• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab X kurikulum Pasal 37 ayat 1 dan ayat 2 bahwa pendidikan kewarganegaraan, dinyatakan sebagai berikut:

Ayat 1 menyatakan: Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,bahasa,matematika,ilmu pengetahuan alam,ilmu pengetahuan sosial,seni dan

budaya,pendidikan jasmani dan

olahraga,keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal. Ayat 2. Menyatakan: Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: pendidikan agama,pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa.

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Zamroni (dalam Taniredja, 2013:2) Pendidikan Kewarganegaraan adalah “Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga

(2)

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang wajib dipelajari dari pendidikan dasar sampai menengah. Sejalan dengan penyataan tersebut maka pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk mempersiapkan para generasi muda agar dapat memahami apa saja hak dan kewajiban yang dimiliki tiap-tiap individu dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan

dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Permendiknas No 22 tahun 2006).

(3)

3. Pendidikan Kewarganegaraan Tingkat Sekolah Tahun 2006

Berdasar Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dan sejalan dengan tiga fungsi pokok pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pengembangan warga negara yang demokratis, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic responsibillity) dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation).

Tiga kompetensi warga negara ini sejalan dengan tiga komponen kewarganegaraan yang baik, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter kewarganegaraan (civic dispositions). (Branson dalam Winarno, 2014:19). Warga negara yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang cerdas. Warga negara yang memiliki keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang partisipatif sedangkan warga negara yang memiliki karakter kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

(4)

Pendidikan Kewarganegaraan sekolah juga mengembangkan misi sebagai pendidikan bela negara, pendidikan HAM, pendidikan multikultural, pendidikan lingkungan hidup, pendidikan hukum dan pendidikan anti korupsi. Sebagai pendidikan bela negara, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara. Sebagai pendidikan HAM, Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses menyiapkan peserta didik untuk menghormati dan menegakkan hak asasi manusia sebagai sarana mencapai kesejahteraan hidup. Sebagai pendidikan multikultural, Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membina peserta didik memiliki kesadaran akan kemajemukan sosial bangsa Indonesia. Sebagai pendidikan lingkungan hidup, Pendidikan Kewarganegaraan menanamkan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan sebagai daya dukung kehidupan. Sebagai pendidikan hukum, Pendidikan Kewarganegaraan menanamkan kesadaran untuk taat pada hukum dan menyiapkan warga negara yang taat membayar pajak. Sebagai pendidikan anti korupsi, Pendidikan Kewarganegaraan menanamkan pentingnya kesadaran untuk tidak bersikap dan bertindak korupsi, kolusi dan nepotisme dikehidupan berbangsa dan bernegara. (Winarno, 2014:22).

Jurnal Gunawati menegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai memiliki esensi dan makna sebagai pendidikan moral, pendidikan akhlak atau pendidikan budi

(5)

pekerti yang semua itu bertujuan membentuk pribadi anak, agar menjadi warga negara yang baik. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu bahan ajar yang mengembangkan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup. Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan wargan negara yang sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik serta kepekaan mengembangkan jati diri moral dan bangsa dengan menjaga dan peduli lingkungan.

4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

a) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Winkel (dalam Sutikno, 2013:31) mengartikan bahwa pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik dengan memperhitungkan kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik. Sedangkan menurut Sadiman (dalam Sutikno, 2013:31) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar yang disusun dan direncanakan oleh guru untuk mendukung proses belajar agar kegiatan belajar tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan tertentu.

(6)

Menurut Skinner (dalam Dimyati, 2009:9) guru perlu memperhatikan dua hal penting yaitu 1) pemilihan stimulus yang diskriminatif dan 2) penggunaan penguatan.

b) Langkah-Langkah Pembelajaran

Berdasarkan teori kondisioning langkah pembelaharan sebagai berikut :

1. Mempelajari keadaan kelas, guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.

2. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah yang dijadikan penguat.

3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.

4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil atau tidak berhasil.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan tanggung jawab

(7)

peserta didik untuk itu pendidikan kewarganegaraan hendaknya diarahkan dengan tujuan untuk mencapai target hingga terjadinya artikulasi proses “belajar tentang, melalui proses, dan untuk menumbuhkan demokrasi konstitusional Indonesia sesuai dengan UUD 1995.

c) Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Cogan (dalam Winarno, 2014:71) menyatakan pembelajaran PKn merupakan proses pendidikan secara utuh dan meyeluruh terhadap pembentukan karakter individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Pembelajaran mencakup kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses manusia , juga mencakup kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan-bahan itu.

Masalah klasik yang dihadapi dalam pembelajaran PKn adalah guru memang sulit untuk melepaskan diri dari metode ceramah, ekspositori dan metode yang berbau indoktrinatif. Selain karena metode ini mudah dijalankan, bahan ajar PKn pada umumnya lebih bersifat hafalan dan lebih menekankan pada pengetahuan kewarganegaraan. Dalam Standar Isi 2006 dijelaskan bahwa Pkn atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dam mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

(8)

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Dalam hal tujuan, PKn di sekolah memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

d) Komponen Pendidikan Kewarganegaraan Dalam

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Komponen utama pendidikan kewarganegaraan yang perlu diajarkan kepada peserta didik mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan atau kecakapan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap atau watak kewarganegaraan (civic disposition). (Branson dalam Winatraputra dan Budimansyah, 2012:199) :

(9)

1. Pembelajaran PKn untuk Civic Knowledge

Penting bagi guru untuk memahami bagaimana menentukan dan mendesain model pembelajaran yang mampu mengembnagkan pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan (civic knowledge). Atau dengan kata lain bagaimana merancang pendekatan, strategi, metode, maupun teknik yang dapat mengembangkan ranah kognitif siswa.

Model pembelajaran PKn harus disesuaikan dengan tujuan mata pelajaran PKn, yaitu agar siswa mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif; berpartisipasi secara aktif dan bertaggung jawab dan bertindak secara cerdas; berkembang secara positif dan demokratis dan mampu berinterkasi dalam hubungan antar warga. Menganalisis tujuan di atas, maka mempertegas pemahaman kita bahwa hakikat pembelajaran PKn adalah wahana pengembangan berpikir kritis, artinya pembelajaran dimaknai sebagai proses pengembangan berpikir kritis peserta didik bukan pembelajaran yang berisi hafalan.(Winarno, 2013:125-126) 2. Pembelajaran PKn untuk Civic Skills

Kecendurungan pembelajaran PKn yang hanya berorientasi pada pemahaman akan civic knowledge perlu diubah, apalagi sebatas mengajarkan konsep-konsep keilmuan PKn yang sifatnya hafalan. Oleh karena itu, orientasi pada

(10)

civic knowledge harus dilanjutkan pada pengembangan sub ranah intellectual civic skills sebab pada dasarnya cognitive/intellectual civic skills tidak dapat dipisahkan dengan

civic knowledge. Contohnya jika guru PKn ingin

membelajarkan cara-cara memengaruhi kebijakan publik, maka peserta terlebih dahulu perlu dipahamkan konsep kebijakan publik. Akan tetapi jika guru hanya memberikan pengertian dan pemahaman tentang apa itu kebijakan belum tentu siswa memliki intellectual civic skills.

Keterampilan kewarganegaraan bukanlah hanya keterampilan fisik, tetapi lebih pada keterampilan berpartisipasi pada kehidupan publik sebagai bentuk dari tanggung jawab kewarganegaraannya. Untuk mengembangkan keterampilan tersebut maka memuat tahap-tahap : pertama , merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai ; kedua , merumuskan materi PKn yang nantinya akan dijadikan bahan belajar ; ketiga , merumuskan model sekaligus didalamnya metode pembelajaran yang sesuai ; keempat, mengembangkan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi dan mengarah pada pencapaian tujuan ; kelima , mengembangkan alat evaluasi yang mampu mengukur ketercapaian civic skills peserta didik. (Winarno, 2013:166-168).

(11)

3. Pembelajaran PKn untuk Civic Disposition

Civic Disposition atau watak kewarganegaraan

menunjuk pada karakter public maupun karakter privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Watak kewarganegaraan berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-organisasi civil society. Karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap hsrkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting yaitu kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main, berpikir kritis dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan sukses. Kegiatan seperti dibawah ini dapat mengarahkan pada peningkatan karakter publik dan privat peserta didik secara efektif :

(a) Kegiatan belajar yang koperatif di dalam pertemuan kelas (class meeting), dewan pelajar (student council), simulasi dengar pendapat publik, simulasi pemilu, simulasi sidang pengadilan, dan muktamar pelajar dapat mengembangkan karakter yang sopan santun, keperwiraan, disiplin pribadi,

(12)

ketekunan, kepedeulian terhadap kepentinga umum, dan menghormati orang lain.

(b) Proyek belajar pelayanan masyarakat, seperti membantu mengajari peserta didik yang lebih muda, merawat lingkungan sekolah, partisipasi dalam kepanitian pemilu dapat mengembangkan karakter disiplin pribadi, tepat waktu, menghargai orang lain, santun dan sebagainya.

(c) Kegiatan hari besar nasional dan perayaan atas prestasi teman dapat mengembangkan karakter pengenalan nilai-nilai bersama dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar.

(d) Diskusi-diskusi yang teratur mengenai masalah aktual dapat meningkatkan karakter kepedulian terhadap masyarkat sekitar. (e) Kerjasama sekolah dengan institusi lain, mendatangkan tokoh

masyarakat ke sekolah dan sejenisnya dapat mengembangkan kepekaan kewarganegaraan. (Winarno, 2013:177,183).

B. Tinjauan Tentang Karakter Peduli Lingkungan 1. Pengertian Karakter

Beberapa pengertian karakter yang diungkapkan oleh beberapa tokoh. (Samani: 2012: 41) mengungkapkan bahwa:

“Karakter dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya,

(13)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan karakter adalah tingkah laku, akhlak dan watak yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Samani dan Hariyanto (2012:43) karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan yang membedakannya dengan orang lain serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut (Kesuma, Dharma dkk; 2011: 11) karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku tersebut.

Menurut (Salahudin: 2013: 44) mengungkapkan bahwa:

“Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuat.”

Jadi dari pernyataan tentang karakter diatas dapat disimpulkan bahwa ciri khas yang berbeda antar invidu satu dengan lainnya yang diterapkan dalam perilakunya sehari-hari untuk kehidupan dalam lingkungan masyarakat.

(14)

2. Pengertian Lingkungan

Istilah lingkungan hidup terdapat pada pasal 1 ayat 1 Undang-undang No.32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dirumuskan sebagai berikut :

“Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

Menurut Soemartono (2004:17) Lingkungan hidup adalah ruang dimana baik makhluk hidup maupun tak hidup berada dalam satu kesatuan, dan saling berinterkasi baik secara fisik maupun non fisik, sehingga mempengaruhi kelangsungan kehidupan makhluk hidup tersebut, khususnya manusia. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar kita yang saling mempengaruhi baik untuk benda hidup maupun mati. Lingkungan juga harus senantiasa dilestarikan untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan.

3. Pentingnya Karakter Peduli Lingkungan Peserta Didik di Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan dalam masyarakat yang memiliki tanggung jawab memberikan pendidikan yang baik bagi peserta didik, hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Listyarti (2012:2) bahwa pendidikan adalah proses untuk mengubah jati diri seseorang peserta didik untuk lebih maju. Untuk itu

(15)

pembentukan karakter merupakan salah satu tanggung jawab sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan. Jurnal Rahmelia,dkk mengatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya harus dimaknai sebagai proses belajar mengajara yang lebih dari sekedar kegaitan guru dan siswa di kelas secara tertutup. Pembelajaran yang ideal dewasa ini mencakup kegiatan belajar mengajar yang turut serta menanamkan aspek moral ke dalam jiwa peserta didik dalam rangka pembentukan watak kewarganegaraa.

Interaktif edukatif berbasis moralitas sangat dibutuhkan peserta didik. Hal ini mengingat kebutuhan kompetensi masa depan peserta didik sebagaimana diperinci dalam permendikbud No 81A Tahun 2013 tenteng implementasi Kurikulum, sebagai berikut:

“Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minat dan peduli terhadap lingkungan.”

Pusat Kurikulum dalam (Samani dan Haryanto, 2012: 9) menyarankan implementasi pendidikan karakter hendaknya dimulai dari nilai esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan seseuai kondisi masing-masing sekolah misalnya bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun. Selain itu, agar sikap peduli lingkungan dapat terbentuk,

(16)

kreatif, tangkas, rajin bekerja dan punya tanggung jawab. Oleh karena itu, sikap peduli lingkungan yang dilakukan secara terus-menerus dapat membentuk karakter peduli lingkungan.

Jurnal Al-Anwari menegaskan bahwa pendidikan lingkungan adalah sebuah kebutuhan yang tak terelakan bila kita ingin mewujudkan masyarakat madani seperti yang dicita-citakan. Dan yang paling penting digaris bawahi bahwa pendidikan lingkungan memiliki misi untuk membentuk karakter manusia dimuka bumi. Sesuai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peduli lingkungan perlu diterapkan dalam masyarakat terutama kepada peserta didik karena guna menciptakan generasi yang dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup.

4. Indikator Peduli Lingkungan

Adanya deskripsi dan indikator nilai peduli lingkungan akan mempermudah menyusun kegiatan yang akan disusun dalam pelaksanaan nilai peduli lingkungan di sekolah. (Samani dan Hariyanto, 2012 : 41) membagi sikap dan perilaku menjadi lima jangkauan sebagai berikut : (i) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, (ii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, (iii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, (iv) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, dan (v) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.

(17)

. Samani dan Hariyanto. (2012 : 41) mengemukakan bahwa sikap peduli lingkungan adalah sikap berhubungan dengan alam sekitar sehingga jika dikaitkan dengan jangkauan tersebut dapat digolongkan menjadi jangakaun poin kelima (v) yaitu sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar. . (Samani dan Hariyanto, 2012 : 114) juga mengelompokkan nilai-nilai dengan melihat hubungan nilai-nilai tersebut dengan kewajiban terhadap Tuhan Sang Maha Pencipta, dengan kewajiban terhadap diri sendiri, dengan kewajiban terhadap keluarga, dengan kewajiban terhadap masyarakat dan bangsa, dan juga dengan kewajiban terhadap alam lingkungan. Sikap peduli lingkungan merupakan kewajiban terhadap alam lingkungan. Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki kewajiban terhadap alam lingkungan untuk terus menjaga, melestarikan dan mencegah adanya kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Adapun nilai-nilai terhadap alam lingkungan adalah perhatian (attentiveness), kesediaan (availability), kepedulian (careness), kewarganegaraan (citizenship or civic), komitmen (commitment), keberanian (courage), keingintahuan (courisity), kritis (critical), dapat diandalkan (dependability), kerajinan (diligence), daya upaya atau usaha (effort), keadilan (justice), kelembutan hati (meekness), moderasi atau suka hal yang sedang-sedang (moderation), kerapian (oderliness), sifat menghormat/menghargai, menghargai lingkungan

(18)

(respect for environment), menghargai kesehatan (respect for healt), pertanggungjawaban (responsibility), amanah atau dapat dipercaya (trusworthiness), kearifan atau kebijakan (wisdom). Penanaman nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan dalam pembelajaran. Namun nilai-nilai tersebut tidak semuanya dapat diimplemetasikan dalam kegiatan pembelajaran.

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas Dalam Pengembangan Nilai Peduli Lingkungan

Nilai Deskripsi Indikator Sekolah Indikator Kelas Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

a. Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. b. Tersedianya tempat pembuangan sampah dan tempat cuci a. Memelihara lingkungan kelas. b. Tersedianya tempat pembuangan sampah di dalam kelas. c. Pembiasaan hemat energi. d. Memasang stiker

(19)

tangan. c. Menyediakan kamar mandi dan air bersih. d. Pembiasaan hemat energi. e. Membuat biopori di area sekolah. f. Terdapat saluran pembuangan air limbah dengan baik. g. Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik. h. Menyediakan peralatan perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap

ruangan apabila selesai digunakan.

(20)

kebersihan. i. Membuat tendon penyimpanan air j. Memprogam kan cinta bersih lingkungan. Sumber : Kemendiknas k. Kerangka Berpikir

Banyak peserta didik yang masih kurang peduli terhadap lingkungan sekolah SMP Negeri 3 Kalibagor

Peran pembelajaran PKn dalam meningkatkan peduli lingkungan peserta didik SMP Negeri 3 Kalibagor melalui komponen-komponen PKn :

Civic Disposittion Civic Skills Civic Knowledge

(21)

Hasil yang diharapkan adalah peserta didik SMP Negeri 3 Kalibagor lebih peduli terhadap lingkungannya, dalam hal ini adalah lingkungan sekolah.

l. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian Indry Permana (2012) dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Project Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap kesadaran lingkungan siswa (Studi Ekperimen Kuasi di SMPN 2 Manggar Belitung Timur) jika dikaitkan dengan penelitian ini maka kesimpulannya bahwa lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan motivasi peserta didik. Hal ini juga sudah diamanatkan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun dalam kenyataanya pada saat ini di lingkungan pendidikan masih mengutamakan pencapaian tujuan untuk menjadikan peserta didik pintar secara akademik yang menekankan pada kecerdasaan intelegensia. Penilaian peserta didik hanya lebih diutamakan pada angka-angka akademik saja.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai tugas membentuk perilaku dan kepribadian

(22)

serta membina sikap dan moral peserta didik yang sudah menjadi bagian integral dalam menunaikan tugasnya sehari-hari untuk mengembangkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran PKn dalam pelaksanaanya perlu diadakan strategi baru yang memanfaatkan lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran agar pembelajaran lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dapat tercapai.

Gambar

Tabel  1.  Indikator  Keberhasilan  Sekolah  dan  Kelas  Dalam  Pengembangan Nilai Peduli Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

It includes the characteristics of the Institutional Profile of Teacher Education Institutions (TEIs) in the Bicol Region in terms of curricular program

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukan: (1) Tingkat kedisiplin diri para siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 terhadap tata tertib sekolah

This study is entitled Anne Frank’s Motivation in Giving Responses to the Conflicts Appearing during Her Hiding as Seen in Anne Frank’s The Diary of a Young Girl.. It deals with

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kecambah kacang hijau pada formulasi flakes terhadap sifat fisik, kimia dan sensori dalam

Masalah yang kedua adalah “Topik -topik bimbingan kelompok apakah yang tepat untuk meningkatkan atau mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas XI..

Seorang guru atau ulama adalah orang yang menempatkan cita-cita teragung dan termulia tersebut di depan muridnya (Ali, 2005: 62). Al-Ghazali sangat mengagungkan posisi

Ketiga, pemaknaan para informan dari SMA Stece Bantul dan Stece 2 Yogyakarta kelas XII terhadap Peristiwa G30S yang sudah menjadi learned memory bagi mereka di masa kini

Sedangkan Fabri 3 (1990) mengatakan bahwa pertimbangan orang menjadikan wilayah pesisir sebagai daerah wisata dan rekreasi adalah karena wilayah pesisir memiliki