• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kedisplinan terhadap tata tertib siswa kelas V sekolah dasar Pangudi Luhur Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat kedisplinan terhadap tata tertib siswa kelas V sekolah dasar Pangudi Luhur Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

i

SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR DON BOSKO

SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Bimbingan dan Konseling.

Disusun Oleh :

Zabrina Wibowo

06 1114 030

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

KELAS V SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR DON BOSKO

SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh :

Zabrina Wibowo

NIM : 06 1114 030

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

Dr. Gendon Barus, M.Si.

(3)

iii

KELAS V SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR DON BOSKO

SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Zabrina Wibowo NIM : 06 1114 030

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 22 September 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. MM. Sri Hastuti, M.Si. ---

Sekretaris : A. Setyandari S.Pd, S.Psi., Psikolog.,M.A. ---

Anggota : Dr. Gendon Barus, M.Si. ---

Anggota : Drs. MJ. Retno Priyani, M.Si ---

Yogyakarta, 22 September 2010

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Karena itu Aku berkata kepadamu : apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

(Markus 11:24)

Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan bersorak sorai.

(Mazmur 92:5)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku. ( Filipi 4:13)

Dengan penuh cinta kasih kupersembahkan skripsi ini kepada :

Tuhan Yesus yang selalu memberi penguatan, kemampuan berfikir

dan semangat dalam menyelesaikan segala tanggung jawabku.

Tiga lelaki terhebat dalam hidupku, Papa tercinta Bpk. Eko Tjiptono

Wibowo, Kakakku tersayang Eldo Wibowo dan Sebastian Wibowo.

Almamaterku tempat bertumbuh dan berkembang Universitas Sanata

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, September 2010

Penulis,

(6)

vi

TINGKAT KEDISIPLINAN TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH

SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR DON

BOSKO SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010

Zabrina Wibowo 06 1114 030

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat kedisiplin siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 terhadap tata tertib sekolah. Aspek yang diteliti adalah bagaimanakah tingkat kedisiplin siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 terhadap tata tertib sekolah ? Kemudian, berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, peneliti merumuskan topik-topik bimbingan klasikal apa saja yang perlu diberikan kepada para siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 ? Tingkat kedisiplin para siswa dikelompokan dalam empat kategori, yaitu tinggi, cukup, sedang, dan rendah.

Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah 82 orang. Penelitian ini mengambil metode satu kali penyebaran angket dengan system try-out terpakai. Alat pengumpul data yang digunakan meliputi angket tingkat disiplin diri para siswa yang terdiri dari 70 item dan dibagi dalam sepuluh aspek, yaitu aspek waktu belajar, waktu istirahat, pakaian seragam, proses kegiatan belajar mengajar, kehadiran siswa, kebersihan, sopan santun, keuangan, perpustakaan, dan kegiatan lain. Kuesioner ini disusun berdasarkan buku panduan sekolah SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010.

(7)

vii

THE DISCIPLINE LEVEL OF FIFTH GRADERS TOWARD THE

SCHOOL RULES AT PANGUDI LUHUR DON BOSKO SEMARANG

IN 2009/2010

Zabrina Wibowo 06 1114 030

This research a descriptive research using the survey method. The aim of this research is to gather information concerning the students’ discipline level of Grade V at SD PL Don Bosko (PL Don Bosko Elementary School) Semarang in 2009/2010 school year toward school discipline. The investigated aspects involved is (1) how is the students’ discipline level of Grade V at SD PL Don Bosko Semarang in 2009/2010 school year on school discipline? Based on the research results conducted, the research formulates the given topics of classical guidance that should be provided for students of Grade V at SD PL Don Bosko Semarang in 2009/2010 school year. The students’ discipline levels were divided into four categories, namely, high, fair, moderate, and low.

The research population involved 82 students of Grade V at SD PL Don Bosko Semarang in 2009/2010 school year. This research adopted one time questionnaire distribution method with applied try-out system. Data collection instruments involved questionnaires on students’ discipline level consisting of 70 items which were divided into ten aspects consisting of study time, break time, uniform, teaching learning process, students’ presence, cleanliness, politeness, finance, library, and other programs. These questionnaires were developed based on the school’s guidance book available at the SD PL Don Bosko Semarang in 2009/2010 school year.

(8)
(9)

ix

Puji syukur dipanjatkan kepada Bapa di surga, Juruselamatku Yesus Kristus atas segala rahmat dan karuni-Nya, penulis dapat belajar di perguruan tinggi dan diselesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dari awal penyusunan sampai penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma atas pengesahan skripsi ini.

2. Dr. M.M. Sri Hastuti,M. Si, selaku Ketua Progam Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Br. Triyono, S.J, S.S., M.S., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan kesabaran untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta koreksi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Wens Tanlain, M. Pd dan Br. Triyono, S.J, S.S., M.S., selaku dosen pembimbing akademik yang telah menuntun dan mengarahkan selama studi di Universitas Sanata Dharma.

(10)

x

6. Kepala Sekolah SD PL Don Bosko, siswa-siswa kelas V SD PL Don Bosko atas waktu, kesempatan serta penerimaannya untuk melakukan penelitian di almamater tercinta.

7. Papa tersayang, Bpk. Eko Tjiptono Wibowo atas kasih sayang, cinta, perhatian, dan segala dukungan baik doa maupun materil serta selalu menuntun saya untuk terus bertumbuh dan menjadi dewasa.

8. Mama, Ibu Yunni Dwi Asmartyn atas dukungan dan doanya.

9. Kakak-kakak ku tercinta, Eldo Wibowo dan Sebastian Wibowo, atas segala dukungan, perhatian, penghiburan dan kasih sayang untuk selalu mendukung harapanku.

10.Sahabat Charisma Mayang Sari atas segala bantuan, dukungan, perhatian dan cinta yang selalu membuat aku bertambah semangat.

11.Oma Isye tersayang untuk doa yang terus diberikan.

12.Om Atjil Tjiptadi Wibowo, Trijono Wibowo, Tante Agnes, dan Tante Susan untuk segala masukan dan doanya.

13.Seluruh sahabat-sahabatku teman angkatan 2006 Progam Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma atas kebersamaan, sukacita, pembelajaran yang didapatkan bersama untuk terus bertumbuh dan berkembang.

(11)

xi

mengharapkan saran dan kritik untuk terus memperkembangkan pengetahuan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang telah membacanya.

(12)

xii

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 4

E. Definisi Operasional Variabel 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

A. Masalah Disiplin 7

1. Pengertian Disiplin 7

2. Unsur-Unsur Disiplin 9

(13)

xiii

5. Menumbuhkan Disiplin Siswa 13

6. Manfaat Disiplin 14

7. Kaitan Antara Sikap Disiplin Dengan Empat Bidang 18 Perkembangan Anak : Pribadi, Sosial, Karier, dan Belajar

8. Cara Mendisiplinkan Anak 19

B. Tata Tertib Sekolah 25

1. Pengertian Tata Tertib 26

2. Macam-Macam Tata tertib Sekolah 27

3. Bidang-Bidang Peraturan Sekolah 27

C. Kaitan Disiplin dan Tata Tertib Sekolah 28

D. Progam Bimbingan 29

1. Pengertian Bimbingan 30

2. Tujuan Bimbingan 32

3. Progam Bimbingan Di Sekolah Dasar 34

4. Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SD 36

5. Pengertian Bimbingan Klasikal 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44

A. Jenis Penelitian 44

B. Populasi Penelitian 44

C. Instrumen Penelitian 44

D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 46

(14)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53

A. Hasil Penelitian 53

1. Tingkat Disiplin Siswa Kelas V SD PL Don Bosko Tahun 53 Ajaran 2009/2010 Terhadap Tata Tertib Sekolah

B. Pembahasan Hasil Penelitian 59

C. Topik-topik bimbingan klasikal yang perlu diberikan kepada para 63 siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010

BAB V PENUTUP 66

A. Ringkasan 66

B. Kesimpulan 67

C. Saran 69

D. Keterbatasan Penelitian 69

DAFTAR PUSTAKA 70

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel kisi-kisi angket 45

Tabel 2 T abel skoring tingkat kedisiplinan siswa terhadap tata tertib 46 Tabel 3 Tabel kisi-kisi angket setelah uji validitas 48 Tabel 4 Tabel koefisiensi korelasi dan reliabilitas 49 Tabel 5 Jadwal penelitian dan jumlah siswa 51 Tabel 6 Tabel tingkat sisiplin diri para siswa kelas V SD PL Don 54

Bosko tahun ajaran 2009/2010 terhadap tata tertib sekolah

Tabel 7 Tabel tingkat disiplin diri siswa kelas V SD PL Don Bosko 55 Semarang tahun ajaran 2009/2010 terhadap Peraturan sekolah

dilihat dari tiap aspek.

Tabel 8 Tabel tingkat disiplin siswa SD PL Don Bosko Semarang 58 tahun ajaran 2009/2010 terhadap tata tertib sekolah diurutkan

dari tingkat tertinggi sampai terendah.

(16)

xvi

Lampiran 1 Tata Tertib SD PL Don Bosko Semarang 73 Lampiran 2 Peraturan/ Larangan Siswa SD PL Don Bosko Semarang 77 Lampiran 3 Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Siswa Kelas V SD PL Don 80

Bosko Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 Terhadap Tata Tertib Sekolah.

Lampiran 4 Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Siswa Kelas V SD PL Don 87 Bosko Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 Terhadap Tata Tertib Sekolah (setelah uji validitas).

Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian Tingkat Kedisiplinan Siswa Kelas V SD PL 90 Don Bosko Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 Terhadap Tata Tertib Sekolah.

Lampiran 6 Uji Validitas dengan progam SPSS versi 12.00 106 Lampiran 7 Tabulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Kedisiplinan Siswa 107

Kelas V SD PL Don Bosko Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 Terhadap Tata Tertib Sekolah.

Lampiran 8 Perhitungan Gasal Genap 119

Lampiran 9 Hasil Perhitungan Daya Beda 121

Lampiran 10 Kategori Tingkat Kedisiplin Para Siswa 123 Lampiran 11 Perhitungan Presentase Tingkat Disiplin Tiap Aspek 124

Lampiran 12 Kategori Jenjang (Ordinal) 125

Lampiran 13 Garis-Garis Besar Progam Pelayanan Bimbingan Klasikal 126 Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma 134

Lampiran 15 Surat Keterangan Validitas Isi 135

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedisiplinan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh ada dan tidaknya kedisiplinan yang warga masyarakatnya. Bisa kita bayangkan apabila di dalam kehidupan ini tidak ada keteraturan maka kehidupan pun akan menjadi berantakan dan tidak terkendali, maka dibuatlah peraturan-peraturan untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian di masyarakat.

Kedisiplinan juga merupakan salah satu aspek kemajuan kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa. Banyak tingkat kemajuan suatu bangsa dapat dicapai karena faktor kedisiplinan yang sangat diperhatikan.

Semua orang menginginkan keberhasilan belajar setiap siswa. Oleh karena itu, sekolah perlu mengusahakan terciptanya suasana belajar mengajar yang kondusif. Menanamkan disiplin adalah salah satu usaha yang dilakukan sekolah demi keberhasilan para siswa.

(18)

Disiplin sangat penting bagi perkembangan anak-anak baik dalam bidang personal, karier, belajar maupun sosial. Bila tidak ada kedisiplinan maka semua aspek tersebut tidak akan berkembang dengan baik, sebab salah satu faktor yang menentukan keberhasilan adalah sikap disiplin. Pada masa usia sekolah awal inilah anak mulai membangun relasi dengan orang-orang baru, belajar bekerja sama, menyesuaikan diri, menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. Apabila kedisiplinan tidak diterapkan dan dijadikan kebiasaan sejak usia dini, anak akan mengalami kesulitan dalam proses perkembangan.

Faktor disiplin pun menjadi sebuah kebiasaan yang dibawa oleh lingkungannya. Pada masa anak-anak, faktor yang sangat mempengaruhinya adalah faktor lingkungan, bukan hanya rumah namun juga sekolah. Peran keluarga sangatlah penting untuk membentuk anak-anak memiliki sikap disiplin. Keluarga adalah tempat pendidikan anak yang pertama. Sikap dan sifat disiplin orang tua menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya.

(19)

Kedisiplinan pun bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk menunjukkan kualitas sebuah sekolah. Sekolah yang memiliki kedisiplinan tinggi, akan dipercaya orang tua murid. Tantangan sekolah dan pendidikan pada masa kini adalah kurangnya disiplin. Anak-anak cenderung sulit untuk diarahakan dan dididik. Situasi ini diperburuk dengan adanya lingkungan yang ada kurang mendukung. Akibatnya, meskipun memiliki potensi yang tinggi, kadang-kadang anak menghadapi berbagai kesulitan meraih prestasi. Kedisiplinan perlu ditanamkan sejak dini, baik di sekolah maupun di rumah.

Kepala SD PL Don Bosko Semarang pun mengatakan bahwa kedisiplinan sangat penting diterapkan bagi para siswa, karena dengan adanya kedisiplinan ini diharapkan terciptanya suatu keteraturan, kebiasaan baik dalam diri anak, peningkatan mutu sekolah. Pembentukan karakter anak serta kedisiplinan menjadi salah satu misi dan aspek yang perlu dikembangan dalam profil siswa SD Don Bosko Semarang.

(20)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kedisiplinan diri siswa kelas V SD PL Don Bosko tahun ajaran 2009/2010 sesuai dengan tata tertib sekolah ?

2. Apa saja permasalahan kedisiplinan siswa kelas V SD PL Don Bosko tahun ajaran 2009/2010 ?

3. Topik-topik bimbingan apa yang perlu diberikan kepada para siswa kelas V SD PL Don Bosko tahun ajaran 2009/2010 sesuai dengan tingkat dan permasalahan kedisiplinan yang dihadapi ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui tingkat kedisiplinan diri siswa kelas V SD PL Don Bosko Tahun Ajaran 2009/2010 Terhadap Tata Tertib Sekolah.

2. Mengetahui jenis permasalahan kedisiplinan siswa kelas V SD PL Don Bosko Tahun Ajaran 2009/2010 Terhadap Tata Tertib Sekolah.

3. Mengetahui topik-topik bimbingan klasikal yang perlu diberikan kepada para siswa kelas V SD PL Don Bosko Tahun Ajaran 2009/2010 Terhadap Tata Tertib Sekolah.

D. Manfaat Penelitian

(21)

Kepala sekolah dapat memperoleh informasi mengenai tingkat dan permasalahan kedisiplinan siswa sesuai dengan tata tertib sekolah. Informasi ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas disiplin sekolah.

2. Guru

Guru mendapatkan informasi mengenai tingkat kedisiplinan para siswa. Informasi ini berguna untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas dan mutu pendampingan karakter siswa baik akademik maupun kepribadian. 3. Peneliti

Mendapat informasi yang berkaitan dengan permasalahan kedisiplinan para siswa dan ini menjadi hal yang sangat bermanfaat dalam mempersiapkan kecakapan bekerja di lembaga pendidikan pada umumnya dan sebagai guru BK pada khususnya.

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan norma yang telah ditetapkan di sekolah sebagaimana dirumuskan dalam buku panduan SD PL Don Bosko Semarang. 2. Tingkat kedisiplin adalah tinggi rendahya kedisiplinan sebagaimana terungkap

(22)

3. Tata tertib adalah ketentuan dan peraturan yang sudah ditetapkan dalam buku panduan SD PL Don Bosko Semarang.

4. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang Tahun Ajaran 2009/2010.

(23)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini meninjau dan menguraikan salah satu faktor kehidupan yang penting yaitu disiplin. Hal-hal yang akan dibahas meliputi masalah disiplin dan tata tertib di sekolah. Kemudian mencari kaitan antara kedisiplinan, tata tertib sekolah dan progam bimbingan dan konseling untuk anak Sekolah Dasar (SD).

A. Masalah Disiplin

Disiplin merupakan segi kehidupan yang sangat penting. Karena tidak mungkin ada masyarakat yang teratur tanpa adanya kedisiplinan. Kedisiplinan juga menjadi faktor penting dalam membangun kehidupan sekolah. Sekolah yang berkualitas dan bermutu selalu menekankan sikap disiplin para siswa. Kedisiplinan akan ditinjau dari segi pengertian, unsur-unsur disiplin, menumbuhkan disiplin, manfaat disiplin, dan cara mendisiplinkan anak.

1. Pengertian Disiplin

Kata disiplin dalam bahasa Inggris (discipline), berarti melatih bertindak sesuai dengan aturan-aturan (Suwondo, 2005). Tindakan melatih tersebut berlaku baik bagi manusia maupun binatang. Disiplin juga berkaitan dengan kata discipul

(24)

Wantah (2005) disiplin dimengerti sebagai cara untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri. Sementara itu Rachman (1998: 168) mengatakan bahwa disiplin pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang didukung kesadaran untuk menuaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan. Menurut Hurlock (1978: 82) disiplin berasal dari kata yang sama dengan ”discipline,” yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin, dalam hal ini adalah guru dan orang tua.

(25)

kedisiplinan selalu berkaitan dengan peraturan, pemimpin, dan ketertiban organisasi.

2.Unsur-Unsur Disiplin

Disiplin diri adalah perilaku yang sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial tempat seorang individu berada. Menurut Hurlock (1978: 84-91) disiplin memiliki 4 unsur, yakni peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam penerapan peraturan, hukuman untuk menegakan peraturan, dan penghargaan untuk perilaku yang baik, yakni tindakan yang sejalan dengan peraturan yang diterapkan. Masing-masing unsur tersebut akan diuraikan satu persatu.

a. Perlunya peraturan sebagai pedoman perilaku disiplin.

Peraturan adalah pola kendali tingkah laku disiplin yang telah ditetapkan oleh lingkungan. Pihak yang menetapkan peraturan itu bisa orang tua, guru, teman bermain atau pemegang otoritas lainnya. Tujuan peraturan adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

(26)

diterapkan dalam kehidupan keluarga di rumah. Tujuan peraturan keluarga adalah mendidik anak tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam hubungannya dengan anggota keluarga. Misalnya tidak membunyikan musik keras-keras.

Peraturan dalam masyarakat yang dibahas disini lebih berkaitan dengan teman kelompok sebaya. Peraturan tersebut biasanya bertujuan untuk mendidik anak untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan dalam hubungannya dengan teman kelompok. Aspek yang ditekankan dalam peraturan misalnya, disiplin waktu, penyesuaian diri, dan sikap saling menghargai antar agama.

Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membentuk anak menjadi pribadi yang bermoral. Fungsi yang pertama adalah, fungsi mendidik. Sebab peraturan selalu memperkenalkan kepada anak mengenai perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok tempat anak tinggal. Fungsi yang kedua yaitu, mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Supaya kedua fungsi peraturan di atas dapat berjalan dengan efektif, peraturan yang ada hendaknya harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh anak.

b. Perlunya konsistensi dalam penerapan peraturan.

(27)

yang besar, mempunyai nilai motivasi yang kuat, dan meningkatkan penghargaan terhadap peraturan dan pihak pemegang otoritas.

c. Perlunya hukuman untuk menegakan aturan.

Anak yang melanggar peraturan harus mendapatkan hukuman sebagai konsekuensinya. Ada dua fungsi hukuman. Fungsi yang pertama yaitu, mengingatkan agar anak tidak mengulangi tindakan yang tidak disiplin. Fungsi yang kedua yaitu, memberikan motivasi agar anak dimasa yang akan datang tidak mengulangi tindakan yang tidak disiplin.

d. Perlunya menghargai perilaku yang baik sejalan dengan peraturan yang berlaku.

Pemberian penghargaan bertujuan menjadikan anak berperilaku disiplin sesuai dengan harapan yang diberikan kepadanya. Penghargaan mempunyai nilai edukatif yang mampu memotivasi siswa untuk mengulangi perilaku yang disetujui oleh sekolah. Bentuk-bentuk penghargaan antara lain pujian, hadiah, dan perlakuan khusus secara positif.

(28)

3.Penyebab Perilaku Tidak Disiplin

Brown dan Brown (1973: 115) mengelompokan beberapa penyebab perilaku siswa yang tidak disiplin kedalam empat faktor. Keempat faktor tersebut adalah:

a. Faktor guru.

b. Faktor sekolah yang meliputi: kondisi yang kurang menyenangkan, tidak adanya keteraturan.

c. Faktor latar belakang siswa, misalnya keluarga yang broken home. d. Faktor kurikulum yang kaku dan terlalu dipaksakan.

4. Dampak Negatif Kegagalan Menanamkan Disiplin

Banyak dampak negatif yang dialami apabila orang tua dan guru gagal dalam menanankan sikap disiplin bagi anak. Disiplin merupakan salah satu perkembangan karakter yang harus terus dikembangkan. Kegagalan dalam mengembangkan karakter yang baik pada anak bisa membawa akibat negatif dalam perilaku dan kepribadian mereka.

(29)

keyakinan diri rendah karena ia dianggap tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungannya sehingga ia cenderung menjadi anak yang minder atau kurang percaya diri. Keempat, selalu berfikir negatif. Anak akan selalu berfikiran negatif terhadap dirinya, ia merasa bahwa dirinya tidak sesuai dengan harapan orang lain.

Dari akibat-akibat tersebut bukan hanya aspek sosial saja yang terhambat, namun juga perkembangan pribadinya. Perlu kita ingat bahwa pada usia sekolah dasar ini lah anak pertama kalinya akan bersosialisasi dan mulai tumbuh didalam lingkungannya. Tugas perkembangan yang tidak diselesaikan dengan baik akan menghambat penguasaan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

5. Menumbuhkan Disiplin Siswa

Salah satu peran guru yang sangat penting adalah menumbuhkan disiplin dalam diri siswa. Brown-Brown (1973) menyebutkan tiga hal yang harus dilakukan untuk mengembangkan disiplin siswa. Ketiga hal tersebut adalah:

a. Guru membantu siswa mengembangkan pola perilaku sesuai dengan keunikan dirinya. Setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda. Mereka mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda sesuai dengan keunikan masing-masing pribadi. Guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki seoptimal mungkin.

b. Guru membantu meningkatkan standar perilaku siswa.

(30)

harus membantu siswa meningkatkan standar perilaku baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan sehari-hari.

c. Guru menggunakan aturan sebagai alat.

Setiap sekolah memiliki aturan-aturan umum dan aturan khusus. Peraturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tujuan penerapan aturan adalah menciptakan suasana tertib dan membiasakan anak bersikap disiplin.

6. Manfaat Disiplin

Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :

a.Mencegah terjadinya perilaku yang menyimpang.

b.Mendorong siswa melakukan perbuatan yang baik dan benar.

c.Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

d.Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

(31)

Hal senada juga dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman.

Sementara itu menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999: 97) tujuan disiplin meliputi :

a.Untuk menyadarkan kepada anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain diikuti pujian.

b.Untuk menyadarkan kepada anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan.

c.Untuk membantu anak dalam mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.

Gunarsa (2000: 136) menjelaskan bahwa manfaat utama disiplin adalah membantu anak belajar mengendalikan diri dengan lebih baik, menghormati, dan mematuhi otoritas. Gunarsa menegaskan pentingnya disiplin dalam mendidik anak. Melalui disiplin kita dapat melatih anak untuk:

a.Saling menghargai dan menghormati milik orang lain.

b.Segera menjalankan kewajiban yang menjadi tanggung jawab. c.Dapat membedakan tingkah laku yang baik dan buruk.

d.Belajar mengendalikan keinginan dan melaksanakan sesuatu tanpa ada perasaan takut.

(32)

Myrna B. Shure, Ph.D (dalam buku Spiritual Parenting 2004: 149) menyebutkan bahwa tujuan disiplin adalah membantu anak belajar membuat pilihan bijak. Hal ini penting terutama pada saat ia dihadapkan dalam keputusan yang sulit.

Ibung, (2009: 94-95), menyebutkan fungsi disiplin sebagai usaha untuk : a. Membantu penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.

Dengan disiplin, anak belajar untuk berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan, yang selanjutnya akan menentukan posisi mereka dalam lingkungan tersebut, diterima atau ditolak.

b. Memberi rasa aman

Anak masih terbatas dalam pengalaman dan pemahaman mengenai segala sesuatunya di dunia ini. Jadi akan lebih mudah bagi mereka jika untuk beberapa hal, memiliki patokan yang jelas mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak, apa yang diterima lingkungan apa yang dihindari lingkungan. Adanya disiplin yang jelas mengatur apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak, memudahkan anak beradaptasi dalam lingkungannya dan selanjutnya membuat anak merasa aman.

c. Dengan memiliki rasa aman karena arahan yang jelas, berarti anak juga terhindar dari rasa salah dan rasa malu yang mungkin ia alami jika ia melakukan ”kesalahan” dalam berperilaku di lingkungannya.

(33)

yang sesuai dengan harapan lingkungannya dan akan lebih baik lagi jika menghasilkan respon positif dari lingkungan (pujian dan penghargaan). e. Disiplin dalam porsi yang sesuai dengan perkembangan anak akan

membantu mengembangkan pribadi menjadi orang yang peka terhadap lingkungan dan mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi tersebut.

f. Hati nurani, atau ”polisi” internal seorang anak juga dapat berkembang dengan adanya disiplin.

Brown dan Brown (1973: 122), mengemukakan pentingnya disiplin dalam proses pendidikan. Berikut ini adalah manfaat disiplin dalam proses pendidikan:

a.Menumbuhkan rasa hormat terhadap otoritas.

Disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.

b.Menanamkan kerjasama.

Disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.

c.Menumbuhkan sikap berorganisasi secara benar.

(34)

d. Mengembangkan rasa hormat terhadap orang lain

Dengan adanya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya. Mereka akan belajar menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.

e.Belajar melakukan hal penting yang tidak menyenangkan

Dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.

f.Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin.

Dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

7. Kaitan Antara Sikap Disiplin Dengan Empat Bidang Perkembangan Anak: Pribadi, Sosial, Karier, dan Belajar.

(35)

maka secara otomatis perkembangan sosialnya akan terganggu. Karena ia sudah dipastikan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Kedisiplinan juga membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan belajar anak. Apabila anak tidak menaati aturan belajar yang telah ditentukan oleh sekolah, maka dapat dipastikan bahwa nilai akademik anak tersebut rendah. Misalnya anak tidak pernah mengerjakan PR, tidak membawa buku pelajaran yang telah ditentukan, dan pulang sekolah tidak sesuai dengan jadwal yang berlaku. Anak akan bertumbuh dewasa dan mengembangkan kariernya. Apabila ia tidak mampu mematuhi segala aturan dan norma yang berlaku, dia akan kesulitan mengembangkan karier. Kariernya akan terhambat oleh perilakunya sendri yang tidak disiplin. Dengan demikian perkembangan pribadinya juga akan terhambat. Apabila anak dikucilkan dari lingkungannya dan memiliki prestasi yang rendah, ia pun tidak akan memiliki konsep diri yang positif terhadap dirinya sendiri. Akibatnya ia akan menganggap bahwa dirinya selalu negatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin anak menaati aturan yang ditetapkan, maka tugas perkembangannya baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier juga semakin berkembang dengan baik.

8. Cara Mendisiplinkan Anak

(36)

otoriter seringkali ditambah dengan sikap menghukum dan mengancam dengan keras. Cara otoriter memang membuat anak patuh kepada guru atau orang tua. Akan tetapi, di belakang mereka anak akan memperlihatkan reaksi negatif misalnya menantang atau melawan. Reaksi ini muncul karena pada dasarnya anak tidak mau dipaksa. Cara otoriter memang bisa diterapkan pada permulaan usaha menanamkan disiplin, tetapi tidak untuk selamanya.

Cara bebas dilakukan dengan memberikan pengawasan secara longgar. Anak diberi kesempatan untuk mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Cara ini biasanya terdapat pada keluarga-keluarga yang kedua orang tuanya bekerja; mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam arti sebaik-baiknya. Orang tua telah mempercayakan masalah pendidikan anak kepada guru.

Cara demokratis dilaksanakan dengan jalan memperhatikan dan menghargai kebebasan anak namun pada saat yang sama tetap memberikan bimbingan. Sikap demokratis menjadi cara yang bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri, dan bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada.

(37)

yang terampil berkomunikasi sangat membantu siswa menerima perasaan dan mengembangkan sikap kepatuhan. Teknik konsekuensi logis diterapkan dengan cara menunjukan secara tepat perilaku yang salah dan konsekuensi yang dialami. Cara ini membantu siswa menyadari akibat-akibat perilakunya sehingga dia tidak akan mengulang tindakan-tindakan yang tidak tepat. Penanaman disiplin melalui klarifikasi nilai ditempuh dengan cara membantu siswa menjawab pertanyaannya sendiri mengenai nilai-nilai. Melalui proses ini diharapkan siswa mampu membentuk sistem nilainya sendiri.

Sementara itu analisa transaksional diterapkan melalui tindakan guru yang belajar sebagai orang dewasa dalam membantu siswa menghadapi permasalahannya. Pendekatan terapi realitas berusaha mendisiplinkan siswa dengan jalan mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab. Sedang disiplin terintegrasi mendisiplinkan siswa melalui pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. Dan penanaman disiplin dengan modifikasi perilaku berlangsung dengan jalan menciptakan lingkungan yang kondusif. Dalam mendisiplinkan siswa guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengamsusikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.

(38)

tegas. Terlalu banyak aturan, tetapi tidak memiliki konsistensi akan sia-sia. Lebih baik sedikit aturan namun tegas dan tidak bisa dinegosiasikan. Aturan ini terutama menyangkut hal yang penting, seperti tentang narkoba atau alkohol. Kedua, orang tua memberikan anak sedikit kekuasaan. Ajaklah anak menentukan peraturan yang tidak mengikat. Misalnya, merapikan kamar atau penggunaan telepon. Ia akan lebih mudah menerima peraturan tersebut, karena ikut terlibat di dalamnya. Ketiga, orang tua memberikan hukuman sesuai kesalahan. Hukuman harus sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Hukuman tidak boleh diberikan secara berlebihan. Hal yang terpenting adalah adanya konsistensi agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Keempat, orang tua jangan bersikap otoriter. Sikap otoriter membuat anak lebih menentang. Lebih baik orang tua menjelaskan alasan mengapa anak tidak diizinkan melakukan perbuatan tertentu. Kelima, orang tua mendorong anak melakukan solusi. Strategi ini akan membantu anak mempersiapkan diri menghadapi dunia luar.

Ia akan belajar menemukan solusi masalah dengan usahanya sendiri. Keenam, orang tua memusatkan pada hal-hal positif. Tujuan penting disiplin adalah agar anak mengetahui bahwa yang dilakukan adalah benar. Bukan karena rasa takut.

(39)

a. Penghargaan Bekerja Sebelum Bermain

Berikan pengakuan dan penghargaan atas disiplin yang anak tunjukan. Hendaknya juga memberikan penghargaan inisiatif untuk mendorong anak-anak mencari apa saja yang dapat mereka kerjakan tanpa diminta. b. Ganjaran yang Ditunda

Bantu anak-anak memahami disiplin, dan merasakan nikmatnya menunggu sesuatu yang kalau datang pasti lebih membahagiakan. Salah satu kecenderungan yang sangat berlawanan dengan disiplin adalah kebiasaan memberi terlalu banyak dan terlalu mudahnya anak mendapatkan yang mereka inginkan. Misalnya memberikan anak hadiah berupa uang, namun mereka harus menabung dan menunggu hingga jumlah tertentu untuk membeli sesuatu yang diinginkannya. Dalam menunggu akan membuahkan hasil yang jauh lebih berkesan.

c. Bank Keluarga

Bank Keluarga (dengan kotak uang yang dilengkapi gembok) dapat menjadi cara yang baik untuk mengajarkan semangat berhemat dan disiplin.

d. Permainan ”Memilih BAC, JS, atau TB”

(40)

Obat bius (JS), Membaca (TB), Olah raga (BAC), Menonton TV (BAC), Menyanyangi orang lain (TB), Minum alkohol (JS), Tersenyum (TB) e. Menghafal

Tanamkan konsep disiplin dan tahu batas lebih dalam kedalam bawah sadar anak-anak dengan menyuruh mereka menghafalkan beberapa kata. Kata-kata ini berkaitan dengan kedisplinan dan harus diingat terus selama bulan ”disiplin”.

f. Pelajaran Musik

Pelajaran musik menawarkan tantangan yang jelas dalam hal disiplin diri. Ini bukan cara mudah untuk mengajarkan disiplin, tetapi bisa sangat efektif.

g. Mengajarkan Cara Menetapkan Sasaran dan Mencapainya

Dapat dilakukan misalnya pada hari Minggu pertama setiap bulan, ajak anak-anak menetapkan sasaran untuk sebulan mendatang. Sasaran mingguan juga dapat dibuat.

h. Pujian

Pujian dapat membantu menekankan dan melanggengkan nilai disiplin. Berilah mereka pujian yang tulus dan hangat setiap kali mereka melaksanakan aturan yang telah disepakati. Setiap kesempatan untuk mengungkapkan pujian yang tulus merupakan investasi yang sangat berharga.

(41)

11 (sebelas) tahun adalah saat pembuktian sukses atau tidaknya anak melewati tahap inisiatif (pra-Operasioanal). Erickson menyebutkan tahap industri (rajin). Sedangkan Piaget menanamkannya Operasional Konkret. Anak yang berhasil dalam masa inisiatif, akan termotivasi untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Cerita-cerita yang membentuk mental, spiritual, dan karakter mereka sejak kecil akan menjadi nilai yang hidup dalam diri mereka. Kedekatan emosi (emotional bonding) dengan orangtua adalah pagar yang penting bagi anak untuk menjaga diri mereka sendiri.

Dari berbagai cara tersebut, cara menanamkan disiplin yang paling efektif dan realistik pada anak-anak adalah cara yang diungkapkan oleh Elissiti (2004: 150-151) yaitu, pertama orang tua menerapkan aturan jelas dan tegas. Kedua, orang tua memberikan anak sedikit kekuasan. Ketiga, orang tua memberikan hukuman sesuai kesalahan secara konsisten. Keempat, orang tua jangan bersikap otoriter. Kelima, orang tua mendorong anak melakukan solusi. Keenam, orang tua memusatkan pada hal-hal positif. Cara ini dipandang efektif karena penetapan aturan dilakukan oleh orang tua dengan melibatkan anak-anak. Dalam memberikan hukuman juga sesuai dengan kesalahan, sehingga tidak membuat anak merasa trauma dan takut dengan orang tuanya.

B.Tata Tertib di Sekolah

(42)

dalam dunia pendidikan. Sekolah perlu menyusun tata tertib atau peraturan demi kelancaran kegiatan belajar mengajar di sekolah.

1. Pengertian Tata Tertib

Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan aturan. Aturan digunakan untuk mengatur kegiatan agar berjalan dengan tertib. Sekolah juga memerlukan aturan agar kegiatan belajar dan mengajar dapat berjalan dengan lancar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990) tata tertib merupakan kosakata yang terbentuk dengan menggunakan imbuhan-imbuhan baru. Pada awalnya tata tertib berasal dari dua kata, yaitu kata ”tata” yang artinya susunan, peletakan, pemasangan, atau bisa disebut juga sebagai ilmu. Contohnya tata boga, tata graham, dan lain sebagainya. Dan kata yang kedua adalah kata ”tertib” yang artinya teratur, tidak acak-acakan, rapih. Jadi menurut kosa kata bahasa Indonesia tata tertib berarti sebuah aturan yang dibuat secara tersusun dan teratur, serta saling berurutan, dengan tujuan semua orang yang melaksanakan peraturan ini melakukannya sesuai dengan urutan-urutan yang telah dibuat.

(43)

2. Macam-Macam Tata Tertib Sekolah

Tata tertib harus dibuat sekolah untuk kepentingan sekolah. Tata tertib siswa merupakan aturan yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Bahkan setiap kelas dapat membuat tata tertib sendiri untuk kelasnya masing-masing. Sekolah juga memiliki tata tertib untuk unit-unit kegiatan, seperti perpustakaan sekolah, laboratorium, fasilitas olah raga, kantin sekolah, dan sebaginya. Tata tertib untuk kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya juga sangat diperlukan sebagai aturan yang harus diikuti dengan penuh kesadaran, bukan karena paksaan atau tekanan.

Menurut Mujis dan Reynolds, (2001: 42) substansi yang sebaiknya ada dalam tata tertib hendaknya meliputi :

a.Menggunakan suara dalam ruangan selama dalam lingkungan sekolah. b.Mendengarkan orang lain.

c.Selalu mengerjakan yang terbaik.

d.Mendengarkan dan menghormati sesama kawan. e.Tidak berlari di koridor sekolah.

3. Bidang-Bidang Peraturan Sekolah

(44)

SD PL Don Bosko dalam buku panduan sekolah juga menuliskan peraturan atau larangan yang dikelompokan menjadi: kegiatan belajar dan mengajar, umum, sanksi, pengantar dan penjemput, terlambat datang di sekolah, ijin pulang sebelum sekolah sekolah selesai, fasilitas ruangan, dan perpustakaan sekolah. (Lampiran 2).

C. Kaitan Disiplin dan Tata Tertib Sekolah

Tata tertib merupakan alat untuk menciptakan sikap disiplin. Tata tertib merupakan pedoman untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian yang bersifat negatif. Beberapa kejadian yang bersifat negatif harus segera ditanggulangi dan ditangkal. Pihak sekolah tidak boleh berputus asa bila menghadapi peserta didik yang melanggar disiplin dan tata tertib sekolah.

(45)

tentang standar berpakaian (standarts of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar atau kerja.

Dengan demikian penanaman disiplin membutuhkan adanya tata tertib yang jelas. Fungsi tata tertib adalah sebagai panduan berperilaku disiplin. Kecuali itu dengan adanya tata tertib, maka sekolah terhindar dari penilaian kedisiplinan yang bersifat subyektif. Namun demikian tata tertib hanyalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan tertentu yakni keteraturan hidup atau sikap disiplin para siswa.

D. Progam Bimbingan

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang mempunyai tiga bidang pelayanan pendidikan yang saling mendukung. Tiga bidang pendidikan tersebut adalah bidang pengajaran, bidang pelatihan, serta bidang pembimbingan yang termuat dalam kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah dalam arti sesungguhnya menunjuk pada semua pengalaman pendidikan yang dialami siswa dalam bimbingan sekolah (Winkel, 1997). Pengalaman-pengalaman pendidikan tersebut merupakan suatu kesatuan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yaitu :

(46)

Kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilakukan secara formal itu harus dikelola secara terencana dan sistematis. Progam bimbingan dan konseling yang ada di Sekolah Dasar sudah sepantasnya dilaksanakan mengingat kegiatan bimbingan sebagai bagian dari pendidikan yang termasuk dalam kurikulum sekolah.

1.Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance dalam bahasa Inggris. Dalam kamus bahasa Inggris Guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut: menunjukan jalan (showing the way); memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan nasihat (giving advice). Istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan di atas, akan muncul dua pengertian yang agak medasar, yaitu :

a. Memberikan infomasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat.

b. Mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan. Tujuan itu mungkin hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan; mungkin diketahui oleh kedua belah pihak.

(47)

bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencakan masa depan. Secara lebih spesifik SK Mendikbud No. 025/0/1995 mengemukakan bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk murid, dalam bidang bimbingan pribadi, sosial, karier baik secara perorangan maupun kelompok. Pelayanan tersebut hendaknya diberikan secara optimal melalui jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku.

Menurut Rachman dalam (Winkel, 1997: 67) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Bimbingan juga diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank Parson, dalam Jones,1951).

(48)

kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.

Istilah bimbingan menurut Shetzer dan Stone (dalam Winkel 1997: 1 ) diartikan sebagai proses membantu orang-perorangan untuk memahami diri dan lingkungan hidupnya. Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan semata-mata terletak pada ada atau tidaknya landasan hukum perundang-undangan umum namun lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli agar mampu mengembangkan potensi dirinnya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan baik secara individual maupun kelompok. Bantuan tersebut diberikan dengan maksud untuk memperkembangkan setiap potensi yang dimiliki para siswa dan membantu mereka mengatasi persoalan-persoalan yang ada. Bimbingan selalu berusaha untuk memandirikan para siswa secara lebih rinci bimbingan mengusahakan agar para siswa mampu menentukan sendiri jalan hidupnya, melaksanakan tanggung jawab pribadi dan sejauh mungkin tanpa harus bergantung pada orang lain.

2. Tujuan Bimbingan

(49)

sendiri dan tidak sekedar ”membebek” pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi tindakannya.

Melihat tujuan dari bimbingan sebagaimana telah dijelakan di atas, maka sangatlah tepat apabila kegiatan bimbingan baik yang bersifat individual maupun kelompok dilakukan secara efektif di setiap jenjang sekolah.

Menurut Hamrin & Clifford, (dalam Jones 1951) tujuan bimbingan adalah untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-imterpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. (bisa ditaruh di pengertian bimbingan individu).

Prayitno (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung serta norma-norma yang berlaku.

(50)

Bimbingan kelompok memiliki dampak positif bagi para siswa. Pertama para siswa dibantu untuk semakin menyadari tantangan yang dihadapi. Kedua, para siswa menjadi lebih rela menerima diri sebab dalam kelompok ia mengalami bahwa orang lain memiliki tantangan yang sama. Ketiga, para siswa mendapatkan kesempatan untuk menjadi belajar mengemukakan pendapat. Hal ini terjadi karena kelompok memberikan kesempatan untuk berdiskusi dan berpartisipasi dalam usaha memecahkan masalah tertentu. Keempat, para siswa mendapatkan dukungan sosial baik dari guru maupun teman-temannya dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Menurut Tiedeman, (dalam Bernard & Fullmer 1969) tujuan bimbingan untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja.

3. Progam Bimbingan Di Sekolah Dasar

(51)

belajar, memahami dunia kerja dan mengembangkan kemampuan untuk membuat perencanaan serta kemampuan mengambil keputusan.

Mengenai bimbingan di sekolah dasar terdapat tiga pandangan dasar, yaitu: a.Bimbingan terbatas pada pengajaran yang baik (instructional guidance). b. Bimbingan hanya diberikan kepada siswa yang menunjukan gejala-gejala

penyimpangan dari laju perkembangan yang normal.

c.Pelayanan bimbingan tersedia untuk semua murid, supaya proses perkembangannya berjalan lebih lancar.

Terdapat 6 aspek yang berkaitan dengan progam bimbingan di sekolah dasar, yaitu :

a. Sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana teruraikan dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, Pasal 4, dalam PP No. 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar berkenaan dengan tujuan institusional ditetapkan bahwa: ”pendidikan dasar memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah”. (Pasal 3).

(52)

c.Pola dasar bimbingan yang dipegang adalah pola generalis. Ini berarti bahwa semua tenaga pendidik yang lazimnya terdapat di jenjang pendidikan dasar dilibatkan.

d.Komponen bimbingan yang diprioritaskan ialah pengumpulan data, pemberian informasi dan konsultasi.

e.Bentuk bimbingan yang kerap digunakan adalah bimbingan kelompok. Ragam bimbingan yang mendapat urutan pertama adalah ragam pribadi-sosial, sedangkan ragam akademik dan ragam jabatan mendapat urutan yang kedua dan ketiga.

f.Tenaga yang memegang peranan kunci ialah guru kelas, yang mengumpulkan data tentang siswa dan menyiapkan banyak materi informasi dalam pengajaran.

Progam bimbingan di sekolah dasar hanya akan efisien dan efektif bila terdapat kerja sama yang erat antara kepala sekolah, para guru kelas, koordinator, dan konsultan ahli.

4. Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SD

(53)

untuk merumuskan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, mulai dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi, dalam bentuk naskah akademik, untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan Depdiknas dalam menentukan kebijakan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Indonesia.

Dalam konteks Bimbingan dan Konseling, standar kompetensi ini dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK). Untuk standar kompetensi siswa SD dibagi dalam sepuluh aspek. Masing-masing aspek perkembangan memiliki tiga dimensi tujuan, yaitu :

a. Pengenalan atau penyadaran

Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang aspek dan tugas perkembangan yang harus dikuasai.

b. Akomodasi

Memperoleh pemaknaan dan internalisasi atas aspek dan tugas perkembangan.

c. Tindakan

Perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari dan aspek serta tugas perkembangan yang harus dikuasai.

(54)

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK) PESERTA DIDIK

PADA SEKOLAH DASAR

TATARAN / INTERNALISASI TUJUAN NO

ASPEK

PERKEMBAGAN PENGENALAN AKOMODASI TINDAKAN 1 Landasan hidup

religius

Mengenal bentuk-bentuk dan tata cara ibadah sehari-hari Tertarik pada kegiatan ibadah sehari-hari. Melakukan bentuk-bentuk ibadah sehari-hari.

2 Landasan perilaku etis

Mengenal patokan baik-buruk atau benar salah dalam berperilaku. Menghargai aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Mengikuti aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. 3 Kematangan emosi Mengenal perasaan sendiri dan orang lain

Memahami perasaan diri sendiri dan orang lain. Mengekspresikan perasaan seacara wajar. 4 Kematangan intelektual Mengenal konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan dan perilaku belajar. Menyenangi berbagi aktifitas perilaku belajar. Melibatkan diri dalam berbagai aktifitas perilaku belajar. 5 Kesadaran tanggung jawab sosial Mengenal hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam lingkungan kehidupan sehari-hari. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam lingkungan kehidupan sehari-hari. Berinteraksi dengan orang lain dalam suasana persahabatan.

(55)

8 Perilaku kewirausahaan (kemandirian perilau ekonomis) Mengenal perilaku hemat, ulet, sungguh-sungguh dan kompetitif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan dekatnya. Memahami perilaku hemat, ulet, sungguh-sungguh dan kompetitif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Menampilkan perilaku hemat, ulet, sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.

9 Wawasan dan kesiapan karier Mengenal ragam pekerjaan dan aktivitas orang dalam kehidupan. Menghargai ragam pekerjaan dan aktivitas sebagai hal yang saling bergantung. Mengekspresikan ragam pekerjaan dan aktivitas orang dalam lingkungan kehidupan. 10 Kematangan hubungan dengan teman sebaya Mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Menghargai norma-norma yang dijunjung tinggi dalam menjalin persahabatan dengan teman sebaya. Menjalin persahabatan dengan teman sebaya atas dasar norma yang dijunjung tinggi bersama.

Masalah kedisplinan siswa terhadap tata tertib sekolah termasuk salah satu aspek dalam Standar Kompetensi Kemandirian (SKK) peserta didik pada sekolah dasar. Aspek yang perlu dikembangkan yaitu, landasan perilaku etis. Para siswa akan dikenalkan dengan patokan baik atau buruk, salah atau benar dalam perilakunya dengan dibuatnya peraturan atau tata tertib sekolah dan siswa diwajibkan untuk menaatinya agar ia mampu melihat mana hal yang pantas atau tidak untuk dilakukan.

(56)

sebuah lingkungan atau masyarakat yang memiliki aturan dan norma-norma kehidupan yag harus dijalani. Sehingga pada usia inilah, anak-anak sedini mungkin diajarkan untuk bisa menghargai aturan, norma, tata tertib yang berlaku ditempat dia hidup.

Selanjutnya atas kesadaranya sendiri, para siswa dapat melakukan tindakan dengan mengikuti segala aturan yang berlaku dalam hidupnya agar kehidupan ini menjadi teratur, tertib dan berjalan dengan semestinya. Apabila dapat memperkembangkan aspek landasan perilaku etis ini dengan baik, maka ia dapat diterima dalam lingkungannya.

Bukan hanya aspek landasan perilaku etis saja yang perlu ditekankan. Karena kesepulah aspek perkembangan peserta didik pada sekolah dasar ini juga saling berkaitan satu sama lain. Maka bila ada salah satu aspek atau tahap perkembangan yang tidak dilewati dan dilaksanakan secara tuntas akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Dengan kata lain kematangan pada setiap fase mempengaruhi keberhasilan seseorang individu melewati fase berikunya. (Winkel, 1996).

5. Pengertian Bimbingan Klasikal

Kecuali ada bimbingan individual dan kelompok, BK juga memberikan bimbingan klasikal. Salah satu teknik untuk layanan dasar bimbingan adalah bimbingan klasikal. Pengertian teknik menurut Gunawan (1998: 92)

(57)

sehari-hari atau pengalaman orang lain, sedangkan procedural yaitu langkah kerja dari seorang konselor pada objek pekerjaannya dengan cara melakukan observasi atau pendekatan-pendekatan tertentu.

Beberapa teknik menurut Gunawan (1998: 92) antara lain adalah teknik klasikal, yaitu teknik yang sudah umum digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar siswa. Teknik klasikal ini sifatnya menyeluruh artinya siswa menerima berbagai pandangan atau materi yang kita berikan tanpa terkecuali, sebab konselor menganggap bahwa semua siswa memiliki kebutuhan yang sama atas suatu permasalahan.

Hal ini telah dirancang menurut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolahnya. Misalnya diperkenalkan kepada siswa mengenai kurikulum, personil atau staf sekolah, jadwal pelajaran, tata tertib dan fasilitas sekolah lainnya.

(58)

Ada beberapa manfaat dari bimbingan klasikal. Pertama, bimbingan klasikal dapat digunakan untuk memberikan informasi. Kedua, melalui bimbingan klasikal konselor dapat mengadakan observasi terhadap perilaku anak di kelas. Ketiga, selama memberikan layanan bimbingan klasikal, konselor juga bisa menggali berbagai data yang diperlukan untuk menyempurnakan layanan. Dengan demikian bimbingan klasikal sangat mendukung pelaksanaan tugas konselor dalam menyelenggarakan layanan-layanan yang baik.

Kaitan antara pengembangan disiplin dengan bimbingan klasikal adalah melalui bimbingan klasikal guru BK dapat melihat secara langsung kedisiplinan anak serta sarana untuk mengembangkan disiplin anak guna membahas topik-topik yang relevan dengan disiplin diri. Bukan hanya itu, pada saat bimbingan klasikal sedang berlangsung guru BK dapat membantu siswa untuk memperbaiki perilaku yang tidak disiplin secara langsung, misalnya memberikan teguran kepada siswa yang terlambat masuk kelas pada saat jam bimbingan. Guru BK juga dapat memberikan topik-topik yang relevan berdasarkan bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.

RANGKUMAN

(59)

tertib hanyalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan tertentu yakni keteraturan hidup atau sikap disiplin siswa.

(60)

44

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian diskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang tingkat kedisiplinan siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Untuk mendapatkan data yang lengkap dan nyata, maka metode yang dipakai adalah metode survei, sehingga peneliti pada akhirnya mampu memaparkan secara jelas tentang disiplin diri para siswa terhadap tata tertib di sekolah.

B. Populasi Penelitian

Yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian adalah siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Populasi penelitian terdiri dari, siswa kelas V A sebanyak 43 orang dan siswa V B sebanyak 43 orang.

C. Instrumen Penelitian

(61)

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.

Kuesioner ini menggunakan satu variabel yaitu tingkat disiplin diri para siswa terhadap tata tertib sekolah. Kuesioner dirancang untuk mengukur sejauh mana siswa menaati tata tertib sekolah.

1. Skala Pengukuran

Kuesioner disusun dalam bentuk skala bertingkat. Kuesioner ini berbentuk pernyataan tertutup dengan menyediakan empat jawaban pada setiap itemnya. Pernyataan yang disajikan dibedakan menjadi pernyataan favorable dan unfavorable yaitu :

a. Tidak Pernah (TP) b. Sering (S) c. Cukup Sering (CS) d. Selalu (SL)

Tabel 1 Kisi-kisi angket

Kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah No- Item

Variabel ASPEK Favorable Unfavorable Jumlah Waktu Belajar 1, 14, 18,

57

19, 25, 37, 63 8 Waktu Istirahat 26, 38 2, 15, 40 5 Pakaian Seragam 3, 16, 41,

50, 56

27, 39, 44 8 Proses Kegiatan Belajar

Mengajar

2, 28, 42, 62, 65

4, 17, 29, 43, 51, 64, 69

12

Kehadiran Siswa 58 6 2

Kebersihan 7, 30, 45, 47, 59, 66

31, 53, 61, 67 10 Sopan Santun 9, 32, 52 8, 46 5

Keuangan 20 23 2

Perpustakaan 10, 22, 33 13, 35, 54 6 Kegiatan Lain 10, 21, 26,

49, 70

11, 24, 34, 48, 55, 60, 68

12 Kedisiplinan

terhadap tata tertib sekolah

(62)

2. Skoring

Untuk skoring, peneliti membagi sebagai berikut : Tabel 2 Tabel skoring

Tingkat kedisiplinan siswa terhadap tata tertib Skor

Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable

Tidak Pernah (TP) 1 4

Sering (S) 2 3

Cukup Sering (CS) 3 2

Selalu (SS) 4 1

D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

1. Validitas

(63)

suatu tes telah tercapai. Untuk menguji daya beda, teknik yang digunakan adalah korelasi product moment dari Pearson, dengan rumus sebagai berikut ( Masidjo, 1995:246) :

N

XY

-

(

X)(

Y)

r

xy

=

{

N

X

2

-(

X )

2

}{N

Y

2

- (

Y )

2

}

Keterangan :

r xy : Koefisien korelasi skor item ganjil/genap

N : Jumlah subyek

X : Skor belahan item ganjil

Y : Skor belahan item genap

Sebagai kriteria penilaian item berdasarkan korelasi skor tiap item dan skor total, digunakan batas minimal 0,30. Jadi item yang memiliki ≥0,30 dianggap valid. Setelah dianalisis dengan progam Analisis Kesahihan Butir Seri Progam Statistik (SPSS versi 12.00), maka diperoleh 44 item valid dan 26 item gugur. Hasil analisis tersebut kemudian ditata dan diurutkan kembali penomorannya agar mudah dalam perhitungan.

(64)

Tabel 3 Kisi-kisi angket

Kedisiplinan Terhadap tata tertib sekolah setelah uji validitas No- Item

Variabel ASPEK Positif Negatif Jumlah

Waktu Belajar 7, 9, 34 39 4

Waktu Istirahat 20 1

Pakaian Seragam 1, 8, 21, 29, 33

14, 24 7

Proses Kegiatan Belajar Mengajar 3, 15, 22, 38, 41 2, 23, 30, 40, 44 10

Kehadiran Siswa 35 1

Kebersihan 4, 16,

25, 27, 36, 42

31, 37, 43

9

Sopan Santun 17 5, 26 3

Keuangan 10 1

Perpustakaan 6, 12, 18 32 4

Kegiatan Lain 11, 19, 28

13 4 Kedisiplinan

terhadap tata tertib sekolah

Jumlah 29 15 44

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf kemampuan suatu tes dalam menunjukan konsistensi atau keajegan hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995). Metode yang digunakan dalam penentuan taraf reliabilitas adalah metode belah dua (split-half Method).

(65)

menguji reliabilitas dan validitas kuesioner kedisiplinan. Data yang diperoleh kemudian dihitung secara statistik, dengan menggunakan teknik korelasi dari Pearson Product Moment (Unika Atma Jaya: 2007)

Tabel 4

Koefisien korelasi dan reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20

Sangat Tinggi Tinggi

Cukup Tinggi Rendah

Sangat Rendah

(Masidjo, 1995: 209) Hasil perhitungan daya beda adalah 0,44 (lampiran 9). Atas dasar signifikasi 1%

untuk N=82, maka dituntut

r

xy = 0,30 Jadi, taraf yang diperoleh ternyata

signifikan pada taraf 1% (

r

xy = 0,44 ≥ 0,30

).

Peneliti kemudian menghitung
(66)

E. Teknik Analisis Data

1.Menghitung daya beda dengan menggunakan rumus :

N

XY

-

(

X)(

Y)

r

xy

=

{

N

X

2

-(

X )

2

}{N

Y

2

- (

Y )

2

}

Keterangan :

r

xy : Koefisien korelasi skor item ganjil/genap

N : Jumlah subyek

X : Skor belahan item ganjil

Y : Skor belahan item genap

2. Menghitung reliabilitas

Menghitung reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi 12.00 dengan langkah :

a) Menuliskan semua data dalam progam microsoft excel

b) Memindahkan data dari microsoft excel ke progam SPSS versi 12.00 c) Klick analyze, scale, reliability analysis

3. Mengklasifikasikan tingkat disiplin pada setiap aspeknya.

(67)

5. Menyusun usulan topik bimbingan klasikal. Usulan topik sesuai dengan masalah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 mengenai tata tertib sekolah.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a) Meminta surat pengantar penelitian dari prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

b) Meminta ijin kepada Kepala SD PL Don Bosko Semarang.

c) Menyerahkan surat pengantar penelitian kepada Kepala SD PL Don Bosko Semarang.

d) Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah untuk menentukan jadwal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Datang ke sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu pada hari Jumat, 7 Mei 2010

Tabel 5

Jadwal penelitian dan jumlah siswa Kelas Tanggal Waktu Jumlah siswa

yang hadir

Jumlah siswa

yang tidak

hadir

(68)
(69)

53

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah penelitian, yaitu (1) Bagaimana tingkat kedisiplinan diri siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 terhadap tata tertib sekolah ? (2) Apa saja permasalahan kedisiplinan siswa kelas V SD PL Don Bosko tahun ajaran 2009 /2010 ? (3) Topik-topik bimbingan apa yang perlu diberikan kepada siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 sesuai dengan tingkat kedisiplinan yang dihadapi ?

A.Hasil Penelitian

1.Tingkat Disiplin Siswa Kelas V SD PL Don Bosko Tahun Ajaran 2009/2010

Terhadap Tata Tertib Sekolah.

a. Secara Keseluruhan

Tingkat disiplin siswa terhadap peraturan sekolah diperoleh dengan menggunakan rentangan skor. Hasil perhitungan dapat dikategorikan dalam tiga tingkat disiplin diri yaitu tingkat rendah, sedang, dan tinggi.

(70)

Ajaran 2009/2010 ditentukan dengan perhitungan menggunakan jenjang ordinal dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 6

Tingkat disiplin diri para siswa kelas V SD PL Don Bosko tahun ajaran 2009/2010 terhadap tata tertib sekolah

Tingkat

Rentangan Skor

Jumlah Siswa

Presentase

Rendah 44 - 110 4 4.88 %

Sedang 111 - 144 22 26.82 %

Tinggi 145 - 176 56 68.3 %

Secara keseluruhan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang berada pada kategori rendah ada 4 orang, kategori sedang 22 orang, dan 56 siswa berada pada kategori tinggi. Jadi jumlah siswa yang berada pada kategori tinggi lebih banyak daripada siswa yang berkategori sedang dan rendah.

b. Tingkat Disiplin Diri dalam Tiap Bidang Peraturan

Disiplin diri para siswa di sekolah mencakup 10 aspek, yaitu waktu belajar, waktu istirahat, pakaian seragam, proses kegiatan belajar mengajar, kehadiran siswa, kebersihan, sopan santun, keuangan, perpustakaan dan kegiatan lain.

(71)

Tabel 7

Tingkat disiplin diri siswa kelas V SD PL Don Bosko Semarang tahun ajaran 2009/2010 terhadap peraturan sekolah dilihat dari tiap aspek.

NO ASPEK RENTANGAN

SKOR

JUMLAH SISWA

PRESENTASE

R = 0 – 3 0 -

S = 4 – 7 0 -

C = 8 – 11 8 9,7 %

1. Waktu Belajar

T = 12 – 16 74 90,3 %

R = 1 2 2,4 %

S = 2 11 13,4 %

C = 3 0 -

2. Waktu Istirahat

T = 4 69 84,2 %

R = 0 – 6 0 -

S = 7 – 13 0 -

C = 14 – 20 6 7,3 %

3. Pakaian Seragam

T = 21 – 28 76 92,7 %

R = 0 – 9 0 -

S = 10 – 19 0 -

C = 20 – 29 18 21, 9 %

4. Proses Kegiatan Belajar Mengajar

T = 30 – 40 64 78, 1 %

R = 1 0 -

S = 2 11 13, 4 %

C = 3 3 3,6 %

5. Kehadiran Siswa

T = 4 68 83 %

R = 0 – 8 0 -

S = 9 – 17 0 -

C = 18 – 26 13 15,8 %

6. Kebersihan

T = 27 – 36 69 84,2 %

R = 0 – 2 0 -

S = 3 – 5 0 -

C = 6 – 8 22 26,8%

7. Sopan Santun

T = 9 – 12 60 73,2 %

R = 1 8 9,7 %

S = 2 24 29,2 %

C = 3 14 17,1 %

8. Keuangan

T = 4 36 44 %

R = 0 -3 0 -

S = 4 – 7 0 -

C = 8 -11 19 23,1 %

9. Perpustakaan

T = 12 – 16 63 76,9 %

R = 0 -3 0 -

S = 4 – 7 0 -

C = 8 – 11 9 10,9 %

10. Kegiatan Lain

(72)

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Waktu Belajar

Jumlah siswa yang berada pada tingkat disiplin diri dalam tingkat cukup untuk aspek waktu belajar ada 8 orang dan jumlah siswa yang berada pada tingkat tinggi ada 74 orang. Dengan demikian siswa yang berada pada tingkat tinggi lebih banyak daripada yang ada pada tingkat cukup.

2. Waktu Istirahat

Jumlah siswa yang berada pada tingkat disiplin diri dalam tingkat rendah untuk aspek waktu istirahat ada 2 orang, jumlah siswa yang berada pada tingkat sedang ada 11 orang, dan siswa yang berada pada tingkat tinggi ada 69 orang. Dengan demikian siswa yang berada pada tingkat tinggi lebih banyak daripada yang ada pada tingkat rendah dan sedang.

3. Pakaian Seragam

Jumlah siswa yang berada pada tingkat disiplin diri dalam tingkat cukup untuk aspek pakaian seragam ada 6 orang dan jumlah siswa yang berada

Gambar

Tabel 1  Kisi-kisi  angket
Tabel 2  Tabel skoring
Tabel 3  Kisi-kisi  angket
Tabel 4  Koefisien korelasi dan reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

unit
 20
 1.100.000.000
 APBD
Kabupaten
 Dinas
PU
 Kabupaten
 Gorontalo
.

Dari penjelasan diatas daya tarik merupakan produk dari suatu daerah tujuan wisata, yang bersifat nyata (barang) maupun tidak nyata (jasa) yang dapat memberikan kenikmatan

Visi Kementerian Perindustrian sampai dengan 2014 : Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Sebelum melaksanakan praktek mengajar, praktikan membuat RPP sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Praktikan mendapat kesempatan untuk mengajar menggunakan

Pemberian Tunjangan Pemeriksa Keimigrasian dihentikan apabila Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan

Apakah Perusahaan tempat Saudara bekerja melakukan usaha untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan melalui motivasi positif dan motivasi negatif. - Iya , Perusahaan

The KVP request style allows to specify trimming or slicing using the following syntax: dimension [ , crs ] ( intervalOrPoint ). However the equivalent trimming and slicing

Fisik yang prima merupakan salah satu aset penting yang harus dipertahankan oleh seorang atlet. Aspek fisik ini selain berhubungan dengan postur tubuh yang ideal juga berkaitan