• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMATAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) SERTA LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PROSES PRODUKSI CPO PT. SASANA YUDHA BHAKTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMATAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) SERTA LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PROSES PRODUKSI CPO PT. SASANA YUDHA BHAKTI"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DIDESA GUNUNG SARI, KECAMATAN TABANG

Oleh:

MELISA NIM:130500127

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(2)

DIDESA GUNUNG SARI, KECAMATAN TABANG

Oleh:

MELISA NIM:130500127

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(3)

DIDESA GUNUNG SARI, KECAMATAN TABANG

Oleh:

MELISA NIM:130500127

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk MemperolehSebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(4)

Sasana Yudha Bhakti Desa Gunung Sari Kecamatan Tabang,Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

Nama : MELISA

NIM : 130 500 127

Program studi : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

Jurusan : Teknologi Pertanian

Lulus ujian pada tanggal

Penguji I

Netty Maria Naibaho, S.TP, M.P.M.Sc. NIP.19851002 200812 2 001

Menyetujui, Ketua program studi Teknologi Pengolahan Hasil

Perkebunan

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Muh. Yamin, S.TP.,M.Si

NIP. 19740913 200212 1 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Hamka, S.TP.,MP., M.Sc NIP. 19760408 200812 1 002

Penguji II

Muh. Yamin, S.TP.,M.Si NIP.19740913 200212 1 001 Pembimbing

Edy Wibowo Kurniawan, S.TP, M.Sc. NIP.19741118 200012 1 001

(5)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, resiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karna lingkungan yang tidak nyaman dan program keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat berdampak pada kinerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengamatan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Sasana Yudha Bhakti.

Penelitian ini dilakukan di PT. Sasana Yudha Bhakti, Kukar. Dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari data primer dan data sekunder, pengumpulan data menggunakan kuisioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada dua faktor penelitian yaitu I. faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja II. Faktor lingkungan Kerja. Kuisioner tersebut kemudian dianalisis menggunakan rating scale.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengamatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) lingkungan kerja terhadap kinerja kary awan Faktor keselamatan dan kesehatan kerja dari Tingkat Manager diperoleh nilai 95,3%. Tingkat Asisten diperoleh nilai 90%. Tingkat Mandor diperoleh nilai 92,3%. Tingkat Karyawan diperoleh nilai 93,2%. Faktor lingkungan kerja Tingkat manager diperoleh nilai 100%. Tingkat Asisten diperoleh nilai 100%. Tingkat mandor diperoleh nilai 98%. Tingkat Karyawan diperoleh nilai 93,6%

Kata kunci : Keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan kerja, kinerja karyawan.

(6)

Propinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Jubirhan dan Ibu Ruslina.

Tahun 2001 memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 021 Liang Ilir, Kecamatan Kota Bangun, Kabupanten Kutai kartanegara lulus pada tahun 2007, pada tahun 2007 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kota Bangun dan lulus pada tahun 2010, pada tahun 2010 melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 kota bangun dan lulus pada tahun 2013, pada tahun 2013 melanjutkan ke perguruan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

Tanggal 12 Maret 2016 sampai tanggal 12 April 2016 melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Sasana Yudha Bhakti, Desa Gunung Sari , Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur.

Syarat memperoleh predikat ahli madya, penulis mengadakan penelitian dengan judul

Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di bawah bimbingan Edy Wibowo Kurniawan, S. TP. M. Sc.

(7)

Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di pabrik kelapa sawit PT. Sasana Yudha Bhakti Desa Gunung Sari, Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. maksud dari penyusunan dari karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.Md). keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih k epada:

1. Orang tua tercinta bapak Jubirhan, dan ibunda tercinta Ruslina serta saudara-saudara Annisa Sulistiana, M.Zulpikri, dan Nur Ainida Silviyana dan suami saya Hendra Irawan serta anak saya M. dayat yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moral maupun matrial.

2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

3. Bapak Muh. Yamin, S,TP., MP. Selaku kepala program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

4. Bapak Edy Wibowo Kurniawan,S.TP.M.Sc selaku dosen pembimbing 5. Ibu Netty Maria Naibaho, S.TP.,M.P.,M.Sc selaku dosen penguji I 6. Bapak Muh. Yamin, S,TP., MP.selaku dosen penguji II

(8)

8. Para staf pengajar dan administrasi program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

9. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013 Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negri Samarinda, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulisan karya ilmiah baik dalam penguraian ilmu maupun keterbatasan dalam pengalamana yang sejauh ini belum dapat tercapai sebagai mana yang diharapkan. Oleh karna itu, penulis menerima dan mengharapakan kritikan serta saran-saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.

Penulis

(9)

ABSTRAK ... ` ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan... 3

C. Hasil yang diharapkan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Keselamtan dan kesehatan kerja ... 4

B. Lingkungan kerja ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Tempat dan waktu ... 19

B. Alat dan bahan ... 19

C. Metode penelitian ... 19

1. Data ... 19

2. Analisi Data ... 19

3. Pengambilan Data ... 20

4. Teknik Pengambilan Responden ... 20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

A. faktor keselamatan dan kesehatan kerja ... 21

B. faktor lingkungan kerja ... 30

BAB V. SARAN DAN KESIMPULAN... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(10)

1. Tabel 1. Rekapitulasi dari Tingkat Manager responden diperoleh

data Keselamatan dan Kesehatan kerja 21

2. Tabel 2. Rekapitulasi dari Tingkat Asisten 1 dan 2 responden

diperoleh data Keselamatan dan Kesehatan kerja 23

3. Tabel 3. Rekapitulasi dari Tingkat Mandor responden

diperoleh data Keselamatan dan Kesehatan kerja 25

4. Tabel 4. Rekapitulasi Dari Tingkat Karyawan Proses Produksi CPO

Responden Diperoleh Data Keselamatan Dan Kesehatan Kerja . 27

5. Tabel 5. Rekapitulasi dari Tingkat manager responden

diperoleh data lingkungan kerja 30

6. Tabel 6. Rekapitulasi dari Tingkat Asisten responden diperoleh data

lingkungan kerja 32

7. Tabel 7. Rekapitulasi dari Tingkat Mandor responden diperoleh data

lingkungan kerja 34

8. Tabel 8. Rekapi tulasi dari Tingkat Karyawan Poses Produksi CPO

(11)

1. Diagram 1. Rata-rata jawaban dari faktor keselamatan dan kesehatan

kerja tingkat manager ... 22

2. Diagram 2. Rata-rata jawaban dari faktor keselamatan dan kesehatan kerja tingkat asisten ... 24

3. Diagram 3. Rata-rata jawaban dari faktor keselamatan dan kesehatan kerja tingkat mandor ... 26

4. Diagram 4. Rata-rata jawaban dari faktor keselamatan dan kesehatan kerja tingkat karyawan proses produksi CPO ... 28

5. Diagram 5. Rata-rata jawaban dari faktor lingkungan kerja ... 31

6. Diagram 6. Rata-rata jawaban dari faktor lingkungan kerja ... 33

7. Diagram 7. Rata-rata jawaban dari faktor lingkungan kerja ... 35

8. Diagram 8. Rata-rata jawaban dari faktor lingkungan kerja ... 37

9. Gambar 1. Rambu-rambu yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 59

10. Gambar 2. Rambu-rambu yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 59

11. Gambar 3. Rambu-rambu yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 60

12. Gambar 4. Rambu-rambu yang berhubungan dengan K3 ... 60

13. Gambar 5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang disesuaikan pada karyawan ... 61

14. Gambarr 6. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang disesuaikan pada karyawan ... 61

15. Gambar 7. Dilakukan Brifing Pagi Untuk Mengingatkan Karyawan tentang Safety First ... 62

16. Gambar 8. Dilakukan Brifing Pagi Untuk Mengingatkan ... 62

(12)
(13)

1. Identitas responden ... 42

2. Kuisioner I. faktor keselamatan dan kesehatan kerja ... 43

3. Kuisioner II. faktor lingkungan kerja ... 45

4. Lampiran 1. faktor keselamatan dan kesehatan kerja Manager ... 46

5. Lampiran 2. faktor keselamatan dan kesehatan kerja Asisten ... 46

6. Lampiran 3. faktor keselamatan dan kesehatan kerja Mandor ... 46

7. Lampiran 4. faktor keselamatan dan kesehatan kerja Karyawan Proses Produksi ... 47

8. Lampiran 5. Faktor Lingkungan kerja Tingkat Manager ... 48

9. Lampiran 6. Faktor Lingkungan kerja Tingkat Asisten ... 48

10. Lampiran 7. Faktor Lingkungan kerja Tingkat Mandor ... 48

11. Lampiran 8. Faktor Lingkungan kerja Tingkat Karyawan Proses Produksi CPO ... . 49

12. Lampiran 9. Nilai disetiap jawaban pada kuiesioner ... 50

13. Lampiran 10.Perhitungan persentase Tingkat Manager dari jawaban faktor dan rating scale pada keselamatan dan kesehatan kerja 51 14. Lampiran 11.Perhitungan persentase Tingkat Asisten dari jawaban faktor dan rating scale pada keselamatan dan kesehatan kerja 52 15. Lampiran 12. Perhitungan persentase Tingkat Mandor dari jawaban faktor dan rating scale pada keselamatan dan kesehatan kerja 53 16. Lampiran 13. Perhitungan persentase Tingkat Karyawan Proses Produksi CPO dari jawaban faktor dan rating scale pada keselamatan dan kesehatan kerja 54 17. Lampiram 14. Perhitungan persentase dari Tingkat Manager jawaban faktor lingkungan kerja dan rating scale pada faktor lingkungan kerja 56 18. Lampiram 15. Perhitungan persentase dari Tingkat Asisten jawaban faktor lingkungan kerja dan rating scale pada faktor lingkungan kerja 57

(14)
(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) pada perusahaan-perusahaan besar melalui UU Ketenaga kerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sud ah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3). Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program Keselamatan & Kesehatan (K3) hanya akan menjadi tambahan beban biaya

perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana

kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) tidak selayaknya diabaikan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua Negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh, data terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak 16.931 kasus, sementara di Bangladesh 11.768 kasus (Arianto,

2013).

Jumlah kecelakaan kerja yang tercatat juga ditengarai tidak menggambarkan kenyataan di lapangan yang sesungguhnya yaitu tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi lagi . Seperti diakui oleh berbagai kalangan

(16)

di lingkungan Departemen Tenaga Kerja, angka kecelakaan kerja yang tercatat dicurigai hanya mewakili tidak lebih dari setengah saja dari angka kecelakaan kerja yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain rendahnya kepentingan masyarakat untuk melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang, khususnya PT. Jamsostek. Pelaporan kecelakaan kerja sebenarnya diwajibkan oleh undang-undang, namun terdapat dua hal penghalang yaitu prosedur administrasi yang dianggap merepotkan dan nilai klaim asuransi tenaga kerja yang kurang memadai. Disamping itu, sanksi bagi perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan kerja sangat ringan (Rahmawati dkk, 2014).

Sebagian besar dari kasus-kasus kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia produktif. Kematian merupakan akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat diukur nilainya secara ekonomis. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat seumur hidup, disamping berdampak pada kerugian non-materil, juga menimbulkan kerugian materil yang sangat besar, bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh penderita penyakit-penyakit serius seperti penyakit jantung dan kanker (Arianto, 2013).

Karyawan merupakan asset paling berharga yang dimiliki oleh prusahan, karna karyawan yang akan menentukan kualitas dari pabrik, apabila karyawan merasa aman dalam menjalankan pek erjaanya maka karyawan dapat bekerja dengan maksimal. Lingkungan yang tidak nyaman dan Program Keselamatan & Kesehatan (K3) yang tidak berjalan dengan baik akan beresiko kecelakaan, hal ini dapat berdampak pada tingkat kinerja karyawan, keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja. Maka itu dilakukan suatu penelitian untuk

(17)

mengamati penerapan Keselamatan & Kesehatan Kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

B. Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk pengamatan keselamatan & kesehatan kerja (k3) oleh karyawan dalam proses produksi crude plam oil (CPO) pada PT. SASANA YUDHA BHAKTI.

2. untuk pengamatan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dalam proses produksi crude plam oil (CPO) pada PT. SASANA YUDHA BHAKTI. C. Hasil yang diharapkan

Untuk karyawan bisa dapat menerapkan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) serta Lingkungan Kerja terhadap kinerja karyawan.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik (Agus, 1989). Menurut Malthis dan Jackson (2002), keselamatan kerja

menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Rika,

2009)

Tujuan keselamatan kerja adalah:

1. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya.

3. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai. 5. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja. 6. Terhindar dari g angguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja. 7. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Menurut Husni (2005), menyatakan bahwa keselamatan kerja bertalian

dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara

(19)

umum dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Menurut Rika (2009), kecelakaan kerja merupakan kecelakaan

seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua:

1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan peralatan pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.

2. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman. Contohnya, penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran, penggunaan indikator warna, tanda peringatan, , jadwal kerja, dan lain-lain (Rika, 2009).

Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial (Husni, 2005). Selain itu, kesehatan kerja

menunjuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum dengan tujuan memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh (Malthis

dan Jackson, 2002). Sedangkan menurut Mangkunegara (2001),

pengertian kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja. Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Berdasarkan Undang-Undang

(20)

Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan jasmani, rohani dan kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan-kelemahan lainnya.

Menurut Veithzal (2004), pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut: 1. Mengurangi timbulnya penyakit.

Pada umumnya perusahaan sulit mengembangkan strategi untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit, karena hubungan sebab-akibat antara lingkungan fisik dengan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sering kabur. Padahal, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih merugikan, baik bagi perusahaan maupun pekerja.

2. Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja.

Mewajibkan perusahaan untuk setidak -tidaknya melakukan pemeriksaan terhadap kadar bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan menyimpan catatan mengenai informasi yang terinci tersebut. Catatan ini juga harus mencantumkan informasi tentang penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan dan jarak yang aman dan pengaruh berbahaya bahan-bahan tersebut.

3. Memantau kontak langsung.

Pendekatan yang pertama dalam mengendalikan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan adalah dengan membebaskan tempat kerja dari bahan-bahan kimia atau racun. Satu pendekatan alternatifnya

(21)

adalah dengan memantau dan membatasi kontak langsung terhadap zat-zat berbahaya.

4. Penyaringan genetik.

Penyaringan genetik adalah pendekatan untuk mengendalikan penyakit-penyakit yang paling ekstrem, sehingga sangat kontroversial. Dengan menggunakan uji genetik untuk menyaring individu-individu yang rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu, perusahaan dapat mengurangi kemungkinan untuk menghadapi klaim kompensasi dan masalah-masalah yang terkait dengan hal itu.

Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler, 2007).

Masalah kesehatan karyawan sangat beragam dan kadang tidak tampak. Penyakit ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan seperti flu, hingga penyakit yang serius yang berkaitan dengan pekerjaannya (Malthis

dan Jackson, 2002), Menjelaskan bahwa dalam jangka panjang,

bahaya-bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak dan ginjal; penyakit paru-paru putih, cokelat, dan hitam; leukimia; bronkitis; anemia plastik dan kerusakan sistem saraf pusat; dan kelainan kelainan reproduksi (misal kemandulan, kerusakan genetik, keguguran dan cacat pada waktu lahir).

Menurut Silalahi (1995), perusahaan mengenal dua kategori penyakit

(22)

1. Penyakit umum

Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang, dan hal ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat, karena itu harus melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja.

2. Penyakit akibat kerja

Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai pekerjaannya. Faktor penyebab bisa terjadi dari golongan fisik, golongan kimia, golongan biologis, golongan fisiologis dan golongan psikologis.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Dewi, 2006). Menurut Argama

(2006), program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adal ah suatu sistem

program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Menurut Dessler (2007), mengatakan bahwa program keselamatan dan

kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yai tu:

1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan.

(23)

Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan

yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggung jawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.

3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.

(24)

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan dan

kesehatan kerja di perusahaan antara lain:

1. Pengurangan Absentisme, Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan. Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/ kesehatan dari mereka.

3. Pengurangan Turnover Pekerja, Perusahaan yang menerapkan program K3 mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.

Menurut Malthis dan Jackson (2002) menyebutkan, manfaat program

keselamatan dan kesehatan kerja yang terkelola dengan baik adalah: 1. Penurunan biaya premi asuransi,

2. Menghemat biaya litigasi,

3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja mereka yang hilang,

(25)

5. Menurunnya lembur, 6. Meningkatnya produktivitas.

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan (Ranupandojo dan Husnan, 2002). Lalu, menurut penjelasan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyat akan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.

Berdasarkan Undang -Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

(26)

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik Fisik maupun non fisik, keracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 UndangUndang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan

(27)

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama (Husni, 2005).

Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan dapat berjalan efektif.

1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak. Menurut Adia (2010), jaminan keselamatan dan kesehatan

dapat membuat para tenaga kerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga dapat memper kecil atau bahkan mewujudkan kondisi nihil kecelakaan dan penyakit kerja.

2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan-bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya, menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran se rta menyusun program pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan (Hargiyarto, 2010).

(28)

3. Alat Pelindung Diri

Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi:

semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan

Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:

a) Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.

b) Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)

c) Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.

d) Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

e) Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.

f) Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.

(29)

g) Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

h) Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas).

i) Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).

j) Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda). k) Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat

bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat). Beberapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan pembahasan kasus di atas adalah:

1. Kecelakaan sampai dengan meninggal yang terjadi pada enam orang pegawai yang sedang membersihkan storage tank CPO termasuk kecelakaan kerja sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

2. Pada saat melakukan tugas pembersihan, pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dan tidak ada pengawasan dari supervisornya.

3. Perusahaan tidak melaksanakan langkah-langkah yang dilakukan seharusnya dilakukan dalam pengendalian bahaya yang dapat terjadi di stroge tank CPO tersebut.

4. Telah terjadi paparan bahan kimia yang melebihi ambang batas sehingga tidak dapat ditolerir oleh tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan kematian.

(30)

5. Perlunya tindakan pengendalian kecelakaan di tempat kerja untuk mengurangi insiden kecelakaan dan kematian akibat kerja.

6. Supaya tidak terjadi kematian akibat kerja maka perlu peran serta dari para supervisor dan manajer dalam melakukan administrative control seperti menetapkan jadwal pembersihan kapal secara teratur, serta merotasi petugas untuk melakukan kegiatan.

7. Sebagian besar penyebab kecelakaan dan kematian akibat kerja adalah manusia itu sendiri.

8. Jaminan Sosial Tenaga Kerja wajib dilaksanakan oleh Perusahaan untuk menjamin pekerja yang mengalami penyakit dan kecelakaan akibat kerja. 9. Perusahaan harus menerapkan Keselamatan & Kesehatan (K3), oleh karena

itu dibutuhkan komitmen manajemen yang tinggi serta keterlibatan dari pekerja untuk melaksanakannya.

B. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja itu sendiri menurut Nitisemito (1991), adalah segala

sesuatu yang ada disekitar pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Indikator-indikator lingkungan kerja adalah sebagai berikut: pewarnaan, kebersihan, penerangan, pertukaran udara, musik, keamanan dan kebisingan. Unsur-unsur lingkungan kerja menurut Kartono (1995), adalah tutur kata diantara tenaga kerja, sikap tolong menolong,

sikap saling menegur dan mengoreksi kesalahan dan sikap kekeluargaan diantara tenaga kerja. Sedangkan keadaan yang mendukung lingkungan kerja menurut Nitisemito (1991), adalah suasana kerja yang menyenangkan, tingkat

otoriter atasan karyawan dalam bekerja, tingkat sumber saran dalam kelompok, kesempatan untuk mengembangkan bakatnya, ketentraman, dan ruangan atau

(31)

tempat dimana ia bekerja. Lingkungan kerja akan menentukan kenyamanan seseorang dalam bekerja. Semakin baiknya lingkungan kerja akan mengakibatkan pencapaian kinerja organisasi secara maksimal.

Tidak mampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan menimbulkan frustrasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stress (Luthan, 2006). Akibat-akibat stres terhadap seseorang

dapat bermacam-macam dan hal ini tergantung pada kekuatan konsep dirinya yang akhirnya menentukan besar kecilnya toleransi orang tersebut terhadap stres. Stres yang dialami oleh karyawan akibat lingkungan yang dihadapinya akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerjanya, sehingga manajemen perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan organisasional bagi karyawan. Dengan menurunnya stres yang dialami karyawan tentu akan meningkatkan kesehatan dalam tubuh organisasi. Stres merupakan sebuah kondisi di mana seseorang dihadapkan pada konfrontasi antara kesempatan, hambatan, atau permintaan akan apa yang dia inginkan dan hasilnya dipersepsikan tidak pasti dan penting.

Produktivitas kerja karyawan baik, maka sebuah organisasi harus dapat memberikan fasilitas sebagai penunjang dalam menyelesaikan pekerjaan. Sarana dan prasarana itu antara lain adalah lingkungan kerja yang baik, baik itu lingkungan internal organisasi maupun lingkungan eksternal organisasi. Lingkungan kerja yang baik (sarana dan prasarana yang baik) atau buruk (tidak tersedianya sarana dan prasarana penunjang) dalam suatu organisasi secara langsung ataupun tidak langsung akan dapat mempengaruhi kinerja karyawan, misalnya lingkungan kerja yang jauh dari tempat tinggal karyawan dapat menyebabkan produktivitas kerja karyawan menjadi berkurang karena lelah

(32)

dalam menempuh perjalanan, lingkungan kerja yang kotor, lingkungan kerja yang tidak aman, lingkungan kerja yang tidak nyaman, suara bising, Hal ini semua dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan (Sastrohadiwiryo, 2003).

asi dan kedaaan kerja yang menimbulkan tenaga kerja memiliki semangat dan moral/gairah kerja yang tinggi, dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja sesuai dengan yang diharapkan.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Sasana Yudha Bhakti di desa Gunung Sari, kecamatan Tabang, kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 mulai pembuatan proposal, pengambilan data, pengolahan data, dan penyusunan tulisan.

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian diantaranya pulpen sebagai alat tulis, laptop sebagai pengolah data yang akan diperoleh, kertas sebagai alat untuk mencatat data.

C. Metode Penelitian

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari data primer dan data sekunder (kualitatif). Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden (objek penelitian). data primer dapat diperoleh melalui, kuesioner (kuantitatif). Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, data sekunder diperoleh melalui studi pustaka.

2. Analisis data

Analisis data yang digunakan adalah rating scale berdasarkan scala likert yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Riduwan, 2013).

Total skor = jumlah responden x jumlah item x skor tertinggi

(34)

3. Pengambilan data

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuisioner. Kuisioner diberikan kepada 30 responden.

Adapun persentase range secara kontinum dibuat kategori sebagai berikut (Riduwan, 2013).

0% 20% = Sangat tidak setuju 21% 40% = Tidak setuju 41% 60% = Kurang setuju 61% 80% = Setuju

81% 100% = Sangat setuju 4. Teknik Pengambilan Responden

Penelitian ini diambil berdasarkan yaitu responden ditingkat menajer, asisten produksi, mandor, karyawan produksi Crude Plam oil (CPO) pengolahan kelapa sawit.

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Sasana Yudha Bhakti, diperoleh data rekapitulasi dari 30 responden untuk Pengamatan Keselamatan dan Kesehatan kerja serta lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

A. Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Hasil Rekapitulasi Dari Tingkat Manager Responden Untuk Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dapat dilihat pada tabel 1. adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi dari Tingkat Manager responden diperoleh data Keselamatan dan Kesehatan kerja.

Pernyataan Jawab Total Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 - - - - 1 2 1 - - - - 1 3 1 - - - - 1 4 - 1 - - - 1 5 1 - - - - 1 6 1 - - - - 1 7 - 1 - - - 1 8 1 - - - - 1 9 - 1 - - - 1 10 1 - - - - 1 11 1 - - - - 1 12 1 - - - - 1 13 1 - - - - 1 Jumlah 10 3 - - - 13

Sumber : Data primer setelah diolah 2016.

Hasil rekapitulasi Tingkat Manager pada tabel 1, dapat diperoleh bahwa pernyataan dari responden Tingkat Manager yang dari keselamatan dan kesehatan kerja menunjukan responden tingkat manager yang paling banyak memilih sangat setuju dan setuju. Responden yang memilih sangat setuju berjumlah 10 dengan persentase 76,9%, untuk responden yang memilih setuju

(36)

berjumlah 3 dengan persentase 23,0%, untuk responden yang memilih kurang setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%, responden yang memilih tidak setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%, dan responden yang memilih sangat tidak setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%.

Dari 1. Responden Tingkat Manager yang diberikan kuesioner. Jumlah persentase tersebut dapat dilihat pada diagram 1.

Diagram 1. Persentase jawaban dari faktor keselamatan dan kesehatan kerja tingkat manager.

Hasil rekapitulasi yang diperoleh akan digunakan Rating Scale untuk Pengamatan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan perhitungan, didapat sebesar 95,3% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10) yang menunjukan penerapan sangat setuju, hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan.

Diagram 1 menunjukan bahwa mengamati penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja responden memilih sangat setuju dengan persentase 76,9%, dan yang memilih setuju dengan persentase 23,0% hasil ini menunjukan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja akan mencegah terjadinya kecelakaan kerja

76,9% 23,0% 0% 0% 0% 0 % 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 60 % 70 % 80 % 90 % SS S KS TS STS RESPONDEN

(37)

yang tidak diinginkan yang akan berpengaruh pada kinerja karyawan. Pada hasil perhitungan Rating Scale mendapatkan hasil 95,3% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10) yang berarti termasuk dalam katagori range sangat setuju untuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan.

Hasil Rekapitulasi Dari Tingkat Asisten Responden Untuk Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dapat dilihat pada tabel 2. adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi dari Tingkat Asisten 1 dan 2 responden diperoleh data Keselamatan dan Kesehatan kerja.

Pernyataan Jawab Total Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 1 - - - 2 2 1 1 - - - 2 3 1 1 - - - 4 1 1 - - - 2 5 1 1 - - - 2 6 1 1 - - - 2 7 1 1 - - - 2 8 1 1 - - - 2 9 1 1 - - - 2 10 1 1 - - - 2 11 1 1 - - - 2 12 1 1 - - - 2 13 1 1 - - - 2 Jumlah 13 13 - - - 26

Sumber : Data primer setelah diolah 2016

Hasil rekapitulasi tingkat asisten 1 dan 2 pada tabel 2, dapat diperoleh bahwa pernyataan dari responden tingkat asisten 1 dan 2 yang dari keselamatan dan kesehatan kerja menunjukan responden tingkat manager yang paling banyak memilih sangat setuju dan setuju. tingkat asisten Responden yang memilih sangat setuju berjumlah 13 dengan persentase 50%, untuk Asisten responden yang memilih setuju berjumlah 13 dengan persentase 50%, untuk responden yang memilih kurang setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%,

(38)

responden yang memilih tidak setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%, dan responden yang memilih sangat tidak setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%. Dari 2. responden Tingkat Asisten 1 dan 2 yang diberikan kuesioner. Jumlah

persentase tersebut dapat dilihat pada diagram 2.

.

Diagram 2. Persentase jawaban dari faktor Keselamatan dan Kesehatan kerja tingkat asisten

Hasil rekapitulasi yang diperoleh akan digunakan Rating Scale untuk pengamatan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan perhitungan, intrepretasi didapat sebesar 90% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 11) yang menunjukan penerapan sangat kuat, hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan.

Diagram 2 menunjukan bahwa Pengamatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja responden memilih sangat setuju dengan persentase 50%, dan yang memilih setuju dengan persentase 50% hasil ini menunjukan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja akan mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan yang akan berpengaruh pada kinerja karyawan. Pada hasil perhitungan Rating Scale mendapatkan hasil 90% (perhitungan dapat dilihat

50% 50% 0% 0% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% SS S KS TS STS RESPONDEN

(39)

pada lampiran 4) yang berarti termasuk dalam katagori range sangat kuat untuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan.

Hasil Rekapitulasi Dari Tingkat Mandor Responden Untuk Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dapat dilihat pada tabel 3. adalah sebagai berikut

Tabel 3. Rekapitulasi dari Tingkat Mandor responden diperoleh data Keselamatan dan Kesehatan kerja.

Pernyataan Jawab Total Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 1 - - - 2 2 1 1 - - - 2 3 1 1 - - - 4 2 - - - - 2 5 1 1 - - - 2 6 1 1 - - - 2 7 1 - 1 - - 2 8 2 - - - - 2 9 2 - - - - 2 10 - 2 - - - 2 11 1 - 1 - - 2 12 2 - - - 2 13 2 - - - - 2 Jumlah 17 7 2 - - 26

Sumber : Data primer setelah diolah 2016

Hasil rekapitulasi Tingkat Mandor 1 dan 2 pada tabel 2, dapat diperoleh bahwa pernyataan dari responden Tingkat Mando r 1 dan 2 yang dari keselamatan dan kesehatan kerja menunjukan responden tingkat manager yang paling banyak memilih sangat setuju dan setuju. Tingkat Mandor Responden yang memilih sangat setuju berjumlah 17 dengan persentase 65,3%, untuk Tingkat Mandor responden yang memilih setuju berjumlah 7 dengan persentase 26,9%, untuk responden yang memilih kurang setuju berjumlah 2 dengan persentase 7,6%, responden yang memilih tidak setuju

(40)

berjumlah 0 dengan persentase 0%, dan responden yang memilih sangat tidak setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%.

Dari 2 responden Tingkat Mandor 1 dan 2 yang diberikan kuesioner. Jumlah persentase tersebut dapat dilihat pada diagram 3.

Diagram 3. Persentase jawaban dari faktor keselamatan dan k esehatan kerja tingkat mandor.

Hasil rekapitulasi yang diperoleh akan digunakan Rating Scale untuk mengamati penerapan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan perhitungan, intrepretasi didapat sebesar 92,3% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 12) yang menunjukan penerapan sangat kuat, hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan,

65,4% 26,9% 7,6% 0,0% 0,0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% SS S KS TS STS RESPONDEN

(41)

Tabel 4. Rekapitulasi Dari Tingkat Karyawan Proses Produksi CPO Responden Diperoleh Data Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Pernyataan Jawab Total Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1 18 7 - - - 25 2 10 13 2 - - 25 3 14 10 - 1 - 25 4 16 7 2 - - 25 5 16 7 2 - - 25 6 19 6 - - - 25 7 12 12 1 - - 25 8 20 5 - - - 25 9 18 7 - - - 25 10 19 6 - - - 25 11 21 4 - - - 25 12 17 8 - 25 13 22 3 - 25 Jumlah 222 95 7 1 - 325

Sumber : Data primer setelah diolah 2016

Hasil rekapitulasi tingkat karyawan proses produksi pada tabel 4, dapat diperoleh bahwa pernyataan dari responden tingkat karyawan proses produksi dari keselamatan dan kesehatan kerja menunjukan responden Tingkat Karyawan yang paling banyak memilih sangat setuju dan setuju. Tingkat Tingkat Responden yang memilih sang at setuju berjumlah 222 dengan persentase 68,3%, untuk tingkat karyawan proses produksi CPO responden yang memilih setuju berjumlah 95 dengan persentase 29,3%, untuk responden yang memilih kurang setuju berjumlah 7 dengan persentase 2,1%, responden yang memilih tidak setuju berjumlah 1 dengan persentase 0,30%, dan responden yang memilih sangat tidak setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%.

(42)

Dari 25 responden Tingkat Karyawan Proses Produksi CPO yang diberikan kuesioner. Jumlah persentase tersebut dapat dilihat pada diagram 4.

Diagram 4. Persentase jawaban dari faktor keselamatan dan kesehatan kerja tingkat proses produksi CPO.

Diagram 4 menunjukan bahwa pengamatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja responden memilih sangat setuju dengan persentase 68,3%, dan yang memilih setuju dengan persentase 29,2% hasil ini menunjukan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja akan mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan yang akan berpengaruh pada kinerja karyawan. Pada hasil perhitungan Rating Scale mendapatkan hasil 93,2% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 13) yang berarti termasuk dalam katagori range sangat kuat untuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan. Manfaat keselamatan dan Kesehatan kerja bagi karyawan akan bekerja nyaman dan sehat karta faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terpenuhi dan diasuransikan sehinga karyawan memberikan kinerja yang terbaik dan perusahaan akan mendapatkan manfaatnya. Sehingga produktivitas terpenuhi

68,3% 29,3% 2,1% 0,3% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% SS S KS TS STS RESPONDEN

(43)

serta target dan kualitas perusahaan sendiri bisa meni ngkatkan kesejahteraan karyawan.

Pemahaman tentang K3 perlu dilakukan bagi setiap karyawan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat pelaksanaan kerja, gangguan kesehatan kerja mempunyai dampak ya ng terasa secara langsung dan yang tidak langsung, dampak secara langsung adalah gangguan kesehatan kerja yang dirasakan seketika itu juga oleh pekerja, sedang yang dimaksud dengan dampak secara tidak langsung adalah gangguan pada kesehatan yang dirasakan oleh pekerja setelah jangka waktu tertentu. Ketika gangguan kesehatan mulai terasa maka akan berpengaruh terhadap banyak aspek, salah satunya adalah turunnya produktivitas dari pekerja (Suaeb, 2009).

B. Faktor Lingkungan Kerja

Hasil rekapitulasi dari Tingkat Manager responden untuk lingkungan kerja dapat dilihat pada tabel 5 adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Rekapitulasi dari Tingkat manager responden diperoleh data lingkungan kerja. Pernyataan Jawab Total Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 - - - - - 2 1 - - - - - 3 1 - - - - 4 1 - - - - - 5 1 - - - - - 6 1 - - - - - 7 1 - - - - - 8 1 - - - - - 9 1 - - - - - 10 1 - - - - - Jumlah 10 - - - - 10

(44)

Tabel 5. faktor lingkungan kerja yang ada di PT. Sasana Yudha Bhakti, diperoleh persentase dari tabel rekapitulasi untuk yang memilih sangat setuju berjumlah 10 dengan persentase 100 %, yang memilih setuju berjumlah 0 deng persentase 0%, dan yang memilih kurang setuju dengan jumlah dengan persentase 0%.

Dari 1 kuiesioner Tingkat manager yang diberikan kepada responden, persentase jumlah faktor lingkungan kerja dapat dilihat pada diagram 5.

Diagram 5. Persentase jawaban dari faktor lingkungan kerja Tingkat Manager.

Hasil rekapitulasi yang diperoleh akan digunakan Rating Scale untuk mengetahui penerapan faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan perhitungan, intrepretasi didapat sebesar 100% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14) yang menunjukan faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan sangat setuju.

Diagram 5 menunjukan bahwa faktor lingkungan kerja responden memilih sangat setuju dengan persentase 100%, yang memilih setuju dengan persentase 0%, dan responden yang memilih kurang setuju dengan persentase 0%. hasil ini

100% 0% 0% 0% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% SS S KS TS SKS RESPONDEN

(45)

menunjukan bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh karyawan agar dapat menunjang kinerja karyawan. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan Rating Scale diperoleh hasil 100%

(perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14) yang berarti termasuk dalam katagori range sangat setuju untuk hubungan antara faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

Tabel 6. Rekapitulasi dari Tingkat Asisten responden diperoleh data lingkungan kerja Pernyataan Jawab Total Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1 2 - - - - - 2 2 - - - - - 3 2 - - - - 4 2 - - - - - 5 2 - - - - - 6 2 - - - - - 7 2 - - - - - 8 2 - - - - - 9 2 - - - - - 10 2 - - - - - Jumlah 20 - - - - 20

Sumber : Data primer setelah diolah. 2016.

Tabel 6. faktor lingkungan kerja yang ada di PT. Sasana Yudha Bhakti, diperoleh persentase dari tabel rekapitulasi untuk yang memilih sangat setuju berjumlah 20 dengan persentase 100 %, yang memilih setuju berjumlah 0 dengan persentase 0%, dan yang memilih kurang setuju dengan jumlah dengan persentase 0%.

(46)

Dari 1 kuiesioner Tingkat Asisten yang diberikan kepada responden, persentasejumlah faktor lingkungan kerja dapat dilihat pada diagram 6.

Diagram 5. Persentase jawaban dari faktor lingkungan kerja Tingkat Asisten.

Hasil rekapitulasi yang diperoleh akan digunakan Rating Scale untuk mengetahui penerapan faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan perhitungan, intrepretasi didapat sebesar 100% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 15) yang menunjukan faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan sangat setuju.

Diagram 6 menunjukan bahwa faktor lingkungan kerja responden memilih sangat setuju dengan persentase 100%, yang memilih setuju dengan persentase 0%, dan responden yang memilih k urang setuju dengan persentase 0%.

Hasil ini menunjukan bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh karyawan agar dapat menunjang kinerja karyawan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Rating Scale diperoleh hasil 100% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 15) yang berarti termasuk dalam

100% 100% 0% 0% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% SS S KS TS STS RESPONDEN

(47)

katagori range sangat setuju untuk hubungan antara faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

Tabel 7. Rekapitulasi dari Tingkat Mandor responden diperoleh data lingkungan kerja. Pernyataan Jawab Total Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1 2 - - - - - 2 1 1 - - - - 3 2 - - - - 4 2 - - - - - 5 1 1 - - - - 6 2 - - - - - 7 2 - - - - - 8 2 - - - - - 9 1 1 - - - - 10 2 - - - - - Jumlah 17 3 - - - 20

Sumber : Data primer setelah diolah. 2016.

Pada tabel 7. faktor lingkungan kerja yang ada di PT. Sasana Yudha Bhak ti, diperoleh persentase dari tabel rekapitulasi untuk yang memilih sangat setuju berjumlah 17 dengan persentase 85 %, yang memilih setuju berjumlah 3 dengan persentase 15%, dan yang memilih kurang setuju dengan jumlah dengan persentase 0%.

(48)

Dari 1 kuiesioner Tingkat Mandor yang diberikan kepada responden, persentase jumlah faktor lingkungan kerja dapat dilihat pada diagram 7.

Diagram 7. Persentase jawaban dari faktor lingkungan kerja Mandor

Hasil rekapitulasi yang diperoleh akan digunakan Rating Scale untuk mengetahui penerapan faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan perhitungan, intrepretasi didapat sebesar 98% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16) yang menunjukan faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan sangat setuju.

Diagram 7 menunjukan bahwa faktor lingkungan kerja responden memilih sangat setuju dengan persentase 85%, yang memilih setuju dengan persentase 15%, dan responden yang memilih kurang setuju dengan persentase 0%. hasil ini menunjukan bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh karyawan agar dapat menunjang kinerja karyawan. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan Rating Scale diperoleh hasil 98%

(perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16) yang berarti termasuk dalam 85% 15% 0% 0% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% SS S KS TS STS RESPONDEN

(49)

katagori range sangat kuat untuk hubungan antara faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

Tabel 8. Rekapitulasi dari Tingkat Karyawan Poses Produksi CPO responden diperoleh data lingkungan kerja

Pernyataan Jawab Total Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 1 17 8 - - - 25 2 14 10 1 - - 25 3 15 10 - - - 25 4 19 5 1 - - 25 5 18 7 - - - 25 6 17 6 2 - - 25 7 16 9 - - - 25 8 18 7 - - - 25 9 20 5 - - - 25 10 21 4 - - - 25 Jumlah 175 71 4 - - 250

Sumber : Data primer setelah diolah. 2016.

Pada tabel 8. faktor lingkungan kerja yang ada di PT. Sasana Yudha Bhakti, diperoleh persentase dari tabel rekapitulasi untuk yang memilih sangat setuju berjumlah 175 dengan persentase 70 %, yang memilih setuju berjumlah 71 dengan persentase 28,4 %, dan yang memilih kurang setuju dengan jumlah 4 dengan persentase 1,6 %.

(50)

Dari 1 kuiesioner Tingkat Karyawan Proses Produksi CPO yang diberikan kepada responden, persentase jumlah faktor lingkungan kerja dapat dilihat pada diagram 8.

Diagram 8. Persentase jawaban dari faktor lingkungan kerja tingkat karyawan proses produksi CPO.

Hasil rekapitulasi yang diperoleh akan digunakan Rating Scale untuk mengetahui penerapan faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan perhitungan, intrepretasi didapat sebesar 93,6% (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17) yang menunjukan faktor lingkungan kerja terhad ap kinerja karyawan sangat setuju.

Diagram 8 menunjukan bahwa faktor lingkungan kerj a responden memilih sangat setuju dengan persentase 70%, yang memilih setuju dengan persentase 28,4%, dan responden yang memilih kurang setuju dengan persentase 1,6%. hasil ini menunjukan bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh karyawan agar dapat menunjang kinerja karyawan. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan Rating Scale diperoleh hasil 93,6%

(perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17) yang berarti termasuk dalam 70% 28,40% 1,60% 0% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% SS S KS TS STS RESPONDEN

(51)

katagori range sangat Setuju untuk hubungan antara faktor lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

Lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting di dalam karyawan melakukan aktivitas bekerja. Dengan memperhatikan aspek lingkungan kerja yang baik atau menciptakan kondisi kerja kondusif akan yang mampu memberikan motivasi karyawan untuk bekerja dengan baik dan benar berdasarkan prosedur perusahaan, hal ini memberikan pengaruh terhadap semangat kerja /etos kerja karyawan. Pengertian lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan. Manfaat bagi karyawan akan lingkungan kerja dapat dikatakan baik apabila lingkungan kerja tersebut sehat, nyaman, aman dan menyenangkan bagi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya, lingkungan kerja didesain sedemikian rupa agar dapat tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan lingkungan. Lingkungan kerja yang menyenangkan dapat membuat para karyawan merasa betah dalam menyelesaikan pekerjaannya serta mampu mencapai suatu hasil yang optimal. Karyawan memberikan kinerja yang terbaik bagi perusahaan sehingga lingkungan kerja yang nyaman bisa tidak akan terjadinya resiko kecelakaan kerja dan juga bisa menentukan kualitas lingkungan kerja dan kualitas perusahaan kesejahteraan karyawan (Rahmawati, dkk, 2014).

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Sasana Yudha Bhakti dengan mensurvey Tingkat Manager 1, Tingkat Asisten 2, Tingkat Mandor 2 , Tingkat Karyawan 25 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor keselamatan dan kesehatan kerja dari Tingkat Manager diperoleh nilai 95,3%. Faktor keselamatan dan kesehatan kerja dari Tingkat Asisten diperoleh nilai 90%. Faktor keselamatan dan kesehatan kerja dari Tingkat Mandor diperoleh nilai 92,3%. Faktor keselamatan dan kesehatan kerja dari Tingkat Karyawan diperoleh nilai 93,2%. Standar SOP OHSAS 18001 :2007 2. Faktor lingk ungan kerja Tingkat manager diperoleh nilai 100Faktor

lingkungan kerja Tingkat Asisten diperoleh nilai 100%. Faktor lingkungan kerja Tingkat mandor diperoleh nilai 98%.Faktor lingkungan kerja Tingkat Karyawan diperoleh nilai 93,6%. Standar SOP OHSAS 18001 :2007.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Sasana Yudha Bhakti pada tingkat kebisingan alat pelindung diri (APD) yang digunakan masih terdapat kekurangan , sehingga diharapkan untuk kedepannya perlengkapan APD pada tingkat kebisingan perlu dilengkapi, salah satunya adalah penutup telinga (Ear Plug). Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan sejak dini sehingga tidak terjadi kecelakaaan dimasa yang akan datang dan terganggunya kesehatan yang dapat merugikan pekerja. Dan mengikuti Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai Standar SOP OHSAS 18001 :2007.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Adia, S. 2010. Gema Budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

http://www.4antum.wordpress.com/2014/11/14/gema-budaya-k3.html. Diakses 1 Agustus 2016.

Agus, T. 1989. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Argama, R. 2006. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai Komponen Jamsostek. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. Arianto, N.A.G. 2013. kedisiplinan lingkungan kerja dan budaya kerja terhadap

kinerja tenaga pengajar. Universitas islam nahdatul ulama Jepara. Dessler, G. 2007. Manajemen Personalia. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dewi, R. 2006. Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Hargiyarto, P. 2010. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan Kerja. http://www.eprints.uny.ac.id/1237/. Diakses 1 Agustus 2016.

Husni, L. 2005. Hukum Ketenaga kerjaan, Edisi Revisi. Penerbit PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Kartono, K. 1995. Manajemen Industri. Penerbit Rajawali, Bandung.

Luthan, F. 2006.Prilaku Organisasi. Yogjakarta :

Malthis, L. dan J.H. Jackson, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mangkunegara, P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Modjo, R. 2007. Modul Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

http://www.staff.ui.ac.id/internal/132096019/modul-promosi-kesehatan-dan-keselamatankerja.pdf. Diakses 1 Agustus 2016.

Nitisemito, A.S. (1991).Manajemen Personalia. Penerbit Ghalia, Jakarta.

Rika, A.H. 2009. Manajemen Pabrik Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan Efektifitas. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

(54)

Rahmawati, NP. Swasto, B. dan Prasetya, A. 2014. Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. .

Ranupandojo, H dan Husnan, S. 2002. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE-UGM.http://www.sucofindo.co.id/pelatihan-pelatihan-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3.html. Diakses 1 Agustus 2016.

Riduwan. 2013.Dasar-Dasar Stastistik. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sastrohadiwiryo. (2003). ManajemenTenaga Kerja Indonesia, Pendekatan Administratif dan Operasional. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Silalahi. 1995. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan Administrasi dan Operasional. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Veithzal, R. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Penerbit Rajagrafindo Persada, Jakarta.

(55)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGRI SAMARINDA

RAHASIA

KUESIONER PENELITIAN

MENGAMATI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DALAM PROSES PRODUKSI CPO PADA PT.SASANA YUDHA

BAKTI SATRIA OIL MILL & KERNEL CRUSHING PLANT ... Petunjuk pengisian:

1. Mohon berikan jawaban dari masing-masing pilihan yang tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang Bapak/Sdr pilih disertai dengan menulis secara singkat alasan mengapa Bapak/Sdr memilih jawaban tersebut. Petunjuk Pengisian:

2. Pilihan hendaknya seobjektif mungkin, karena kuisioner ini dapat digunakan secara optimal apabila seluruh pertanyaan terjawab, untuk itu harap diteliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.

IDENTITAS REPONDEN

1. No.

2. Tanggal/Bulan/Tahun : .../.../...

5. Masa Kerja : 6. Jenis Kelamin :

Laki-7. Unit Kerja : ...

Mengamati Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Proses Produksi CPO pada PT.SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL & KERNEL CRUSHING PLANT .

Pada bagian ini, Bapak/Ibu diminta membantu tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling tepat pada a, b, c, d, dan e.

(56)

Isi pilihan dengan tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan.

I. FAKTOR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Karyawan perlu memahami tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilaksanakan oleh perusahaan...

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam mencapai target yang ditetapkan oleh PT.Sasana Yudha Bakti Satria Oil Mill

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat pelaksanaan kegiatan...

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

4. Kesesuaian antara kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan dapat menghindari terjadinya kecelakaan kerja pada saat melaksanakan pekerjaan...

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

5. Beban kerja yang diberikan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya agar dapat menghindari terjadinya kecelakaan kerja...

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

Keterangan

Symbol Keterangan Nilai/Bobot

SS Sangat Setuju 5

S Setuju 4

KS Kurang Setuju 3

TS Tidak Setuju 2

(57)

6. Kondisi kesehatan dan pemenuhan gizi karyawan perlu diperhatikan oleh perusahaan

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

7. Prosedur pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PT.Sasana Yudha Bakti Satria Oil Mill dapat memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan...

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

8. Ketersediaan alat pelindung / pengaman pada saat melaksanakan pekerjaan dapat menghindari terjadinya kecelakaan kerja....

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

9. Tindakan pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat kerja perlu dilakukan kepada karyawan...

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

10. Tindakan perawatan dan penyembuhan kepada karyawan perlu dilakukan sebaik-baiknya agar karyawan merasa diperhatikan....

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

11. Kelengkapan peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat

diperlukan pada waktu pelaksanaan pekerjaan...

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

12. Pemahaman tentang penggunaan alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu dilaksanakan bagi setiap karyawan...

a. SS b. S c. KS d. TS e. STS

13. Tingkat keamanan pada saat bekerja dengan menggunakan alat pelindung diri sangat diperlukan oleh setiap karyawan....

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi dari Tingkat Manager responden diperoleh data  Keselamatan dan Kesehatan kerja
Diagram 1. Persentase jawaban dari faktor keselamatan dan kesehatan kerja                          tingkat manager
Tabel 2. Rekapitulasi dari Tingkat Asisten  1 dan 2  responden diperoleh data  Keselamatan dan Kesehatan kerja
Diagram 2. Persentase jawaban dari faktor Keselamatan dan Kesehatan                     kerja tingkat asisten
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini metode terse- but dignuakan untuk dapat mendapatkan suatu fakta mengenai adanya pemanfaatan sampah sebagai produk karena sampah meru- pakan salah satu fenomena

Sebelum penjurian, semua karya peserta yang masuk akan diperiksa oleh panitia penyelenggara pada tanggal 30-31 Agustus2016, untuk memastikan bahwa materi atau dokumen yang

1) Menyiapkan alat penimbangan bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur lingkar lengan atas untuk ibu hamil dan bayi/ anak, obat-obatan yang dibutuhkan

(2) Dalam rangka melaksanakan fungsi verifikasi sebagaimana dimaksud pada pasal 35, Komda Masyarakat Adat berwenang menerima pendaftaran, melakukan verifikasi

SUB DINAS PENYULUHAN SUB DINAS KONSERVASI TANAH DAN USAHA KEHUTANAN SUB DINAS PRODUKSI DAN USAHA PERKEBUNAN SEKSI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT SEKSI PERLINDUNGAN

Dari keempat jenis ikan Channidae tersebut di atas, kalau diurutkan berdasarkan panjang dan berat tubuh, maka dapat diurutkan sebagai berikut : urutan pertama,

Penolakan hasil uji hipotesis ini menunjukkan bahwa komitmen di dalam kerjasama antar UMKM berbasis logam di Waru, Sidoarjo untuk saat ini tidak terlalu diperhatikan sehingga tidak

[r]