalam janka waktu cukup lama. Tidak jarang diketemukan sapi Bali betina dengan berat badan 125 kg dalam keadaan bunting yang sebenamya masih belum siap untuk menjadi induk yang baik. Untuk meningkatkan performans produksi dan reproduksi sapi Bali perlu dilakukan upaya mendasar seperti pengawasan pelaksanaan sistem perkawinan (breeding) sapi dara maupun pemberian pakan yang mampu menunjang pertumbuhan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberiar protein by-pass rumen didalam ransum terhadap pertumbuhan sapi Bali dara.

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi'Bali dikenal sebagai sapi tropis asli Indonesia yang mempunyai kemampuan reproduksi (fertilitas) tinggi. Namun, produksi susu rendah dan angka kematian anak pra-sapih cukup tinggi. Angka kematian anak sapi yang dapat mencapai 50% ini disebabkan karena ketersediaan pakan yang tidak mencukupi kebutuhan pada saat kelahiran (SIREGAR, 1999) sehingga produksi susu induk menjadi rendah. Disamping itu juga menyebabkan pertumbuhan anak sapi yang lambat (0,2 kg/hari) sehingga pada saat berahi pertama berat badan sapi dara tersebut masih relatif rendah. Pada kondisi panang penggembalaan kematian anak sapi Bali yang tinggi disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan dan genetik, antara lain berat lahir yang rendah, kondisi lemah, produksi susu induk rendah, periode laktasi pendek clan kekurangan pakan (TALIB, 1999). SARIUBANG et al. (1999) menunjukkan bahwa rata-rata berat lahir anak sapi Bali di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan adalah 11,83 kg. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perkawinan sapi Bali induk dengan pejantan unggul (pejantan yang mempunyai performans lebih baik dari rata-rata) dapat meningkatkan berat lahir anak menjadi 13,77 kg. Demikian pula ukuran linear tubuh seperf tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan menjadi lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sistem perkawinan yang baik melalui seleksi pejantan maupun induk yang tepat akan dapat meningkatkan performans produksi sapi Bali. HANDrWIRAWAN et al. (1999) juga menunjukkan pola ukuran linear tubuh anak sapi Bali yang agak lebih tinggi yang kemungkinan disebabkan karena waktu pengukuran dilakukan setelah anak sapi berumur satu bulan. Peningkatan ukuran linear tubuh anak sapi Bali persilangan dengan semen Brahma, Limousin maupun Simental juga dilaporkan . Untuk meningkatkan berat lahir anak, mempertahankan kondisi tubuh induk serta mempercepat waktu berahi post partum dapat dilakukan melalui pemberian pakan tambahan pada periode akhir kebuntingan (PANJAITAN el al., 1999). PUTU et al. (1999) menunjukkan bahwa pada induk sapi Bali yang mendapatkan pakan tambahan sebanyak 3 kg/ekor/hari pada saat kekurangan pakan selama periode kebuntingan 3 bulan terakhir dapat meningkatkan berat lahir anak sapi yang dilahirkan. Berat badan sapi Bali dewasa dilaporkan oleh GUNTORO et al. (1997) sebesar 394 kg (jantan clan 308 kg (betina) yang dapat bervariasi berdasarkan ketinggian daerah asalnya. Hal ini berkaitan dengan perbedaan ketersediaan pakan, pola pemeliharaan maupun iklim setempat.

Untuk meningkatkan efis'iensi pemberian pakan, dapat dilakukan melalui pemberian protein pakan yang tidak mudah terdegradasi didalam rumen (rumen by-passed protein). Hal ini disebabkan karena protein pakan akan lebih banyak yang mencapai saluran cerna pasca rumen sehingga dapat digunakan ternak dengan lebih efisien (COOMER et al., 1993; NISHIMUTA et al., 1974; HowiE, 1996).

196

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Gowa, Sulawesi Selatan. Delapan belas ekor sapi Bali dara dengan umur kurang-lebih satu tahun dikelompokkan menjadi 3 sedemikian rupa sehingga masing-masing kelompok mempunyai rataan berat badan awal yang relatif sama. Masing-masing kelompok dikandangkan secara kelompok terdiri atas 6 ekor. Kandang berlantai beton dengan alas kandang berupa serbuk gergaji . Tiga macam komposisi konsentrat disusun menggunakan dedak padi, bungkil inti sawit yang dilapisi molases dengan proses pemanasan, mineral dan garam. Ketiga macam pakan konsentrat (A, B clan C) mempunyai kandungan protein by-pass rumen 40%, 58% dan 78,5% dari total protein konsentrat . Pakan konsentrat diberikan setiap hari sebanyak 1,5% dari berat badan. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) diberikan secara ad libitum dua sampai dengan empat kali sehari untuk menjamin agar rumput selalu tersedia didalam tempat pakan. Air minum disediakan secukupnya. Ternak ditimbang clan dicatat ukuran linear tubuhnya (tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan) setiap dua minggu sekali. Alas kandang diganti setiap 12-14 hari dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik. Data dianalisis statistik menggunakan rancangan acak lengkap

(3)

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologt Peternakan ARMP-11 Th. 199912000

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan. Hasil penimbangan temak clan pencatatan ukuran linear tubuh sapi Bali dara (tinggi pundak, lingkar dada clan panjang badan) ditunjuk Tabel 1. Kanclungan protein by-pass rumen berturut-turut adalah 40%, 58,5%

din

78,5Jo dari total protein didalam konsentrat . Sumber protein by-pass rumen yang digunakan adalah bungkil inti sawit yang dilapisi molases dengan proses pemanasan. Pembuatan protein by-pass rumen dilakukan dengan cara mencampurkan molases sebanyak 20% dari bungkil inti sawit, diaduk secara merata clan kemudian dipanaskan didalam oven dengan temperatur 120°C selama 2 jam. Penelitian ini sedang berjalan selama 2 bulan dari rencana -semula selama 6 bulan. Seharusnya pencatatan data berat badan maupun ukuran linear tubuh tetap diteruskan, namun keterbatasan dana yang tersedia menyebabkan ketidakpastian pelaksanaan kegiatan penelitian selanjutnya. Perlu dikemukakan bahwa kegiatan penelitian ini sedianya akan dilakukan dalam jangka waktu yang lama (3-5 tahun).

Tabel 1 . Rataan berat badan clan ukuran linear tubuh sapi Bali betina dara selama pengamatan.

Pembahasan hasil penelitian. Perhitungan statistik terhadap perubahan berat badan selama 2 bulan pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan pertambahan berat badan harian (average daily gain) dapat mencapai sekitar 0,4 kg. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rataan pertambahan berat badan harian yang dilaporkan sebelumnya (SIREGAR, 1999; SIMANJUNTAK, 1999). Hasil pengamatan lapang di Sulawesi Selatan terhadap

pengaruh perbaikan pakan pada sapi Bali induk tidak memberikan perubahan yang nyata dalam pertambahan berat badan harian, yaitu antara 0,128 dan 0,151 kgJhari (PASAMBEet al, 1999). Perubahan ukuran linear fenotifik sapi

Bali dara belum memberikan perbeclaan yang nyata diantara perlakuan pemberian pakan dengan kandungan protein by-pass rumen yang berbeda. Namun, ukuran tinggi pundak, lingkar dada clan panjang badan yang diperoleh dari pengamatan ini menunjukkan adanya kesamaan dengan yang dilaporkan SIMANJUNTAK (l999). Dibandingkan

dengan ukuran linear fenotipik sapi Bali hasil penelitian tahun 1922 menggambarkan adanya penurunan dimensi ukuran fenotipik ini . Hal ini dilaporkan sebagai akibat dari pengeluaran temak yang mempunyai performans tinggi sehingga proses perkawinan yang terjadi selanjutnya adalah antara individu-individu sapi yang mempunyai performans kurang baik. Hasil selektif negatif ini menyebabkan penurunan mutu genetik sapi Bali dewasa ini. Melalui pemberian pakan dengan kualitas yang baik serta pelaksanaan sistem perkawinan menggunakan pejantan hasil seleksi yang baik diharapkan akan dapat meningkatkan kembali mutu genetik sapi Bali di masa datang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengamatan dalam jangka pendek ini diperoleh kesimpulan bahwa pertambahan sapi Bali dara dapat ditingkatkan melalui pemberian pakan mengandung protein by-pass rumen yang tepat. Disarankan untuk melakukan perpanjangan periode pengamatan sehingga akan diperoleh data yang lebih lengkap untuk menggambarkan perubahan fisiologis secara lebih baik.

Parameter A Perlakuan pakan B C Rataan Berat badan , kg awal 110,6 117,1 123,5 117,1 akhir 120,0 119,8 129,1 122,9

Ukuran linear tubuh Tinggi pundak, cm awal 95,5 95,7 99,5 96,9 akhir 95,0 96,3 97,9 96,4 Panjang badan, cm awal 88,5 90,7 89,5 89,6 akhir 87,4 86,7 88,7 87,6 Lingkar dada, cm awal 120,6 121,5 121,2 121,1 akhir 120,5 118,5 121,3 120,1

(4)

M. SARIUBANG,et al. :. Pemanjaalan Protein ByPass Rumen Sebagai Sumber Protein Dalam Ransum Sapi Bali Dara

PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN

Penggunaan protein by-pass rumen didalam komposisi ransum sapi Bali dapat dilakukan menggunakan metode lindungan bahan pakan sumber protein dengan molases dan proses pemanasan. Penyusunan konsentrat sapi dengan kandungan protein by-pass rumen akan mampu meningkatkan kecepatan pertambahan berat badan sapi sehingga dapat diharapkan tercapainya berat badan ideal pada saat sapi Bali dam siap untuk dikawinkan.

DAFTAR PUSTAKA

SIMANJUNTAK, D.S. 1999. Pola pengembangan bibit sapi potong di Indonesia . Badan Seminar Pengkajian untuk menentukan arah Pengembangan bibit sapi potong di Indonesia . Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan Bogor.

COOMER, J.C., H.E. AMos, M.A. FROETSCHEL, K.K. RAGLAND, and C.C. WILLIAMS. 1993 . Effects of supplemental protein source on ruminal fermentation, protein degradation, and amino acid absorption in steers and on growth and feed efficiency in steers and heifers. J. Anim. Sci. 71 : 3078-3086 .

NIsHIMUTA, J.F., D.G. ELY and J.A. BOLING. 1974. Ruminal by-pass of dietary soybean Protein treated with heat, formalin and tannic acid. J. Anim. Sci. 39: 952-957.

HOWIE, M. 1996. Escape protein supplement may be needed for maximum performance. Feedstuffs Vol. 68 (29) : 10.

SURYA NATAL, T., SRI RACHMAWATI, SUBANDRIYO dan P. SITORUS. 1995. Bobot lahir, lingkar dada dan bobot badan anak sapi hasil IB persilangan antara pejantan Bos Taurus dengan induk sapi lokal di Kab. Lombok Barat NTB. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner . S. Hestiono et al. (eds.). Jilid 2. Puset Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Bogor. Hal. 471-474.

SIREGAR, A.R. 1999. Hasil penelitian temak ruminansia besar tahun anggaran 1993/1994 sampai dengan 1997/1998. Prosiding Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner . B. Heryanto et al. (eds.). Jilid 1. Puset Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal. 117-129.

LUBIS, A.M. den P. SITEPU . 1999. Performans reproduksi sapi Bali den potensinya sebagai Breeding stock di Kecamatan Lampung Utara. Prosiding Seminar Nasional Petemakan den Veteriner. B. Haryanto et al. (eds.). Jilid I. Pusat Penelitian den Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal. 215-221 .

MAJESTIKA . 1999. Manipulasi uterus untuk memperpendek selang postpartus ke estrus pertama pada sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner. B. Heryanto et al. (eds.). Jilid I. Puset Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal. 222-22.

SARIUBANG, M., D. PASAMBE dan CHALIDJAH . 1999. Pengaruh kawin silang terhadap performans hasil turunan pertama (F1) pada sapi Bali di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. B. Heryanto et al. (eds.). Jilid 1.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. Hal.240-243 .

TALIB, C., A. BAMUALIM dan A. POHAN. 1999. Problematika pengembangan sapi Bali dalam pemeliharaan di padang penggembalaan . Prosiding Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner. B. Heryanto et al. (eds.). Jilid 1. Puset Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Bogor. Hal. 248-253.

HANDIWIRAWAN, E., E.D. SETIAWAN, I.W. MATHIUS, SANTOSO dan A. SUDIBYO. 1999. Ukuran tubuh anak sapi Bali dan persilangannya di Nusa Tenggara Barat. Prorsiding Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner. B. Heryanto et al. (eds.). Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Bogor. Ha1.254-259 .

PANJAiTAN, T.S., W. ARIEF, A. SAUKI, A. MuzAm, 1. BASUKI dan A.S. WAHID. 1999. Pengaruh pemberian tambahan pakan pada induk bunting dan setelah melahirkan terhadap pertumbuhan anak, berahi kembali dan keberhasilan IB pada usaha pertanian sapi potong di pulau Lombok . Prosiding Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner. B. Haryanto et al. (eds.). Jilid 1. Puset Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Bogor. Hal. 272-278.

PUTU, I .G., P. SrnJMORANG, A. LUBIs, T.D. CHANIAGO, E. TRIWULANNINGSIH, T. SUGIARTI, I.W. MATHIUS dan B.

SUDARYANTO. 1999. Pengaruh pemberian pakan konsentrat tambahan selama 2 bulan sebelum dan sesudah kelahiran terhadap performan produksi dan reproduksi sapi potong. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. B. Haryanto et al. (eds.). Jilid 1. Puset Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Bogor. Hal. 279-286.

BIRI, J., D. PASAMBE dan A. DARMAWIDAH. 1999. Strategi pemanfaatan biji kapas sebagai pakan temak sapi Bali . Prosiding Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner. B. Haryanto et al. (eds.). Jilid I. Puset Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal. 391-393.

PASAMBE, D., M. SARIUBANG dan R. HARYANI. 1999. Pengaruh perbaikan pakan terhadap produktivitas induk sapi Bali di Sulawesi Selatan . Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. B. Heryanto et al. (eds.). Jilid I. Puset Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal. 394-397.

(5)

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-// Th. 199912000

GuNToRo, S., I.N . SUYASAclanSUPPAFro . 1998. Berat hidup sapi Bali dewasa di Bali. Prosiding Seminar Nasional Petemakan

clan Veteriner. I.W.MATHIUSet al. (eds.) Jilid 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal. 345-350. M. SARIUBANG et al. :Pemanfaatan Protein by Pass Rumen Sebagai Sumber Protein Dalam Ransum Sapi Bali Dara. Laporan

Gambar

Tabel 1 . Rataan berat badan clan ukuran linear tubuh sapi Bali betina dara selama pengamatan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada lelang tersebut, dari target indikatif sebesar Rp17 triliun dan target maksimal sebesar Rp25,5 triliun, jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp47,23 triliun.. Sedangkan

Khususnya dalam poin dasa darma, begitu banyak yang berkaitan dengan ajaran islam, sehingga peneliti ingin mencoba membuktikan bahwa pramuka tidak bertentangan

Gambar 5 adalah grafik Sum Square Error (SSE) proses learning Jaringan saraf tiruan (JST) yang digunakan pada sistem ini menggunakan jenis multi layer perceptron.. Lapisan

Pembangunan jalur kereta api di Kota Bandung merupakan dampak dari dibukanya perkebunan wilayah sekitar Bandung, faktor kecepatan dan keamanan dalam daya angkut barang merupakan

Skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN TERHADAP KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENDAPAT CUTI MENJELANG BEBAS (CMB) DAN CUTI BERSYARAT (CB) OLEH BALAI

Ayah dan ibu saya, sujud kupersembahkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayah dan Ibu yang tiada henti-hentinya memberikan kasih sayang, nasehat,

• Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang

bhabin pekon Sumber Mulyo Polsek Sumberejo Bripka Tuwuh Susongko melaksanakan giat kunjungan / sambang di rumah kediaman Bpk.Supono di pekon. Sumber Mulyo kec.Sumberejo