• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pada 30 November 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pada 30 November 2011)."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sanitasi merupakan urusan wajib pemerintah kabupaten/ kota, namun demikian keterbatasan kemampuan pembiayaan dan sumber daya lainnya di kabupaten/ kota mengharuskan campur tangan provinsi dan pusat untuk membantu urusan wajib daerah sesuai dengan tupoksi dan kebijakan pemerintah bahkan pihak ke-3 dapat berpartisipasi dalam pengembangan sanitasi didaerah.

Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan sanitasi diketahui memiliki dampak positif bagi kesehatan baik di lingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Kata 'Sanitasi‘ juga mengacu pada kemampuan menjaga kondisi higienis, melalui layanan

pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah (WHO,

http://www.who.int/topics/sanitation/en/.Diakses pada 30 November 2011).

Sementara itu kondisi eksisting yang ada saat ini berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap limbah adalah sebagai berikut :

a.

Tingkat kesadaran masyarakat akan kualitas lingkungan masih sangat rendah dengan demikian masyarakat belum banyak terlibat dalam pembangunan prasarana dan sarana air limbah.

b.

Pendidikan masyarakat yang rendah mengurangi kecepatan pembangunan prasarana dan sarana air limbah.

c.

Kurangnya pengetahuan masayarakat tentang pembuatan pembuangan air limbah

setempat secara benar.

d.

Rendahnya kesadaran dan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang mencerminkan bahwa air limbah bukan merupakan isu penting bagi masyarakat dan kurangnya sosialisasi yang kontinue tentang limbah terhadap kesehatan masayarakat.

e.

Keterlibatan masayarakat yang masih rendah dalam pembangunan prasarana dan sarana

(2)

sasaran, tidak efisien, serta keberlangsungan (sustainability) operasionalisasi prasarana tidak dapat dijamin.

Disamping itu pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri, seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Bahkan masih terdapat pula institusi yang tidak memiliki tugas menangani sanitasi secara langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam mendukung pembangunan sanitasi. Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Simeulue berupaya meningkatkan layanan sanitasi di Kabupaten Simeulue dengan turut serta dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Per Kabupaten (PPSP) 2013-2017. Pada program ini Pemerintah Kabupaten Simeulue menyusun strategi pembangunan sanitasi Kabupaten yang bersifat komprehensif dan koordinatif dengan melibatkan dinas-dinas terkait dengan sanitasi dan pemerintah provinsi.

Khususnya untuk Kabupaten Simeulue, tidak memadainya sistem sanitasi berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan. Hal tersebut mendorong pemerintah Kabupaten untuk meningkatkan kondisi sanitasi melalui pendekatan menyeluruh berskala Kabupaten. Pendekatan ini dimulai dengan pembentukan Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Simeulue. Salah satu tujuan dibentuknya tim ini adalah untuk mensinergikan kerja dinas-dinas yang berkaitan dengan sanitasi (Air Limbah Domestik, Drainase, Persampahan dan PHBS) dalam satu wadah guna memperbaiki kinerja dan konsep sanitasi di masyarakat.

Dalam menjalankan tugasnya, Tim Sanitasi Kabupaten Simeulue melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji serta menganalisa data dalam rangka memetakan kondisi sanitasi Kabupaten Simeulue. Hasil pengumpulan, kajian dan analisa data tersebut disajikan dalam sebuah dokumen yang disebut sebagai Sanitation White Book atau Buku Putih Sanitasi.

Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan kondisi sanitasi yang dijadikan dasar dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK).

Buku Putih Sanitasi ini disusun berdasarkan empat karakteristik utama kaidah penyusunan, yaitu:

1) Berdasarkan data aktual. 2) Berskala kabupaten

3) Disusun sendiri oleh Kabupaten

(3)

Dengan adanya Buku Putih Sanitasi ini beberapa manfaat yang dapat diperoleh Kabupaten Simeulue adalah sebagai berikut:

1. Diketahuinya kondisi menyeluruh sanitasi kota saat ini yang meliputi air limbah domestik, drainase, persampahan dan PHBS, untuk menjadi masukan penting bagi penyusunan prioritas pembangunan sanitasi. Hal ini dapat dicapai karena Buku Putih Sanitasi disusun dari kompilasi berbagai data terkait sanitasi Kabupaten Simeulue;

2. Adanya pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi Kabupaten Simeulue yang lebih jelas dan tepat sasaran;

3. Buku Putih Sanitasi dapat dijadikan acuan strategi sanitasi kota karena Buku Putih Sanitasi juga menjadi dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK);

4. Buku Putih Sanitasi dapat dijadikan rekomendasi bagi perencanaan pembangunan daerah khususnya di bidang air limbah domestik, drainase, persampahan dan PHBS;

5. Buku Putih Sanitasi dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di bidang sanitasi;

6. Buku Putih Sanitasi dapat digunakan juga sebagai pedoman untuk mengukur sejauh mana pencapaian pembangunan di bidang sanitasi.

1.2 Landasan Gerak

Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah dan sampah secara higienis. Hal ini akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat, baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya

Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Simeulue adalah sebagai berikut:

1. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem :

a. Pengolahan On Site menggunakan sistem tangki septik atau cubluk dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.

b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat ataupun komunal.

2. Black water (air tinja/ limbah padat) yaitu air tinja yang tercemar tinja, umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya orang dewasa menghasilkan 1.5 liter air tinja/ hari. Air ini mengandung bakteri E.coli yang berbahaya

(4)

bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan melalui saluran tertutup ke arah pengolahan/ penampungan. Air tinja bersama tinjanya disalurkan ke dalam tangki septik. Tangki septik dapat berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini barulah dapat disalurkan ke saluran primer/ sekunder, atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai bahan cadangan air tanah.

3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan mematuskan air permukaan.

1.2.1 Kajian Wilayah Sanitasi

Kajian wilayah sanitasi di Kabupaten Simeulue meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Simeulue yang terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan dan 138 (seratus tiga puluh delapan) desa pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi ditingkat Kabupaten. (Tabel 1.1)

Tabel 1.1. Pembagian Administrasi Wilayah Pemerintahan Kabupaten Simeulue

No Kecamatan Jumlah Mukim Desa 1 Teupah Selatan 4 19 2 Simeulue Timur 4 17 3 Teupah Tengah 2 12 4 Teupah Barat 3 18 5 Simeulue Tengah 3 16 6 Simeulue Cut 2 8 7 Teluk Dalam 2 10 8 Salang 3 16 9 Simeulue Barat 4 14 10 Alafan 2 8 JUMLAH 29 138

Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala Kabupaten yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Simeulue. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaanya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan.

(5)

Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat (NGO dan NGS lokal), level Kabupaten maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan-kegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang. Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stake holders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah.

1.2.2 Visi dan Misi Kabupaten Simeulue

Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Simeulue Tahun 2012 – 2017. Kabupaten Simeulue menetapkan Visi Pembangunan Daerah yaitu: “Terwujudnya Simeulue yang Maju, Sejahtera dan Bermartabat Dalam Bingkai Masyarakat Madani“

- Maju : Sikap dan kondisi masyarakat Simeulue yang mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju yang ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, pemerataan pendapatan masyarakat, pemantapan infrastruktur berlandaskan dinul islam dengan memperhatikan kearifan local.

- Sejahtera :Mengandung makna bahwa kondisi semua lapisan masyarakat secara menyeluruh dapat terpenuh hak-hak dasarnya, baik dibidang sosial, ekonomi dan budaya, terutama pangan sandang dan pangan secara merata.

- Bermartabat : Sikap dan kondisi masyarakat yang secara aktif mampu merespon peluang dan tantangan zaman serta berkontribusi dalam proses pembangunan.

- Madani : Perwujudan implementasi norma agama dan nilai budaya sebagai landasan moral dan spiritual dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dalam rangka penyelenggaraan pembangunan yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Simeulue yang memiliki keutamaan untuk selalu melaksanakan kebaikan dan mencegah

(6)

kemungkaran sehingga terbentuk karakter dan jati diri masyarakat yang berakhlak mulia dan berbudaya.

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, ditetapkan 9 (sembilan) misi Pembangunan Kabupaten Simeulue Tahun 2012 – 2017, sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Mapan, Terampil, Menguasai Teknologi serta Memiliki Kepribadian yang Terpuji Bertaqwa kepada ALLAH SWT.

yaitu pembangunan yang menekankan pada pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ditandai dengan membaiknya taraf pendidikan dan derajat kesehatan penduduk, yang didukung oleh meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan, sosial dasar bagi masyarakat serta mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab serta berdaya saing untuk mencapai kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera;

2. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik guna meningkatakan kualitas kesehatan masyarakat secara menyeluruh sampai ke pelosok desa.

yaitu pembangunan yang menekankan membaiknya derajat kesehatan penduduk, yang didukung oleh meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan, sosial dasar bagi masyarakat serta mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab serta berdaya saing untuk mencapai kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera;

3. Melakukan penataan birokrasi menuju pelaksanaan pemerintahan yang bersih,

berwibawa dan profesional;

4. Mewujudkan sarana dan prasarana infrastruktur daerah dalam rangka pemenuhan

layanan umum dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup.

Yaitu meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan aksesibilitas pelayanan umum yang memiliki daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dan mengutamakan kepentingan masyarakat umum untuk menunjang produktifitas dan mobilitas publik;

5. Membangun pemerintahan yang mantap, bersih dan berwibawa serta mendapat

kepercayaan dari masyarakat.

Yaitu menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik secara konsisten dan berkelanjutan yang tercermin dari berkurangnya tingkat korupsi, makin banyaknya keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, dan terbentuknya birokrasi pemerintahan

(7)

yang profesional dan berkinerja tinggi, menjamin kepastian hukum, melindungi segenap masyarakat serta memberikan akses dan kesempatan bagi penduduk laki-laki dan perempuan agar memperoleh manfaat dari pembangunan yang adil dan merata;

6. Mendorong terlaksananya pembangunan mental spritual masyarakat melalui kegiatan keagamaan, pelaksanaan syariat islam serta mendorong agar sarana keagamaan sekaligus berfungsi sebagai tempat pembinaan umat;

7. Menggali potensi sumber daya alam sebagai peningkatan pendapatan daerah melalui kemitraan dalam berbagai sektor dengan semua pihak.

yaitu melaksanakan pembangunan yang memanfaatkan ekonomi Sumber daya alam dengan tetap menjaga keseimbangan antara pemanfaatan serta keberlanjutan SDA dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan;

8. Mewujudkan kemitraan dalam berbagai sektor dengan semua pihak.

9. Melaksanakan pembangunan ekonomi kerakyatan secara terpadu di bidang pertanian dalam arti luas, perdagangan, perindustrian dan pariwisata dalam rangka memperluas lapangan berusaha dengan mengembangkan perekonomian daerah yang berlandaskan ekonomi kerakyatan dengan memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi daerah, yang bertumpu pada pengembangan potensi local berbasis agribisnis dan agro industry.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Simeulue adalah untuk meberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi Kabupaten Simeulue saat ini sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi dan menjadi panduan dalam menyusun kebijakan Pemerintah Kabupaten Simeulue dalam memanajemen kegiatan Sanitasi di masa yang akan datang.

Tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Simeulue ini yaitu: 1. Memberikan informasi sarana sanitasi yang ada saat ini.

2. Menyediakan data sebagai dasar analisis situasi dilihat dari aspek sehingga zona sanitasi prioritas dapat ditetapkan berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan/area rersiko sanitasi.

3. Memberikan informasi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam bersinergi dan menjalankan perannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi ke depan.

(8)

masa yang akan daatng berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama. 5. Bahan masukan untuk penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Simeulue. 1.4 Metodogi

Metodologi penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Simeulue dapat dijelaskan pada gambar 1.1 sebagai berikut.

Gambar 1.1. Metodologi Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Simeulue

1. Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

1.a. Membangun kesepahaman tentang pentingnya Buku Putih Sanitasi 1.b. Menyusun dan menyepakati rencana kerja

2. Penyiapan Profil Wilayah

2.a. Memahami ruang lingkup sanitasi

2.b. Mendiskusikan dan menyepakati cakupan wilayah sasaran kerja 2.c. Mengumpulkan data sekunder terdiri dari:

- Dokumen RTRW, RPJMD, Kabupaten Dalam Angka, RPIJM, Renstra dan Renja SKPD, laporan Realisasi APBD, Outline dan Masterplan Air Limbah/Persampahan dan Drainse

2.d. Mendiskusikan data dan sumber yang dibutuhkan untuk penyusunan profil wilayah 2.e. Menyusun Profil Wilayah

3. Penilaian Profil Sanitasi

3.a. Mendiskusikan, memetakan, dan menyepakati sistem sanitasi yan berlaku di Kabupaten Simeulue untuk air limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan.

(9)

3.b. Menyusun tabel data sekunder sanitasi berdasarkan dokumen-dokumen yang dihimpun dari kegiatan pengumpulan data sekunder untuk mengetahui tingkat cakupan layanan.

3.c. Melakukan pengumpulan data primer dan berbagai kajian antara lain: - Studi penilaian resiko kesehatan lingkungan (EHRA).

- Survey penyedia layanan sanitasi

- Konsolidasi data kelembagaan dan kebijakan

- Pemeetaan profil keuangan dan perekonomian daerah - Studi komunikasi dan pemetaan media

- Kajian pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskiman serta promosi higiene dan sanitasi.

3.d. Mengidentifikasi dan menyepakati permasalahan mendesak dan isu strategis di masing-masing komponen.

3.e. Mengidentifikasi program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang sedang berjalan 4. Penetapan Area Beresiko Sanitasi.

4.a. Penentuan awal area beresiko.

4.b. Menilai kemajuan pelaksanaan studi EHRA 4.c. Penentuan area beresiko

4.d. Verifikasi hasil area beresiko dengan melakukan keunjungan lapangan 4.e. Melakukan konsultasi dengan SKPD terkait dan tetapkan area beriko sanitasi. 4.f. Melakukan analisis posisi pengelolaan sanitasi saat ini.

5. Finaslisasi Buku Putih.

5.a. Kompilasi dan periksa draf buku putih sanitasi Kabupaten 5.b. Menyiapkan ringkasan eksekutif Buku Putih Sanitasi

5.c. Konsultasi draf Buku Putih Sanitasi dengan seluruh ketua dan wakil ketua bidang. 5.d. Melakukan perbaikan terhadap draf Buku Putih Sanitasi berdasarkan masukan

Ketua/Wakil Ketua.

5.e. Mengadaka konsultasi publik Buku Putih Sanitasi atau pertemuan pemangku kepentingan

5.f. Finalisasi buku putih kabupaten

(10)

1.6 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Simeulue. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Simeulue Tahun 2013 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat Kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi Kabupaten dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi.

Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2013 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. Aturan atau perundang-undangan yang menjadi dasar hukum penyusunannya adalah

1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygienes;

2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan

Pemukiman;

3.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;

6.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421;

7.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ), sebagaimana telah diubah untuk yang kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

(11)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844;

8.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

10.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

11.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Pembentukan

Kabupaten Simeulue di Provinsi Kalimantan Timur (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 47500;

12.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah;

13.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

14.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimum (SPM) ;

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

16.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional;

17.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Anggaran Daerah;

18.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

19.

Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 4 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang

(12)

20.

Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 08 tahun 2007 tentang Susunan Organiasi dan Tata Kerja lembaga Teknis Daerah Kabupaten Simeulue

21.

Peraturan Bupati Simeulue Nomor 02 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan

Gambar

Tabel 1.1. Pembagian Administrasi Wilayah Pemerintahan Kabupaten Simeulue

Referensi

Dokumen terkait

8in+al meru,akan organ yang memiliki ,eran uku, besar dalam mengatur  kebutuhan airan dan elektrolit. Hal ini terlibat ,ada 5ungsi gin+al4 yaitu sebagai  ,engatur air4 ,engatur

Maka Perancangan Interior Ruang Ibadah Sekunder dan Sekolah Minggu Gereja Reformed Injili Indonesia Cabang Kertajaya di Surabaya dapat dijadikan sebagai sarana

Respons Pergerakan Harga Sahan Syariah (FHSI) terhadap Shock Fed Rate (FED) Guncangan yang terjadi pada tingkat suku bunga Fed rate (FED) direspons positif oleh FHSI dengan

Berkenaan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan kelompok etnis mayoritas yang memiliki kekuasaan yang sangat dominan dan kelompok etnis

Islam sebagai agama yang berasal dari timur tengah telah dapat diterima masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Yogyakarta, karena sebagai sub culture, Islam tidak

Sedangkan pada pengamatan 72 dan 96 jam setelah aplikasi untuk perlakuan ekstrak bunga sukun konsentrasi 10% dan 15% menunjukkan lebih tinggi dalam menimbulkan

• Jika panjang gelombang ( λ ) lebih besar dibandingkan dengan lebar celah (d), maka gelombang akan disebar keluar dengan sudut yang cukup besar.. • Dalam beberapa kasus klasik,

Karakteristik peluang bisnis dapat disebut baik jika mampu memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama, tepat waktu, dan layak adalah pengertian…..