• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

D. Progam Bimbingan

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang mempunyai tiga bidang pelayanan pendidikan yang saling mendukung. Tiga bidang pendidikan tersebut adalah bidang pengajaran, bidang pelatihan, serta bidang pembimbingan yang termuat dalam kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah dalam arti sesungguhnya menunjuk pada semua pengalaman pendidikan yang dialami siswa dalam bimbingan sekolah (Winkel, 1997). Pengalaman-pengalaman pendidikan tersebut merupakan suatu kesatuan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yaitu :

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”.

Kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilakukan secara formal itu harus dikelola secara terencana dan sistematis. Progam bimbingan dan konseling yang ada di Sekolah Dasar sudah sepantasnya dilaksanakan mengingat kegiatan bimbingan sebagai bagian dari pendidikan yang termasuk dalam kurikulum sekolah.

1.Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance dalam bahasa Inggris. Dalam kamus bahasa Inggris Guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut: menunjukan jalan (showing the way); memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan nasihat (giving advice). Istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan di atas, akan muncul dua pengertian yang agak medasar, yaitu :

a. Memberikan infomasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat.

b. Mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan. Tujuan itu mungkin hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan; mungkin diketahui oleh kedua belah pihak.

Peraturan pemerintah No. 28 dan 29 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 pada dasarnya mengemukakan bahwa bimbingan adalah

bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencakan masa depan. Secara lebih spesifik SK Mendikbud No. 025/0/1995 mengemukakan bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk murid, dalam bidang bimbingan pribadi, sosial, karier baik secara perorangan maupun kelompok. Pelayanan tersebut hendaknya diberikan secara optimal melalui jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku.

Menurut Rachman dalam (Winkel, 1997: 67) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Bimbingan juga diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank Parson, dalam Jones,1951).

Bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. (Chiskolm, dalam McDaniel, 1959). Menurut Crow & Crow (1960) bimbingan adalah batuan yang diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan, yang memilki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur

kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.

Istilah bimbingan menurut Shetzer dan Stone (dalam Winkel 1997: 1 ) diartikan sebagai proses membantu orang-perorangan untuk memahami diri dan lingkungan hidupnya. Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan semata-mata terletak pada ada atau tidaknya landasan hukum perundang-undangan umum namun lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli agar mampu mengembangkan potensi dirinnya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan baik secara individual maupun kelompok. Bantuan tersebut diberikan dengan maksud untuk memperkembangkan setiap potensi yang dimiliki para siswa dan membantu mereka mengatasi persoalan-persoalan yang ada. Bimbingan selalu berusaha untuk memandirikan para siswa secara lebih rinci bimbingan mengusahakan agar para siswa mampu menentukan sendiri jalan hidupnya, melaksanakan tanggung jawab pribadi dan sejauh mungkin tanpa harus bergantung pada orang lain.

2. Tujuan Bimbingan

Menurut Winkel (1991: 465) tujuan bimbingan adalah membantu orang yang dibimbing agar mampu mengatur hidupnya sendiri, memiliki pandangan

sendiri dan tidak sekedar ”membebek” pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi tindakannya.

Melihat tujuan dari bimbingan sebagaimana telah dijelakan di atas, maka sangatlah tepat apabila kegiatan bimbingan baik yang bersifat individual maupun kelompok dilakukan secara efektif di setiap jenjang sekolah.

Menurut Hamrin & Clifford, (dalam Jones 1951) tujuan bimbingan adalah untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-imterpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. (bisa ditaruh di pengertian bimbingan individu).

Prayitno (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung serta norma-norma yang berlaku.

Winkel (1991: 466) mengungkapkan bahwa bimbingan kelompok memiliki manfaat positif baik bagi guru pembimbing maupun para siswa. Dengan memberikan layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing mendapatkan kesempatan bertatap muka atau berinteraksi dengan siswa. Situasi ini memungkinkan berlangsungnya relasi yang lebih dalam antara guru pembimbing dan para siswa; mereka saling mengenal satu sama lain dengan lebih mendalam. Kecuali itu dengan melaksanakan bimbingan kelompok maka, BK dapat menghemat waktu dan tenaga dan dengan demikian lebih banyak siswa yang dilayani.

Bimbingan kelompok memiliki dampak positif bagi para siswa. Pertama para siswa dibantu untuk semakin menyadari tantangan yang dihadapi. Kedua, para siswa menjadi lebih rela menerima diri sebab dalam kelompok ia mengalami bahwa orang lain memiliki tantangan yang sama. Ketiga, para siswa mendapatkan kesempatan untuk menjadi belajar mengemukakan pendapat. Hal ini terjadi karena kelompok memberikan kesempatan untuk berdiskusi dan berpartisipasi dalam usaha memecahkan masalah tertentu. Keempat, para siswa mendapatkan dukungan sosial baik dari guru maupun teman-temannya dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Menurut Tiedeman, (dalam Bernard & Fullmer 1969) tujuan bimbingan untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja.

3. Progam Bimbingan Di Sekolah Dasar

Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang berlangsung selama 6 tahun di sekolah dasar (SD). Pada umur kira-kira enam tahun anak memasuki jenjang pendidikan formal ini, dengan atau tanpa melalui pendidikan prasekolah (taman kanak-kanak). Untuk menjelaskan apa yang dikatakan dalam PP No. 28 Tahun 1992 tentang Pendidikan Dasar, Bab IV F dalam Kurukulum Pendidikan Dasar, Landasan, Progam dan Pengembangan, Dep P dan K, 1994/1995, dikatakan bahwa perencanaan progam bimbingan belajar dan bimbingan karier ditekankan pada upaya bimbingan belajar tentang cara

belajar, memahami dunia kerja dan mengembangkan kemampuan untuk membuat perencanaan serta kemampuan mengambil keputusan.

Mengenai bimbingan di sekolah dasar terdapat tiga pandangan dasar, yaitu: a.Bimbingan terbatas pada pengajaran yang baik (instructional guidance). b. Bimbingan hanya diberikan kepada siswa yang menunjukan gejala-gejala

penyimpangan dari laju perkembangan yang normal.

c.Pelayanan bimbingan tersedia untuk semua murid, supaya proses perkembangannya berjalan lebih lancar.

Terdapat 6 aspek yang berkaitan dengan progam bimbingan di sekolah dasar, yaitu :

a. Sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana teruraikan dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, Pasal 4, dalam PP No. 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar berkenaan dengan tujuan institusional ditetapkan bahwa: ”pendidikan dasar memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah”. (Pasal 3).

b.Kebutuhan pada anak sekolah, yang terutama berkisar pada kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan perhatian, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk memajukan perkembangan kognitifnya, serta memperoleh pengakuan dari teman sebayanya.

c.Pola dasar bimbingan yang dipegang adalah pola generalis. Ini berarti bahwa semua tenaga pendidik yang lazimnya terdapat di jenjang pendidikan dasar dilibatkan.

d.Komponen bimbingan yang diprioritaskan ialah pengumpulan data, pemberian informasi dan konsultasi.

e.Bentuk bimbingan yang kerap digunakan adalah bimbingan kelompok. Ragam bimbingan yang mendapat urutan pertama adalah ragam pribadi-sosial, sedangkan ragam akademik dan ragam jabatan mendapat urutan yang kedua dan ketiga.

f.Tenaga yang memegang peranan kunci ialah guru kelas, yang mengumpulkan data tentang siswa dan menyiapkan banyak materi informasi dalam pengajaran.

Progam bimbingan di sekolah dasar hanya akan efisien dan efektif bila terdapat kerja sama yang erat antara kepala sekolah, para guru kelas, koordinator, dan konsultan ahli.

4. Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SD

Dalam Permendiknas No. 23/2006 telah dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai oleh peserta didik, melalui proses pembelajaran berbagai mata pelajaran. Namun sangat disayangkan dalam Permendiknas tersebut sama sekali tidak memuat standar kompetensi yang harus dicapai peserta didik melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) mengambil inisitaif

untuk merumuskan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, mulai dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi, dalam bentuk naskah akademik, untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan Depdiknas dalam menentukan kebijakan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Indonesia.

Dalam konteks Bimbingan dan Konseling, standar kompetensi ini dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK). Untuk standar kompetensi siswa SD dibagi dalam sepuluh aspek. Masing-masing aspek perkembangan memiliki tiga dimensi tujuan, yaitu :

a. Pengenalan atau penyadaran

Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang aspek dan tugas perkembangan yang harus dikuasai.

b. Akomodasi

Memperoleh pemaknaan dan internalisasi atas aspek dan tugas perkembangan.

c. Tindakan

Perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari dan aspek serta tugas perkembangan yang harus dikuasai.

Berikut ini rumusan Standar Kompetensi Kemandirian (SKK) Peserta Didik pada Sekolah Dasar :

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK) PESERTA DIDIK

Dokumen terkait