HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN,
FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA
PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES
RESPATIYOGYAKARTA
Siti Wahyuningsih STIKES Respati Y ogyakarta
ABSTRACT
Background : Anemia is one of nutrition problems in Indonesia that have to be
solved. One of three female teenagers in Indonesia had it. There are a lot of problems that can causing anemia, one of them are nutrients intakes, which are protein, Fe, folic acid, and vitamin C.
Objective : The objective of this research was to know the nutrient intakes (protein, Fe, folic acid, vitamin C), anemia status and the correlation between the nutrient intakes and anemia status.
Method : This was an observational research with crossectional design. The respondents are midwifery students at the dormitory of Yogyakarta Respati Health College with 73 students by purposive sampling method. Nutrients intake were obtained by food recall method, while anemia status by Hb level measuring with
Cyanmethemoglobin. Data were analyzed by Spearman Rank.
Result : The everage of protein intake is 33,7752 g, Fe is 6,5547 mg, folic acid
is 1,5458 ug, and vitamin C is 26,3388 mg. Respondent who have anemia are 12 samples and who have not anemia are 61 samples. There are no correlation between protein, Fe, folic acid, vitamin C intakes with anemia status with p value were 0,565 ; 0,333 ; 0,783 ; 0,669.
Conclusion : There are no correlation between protein, Fe, folic acid, vitamin C intakes with anemia status.
Keyword : Protein, Fe, Folic Acid, Vitamin C, Anemia Status, Midwifery Students.
Pendahuluan
Anemia merupakan salah satu masalah gizi sebagai akibat dari kekurangan zat gizi mikro Fe yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Menurut Gopalan (1994) dalam Syafiq (2007) menyebutkan bahwa hasil survei konsumsi memperlihatkan intake mineral terutama Fe pada remaja masih kurang.
Prevalensi anemia pada remaja putri masih merupakan masalah karena tingginya angka prevalensi yang ditunjukan oleh beberapa hasil penelitian (Depkes, 1998). Perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 51 %.
Prevalensi pada wanita tidak hamil 35%. Survei terhadap mahasiswi di Perancis membuktikan bahwa 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan (Arisman, 2004).
Menurut hasil penelitian Permiasih (2003) diperoleh data anemia pada remaja umur 10-19 tahun yang dimana prevalensi anemia pada remaja sebesar 25,5% dengan rincian laki-Iaki 21 % dan perempuan 30%.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan asupan zat gizi (protein, Fe, asam folat, vitamin C) dengan status anemia pada mahasiswi kebidanan di Asrama STlKES Respati Y ogyakarta.
Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di asrama mahasiswi kebidanan STlKES Respati Y ogyakarta dan waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret sampai dengan April 2008.
2. Subyek
Subyek penelitian adalah mahasiswi kebidanan yang tinggal di asrama STIKES Respati Y ogyakarta dengan kriteria inklusi dan eksklusi tertentu. Jumlah sampel sebanyak 73 mahasiswi, yang ditetapkan secara purposive. 3. Cara Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner untuk mengetahui identitas responden. Asupan zat gizi diperoleh dengan wawancara langsung
pada responden dengan metode food recall. Kadar Hb diperoleh dengan cara pengambilan sampel darah dari setiap responden yang diuji dengan metode Cyanmethemoglobin. Data sekunder adalah gambaran umum lokasi penelitian. 4. Analisa Data
Analisa asupan protein, Fe, asam folat dan vitamin C dengan menggunakan program Nutri Survey. Uji statistik yang digunakan adalah uji Spearman Rank. Pengolahan dan analisa data dilaksanakan dengan menggunakan komputer. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di kampus STIKES Respati Y ogyakarta yang bertempat di Jalan Laksda Adisucipto Km.6,3. STIKES Respati Y ogyakarta menyediakan asrama mahasiswi yang wajib dihuni oleh mahasiswi D3 Kebidanan dan D4 Bidan Pendidik selama satu tahun pertama.
2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan yang tinggal di asrama STIKES Respati Yogyakarta. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 73 orang. Adapun gambaran karakteristik responden adalah sebagai berikut: a) Umur responden sebagian besar adalah 19 tahun yaitu sebanyak 45 orang (61,64 %). Selebihnya berumur 18 tahun (38,36 %), b) Jenis kelamin seluruh responden (100%) adalah perempuan, c) Pola konsumsi responden meliputi : frekuensi makan sebagian besar responden (65,75%), dalam sehari adalah 3 (tiga) kali dan selebihnya (34,25%) < 3 kali dalam sehari ; susunan hidangan semua responden dalam setiap kali makan merupakan susunan hidangan yang belum lengkap ; seluruh responden (100%) mempunyai kebiasaan jajan. Frekuensi jajan ~ 2 kali dalam sehari ; sebanyak 13 responden (17,81 %) tidak makan pagi sebelum berangkat kuliah.
Selebihnya responden mempunyai kebiasaan makan pagi. 3. Asupan Protein
Gambaran besarnya asupan protein yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta disajikan pada tabel 3.
Tabel3. Asupan Protein Responden Asupan Protein (glhari)
Maksimum 54,63
Minimum 13,42
Rata-rata ± SD 33,7752 ± 7,72972
Perbandingan asupan protein responden dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG, 2004) disajikan pada tabel4.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Perbandingan Asupan Protein dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Asupan Protein Baik (~ 50 g1hari) Kurang
«
50 g1hari) Jumlah Frekuensi (n) 3 70 73 Prosentase (%) 4,11 95,89 100 4. Asupan FeGambaran besarnya asupan Fe yang dikonsumsi mahasisiwi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel5. Asupan Fe Responden Asupan Fe (mg/hari) Maksimum Minimum Rata-rata ± SD 41,70 1,48 6,5547 ± 5, 63910
Perbandingan asupan Fe responden dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG, 2004) disajikan secara terperinci pada tabel.6.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Perbandingan Asupan Fe dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
AsupanFe Frekuensi Prosentase
(n) (%)
Baik (~ 26 mg/hari) 1 1,37 Kurang
«
26 mg/hari) 72 98,63Jumlah 73 100
5.
Asupan Asam FolatGambaran besarnya asupan asam folat yang dikonsumsi mahasisiwi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Asupan Asam Folat Responden Asupan Asam Folat (ug/hari)
Maksimum 28
Minimum 0
Rata-rata ± SD 1,5458 ± 4,10166
Perbandingan asupan asam folat responden dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG, 2004) disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Perbandingan Asupan Asam Folat dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Asupan Asam Folat Frekuensi Prosentase
(n) (%)
Baik (~ 400 ug/hari) 0 0
Kurang
«
400 ug/hari) 73 100Jumlah 73 100
6. Asupan Vitamin C
Gambaran besamya asupan vitamin C yang dikonsumsi mahasisiwi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 9.
Tabe19. Asupan Vitamin C Responden Asupan Vitamin C (mglhari)
Maksimum 90,70
Minimum 1,77
Rata-rata ± SD 26,3388 ± 17,92752
Perbandingan asupan vitamin C responden dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG, 2004) disajikan pada tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Perbandingan Asupan Asam Folat dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Asupan Vitamin C Frekuensi Prosentase
(n) (%)
Baik (;::: 75 mg/hari) 1 1,37
Kurang « 75 mglhari) 72 98,67
Jumlah 73 100
7. Status Anemia Responden
Status anemia dibagi menjadi 2 yaitu : Anemiajika kadar HB < 12 gldl dan tidak anemia jika kadar Hb ~ 12 g/dl. Kadar Hb responden bervariasi antara 10,18 gldl sampai 17,60 gldl. Gambaran status anemia pada responden dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Anemia Status Anemia Anemia Tidak Anemia Jumlah Frekuensi (n) 12 61 73 16 Prosentase (% ) 16,44 83,56 100
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 61 orang (83,56%). Responden yang mengalami anemia sebanyak 12 orang (16,44%).
8.
Hubungan Antara Asupan Protein dengan Status Anemia
Hubungan antara asupan protein dengan status anemia dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Hubungan Antara Protein dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STlKES Respati Y ogyakarta
Tingkat
Status Anemia
Tidak Jumlah
Asupan Anemia anemia r p Protein n % n % n % Baik
° °
3 100 3 100 Kurang 12 17,14 58 82,86 70 100 0,068 0,565 JumJah 12 16,44 61 83,56 73 100Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa responden yang tingkat asupan proteinnya baik (~ 50 g/hari) dan tidak mengalami anemia sebanyak 3 orang (100%). Responden yang tingkat asupan proteinnya kurang
«
50g/hari) sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 58 orang (82,86%) dan yang mengalami anemia sebanyak 12 orang (17,44%).
Hasil uji statistik dengan Spearman Rank diketahui koefisien korelasi sebesar 0,068 dengan nilai p sebesar 0,565. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status anemia (p< 0,05).
9. Hubungan antara Asupan Fe dengan Status Anemia
Hubungan antara asupan Fe dengan status anemia disajikan pada tabel 13. Tabel 13. Hubungan Antara Asupan Fe dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Yogyakarta
Tingkat
Status Anemia
Tidak Jumlah
Asupan Anemia anemia r p
Fe % % % n n n Baik I 100 0
°
I 100 Kurang 11 15,28 61 84,72 72 100 0,115 0,333 JumJah 12 16,44 61 83,56 73 100Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa responden yang tingkat asupan Fe-nya baik (> 26 mglhari) mengalami anemia sebanyak 1 orang (100%). Dan tidak ada yang tidak anemia. Responden yang tingkat asupan Fe- nya kurang
«
26 mglhari) sebagian besar tidak mengalami anemia yaitusebanyak 61 orang (84,72%) dan yang mengalami anemia sebanyak 11 orang (15,28%).
Hasil uji statistik dengan Spearman Rank diketahui koefisien korelasi sebesar -0,115 dengan nilai p sebesar 0,333. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan Fe dengan status anemia (p> 0,05).
Tingkat Status Anemia Tidak Jumlah Asupan Anemia r p Vitamin C anemia N % n % n % Baik 0 0 100 1 100 Kurang 12 16,67 60 83,33 72 100 0,051 0,669 Jumlah 12 16,44 61 82,19 73 100
10. Hubungan antara Asupan Asam Folat dengan Status Anemia
Hubungan antara asupan asam folat dengan status anemia disajikan pada tabel 14.
Tabel 14. Hubungan Antara Asupan Asam Folat dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta
Tingkat Status Anemia
Asupan Anemia Tidak Jumlah
Asam Folat anemia r p
n % n % n %
Baik 0 0 0 0 0 0
Kurang 12 16,44 61 83,56 73 100 -0,033 0,783 Jumlah 12 16,44 61 83,56 73 100
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa tidak ada responden yang tingkat as up an asam folatnya baik (;;::: 400 ug/hari). Responden yang tingkat asupan asam folatnya kurang
«
400 ug/hari) sebagian besar tidak mengalamianernia yaitu sebanyak 61 orang (83,56%) dan yang mengalarni anernia sebanyak 11 orang (15,07%).
Hasil uji statistik dengan Spearman Rank diketahui koefisien korelasi sebesar -0,033 dengan nilai p sebesar 0,783. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan asam folat dengan status anernia (p> 0,05).
11. Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Status Anemia
Hubungan antara asupan vitamin C dengan status anernia disajikan pada tabel 15.Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa semua responden yang tingkat asupan Vitamin C-nya baik (~ 75 mg/hari) sebanyak 1 orang (100%) dan tidak mengalami anernia. Responden dengan tingkat asupan vitamin C-nya kurang
«
75 mg/hari) sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 60 orang (83,33%) dan yang mengalami anernia sebanyak 12 orang (16,44% ).Hasil uji statistik dengan Spearman Rank diketahui koefisien korelasi sebesar 0,051 dengan nilai p sebesar 0,669. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan status anemia (p> 0,05).Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan yang tinggal di asrama STlKES Respati Y ogyakarta sebanyak 73 orang. Sebanyak 61,64 % responden berumur 19 tahun dan selebihnya 18 tahun. Menurut Irwin dan Schafder dalam Surjadi (2002) data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori remaja akhir.
Berdasarkan jenis kelaminnya, seluruh responden (100%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena asrama disediakan khusus untuk mahasiswi kebidanan pada tahun pertama perkuliahan.
Frekuensi makan sebagian besar responden (65,75%) dalam sehari adalah 3 (tiga) kali atau lebih dan selebihnya < 3 kali. Sebanyak 13 responden
(17,81 %) tidak makan pagi sebelum berangkat kuliah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sayogo (2006) pada tahap remaja mempunyai persepsi terhadap body image.
Susunan hidangan dalam setiap kali makan semua responden (100%) termasuk dalam kategori belum lengkap. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor kesukaan, biaya makan dan kebiasaan makan.
Seluruh responden (100%) mempunyai kebiasaan jajan. Frekuensi jajan >2 kali dalam sehari. Hal ini karena asrama STIKES Respati
Yogyakarta tidak menyediakan makan untuk mahasiswi (tidak melayani jasa katering). Meskipun asrama memiliki fasilitas berupa dapur untuk setiap lantai tetapi mahasiswi mal as untuk masak sendiri (mencari praktisnya). Hal ini sesuai dengan pendapat Khomsan (2003) bahwa pada masa remaja pengaruh kelompok/rekan sebaya lebih menonjol daripada keluarga, apalagi mereka tinggal di asrama dan jauh dari keluarga.
2. Asupan Zat Gizi ( Protein, Fe, Asam Folat, Vitamin C)
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein, Fe, asam folat dan vitamin C pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta masih kurang dari AKG yang dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh intake protein, Fe, asam folat dan vitamin C dari makanan yang dikonsumsi masih rendah.
Asupan protein responden rata-rata sebesar 33,7752 ± 7,72972 g/hari, asupan Fe responden rata-rata sebesar 6,5547 ± 5, 63910 mg/hari, asupan asam folat responden rata-rata sebesar 1,5458 ± 4,10166 ug/hari, asupan vitamin C responden rata-rata sebesar 26,3388 ± 17,92752 mg/hari. Hal ini menunjukkan sebagian besar asupan protein, Fe, asam folat dan vitamin C responden termasuk dalam kategori kurang (belum memenuhi AKG yaitu : protein ~ 50 g/hari, Fe ~ 26 mg/hari, asam folat ~ 400 ug/hari, vitamin C ~ 75 mg/hari).
Meskipun sumber makanan yang dikonsumsi sudah bervariasi tetapi jumlahnya belum sesuai dengan AKG. Hal ini disebabkan oleh faktor
kesukaan, biaya dan kebiasaan makan. Selain itu pemahaman responden mengenai gizi masih kurang dengan dibuktikan kebiasaan makan mereka yang belum sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Khomsan (2003) ada beberapa faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada remaja antara lain : kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang buruk, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu, promosi yang berlebihan melalui media massa dan masuknya produk-produk makanan baru.
Selain itu remaja putri cenderung untuk membatasi asupan makan karena mereka ingin langsing. Mereka sering terlalu ketat dalam pengaturan po la makan dalam menjaga penampilannya.
3.Status Anemia Menurut Karakteristik Responden
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar Hb, Ht dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal (http://persagijogja.wordpress.com), sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan essensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2004).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian anemia pada
mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta sebesar 16,44 %. Hal ini lebih rendah dari penelitian pada remaja putri 10-19 tahun 30% (SKRT 2001) dan SKRT (1995) bahwa anemia pada WUS di Indonesia sebesar 39,5% dan SKIA (Survei Kesehatan Ibu dan Anak) 2001 sebesar 27,7%. Meskipun demikian kejadian anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya masih di atas 15% (http://istilgcantik.wordpress.com).
Pada masa remaja kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian karena kebutuhan nutrisi yang meningkat karena adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada kebutuhan dan asupan zat gizi/ nutrient, kebutuhan khusus nutrient perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang mempunyai
3.
aktifitas olah raga, gangguan perilaku makan, restriksi asupan makan, konsumsi alkohol dan obat-obatan (Sayogo, 2006).
4. Hubungan Antara Asupan Protein dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta
Protein dalam bahan makanan yang berasal dari hewan selain sebagai sumber protein juga sumber zat besi heme pembentuk hemoglobin darah.
Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p=0,565) antara asupan protein dengan status anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya infeksi yang tidak diketahui dan gangguan pencemaan sehingga peranan protein dalam pembentukan hemoglobin berkurang.
5. Hubungan Antara Asupan Fe dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta
Fe merupakan zat yang esensial bagi tubuh terutama diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin
(Sediaoetama,2006).
Menurut Budiyanto (2001) fungsi lain zat besi dalam tubuh adalah mengembalikan hemoglobin ke nilai normal setelah terjadi perdarahan dan menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh. Akan tetapi
berdasarakan uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p=0,333) antara asupan Fe dengan status anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta. Hal ini disebabkan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status anemia pada remaja putri. Penyebab lain zat besi tidak dapat diabsorpsi dengan baik adalah adanya faktor-faktor penghambat penyerapan.
Selain itu, menurut Linder (1991) kekurangan besi terutama, bersangkutan dengan peningkatan kegiatan hemopoiesis dan cadangan besi yang rendah. Kondisi ini dapat menjawab gambaran situasi responden yang
umumnya mempunyai asupan Fe yang rendah namun cadangan besi masih berada dalam selang nilai normal sehingga kebutuhan Fe tubuh diambil dari cadangan Fe dalam tubuh.
6. Hubungan Antara Asupan Asam Folat dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta
Asam folat dibutuhkan untuk menghindarkan anemia (Sediaoetama, 2006). Menurut Yuniastuti (2008) asam folat mempunyai peranan spesifik dalam hemopoiesis (pembentukan sel darah) dalam sumsum tulang, dan untuk pendewasaanya (Almatsier, 2004).
Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p=0,783) antara as up an asam folat dengan status anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta. Hal ini
disebabkan karena defisiensi asam folat dalam serum darah pada responden belum terjadi. Konsentrasi folat dalam serum darah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intake asam folat dari makanan, metabolisme asam folat, dan simpanan asam folat dalam tubuh (Gibson, 1990). Meskipun asupan asam folat responden belum memenuhi AKG tetapi simpanan dalam tubuh masih stabil dan dapat memenuhi kebutuhan.
7. Hubungan Antara Asupan Vitamin C dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati
Y
ogyakartaVitamin C mempunyai peranan dalam proses penyerapan zat besi. Menurut Almatsier (2004) absorpsi besi dalam bentuk non hem meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Konsumsi vitamin C sebesar 200 mg lebih dalam sehari akan meningkatkan penyerapan zat be si (Nursanyoto, 1992).
Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan status anemia (p=0,669) pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta. Tidak adanya hubungan antara as up an vitamin C dengan status anemia disebabkan oleh tingkat kecukupan vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk meningkatkan penyerapan zat besi belum terpenuhi sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimanamestinya. Hal ini disebabkan sebagian besar responden masih kurang asupan vitamin C. Se lain itu dimungkinkan karena adanya gangguan absorpsi seperti adanya konsumsi tanin, fitat, oksalat maupun serat yang berlebih dalam makanan yang bisa menghambat penyerapan besi dalam tubuh.
Selain hal tersebut di atas dapat juga disebabkan oleh adanya infeksi yang tidak diketahui dan gangguan pencernaan sehingga tidak dapat
mengabsorpsi zat besi dengan baik. Kesimpulan
1. Rata-rata jumlah asupan protein yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta adalah sebesar 33,7752 ± 7,72972 glhari. 2. Rata-rata jumlah asupan Fe yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di asrama
STIKES Respati Yogyakarta adalah sebesar 6,5547 ± 5,63910 mglhari. 3. Rata-rata jumlah asupan asam folat yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di
asrama STIKES Respati Yogyakarta adalah sebesar 1,5458 ±_4,l0166 ug/hari, 4. Rata-rata jumlah asupan vitamin C yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di
asrama STIKES Respati Yogyakarta adalah sebesar 26,3388 ± 17,92752 mglhari
5. Kadar Hb responden bervariasi antara 10,18 g/dl sampai 17,60 gldl.
Mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta yang berstatus anemia sebanyak 12 orang (16,44%) dan yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 61 orang (83,56%).
6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status anemia (p=0,565) pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta.
7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan Fe dengan status anemia (p=0,333) pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta.
8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan asam folat dengan status anemia (p=0,783) pada mahasiswi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta.
9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan status anemia (p=0,669) pada mahasiswi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta.
Saran
1. Perlu adanya peningkatan asupan protein, Fe, asam folat dan vitamin C bagi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta untuk mencegah tetjadinya anemia.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor lain yang terkait dengan anemia.
Daftar Pustaka
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Giri. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Arisman, M.B, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran , EGC.
Budiyanto, M.A.K, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Malang : UMM.
Depkes RI, 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
Gibson, Rosalind S, 1990. Principles of Nutritional Assesment. New York: Oxford University Press.
Khomsan, A, 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Linder, MC, 1991. Nutritional Biochemistry and Metabolism with Clinical Application. California: EIsevier.
Nursanyoto, Hertog, 1992. Ilmu Giri, Zat Gizi Utama. Jakarta PT Golden Terayon Press.
Permiasih, 2003. Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jkpkbppk -gdl-res- 2003-permiasih-886-gizi
Sayogo, Savitri, 2006. Gizi Remaja Putri. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Surjadi, C, 2002. Pelayanan Kesehatan Bagi Remaja: Tantangan Bagi Lulusan fakultas Kedokteran di indonesia. Majalah Kedokteran Atmajaya, Vol. I, No. I.
Syafiq, Ahmad, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yuniastuti, Ari, 2006. Gizi dan Kesehatan. Y ogyakarta : Graha Ilmu
, 2007 Suplementasi Iron Zinc Antisipasi Anemia Remaja Put http:// isti 19 cantik.wordpress.coml 2007/ 07 (Diakses tanggal 20 September 2008).
, 2008. Survei Anemia pada Remaja Putri di Kabupaten Sleman http:// persagi jogja.wordpress.coml 2008/ 011 23/ survei-anemia-pada-remaja- putri-di-kabupaten-sleman (Diakses tanggal 20 september 2008).
26