• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 9 A. Latar Belakang 9 B. Maksud dan Tujuan 10 C. Sasaran 11 D. Pengertian 12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 9 A. Latar Belakang 9 B. Maksud dan Tujuan 10 C. Sasaran 11 D. Pengertian 12"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR iii PERDIRJEN NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA DEKONSENTRASI KEGIATAN KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, KESETIAKAWANAN DAN RESTORASI SOSIAL

1

LAMPIRAN PERDIRJEN NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA DEKONSENTRASI KEGIATAN KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, KESETIAKAWANAN DAN RESTORASI SOSIAL

9

BAB I PENDAHULUAN 9

A. Latar Belakang 9

B. Maksud dan Tujuan 10

C. Sasaran 11

D. Pengertian 12

BAB II KEGIATAN PELESTARIAN NILAI

KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, DAN KESETIAKAWANAN MELALUI RESTORASI SOSIAL DENGAN MEKANISME DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2017

16

A. Orang Atau Pihak Yang Mendapatkan Penghargaandan Penanaman Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

17

1. Komponen Kegiatan Pengenalan Ziarah

Wisata 17

2. Komponen Kegiatan Bimbingan Nilai-Nilai

Kepahlawanan 19

(3)

3. Komponen Kegiatan Bulan Bhakti

Kesetiakawanan Sosial 27

4. Asistensi Pelestarian Nilai Kepahlawanan

Dan Keperintisan 33

B. TMPN/TMP/MPN yang Direhab dan Dipelihara 36 1. KomponenKegiatan Rehab/Pemeliharaan

TMPN/TMP/MPN di Daerah 36

BAB III PELAKSANAAN ANGGARAN, PENGENDALIAN

DAN PELAPORAN 41

A. Pelaksanaan Anggaran 41

B. Pengendalian dan Pemeriksaan 44 C. Jenis, Substansi dan Waktu Pelaporan 46

D. Sanksi Administrasi 49

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI 50

A. Monitoring 50

B. Evaluasi 51

BAB V PENUTUP 52

Lampiran Ia : Laporan Realisasi Keuangan dan Fisik 54 Lampiran Ib : Laporan Realisasi Kegiatan 55

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwasannya Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial tentang Petunjuk Teknis Dana Dekonsentrasi Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (K2KRS) Tahun 2017 telah selesai disusun.

Petunjuk Teknis ini merupakan pedoman umum yang berisi rambu-rambu pelaksanaan kegiatan, yang ditujukanuntukme mpermudahpelaksana di daerahdalam menjalankan berbagai tahapan kegiatan yang terdapat dalam dana dekonsentrasi. Melalui buku ini diharapkan pelaksana kegiatan dapat lebih terencana, terpadu, tepat sasaran, tepat waktu, transparan dan akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.

Demikian buku ini dibuat, saran dan masukan yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan-perbaikan dalam proses perencanaan berikutnya.

.

Jakarta, April 2017

Direktur Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan danRestorasi Sosial

(5)
(6)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL NOMOR : 09 TAHUN 2017

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS DANA DEKONSENTRASI KEGIATAN KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, KESETIAKAWANAN DAN

RESTORASI SOSIAL

DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL,

Menimbang : a. Bahwa dalam melaksanakan kegiatan

Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

yang dibiayai dana dekonsentrasi dapat terlaksana secara efektif dan efisien, perlu disusun suatu acuan yang dipergunakan sebagai landasan dan rambu-rambu sesuai dengan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan;

b. Bahwa untuk menciptakan kesamaan persepsi dan pemahaman dalam melaksanakan kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

yang dibiayai dana dekonsentrasi, KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

JALAN SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Telepon : 021-3100436 Laman : www.kemsos.go.id

(7)

perlu ditetapkan Petunjuk Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial tentang Petunjuk Teknis Dana Dekonsentrasi Kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan Dan Restorasi Sosial; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

(8)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia

(9)

Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

(10)

12. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

13. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86); 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/ PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 660);

15. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86);

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan Pengesahan

(11)

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1088);

17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Kewenangan Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan Kepada Dinas Sosial Provinsi Dan Dinas Sosial Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1821);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA DEKONSENTRASI

KEGIATAN KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, KESETIAKAWANAN DAN

RESTORASI SOSIAL.

Pasal 1

Petunjuk Teknis Kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan Dan Restorasi Sosial merupakan acuan dan landasan sekaligus rambu-rambu bagi semua pihak yang terlibat agar terlaksana secara efektif dan efisien serta terciptanya kesamaan persepsi dan pemahaman dalam penggunaan dana dekonsentrasi.

(12)

Pasal 2

Petunjuk Teknis Dana Dekonsentrasi Kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasa 1, disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KEGIATAN PELESTARIAN NILAI KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, KESETIAKAWANAN DAN RESTORASI SOSIAL DENGAN MEKANISME DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2017

BAB III PELAKSANAAN ANGGARAN, PENGENDALIAN DAN PELAPORAN

BAB IV PENUTUP

Pasal 3

Petunjuk Teknis Dana Dekonsentrasi kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 4

Dengan ditetapkannya Peraturan Direktur Jenderal ini, maka Petunjuk Teknis Dana Dekonsentrasi Kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial yang ada dan berlaku sebelumnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(13)

Pasal 5

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 08 Maret 2017

DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL,

HARTONO LARAS

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial mempunyai tugas yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial.

Strategi Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial yang seluas-luasnya diperlukan dalam rangka mengatasi permasalahan kesejahteraan sosial yang semakin kompleks. Dalam konteks Kegiatan Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan melalui Restorasi Sosial, nilai ini dipandang sebagai aset modal sosial yang dapat menggerakkan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial yang ada.

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL

NOMOR : 09 TAHUN 2017 TENTANG : PETUNJUK TEKNIS DANA DEKONSENTRASI KEGIATAN KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, KESETIAKAWANAN DAN RESTORASI SOSIAL

(15)

Sebagai usaha mengatasi permasalahan sosial secara lebih luas, salah satu caranya adalah dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berada di daerah dengan baik, yaitu terkoordinasi, terintegrasi dan saling bersinergi, terutama kegiatan-kegiatan yang dibiayai melalui anggaran dana dekonsentrasi. Pelaksanaan kegiatan dengan pembiayaan melalui dana dekonsentrasi selama ini sering terhambat oleh berbagai kendala administrasi dan teknis lapangan sehingga mengakibatkan capaian kegiatan tidak optimal seperti yang direncanakan.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk membangun komitmen, persepsi dan pemahaman yang sama dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial, berbasis Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial, maka disusun “Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial pada Mekanisme Dana Dekonsentrasi”. Petunjuk teknis tersebut sebagai acuan dan sekaligus rambu-rambu pelaksanaan program dan kegiatan, dengan harapan program dan kegiatan tersebut dapat dilaksanakan tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Petunjuk Teknis Pelestarian Nilai Kepahlawanan Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial pada mekanisme Dana Dekonsentrasi Tahun 2017 dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial oleh Instansi Sosial Provinsi, agar dapat dilaksanakan dengan baik sesuai ketentuan dan peraturan yang ada.

(16)

2. Tujuan

a. Terwujudnya persepsi dan pemahaman yang sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan program dan kegiatan melalui dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan di daerah.

b. Tercapainya sinkronisasi kegiatan yang tertuang dalam RKA-KL antara Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial dengan Instansi Sosial di provinsi.

c. Terlaksananya kegiatan yang tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel sehingga mencapai sesuai target dan sasaran.

C. Sasaran

Sasaran Petunjuk Teknis Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial ini adalah :

1. Kuasa Pengguna Anggaran Instansi Sosial Provinsi. 2. Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Pelestarian Nilai

Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial di Provinsi.

3. Pelaksana Kegiatan Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial di Provinsi.

4. Bendahara Kegiatan Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial di Provinsi.

5. Perencana Kegiatan Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial di Provinsi.

(17)

D. Pengertian

1. Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009).

2. Keluarga Pahlawan Nasional adalah orang yang berhak menerima warisan atau harta pusaka yaitu istri/ suami yang dinikahi secara sah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan anak kandung yang sah (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009).

3. Perintis Kemerdekaan adalah mereka yang menjadi pemimpin pergerakan yang membangkitkan kesadaran Kebangsaan/ Kemerdekaan dan atau mereka yang pernah mendapat hukuman dari pemerintah kolonial karena giat aktif dalam pergerakan Kebangsaan/ Kemerdekaan, dan atau anggota-anggota Angkatan Bersenjata dalam ikatan kesatuan secara teratur yang gugur atau mendapat hukuman sekurang-kurangnya 3 bulan karena berjuang melawan Pemerintah Kolonial, dan atau mereka yang terus menerus secara aktif menentang Pemerintah Kolonial sampai saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, (UU No. 5 Prps: 1964), dan diakui serta disahkan sebagai Perintis Kemerdekaan dengan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia.

(18)

4. Janda/ Duda Perintis Kemerdekaan adalah isteri atau suami yang ditinggal meninggal dunia oleh Perintis Kemerdekaan dan telah disahkan sebagai Janda/ Duda Perintis Kemerdekaan melalui Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia, yang tidak menikah lagi (Surat Dirjen Binkesos No. 1241/Dir/v/ Bks/XII/84:1984).

5. Hari Pahlawan adalah peringatan hari bersejarah dalam Perang Kemerdekaan 10 November 1945 di Surabaya, peristiwa ini telah menunjukkan jiwa Kepahlawanan Bangsa Indonesia dalam mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 (Instruksi Bersama Mensos RI No. HUK. 3-1-833/176 dan Menlu RI No.7836/77/01 Harwan: 1977).

6. Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional merupakan peringatan untuk mengenang, menghayati dan meneladani semangat persatuan, kesatuan, kegotongroyongan dan kekeluargaan rakyat Indonesia yang secara bahu membahu mempertahankan kedaulatan bangsa atas pendudukan kota Yogyakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia oleh Tentara Belanda pada tahun 1948.

7. Restorasi Sosial adalah upaya yang diarahkan untuk mengembalikan atau memulihkan kondisi sosial masyarakat yang mengalami kondisi memudarnya/ melemahnya nilai-nilai luhur jati diri / kepribadian bangsasehingga dapat kembali pada kondisi idealnya. 8. Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Utama

adalah suatu tempat atau lokasi yang diperuntukan bagi pemakaman para pahlawan dan pejuang yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang terletak di Ibukota Negara (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009).

(19)

9. Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) adalah suatu tempat atau lokasi yang diperuntukan bagi pemakaman para pahlawan dan pejuang yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Taman Makam Pahlawan Nasional ini berada di provinsi dan kabupaten/ kota di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2010).

10. Makam Pahlawan Nasional (MPN) adalah suatu tempat diluar TMPN dimana terdapat Jenazah Pahlawan Nasional dimakamkan, MPN terletak diluar TMPN. (Pedoman Umum: 2003).

11. TP2GP (Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat) adalah tim yang bertugas memberikan pertimbangan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang sosial dalam meneliti dan mengkaji usulan pemberian gelar (Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2010).

12. TP2GD (Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah) adalah tim yang bertugas memberikan pertimbangan kepada gubernur, bupati/ walikota dalam meneliti dan mengkaji usulan pemberian gelar. (Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2010).

13. Nilai Kepahlawanan/ Keperintisan adalah sikap dan perilaku yang dilandasi dengan sifat-sifat berani, jujur, pantang menyerah, dan tanpa pamrih dalam melaksanakan perjuangan membela tanah air baik untuk memperjuangkan maupun menegakkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Pedum Pelestarian Nilai K2KS: 2009).

14. Kesetiakawanan Sosial adalah bagian dari nilai, sikap dan perilaku pro sosial yang berakar dari tata budaya nusantara dan masyarakat majemuk Indonesia berdasarkan Pancasila.

(20)

15. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/ atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu.

16. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

(21)

BAB II

KEGIATAN PELESTARIAN NILAI KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, KESETIAKAWANAN DAN RESTORASI

SOSIAL DENGAN MEKANISME DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2017

Pelaksanaan kegiatan di daerah lingkup Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial tahun 2017 yang dibiayai melalui Dana Dekonsentrasi meliputi kegiatan yang tersebar di 34 (tiga puluh empat) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi, dengan komponen kegiatan antara lain :

1. Komponen Kegiatan, Ziarah Wisata Pengenalan Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

2. Komponen Kegiatan, Memperkuat Restorasi Sosial melalui Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial

3. Komponen Kegiatan, Olympiade Pahlawan Indonesia

4. Komponen Kegiatan, Pelaksanaan Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial

5. Komponen Kegiatan, Rehab/Pemeliharaan TMPN/TMP/ MPN di Daerah

6. Komponen Kegiatan, Monitoring Bantuan Sosial, Identifikasi PK/JDPK dan TMPN/MPN

7. Komponen Kegiatan, Administrasi Kegiatan

Secara teknis pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing kegiatan terdiri dari kegiatan pokok dan kegiatan penunjang sesuai dengan jenis belanja masing-masing kegiatan dan sub kegiatan.

Kegiatan pokok adalah kegiatan yang langsung terkait dengan sasaran yang akan dicapai untuk masing-masing program/ kegiatan, sedangkan kegiatan penunjang adalah

(22)

kegiatan yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan pokok seperti: Monitoring Bantuan Sosial, Identifikasi PK/ JDPK dan TMPN/ MPN, Administrasi Kegiatan.

Uraian kegiatan dan penjelasan secara lebih rinci mengenai kegiatan Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial melalui Dana Dekonsentrasi adalah sebagai berikut :

A. Orang Atau Pihak Yang Mendapatkan Penghargaan dan Penanaman Nilai Kepahlawanan, Keperintisan,

Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

1. Komponen Kegiatan Pengenalan Ziarah Wisata

a. Latar Belakang

Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial sebagai salah satu unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa perlu terus ditumbuhkembangkan, dihayati dan diamalkan dalam setiap sikap perilaku kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, serta dilestariakan melalui Restorasi Sosial.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengenalkan Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial adalah dengan menyelenggarakan ziarah wisata ke TMPN/MPN, yaitu tempat para Pahlawan/Pejuang dimakamkan.

b. Maksud Dan Tujuan 1) Maksud

Menyelenggarakan kegiatan kunjungan ziarah sekaligus wisata ke TMPN/MPN bagi para pelajar tingkat SD dan SLTP sebagai

(23)

upaya pengenalan Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial melalui Restorasi Sosial.

2) Tujuan

T e r s o s i a l i s a s i k a n n y a N i l a i - n i l a i Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetia-kawanan Sosial dikalangan pelajar SD dan SLTP.

c. Sasaran

Pelajar SD dan SLTP d. Tahapan Pelaksanaan

1) Rangkaian kegiatan, berupa : a) Upacara Ziarah Wisata

b) Tabur Bunga didampingi oleh pemandu c) Penyampaian informasi tentang Riwayat

Hidup Perjuangan Pahlawan yang dimakamkan di TMPN oleh narasumber d) Dialog dan tanya jawab dengan pelaku

sejarah/narasumber 2) Mekanisme

a) Berkoordinasi dengan Instansi Pendidikan setempat

b) Mengundang peserta

c) Mengundang Narasumber yang memahami materi tentang Nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial (ahli waris atau pelaku sejarah / akademisi/ sejarawan).

d) Peliputan Media Massa

(24)

peringatan Hari Pahlawan, dapat dilaksanakan pada bulan Oktober/ November tahun berjalan.

f) Akun kegiatan ini menggunakan Lima kelompok akun yaitu :

belanja bahan (akun 521211), belanja honor output kegiatan (akun 521213], belanja barang non operasional lainnya (akun 521219), belanja jasa profesi (akun 522151), dan belanja perjalanan dinas dalam kota (akun 524113).

e. Pelaporan

Laporan Kegiatan berupa dokumen pertanggung-jawaban yang dilampiri:

1) Daftar hadir peserta 2) Daftar hadir Narasumber 3) Foto-foto kegiatan

Laporan kegiatan disampaikan ke Kementerian Sosial c.q. Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan dengan melampirkan SK Panitia yang ditandatangani Kepala Instansi Sosial serta pertanggungjawaban kegiatan.

2. Komponen Kegiatan Bimbingan Nilai-Nilai Kepahlawanan

> Sub Komponen Kegiatan Memperkuat Restorasi Sosial Melalui Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial

(25)

a. Latar Belakang

Melalui RPJMN III 2015-2019 / Perpres No. 2 Tahun 2015, Pemerintah menegaskan tentang Visi, Misi dan Agenda Prioritas (Nawacita), yang kemudian dalam kerangka operasional, wajib diterjemahkan oleh Kementerian/ Lembaga dalam rencana strategis, Rencana Kerja Pemerintah, dan acuan dasar untuk melakukan pemantauan dan evaluasi program-programnya.

Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 ini kemudian Kementerian Sosial RI mengeluarkan Garis Operasional Kebijakan berupa Permensos 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI yang di dalamnya terdapat mandat untuk Memperkuat Restorasi Sosial, dalam corebusiness pemberdayaan sosial.

Dalam kebijakan inilah Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial menempatkan diri untuk mengimplementasikan Nawacita terutama butir 8 dan 9 : butir 8. Melakukan revolusi karakter bangsa, butir 9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial

Indonesia. Ranah ini dikenal dalam bidang

Pembangunan Manusia. Sejalan dengan

pesan dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya bahwa : Pembangunan Manusia terdiri atas

: Pembangunan Jiwa “Bangunlah Jiwanya”,

dan Pembangunan Fisik “Bangunlah

Badannya”. Sehubungan dengan hal tersebut, Dit. K2KRS berada pada ranah pembangunan jiwa yang berfokus pada mindset sasaran dengan metode pemberdayaan.

(26)

b. Maksud dan Tujuan 1) Maksud

Kegiatan Memperkuat Restorasi Sosial Melalui Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial dimaksudkan agar Sumber Kesejahteraan Sosial terutama Pilar Sosial dan Para Tokoh di masyarakat memiliki pemahaman dalam menyampaikan Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial pada semua generasi dan semua unsur lapisan di masyarakat. 2) Tujuan

Tertanamkannya Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial kepada masyarakat melalui pola Restorasi Sosial. c. Sasaran

Relawan Sosial, Tokoh Pemuda, Tokoh Agama, Tokoh Pendidikan, Aktivis Kemanusiaan, Pelajar dan Mahasiswa, Tokoh Orsos, Tokoh LSM,dan Guru Sejarah.

d. Tahapan Pelaksanaan 1) Bentuk Kegiatan :

Pertemuan di dalam ruangan, dan harus dilaksanakan oleh setiap daerah yang memperoleh kegiatan ini paling lambat pada bulan Oktober tahun berjalan. 2) Mekanisme

a) Persiapan

b) Berkoordinasi dengan Instansi dan Kelembagaan Masyarakat Setempat

(27)

c) Mengundang peserta

d) Mengundang narasumber daerah yang memahami materi tentang

Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan

Sosial (akademisi/ sejarawan/ pelaku sejarah) dan narasumber pusat

e) Pembukaan oleh kepala Instansi sosial provinsi/ pejabat daerah

f) Penyampaian materi atau paparan oleh narasumber

g) Diskusi, tanya jawab

h) Kegiatan ini terdiri dari 5 (Lima) kelompok akun antara lain : akun belanja bahan (akun 521211), akun honor output kegiatan (akun 521213), akun belanja barang non operasional lainnya (akun 521219), akun belanja sewa (akun 522141), belanja perjalanan dinas dalam kota (akun 524113),

e. Pelaporan

Laporan kegiatan berupa dokumen pertanggung-jawaban yang dilampiri:

1) Daftar hadir peserta kegiatan 2) Daftar hadir narasumber 3) Foto-foto kegiatan

4) Laporan kegiatan disampaikan ke Kementerian Sosial c.q. Direktorat

Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

(28)

pelaksanaan dengan melampirkan SK Panitia yang ditandatangani oleh Kepala Instansi Sosial serta lampiran pertanggungjawaban kegiatan.

> Sub Komponen Kegiatan Olimpiade Pahlawan

a. Latar Belakang

Bangsa yang menghargai jasa para pahlawan akan menjadi bangsa yang besar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah selalu mengingat betapa besarnya pengorbanan yang telah dipersembahkan untuk negara tercinta Indonesia sehingga pada saat ini kita dapat menghirup udara kebebasan. Sudah selayaknya jika kita menghargai jasa dan pengorbanan para pahlawan tersebut yang telah tulus ikhlas dan tanpa pamrih menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial yang telah diwariskan seperti sifat rela berkorban, pantang menyerah, bekerja keras, suka menolong dan lain-lainnya, hendaknya selalu ditumbuhkembangkan khususnya di kalangan generasi muda sedini mungkin. Apalagi di era globalisasi seperti saat ini yang sarat dengan berbagai pengaruh, dan jika tidak hati-hati menyikapinya maka dikhawatirkan banyak generasi muda terjerumus kearah sikap dan tindakan negatif.

(29)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempertebal rasa kebangsaan di kalangan generasi muda tersebut adalah dengan meningkatkan pengetahuan kepahlawanan melalui “Olympiade Pahlawan”.

b. Maksud dan Tujuan 1) Maksud

Menambah wawasan pengetahuan kepahlawanan dan meningkatkan rasa kecintaan terhadap tanah air.

2) Tujuan

Tersosialisasikannya Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial di kalangan masyarakat terutama generasi muda agar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Sasaran

Generasi muda, khususnya pelajar SLTA, mengingat usia mereka masih labil, sehingga sangat perlu menumbuhkembangkan rasa kecintaan terhadap tanah air, serta pengenalan sosok dan perjuangan para pahlawan untuk kemudian diharapkan dapat meneladani nilai-nilai luhur pahlawan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Tahapan Pelaksanaan 1) Bentuk Kegiatan

Pada kegiatan Olimpiade Pahlawan terdiri dari rangkaian kegiatan, yaitu:

(30)

a) Story Telling (menceritakan secara singkat riwayat perjuangan pahlawan, dimana perlu ditentukan sebelumnya pahlawan mana yang akan diulas/ dibahas.

b) Debat (memberikan argumen atau pendapat tentang kondisi bangsa disertai solusi terkait nilai Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial)

c) Cerdas Cermat Kepahlawanan (dapat berupa soal tertulis ataupun pertanyaan mengenai Kepahlawanan, budaya, pengetahuan umum dsb) dengan bentuk soal dapat berupa pilihan ganda, pertanyaan betul atau salah, langsung jawab, tebak gambar (pahlawan nasional) dan sebagainya.

2) Mekanisme: a) Persiapan

b) Mengundang peserta

c) Peserta terbagi atas 15 regu, masing-masing regu terdiri atas 3 orang. Selain itu masing-masing regu didampingi oleh 1 orang pendamping dari masing-masing sekolah.

d) Mengundang juri/narasumber yang memahami materi tentang nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (akademisi/ sejarawan/ pelaku sejarah).

(31)

e) Pembukaan oleh Kepala Instansi Sosial Propinsi/ pejabat daerah

f) Menjalin kerja sama dengan universitas setempat

g) Melaksanakan kegiatan olimpiade yang meliputi : Story Telling, Debat, dan Cerdas Cermat. Regu yang berhak mendapat juara adalah regu yang memperoleh nilai tertinggi berasal dari jumlah nilai story telling, debat, dan cerdas cermat.

h) Peliputan media massa

i) Merupakan rangkaian kegiatan Hari Pahlawan yang dilaksanakan bulan Agustus/ Oktober tahun berjalan. j) Kegiatan ini menggunakan 5 (Lima)

kelompok kode akun yaitu : belanja bahan (akun 521211), belanja honor output kegiatan (akun 521213), belanja barang non operasional lainnya (akun 521219), Belanja Jasa Profesi (522151), belanja perjalanan dinas dalam kota (akun 524113), e. Pelaporan

Laporan Kegiatan berupa dokumen pertanggung jawaban yang dilampiri:

1) Daftar hadir peserta

2) Daftar hadir Juri/Narasumber 3) Foto-foto kegiatan

4) Laporan kegiatan disampaikan ke Kementerian Sosial c.q. Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetia-kawanan dan Restorasi Sosial paling

(32)

lambat 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan dengan melampirkan SK Panitia yang ditandatangani Kepala Instansi Sosial serta pertanggungjawaban kegiatan.

3. Komponen Kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial

a. Latar Belakang

Program Pemberdayaan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial adalah bagian integral dari internal business process Kementerian Sosial yang terfokus kepada upaya mempengaruhi orang (masyarakat) untuk membantu orang (masyarakat) tersebut agar dapat menolong dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain.

Pola baru dalam implementasi Nilai Kesetiakawanan Sosial dalam aksi nyata membuka akses dan peran seluas-luasnya pada masyarakat dan stake holder mitra kesetiakawanan sosial untuk berpartisipasi aktif dan mengambil peran strategis, sedangkan pemerintah memposisikan diri untuk melakukan fasilitasi dan mendorong proses tersebut.

Sebagai bagian dari pendekatan program dengan pola baru, bidang Pengembangan Kesetiakawanan Sosial menterjemahkannya dalam bentuk aksi Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial.

Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terarah, terencana dan berkelanjutan dari, oleh dan untuk masyarakat guna memperkokoh, memelihara, meningkatkan serta mengembangkan kesetiakawanan sosial.

(33)

b. Maksud dan Tujuan 1) Maksud

Langkah ini ditempuh sebagai upaya terobosan untuk memecahkan kebuntuan dalam salah satu manajemen pengelolaan negara melalui birokrasi yaitu fleksibilitas, kesederhananaan jaringan, dan spontan sehingga dapat merespon permasalahan secara lebih cepat.

2) Tujuan

Tujuan kegiatan adalah agar urusan penyelenggaraan kesejahteraan sosial dapat berjalan sinergis antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan dunia pendidikan sebagai sebuah proses dalam sistem yang berjalan secara menyeluruh. c. Sasaran

Sasaran Kegiatan ini antara lain : 1) Pemerintah Daerah

2) TNI dan Polri 3) Tokoh Masyarakat

4) Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial : a) Karang Taruna

b) Pekerja Sosial Masyarakat c) Organisasi Sosial

d) Dunia Usaha/ Forum CSR Kesos

e) Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan f) Taruna Siaga Bencana

g) Organisasi kepemudaan

h) Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial (Satgas KS)

(34)

5) Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) terutama masyarakat yang kurang mampu dan lingkungan sosial kumuh.

d. Tahapan Pelaksanaan

Hakekat dari penyelenggaraan Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) adalah segala upaya untuk "mempengaruhi" pola pikir - pola perilaku - pola hidup masyarakat, dunia usaha dan pemerintah, dengan berbasis pada internalisasi, pelembagaan dan aksi nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial, sebagai modal sosial, untuk mencapai kohesivitas, kebersamaan, dalam memperkuat kedaulatan Sosial dan memperkokoh kedaulatan Nasional.

Modal sosial mempunyai andil sangat besar dalam menentukan nasib suatu bangsa. Kekerabatan, keterlibatan, kepercayaan, dan toleransi menjadi parameter penting dalam modal sosial masyarakat Indonesia. Secara umum, sikap kekerabatan menjadi landasan perilaku publik survey ini. Komunikasi dan hubungan baik menjadi andalan dalam interaksi sosial dilingkungan sekitar. Orang-orang terdekat seperti keluarga, kerabat, dan tetangga, adalah faktor efektif dalam mentransformasi informasi. Keterlibatan publik dalam kegiatan sosial dapat menjadi media komunikasi informal yang baik untuk menyemai pemahaman tentang sesuatu.

Melihat tren perubahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat ke depan diperlukan upaya-upaya maksimal untuk mengikat modal sosial agar tak tergerus. Beberapa indikator dapat digunakan untuk membaca proses ini antara

(35)

lain dapat ditunjukkan dengan aktivitas gotong royong pada masyarakat, kegiatan lembaga swadaya masyarakat.

Kondisi ini memerlukan pemahaman baru atas potensi yang ada, diperlukan ikatan-ikatan sosial baru yang mampu menjembatani perbedaan dan mengubahnya menjadi modal sosial yang bermanfaat. Ikatan sosial tidak seharusnya hanya bersandar pada kekuatan homogenitas asal usul, tetapi juga pada heterogenitas multikulturalnya saat ini.

Aksi BBKS dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan dan menyemai kembali modal sosial berupa nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial di tengah masyarakat, Aksi ini tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus terintegrasi, komprehensif, saling mempengaruhi satu sama lain. Cara untuk mempengaruhi dilakukan melalui pendekatan pengembangan masyarakat.

Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) diselenggarakan dengan menjunjung tinggi peran dan partisipasi seluruh masyarakat baik secara individual, kelompok, keluarga, organisasi/ badan/Lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dan masyarakat, dunia usaha maupun kelompok warga lainnya.

Strategi Bulan Bakti ditempuh melalui : 1) Promosi dan kampanye sosial

2) Penataan Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu

3) Penguatan koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat

4) Optimalisasi peran media

5) Optimalisasi pendayagunaan gugus tugas dan kemitraan

(36)

Langkah/tahapan yang ditempuh dalam menetapkan lokasi BBKS meliputi :

1) Penjajagan 2) Studi kelayakan.

3) Menyusun Rencana Kerja 4) Pelaksanaan.

5) Pengendalian.

Adapun aksi dalam kegiatan BBKS dapat berbentuk kegiatan dan aktifitas sebagai berikut : 1) Harmonisasi kebijakan Daerah untuk

pembudayaan kesetiakawanan sosial

2) Persemaian budaya kesetiakawanan sosial melalui sosialisasi, diseminasi, lokakarya/ workshop, seminar, diskusi publik, pendidikan, pelatihan, penataran, pemantapan dan atau sarasehan kesetiakawanan sosial

3) Penyelenggaraan Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial di Provinsi, Kabupaten, Kota dan Kecamatan

4) Pendidikan Masyarakat termasuk organisasi dan kader pembangunan di daerah

5) Operasi Kemanusiaan secara antara lain santunan/bantuan sosial, pengobatan massal, sunatan massal, pasar murah, dan lain-lain 6) Pemberian penghargaan kepada desa /

kelurahan peduli dan tokoh yang berjasa dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial berskala daerah

7) Safari Bakti Kesetiakawanan Sosial nasional di daerah/ Lintas Batas Kesetikawanan Sosial (outreach).

8) Penataan Kawasan lingkungan Sosial Terpadu dalam bentuk rehabilitasi sosial/ bedah

(37)

kampung, program perbaikan kampung, program kali bersih (Prokasih), penataan lingkungan permukiman dan perumahan tidak layak huni, gerakan penghijauan, pelestarian lingkungan hidup, Bakti sosial, perbaikan jalan lingkungan, pengadaan sarana dan prasarana penerangan, MCK dan lain-lain.

9) Kampanye sosial melalui media cetak, elektronik dan peragaan

10) Aksi sosial masyarakat berbasis kearifan local seperti gugur gunung, lumbung kesetiakawanan sosial untuk pangan, gerakan dana sehat dan ketahanan sosial, gerakan seribuan, gerakan sejuta pohon (one person one tree) dan sebagainya.

11) Bulan dana kesetiakawanan sosial. 12) Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan.

Kegiatan BBKS ini menggunakan 4 kelompok akun yaitu : belanja bahan (521211) untuk membiayai atk, dokumentasi dan pelaporan, konsumsi dan snack, spanduk dan umbul-umbul, Honor Output kegiatan (521213) untuk membiayai Honor Pembina, Koordinator, Panitia dan staf sekretariat 4 orang, Akun Belanja sewa (522141) untuk membiayai sewa tenda kursi dan soundsistem dan belanja perjalanan dinas dalam kota (524113) untuk transport panitia pelaksana. Anggaran ini dipergunakan pada saat acara puncak BBKS di daerah.

BBKS merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, oleh karena itu pelaksanaannya

(38)

pada Bulan November sampai dengan menjelang tanggal 20 Desember setiap tahunnya. BBKS merupakan salah satu seksi dalam kepanitiaan peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional. e. Pelaporan

Laporan kegiatan berupa dokumen pertanggungjawaban yang memuat sebagai berikut :

1). SK Panitia Peringatan HKSN

2). Daftar Donatur/ partisipan dalam rangka BBKS

3). Daftar penerima manfaat 4). Foto-foto kegiatan

Laporan kegiatan disampaikan ke Kementerian Sosial RI C.q Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial dalam format digital ke alamat: k2ks@ kemsos.go.id. Paling lambat 1 bulan setelah pelaksanaan kegiatan.

4. Asistensi Pelestarian Nilai Kepahlawanan Dan Keperintisan

> Sub Komponen Kegiatan Monitoring Bansos, Identifikasi, PK/JDPK dan TMPN/MPN

a. Latar Belakang

Untuk memperoleh data dan informasi yang faktual dan akurat dalam menunjang kegiatan yang sedang berjalan dan guna perencanaan kedepan, maka diperlukan dukungan provinsi untuk melaksanakan Komponen Kegiatan, Monitoring Bantuan Pemerintah, Identifikasi PK/ JDK dan TMPN/ MPN.

(39)

b. Maksud dan Tujuan 1) Maksud

Memberikan kewenangan kepada Provinsi untuk menentukan sasaran berdasarkan kriteria yang ada.

2) Tujuan

Tersedianya data dan informasi tentang sasaran kegiatan pelestarian nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial sehingga penyaluran bantuan sosial tepat sasaran dan tepat guna.

c. Sasaran

1) Warakawuri/ keluarga Pahlawan Nasional dan Perintis Kemerdekaan/ Janda Perintis Kemerdekaan di seluruh wilayah Provinsi.

2) TMPN provinsi, TMPN kabupaten/ kota dan MPN

d. Tahapan Pelaksanaan

1) Instansi Sosial provinsi berkoordinasi dengan Instansi Sosial Kabupaten/ Kota untuk mendapatkan data sasaran yang diperlukan.

2) Melakukan pendataan lapangan. 3) Verifikasi/ validasi data.

4) Kegiatan ini menggunakan 4 (empat) kelompok akun belanja yaitu : akun belanja bahan (akun 521211), akun belanja sewa (akun 522141), akun belanja perjalanan biasa (524111), dan akun belanja perjalanan dinas dalam kota (akun 524113).

(40)

e. Pelaporan

Laporan hasil monitoring kegiatan pelestarian nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial di daerah berupa penyusunan/ pengumpulan/ pengolahan/ updating data statistik berupa : 1) Data kondisi Terbaru Warakawuri/

Keluarga Pahlawan Nasional dan Perintis Kemerdekaan/ Janda Perintis Kemerdekaan

2) Data TMPN provinsi, TMPN Kabupaten/ Kota dan MPN meliputi: lokasi, luas, jumlah makam yang ada, kapasitas makam yang tersedia, kondisi fisik TMPN/ MPN, dan status makam.

> Sub Komponen Kegiatan Administrasi Kegiatan

a. Latar Belakang

Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi maka dibutuhkan belanja alat tulis kantor, dokumentasi pelaporan dan honor tim pelaksana kegiatan. b. Maksud dan Tujuan

1) Maksud

Kegiatan dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tertib.

2) Tujuan

Terpenuhinya kebutuhan administrasi sebagai pendukung kegiatan dekonsentrasi.

(41)

c. Sasaran

Tim pelaksana kegiatan anggaran dekonsentrasi.

d. Tahapan Pelaksanaan

1) Pegadaan ATK selama 12 bulan

2) Pemberian honor pelaksana kegiatan selama 12 bulan

3) Pembuatan laporan

4) Kegiatan ini menggunakan 3 (tiga) kelompok akun belanja yaitu : akun honor operasional satuan kerja (akun 521115), dan akun belanja bahan (akun 521211), dan akun belanja barang untuk persediaan barang konsumsi (521811) e. Pelaporan

Mengirimkan laporan seluruh kegiatan yang menggunakan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang dananya berasal dari APBN Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial.

B. TMPN/TMP/MPN yang Direhab dan Dipelihara

1. Komponen Kegiatan Rehab/Pemeliharaan TMPN/TMP/MPN di Daerah

a. Latar Belakang

Peraturan tentang kewenangan Kementerian Sosial RI dalam menangani TMP/MPN. Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan/ Panglima Angkatan Bersenjata No. SKEP/ B/337/V/1972 Tentang Pembinaan dan

(42)

Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan dan Keppres RI No. 13 tahun 1984 menyatakan bahwa Pengelolaan Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata dilakukan oleh Departemen Sosial (Kementerian Sosial).

Berdasarkan data Kementerian Sosial RI tahun 2016, saat ini terdapat 388 TMPN yang terdiri dari : 1 TMPN Tingkat Nasional (TMPN Utama Kalibata), 28 TMPN Tingkat Provinsi, 353 TMPN Tingkat Kabupaten/ Kota, TMPN Kabupaten/ Kota yang didalamnya ada MPN sebanyak 5 buah dan 1 TMPN di Luar Negeri (Timor Leste). Selain itu terdapat pula 153 buah Makan Pahlawan Nasional di seluruh Indonesia, 2 MPN berada di Luar Negeri (MPN Tuanku Tambusai di Malaysia dan Syeh Yusuf Tajul Khalwati di Cape Town Afrika Selatan), Pahlawan Nasional yang tidak ada makamnya sebanyak 11 buah, Makam Pahlawan Nasional di luar TMPN Utama Kalibata dan TMPN Kab/ Kota sebanyak 68 buah.

TMPN dan MPN merupakan bagian dari wujud penghargaan pemerintah terhadap jasa-jasa Pahlawan yang telah gugur mendahului kita, sehingga keberadaannya merupakan sebuah simbol perjuangan para Perintis/ Pejuang Kemerdekaan. TMPN dan MPN dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk pelestarian terhadap Nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial bagi masyarakat Indonesia terutama generasi muda.

Pelayanan yang diberikan di Lingkungan TMPN/MPN mencakup 3 pelayanan, yaitu : Pelayanan Pemakaman, Pelayanan Ziarah dan

(43)

Pelayanan Study. Untuk dapat memberikan pelayanan publik yang maksimal, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk perbaikan dan pemeliharaan terhadap TMPN dan MPN.

Mengingat kondisi faktual TMPN dan MPN saat ini masih belum memadai, maka dianggap perlu dilakukan berbagai upaya untuk menyesuaikan dengan standar TMPN dan MPN serta meningkatkan mutu dan efisiensi pemeliharaannya.

b. Maksud dan Tujuan 1) Maksud

Kegiatan Rehab/Pemeliharaan TMPN/ MPN di daerah dimaksudkan agar TMPN provinsi, TMPN kabupaten/kota (yang didalamnya terdapat MPN), dan MPN diluar TMPN terpelihara sesuai standar yang berlaku serta untuk meningkatkan mutu efisiensi pemeliharaanya.

2) Tujuan

Meningkatnya peran dan fungsi TMPN, MPN sebagai wahana pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial.

c. Sasaran

1) Petugas honorer pengelola TMPN provinsi/kabupaten/kota dan MPN.

2) Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Provinsi.

3) TMPN Kabupaten/Kota yang didalamnya terdapat Makam Pahlawan Nasional [MPN).

(44)

4) Makam Pahlawan Nasional (MPN) diluar TMPN.

d. Tahapan Pelaksanaan

1) Bentuk kegiatan untuk TMPN

a) Pemberian honor kepada 2 orang petugas pengelola TMPN (pegawai honorer).

b) Pemeliharaan monumen, pagar, makam, plaza upacara, taman dan pembabatan rumput

2) Bentuk Kegiatan Untuk MPN

a) Pemberian honor kepada 1 orang pengelola MPN (pegawai honorer). b) pemeliharaan makam, pagar, taman

dan pembabatan rumput 3) Mekanisme

a) Penerbitan SK petugas honorer pengelola TMPN/MPN oleh Kepala Instansi Sosial Provinsi/ Kabupaten/ Kota berlaku satu tahun.

b) Pemberian honor kepada petugas honorer pengelola TMPN dan MPN diberikan setiap bulan disesuaikan dengan Standar Biaya Umum (SBU) Keuangan.

c) Peruntukan dana dekonsentrasi adalah untuk pemeliharaan monumen, pagar, makam, plaza upacara, taman dan pembabatan rumput.

(45)

swakelola atau melalui pihak ketiga sesuai peraturan yang berlaku.

e) Kegiatan tersebut menggunakan 2 (dua) kelompok akun belanja yaitu: belanja bahan (akun 521211), belanja biaya pemeliharaan lainnya (akun 523199).

e. Pelaporan

Laporan kegiatan berupa dokumen pertanggungjawaban yang memuat sebagai berikut:

1) Fotocopy SK honorer pengelola TMPN dan MPN.

2) Tanda terima penerimaan honor pengelola TMPN/ MPN.

3) Apabila pekerjaan dilakukan oleh pihak ketiga, maka dalam pelaporan disertakan dokumen terkait seperti: SPK/ Kontrak, berita acara serah terima pekerjaan, berita acara hasil penerimaan pekerjaa dll.

4) Laporan kegiatan disampaikan ke Kementerian Sosial c.q. Direktorat

Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan.

(46)

BAB III

PELAKSANAAN ANGGARAN, PENGENDALIAN DAN PELAPORAN

A. Pelaksanaan Anggaran

Anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA melalui dana dekonsentrasi proses pelaksanaan pencairannya harus sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku, agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan dalam penggunaan maupun proses administrasinya.

Mekanisme pelaksanaan anggaran dana dekonsentrasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melaksanakan

kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam RKA-KL selama satu tahun untuk mengetahui rencana penyerapan anggaran yang diakibatkan untuk membayar pengeluaran/ tagihan kegiatan yang dilaksanakan. 2. Pimpinan Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) membuat surat keputusan dan/ atau mengambil tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atau tagihan atas beban dana dekonsentrasi yang berkaitan dengan pelaksanaan DIPA, substansi tugas pokok dan fungsi, serta pengadaan barang/ jasa.

3. Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM melakukan uji kebenaran SPP yang telah diajukan oleh PPK, mengisi check list kelengkapan berkas SPP, mencatat dalam buku Pengawasan penerimaan SPP dan menandatangani tanda terimanya, memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP, dan menandatangani SPM.

(47)

4. Bendahara pengeluaran membuat dan menghimpun SPP dan SPM yang telah ditandatangani untuk disetorkan ke KPPN untuk segera diterbitkan SP2D sesuai permintaan.

Pelaksanaan pembayarannya dapat dilakukan melalui mekanisme penerbitan SPM sebagai berikut:

1. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) mekanismenya sebagai berikut :

a. Bendahara mengajukan pembukaan rekening atas nama satker yang bersangkutan dan mencermati DIPA yang telah diterimanya dari KPA;

b. Pejabat Pembuat Komitmen membuat dokumen yang diperlukan untuk kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya diserahkan kepada Penguji Tagihan melalui bendahara;

c. Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM melakukan pengujian terhadap keabsahan SPP dan menerbitkan SPM untuk ditandatangani oleh pejabat yang diberikan wewenang;

d. Bendahara menyetorkan SPM kepada KPPN untuk diterbitkan SP2D;

e. Bendahara mencairkan anggaran sesuai SP2D yang diterbitkan ke Bank persepsi dimana bendahara membuka rekening satker.

2. Surat Perintah Membayar Pengganti Uang Persediaan (SPM-GU) mekanismenya sebagai berikut:

a. Pejabat Pembuat Komitmen atas nama Kepala Instansi/ Instansi Sosial selaku Kuasa Pengguna Anggaran pada satuan kerja membuat dan mengajukan SPM-GU yang telah dilengkapi persyaratan diserahkan kepada bendahara;

(48)

b. Bendahara setelah meneliti kelengkapan berkasnya menyampaikan dokumen dimaksud kepada Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM untuk diterbitkan SPM-GU;

c. Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM menerbitkan SPM-GU untuk disetorkan ke KPPN pembayar untuk diterbitkan SP2D;

d. Bendahara mencairkan dana sesuai yang tertulis dalam SP2D di Bank tempat membuka rekening. 3. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan

(SPM-TUP) mekanismenya sebagai berikut:

a. Bendahara mengajukan tambahan Uang Persediaan setelah mendapatkan persetujuan dari KPPN atau Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat;

b. Bendahara mengajukan SPP-TUP kepada Penguji Tagihan;

c. Penguji Tagihan setelah melakukan pengujian kemudian menerbitkan SPM-TUP dan menyerahkan kembali ke bendahara;

d. Bendahara menyerahkan SPM-TUP ke KPPN untuk segera diterbitkan SP2D dan selanjutnya mencairkan dananya di bank sesuai jumlah yang tertulis dalam SP2D dimaksud.

4. Surat Perintah Membayar Pengganti Uang Persediaan (SPM-GU) Nihil mekanismenya sebagai berikut: a. PPK mengajukan SPP-GU nihil yang telah lengkap

berkasnya diserahkan kepada bendahara;

b. Bendahara meneliti pengajuan SPP-GU Nihil tersebut dan selanjutnya disampaikan ke Pejabat Penguji Tagihan;

(49)

c. Penguji Tagihan menerbitkan SPM-GU Nihil untuk disetorkan ke KPPN melalui bendahara;

d. Bendahara menyerahkan SPM-GU Nihil ke KPPN untuk diterbitkan SP2D Nihil.

5. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) non belanja pegawai mekanismenya dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pembayaran Langsung dilakukan oleh KPPN kepada pihak ketiga yang berhak berdasarkan SPM-LS yang diterbitkan oleh Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM;

b. Pembayaran Langsung dilakukan untuk keperluan pembayaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh pihak ketiga/ rekanan dan atas pembayaran dalam rangka pekerjaan pengadaan barang/ jasa (belanja modal), termasuk biaya langganan daya dan jasa, serta belanja perjalanan Instansi.

B. Pengendalian dan Pemeriksaan

1. Pengendalian

a. Menteri Sosial selaku Pengguna Anggaran dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara harus melakukan pengendalian dana dekonsentrasi secara berjenjang;

b. Gubernur sebagai penerima pelimpahan wewenang dan selaku penanggungjawab pelaksanaan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan wajib melakukan pengendalian terhadap pengelolaan dana dekonsentrasi bidang kesejahteraan sosial terutama sub bidang pemberdayaan sosial;

(50)

c. Gubernur berkewajiban menunjuk atau menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pejabat pengelola dana dekonsentrasi;

d. Kepala Instansi/Instansi Sosial Propinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran melakukan pengendalian terhadap pengelola keuangan di instansinya;

e. Inspektorat Jenderal melakukan reviu atas laporan keuangan yang bersumber dari dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan;

2. Pemeriksaan

Pemeriksaan dana dekonsentrasi meliputi :

a. Pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu;

b. Pemeriksaan keuangan berupa pemeriksaan atas laporan keuangan;

c. Pemeriksaan kinerja berupa pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri dari pemeriksaan atas aspek ekonomi, aspek efisiensi dan aspek efektifitas;

d. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain dibidang keuangan berupa pemeriksaan investigasi dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern pemerintah; e. Pemeriksaan dana dekonsentrasi dilakukan oleh

Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI dan unit pemeriksa eksternal pemerintah;

f. Pemeriksaan keuangan dana dekonsentrasi berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(51)

C. Jenis, Substansi dan Waktu Pelaporan

Pelaporan merupakan salah satu kegiatan fungsi manajemen yang berisi penyampaian informasi tentang pelaksanaan kegiatan yang disampaikan oleh pelaksana kegiatan secara hirarki atau horisontal sebagai bahan pertanggungjawaban atas hasil pekerjaannya yang telah dilaksanakan atau digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan berikutnya.

Penyusunan dan pertanggungjawaban atas kegiatan maupun keuangan yang dihimpun dalam pelaporan dilaksanakan oleh masing-masing Eselon III di Instansi Sosial, diketahui Kepala Sub Bidang/ Instansi Sosial dengan sistem pelaporan adalah sebagai berikut:

1. Laporan Keuangan

Laporan Keuangan dilaksanakan secara berjenjang ditujukan kepada Unit Eselon I terkait dengan tembusan kepada Biro Keuangan dan Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial.

2. Laporan Kegiatan

Laporan pelaksanaan program/kegiatan ditujukan kepada Unit Eselon I terkait dengan tembusan kepada Biro Perencanaan Kementerian Sosial dan masing-masing Unit Teknis Eselon II.

a. Jenis, Substansi dan Waktu Penyampaian Laporan 1) Laporan Bulanan

a) Realisasi Keuangan b) Realisasi Fisik

Pelaporan bulanan dilakukan mengikuti format 1 (lampiran l.a.)

(52)

2) Triwulan

a) Arsip Data Komputer (ADK) b) Laporan realisasi belanja c) Laporan pengembalian belanja d) Laporan pengembalian pendapatan

waktu pengiriman laporan bulanan dan triwulan paling lambat tanggal 10 setiap bulan (dan untuk triwuian yaitu bulan Maret, Juni, September dan Desember) sudah diterima.

3) Laporan Semester

a) Laporan Semester I keuangan meliputi: - Arsip Data Komputer (ADK) - Laporan realisasi semester I - Laporan realisasi belanja

- Laporan realisasi pengembalian belanja

- Laporan realisasi pendapatan

- Laporan realisasi pengembalian pendapatan

- Catatan Laporan Keuangan (CaLK). - Neraca Percobaan

- Laporan BMN

- Rincian Saldo Awal BMN - Laporan Kondisi Barang

Lampiran:

- B.A. Rekonsiliasi dengan KPPN - SSBP Tahun lalu

b) Laporan semester 1 pelaksanaan program/ meliputi:

- Jenis program/kegiatan yang dilaksanakan

(53)

- Capaian target/sasaran kuantitatif dan kualitatif

- Kendala

- Tindak lanjut/ upaya yang telah dilaksanakan

- Rekomendasi

Waktu pengiriman laporan semester paling lambat tanggal 15 juli sudah diterima di Unit Eselon I terkait. 4) Laporan Tahunan

a) Laporan Semester II/ Tahunan keuangan meliputi:

- Arsip Data Komputer (ADKJ - Laporan realisasi tahunan - Laporan realisasi belanja

- Laporan realisasi pengembalian belanja

- Laporan realisasi pendapatan

- Laporan realisasi pengembalian pendapatan

- Catatan Laporan Keuangan (CaLK) - Laporan Neraca Percobaan

- Laporan BMN

- Rincian Saldo Awal BMN - Laporan Kondisi Barang

Lampiran :

• SSBP untuk penyerahan setelah tanggal neraca tahunan berakhir

• B.A, Rekonsiliasi dengan KPPN • Daftar Persediaan

(54)

b) Laporan semester II pelaksanaan program meliputi :

- Jenis program/ kegiatan yang dilaksanakan

- Capaian target/ sasaran kuantitatif dan kualitatif Kendala

- Tindak lanjut/ upaya yang telah dilaksanakan

- Rekomendasi Data dukung

Waktu pengiriman laporan semester 11 paling lambat tanggal 15 Januari sudah diterima.

D. Sanksi Administrasi

Kementerian Sosial RI akan memberikan sanksi administratif kepada Instansi/ Instansi Sosial yang menerima dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan antara lain dengan menurunkan alokasi anggaran atau tidak memberikan alokasi anggaran untuk tahun berikutnya apabila Instansi/ Instansi Sosial tersebut : 1. Tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan

tahun sebelumnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada tahun anggaran sebelumnya.

3. Terdapat penyimpangan berdasarkan hasil pemeriksaan, baik hasil audit pihak Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI maupun hasil audit pihak internal dan eksternal pemerintah.

(55)

BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

Tujuan monitoring adalah mengetahui perkembangaan dan kemajuan, identifikasi dan permasalahan serta antisipasi/ upaya pemecahannya, sedangkan evaluasi bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan pengelolaan kegiatan, melalui kajian terhadap manajemen dan output pelaksanaan serta permasalahan yang dihadapi, untuk selanjutnya menjadi bahan evaluasi kinerja kegiatan selanjutnya.

Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Pengendalian dan Evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, disebutkan bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari masukan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya.

A. MONITORING

Monitoring melibatkan semua unsur yang terkait dengan penyelenggaraan dana dekonsentrasi yaitu Kementerian Sosial RI dan Dinas/ Instansi Sosial Provinsi. Monitoring dilaksanakan berdasarkan instrumen monitoring yang telah disiapkan oleh masing-masing pelaksana baik pusat maupun provinsi.

Monitoring dana dekonsentrasi dilaksanakan pada tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban anggaran.

(56)

B. EVALUASI

Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir tahun penyelenggaraan dana dekonsentrasi, melalui evaluasi akan dapat diketahui apakah kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan atau tidak. Hasil evaluasi akan digunakan untuk memperbaiki proses perencanaan dan penyelenggaraan dana dekonsentrasi selanjutnya.

(57)

BAB V PENUTUP

Dengan telah tersusunnya buku “Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial Pada Mekanisme Dana Dekonsentrasi” Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial, diharapkan seluruh pelaksana dan Penanggungjawab Program Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial, memiliki kesamaan persepsi terhadap tugas dan fungsi masing-masing sehingga seluruh program dapat berjalan sesuai dengan garis yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku.

Akhir kata, maka kami menerima kritikan dan masukan serta saran-saran demi kesempurnaan buku ini. Terima kasih.

(58)
(59)

LAPORAN REALISASI PROGRAM KEGIATAN DEKONSENTRASI

DINAS SOSIAL PROVINSI ...

TAHUN 2017 Lampir an Ia : Lapor an R ealisasi K euang

an dan Fisik Bulan ….

NO KEGIA TAN ANGGRAN (Rp) KEWEN ANGAN

REALISASI BULAN LALU

REALISASI BULAN INI

JUMLAH REALISASI KEUANGAN (Rp) KEU (%) FISIK (%) KEUANGAN (Rp) KEU (%) FISIK (%) KEUANGAN (Rp) K E U (%) FISIK (%) 1. DEK ONSEN -TRA SI 2. DEK ONSEN -TRA SI 3. DEK ONSEN -TRA SI 4. DEK ONSEN -TRA SI Mengetahui,

Dinas Sosial / instansi Sosial Pr

ovinsi ... Pejabat P embuat K omitmen (...) NIP . ... (...) NIP . ...

(60)

Lampir an Ib : Lapor an R ealisasi K egiatan Bulan …. NO KEGIA TAN KEWENANGAN TARGET SASARAN REALISASI FISIK SA SARAN % 1. Rehab/Pemeliharaan TMPN/TMP/M PN di Daerah DEK ONSENTRA SI Pemelihar aan TMPN ... 2. DEK ONSENTRA SI Pemelihar aan MPN ... 3. DEK ONSENTRA SI 4. DEK ONSENTRA SI ... / ... 2017 Mengetahui,

Dinas Sosial / instansi Sosial Pr

ovinsi ... Pejabat P embuat K omitmen (...) NIP . ... (...) NIP . ...

(61)

Referensi

Dokumen terkait

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak kelas V di SDIT Alam Nurul Islam Yogyakarta yang berjumlah 70 siswa dengan penentuan ukuran besar sampel menggunakan rumus

Lead Auditor menyiapkan Laporan Audit Tahap 1 ─ FR 9.3.5.a untuk Hotel Bintang atau FR 9.3.5.b untuk Hotel Non Bintang yang mencakup Catatan Auditor, Laporan

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah

Bertolak dari paparan diatas adapun isi pesan merupakan salah satu elemen penting dari rangkaian proses penyampaian berita pada situs www.kereta-api.co.id informasi

M.Hum yang bersedia menjadi penguji skripsi penulis dan memberikan saran-. saran yang membuat skripsi ini menjadi lebih

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

Kernel adalah inti dari sistem UNIX yang mengontrol perangkat keras dan melaksanakan berbagai tugas, antara lain mengendalikan akses terhadap komputer, manajemen sistem file dan